Anda di halaman 1dari 19

Keperawatan Anak

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DHF”

Disusun oleh:
Inayah Luqqiah (2006040)

POLITEKNIK NEGERI INDRAMAYU


PRODI KEPERAWATAN
2021
SUSUNAN LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Dasar Penyakit

1. Definisi atau Pengertian Penyakit DHF

DHF atau dikenal dengan istilah demam berdarah adalah penyakit yang
disebabkan oleh Arbovirus ( arthro podborn virus) dan ditularkan melalui gigitan
nyamuk Aedes (Aedes Albopictus dan Aedes Aegepty).
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut yang disertai
dengan adanya manifestasi perdarahan, yang bertendensi mengakibatkan renjatan
yang dapat menyebabkan kematian (Arief Mansjoer & Suprohaita; 2000; 419).
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah infeksi akut yang disebabkan oleh
Arbovirus (arthropodborn virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
Aegypti dan Aedes Albopictus, (Ngastiyah, 1995; 341).
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan
oleh virus dengue tipe I-IV dengan infestasi klinis dengan 5-7 hari disertai gejala
perdarahan dan jika timbul tengatan angka kematiannya cukup tinggi (UPF IKA,
1994; 201).
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit demam yang berlangsung akut
menyerang baik orang dewasa maupun anak-anak tetapi lebih banyak menimbulkan
korban pada anak-anak berusia di bawah 15 tahun disertai dengan perdarahan dan
dapat menimbulkan syok yang disebabkan virus dengue dan menular melalui gigitan
nyamuk Aedes. (Soedarto, 1990; 36).
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit yang terutama terdapat pada
anak dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, dan biasanya memburuk pada
dua hari pertama (Soeparman; 1987; 16).
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita
melalui gigitan nyamuk aedes aegepty (Christantie Efendy, 1995).
2. Etiologi
Virus Dengue

Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam Arbovirus
(Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus dengue tipe 1,2,3 dan 4
keempat tipe virus dengue tersebut terdapat di Indonesia dan dapat dibedakan satu dari
yang lainnya secara serologis virus dengue yang termasuk dalam genus flavivirus ini
berdiameter 40 nonometer dapat berkembang biak dengan baik pada berbagai macam
kultur jaringan baik yang berasal dari sel-sel mamalia misalnya sel BHK (Babby Homster
Kidney) maupun sel-sel Arthropoda misalnya sel Aedes Albopictus. (Soedarto, 1990;
36).

Vektor

Nyamuk Aedes Aegypti maupun Aedes Albopictus merupakan vector penularan


virus dengue dari penderita kepada orang lainnya melalui gigitannya nyamuk Aedes
Aegypti merupakan vector penting di daerah perkotaan (Viban) sedangkan di daerah
pedesaan ( rural) kedua nyamuk tersebut berperan dalam penularan. Nyamuk Aedes
berkembang biak pada genangan Air bersih yang terdapat bejana-bejana yang dapat
didalam rumah (Aedes Aegypti) maupun yang terdapat di luar rumah di lubang-lubang
pohon didalam potongan bamboo, dilipatan daun dan genangan air bersih alami lainnya
( Aedes Albopictus). Nyamuk betina lebih menyukai menghisap darah korbannya pada
siang hari terutama pada waktu pagi hari dan senja hari.( Soedarto, 1990; 37).

Host

Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia akan
mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga ia masih mungkin
untuk terinveksi virus dengue yang sama tipenya maupun virus dengue tipe lainnya.
Dengue Haemoragic Fever (DHF) akan terjadi jika seseorang yang pernah mendapatkan
infeksi virus dengue tipe tertentu mendapatkan infeksi ulangan untuk kedua kalinya atau
lebih dengan pula terjadi pada bayi yang mendapat infeksi virus dengue untuk pertama
kalinya jika ia telah mendapat imunitas terhadap dengue dari ibunya melalui plasenta.
(Soedarto, 1990; 38).
3. Patofisiologi/ Pathway DHF

Patofisiologi

Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, pasien akan mengalami keluhan dan
gejala karena viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh badan,
hiperemi ditenggorokan, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin muncul pada
system retikuloendotelial seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati dan
limpa. Ruam pada DHF disebabkan karena kongesti pembuluh darah dibawah kulit.

Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit dan membedakan


DF dan DHF ialah meningginya permeabilitas dinding kapiler karena pelepasan zat
anafilaktosin, histamin dan serotonin serta aktivasi system kalikreain yang berakibat
ekstravasasi cairan intravaskuler. Hal ini berakibat berkurangnya volume plama,
terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan.
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstravaskuler ibuktikan dengan
ditemukannya cairan dalam rongga serosa, yaitu dalam rongga peritoneum, pleura dan
perikard. Renjatan hipovolemik yang terjadi sebagai akibat kehilangan plasma, bila tidak
segera teratasi akan terjadi anoxia jaringan, asidosis metabolic dan kematian. Sebab lain
kematian pada DHF adalah perdarahan hebat. Perdarahan umumnya dihubungkan dengan
trombositopenia, gangguan fungsi trombosit dan kelainan fungsi trombosit.
Fungsi agregasi trombosit menurun mungkin disebabkan proses imunologis
terbukti dengan terdapatnya kompleks imun dalam peredaran darah. Kelainan system
koagulasi disebabkan diantaranya oleh kerusakan hati yang fungsinya memang tebukti
terganggu oleh aktifasi system koagulasi. Masalah terjadi tidaknya DIC pada DHF/ DSS,
terutama pada pasien dengan perdarahan hebat.
Pathway DHF
Virus Dengue

Viremia

Hepatomegali Depresi sumsum Permeabilitas


Hiperthermi sumsum tulang
kapiler
meningkat
- Anoreksia Manifestasi
Permeabilitas - Muntah
Perdarahan kapiler
meningkat
Kehilangan
Perubahan
Resiko
Nutrisi Kurang Hipovolemia Efusi Pleura
Dari Perdarahan Ascites
Hemokonsntrasi
Kebutuhan

Resiko Syok
hipovolemia

Resiko
Syok q
Kekurangan Perubahan Perfusi

Volume Cairan Jaringan Perifer


Kematian

4. Manifestasi Klinis/ Tanda dan Gejala Penyakit DHF Pada Anak

Tanda atau gejala DHF pada anak yang mungkin muncul adalah:
1. Meningkatnya suhu tubuh (Demam tinggi selama 5-7 hari
2. Mual, muntah, tidak nafsu makan, diare, konstipasi
3. Nyeri kepala menyeluruh atau berpusat pada supra orbita, retroorbital
4. Pendarahan terutama perdarahan bawah kulit, ptechie, echymosis, hematoma
5. Epistaksi, hematemis, melena, hematuri
6. Nyeri otot, tulang sendi, abdoment, dan ulu hati
7. Pembengkakan sekitar mata
8. Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening
9. Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah menurun,
gelisah, capillary refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan lemah).

Infeksi Virus Dengue

Asimptomatik Simptomatik

Demam yang tak jelas Demam Berdarah


Demam Dengue
penyebabnya Dengue dengan
“Plasma Leakage”

Tanpa Dengan
Perdarahan Perdarahan

DBD Tanpa DBD Tanpa


Syok Syok

5. Klasifikasi DHF

WHO, 1986 mengklasifikasikan DHF menurut derajat penyakitnya menjadi 4


golongan, yaitu :
Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Panas 2-7 hari, Uji
tourniquet positif, trombositipenia, dan hemokonsentrasi.

Derajat II
Sama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan spontan seperti petekie,
ekimosis, hematemesis, melena, perdarahan gusi.

Derajat III
Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat ( >120x/mnt
) tekanan nadi sempit ( >120 mmHg ), tekanan darah menurun, ( 120/80 120/100
120/110 90/70 80/70 80/0 0/0 )
Derajat IV
Nadi tidak teaba, tekanan darah tidak teatur ( denyut jantung > 140x/mnt ) anggota gerak
teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.

6. Pemerikasaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang menunjukkan DHF:

a. Darah
1. Trombosit menurun
2. HB meningkat lebih dari 20 %
3. HT meningkat lebih dari 20%
4. Leukosit menurun pada hari ke 2 dan ke 3
5. Protein darah merah
6. Ureum PH bisa meningkat
7. NA dan CL rendah
b. Serology: HI (hemaglutination inhibition test)
1. Rontgen thorax: Efusi pleura
2. Uji test tourniket

7. Penatalaksanaan Medis
Perjalanan penyakit DBD terbagi atas 3 fase:
1. Fase demam yang berlangsung selama 2-7 hari.
2.Fase kritis/ bocornya plasma yang berlangsung umumnya hanya 24-48 jam.3.
3.Fase penyembuhan (2-7 hari).Berdasarkan perjalanan penyakit tersebutmaka
tatalaksana kasus DBDsecara umum dapat dibagi atas 3 fasetadi :1.

Fase demam
_Terapi simtomatik dan suportif
a. Parasetamol 10 mg/kg/dosis setiap 4-6 jam , kompres hangat diberikan apabila pasien
masih tetap panas.
b. Terapi suportif yang dapat diberikan antara lain larutan oralit, jusbuah ataususu dan
lain-lain.
_Apabila pasien memperlihatkan tanda dehidrasi dan muntah hebat, berikancairan sesuai
kebutuhan dan apabila perlu, berikan cairan intravena.
_Semua pasien tersangka dengue harus diawasi dengan ketat setiap harisejak hari sakit
ke-3.
Pemantauan
1. Pemeriksaan Fisik
-Tanda vital Waspadai gejala syok 
-Perabaan hati
Hati yang membesar dan lunak merupakan indikasi mendekati fasekritis,pasien harus
diawasi ketat dan dirawat di rumah sakit.
2. Pemeriksaan laboratorium :
- Darah tepi
Leukopenia < 5000 sel/µl dan limfositosis relatif, peningkatanlimfositatipikal
(mengindikasikan dalam waktu 24 jam pasien akanbebasdemam serta memasuki fase
kritis).
Trombositopenia mengindikasikan pasien memasuki fase kritisdanmemerlukan
pengawasan ketat di Rumah Sakit.
Peningkatan nilai Ht 10-20% mengindikasikan pasien memasuki fasekritisdan
memerlukan terapi cairan intravena apabila pasien tidak dapatminumoral. Pasien harus
dirawat dan diberi cairan sesuai kebutuhan.Penurunan Htmerupakan tanda-tanda
perdarahan.2.
Fase kritis (berlangsung 24-48 jam)Dimulai sekitar hari ke-3 sampai denganhari ke-5
perjalanan penyakit.Umumnya pada fase ini pasien tidak dapat makan
danminum oleh karenaanoreksia dan atau muntah.

a. Tatalaksana Umum
1. Rawat di bangsal khusus atau sudut tersendiri sehingga pasien mudahdiawasi.
2. Catat tanda vital, asupan dan keluaran cairan dalam lembar khusus.
3.Berikan oksigen pada kasus dengan syok.
4. Hentikan perdarahan dengan tindakan yang tepat.
5. Hindari tindakan prosedur yang tidak perlu, seperti pemasanganpipanasogastrik pada
perdarahan saluran cerna.

b. Tatalaksana cairanIndikasi pemberian cairan intravena :


Trombositopenia, peningkatan Ht 10-20%, pasien tidak dapat makandanminum melalui
oral.
Syok Jenis cairan pilihan 
 Kristaloid (jenis cairan pilihan diantaranya : ringer laktat danringer asetatterutama
pada fase syok)
 Koloid (diindikasikan pada keadaan syok berulang atausyok
berkepanjangan)Jumlah cairan :
 Selama fase kritis pasien harus menerima sejumlah cairan rumatanditambahdefisit
5-8% atau setara dehidrasi sedang.
 Pada pasien dengan berat badan (BB) lebih dari 40 kg, total cairanintravenasetara
dengan 2 kali rumatan.
 Pada pasien obesitas, perhitungkan cairan intravena berdasar atas BB
ideal.c.Pemantauan Syok 
 Setelah resusitasi awal, pantau pasien 1 sampai 2 jam. Apabila tetesantidak dapat
dikurangi menjadi <10ml/kg/jam, oleh karena tanda nadi tidak stabil(tekanan nadi
sempit, cepat dan lemah), ulangi pemeriksaan Ht.
 Apabila ada kenaikan Ht, ganti cairan dengan koloid dengantetesan10ml/kg/jam,
siapkan darah dan nilai kembali pasien untuk kemungkinanpemberian transfusi
darah apabila diperlukan.
 Pada pasien dengan syok Apabila nilai Ht awal rendah, pikirkan kemungkinan
perdarahan internadanpantau nilai Ht lebih sering, apabila ada indikasi berikan
transfusidarah
3. Fase penyembuhan secara umum, sebagian besar pasien DBD akan sembuh tanpa
komplikasi dalam 24-48 jam setelah syok. Indikasi pasien masuk ke dalam fase
penyembuhan adalah:
 Keadaan umum membaik
 Meningkatnya selera makan
 Tanda vital stabil
 Ht stabil dan menurun sampai 35-40%
 Diuresis cukup
8. Komplikasi
Berbagai bahaya komplikasi dari penyakit DBD/DHF

Sebelumnya, penting untuk Anda ketahui bahwa istilah demam berdarah (DD)
dan demam berdarah dengue (DBD) adalah dua kondisi yang berbeda.

Demam berdarah dan DBD sama-sama disebabkan oleh virus dengue. Namun,
yang menjadi pembeda adalah tingkat keparahannya. Jika demam berdarah biasa hanya
berlangsung selama 5-7 hari, DBD sudah memasuki fase yang parah dan jauh lebih
berisiko menimbulkan komplikasi yang fatal.

Berikut adalah bahaya dan komplikasi yang mungkin bisa terjadi ketika Anda
sudah terkena demam berdarah dengue atau DBD:

1. Perdarahan akibat bocornya plasma darah

Yang membedakan kedua jenis demam berdarah di atas adalah ada tidaknya
kebocoran plasma darah. Pada DBD, pasien dapat mengalami kebocoran plasma yang

mengakibatkan perdarahan serius dalam tubuhnya.


Bocornya plasma darah ini kemungkinan erat berkaitan dengan virus dengue yang
menyerang pembuluh darah. Dinding pembuluh darah melemah akibat infeksi virus
dengue, sehingga kebocoran plasma darah lebih mudah terjadi.

Hal ini tentu semakin diperparah dengan kadar trombosit yang rendah pada pasien
DBD. Perdarahan lebih mudah terjadi jika trombosit menurun drastis. Ini yang
menyebabkan pasien DBD mudah mengalami gejala-gejala seperti:
 Mimisan
 Gusi berdarah
 Memar berwarna keunguan yang muncul tiba-tiba

Lambat laun, perdarahan dalam ini dapat menyebabkan syok akibat tekanan darah
yang menurun drastis dalam waktu singkat.

2. Sindrom syok dengue


Jika DBD sampai pada tahap syok, komplikasi ini disebut sebagai dengue shock
syndrome (DSS) atau sindrom syok dengue.
Menurut pusat pengendalian dan pencegahan penyakit di Amerika atau CDC, gejala-
gejala yang ditunjukkan pasien ketika mengalami syok dengue adalah:
 Denyut nadi melemah

 Tekanan darah turun

 Pupil mata melebar

 Napas tidak teratur

 Kulit pucat dan muncul keringat dingin

Terlebih, pasien DBD juga mengalami kebocoran plasma seperti yang telah dijelaskan di
atas. Artinya, Anda akan tetap kehilangan cairan meskipun sudah banyak minum atau
mendapatkan cairan infus. Inilah yang paling sering mengakibatkan terjadinya syok.

Pasien DBD yang telah mengalami komplikasi syok dengue rentan mengalami kegagalan
sistem organ tubuh, yang bisa berujung pada kematian.

3. DHF mengakibatkan pendarahan pada semua organ tubuh, seperti pendarahan ginjal,
otak, jantung, paru-paru, limpa dan hati. Sehingga tubuh kehabisan darah dan cairan
serta menyebabkan kematian.
4. Ensepalopati
5. Gangguan kesadaran yang disertai kejang
6. Disorientasi, prognosa buruk
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas
Nama : An. R
Umur : 8 thn
Alamat : Jingkang Rt. 03 Rw. 02, Ajibarang
Agama : Islam
Nama Ibu :Ny. M
Pendidikan : SMP
Nama Ayah : Tn. K
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Buruh
Diagnosa medis : DBD
Pengkajian Tanggal : 25 Mei 2015 pukul 14:30 WIB
2. Keluhan Utama:
Ibu pasien mengatakan pasien demam
3. Keluhan Tambahan:
Pasien mengatakan lemas
4. Riwayat Penyakit Sekarang:
Ibu pasien mengatakan pasien panas badannya sudah 6 hari sejak hari selasa 19
Mei 2015 berobat ke bidan hari rabu panas turun kamis panas lagi dibawa ke
Dokter hari minggu pasien masih panas merasa lemas sehingga di bawa ke IGD
RSUD Ajibarang senin tanggal 25 Mei 2015 kemudian masuk di ruang Kenari
Atas Kamar 7B.
5. Riwayat Penyakit Dahulu
Sebelumnya pasien dirawat di Rumah Sakit umur 10 bulan karena diare.
6. Riwayat Penyakit Keluarga.
Ibu pasien mengatakan tidak ada keluarga dalam waktu dekat menderita sakit
DBD
7. Riwayat Kehamilan.
Anak lahir pada usia kehamilan 9 bulan,dengan berat badan lahir 2,9 kg ditolong
oleh bidan.Lahir spontan dan selama 1 tahun anak mendapat imunisasi lengkap
dan minum PASI Lactona s/d 2 tahun.
8. Kondisi Lingkungan
Menurut ibu kondisi lingkungan rumah cukup bersih,walaupun tinggal dekat
dengan kali kecil,sekitar rumah terdapat beberapa ban bekas untuk menanam
tanaman yang belum dipakai,bak mandi dikuras dalam kurun waktu 1 minggu 1
kali.Menurut ibu seminggu yang lalu ada tetangga yang menderita DHF,tetapi
sekaramh sudah sembuh, dan lingkungan wilayah belum pernah difoggng.
9. Pengkajian Persistem
a. Pola persepsi dan Kesehatan
DS : Orang tua pasien mengatakan bahwa Kesehatan sangatlah penting,Ibu
pasien mengatakan belum terlalu faham mengenai penyakit yang dialami oleh
anaknya.
DO : An. R dirawat diruang Kenari nomor 7B. Ibu pasien tampak sering bertanya.

b. ola nutrisi dan metabolik


DS : Keluarga pasien mengatakan bahwa An. R makannya sudah
banyak,Minumnya juga lumayan banyak,tidak ada mual dan muntah
DO: Pasien menghabiskan sekitan 3/4 makanan yang ada di rumah sakit dan
menghabiskan minum air mineral sekitar 700 ml (setengah botol mineral 1500ml)

c. pola eliminasi
DS: Orang tua pasien mengatakan BAB dan BAK lancar
DO: pasien mengatakan BAB 1 × sehari,konsistensi baik tidak mengandung air
berlebih BAK lancar kurang lebih 4+5× sehari berwarna kuning tidak pekat

d. Pola akivitas dan latihan


DS: pasien mengatakan badanya masih lemas.
DO: Walaupun masih sering tidur di kasur pasien masih dapat berdiri sendiri dan
kekamar mandi sendiri namun masih terlihat lemah.

e. Pola istirahat dan tidur


DS: pasien dapat tidur dengan nyinyak dan nyaman
DO: pasien tidur selama 9 jam dan tidak ada lingkar mata

f. Pola kognitif dan persepsi


DS: orang tua pasien mengatakan bahwa anaknya tidak ada masalah dengan
pengelihatnya dan pendengarnya
DO: pasien dapat menjawab dengan baik,sklera mata tidak ikterik,tidak ada
sianosis dan serumen pada teliga ada sedikit

g. Pola persepsi dan konsep diri


DS: orang tua pasien mengatakan ingin anaknya cepat sembuh
DO: pasien selalu kooperatif dalam tindakan keperawatan yang dilakukan

h. Pola peran dan hubungan


DS: pasien mengatakan ia lebih suka bercerita dengan ibunya sedang masalahnya
DO: pasien sering di tunggui oleh ibunya

i. Pola koping dan toleransi stres


DS: orang tua pasien mengatakan pasien rajin memakan obat dari rumah sakit
DO: pasien terlihat meminum obatnya

j. pola seksual
DS: orang tua pasien mengatakan anaknya berprilaku seperti anak laki laki
lainnya
DO: pasien berjenis kelamin laki-laki

k. Pola nilai dan keyakinan


DS: orang tua pasien mengatakan anaknya beragama islam
DO: pasien selalu bersikap sabar dan istighfar bila merasa kesakitan
10. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum: Compos mentis
Tanda-tanda vital:
TD: 90/60mmHg
S:38,6°c
RR:32×/menit
N:108×/menit
Berat badan:23kg
Bentuk kepala:mesocepal
Rambut :pendek bersih
Telinga : simetris tidak ada serumen yang berlebih
Mata : simetris tidak ada sianosis dan lingkar hitam di bawah mata.
Hidung :tidak terdapat polip dan tidak terlihat pemafasan cuping hidung
Mulut :mukosa kering tidak ada sariawan dan tidak ada karies gigi
Data : data simetris
Jantung : tidak ada bunyi jantung tambahan sl >s2,81 loop s2 dup
Paru-paru :tidak ada bunyi ronchi
Abdomen : tidak ada nyeri tekan tidak teraba hepar
Punggung :tidak ada sklereosis dan kelainan tulang lainnya
Genetalia : pasien berjenis kelamin laki-laki
Eksternitas:
Atas : terpasang infus
Bawah:anggota gerak bawah lengkap tidak ada kekurangan
Kulit :turgor kulit buruk

b. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


1. DS: Ibu pasien mengatakan pasien Virus Dengue Hipertermi
demam
DO: Proses infeksi
TTV:
TD: 90/60 mmHg viremia
N: 104 x / menit
RR: 32x/ menit Hipertermi
Mukosa kering
DS: Ibu pasien mengatakan anaknya Anoreksia
2. lemas, sering berkeringat dingin Defisit Volume
DO: Trombosit: 60 Muntah Cairan
Pasien terlihat lemah
Mukosa kering Perubahan Nutrisi
Kurang Dari
DS: Orang tua pasien mengatakan Kebutuhan
bahwa kesehatan sangat penting. Ibu
3. Kurang
pasien mengatakan belum terlalu
Resiko Pengetahuan
paham dengan penyakit yang
dialami anaknya Kekurangan

DO: An. R di rawat di ruang Kenari Volume Cairan

Atas nomor 7B. Pasien tampak


sering bertanya

C. Diagnosis Keperawatan :
1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi (virus dengue)
2. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan secara aktif
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengetahui sumber-sumber
informasi
4. Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan
yang menurun
5. Resiko terjadinya perdarahan berhubungan dengan penurunan faktor-faktor
pembekuan darah (Trombositopeni)
6. Resiko syok hypovolemik berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan,
pindahanya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler
7. Kecemasan berhubungan dengan kondisi klien yang memburuk dan perdarahan
D. Rencana Keperawatan

No Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Rasional


DX
I Setelah dilakukan tindakan 1.Observasi TTV 1. Mengecek TTV agar
keperawatan selama 3x24 jam setiap 1 jam mengetahui keadaan
diharapkan suhu tubuh kembali 2. Berikan kompres umum pasien
normal air biasa 2. melakukan kompres
Kriteria Hasil 3. Anjurkan klien air biasa akan terjadi
indikator awal Tujuan untuk banyak minum pemindahan panas
-TTV 2 5 1500-2000 ml secara konduksi
Khususnya 4. Anjurkan untuk 3. banyak minum air
suhu memakai pakaian untuk memenuhi
dalam tipis dan menyerap kebutuhan cairan tubuh
batas keringat peroral
normal (36 5. Observasi intake 4. memakai pakaian
derajat- 37 dan out put yang tipis memberikan
derajat) rasa nyaman dan
2 5
-Membran pakaian yang tipis
mukosa mudah menyerap
basah keringat dan tidak
merangsang
peningkatan suhu tubuh
5. mendeteksi dini
kekurangan cairan serta
mengetahui
keseimbangan cairan
dan elektrolit dalam
tubuh. Tanda vital
muerupakan acuan
II untuk mengetahui
1. Observasi vital keadaan umum pasien
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 3x24 jam sign setiap jam atau 1.Vital sign membantu
diharapkan Tidak terjadi Syok lebih. mengidentifikasi
hipovolemik 2. Observasi capillary fluktuasi cairan
Kriteria Hasil : refill intravaskuler
indikator awal tujuan 3. Observasi intake 2. Indikasi keadekuatan
- 2 5 dan output,catat sirkulasi perifer
TD :100/7 jumlah,warna/ 3. Penurunan haluan
0 mmHg, konsentrasi urine. urine pekat dengan
-N : 80- 2 5 4. Anjurkan anak peningkatan BJ diduga
120x/menit untuk banyak minum dehidrasi
-Pulsasi 1500-2000 Ml 4. untuk memenuhi
kuat 5. Kolaborasi kebutuhan cairan tubuh
2 5
Akral pemberian cairan peroral
hangat intra vena atau 5. Dapat meningkatkan
plasma atau darah jumlah cairan tubuh,
untuk mencegah
terjadinya hipovolemik
syok

Anda mungkin juga menyukai