A. Konsep penyakit
1. Definisi
Penyakit Dengue Haemorrhagic Fever atau yang biasa disebut demam
berdarah adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue (arbovirus)
yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk. ( Suriadi & Yuliani, R.
2010 )
Dengue haemorrhagic fever (DHF) adalah penyakit menular yang disebabkan
oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti. Penyakit
ini dapat menyerang semua orang dan dapat mengakibatkan kematian, terutama
pada anak. Penyakit ini juga bisa menimbulkan kejadian luar biasa atau wabah. (
Nursalam, dkk. 2013 )
3. Manifestasi klinis
Adapun manisfestasi yang dapat terjadi pada klien dengan Dengue
Haemorrhagic Fever yaitu:
a. Demam Dengue
Merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai dengan dua
atau lebih manifestasi klinis:
1) Nyeri kepala
2) Nyeri retro-orbital
3) Myalgia/arthralgia
4) Ruam kulit
5) Manifestasi perdarahan (petekie atau uji bending positif)
6) Leukopenia
7) Pemeriksaan serulogi dengue positif; atau ditemukan DD/DBD yang sudah di
konfirmasi pada lokasi dan waktu yang sama.
4. Komplikasi
Adapun komplikasi dari penyakit Dengue Hemoragic Fever (Smeltzer,
2001), antara lain:
a. Perdarahan
Perdarahan mudah terjadi pada tempat fungsi vena, petekia dan
purpura. Selain itu juga dapat dijumpai epstaksis dan perdarahan gusi,
hematomesis dan melena.
b. Hepatomegali
Bila terjadi peningkatan dari hepatomegali dan hati teraba kenyal ,
harus diperhatikan kemungkinan akan terjadinya renjatan pada penderita.
c. Dengue syok syndrom
Syok biasanya dimulai dengan tanda – tanda kegagalan sirkulasi yaitu
kulit lembab, dingin pada ujung hidung, jari tangan dan jari kaki serta cyanosis
di sekitar mulut. Bila syok terjadi pada masa demam maka biasanya
menunjukkan prognosis yang buruk.
d. Efusi pleura
Efusi pleura karena adanya kebocoran plasma, yang mengakibatkan
ekstravasasi cairan intravaskuler sel, hal itu dapat dibuktikan dengan adanya
cairan dalam rongga pleura. Bila terjadi efusi pleura akan terjadi dispnea dan
sesak napas.
5. Penatalaksanaan medis
1. Terapi
Adapun penatalaksanaan terapi, antara lain:
a. Minum banyak 1,5-2 L/ 24 jam dengan air putih, air teh, gula, atau susu
b. Antipiretik jika terdapat demam
c. Antikonvulsan jika terdapat kejang
d. Pemberian cairan melalui infus, dilakukan jika klien cenderung mengalami
kesulitan minum dan nilai hematokrit cenderung meningkat.
e. Penatalaksanaan DHF bisa berhasil jika diagnosis dini DHF dapat terdeteksi
dengan memantau fase kritis pada waktu suhu badan menurun, untuk
mengetahui adanya perembesan plasma dan adanya gangguan hemostasis.
Perembesan plasma diketahui jika hematokrit diatas 20% dan gangguan
hemostasis diketahui dengan penurunan jumlah trombosit yang kurang dari
100.000/ul.
f. Jika hematokrit lebih dari 20% merupakan indikasi pemberian cairan awal,
misalnya larutan gula garam isotonik atau ringer laktat. Pengawasan
dilakukan pada keadaan hematokrit yang selalu meningkat dan trombosit
yang kurang dari 50.000/ul.
6. Patofisiologi
Virus Dengue akan masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk
Aedes Aegypti dan kemudian akan bereaksi dengan Antibody sehingga akan
terbentuklah kompleks virus-Antibody, dalam sirkulasi yang akan mengakibatkan
aktifnya sistem komplemen. Akibat aktifitas C3 dan C5 akan dilepaskan C3a dan
C5a peptida yang berdaya untuk melepaskan histamin dan merupakan mediator
kuat sebagai faktor meningginya permeabilitas pembuluh darah. Hal pertama yang
akan terjadi jika virus masuk ke dalam tubuh manusia adalah akan terjadi demam,
sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal – pegal seluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik
merah pada kulit (petekie), hyperemia tenggorokan dan hal lain yang mungkin
terjadi seperti pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati (Hepatomegali)
dan pembesaran limpa (Splenomegali).
Infeksi virus dengue ini menyebabkan terbentuknya kompleks antigen
antibody yang mengaktivasi sistem komplemen, menyebabkan agregasi trombosit
dan mengaktivasi sistem koagulasi melalui kerusakan endotel pembuluh darah.
Pelekatan kompleks antigen-antibody pada membran trombosit akan merangsang
adenosin diphosphat (ADP), yang menyebabkan sel-sel trombosit saling melekat.
Oleh karena sistem retikuloendotel (reticuloendothelial system-RES) kelompok
trombosit dihancurkan, sehingga mengakibatkan penurunan trombosit atau
trombositopeni. Agregasi trombosit akan menyebabkan pengeluaran pletelet
penyebab terjadinya koagulopati konsumtif atau koagulasi intravaskular
diseminata (KID). Terjadinya trombositopeni, menurunnya fungsi trombosit dan
menurunnya faktor koagulasi. Sehingga untuk menentukan beratnya suatu
penyakit dapat dilihat dari meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah,
menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopeni, dan diatesis
hemoragik. Biasanya juga nilai hematokrit meningkat dengan hilangnya plasma
endotel dinding pembuluh darah. Jadi, penyebab perdarahan masif pada Dengue
Haemorrhagic Fever adalah trombositopeni, KID yang menyebabkan penurunan
pembekuan, kelainan fungsi trombosit, dan kerusakan dinding endotel kapiler.
Perdarahan masif akan mempercepat syok yang terjadi.
2. Keluhan utama
Alasan/keluhan yanhg menonjol pada klien DHF untuk datang ke rumah sakit
adalah panas tinggi.
6. Riwayat gizi
Status gizi anak yang menderita DHF dapat bervariasi. Semua anak dengan
status gizi baik, maupun buruk dapat beresiko apabila terdapat faktor
presdisposisinya. Pada anak yang menderita DHF sering mengalami keluhan mual,
muntah, dan nafsu makan menurun. Apabila kondisi ini berlanjut, dan tidak disertai
dengan pemenuhan nutrisi yang adekuat anak dapat mengalami penurunan BB,
sehingga status gizinya menjadi kurang.
7. Kondisi lingkungan
Sering terjadi pada daerah yang pada penduduknya, lingkungan yang kurang
kebersihannya (air yang menggenang), dan gantungan baju dikamar.
8. Pola kebiasaan
a. Nutrisi dan metabolisme, yaitu frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan
berkurang/menurun.
b. Eliminasi alvi (buang air besar) kadang-kadang anak mengalami
diare/konstipasi. DHF pada grade III-IV bisa terjadi melena.
c. Eliminasi urine (buang air kecil) perlu dikaji apakah sering kencing,
sedikit/banyak, sakit/tidak. Pada DHF grade IV sering terjadi hematuria.
d. Tidur dan istirahat. Anak sering mengalami kurang tidur karena sakit/nyeri
otot dan persendian, sehingga kuantitas dan kualitas tidur, serta istirahat
kurang.
e. Kebersihan. Upaya keluarga untuk menjaga kebesihan diri dan lingkungan
cenderung kurang terutama tempat sarangnya nyamuk Aedes aegypti.
f. Tanggapan bila ada keluarga yang sakit dan upaya untuk menjaga kesehatan.
9. Pemeriksaan fisik
( inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi) dari ujung rambut sampai ujung
kaki. Berdasarkan tingkatan (Grade) DHF, keadaan fisik anak sebagai berikut.
a. Grade I: kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, TTV lemah
(nadi)
b. Grade II: kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, adanya perdarahan
spontan peteki, perdarahan gusi dan telinga, nadi lemah, kecil, tidak teratur.
c. Grade III: kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi lemah,
kecil, dan tidak teratur, tensi menurun.
d. Grade IV: kesadaran koma, nadi tidak teraba, tensi tidak terukur, pernapasan
tidak teratur, ekstrimitas dingin, berkeringat, dan kulit tampak biru.
b. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa yang bisa diangkat pada penyakit DBD adalah:
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan permeabilitas kapiler, perdarahan,
muntah, dan demam.
2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan jalan napas terganggu akibat
spasme otot-otot pernapasan, nyeri, hipoventilasi.
3. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan perdarahan.
4. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus.
5. Risiko terjadi syok hipovolemik berhubungan dengan kurangnya volume cairan
tubuh.
6. Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit.
7. Risiko terjadinya perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.
8. Risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual, muntah dan tidak nafsu makan.
9. Risiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif (pemasangan infus).
10. Kurangnya pengetahuan keluarga berhubungan dengan kurang terpaparnya
informasi mengenai DHF.
c. Perencanaan Keperawatan
Adapun perencanaan yang dapat dilakukan pada penyakit DHF, diantaranya:
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan permeabilitas kapiler, perdarahan,
muntah, dan demam.
Tujuan: Volume cairan klien kembali normal.
Kriteria Hasil: Volume cairan klien kembali terpenuhi.
Intervensi:
a. Kaji keadaan umum klien (lemah, pucat, takikardi)
b. Anjurkan klien untuk banyak minum air mineral 1,5-2 Liter per 24 jam.
c. Observasi TTV klien (nadi, tekanan darah, suhu, pernafasan) setiap 4 jam.
d. Observasi dan catat intake dan ouput klien.
e. Monitor tanda-tanda meningkatnya kekurangan cairan (turgor tidak elastis,
produksi urine menurun).
f. Monitor hasil laboratorium klien.
g. Monitor dan catat berat badan klien.
h. Monitor pemberian cairan melalui intravena setiap jam.
i. Berikan cairan intravena sesuai dengan instruksi medis/dokter.
5. Resiko terjadi syok hipovolemik berhubungan dengan kurangnya volume cairan tubuh.
Tujuan : Syok hipovolemik tidak terjadi.
Kriteria Hasil : Tidak terjadi syok hipovolemik, TTV klien dalam batas normal,
keadaan umum klien baik.
Intervensi:
a. Observasi TTV klien (nadi, tekanan darah, suhu, pernafasan) setiap 2 jam.
b. Monitor keadaan umum klien.
c. Monitor tanda-tanda perdarahan klien.
d. Monitor hasil laboratorium klien.
e. Berikan transfusi sesuai dengan program medis/dokter.
f. Lapor ke dokter bila tampak syok hipovolemik.
8. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah dan
tidak nafsu makan. Tujuan: Nutrisi klien kembali terpenuhi.
Kriteria Hasil: Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi, klien mampu
menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang diberikan.
Intervensi:
a. Kaji keluhan mual, sakit menelan dan muntah yang dialami klien.
b. Timbang berat badan psien setiap hari.
c. Anjurkan klien makan sedikit tetapi sering.
d. Berikan makanan yang mudah ditelan seperti bubur.
e. Catat jumlah/porsi makanan yang dihabiskan klien setiap hari.
f. Berikan obat-obatan antiemetik sesuai dengan instruksi medis/dokter.
d. Pelaksanaan Keperawatan
Pelaksanaan adalah tindakan pemberian asuhan keperawatan yang dilaksanakan
unuk membantu mencapai tujuan yang telah direncanakan dan telah disusun. Setiap
tindakan keperawatan yang dilaksanakan dicatat dalam catatan keperawatAn. Dalam
melakukan tindakan keperawatan menggunakan 3 tahap pendekatan, yaitu independen,
dependen, dan interdependen. Tindakan keperawatan secara independen adalah suatu
kegiatan yang dilaksanakan oleh perawat tanpa petunjuk dan perintah dari dokter atau
tenaga kesehatan lainnya.
Tindakan keperawatan dependen adalah tindakan yang berhubungan dengan
pelaksanaan rencana tindakan medis. Tindakan keperawatan interdependen adalah
tindakan keperawatan yang menjelaskan suatu kegiatan dan memerlukan kerjasama
dengan tenaga kesehatan lainnya, misalnya tenaga sosial, ahli gizi, dan dokter. Dalam
melakukan tindakan khusus klien dengan DHF/DBD yang harus diperhatikan adalah
dapat mengidentifikasi keadaan umum klien dan dapat melakukan tindakan
keperawatan dengan segera.
e. Evaluasi Keperawatan1
Evaluasi adalah tingkatan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana keperawatan dan
pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Evaluasi terbagi atas dua jenis, yaitu evaluasi
formatif dan evaluasi sumatif.
Evaluasi formatif ini dilakukan segera setelah perawat mengimplementasikan
rencana keperawatan guna menilai keefektifan tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan. Perumusan evaluasi formatif ini meliputi empat komponen yang
dikenal dengan istilah SOAP, yakni subjektif (data berupa keluhan klien), objektif
(data hasil pemeriksaan), analisis (perbandingan data dengan teori), dan perencanaan.
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua aktivitas proses
keperawatan selesai dilakukan. Evaluasi sumatif ini bertujuan menilai dan memonitor
kualitas asuhan keperawatan yang telah diberikan. Metode yang dapat digunakan pada
evaluasi jenis ini, adalah melakukan wawancara pada akhir layanan, menanyakan
respon klien dan keluarga terkait layanan keperawatan, mengadakan pertemuan pada
akhir layanan.
Kemungkinan yang dapat terjadi pada tahap evaluasi adalah masalah dapat diatasi,
masalah teratasi sebagian, masalah belum teratasi atau timbul masalah baru. Evaluasi
yang dilakukan adalah evaluasi proses dan evaluasi hasil.
PATOFLOWDIAGRAM DENGUE HEMORAGIC FEVER
Resiko Syok Kekurangan
Ke
(Hipovolemik ) Volume Cairan
extravaskuler
Hepatomegali
Ascites
Efusi pleura
Mual, muntah
Ketidakefektifan
Pola Nafas
Penekanan intra abdomen
Ketidakseimbangan
Nutrisi Kurang Dari
KebutuhanTubuh
Nyeri
Sumber: Nurarif, A. H & Kusuma, H. (2015). Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA NIC-NOC. Jogjakarta, Indonesia: Media Action, h. 76
Daftar pustaka
Hadinegoro, S.R, dkk. (2014). Pedoman Diagnosis Dan Tata Laksana Infeksi
Virus Dengue Pada Anak. Jakarta: IDAI
Kyle, T & Carman, S. (2014). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Ed 2 Vol 1. Jakarta,
Indonesia: EGC.
Nursalam, dkk. (2013). Asuhan keperawatan bayi dan anak: untuk perawat dan
bidan edisi 1. Jakarta, Indonesia: Salemba Medika.
Setiadi. (2012). Konsep & Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan Teori &
Praktik. Yogyakarta: GRAHA ILMU.
Suriadi & Yuliani, R. (2010). Asuhan Keperawatan Pada Anak, Edisi 2. Jakarta,
Indonesia: Sagung Seto.