Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN AN. A DENGAN DHF

Oleh:
EROH MUHAYAROH
( 201030200018 )

PRAKTIK PROFESI NERS STASE KEPERAWATAN ANAK


STIKES WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG
TAHUN 2020

1
LAPORAN PENDAHULUAN DHF

A. Pengertian

DBD adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue

(arbovirus) yang masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegepty

(suriadi & rita yuliani, 2010).

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut yng ditandai

dngan empa tgejala klnis utama yaitu demam tinggi, perdarahan, hepatomegali, dan

tanda kegagalan sirkulasi sampai timbul rejatan sebagai akibat dari kebocoran

plasma yang dapat menyebabkan kematian (Padila, 2013).

B. Etiologi

Menurut Soedarto (2012), demam haemorrhagic fever (DHF) disebabkan


oleh :

a. Virus Dengue.
Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam
Arbovirus (Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu
virus dengue tipe 1,2,3 dan 4 keempat tipe virus dengue tersebut terdapat di
Indonesia dan dapat dibedakan satu dari yg lainnya secara serologis virus
dengue yang termasuk dalam gens flavirus ini berdiameter 40 nonometer
dapat berkembang biak dengan baaik pada berbagai macam kultur
jaringan baik yang bersal dari sel – sel mamalia misalnya sel BHK (Babby
Homster Kiney) maupun sel – sel Arthrpoda misalnya sel aedes Albopictuus.
b. Vektor
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu
nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan
beberapa spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan. Infeksi dengan
salah satu serotipe akan menimbulkn antibodi seumur hidup terhadap
serootipe bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe
jeniis yang lainnya.
C. Manifestasi Klinis

Menurut Susilaningrum (2013) manifestasi klinis dari DHF adalah :

1) Demam.

Demam tinggi sampai 40 oC dan mendadak, Demam terjadi secara

mendadak berlangsung selama 2 – 7 hari kemudian turun menuju suhu

normal atau lebih rendah. Bersamaan dengan berlangsung demam, gejala –

gejala klinik yang tidak spesifik misalnya anoreksia. Nyeri punggung ,

nyeri tulang dan persediaan, nyeri kepala dan rasa lemah dapat

menyetainya.

2) Perdarahan.

Uji tourniquet positif h. Perdarahan, petekia, epitaksis, perdarahan massif.

Perdarahan biasanya terjadi pada hari ke 2 dan 3 dari demam dan umumnya

terjadi pada kulit dan dapat berupa uji torniguet yang positif mudah terjadi

perdarahan pada tempat fungsi vena, petekia ( bintik-bintik merah akibat

perdarahan intradermak / submukosa ) purpura ( perdarahan di kulit ),

epistaksis ( mimisan ), perdarahan gusi, . Perdarahan ringan hingga

sedang dapat terlihat pada saluran cerna bagian atas hingga menyebabkan

haematemesis, dan melena ( tinja berwarna hitam karena adanya

perdarahan. Perdarahan gastrointestinal biasanya di dahului dengan

nyeri perut yang hebat.

3) Anoreksia

4) Mual muntah

5) Nyeri perut kanan atas atau seluruh bagian perut

6) Nyeri kepala

7) Nyeri otot dan sendi

8) Trombositopenia (< 100.000/ mm3 )


9) Hepatomegali.

Pada permulaan dari demam biasaanya hati sudah teraba,

meskipun pada anak yang kurng gizi hati juga sudah. Bila terjadi

peningkatan dari hepatomgali dan hati teraba kenyal harus di perhatikan

kemuungkinan akan tejadi renjtan pada penderita.

10) Renjatan (Syok).

Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak sakitnya penderita,

dimulai dengan tanda – tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab,

dingin pada ujung hidung, jari tangan, jari kaki serta syanosis disekitar

mulut.

D. Patofisiologi

Menurut Huda dan Kusuma 2015, Virus dengue maasuk ke dalaam tubuh

manusia akan menyebabkan klien sakit kepala, mual nyeri otot, pegal

seluruh tubuh, timbulny ruam dan kelainan yang mungkin terjadi

pada sistem vaskuler. Pada penderita DBD, terdapat kerusakan yang

umum pada sistem vaskuler yang mengakibatkan terjadinya penngkatan

permeabilitas dinding pembuluh darah.

Plasma dapat menembus dinding vaskuler selama proses perjalanan

penyakit, dari mulai demam hingga klieen mengalami renjatan berat.

Volume plasma dapat meniurun hingga 30%. Hal ini lah yang dapat

mengakibatkan seseorang mengalami kegagalan sirkulasi. Adanya

kebcoran plasma ini jika tidak segera di tangani dapat menyebabkn

hipokisia jaringan, asidosis metabolik yang pada akhirny dapat

berakibat fatal yaitu kematian. Virmia jga menimbulkan agresi trombosit

dalam darah sehingga menyebabkan trombositopeni


yang berpengaruh pada proses pembekuan 15 darah. Pubahan

fungsioner pembuluh darah akibat kebocoran plasma yng berakhir

pada perdarahan, baik pada jaringan kulit maupun saluran cerna

biasanya menimbulkn tanda seperti purpura, ptekie, melena.


E. PATHWAY DHF ( Sumber : Huda dan Kusuma 2015 )

AArbovirus (melalui beredar infeksi virus dengue


nyamuk aedes dalam aliran darah (viremia)
A

PGE2 Membentuk & Mengaktifkan


Hipothalamus melepaskan zat C3a, C5a system

Hiperterm i Peningkatan reabsorbsi Permeabilitas


Na+ dan H2O membrane meningkat

Resiko syok
Agregasi trombosit Kerusakan endetol
hipovolemik
pembuluh darah

Trombositope ni
Mera ngs& renjatan hipovolemik
an
mengaktivasi faktor dan hipocensi

Keboco ran plasma


DIC

Resiko perdarahan Perdarahan

Resiko perfusi jaringan


tidak efektif

Asidosis Metabolik Hipoksia


Jaringan

z Resiko syok
(hipovolemik) Kekurangan volume Ke extravaskuler
cairan

Paru-paru hepar Abdomen

Efusi pleura
hepatomegali ssites

efektif Muual muntah


Penekanan inytra abdomen

Ketidakseimbangan nutrisi dari


nyeri 6
F. Penatalaksanaan

a. Keperawatan

Masaalah pasien yg perlu diperhatikan ialah bahaya kegagalan sirkulasi

darah, resiko terjadi pendrahan, gangguan suhu tubuh, akibat infeksi virus

dengue, ganggan rasa amman dan nyaman, kurangnya pengetahuan orang

tua mengenai penyakit.

1) Kegagalan sirkulasi darah

2) Risiko terjadi pendarahan

3) Gangguan suhu tubuh

4) Gangguan rasa aman dan nyaman

b. Medis

Pada dasarnya pengobatan pada DB bersifat simtomatis dan

suportif

1) DHF tanpa renjatan

Demam tinggi, anoreksia dan sering muntah menyebabkan

pasien dehidrasi dan harus. Pada pasien ini perlu diberi banyak

minum, yaitu 1,5 sampai 2 liter dalam 24 jam. Dapat diberikan

teh manis, sirup, susu, dan bila mau lebih baik oralit. Cara

memberikan minum sedikit demi sedikit dan orang tua yang

menunggu dilibatkan dalam kegiatan ini. Jika anak tidak mau

minum sesuai yang dianjurkan tidak dibenarkan pemasangan

sonde karena merangsang resiko terjadi perdarahan. Keadaan

hiperpireksia diatasi dengan obat anti piretik dan kompres

dingin. Jika terjadi kejang diberi luminal atau anti konvulsan

lainnya. Luminal diberikan dengan dosis : anak umur kurang 1

7
tahun 50 mg IM, anak lebih 1 tahun 75 mg. Jika 15 menit

kejang belum berhenti luminal diberikan lagi dengan dosis 3

mg/kg BB. Anak di atas 1 tahun diberi 50 mg, dan dibawah 1

tahun 30 mg, dengan memperhatikan adanya depresi fungsi

vital. Infus diberikan pada pasien DHF tanpa renjatan apabila :

a) Pasien terus-menerus muntah, tidak dapat diberikan

minum sehingga mengancam terjadinya dehidrasi.

b) Hematokrit yang cenderung meningkat.

c. Medis

Pada dasarnya pengobatan pada DB bersifat simtomatis dan

suportif

1) DHF tanpa renjatan

Demam tinggi, anoreksia dan sering muntah menyebabkan

pasien dehidrasi dan harus. Pada pasien ini perlu diberi banyak

minum, yaitu 1,5 sampai 2 liter dalam 24 jam. Dapat diberikan

teh manis, sirup, susu, dan bila mau lebih baik oralit. Cara

memberikan minum sedikit demi sedikit dan orang tua yang

menunggu dilibatkan dalam kegiatan ini. Jika anak tidak mau

minum sesuai yang dianjurkan tidak dibenarkan pemasangan

sonde karena merangsang resiko terjadi perdarahan. Keadaan

hiperpireksia diatasi dengan obat anti piretik dan kompres

dingin. Jika terjadi kejang diberi luminal atau anti konvulsan

lainnya. Luminal diberikan dengan dosis : anak umur kurang 1

tahun 50 mg IM, anak lebih 1 tahun 75 mg. Jika 15 menit

kejang belum berhenti luminal diberikan lagi dengan dosis 3

8
mg/kg BB. Anak di atas 1 tahun diberi 50 mg, dan dibawah 1

tahun 30 mg, dengan memperhatikan adanya depresi fungsi

vital. Infus diberikan pada pasien DHF tanpa renjatan apabila :

a) Pasien terus-menerus muntah, tidak dapat diberikan

minum sehingga mengancam terjadinya dehidrasi.

b) Hematokrit yang cenderung meningkat.

2) DHF disertai renjatan (DSS)

Pasien yang mengalami renjatan (syok) harus segera dipasang

infus sebagai penganti cairan yang hilang akibat kebocoran

plasma. Cairan yang diberikan bisanya Ringer Laktat. Jika

pemberian cairan tidak ada respon diberikan plasma atau

plasma ekspander, banyaknya 20 sampai 30 ml/kgBB. Pada

pasien dengan renjatan berat diberikan infus harus diguyur

dengan cara membuka klem infus. Apabila renjatan telah

teratasi, nadi sudah jelas teraba, amplitudo nadi besar, tekanan

sistolik 80 mmHg / lebih, kecepatan tetesan dikurangi 10

liter/kgBB/jam. Mengingat kebocoran plasma 24 sampai 48

jam, maka pemberian infus dipertahankan sampai 1 sampai 2

hari lagi walaupun tanda-tanda vital telah baik. Pada pasien

renjtan berat atau renjaan berulang perlu dipasang Central

9
G. Pemeriksaan Penunjang

1. Darah

a. Trombosit menurun

b. Hb Meningkat lebih 20 %

c. Ht Meningkat Lebih 20 %

d. Leukosit menurun pada hari ke – 2 dan ke – 3

e. Protein darah rendah

f. Ureum PH bias meningkat

g. Na dan Cl rendah

2. Rontgen thorax

3. Uji tourniket ( Positif )

1. Pengkajian Focus

1. Identitas Pasien

Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang anak-anak

dengan usia kurang dari 15 tahun), jenis kelamin, alamat,

pendidikan, nama orang tua, pendidikan orang tua, dan pekerjaan.

10
2. Keluhan Utama

Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang ke

rumah sakit adalah panas tinggi dan anak lemah.

3. Riwayat Penyakit Sekarang

Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai

menggigil dan saat demam kesadaran composmentis. Turunnya

panas terjadi antara hari ke-3 sampai ke-7, dan anak semakin

lemah. Kadang-kadang disertai dengan keluhan batuk, pilek, nyeri

telan, mual, muntah, anoreksia, diare/konstipasi, sakit kepala, nyeri

otot dan persendian, nyeri ulu hati dan pergerakan bola mata terasa

pegal, serta adanya manifestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade

III, IV), melena atau hematesis.

4. Riwayat penyakit dahulu

Penyakit apa saja yang pernah diderita pada DHF, anak bisa

mengalami serangan ulangan DHF dengan tipe virus yang lain.

5. Riwayat penyakit keluarga

Penyakit apa saja yang pernah di derita sama keluarga klien

6. Riwayat imunisasi

Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan

akan timbulnya komplikasi dapat dihindari

7. Riwayat gizi Status gizi

anak menderita DHF dapat bervariasi.Semua anak dengan status

gizi baik maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat faktor

predisposisinya.Anak yang menderita DHF sering mengalami


keluhan mual, muntah, dan nafsu makan menurun. Apabila kondisi

ini berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang

mencukupi, maka anak akan mengalami penurunan berat badan

sehingga status gizinya menjadi kurang.

8. Kondisi lingkungan

Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan

yang kurang bersih (seperti air yang mengenang dan gantungan

baju di kamar).

9. Pola kebiasaan

a. Nutrisi dan metabolisme : frekuensi, jenis, pentangan, nafsu

makan berkurang, dan nafsu makan menurun.

b. Eliminasi alvi (buang air besar). Kadang-kadang anak

mengalami diar/konstipasi. Sementara DHF pada Grade III-IV

bisa terjadi melena.

c. Eliminasi urine (buang air kecil) perlu dikaji apakah sering

kencing, sedikit/banyak, sakit/tidak. Pada DHF grade IV sering

terjadi hematuria.

d. Tidur dan istirahat. Anak sering mrngalami kurang tidur karena

mengalami sakit/nyeri otot dan persendian sehingga kualitas dan

kuantitas tidur maupun istirahat kurang.

e. Kebersihan upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan

lingkungan cenderung terutama untuk membersihkan tempat

sarang nyamuk aedes aegypti.


f. Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya

untuk menjaga kesehatan.

10. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik Meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan

perkusi dari ujung rambut sampai jung kaki. Pemeriksaan fisik

secara umum:

1) Grade I : kesadaran composmentis, keadaan umum lemah, tanda-

tanda vital dan nadi lemah.

Grade II : kesadaran composmentis, keadaan umum lemah, ada

perdarahan spontan petekia, perdarahan gusi dan telinga, serta

nadi lemah, kecil, dan tidak teratur.

Grade III : Kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah,

nadi lemah, kecil dan tidak teratur, serta tensi menurun.

Grade IV : Kesadaran koma, tanda-tanda vital nadi tidak teraba,

tensi tidak terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin,

berkeringat, dan kulit.

2) Tanda-tanda vital (TTV) Tekanan nadi lemah dan kecil

(gradeIII), nadi tidak teraba (grade IV), tekanan darah menurun

( sistolik menurun sampai 80mmHg atau kurang), suhu tinggi

(diatas 37,5oC)

3) Kepala : kepala bersih, ada pembengkakan atau tidak, Kepala

terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam.


4) Mata Konjungtiva anemis

5) Hidung : Hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis)

pada gradeII,III, IV.

6) Telinga tidak ada perdarahan pada telinga, simetris, bersih tidak

ada serumen, tidak ada gangguan pendengaran.

7) Mulut

Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi

perdarahan gusi, dan nyeri telan. Sementara tenggorokkan

hyperemia pharing.

8) Leher : Kelenjar getah bening dan kelenjar tiroid tidak

mengalami pembesaran

9) Dada / thorak

I : Bentuk simetris, kadang-kadang tampak sesak.

Pal : Biasanya fremitus kiri dan kanan tidak sama

Per : Bunyi redup karena terdapat adanya cairan yang

tertimbun pada paru

A : Adanya bunyi ronchi yang biasanya terdapat pada grade

III, dan IV.

10) Abdomen

I : Abdomen tampak simetris dan adanya asites.

Pal :Mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegali)

Per : Terdengar redup

A : Adanya penurunan bising usus


11) Sistem integument

Adanya petekia pada kulit spontan dan dengan melakukan uji

tourniquet. Turgor kuit menurun, dan muncul keringat dingin,

dan lembab. Pemeriksaan uji tourniket dilakukan dengan

terlebih dahulu menetapkan tekanan darah anak. Selanjutnya

diberikan 24 tekanan antara sistolik dan diastolic pada alat

ukur yang dipasang pada tangan. Setelah dilakukan tekanan

selama 5 menit, perhatikan timbulnya petekie di bagian

volarlenga bawah (Soedarmo,2008).

12) Genitalia Biasanya tidak ada masalah

13) Ekstremitas

Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi serta tulang. Pada

kuku sianosis/tida

14) Pemeriksaan Laboratorium

Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai :

 Hb dan PCV meningkat (> dari 20 %).

 Trobositopenia (< dari 100.000/ml).

 Leucopenia (mungkin normal atau lekositosis).

 Ig. D. dengue positif.

 Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan :

hipoproteinemia, hipokloremia, dan hiponatremia.

 Urium dan pH darah mungkin meningkat.

 Asidosis metabolik : pCO2< 35 – 40 mmHg dan HCO3

rendah.
 SGOT / SGPT mungkin meningkat.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Kekurangan volume cairan (Hipovolemia) berhubungan dengan

peningkatan permeabilitas kapiler ditandai dengan mukosa bibir kering

b. Defisit Nutrisi berhubungan dengan psikologis (keengganan untuk makan)

makanan ditandai dengan berat badan menurun

c. Resiko Perdarahan berhubungan dengan gangguaan koagulasi

(penurunan trombosit) ditandai dengan trombositopenia


3. INTERVENSI ( RENCANA KEPERAWATAN )
Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan
N DIAGNOSA TUJUA INTERVENSI (SIKI )
O (SDKI ) N
( SLKI )
1. Hipovolemia Setelah dilakukan  Manajemen hipovolemia Observasi : (1.02050)
berhubungan tindakan keperawatan Periksa tanda dan gejala hipovolemik (tekanan
dengan 1 x 24 jam darah menurun, membrane mukosa kering,
kehilangan diharapkan hematocrit meningkat )
cairanaktif hipovolemia - Monitor intake dan output cairan Terapeutik :
ditandai terpenuhi. - Hitung kebutuhan cairan
dengan Kriteria Hasil : Status - Berikan posisi modified trendelenburg
mukosa bibir Cairan - Berikan asupan cairan oral
kering.  Turgor kulit Edukasi :
(D.0034).  Perasaan lemah - Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
 Keluhan haus - Anjurkan menghindari perubahan posisi
 Tekanan darah mendadak
 Intake cairan Kolaborasi :
membaik - Kolaborasi pemberian cairan IV
 Suhu tubuh isotonis ( misalnya : NaCl, RL )
- Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis
( missal : glukosa 2,5%, NaCl 0,4% )
- Kolaborasi pemberian cairan koloid ( miosal :
albumin, plasmanate )
- Kolaborasi pemberian produk darah
 Pemantauan cairan
Observasi :
- Monitor status hidrasi ( mis. Frekuensi nadi,
kekuatan nadi, akral, pengisian kapiler,
kelembaban mukosa, turgor kulit, tekanan darah
)
- Monitor berat badan
- Monitor hasil pemeriksaan laboratorium ( mis.
MAP, CVP, PAP, PCWP jika tersedia )
Terapeutik :
- Catat intake-output dan hitung balans
cairan 24 jam
Berikan asupan kebutuhan
- Berikan cairan intravena, jika perlu
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian diuretik, jika perlu
2. Defisit Setelah dilakuan  Manajemen nutrisi
Nutrisi tindakan Observas: (I.12395)
berhubungan keperawatan 1 x 24 - Identifikasi status nutrisi
dengan jam diharapkan - Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
psikologis ketidakseimbangan - Identifikasi makanan yang disukai
(keengganan nutrisi kurang dari - Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
untuk makan) kebutuhan tubuh nutrient
makanan terpenuhi. (L.03030) - Identifikasi perlunya penggunaan selang
ditandai Kriteria Hasil : nasogastric
dengan berat Status Nutrisi - Monitor asupan makanan
badan  Porsi makanan - Monitor berat badan
menurun yang dihabiskan - Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
(D.0019) sedang Terapeutik :
 Frekuensi makan - Lakukan oral hygiene, jika perlu
 Nafsu makan - Fasilitasi menentukan pedoman dier ( mis.
cukup membaik Piramida makanan )
 Mermban mukosa  Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang
sedang sesuai
 Berikan makanan tinggi serat untuk menjegah
konstipasi
 Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
 Berikan suplemen makanan, jika perlu
 Hentikan pemberian makan melalui selang
nasogatrik jika asupan oral dapat ditoleransi
 Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
Edukasi :
 Anjurkan posisi duduk jika mampu
 Anjurkan diet yang diprogramkan Kolaborasi :
 Kolaborasipemberian medikasi sebelum makan
( mis. Pereda nyeri, antiemetic ), jika perlu
 kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan.
 Pemantaun nutrisi
 Observasi
- Identifikasi factor yang mempengaruhi
asupan gizi ( mis. Pengetahuan,
ketersediaan makanan,
agama/kepercayaan, budaya, mengunyah
tidak adekuat, gangguan menelan,
penggunaan obat-obatan atau pascaoperasi )
- Identikasi perubahan berat badan
- Identifikasi kelainan pada kulit
- Identintifikasi kelainan eliminas ( mis.
Kering, tipis, kasar, dan mudah patah )
- Identifikasi pola makan
(mis.Kesukaan/ketidaksuaan makanan,
konsumsi makanan cepat saji, makan terburu-
buru )
- Identifikasi kelainan pada kuku ( mis. Diare,
darah, lender, dan eliminasi yang tidak
teratur )
- Identifikasi kemampuan menelan (mis. Fungsi
motoric wajah, reflex menelan, dan reflex
 Identifikasi kelainan rongga mulut ( mis.
Peradangan, gusi berdarah, bibir kering dan
retak, luka )
 Identifikasi kelainan eliminasi ( mis. Diare,
darah, lender. Dan eliminasi yang tidak teratur )
 Monitor mual dan muntah
 Monitor asupan oral
 Monitor warna konjungtiva
 Monitor hasil laboratorium ( mis. Kadar
kolestrol, albumin serum, transferrin, kreatinin,
hemoglobin, hematocrit, dan elektrolit darah )
Terapeutik :
 Timbang berat badan
 Ukur antropometrik komposisi tubuh ( mis.
Indeks massa tubuh, pengukuran pinggang, dan
ukuran lipatan kulit )
 Hitung perubahan berat badan
 Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan
kondisi pasien
 Dokumentasi hasil pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan prosedur
pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
3. Resiko Setelah dilakukan - Pencegahan Perdarahan Observasi :
Perdarahan tindakan - Monitor tanda dan gejala perdarahan
berhubung keperawatan - Monitor nilai hematocrit / hemoglobin sebelum dan
an dengan 1x24jam sesudah kehilangan darah
gangguaan diharapkan - Monitor tanda dan gejala ortostatik
koagulasi tingkat - Monitor koagulasi ( mis. Prothrombin time (PT),
(penuruna perdarahan Partial thromboplastin time (PTT), fibrinogen,
n menurun . deradasi fibrin dan/atau platelet )
trombosit) Kriteria Hasil : Terapeutik :
ditandai Tingkat - Pertahankan bedrest selama perdarahan
dengan Perdarahan - Batasi tindakan invasive, jika perlu
trombosito  Kelembap - Gunakan kasur pencegah decubitus
penia an - Hindari pengukuran suhu rektal
( D.0012) mukosa Edukasi :
 Suhu tubuh - Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
meningkat - Anjurkan menggunakan kaus kaki saat ambulasi
 Hematokrit - Anjurkan meningkatkan asupan untuk
membaik menghindari konstipasi
- Anjurkan menghindari aspirin atau antikoagulan
- Anjurkan meningkatkan asupan makanan dan
vitamin K
- Anjurkan segera melapor jika terjadi
perdarahan
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian obat pengontrol
perdarahan, jika perlu
- Kolaborasi pemberian produk darah, jika perlu
- Kolaborasi pemberian pelunak
- Tinja
4. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan

oleh perawat maupun tenaga medis lain untuk membantu pasien dalam proses

penyembuhan dan perawatan serta masalah kesehatan yang dihadapi pasien

yang sebelumnya disusun dalam rencana keperawatan (Nursallam, 2011).

5. Evaluasi

Menurut Nursalam, 2011 , evaluasi keperawatan terdiri dari dua jenis yaitu :

a. Evaluasi formatif. Evaluasi ini disebut juga evaluasi berjalan dimana

evaluasi dilakukan sampai dengan tujuan tercapai

b. Evaluasi somatif , merupakan evaluasi akhir dimana dalam metode

evaluasi ini menggunakan SOAP.


ASUHAN KEPERAWATAN
PADA An. A DENGAN DENGUE HEMORAGIC
FEVER DI PUSKESMAS PERDANA

Seorang anak bernama An. A datang ke Puskesmas Perdana didampingi oleh kedua orang tuanya
pada hari Selasa tanggal 3 November 2020, dibawa ke IGD Puskesmas Perdana. Pasien berusia 15
tahun dengan jenis kelamin Laki-laki beralamat di Kp Labuan. orang tua pasien mengatakan pasien
mengalami demam sekitar 5 hari ini, demam dirasakan naik ketika menjelang malam hari, demam
mereda setelah mendapatkan tehrapi dan demam muncul kembali. Demam dirasakan tidak nyaman
dan menggangu istirahat tidur pasien, selain demam pasien merasakan mual dan sesekali ada muntah
menyebabkan nafsu makan berkurang. Pasien tampak lemas dan berbaring ditempat tidur, kadang
tampak menggigil sesekali. Saat pengkajian didapatkan, hasil TTV : TD : 100/7, P : 24 x/m, N : 64
x/m, S: 36,5 ˚C

PENGKAJIAN

I. BIODATA
A. Identitas klien

Nama/Nama panggilan : An. A


Tempat Tanggal Lahir/Usia : Tangerang, 18 Agustus 2005/15 tahun
Jenis kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Alamat : Ds. Labuan
Tanggal masuk Puskesmas : 3 November 2020
Tanggal pengkajian : 6 November 2020
Diagnosa medis : DHF
Sumber informasi : Kedua orang tua

B. Identitas orang tua


1. Ayah

Nama : Tn. S
Usia : 65 tahun
Pendidikan : SMP
Pekerjaan/sumber penghasilan : Buruh
Agama : Islam
Alamat : Labuan, Pandeglang
2. Ibu
Nama : Ny. S
Usia : 50 tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan/sumber penghasilan : Ibu rumah tangga
Agama : Islam
Alamat : Labuan, Paneling

C. Identitas Saudara Kandung

No Nama Usia Hubungan Status Kesehatan

1. Tn. M 31 thn Kaka Sehat

2. Ny. S 30 thn Kaka Sehat

3. Tn. Z 27 thn Kaka Sehat

II. RIWAYAT KEPERAWATAN (NURSING HISTORY)


A. Keluhan utama/Alasan masuk PKM : Pasien mengatakan mengalami
Panas kurang lebih 5 hari
B. Riwayat kesehatan sekarang : demam dirasakan naik ketika menjelang
malam hari, demam mereda setelah mendapatkan tehrapi dan demam muncul
kembali

Kondisi saat dikaji:


P : Demam tinggi
Q : Nyeri seperti ditusuk tusuk
R : Nyeri di seluruh badan dan bagian kepala
S : Skala nyeri 7
T : Berangsur-angsur

C. Riwayat kesehatan sebelumnya : Ibu pasien mengatakan An. A sebelumnya pernah


masuk RS. Sewaktu SD dengan penyakit Demam typoid.

D. Riwayat Penyakit Keluarga :Ibu pasien mengatakann tidak memiliki riwayat penyakit
keturunan

E. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan


Ibu pasien mengatakan An. A memiliki berat badan 3 kg saat lahir. An.A sekarang memiliki
berat badan 45,5 kg dan tinngi badan 145 cm.

1) Genogram

X X X X

? ? ? ? X ? ? ?
?

X 5
0

1 2 3 3
5 7 0 1

Keterangan :

: Pasien ? : Usia tidak di ketahui

: Laki-laki X : Meninggal

: Perempuan : Tinggal serumah

: Hubungan pernikahan

: Garis keturunan

Berdasarkan genogram klien ditemukan data bahwa tidak ada anggota

keluarga yang pernah mengalami penyakit seperti yang diderita oleh klien.
F. Pengkajian Fisik (Body Sistem)
Keadaan umum : Lemah
Tinggi Badan 145 cm Berat Badan : 45,5 kg
1. Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 100/70 mmhg
Pernapasan : 24 x/m
Nadi : 64 x/m
Suhu : 36, 5 ◦C
2. Pernapasan
Bentuk dada normal/simetris, pola napas teratur, frekuensi napas 24
kali/menit, irama teratur, tidak nampak adanya bunyi nafas tambahan
dan tidak menggunakan alat bantu pernapasan.
3. Kardiovaskuler
Irama jantung regular, tidak Nampak adanya murmur, cyanosis tidak
ada, dan CRT <2 detik.
4. Peryarafan
Kesadaran composmentis, GCS :15 (Eye : 4, verbal : 5, motorik : 6)
5. Genetourinaria
Frekuensi berkemih 5-6 kali sehari, tidak terdapat masalah pada
eliminasi urine.
6. Pencernaan
Bentuk bibir normal, Mukosa bibir lembab, kebersihan rongga mulut
bersih, BAB 1 kali sehari, konsistensi lunak.
7. Musculoskeletal dan integumen
Akral hangat, turgor kulit baik, kelembaban kulit lembab, dan tidak
nampak ada oedema.
Kekuatan otot
44
44

8. Penginderaan

Mata : simetris, pupil : isokor (diameter 2 mm) reflek cahaya

positif, konjungtiva : anemis, skelera tidak ikterik dan tidak ada

pembengkakan/edema pada palpebral.

9. Endokrin

Tidak Nampak ada nya pembesaran kelenjar tiroid, dan tidak ada

pembesaran kelenjar karotis

G. TERAPI OBAT

NAMA GOLONGAN INDIKASI


Paracetamol Anti Pireutik Untuk mengurangi
3x500mg rasa nyeri, demam
Antasida Untuk mengurangi rasa
3x1 tablet mual
Vitamin c multivitamin Untuk pemenuhan nutrisi
3x1 tab
Ranitidine Anti Inflamasi Untuk Mengurangi
2 x 1 mg nyeri pada lambung

28
H. Data Penunjang

 Laboratorium

Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 1 November 2020

No Nama Pemeriksa Jumlah Satuan Nilai Normal


1. HGB 14.6 [g/dL] 13.0 – 16.1
2. RBC 4.90 [10^6/uL] 4.5 – 5.5
3. HCT 41.2 [%] 40.0 – 48.0
4. WBC 2.95 [10^3/uL] 5.0 – 10.0
5. EO% 1.7 [10^3/uL] 1–3
6. BASO% 0.3 [10^3/uL] 0–1
7. NEUT 24.1 [10^3/uL] 50 – 70
8. LYMPH 65.1 [10^3/uL] 20 – 40
9. MONO% 8.8 [10^3/uL] 2–8
10. PLT 42* [10^3/uL] 150 - 400
Laboratorium tanggal 2 November 2020

No Nama Pemeriksa Jumlah Satuan Nilai Normal


1. HGB 14.4 [g/dL] 13.0 – 16.1
2. RBC 4.74 [10^6/uL] 4.5 – 5.5
3. HCT 40.7 [%] 40.0 – 48.0
4. WBC 3.44 [10^3/uL] 5.0 – 10.0
5. EO% 2.3 [10^3/uL] 1–3
6. BASO% 0.3 [10^3/uL] 0–1
7. NEUT 22.1* [10^3/uL] 50 – 70
8. LYMPH 66.9* [10^3/uL] 20 – 40
9. MONO% 8.4* [10^3/uL] 2–8
10. PLT 32* [10^3/uL] 150 - 400

Laboratorium tanggal 3 November 2020 (sore jam 16.00)

No Nama Pemeriksa Jumlah Satuan Nilai Normal


1. HGB 14.6 [g/dL] 13.0 – 16.1
2. RBC 4.92 [10^6/uL] 4.5 – 5.5
3. HCT 42.4 [%] 40.0 – 48.0
4. WBC 3.69 [10^3/uL] 5.0 – 10.0
5. EO% 2.3 [10^3/uL] 1–3
6. BASO% 0.8 [10^3/uL] 0–1
7. NEUT 23.3* [10^3/uL] 50 – 70
8. LYMPH 64.5* [10^3/uL] 20 – 40
9. MONO% 9.5* [10^3/uL] 2–8
10. PLT 28* [10^3/uL] 150 - 400
ANALISA DATA

N Data Masalah Etiologi


o
1 DS : Hipovolem Peningkata
. ia n
- klien mengatakan klien
permeabilit
kurang minum
as kapiler
- klien mengatakan klien letih
- klien mengatakan klien tadi siang
muntah 2x
- klien mengatakan suhu tubuh
klien turun naik
DO :
- tampak letih
- tampak ada bintik- bintik
merah di tangan klien
- TD : 100/70 P : 24 x/m N :
64 x/m S: 36,5 ˚C
- Ptekie pada tangan ( +)
2 DS : Defi Psikologis
. sit (keenggana
 klien mengatakan nafsu makan
Nutr n untuk
klien berkurang.
isi makan)
 mengatakan pusing saat
berdiri dan duduk
 klien mengatakan klien tadi
siang muntah
 klien mengatakan klien
sudah 3 hari tidak BAB
DO :
 Klien tampak tidak nafsu makan
 Klien hanya menghabiskan 3
sendok dari porsi yang diberikan
 Mukosa bibir klien tampak pucat
 TD : 100/70 mmHg
o N : 64 x/m
P : 24 x/m
S : 36,5 °C
 BB turun
3. DS : Resiko Gangguan
 klien mengatakan trombosit
Perdarahan Koagulasi
klien menurun
(penurunsn
 Pasien mengatakan lemas
trombosit)
DO :
 Trombosit klien 28*
[10^3/uL]

 Pasien tampak lemah

Diagnosa Keperawatan

1. Kekurangan volume cairan/ Hipovolemia (D.0034) berhubungan dengan

peningkatan permeabilitas kapiler ditandai dengan mukosa bibir kering

2. Defisit Nutrisi (D.0019) berhubungan dengan psikologis (keengganan untuk

makan) makanan ditandai dengan berat badan menurun

3. Resiko Perdarahan (D.0012) berhubungan dengan gangguaan koagulasi

(penurunan trombosit) ditandai dengan trombositopenia


INTERVENSI ( RENCANA KEPERAWATAN )

N DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI


O (SKI ) (SLKI ) ( SIKI)
1. Hipovolemia Setelah dilakukan  Manajemen hipovolemia
berhubungan tindakan Observasi:
dengan keperawatan  Periksa tanda dan gejala hipovolemik
Peningkatan 3x24 jam (tekanan darah menurun, membrane
permeabilitas diharapkan mukosa kering, hematocrit meningkat )
kapiler hipovolemia  Monitor intake dan output cairan
ditandai membaik. Terapeutik :
dengan Kriteria Hasil :  Berikan asupan cairan oral
mukosa bibir Status Cairan Edukasi :
kering  Turgor kulit  Anjurkan memperbanyak asupan cairan
 Perasaan lemah oral
Kolaborasi :
 Intake cairan
 Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis
membaik
( misalnya : RL )
 Suhu tubuh  Pemantauan cairan Observasi
:
 Monitor berat badan
 Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik :
 Berikan cairan intravena
Kolaborasi :
 Kolaborasi
 pemberian diuretik

2. Defisit Setelah dilakuan  Manajemen nutrisi


Nutrisi tindakan Observasi :
berhubungan keperawatan 3 x - Identifikasi alergi
dengan 24 jam diharapkan - Identifikasi makanan yang disukai Terapeutik:
psikologis ketidakseimbanga - Berikan makanan tinggi serat untuk
(keengganan n nutrisi kurang mencegah konstipasi
untukmakan) dari kebutuhan Edukasi :
ditandai tubuh terpenuhi. - Anjurkan posisi duduk jika
dengan Kriteria Hasil : mampu
beratbadan Status Nutrisi Kolaborasi :
menurun - kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
 Porsi
jumlah kalori dan jenis nutrien yang
makanan
dibutuhkan
yang
dihabiskan
 Pemantauan nutrisi
sedang
Observasi :
 Frekuensi - Identifikasi kelainan pada kulit
makan
- Identintifikasi kelainan eliminasi
 Nafsu
- Monitor mual dan muntah Terapeutik:
makan
cukup - Timbang berat badan Edukasi :
membaik - Jelaskan tujuan prosedur pemantauan
 Mermban
mukosa Kolaborasi :
sedang - Kolaborasi dengan ahli gizi

3. Resiko Setelah dilakukan  Mencegahan Perdarahan


Perdarahan tindakan Observasi :
berhubungan keperawatan 1 x - Monitor tanda dan gejala perdarahan
dengan 24 jam diharapkan  Monitor nilai hematokrit / hemoglobin
gangguaan tingkat perdarahan sebelum dan sesudah kehilangan darah
koagulasi menurun . Terapeutik :
(penurunan Kriteria Hasil :
 Pertahankan bedrest selama
trombosit)  Tingkat
perdarahan
ditandai Perdarahan
dengan Edukasi :
 Kelembapan
trombositopen membran mukosa  Jelaskan tanda dan gejala
ia  Suhutubuh perdarahan
meningkat  Anjurkan meningkatkan asupan untuk
 Hematokrit menghindari konstipasi
membaik
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian obat pengontrol
perdarahan, jika perlu

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN


Tabel 3.7 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
N HARI / DIAGNOS JA IMPLEMENTAS
EVALUASI
O TANGGA A M I
L
1. Selasa / 3- Hipovolemia 08.0  Memanajemen Jam : 13.00
10-2020 berhubungan 0 hypovolemia
S:
dengan
Peningkatan Observasi :  Klien
permeabilitas mengatakan
kapiler 1. Memperiksa tanda klien kurang
ditandai dan gejala minum
dengan hipovolemik (  Klien mengatakan
mukosa bibir tekana darah klien letih
kering 100/70 mmHg,
 klien mengatakan
membran mukosa
klien tadi siang
bibir klien kering,
muntah
bibir pecah-pecah,
 Klien mengatakan
lidah klien
suhu tubuh klien
putih,hematocrit
turun naik
meningkat,)
O:
2. Memonitor intake
dan output cairan  Klien tampak letih
T:
 Klien tampak ada
3. Memberikan bintik-bintik
asupan cairan oral, merah di tangan
klien, Pteke pada
sebanyak 4 gelas
tangan +
dari jam 08.00-  TD : 100/70
14.00,  P : 24 x/m
E:
A : Hipovolekimi
4. Menganjurkan
P : Intervensi dilanjutkan
memperbanyak
 Memanajemen
asupan cairan oral,
hipovolemia no
dengan cara
1,2,3, dan 5
memberi tahu
kepada keluarga  Memantau cairan
atau klien untuk no 2,3 dan 4

memperbanyak
minum sesuai
kebutuhan tubuh
sekitar 2400 cc /
24 jam

K:

5. Memantau
pemberian cairan
IV isotonis
( RL 30 tts/m )

 Memantauan cairan
Observasi :
1. Memonitor berat
badan (BB sebelum
sakit 45 Kg)
2. Memonitor hasil
pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik :
3. Berikan asupan
cairan oral
sebanyak 4 gelas
dari jam 08.00-
14.00,
4. Memberikan cairan
intravena
Kolaborasi :
5. MelakukanKolabor
asi pemberian
diuretic tidak
dilakukan, karena
tidak sesuai dengan
kondisi klien. Klien
urine nya lancar
tidak memakai
kateter.
2. Selasa/ 3- Defisit 10.0  Manajem S:
10-2020 0 en nutrisi  Klien mengatakan
Nutrisi Observas nafsu makan klien
berhubungan i: menurun.
dengan 1. Mengidentifikasi  Klien mengatakan
psikologis alergi, klien tidak pusing saat berdiri
(keengganan ada alergi terhadap dan duduk
untuk obat maupun  Klien mengatakan
makanan. klien tadi siang
makan)
2. Mengidentifikasi muntah
ditandai
makanan yang  Klien mengatakan
dengan berat
disukai, makanan klien sudah 3 hari
badan
yang disukai klien. tidak BAB
menurun
Makanan yang O:
disukai klien
ayam, ikan, nasi  Klien tampak tidak
goring, mangga, nafsu makan
pisang dan  Klien hanya
makanan yang menghabiskan 3
tidak disukai klien sendok dari porsi
nenas. yang diberikan
Terapeutik :  Mukosa bibir klien
3. Memberika tampak pucat
makanan tinggi
serat untuk  TD : 10070 mmHg
mencegah  N : 64 x/m
konstipasi ( pepaya  P : 24 x/m
)  S : 35,5oC
Edukasi : : Defisit nutrisi
4. Menganjurkan P : Intervensi dilanjutkan
posisi duduk jika
mampu, agar klien  Memanajemen
tidak merasa letih Nutrisi no 3,4 dan
dan lemah. 5
 Pemantauan
K:
Nutrisi NO 1,2,3
5. Melakukan dan 4
kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrien yang
dibutuhkan
 Memantau nutrisi
Obdervasi :
1. Mengidentifikasi
kelainan pada
kulit, ( pada kulit
klien terdapat
bintik-bintik merah
di tangan klien ).
2. Mengidentintifikas
i kelainan
eliminasi, BAK
klien lancar,
sedangkan BAB
klien susah
3. Memonitor mual
dan muntah ( klien
merasakan mual
dan muntah )

Terapeutik :
4. Menimbang berat
badan,

Edukasi :
5. Menjelaskan
tujuan
prosedur
pemantauan (tujuan
pemantauan nutrisi
agar nutrisi klien
terpenuhi)

3. Selasa/ Resiko Perdarahan 08.0  Mencegahan Jam 13.00


3-10- 0 Perdarahan
berhubungan S:
2020
dengan gangguaan Observasi :  Klien
koagulasi 1. Memonitor tanda mengatakan
(penurunan dan gejala trombositnya

perdarahan menurun

(perdarahan pada  Pasien

hidung / mengataka
n lemah
mimisan, muntah
O:
terus
menerus)  Trombosit

2. Memo klien 28*


[10^3/uL]
nitor
nilai  Pasien
hemato tampak lemah
krit
Terapeutik :
A : Resiko Perdarahan
3. Mempertahanka
n bedrest selama P : Intervensi dilanjutkan
perdarahan Mencegahan perdarahan 1,
2, 3 dan
Edukasi :
4. Menjelaskan
tanda dan gejala
perdarahan (
tanda gejala
perdarahan
yaitu mimisan,
mual muntah,
feses berwarna
hitam,
kesemutan
ditangan atau
kaki)
Menganjurkan
meningkatkan
asupan untuk
menghindari
konstipasi (banyak
mengkonsumi
pepeaya agar tidak
terjadi konstipasi)
Kolaborasi :
5. Melakukan
Kolaborasi
pemberian obat
pengontrol
perdarahan, jika
perlu (tidak ada
diberikan obat)

4. Rabu, Hipovolemia 08.0  Memanajemen Jam 13.00


04-10- 0 hipovolemia Observasi
2010 berhubungan S:
:
dengan  Klien
1. Memperiksa tanda dan
Peningkatan gejala hipovolemik mengatakan
permeabilitas ( tekanan darah menurun klien sudah mau
100/70 mmHg, minum
kapiler ditandai
membran mukosa klien  klien mengatakan
dengan mukosa masih kering, bibir klien tidak ada
bibir kering pecah-pecah, lidah klien merasa letih atau
putih, hematokrit lemah lagi
meningkat  Klien
2. Memonitor intake mengatakan
dan output cairan klien siang tidak
ada muntah
Terapeutik :
 Klien
3. Memberikan mengatakan
asupan cairan oral, suhu tubuh
klien masih turun
Edukasi : naik
1. Mengingatkan
kembali kepada O:
keluarga dan klien  Klien tampak sudah
untuk memperbanyak segar
minum sesuai
kebutuhan tubuh  Bintik-bintik
sekitar 2400 cc / 24 merah di
jam tangan klien
Kolaborasi : sudah
berkurang
5. Memantau
pemberian cairan  TD : 100/70
IV isotonis  P :24 x/m
 Memantaucairan
Observasi :  N : 83 x/m
1. Memonitor berat  S : 3g,0 ˚C
badan
 Pteke pada tangan +
2. Memonitor hasil
pemeriksaan
A : Hipovolemik teratasi
laboratorium
sebagian
Terapeutik :
P : Intervensi dilanjutkan
3. Berikan asupan
Memanajemen
cairan oral
Hipovolekimia no 1,2,3,
sebanyak 4 gelas
dan 5
dari jam 08.00-
14.00,
4. memberikan cairan
intravena
Kolaborasi :
Melakukan Kolaborasi
pemberian diuretic
tidak dilakukan, karena
tidak sesuai dengan
kondisi klien. Klien
urine nya lancar tidak
memakai
kateter.
5 rabu/ Defisit Nutrisi 10.  Manajeme S:
. 04-10- berhubungan 00 n nutrisi  Klien mengatakan
2020 dengan prikologis O: nafsu makan klien
(keengganan 1 dan 2 sudah
sudah mulai enak.
untuk makan) dilakukan pada hari
ditandai dengan pertama  Klien mengatakan
berat badan T: pusing saat berdiri
menurun 1. Memberikan dan duduk sudah
makanan berkurang
tinggi serat untuk  Klien mengatakan
mencegah konstipasi
klien tidak ada
( papaya, sayur
bayam ) muntah
E:  Klien mengatakan
2. Menganjurkan posisi klien sudah ada
duduk jika BAB satu kali
mampu, agar klien O:
tidak merasa letih
dan lemah.  Klien tampak nafsu
K: makan
3. Melakuka kolaborasi
 Klien hanya
dengan ahli gizi
untuk menentukan menghabiskan
jumlah kalori dan ½ dari porsi
jenis nutrien yang
dibutuhkan yang diberikan
 Memantau nutrisi  Mukosa bibir klien
O: tampak pucat
1. Mengidentifikasi
kelainan pada  TD :
kulit, ( pada kulit 100/70mmHg
klien tbintik-bintik
merah di tangan N : 84 x/m
klien sudah P : 30 x/m
berkurang )
2. Mengidentintifikas  S : 35 ˚C
i kelaina eliminasi, A : Defisit nutrisi
BAK klien lancar,
sedangkan BAB teratasi sebagian P :
klien sudah ada Intervensi
1x.
3. Memonitor mual dilanjutkan
dan muntah ( klien  Memanajemen
sudah tidak Nutrisi
merasakan mual  Pemantauan Tanda
dan muntah )
Vital
T:
4. Menimbang berat
badan, berat badan
45 kg
6 Rabu Resiko Perdarahan 08.  Mencegahan Jam 13.00
. / 04- berhubungan dengan 00 Perdarahan S:
10- gangguaan koagulasi  Klien mengatakan
2020 (penurunan trombosit) Observasi : trombosit anaknya
ditandai dengan menurun
trombositopenia 1. Memonitor tanda
 Pasien mengatakan
dan gejala
lemah
perdarahan
O :
(perdarahan pada
hidung / mimisan,  Trombosit klien
muntah terus 28* [10^3/uL]
menerus)
2. Memonitor nilai  Pasien tampak
hematokrit lemah
Terapeutik :
A : Resiko Perdarahan
3. Mempertahankan
P : Intervensi dilanjutkan
bedrest selama
perdarahan  Mencegahan
Edukasi : perdarahan 1 dan 2
4. Menjelaskan
tanda dan gejala
perdarahan (
tanda gejala
perdarahan yaitu
mimisan, mual
muntah,
feses berwarna
hitam,
kesemutan
ditangan atau kaki
)
5. Menganjurkan
meningkatkan
asupan untuk
menghindari
konstipasi
( banyak
mengkonsumsi
pepeaya agar
tidak terjadi
konstipasi)
Kolaborasi :
6. MelakukanKolabo
rasi pemberian
obat pengontrol
perdarahan, jika
perlu (tidak ada
diberikan obat)
7 Kami Hipovolemia 08.0  Memanjemen Jam 13.00
. s, 05- berhubungan dengan 0 hipovolemia
S:
10- Peningkatan Observasi :
2020 permeabilitas kapiler Memperiksa tanda  Klien
ditandai dengan dan gejala mengatakan
mukosa bibir kering hipovolemik(tekana klien sudah
n darah menurun sering minum
100/70 mmHg, Klien mengatakan
membran mukosa sudah tidak merasa
bibir klien sudah letih lagi
lemab, bibir tidak
 klien mengatakan
pecah- pecah, lidah
klien tidak ada
klien
muntah
putih,hematokrit
meningkat,  Klien
2. Memonitor intake mengatakan
dan suhu tubuh
klien masih
Terapeutik : turun naik
O:
3. Memberikan
asupan cairan oral,  Klien tampak
sebanyak 4 gelas segar
dari jam 08.00-  Bintik-bintik
14.00, 1200 cc merah di
Kolaborasi : tangan klien
Memantau sudah tidak
pemberian cairan IV ada lagi
isotonis ( RL 30  TD : 110/80
tts/m ) P : 28 x/m
 Memanta N : 70 x/m S: 35,5
u cairan ˚C
Observas A : Masalah Hipovolemik
i: teratasi
1. Memonitor berat P : Intervensi dihentikan
badan ( BB 45 Kg
2. Memonitor
pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik :
3. Berikan asupan
cairan oral
sebanyak 8-9 gelas
4. Memberikan cairan
intravena ( RL 30
tts/m )
8 Kami Defisit Nutrisi 10.  Manajemen nutrisi S:
. s, 05- berhubungan dengan 00
 Klien
10- Psikologis T:
mengatakan
2020 (keengganan untuk 5. Memberikan
nafsu makan
makan) ditandai makanan
klien membaik
dengan penurunan tinggi serat untuk
berat badan  Klien
mencegah
mengatakan
konstipasi (papaya,
tidak ada
sayur bayam)
merasa pusing
K:
saat berdiri
6. Melakukan
dan duduk
kolaborasi dengan
ahli gizi untuk  Klien
menentukan jumlah mengata
kalori dan jenis kan
nutrien yang sudah
dibutuhkan ada
BAB
 Memantau nutrisi O :
1. Mengidentifikasi O:
kelainanpada  Klien
kulit, ( pada tampak
kulit klien menghabis
tbintik-bintik kan makan
merah di tangan nya
klien sudah tidak  Mukosa
ada lagi ). bibir
2. Mengidentintifik klien
ai kelainan tampak
eliminasi, lembab
BAKklien
lancar, TD : 110/70 mmHg
sedangkan N : 70 x/m
P : 28 x/m
S : 35,5
A : defisit nutrisi teratasi
P : Intervensi dihentikan

Kamis, 05-10- Resiko 08.0  Mencegahan Jam 13.00 S :


2020 0 Perdarahan
Perdarahan  Klien mengatakan
berhubunga Observasi : trombosit anaknya
n dengan 1. Memonitor tanda sudah mulai
gangguaan dan gejala meningkat
koagulasi perdarahan  Pasien mengatakan
(penurunan (perdarahan pada tidak terasa lemah
trombosit) lagi
hidung /
ditandai O::
mimisan,
dengan
muntah terus  Trombosit klien 42*
trombosito [10^3/uL]
menerus)
penia  Pasien tampak segar
2. Memonitor nilai
hematokrit 2.95 A : Resiko

[10^3/uL] Perdarahan teratasi


P : Intervensi
dihentikan

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, Fitri Respati dan Nita Nasution. 2012. Buku Pintar Asuhan

Keperawatan Bayi dan Balita. Yogyakarta : Cakrawala Ilmu


Fadhillah Harif, 2018. SDKI ( Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia ). Jakarta

Padila. (2013). Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.

Potter, P.A, Perry, A.G, 2015 Buku Ajar Fundamental Keperawatan :


Konsep Proses, dan Praktik. Edisi . Volume 2. Alin Bahasa :Renata
Komalasari, dkk. Jakarta : EGC

Soedarto. 2012. Demam Berdarah Dengue/Dengue Haemorrhagic Fever. Jakarta:


Sagung Seto

Anda mungkin juga menyukai