Anda di halaman 1dari 20

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

DENGAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

DI RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT

RUMAH SAKIT ISLAM SITI KHADIJAH PALEMBANG

TAHUN 2014/2015

D
I
S
U
S
U
N

OLEH:

Nama : Alan Mandala Putra


NIM : 12. 1328

AKADEMI KEPERAWATAN PEMBINA PALEMBANG


TAHUN 2014/2015
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
DEMAM BERDARAH DENGUE ( DBD )

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. DEFINISI
Dengue Hemorhagic Fever (DHF) adalah suatu penyakit yang
ditandai dengan adanya tanda-tanda dan gejala demam serta perdarahan
(Depkes RI, 2000).
Dengue Hemorhagic Fever adalah merupakan manifestasi klinis
yang berat dari penyakit arbovis. Arbrovis adalah singkatan dari
arthropod-borne viruses, artinya virus yang ditularkan melalui gigitan
nyamuk, sengkerit atau lalat (Soedarmo, 2005: 4).
Dengue Hemorhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan
oleh virus Dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk
kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes Aegyepti (betina)
(Effendy, Christiantie: 1995)

2. ETIOLOGI
Virus Dengue Serotipe 1, 2, 3 dan 4 yang ditularkan melalui vektor
nyamuk Aedes Aegypti, Nyamuk Aedes Albopictus, Aedes Polynesiensis
dan beberapa spesies lain. Infeksi dengan salah satu serotipe akan
menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan
tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe lain.

3. KLASIFIKASI
a) Kasus DBD derajat I dan II
Pada hari ke 3, 4, 5 panas, dirawat inap. Karena penyakit ini
mempunyai resiko terjadi syok. Untuk mengantisipasi syok tersebut,
penderita disarankan di infus cairan kristaloid dengan tetesan
berdasarkan tatanan pada fase panas, penderita dianjurkan banyak
minum air buah (sari buah), oralit yang biasa dipakai mengatasi diare.
Hematokrit yang meningkat lebih dari 20% dari nilai normal (37-
48%) merupakan indikator adanya kebocoran plasma dan sebaiknya
penderita dirawat diruang observasi dipusat rehidrasi ± 12-24 jam.
Penderita DBD yang gelisah dengan ujung ekstremitas yang dingin,
nyeri perut dan produksi urine yang kurang sebaiknya dianjurkan
untuk dirawat inap. Penderita dengan tanda-tanda perdarahan dan
hematokrit yang tinggi harus dirawat inap di RS untuk memperoleh
cairan pengganti dengan segera.
Volume dan mmacam cairan pengganti penderita DBD sama
seperti yang digunakan pada kasus diare dengan dehidrasi sedang (6-
10% kekurangan cairan) tetapi tetesan tetap diperhatikan.
Kebutuhan cairan sebaiknya diberikan dalam kurun waktu 2-3
jam pertama dan selanjutnya tetesan diatur kembali dalam waktu 24-
48 jam saat kebocoran plasma terjadi. Ppemeriksaan hematokrit secara
dini ditentukan setiap 4-6 jam dan dianjurkan mencatat data vital
setiap saat untuk menentukan / mengatur agar memperoleh jumlah
pengganti cairan yang cukup dan mencegah pemberian infus tranfusi
berulang. Petunjuk pemberian cairan harus jelas.
Perhitungan secara kasar adalah sebagai berikut : (ml / jam) =
(tetesan / menit) x 3
Jumlah cairan yang dibutuhkan adalah volume minimal cairan
pengganti yang cukup untuk mempertahankan sirkulasi secara efektif
selam periode kebocoran (24-48 jam), pemberian cairan yang
berlebihan akan menyebabkan kegagalan faal penafasan (efusi pleura
dan acites) dan akan terjadi penumpukan cairan dalam jaringan paru
yang berakhir dengan edema.
Anatomi Fisiologi
1. Sel-sel darah ada 3 macam yaitu:
a) Eritrosit (sel darah merah)
Eritrosit merupakan sel darah yang telah berdeferensi jauh dan
mempunyai fungsi khusus untuk transport oksigen.
b) Leukosit (sel darah putih)
Sel darah putih yang mengandung inti, normalnya 5.000 – 9.000
sel/mm³.
c) Trombosit (sel pembeku darah)
Keping darah berwujud cakram protoplasmanya kecil yang dalam
peredaran darah tidak berwarna, jumlahnya dapat bevariasi antara
200.000 – 300.000/mm³ darah.
2. Struktur Sel
a) Membran sel (selaput sel)
Membran struktur elastis yang sangat tipis, tebalnya hanya 7,5-
10nm. Hampir seluruhnya terdiri dari keeping-keping halus gabungan
protein lemak yang merupakan lewatnya berbagai zat yang keluar
masuk sel. Membran ini bertugas untuk mengatur hidup sel dan
menerima segala untuk rangsangan yang datang.
b) Plasma
Bahan-bahan yang dapat dalam plasma: anorganik (garam
mineral, air, oksigen, karbohidrat, amoniak), bahan organis
(karbohidrat, lemak, protein, hormon, vitamin dan asam nukleat).
(Syaiffudin, 1997: Hal. 4)
4. PATOFISIOLOGI
Reaksi tubuh terhadap infeksi :
a) Aktivitas komplemen sehingga dikeluarkan zat anafilaktosin yang
menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler dan terjadi
perembesan plasma dari ruang intra vaskular ke ruang ekstra
vaskular.
b) Trombosit menurun, apabila kelainan ini berlanjut akan
menyebabkan kelainan fungsi trombosit sebagai akibat mobilisasi sel
trombosit muda dari sumsum tulang.
c) Kerusakan sel endotel pembuluh darah akan merangsang /
mengaktivasi faktor pembekuan.
Ketiga faktor diatas menyebabkan permebilitas kapiler, kelainan
hemostatis yang disebabkan oleh Vaskulopati, Trombositopenia dan
Koagupolati.
Infeksi Virus Dengue

Demam, Anoreksia Trombositopenia


muntah Hepatomegali

Dehidrasi Manifestasi Permeabilitas Kompeks Ag Ab


I
Perdarahan Vaskular Naik Komplemen

Kebocoran Plasma

- Hemokonsentrasi
Demam Dengue
- Hipoproteinemia II

- Efusi Pleura

- Asiter Asidosis
Hipovolemia

Anemia
Meninggal IV

III Syok Hipoksia Jaringan

Perdarahan Saluran Cerna

DBD derajat I , II , III , IV


5. MANIFESTASI KLINIS
Infeksi virus Dengue mengakibatkan manifestasi klinis yang
bervariasi mulai dari Asimptomatik, penyakit paling ringan ( Mild
Undifferented Febrice Illnes ), demam dengue Demam Berdarah Dengue
sampai syndrom syok dengue. Walaupun secara epidemiologis infeksi
ringan lebih banyak, tetapi pada awal penyakit hampir tidak mungkin
membedakan infeksi ringan atau berat.
Biasanya disertai demam tinggi, fenomena perdarahan, hepatomegali
dan kegagalan sirkulasi. Demam dengue pada bayi dan anak berupa
demam tinggi mendadak, nyeri pada anggota badan (kepala, bola mata,
punggung dan sendi) dan timbul ruam makulopapular. Tanda lain
menyerupai Demam Dengue yaitu Anoreksia, muntah dan nyeri kepala.
Gejala Klinis :
- Demam tinggi mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari.
- Manifestasi perdarahan, termasuk setidak-tidaknya uji bendung positif
dan bentuk lain (ptekie, epistaksis, perdarahan gusi), hematemesis
atau melena.
- Pembesaran hati
- Syok yang ditandai dengan nadi lemah, cepat (sistolik menurun
sampai 80 mmHg atau kurang) disertai kulit yang terasa dingin dan
lembab terutama pada ujung hidung, jari dan kaki, pasien menjadi
gelisah, sianosis disekitar mulut.

6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a) Kriteria Laboratorium
- Trombositopenia (kurang atau sama dengan 100.000/m3)
- Hemokonsentrasi
Terdapat kenaikan Hematokrit ≥ 20% pada masa akut
dibanding dengan masa penyembuhan.
- Uji Laboratorium
Ada 2 metode pemeriksaan laboratorium untuk menegakkan
diagnosis infeksi virus dengue, yaitu : Deteksi Virus / Antigen Virus
(kultur / PCR) dan deteksi antibodi anti dengue (serologi)
b) Pemeriksan Laboratorium
- Biasanya Neutropenia (jumlah neutropil kurang dari normal : 1-
3%)
- Trombositopenia ditemukan pada demam berdarah dengue dan uji
Torniquet (+)
- Terjadi Hiperprotenemia dan Hematokrit meningkat
- Perubahan EKG meningkat, meliputi : Bradikardi, ekstra sistol
ventrikel dan depresi segmen.
- Pemeriksaan serologi memperlihatkan antibodi spesifik terhadap
virus dengue, sementara virusnya sendiri dapat di isolasi dari
monosit darah / serum

7. PENATALAKSANAAN MEDIS THERAPY


a) Kasus DBD yang diperkenankan berobat jalan
Penderita diperkenankan berobat jalan jika hanya mengeluh
panas, tetapi keinginan makan dan minum masih baik. Untuk
mengatasi panas tinggi yang mmendadak, dipekenankan memberikan
paracetamol 10-15 mg/kg BB setiap 3-4 jam diulang jika symtom
panas masih nyata diatas 38,50 C. Sebagian besar kasus DBD yang
berobat jalan ini adalah kasus DBD yang menunjukkan penyulit
lainnya. Apabila penderita DBD ini menunjukkan manifestasi penyulit
Hipertermi dan konvulsi sebaiknya dianjurkan untuk dirawat inap.
Jenis Cairan :
- Ringer Laktat (RL)
- 5% Dextrose
Kebutuhan cairan untuk dehidrasi sedang :
Berat waktu masuk (kg) Jumlah cairan ml/kg BB/hari
<7 220
7 – 11 165
12 – 18 132
> 18 88
Pemilihan jenis dan volume cairan yang diperlukan tergantung pada
umur dan BB pasien. Sedangkan derajat kehilangan plasma sesuai dengan
derajat hemokonsentrasi yang terjadi. Pada anak gemuk kebutuhan cairan
disesuaikan dengan BB ideal anak yang beumur sama. Kebutuhan cairan
dapat diperhitungkan sebagai berikut :
Kebutuhan cairan :
Berat Badan (kg) Jumlah cairan ml/kg BB per hari
10 100 ml / kg BB
10 – 20 1000 + (50 x kg) (diatas 10 kg)
> 20 15000 x kg (diatas 20 kg)

8. Penatalaksanaan DBD derajat III dan IV


Pada kasus yang sangat berat (derajat IV) dapat diberikan bolus 10
ml/kg (1x / 2x). Jika syok berlangsung terus dengan Hematokrit yang
tinggi. Larutan koloidal (dekstran dengan berat molekul 40.000 di dalam
larutan normal garam) faal / plasma dapat diberikan dengan jumlah 10-20
/ kg / jam.
a) Obat Penenang
Pada beberapa kasus obat penenang memang diperlukan, terutama
pada kasus yang sangat gelisah – Obat yang Hepatotoksik sebaiknya
dihindarkan. Chloral hidrat oral / rektal dianjurkan dengan dosis 12,5
– 50 mg/kg (tetapi jangan lebih dari 4 jam) digunakan sebagai obat
hipnotik.
b) Therapy Oksigen
Semua penderita dengan renjatan sebaiknya diberikan oksigen.
c) Tranfusi Darah
Penderita yang menunjukkan gejala perdarahan seperti
Hematemesis dan melena di indikasikan untuk memperoleh tranfusi
darah. Darah segar sangat berguna untuk mengganti volume massa sek
darah agar menjadi normal.
d) Monitoring
Tanda vital dan kadar Hematokrit harus dimonitor dan dievaluasi
secara teratur untuk menilai hasil pengobatan. Hal-hal yang perlu
diperhatikan :
- Nadi, Tekanan Darah, Respirasi, Temperatur harus dicatat setiap
15-30 menit / lebih sering, sampai syok dapat diatasi.
- Kadar Hematokrit harus diperiksa 4-6 jam sampai keadaan klinis
pasien stabil.
- Setiap pasien harus mempunyai formulir pemantauan, mengenai
jenis cairan, jumlah dan tetesan untuk menentukan apakah cairan
yang diberikan sudah mencukupi.
- Jumlah dan frekuensi diuresis.
B. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Pengkajian
a) Identitas
DHF merupakan penyakit daerah tropis yang sering menyebabkan
kematian anak, remaja dan dewasa (Effendy, 1995).
b) Keluhan Utama
Pasien mengeluh panas, sakit kepala, lemah, nyeri ulu hati, mual
dan nafsu makan menurun.
c) Riwayat penyakit sekarang
Riwayat kesehatan menunjukkan adanya sakit kepala, nyeri otot,
pegal seluruh tubuh, sakit pada waktu menelan, lemah, panas, mual,
dan nafsu makan menurun.
d) Riwayat penyakit terdahulu
Tidak ada penyakit yang diderita secara spesifik.
e) Riwayat penyakit keluarga
Riwayat adanya penyakit DHF pada anggota keluarga yang lain
sangat menentukan, karena penyakit DHF adalah penyakit yang bisa
ditularkan melalui gigitan nyamuk aides aigepty.
f) Riwayat Kesehatan Lingkungan
Biasanya lingkungan kurang bersih, banyak genangan air bersih
seperti kaleng bekas, ban bekas, tempat air minum burung yang jarang
diganti airnya, bak mandi jarang dibersihkan.
g) Riwayat Tumbuh Kembang
h) Pengkajian Per Sistem
- Sistem Pernapasan: Sesak, perdarahan melalui hidung, pernapasan
dangkal, epistaksis, pergerakan dada simetris, perkusi sonor, pada
auskultasi terdengar ronchi, krakles.
- Sistem Persyarafan: Pada grade III pasien gelisah dan terjadi
penurunan kesadaran serta pada grade IV.
- Sistem Cardiovaskuler: Pada grade I dapat terjadi hemokonsentrasi,
uji tourniquet positif, trombositopenia, pada grade III dapat terjadi
kegagalan sirkulasi, nadi cepat, lemah, hipotensi, cyanosis sekitar
mulut, hidung dan jari-jari, pada grade IV nadi tidak teraba dan
tekanan darah tak dapat diukur.
- Sistem Pencernaan: Selaput mukosa kering, kesulitan menelan,
nyeri tekan pada epigastrik, pembesarn limpa, pembesaran hati,
abdomen teregang, penurunan nafsu makan, mual, muntah, nyeri
saat menelan, dapat hematemesis, melena.
- Sistem perkemihan: Produksi urine menurun, kadang kurang dari
30 cc/jam, akan mengungkapkan nyeri sat kencing, kencing
berwarna merah.
- Sistem Integumen: Terjadi peningkatan suhu tubuh, kulit kering,
pada grade I terdapat positif pada uji tourniquet, terjadi pethekie,
pada grade III dapat terjadi perdarahan spontan pada kulit.

2. Diagnosa Keperawatan
a) Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.
b) Kekurangan cairan berhubungan dengan pindahnya cairan
intravaskuler ke ekstravaskuler.
c) Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan
nafsu makan yang menurun.
d) Resiko syok hypovolemik berhubungan dengan perdarahan yang
berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.
e) Resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan penurunan factor-
faktor pembekuan darah (trombositopenia).
f) Kecemasan orang tua berhubungan dengan kondisi anak.
g) Kurang pengetahuan keluarga tentang penyakit, prognosis, efek
prosedur, dan perawatan anggota keluarga yang sakit berhubungan
dengan kurang terpajan/mengingat informasi.
3. Intervensi atau Rencana Asuhan Keperawatan
a) Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus.
Tujuan : Menurunkan suhu tubuh serta mempertahankannya dalam
kondisi yang normal.
Kriteria Hasil :
- Menunjukkan penurunan suhu tubuh dengan mencapai tujuan nilai
suhu, nadi, pernafasan serta tekanan darah normal.
- Tidak mengalami peningkatan suhu tubuh.
No Intervensi Rasionalisasi
1. Monitor perubahan suhu tubuh, nadi, - Peningkatan suhu, nadi serta
pernafasan, serta tekanan darah tekanan darah dapat menunjukkan
kehilangan volume darah,
sirkulasi, memerlukan evaluasi
lanjutan.

2. Berikan kompres panas pada aksila - Memberikan kompres panas pada


dan lipatan paha, frontale daerah tersebut dapat menurunkan
suhu tubuh.

3. Gunakan pakaian yang tipis untuk - Dengan menggunakan pakaian


membantu proses penguapan. tipis diharapkan dapat membantu
sirkulasi darah yang baik.

4. Berikan antipiretik dan antibodi - Diharapkan dapat menurunkan


sesuai dengan ketentuan. suhu tubuh yang meningkat
2. Kurang volume cairan berhubungan dengan peningkatan
permeabilitas kapiler, perdarahan, muntah dan demam.
Tujuan : Mengatasi kurangnya cairan serta mempertahankan asupan
dan keluarannya.
Kriteria hasil :
- Defisit cairan tidak terjadi
- Intake dan output adekuat.
No Intervensi Rasionnalisasi
1. Monitor tanda vital, KU, tanda-tanda : - Mengetahui status perkembangan
- Syok, asupan dan keluaran vital sign klien

2. Berikan cairan intravena dan - Untuk membantu pemenuhan


pertahankan tetesan sesuai ketentuan nutrisi klien

3. Anjurkan anak untuk banyak minum - Untuk mengurangi peningkatan


suhu tubuh tanpa resiko terjadi
syok hipovolemik

3. Resiko terjadi komplikasi berhubungan dengan perdarahan.


Tujuan : mencegah terjadinya perdarahan, peningkatan trombosit.
Kriteria Hasil :
- Keadaan umum membaik
- Tanda-tanda vital perdarahan berkurang dan hilang
No Intervensi Rasionnalisasi
1. Monitor penurunan jumlah trombosit - Mengurangi resiko kematian

Monitor tanda-tanda perdarahan - Untuk mencegah perdarahan


2.

Pertahankan kebutuhan cairan - Agar tidak terjadi syok


3.
hipovolemik
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual, muntah, tidak ada nafsu makan.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil :
- Peningkatan berat badan
- Tidak mmengalami / timbul tanda malnutrisi lebih lanjut
No Intervensi Rasionnalisasi
1. Monitor adanya penurunan BB yang - Memberikan tim medis dan
drastis, mual, muntah paramedis tentang informasi
defisiensi
2. Beri makanan yang mudah ditelan
seperti bubur dan hidangkan dalam - Mempermudah asupan nutrisi
keadaan hangat
3.
Beri porsi makan sedikit dan sering - Buruknya toleransi terhadap
sehingga terpenuhi asupan yang makanan banyak mungkin
cukup berhubungan dengan peningkatan
intra abdomen

4. Evaluasi/Kriteria Hasil Keperawatan


a) Suhu tubuh normal
b) Tidak terjadi defisit voume cairan
c) Tidak terjadi syok hipovolemik
d) Tidak terjadi gangguan kebutuhan nutrisi
e) Tidak terjadi perdarahan
f) Ansietas berkurang/terkontrol
g) orang tua memahami tentang kondisi, efek prosedur dan proses
pengobatan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Alimul Hidayat, A. Azis. 2006. Pengantar Ilme Keperawatan Anak. Jakarta :


Salemba Medika
2. Dongoes, Marilyn. E. 1996. Rencana Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta.
EGC
3. Mansoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media
Aesculapius
4. Suriadi. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta : Fajar Interpratama

http://ardyanpradana007.blogspot.com/2013/06/askep-anak-dengan-
ASD/VSD.html
http://dastodebelto.blogspot.com
http://infokesehatan-healthy.blogspot.com/2012/06/DBD.html

www.google.com (keyword: Askep Anak dengan DBD)


BAB II

Laporan Analisa Data

Nama Mahasiswa : Alan Mandala Putra Tanggal: 30 Desember 2014


Ruangan : IGD

Nama klien : An.R


Umur : 1 tahun
Diagnosa medis : DHF

Pengkajian ABCD

Airway

Jalan napas paten

Breathing

Pernapasan spontan, frekuensi 42 x/m, irama teratur, tidak menggunakan otot

pernapasan.

Circulation

Cyanosis dan diaporesis tidak ada, mukosa bibir kering, akral dingin, suhu 38,60C,

turgor elastis, nadi cepat dan kuat, frekuensi 120x/m, CRT < 3 detik. Klien

tampak pucat, konjunctiva tidak anemis.

Disability and drug

Anak R tampak lemah, demam sudah 3 hari, muntah setiap makan, BAB > 4 kali

Sebelumnya klien sudah diberi paracetamol sirup tetapi demamnya tidak

berkurang,

klien gelisah dan menangis terus.


Diagnosa keperawatan

Analisa data

1. -Data subjektif

Ibu klien mengatakan klien sudah demam 3 hari, demam hilang timbul, BAB

mencret > 3 kali, klien gelisah dan menangis terus.

-Data Objektif

Klien tampak rewel dan gelisah, akral dingin, suhu 38,60C, mukosa bibir kering,

nadi dan pernapasan cepat.

Diagnosa keperawatan : Hipertermi b/d proses inflammasi

2. -Data subjektif

Ibu klien mengatakan badan klien lemah sekali, muntah setiap minum dan makan,

BAB >2 kali

-Data objektif

Klien tampak lemah, muntah setiap makan dan minum, mukosa bibir kering,

turgor elastis, klien tampak pucat

Diagnosa keperawatan : Risiko kekurangan volume cairan b/d intake cairan yang

kurang/ tidak adekuat


Implementasi dan evaluasi

Implementasi Evaluasi

Subjektif
1.Memberikan kompres air biasa -Ibu klien mengatakan panas anaknya
kepada klien. berkurang dan anaknya sudah mulai
tenang
2.Membuka pakaian klien dan
memakaikan klien pakaian yang Objektif
tipis dan menyerap keringat -Klien sudah diberi kompres air biasa
-Klien mengenakan pakaian yang tipis
3.Memasang infus klien yaitu dan menyerap keringat
cairan RL 20 gtt/m. -Infus RL berjalan lancar
-Klien mau minum sedikit-sedikit
4.Menganjurkan ibu klien -Suhu terakhir klien 37,60C
memberikan klien banyak minum
6-8 gelas sehari. Analisa
Masalah hipertermi teratasi sementara,
5.Memonitor suhu secara ketat klien diperbolehkan pulang oleh dokter
untuk melihat adanya perubahan yang merawat, bila infus habis.
suhu yang ekstrem
Planning
Ibu klien dianjurkan memberi obat yang
diberikan, memberi kompres, dan
segera kembali keRumah sakit bila
demamnya tidak berkurang dan awasi
terjadinya kejang.

Subjektif
1.Memasang infus klien yaitu -Ibu klien mengatakan klien hanya
cairan RL 20 gtt/m sedikit minum, muntah tidak ada lagi,
2.Memberikan klien minum air BAB 1 kali, encer dan berbuih.
putih : habis ± 200 cc
Objektif
3.Memperhatikan kelancaran -Infus terpasang cairan RL 20 gtt/m
tetesan infus : infus RL berjalan berjalan lancar
lancar -Klien mau meminum air yang
diberikan (± 200 cc)
4.Mengobservasi intake dan -Muntah tidak ada lagi
output cairan klien : output cairan -Mukosa bibir kering, turgor elastis, k/u
± 250 cc (BAK) , intake ± 400cc klien lemah, BAB 1 kali
(minum dan Infus)
5.Mengkaji tanda dan gejala Analisa
terjadinya dehidrasi seperti Masalah risiko kekurangan volume
melihat mukosa bibir, turgor kulit cairan tidak terjadi/dapat dicegah untuk
dan TTV. sementara. Klien diperbolehkan pulang

Planning
Tindakan dihentikan, ibu klien
disarankan agar tetap memenuhi intake
cairan klien dan segera kembali ke
Rumah Sakit bila demam, BAB dan
muntah berterusan dan kondisi klien
makin lemah.

Evaluasi
Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa hasil pemeriksaan darah klien

trombosit turun dan rumple leed (+).

Anda mungkin juga menyukai