DI SUSUN OLEH :
AZUN ISTIQAMAH
NPM. 020021140
LAPORAN PENDAHULUAN
2. Etiologi
Penyebab demam berdarah dengue (DBD) atau dengue haemorragic fever (DHF) adalah
virus dengue. Di Indonesia virus tersebut saat ini telah diisolasi menjadi 4 serotipe virus
dengue yang termasuk dalam grup B. Dari arthopedi borne virus (arbovirus) yaitu DEN-
1, DEN-2, DEN-3, DEN-4. Ternyata DEN-2 dan DEN-3 merupakan serotipe yang
menjadi penyebab terbanyak. Di Thailand dilaporkan bahwa serotipe DEN-2 adalah
dominan sementara di Indonesia yang terutama deominan adalah DEN-3 tapi akhir-akhir
ini adalah kecenderungan dominan DEN-2. Setelah oleh nyamuk yang membawa virus,
maka inkubasi akan berlangsung antara 3-15 hari sampai gejala demam Dengue muncul.
(Meilany, 2010).
3. Patofisiologi
Demam Berdarah tidak tertular langsung dari satu orang ke orang lainnya, namun
melalui perantara gigitan nyamuk Aedes aegypti. Penderita menjadi infektif bagi nyamuk
pada saat viremia, yaitu sejak beberapa saat sebelum panas sampai masa demam
berakhir, biasanya berlangsung 3-5 hari, nyamuk menjadi infektif 8-12 hari setelah
menghisap darah orang yang infektif dan penderita akan tetap infektif selama hidupnya.
Adapun masa inkubasi dari 3-14 hari, biasanya 4-7 hari.
Virus dengue akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti
dan kemudian bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah komplek virus antibodi, dalam
sirkulasi akan mengaktivasi sistem komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas
C3a dan C5a, dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamin dan merupakan
mediator kuat sebagai faktor meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan
menghilangkan plasma mealui endotel dinding itu.
3
4. Pathway
Arbovirus (melalui nyamuk aedes aegypti)Beredar dalam aliran darah Infeksi virus dengue (viremia)
PGE2 hipotalamus Membentuk & melepaskan zat C3a, C5a Mengaktifkan system komplemen
HIPERTERMI
Permeabilitas membrane meningkat
Peningkatan reabsorbsi Na+ dan H2O
TromboSitopeni
Renjatan hipovolemik dan hipotensi
Merangsang & mengaktivitas factor pembekuan
Kebocoran plasma
DIC
Perdarahan
RESIKO PERDARAHAN
Resiko perfusi jaringan tidak efektif
Asidosis metabolik
Hipoksia jaringan
Mual,muntah
KETIDAKEFEKTIFAN POLA NAPAS Penekanan intraabdomen
6. Komplikasi
Dalam penyakit DHF atau demam berdarah jika tidak segera di tangani akan
menimbulkan kompikisi adalah sebagai berikut
a. Perdarahan
Perdarahan pada DHF disebabkan adanya perubahan vaskuler, penurunan jumlah
trombosit (trombositopenia) <100.000 /mm³ dan koagulopati, trombositopenia,
dihubungkan dengan meningkatnya megakoriosit muda dalam sumsum tulang dan
pendeknya masa hidup trombosit. Tendensi perdarahan terlihat pada uji tourniquet
positif, petechi, purpura, ekimosis, dan perdarahan saluran cerna, hematemesis dan
melena
b. Kegagalan sirkulasi
DSS (Dengue Syok Sindrom) biasanya terjadi sesudah hari ke 2 – 7, disebabkan oleh
peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga terjadi kebocoran plasma, efusi cairan
serosa ke rongga pleura dan peritoneum, hipoproteinemia, hemokonsentrasi dan
hipovolemi yang mengakibatkan berkurangnya aliran balik vena (venous return),
prelod, miokardium volume sekuncup dan curah jantung, sehingga terjadi disfungsi
atau kegagalan sirkulasi dan penurunan sirkulasi jaringan.
DSS juga disertai dengan kegagalan hemostasis mengakibatkan aktivity dan
integritas system kardiovaskur, perfusi miokard dan curah jantung menurun, sirkulasi
darah terganggu dan terjadi iskemia jaringan dan kerusakan fungsi sel secara
progresif dan irreversibel, terjadi kerusakan sel dan organ sehingga pasien meninggal
dalam 12-24 jam.
c. Hepatomegali
Hati umumnya membesar dengan perlemakan yang berhubungan dengan nekrosis
karena perdarahan, yang terjadi pada lobulus hati dan sel sel kapiler. Terkadang
tampak sel netrofil dan limposit yang lebih besar dan lebih banyak dikarenakan
adanya reaksi atau kompleks virus antibody
d. Efusi pleura
Efusi pleura karena adanya kebocoran plasma yang mengakibatkan ekstravasasi
aliran intravaskuler sel hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya cairan dalam
rongga pleura bila terjadi efusi pleura akan terjadi dispnea, sesak napas.
5
7. Klasifikasi
a. Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket positif,
trombositopeni dan hemokonsentrasi.
b. Derajat II
Manifestasi klinik pada derajat I dengan manifestasi perdarahan spontan di bawah
kulit seperti peteki, hematoma dan perdarahan dari lain tempat.
c. Derajat III
Manifestasi klinik pada derajat II ditambah dengan ditemukan manifestasi kegagalan
system sirkulasi berupa nadi yang cepat dan lemah, hipotensi dengan kulit yang
lembab, dingin dan penderita gelisah
d. Derajat IV
Manifestasi klinik pada penderita derajat III ditambah dengan ditemukan manifestasi
renjatan yang berat dengan ditandai tensi tak terukur dan nadi tak teraba.
8. Pemeriksaan diagnostic
a. Laboratorium
Pemeriksaan darah yang rutin dilakukan untuk menapis pasien tersangka DBD
adalah melalui pemeriksaan kadar hemoglobin, hematokrit, jumlah trombosit dan
hapusan darah tepi untuk melihat adanya limfositosis relatif disertai gambaran
limfosit plasma biru.
Parameter laboratoris yang dapat diperiksa antara lain:
1) Leukosit: dapat normal atau menurun. Mulai hari ke 3 dapat ditemui limfositosis
relatif (>45% dari total lekosit) disertai adanya limfosit plasma biru >15% dari
jumlah total lekosit yang pada fase syok akan meningkat.
2) Trombosit: umumnya terdapat trombositopenia pada hari ke 3-8
3) Hematokrit: kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya peningkatan
hematokrit ≥ 20% dari hematokrit awal, umumnya dimulai pada hari ke 3 demam
4) Hemostasis: dilakukan pemeriksaan PT, APTT, Fibrinogen, D Dimer, atau FDP
pada keadaan yang dicurigai terjadi perdarahan atau kelainan pembekuan darah.
5) Protein/albumin: dapat terjadi hipoproteinemia akibat kebocoran plasma
6) SGOT/SGPT (serum alanin aminotransferase): dapat meningkat
7) Ureum, kreatinin:bila didapatkan gangguan fungsi ginjal
8) Elektrolit: sebagai pemantauan pemberian cairan
9) Golongan darah dan cross match: bila akan diberikan transfusi darah atau
komponen darah.
10) Imunoserologi dilakukan pemeriksaaan IgM dan IgG terhadap dengue
a) IgM: terdeteksi mulai hari ke 3-5, meningkat sampai minggu ke 3,
menghilang setelah 60-90 hari
b) IgG: pada infeksi primer, IgG mulai terdeteksi pada hari ke 14, pada infeksi
sekunder IgG mulai terdeteksi hari ke 2
6
11) Uji HI: dilakukan pengambilan bahan pada hari perta,a serta saat pulang dari
perawatan, uji ini digunakan untuk keperluan surveilans
b. Pemeriksaan Radiologis
Pada foto didapatkan efusi pleura, terutama pada hemothoraks kanan tetapi
apabila terjadi perembesan plasma hebat, efusi pleura dapat dijumpai pada kedua
hemithoraks. Pemeriksaan foto rontgen dada sebaiknya dalam posisi lateral dekubitus
kanan (pasien tidur pada sisi badan sebelah kanan). Ascites dan efusi pleura dapat
pula dideteksi dengan pemeriksaan USG
9. Penatalaksanaan
- Minum yang cukup, diselingi minum serbuk buah buahan (tidak harus buah jambu)
- Upaya untuk makan dan istirahat yang cukup
- Untuk perlindungan gunakan obat anti nyamuk yang mengandung DEET
- Cegah perkembangan nyamuk dan kenali tanda bahaya
- Pada penderita DBD tidak boleh diberikan asetosal, aspirin anti inflamasi
- Tatalaksanaan derajat I dan II
Berikan anak banyak minum larutan oralit atau jus buah, air tajin, air sirup, susu,
untuk mengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma, demam,
muntah/diare.Berikan parasetamol bila demam. Jangan berikan asetosal atau
ibuprofen karena obat-obatan ini dapat merangsang terjadinya perdarahan.Berikan
infus sesuai dengan dehidrasi sedang:
a. Berikan hanya larutan isotonik seperti Ringer laktat/asetat
b. Kebutuhan cairan parenteral
1. Berat badan < 15 kg : 7 ml/kgBB/jam
2. Berat badan 15-40 kg : 5 ml/kgBB/jam
3. Berat badan > 40 kg : 3 ml/kgBB/jam
c. Pantau tanda vital dan diuresis setiap jam, serta periksa laboratorium (hematokrit,
trombosit, leukosit dan hemoglobin) tiap 6 jam
d. Apabila terjadi penurunan hematokrit dan klinis membaik, turunkan jumlah
cairan secara bertahap sampai keadaan stabil. Cairan intravena biasanya hanya
memerlukan waktu 24–48 jam sejak kebocoran pembuluh kapiler spontan setelah
pemberian cairan.
e. Apabila terjadi perburukan klinis berikan tatalaksana sesuai dengan tata laksana
syok terkompensasi (compensated shock).
- Tatalaksnan derajat III dan IV
Perlakukan hal ini sebagai gawat darurat. Berikan oksigen 2-4 L/menit secarra
nasal. Berikan 20 ml/kg larutan kristaloid seperti Ringer laktat/asetat secepatnya. Jika
tidak menunjukkan perbaikan klinis, ulangi pemberian kristaloid 20 ml/kgBB
secepatnya (maksimal 30 menit) atau pertimbangkan pemberian koloid
10-20ml/kgBB/jam maksimal 30 ml/kgBB/24 jam.Jika tidak ada perbaikan klinis
tetapi hematokrit dan hemoglobin menurun pertimbangkan terjadinya perdarahan
tersembunyi; berikan transfusi darah/komponen. Jika terdapat perbaikan klinis
(pengisian kapiler dan perfusi perifer mulai membaik, tekanan nadi melebar), jumlah
7
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas klien : Meliputi nama,alamat,umur
b. Keluhan utama : Alasan klien masuk ke rumah sakit
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Dahulu
2) Alasan Masuk Rumah Sakit
3) Riwayat Kesehatan Sekarang
d. Riwayat imunisasi
e. Riwayat gizi
f. Kondisi lingkungan
g. Pola kebiasaan
h. Pemeriksaan fisik
Mmeliputi Kesadaran, Kepala, Mata, Telinga, Hidung, Mulut, Leher, Dada,
Abdomen, Ekstrimitas, Genetalia, Sistem integument
3. Intervensi Keperawatan
syok hipovolemik.
tindakan yang
dilakukan.
7 Risiko tinggi Setelah dilakukan 1. Kaji tanda dan gejala 1.Untuk mengetahui
terjadi infeksi tindakan adanya peradangan dan lebih dini adanya
sekunder keperawatan 3x infeksi infeksi
berhubungan 24 jam 2. Informasikan kepada 2.Untuk memberikan
dengan diharapkan tim kes lain tentang penatalaksanaan
penurunan faktor Infeksi sekunder perubahan kondisi klien dengan cepat.
pertahanan tidak berupa panas, nadi
tubuh. terjadidengan meningkat, napas
KH : meningkat.
- Tidak ada luka
dan peradangan
- Nilai Leukosit
dalam batas
normal
12
DAFTAR PUSTAKA
Amin huda nurarif, hardi kusuma.2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnose
Medis dan Nanda Nic Noc edisi revisi.Jogja. Medication
Dongoes, E.Marlyn ,dkk. 2001. .Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman nutuk Perawatan Dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien.Jakarta :EGC
http://belajaraskep.com/2012/04/askep-anak-pada-pasien-dengan-demam.htmldiakses pada
tanggal 31 Desember 2019
Wilkinson, Judith. M. 2011. Buku saku diagnosa keperawatan: diagnosis NANDA, Intervensi
NIC, kriteria hasil NOC. Jakarta: EGC
13
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA Tn. A DENGAN DIAGNOSA DENGUE HAEMORRAGIC FEVER (DHF)
DI RUANG RAWAT INAP PUSKESMAS WOHA
Tgl/Jam MRS : 3 Oktober 2021/ 22.30 WITA
Tanggal/Jam Pengkajian : 4 Oktober 2021/ 08.00 WITA
Metode pengkajian : Wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik
Diagnosa Medis : DHF
No. Registrasi : 22-02-80
A. PENGKAJIAN
1. BIODATA
a. Identitas Klien
Nama Klien : Tn. A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Desa Rabakodo Kec. Woha Kab. Bima
Umur : 22 tahun
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum menikah
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Mahasiswa
b. Identitas Penanggung jawab
Nama : Ny “E”
Jenis Kelamin : Perempuan.
Umur : 45 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Desa Rabakodo Kec. Woha Kab. Bima
Hubungan dengan Klien : Ibu kandung
2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan Utama : Demam naik turun
b. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien kiriman IGD pada tanggal 3 Oktober 2021 dengan keluhan demam naik turun
±5 hari yang lalu, pusing, pegal-pegal seluruh badan, mencret.
e. Genogram:
Keterangan :
Sudah meninggal
Pasien mengatakan kesehatan merupakan hal yang penting, jika ada keluarga yang
sakit maka akan segera dibawa ke pelayanan kesehatan terdekat.
- Sebelum sakit : pasien mengatakan biasanya tidur ± 6-8 jam dan tidak memiliki
gangguan tidur.
- Selama sakit: Pasien tidak memiliki gangguan tidur akan tetapi kadang-kadang
terbangun karena merasakan perutnya mules.
B (Biomechanical) :
- Hb = 15.30 g/ dl (Nilai normal = 11,7 – 15,5 g/ dl)
- Hematokrit = 46.00 % (Nilai normal = 40-52 %)
- Trombosit 124 10ˆ3/uL
C (Clinical Sign) : Mukosa bibir lembab, conjungtiva anemis
D (Diet) : bubur
2) Pola Nutrisi
Sebelum Sakit
a) Frekuensi : 3 x sehari
b) Jenis : nasi, lauk dan sayur
c) Porsi : 1 porsi habis
d) Keluhan : tidak ada keluhan.
Selama Sakit
a) Frekuensi : 3x sehari
b) Jenis : bubur
c) Porsi : pasien mampu menghabiskan 1 porsi makan
d) Keluhan : tidak ada keluhan
e. Pola eliminasi
1).BAB
Sebelum Sakit
a) Frekuensi BAB : 1-2 x sehari
b) Konsistensi : tidak terkaji
c) Warna : tidak terkaji
d) Keluhan/ kesulitan BAB: tidak ada keluhan ataupun kesulitan BAB
e) Penggunaan obat pencahar : tidak pernah menggunakan obat pencahar
Selama Sakit
a) Frekuensi BAB : ± 800 cc, 4-5 x Sehari
b) Konsistensi : cair
c) Warna : Kekuningan
d) Keluhan/ Kesulitan BAB : perut terasa mules
e) Penggunaan obat pencahar : tidak menggunakan obat pencahar.
2).BAK
Sebelum Sakit
1) Frekuensi BAK : Pasien mengatakan biasanya BAK 6-7x/hari
2) Jumlah Urine : tidak terkaji
3) Warna : tidak terkaji
4) Keluhan/ kesulitan BAK:tidak ada keluhan
Selama Sakit
1) Frekuensi BAK : pasien mengatakan selama di rawat di rumah
sakit BAKnya ±6-7x/hari
2) Jumlah urine : ± 2700 cc
16
3) Warna : kekuningan
4) Keluhan/ Kesulitan BAK : tidak ada keluhan
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan laboratorium
Tanggal pemeriksaan : 04 Oktober 2021/ Jam : 09.19 WITA
Keterangan
Jenis Pemeriksaan Nilai Normal Satuan Hasil
Hasil
HEMA LENGKAP
(WB EDTA)
Leukosit 3.6-11 10ˆ3/uL 2.07 Rendah
Eritrosit 3.8-5.2 10ˆ6/uL 6.11 Tinggi
Hemoglobin 11.7-15.5 g/dL 15.30
Hematokrit 35- 47 % 46.00
MCV 80 - 100 fL 75.30 Rendah
MCH 26 - 34 pg 25.00 Rendah
MCHC 32 - 36 g/dL 33.30
Trombosit 150 - 440 10ˆ3/uL 124 Rendah
RDW 11.5 - 14.5 % 12.90
MPV fL 11.1
PLRC % 34.0
Eosinofil Absolute 0.045 - 0.44 10ˆ3/uL 0.01 Rendah
Basofil absolute 0 - 0.2 10ˆ3/uL 0.01
Netrofil absolute 1.8 - 8 10ˆ3/uL 0.81 Rendah
Limfosit absolute 0.9 - 5.2 10ˆ3/uL 1.00
Monosit absolute 0.16 - 1 % 0.24
Eosinofil 2–4 % 0.50 Rendah
Basofil 0 -1 0.50
Neutrofil 50 – 70 % 39.10 Rendah
Limfosit 25 – 40 % 48.30 Tinggi
Monosit 2–8 % 11.60 Tinggi
5. TERAPI MEDIS
Nama : Tn. A No. CM : 22-02-80
Umur : 22 tahun Diagnosa Medis:DHF
B. ANALISA DATA
Nama : Tn. A No. CM : 22-02-80
Umur :22 tahun Diagnosa Medis:DHF
Risiko kekurangan
volume cairan
Penurunan
21
trombosit
Resiko
perdarahan
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.
2. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler
ke ekstravaskuler
3. Resiko perdarahan berhubungan dengan Penurunan kadar trombosit
4.
22
D. INTERVENSI
Nama : Tn. A No. CM : 22-02-80
Umur :22 tahun Diagnosa Medis:DHF
Hari/
DX. Kep Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Tgl/Jam
Senin, DX 1 NOC NIC
04-10- Thermoregulation Fever treatment
2021 Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor suhu tubuh sesering mungkin
2. Monitor IWL
Jam : keperawatan 1 x 24 jam
3. Monitor warna dan suhu kulit
08.20 diharapkan suhu tubuh 4. Monitor TD, nadi dan RR
WITA normal dengan KH: 5. Monitor penurunan tingkat kesadaran
- Suhu tubuh antara 36- 6. Monitor WBC, Hb dan Hct
37,5 0 C 7. Monitor intake dan output
- Nadi dan RR dalam rentang 8. Berikan antipiretik
normal 9. Berikan pengobatan untuk mengatasi
penyebab demam
- Tidak ada perubahan warna
10. Selimuti pasien
kulit dan tidak ada pusing 11. Lakukan tapid sponge
12. Kolaborasi pemberian cairan
intravena
13. Kompres pasien pada lipat paha dan
aksila
14. Tingkatkan sirkulasi udara
15. Berikan pengobatan untuk mencegah
terjdinya menggigil
Temperature regulation
1. Monitor suhu tiap minimal 2 jam
2. Rencanakan monitoring suhu secara
kontinyu
3. Monitor TD, RR, nadi
4. Monitor warna kulit dan suhu kulit
5. Monitor tanda-tanda hipotermia
6. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
7. Selimuti pasien untuk mencegah
hilangnya kehangatan tubuh
8. Ajarkan pada pasien cara mencegah
keletihan akibat panas
9. Diskusikan tentang pentingnya
pengaturan suhu dan kemungkinan
efek negatif dari kedinginan
10. Beritahukan tentang indikasi
terjadinya keletihan dan penanganan
emergency yang diperlukan
11. Berikan antipiretik jika perlu
Vital sign monitoring
1. Monitor TD, nadi, suhu dan RR
2. Catat adanya fluktuasi tekanan darah
3. Monitor vital sign pasien berbaring,
duduk atau berdiri
4. Auskultasi TD pada kedua lengan dan
bandingkan
5. Monitor TD, nadi, RR sebelum,
selama dan setelah aktivitas
6. Monitor kualitas dari nadi
7. Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
8. Monitor suara paru
23
E. IMPLEMENTASI
Nama : Tn. A No. CM : 22-02-80
Umur :22 tahun Diagnosa Medis:DHF
F. EVALUASI
Nama : Tn. A No. CM : 22-02-80
Umur : 22 tahun Diagnosa Medis:DHF
Hari/tgl/
DX Evaluasi TTD
jam
1 Senin, 04- S : Pasien mengatakan demamnya sudah turun
10- 2021 O : Akral teraba hangat
Jam : 13.00 TTV : TD : 132/79 mmHg
WITa N : 83 x/m
S : 36.8ºC
R : 20x/m
A : Masalah sebagian belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor suhu tubuh klien sesering mungkin
- Beri kompres air hangat jika demam di daerah axila dan
paha
- Monitor vital sign
- Kaji IWL, input dan output
- Kolaborasi pemberian obat sesuai program
10- 2021 O:
Jam : 13.30 - Capillari refill time < 2 detik
WIB - Mukosa bibir lembab
- Turgor kulit baik
- Nadi teraba kuat dan teratur
TTV : TD : 132/79 mmHg
N : 83 x/m
S : 36.8ºC
R : 20x/m
A : Masalahbelum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
- Observasi vital sign tiap 3 jam
- Monitoring status hidrasi pasien
- Kaji input dan output pasien
- Anjurkan klien untuk banyak minum
- Kolaborasi pemberian cairan intravena
3 Senin, 04- S:-
O:
10- 2021
- Hb = 15.30 g/ dl
Jam : - Hematokrit = 46.00 %
14.00 - Trombosit 124 10ˆ3/uL
WIB - Tidak ada ptekie
- Tidak tampak adanya perdarahan pada gusi
- Tidak tampak adanya hemetemesis
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake makanan
yang banyak
- Monitor TrombositHemoglobin dan hematrokrit dalam
batas normal
- Pertahankan bed rest selama perdarahan aktif
S : 37ºC
R : 20x/m
A : Masalahbelum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
- Observasi vital sign tiap 3 jam
- Monitoring status hidrasi pasien
- Kaji input dan output pasien
- Anjurkan klien untuk banyak minum
- Kolaborasi pemberian cairan intravena
6 Selasa, 05- S:-
10- 2021 O:
Jam 14.00 - Hb = 15.30 g/ dl
WIB - Hematokrit = 46.00 %
- Trombosit 124 10ˆ3/uL
- Tidak ada ptekie
- Tidak tampak adanya perdarahan pada gusi
- Tidak tampak adanya hemetemesis
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake makanan
yang banyak
- Monitor TrombositHemoglobin dan hematrokrit dalam
batas normal
- Pertahankan bed rest selama perdarahan aktif