Disusun Oleh :
IKHFI SALMA NABILA
NIM : P17210211017
II. PATOFISIOLOGI
a. Etiologi
DBD disebabkan oleh virus dengue, yang merupakan genus
flavivirus, keluarga flaviridae. Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1,
DEN-2, DEN-3, dan DEN-4, keempat serotipe tersebut ditemukan di
Indonesia. Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapt
terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya(Sudoyo Aru,dkk 2009)
Virus dengue ditularkan melalui vektor serangga.Serangga yang
berperan dalam penyebaran virus dengue adalah nyamuk Aedes
Aegepypti, nyamuk ini tersebar di seluruh daerah tropis, dengan ciri khas
terdapat sepasang garis putih yang sejajar di tengah badan dan garis
lengkung putih yang lebih tebal pada setiap sisi tubuhnya. Aedes Aegypti
senang berkembang biak pada genangan air yang bersih dan tempat
penyimpanan air, selain itu nyamuk jenis ini juga lebih senang menggigit
pada tempat-tempat yang terlinsungi seperti di dalam rumah.
c. Masalah Keperawatan
- Hipertermia
Hipertermia adalah kondisi terjadinya peningkatan suhu
tubuh melebihi 38,5 derajat Celcius. Peningkatan suhu tubuh
karena hipertermia ini berbeda dengan demam. Di mana, demam
merupakan peningkatan suhu yang terjadi sebagai reaksi tubuh
dalam melawan infeksi dan penanda adanya peradangan atau
inflamasi pada tubuh. Sementara itu, hipertermia adalah kondisi
yang disebabkan oleh gagalnya hipotalamus pada otak mengatur
suhu tubuh.
- Resiko Defisit Nutrisi
Risiko defisit nutrisi adalah suatu keadaan yang berisiko
mengalami asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme tubuh. Kasus risiko deisit nutrisi pada diare anak ini
apabila tidak segera ditangani secara tepat, cepat, dan kompehensif
maka akan menyebabkan kondisi gizi kurang / gizi buruk pada
penderitanya.
- Resiko Pendarahan
Sering kali pada fase inilah terjadinya kesalahan
penanganan pada demam berdarah. Pada fase ini, demam akan
turun ke suhu yang normal. Pada saat suhu tubuh turun, justru
pembuluh darah mengalami kebocoran dengan efek munculnya
tanda-tanda perdarahan pada kulit dan organ lainnya. Organ lain
juga bisa mengalami pendarahan seperti terjadinya mimisan, atau
pun perdarahan saluran cerna. Bintik merah pada kulit juga muncul
pada fase ini.
d. Pathway
Trombositopeni
Merangsang Renjatan
&mengaktivasi faktor Hipovolemik dan
pembekuan hipotensi
DIC Kebocoran
plasma
Pendarahan
IV. PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaan DHF yaitu :
1. Tirah baring
2. Makanan lunak dan diberi minum 1,5-2 liter dalam 24 jam.
3. Untuk hiperpireksia duberikan kompres
4. Berikan antibiotik bila terdapat kemungkinan terjadi infeksi.
b. Pada pasien dengan tanda renjatan dilakukan :
1. Pemasangan infus RL/Asering dan dipertahankan selama 12-48
jam
2. Observasi keadaan umum (tanda Tanda Vital)
c. Pencegahan DBD
A) Melakukan PSN DB (Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam
Berdarah) dengan 3M:
1) Menutup rapt penampungan air.
2) Menguras penampungan air minimal 1 minggu sekali.
3) Mengubur dan menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat
menjadi tempat menggenangnya air.
B) Pengasapan (Fogging).
C) Larvadisasi, yaitu menaburkan bubuk abate pada tempat
penyimpanan air untuk membunuh larva nyamuk.
D) Penyuluhan Demam berdarah.
V. ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian Fokus
Data Subjektif :
- Ibu Pasien mengatakan pasien demam hari senin (4 hari)
- Ibu Pasien mengatakan pasien menggigil
Data Objektif :
Hipertermia Observasi:
1. Identifikasi penyebab
hipertermia
2. Monitor suhu tubuh
3. Memonitor kadar
elektrolit
4. Monitor haluaran urine
Terapeutik
5. Longgarkan atau lepas
pakaian
6. Basahi dan kipasi
permukaan tubuh
7. Berikan cairan oral
Edukasi
8. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
9. Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
DAFTAR PUSTAKA