TAHUN 2014/2015
D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
2. ETIOLOGI
Virus Dengue Serotipe 1, 2, 3 dan 4 yang ditularkan melalui vektor
nyamuk Aedes Aegypti, Nyamuk Aedes Albopictus, Aedes Polynesiensis
dan beberapa spesies lain. Infeksi dengan salah satu serotipe akan
menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan
tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe lain.
3. KLASIFIKASI
a) Kasus DBD derajat I dan II
Pada hari ke 3, 4, 5 panas, dirawat inap. Karena penyakit ini
mempunyai resiko terjadi syok. Untuk mengantisipasi syok tersebut,
penderita disarankan di infus cairan kristaloid dengan tetesan
berdasarkan tatanan pada fase panas, penderita dianjurkan banyak
minum air buah (sari buah), oralit yang biasa dipakai mengatasi diare.
Hematokrit yang meningkat lebih dari 20% dari nilai normal (37-
48%) merupakan indikator adanya kebocoran plasma dan sebaiknya
penderita dirawat diruang observasi dipusat rehidrasi ± 12-24 jam.
Penderita DBD yang gelisah dengan ujung ekstremitas yang dingin,
nyeri perut dan produksi urine yang kurang sebaiknya dianjurkan
untuk dirawat inap. Penderita dengan tanda-tanda perdarahan dan
hematokrit yang tinggi harus dirawat inap di RS untuk memperoleh
cairan pengganti dengan segera.
Volume dan mmacam cairan pengganti penderita DBD sama
seperti yang digunakan pada kasus diare dengan dehidrasi sedang (6-
10% kekurangan cairan) tetapi tetesan tetap diperhatikan.
Kebutuhan cairan sebaiknya diberikan dalam kurun waktu 2-3
jam pertama dan selanjutnya tetesan diatur kembali dalam waktu 24-
48 jam saat kebocoran plasma terjadi. Ppemeriksaan hematokrit secara
dini ditentukan setiap 4-6 jam dan dianjurkan mencatat data vital
setiap saat untuk menentukan / mengatur agar memperoleh jumlah
pengganti cairan yang cukup dan mencegah pemberian infus tranfusi
berulang. Petunjuk pemberian cairan harus jelas.
Perhitungan secara kasar adalah sebagai berikut : (ml / jam) =
(tetesan / menit) x 3
Jumlah cairan yang dibutuhkan adalah volume minimal cairan
pengganti yang cukup untuk mempertahankan sirkulasi secara efektif
selam periode kebocoran (24-48 jam), pemberian cairan yang
berlebihan akan menyebabkan kegagalan faal penafasan (efusi pleura
dan acites) dan akan terjadi penumpukan cairan dalam jaringan paru
yang berakhir dengan edema.
Anatomi Fisiologi
1. Sel-sel darah ada 3 macam yaitu:
a) Eritrosit (sel darah merah)
Eritrosit merupakan sel darah yang telah berdeferensi jauh dan
mempunyai fungsi khusus untuk transport oksigen.
b) Leukosit (sel darah putih)
Sel darah putih yang mengandung inti, normalnya 5.000 – 9.000
sel/mm³.
c) Trombosit (sel pembeku darah)
Keping darah berwujud cakram protoplasmanya kecil yang dalam
peredaran darah tidak berwarna, jumlahnya dapat bevariasi antara
200.000 – 300.000/mm³ darah.
2. Struktur Sel
a) Membran sel (selaput sel)
Membran struktur elastis yang sangat tipis, tebalnya hanya 7,5-
10nm. Hampir seluruhnya terdiri dari keeping-keping halus gabungan
protein lemak yang merupakan lewatnya berbagai zat yang keluar
masuk sel. Membran ini bertugas untuk mengatur hidup sel dan
menerima segala untuk rangsangan yang datang.
b) Plasma
Bahan-bahan yang dapat dalam plasma: anorganik (garam
mineral, air, oksigen, karbohidrat, amoniak), bahan organis
(karbohidrat, lemak, protein, hormon, vitamin dan asam nukleat).
(Syaiffudin, 1997: Hal. 4)
4. PATOFISIOLOGI
Reaksi tubuh terhadap infeksi :
a) Aktivitas komplemen sehingga dikeluarkan zat anafilaktosin yang
menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler dan terjadi
perembesan plasma dari ruang intra vaskular ke ruang ekstra
vaskular.
b) Trombosit menurun, apabila kelainan ini berlanjut akan
menyebabkan kelainan fungsi trombosit sebagai akibat mobilisasi sel
trombosit muda dari sumsum tulang.
c) Kerusakan sel endotel pembuluh darah akan merangsang /
mengaktivasi faktor pembekuan.
Ketiga faktor diatas menyebabkan permebilitas kapiler, kelainan
hemostatis yang disebabkan oleh Vaskulopati, Trombositopenia dan
Koagupolati.
Infeksi Virus Dengue
Kebocoran Plasma
- Hemokonsentrasi
Demam Dengue
- Hipoproteinemia II
- Efusi Pleura
- Asiter Asidosis
Hipovolemia
Anemia
Meninggal IV
6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a) Kriteria Laboratorium
- Trombositopenia (kurang atau sama dengan 100.000/m3)
- Hemokonsentrasi
Terdapat kenaikan Hematokrit ≥ 20% pada masa akut
dibanding dengan masa penyembuhan.
- Uji Laboratorium
Ada 2 metode pemeriksaan laboratorium untuk menegakkan
diagnosis infeksi virus dengue, yaitu : Deteksi Virus / Antigen Virus
(kultur / PCR) dan deteksi antibodi anti dengue (serologi)
b) Pemeriksan Laboratorium
- Biasanya Neutropenia (jumlah neutropil kurang dari normal : 1-
3%)
- Trombositopenia ditemukan pada demam berdarah dengue dan uji
Torniquet (+)
- Terjadi Hiperprotenemia dan Hematokrit meningkat
- Perubahan EKG meningkat, meliputi : Bradikardi, ekstra sistol
ventrikel dan depresi segmen.
- Pemeriksaan serologi memperlihatkan antibodi spesifik terhadap
virus dengue, sementara virusnya sendiri dapat di isolasi dari
monosit darah / serum
2. Diagnosa Keperawatan
a) Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.
b) Kekurangan cairan berhubungan dengan pindahnya cairan
intravaskuler ke ekstravaskuler.
c) Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan
nafsu makan yang menurun.
d) Resiko syok hypovolemik berhubungan dengan perdarahan yang
berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.
e) Resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan penurunan factor-
faktor pembekuan darah (trombositopenia).
f) Kecemasan orang tua berhubungan dengan kondisi anak.
g) Kurang pengetahuan keluarga tentang penyakit, prognosis, efek
prosedur, dan perawatan anggota keluarga yang sakit berhubungan
dengan kurang terpajan/mengingat informasi.
3. Intervensi atau Rencana Asuhan Keperawatan
a) Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus.
Tujuan : Menurunkan suhu tubuh serta mempertahankannya dalam
kondisi yang normal.
Kriteria Hasil :
- Menunjukkan penurunan suhu tubuh dengan mencapai tujuan nilai
suhu, nadi, pernafasan serta tekanan darah normal.
- Tidak mengalami peningkatan suhu tubuh.
No Intervensi Rasionalisasi
1. Monitor perubahan suhu tubuh, nadi, - Peningkatan suhu, nadi serta
pernafasan, serta tekanan darah tekanan darah dapat menunjukkan
kehilangan volume darah,
sirkulasi, memerlukan evaluasi
lanjutan.
http://ardyanpradana007.blogspot.com/2013/06/askep-anak-dengan-
ASD/VSD.html
http://dastodebelto.blogspot.com
http://infokesehatan-healthy.blogspot.com/2012/06/DBD.html
Pengkajian ABCD
Airway
Breathing
pernapasan.
Circulation
Cyanosis dan diaporesis tidak ada, mukosa bibir kering, akral dingin, suhu 38,60C,
turgor elastis, nadi cepat dan kuat, frekuensi 120x/m, CRT < 3 detik. Klien
Anak R tampak lemah, demam sudah 3 hari, muntah setiap makan, BAB > 4 kali
berkurang,
Analisa data
1. -Data subjektif
Ibu klien mengatakan klien sudah demam 3 hari, demam hilang timbul, BAB
-Data Objektif
Klien tampak rewel dan gelisah, akral dingin, suhu 38,60C, mukosa bibir kering,
2. -Data subjektif
Ibu klien mengatakan badan klien lemah sekali, muntah setiap minum dan makan,
-Data objektif
Klien tampak lemah, muntah setiap makan dan minum, mukosa bibir kering,
Diagnosa keperawatan : Risiko kekurangan volume cairan b/d intake cairan yang
Implementasi Evaluasi
Subjektif
1.Memberikan kompres air biasa -Ibu klien mengatakan panas anaknya
kepada klien. berkurang dan anaknya sudah mulai
tenang
2.Membuka pakaian klien dan
memakaikan klien pakaian yang Objektif
tipis dan menyerap keringat -Klien sudah diberi kompres air biasa
-Klien mengenakan pakaian yang tipis
3.Memasang infus klien yaitu dan menyerap keringat
cairan RL 20 gtt/m. -Infus RL berjalan lancar
-Klien mau minum sedikit-sedikit
4.Menganjurkan ibu klien -Suhu terakhir klien 37,60C
memberikan klien banyak minum
6-8 gelas sehari. Analisa
Masalah hipertermi teratasi sementara,
5.Memonitor suhu secara ketat klien diperbolehkan pulang oleh dokter
untuk melihat adanya perubahan yang merawat, bila infus habis.
suhu yang ekstrem
Planning
Ibu klien dianjurkan memberi obat yang
diberikan, memberi kompres, dan
segera kembali keRumah sakit bila
demamnya tidak berkurang dan awasi
terjadinya kejang.
Subjektif
1.Memasang infus klien yaitu -Ibu klien mengatakan klien hanya
cairan RL 20 gtt/m sedikit minum, muntah tidak ada lagi,
2.Memberikan klien minum air BAB 1 kali, encer dan berbuih.
putih : habis ± 200 cc
Objektif
3.Memperhatikan kelancaran -Infus terpasang cairan RL 20 gtt/m
tetesan infus : infus RL berjalan berjalan lancar
lancar -Klien mau meminum air yang
diberikan (± 200 cc)
4.Mengobservasi intake dan -Muntah tidak ada lagi
output cairan klien : output cairan -Mukosa bibir kering, turgor elastis, k/u
± 250 cc (BAK) , intake ± 400cc klien lemah, BAB 1 kali
(minum dan Infus)
5.Mengkaji tanda dan gejala Analisa
terjadinya dehidrasi seperti Masalah risiko kekurangan volume
melihat mukosa bibir, turgor kulit cairan tidak terjadi/dapat dicegah untuk
dan TTV. sementara. Klien diperbolehkan pulang
Planning
Tindakan dihentikan, ibu klien
disarankan agar tetap memenuhi intake
cairan klien dan segera kembali ke
Rumah Sakit bila demam, BAB dan
muntah berterusan dan kondisi klien
makin lemah.
Evaluasi
Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa hasil pemeriksaan darah klien