Anda di halaman 1dari 39

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA TN.

“J”
DENGAN GOUT ATRITIS

DISUSUN OLEH

ASEP NATAWIJAYA DIGUNA

21221022

PROGRAM PROFESI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA
2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Konsep Lanjut Usia

1.1.1 Definisi Lanjut Usia

Lanjut usia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk

memperatahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini berkaitan

dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara

individual, karena faktor tertentu Lansia tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya baik

secara jasmani, rohani maupun sosial. Seseorang dikatakan Lansia ialah apabila berusia 60

tahun atau lebih, Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki

tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan Lansia ini akan

terjadi suatu proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan (Nugroho, 2008).

1.1.2 Batasan Lanjut Usia

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan Lansia menjadi empat,

yaitu usia pertengahan (middle age) adalah 45-59 tahun, lanjut usia (elderly) adalah 60-74

tahun. lanjut usia tua (old) adalah 75-90, usia sangat tua (very old) adalah diatas 90 tahun.

Sedangkan menurut Undang-Undang No.13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Sosial

Lanjut Usia, seseorang disebut Lansia bila telah memasuki atau mencapai usia 60 tahun

lebih (Nugroho, 2008).

1.1.3 Tipe Lanjut Usia

Menurut Nugroho (2008) lanjut usia dapat pula dikelompokan dalam beberapa tipe yang

bergantung pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial,

dan ekonominya. Tipe ini antara lain:

1) Tipe Optimis: lanjut usia santai dan periang, penyesuaian cukup baik, mereka

memandang masa lanjut usia dalam bentuk bebas dari tanggung jawab dan sebagai

kesempatan untuk menuruti kebutuhan pasifnya.

2) Tipe Konstruktif: lanjut usia ini mempunyai integritas baik, dapat menikmati hidup,

memiliki toleransi yang tinggi, humoristik, fleksibel, dan tahu diri. Biasanya, sifat ini

terlihat sejak muda. Mereka dengan tenang menghadapi proses menua.


3) Tipe Ketergantungan: lanjut usia ini masih dapat diterima di tengah masyarakat, tetapi

selalu pasif, tidak berambisi, masih tahu diri, tidak mempunyai inisiatif dan bila bertindak

yang tidak praktis. Ia senang pensiun, tidak suka bekerja, dan senang berlibur, banyak

makan, dan banyak minum.

4) Tipe Defensif: lanjut usia biasanya sebelumnya mempunyai riwayat pekerjaan/jabatan

yang tidak stabil, bersifat selalu menolak bantuan, emosi sering tidak terkontrol,

memegang teguh kebiasaan, bersifat konpultif aktif, dan menyenangi masa pensiun.

5) Tipe Militan dan serius: lanjut usia yang tidak mudah menyerah, serius, senang

berjuang, bisa menjadi panutan.

6) Tipe Pemarah: lanjut usia yang pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, selalu

menyalahkan orang lain, menunjukan penyesuaian yang buruk. Lanjut usia sering

mengekspresikan kepahitan hidupnya.

7) Tipe Bermusuhan: lanjut usia yang selalu menganggap orang lain yang menyebabkan

kegagalan, selalu mengeluh, bersifat agresif, dan curiga. Biasanya, pekerjaan saat ia muda

tidak stabil. Menganggap menjadi tua itu bukan hal yang baik, takut mati, iri hati pada

orang yang muda, senang mengadu masalah pekerjaan, dan aktif menghindari masa yang

buruk.

8) Tipe Putus asa, membenci dan menyalahkan diri sendiri: lanjut usia ini bersifat kritis

dan menyalahkan diri sendiri, tidak mempunyai ambisi, mengalami penurunan sosial-

ekonomi, tidak dapat menyesuaiakan diri. Lanjut usia tidak hanya mengalami kemarahan,

tetapi juga depresi, memandang lanjut usia sebagai tidak berguna karena masa yang tidak

menarik. Biasanya perkawinan tidak bahagia, merasa menjadi korban keadaan, membenci

diri sendiri, dan ingin cepat mati.

Perawat perlu mengenal tipe lanjut usia sehingga dapat menghindari kesalahan atau

kekeliruan dalam melaksanakan pendekatan asuhan keperawatan. Tentu saja tipe tersebut

hanya suatu pedoman umum dalam praktiknya, berbagai variasi dapat ditemukan.

1.1.4 Proses Penuaan dan Perubahan yang Terjadi pada Lansia

Proses penuaan merupakan proses alamiah setelah tiga tahap kehidupan, yaitu masa anak,

masa dewasa, dan masa tua yang tidak dapat dihindari oleh setiap individu. Pertambahan

usia akan menimbulkan perubahan-perubahan pada struktur dan fisiologis dari berbagai
sel/jaringan/organ dan sistem yang ada pada tubuh manusia. Proses ini menjadi

kemunduran fisik maupun psikis. Kemunduran fisik ditandai dengan kulit mengendur,

rambut memutih, penurunan pendengaran, penglihatan memburuk, gerakan lambat, dan

kelaianan berbagai fungsi organ vital. Sedangkan kemunduran psikis terjadi peningkatan

sensitivitas emosional, penurunan gairah, bertambahnya minat terhadap diri, berkurangnya

minat terhadap penampilan, meningkatkan minat terhadap material, dan minat kegiatan

rekreasi tidak berubah (hanya orientasi dan subyek saja yang berbeda) (Mubarak, 2009).

Namun, hal di atas tidak menimbulkan penyakit. Oleh karena itu, Lansia harus senantiasa

berada dalam kondisi sehat, yang diartikan sebagai kondisi :

1) Bebas dari penyakit fisik, mental, dan sosial.

2) Mampu melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

3) Mendapatkan dukungan secara sosial dari keluarga dan masyarakat.

Adapun dua proses penuaan, yaitu penuaan secara primer dan penuaan secara sekunder.

Penuaan primer akan terjadi bila terdapat perubahan pada tingkat sel, sedangkan penuaan

sekunder merupakan proses penuaan akibat faktor lingkungan fisik dan sosial, stres

fisik/psikis, serta gaya hidup dan diet dapat mempercepat proses penuaan (Mubarak,

2009).

1.1.5 Masalah yang Terjadi pada Lansia

Menurut Mubarak (2009), terdapat beberapa permasalahan yang sering dialami oleh

seseorang yang telah memasuki masa lanjut usia, antara lain:

1) Perubahan Perilaku, pada Lansia sering dijumpai terjadinya perubahan perilaku, di

antaranya : daya ingat menurun, pelupa, sering menarik diri, ada kecenderungan penurunan

merawat diri, timbulnya kecemasan karena dirinya sudah tidak menarik lagi, dan Lansia

sering menyebabkan sensitivitas emosional seseorang yang akhirnya menjadi sumber

banyak masalah.

2) Perubahan Psikososial, masalah perubahan psikososial serta reaksi individu terhadap

perubahan ini sangat beragam, bergantung pada kepribadian individu yang bersangkutan.

Lansia yang telah menjalani dengan bekerja, mendadak dihadapkan untuk menyesuaikan

dirinya dengan masa pensiun. Bila Lansia cukup beruntung dan bijaksana, maka ia akan

mempersiapkan diri dengan menciptakan berbagai bidang minat untuk memanfaatkan


waktunya, masa pensiunya akan memberikan kesempatan untuk menikmati sisa hidupnya.

Namun, bagi banyak pekerja, pensiun berarti terputus dari lingkungan, dan teman-teman

yang akrab.

3) Pembatasan Aktivitas Fisik, semakin lanjut usia seseorang, mereka akan mengalami

kemunduran, terutama di bidang kemampuan fisik yang dapat mengakibatkan penurunan

pada peranan-peranan sosialnya. Hal ini mengakibatkan timbulnya gangguan dalam hal

mencukupi kebutuhan hidupnya, sehingga dapat meningkatkan ketergantungan yang

memerlukan bantuan orang lain.

4) Kesehatan Mental, pada umumnya Lansia mengalami penurunan fungsi kognitif dan

psikomotor, perubahan-perubahan mental ini erat sekali kaitanya dengan perubahan fisik.

Semakin lanjut usia seseorang, kesibukan sosialnya akan semakin berkurang dan akan

mengakibatkan berkurangnya interaksi dengan lingkunganya.

1.2 Konsep Medis

1.2.1 Definisi

Gout Arthritis merupakan salah satu penyakit inflamasi sendi yang paling sering

ditemukan yang ditandai dengan penumpukan Kristal Monosodium Urat di dalam ataupun

di sekitar persendian. Monosodium Urat ini berasal dari metabolisme Purin. Hal penting

yang mempengaruhi penumpukan Kristal Urat adalah Hiperurisemia dan supersaturasi

jaringan tubuh terhadap Asam Urat. Apabila kadar Asam Urat di dalam darah terus

meningkat dan melebihi batas ambang saturasi jaringan tubuh, penyakit Gout Arthritis ini

akan memiliki manifestasi berupa penumpukan Kristal Monosodium Urat secara

Mikroskopis maupun Makroskopis berupa Tofi (Zahara, 2013).

Gout Arthritis adalah penyakit sendi yang diakibatkan oleh tingginya kadar Asam Urat

dalam darah. Kadar Asam Urat yang tinggi dalam darah melebihi batas normal yang

menyebabkan penumpukan Asam Urat di dalam persendian dan organ lainnya (Susanto,

2013).

Jadi, dari definisi di atas maka Gout Arthritis merupakan penyakit inflamasi sendi yang

diakibatkan oleh tingginya kadar Asam Urat dalam darah, yang ditandai dengan

penumpukan Kristal Monosodium Urat di dalam ataupun di sekitar persendian berupa Tofi.
1.2.2 Etiologi

Secara garis besar penyebab terjadinya Gout Arthritis disebabkan oleh faktor primer dan

faktor sekunder, faktor primer 99% nya belum diketahui (Idiopatik). Namun, diduga

berkaitan dengan kombinasi faktor genetik dan faktor hormonal yang menyebabkan

gangguan metabolisme yang dapat mengakibatkan peningkatan produksi Asam Urat atau

bisa juga disebabkan oleh kurangnya pengeluaran Asam Urat dari tubuh. Faktor sekunder,

meliputi peningkatan produksi Asam Urat, terganggunya proses pembuangan Asam Urat

dan kombinasi kedua penyebab tersebut. Umumnya yang terserang Gout Artritis adalah pria,

sedangkan perempuan persentasenya kecil dan baru muncul setelah Menopause. Gout Artritis

lebih umum terjadi pada laki-laki, terutama yang berusia 40-50 tahun (Susanto, 2013).

Menurut Fitiana (2015) terdapat faktor resiko yang mempengaruhi Gout Arthritis

adalah :

1) Usia

Pada umumnya serangan Gout Arthritis yang terjadi pada laki-laki mulai dari usia pubertas

hingga usia 40-69 tahun, sedangkan pada wanita serangan Gout Arthritis terjadi pada usia

lebih tua dari pada laki-laki, biasanya terjadi pada saat Menopause. Karena wanita

memiliki hormon estrogen, hormon inilah yang dapat membantu proses pengeluaran Asam

Urat melalui urin sehingga Asam Urat didalam darah dapat terkontrol.

2) Jenis kelamin

Laki-laki memiliki kadar Asam Urat yang lebih tinggi dari pada wanita, sebab wanita

memiliki hormon ektrogen.

3) Konsumsi Purin yang berlebih

Konsumsi Purin yang berlebih dapat meningkatkan kadar Asam Urat di dalam darah,

serta mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi Purin.

4) Konsumsi alkohol

5) Obat-obatan

Serum Asam Urat dapat meningkat pula akibat Salisitas dosis rendah (kurang dari 2-3

g/hari) dan sejumlah obat Diuretik, serta Antihipertensi.


1.2.3 Gambaran Klinis

1.2.3.1 Gout Arthritis Akut

Gout Arthritis banyak ditemukan pada laki-laki setelah usia 30 tahun, sedangkan pada

perempuan terjadi setelah Menopaus. Hal ini disebabkan kadar Usam Urat laki-laki akan

meningkat setelah pubertas, sedangkan pada perempuan terdapat hormon estrogen yang

berkurang setelah Menopaus (Asikin, 2016).

Gout Arthritis Akut biasanya bersifat Monoartikular dan ditemukan pada sendi MTP ibu

jari kaki, pergelangan kaki dan jari tangan. Nyeri sendi hebat yang terjadi mendadak

merupakan ciri khas yang ditemukan pada Gout Arthritis Akut. Biasanya, sendi yang

terkena tampak merah, licin, dan bengkak. Klien juga menderita demam dan jumlah sel

darah putih meningkat. Serangan Akut dapat diakibatkan oleh tindakan pembedahan,

trauma lokal, obat, alkohol dan stres emosional serangan Gout Arthritis Akut biasanya

dapat sembuh sendiri. Sebagian besar gejala serangan Akut akan berulang setelah 10-14

hari walaupun tanpa pengobatan (Asikin, 2016).

Perkembangan serangan Gout Arthritis Akut biasanya merupakan kelanjutan dari suatu

rangkaian kejadian. Pertama, biasanya terdapat Supersaturasi Urat dalam plasma dan

cairan tubuh. Hal ini diikuti dengan pengendapan Kristal Asam Urat. Serangan Gout

Artritis yang berulang juga dapat merupakan kelanjutan trauma lokal atau ruptur Tofi

(endapan natrium urat). Kristalisasi dan endapan Asam Urat merangsang serangan Gout

Arthritis. Kristal Asam Urat ini merangsang respon fagositosis oleh leukosit dan saat

leukosit memakan Kristal Urat tersebut, makarespon mekanisme peradangan lain akan

terangsang. Respon peradangan dipengaruhi oleh letak dan besar endapan Kristal Asam

Urat. Reaksi peradangan yang terjadi merupakan proses yang berkembang dan

memperbesar akibat endapan tambahan Kristal dari serum. Periode tenang antara serangan

Gout Arthritis Akut dikenal dengan nama Gout Interkritikal (Asikin, 2016).

1.2.3.2 Gout Arthritis Kronis

Serangan Gout Arthritis Akut yang berulang dapat menyebabkan Gout Arthritis Kronis

yang bersifat Poliartikular. Erosi sendi akibat Gout Arthitis Kronis menyebabkan nyeri

kronis, kaku dan Deformitas. Akibat adanya Kristal Urat, maka terjadi peradangan Kronis.

Sendi yang membengkak akibat Gout Arthritis Kronis seringkali membesar dan

membentuk Nodular. Serangan Gout Arthritis Akut dapat terjadi secara simultan disertai
dengan gejala Gout Arthritis Kronis. Pada Gout Arthritis Kronis sering kali ditemukan

Tofi. Tofi merupakan kumpulan Kristal Urat pada jaringan lunak. Tofi dapat ditemukan di

bursa olecranon, tendon achilles, permukaan ekstensor dari lengan bawah, bursa

infrapatella dan helix telinga (Asikin, 2016).

1.2.4 Manifestasi Klinis

Terdapat empat stadium perjalanan klinis Gout Arthritis yang tidak diobati

(Nurarif, 2015) diantaranya:

1) Stadium pertama adalah Hiperurisemia Asimtomatik. Pada stadium ini Asam Urat

serum meningkat dan tanpa gejala selain dari peningkatan Asam Urat serum.

2) Stadium kedua Gout Arthritis Akut terjadi awitan mendadak pembengkakan dan nyeri

yang luar biasa, biasanya pada sendi ibu jari kaki dan sendi Metatarsofalangeal.

3) Stadium ketiga setelah serangan Gout Arthritis Akut adalah tahap Interkritikal.

Tidak terdapat gejala-gejala pada tahap ini, yang dapat berlangsung dari beberapa bulan

sampai tahun. Kebanyakan orang mengalami serangan Gout Arthritis berulang dalam

waktu kurang dari 1 tahun jika tidak diobati.

4) Stadium keempat adalah tahap Gout Arthritis Kronis, dengan timbunan Asam Urat yang

terus meluas selama beberapa tahun jika pengobatan tidak dimulai. Peradangan Kronis

akibat Kristal-kristal Asam Urat mengakibatkan nyeri, sakit, dan kaku juga pembesaran

dan penonjolan sendi.

1.2.5 Patofisiologi

Adanya gangguan metabolisme Purin dalam tubuh, intake bahan yang mengandung Asam

Urat tinggi dan sistem ekskresi Asam Urat yang tidak adekuat akan mengasilkan akumulasi

Asam Urat yang berlebihan di dalam plasma darah (Hiperurisemia), sehingga

mengakibatkan Kristal Asam Urat menumpuk dalam tubuh. Penimbunan ini menimbulkan

iritasi lokal dan menimbulkan respon Inflamasi (Sudoyo, dkk, 2009).

Banyak faktor yang berperan dalam mekanisme serangan Gout Arthritis. Salah satunya

yang telah diketahui peranannya adalah kosentrasi Asam Urat dalam darah. Mekanisme

serangan Gout Arthritis Akut berlangsung melalui beberapa fase secara berurutan yaitu,

terjadinya Presipitasi Kristal Monosodium Urat dapat terjadi di jaringan bila kosentrasi
dalam plasma lebih dari 9 mg/dl. Presipitasi ini terjadi di rawan, sonovium, jaringan para-

artikuler misalnya bursa, tendon, dan selaputnya. Kristal Urat yang bermuatan negatif akan

dibungkus oleh berbagai macam protein. Pembungkusan dengan IgG akan merangsang

netrofil untuk berespon terhadap pembentukan kristal. Pembentukan kristal menghasilkan

faktor kemotaksis yang menimbulkan respon leukosit PMN dan selanjutnya akan terjadi

Fagositosis Kristal oleh leukosit (Nurarif, 2015).

Kristal difagositosis olah leukosit membentuk Fagolisosom dan akhirnya membran

vakuala disekeliling oleh kristal dan membram leukositik lisosom yang dapat

menyebabkan kerusakan lisosom, sesudah selaput protein dirusak, terjadi ikatan hidrogen

antara permukaan Kristal membram lisosom. Peristiwa ini menyebabkan robekan

membran dan pelepasan enzim-enzim dan oksidase radikal kedalam sitoplasma yang dapat

menyebabkan kerusakan jaringan. Setelah terjadi kerusakan sel, enzim-enzim lisosom

dilepaskan kedalam cairan sinovial, yang menyebabkan kenaikan intensitas inflamasi dan

kerusakan jaringan (Nurarif, 2015).

Saat Asam Urat menjadi bertumpuk dalam darah dan cairan tubuh lain, maka Asam Urat

tersebut akan mengkristal dan akan membentuk garam-garam urat yang akan berakumulasi

atau menumpuk di jaringan konektif di seluruh tubuh, penumpukan ini disebut Tofi.

Adanya Kristal akan memicu respon inflamasi akut dan netrofil melepaskan lisosomnya.

Lisosom ini tidak hanya merusak jaringan tetapi juga menyebabkan inflamasi. Serangan

Gout Arthritis Akut awalnya biasanya sangat sakit dan cepat memuncak. Serangan ini

meliputi hanya satu tulang sendi. Serangan pertama ini timbul rasa nyeri berat yang

menyebabkan tulang sendi terasa panas dan merah. Tulang sendi Metatarsophalangeal

biasanya yang paling pertama terinflamasi, kemudian mata kaki, tumit, lutut dan tulang

sendi pinggang. Kadang-kadang gejala yang dirasakan disertai dengan demam ringan.

Biasanya berlangsung cepat tetapi cenderung berulang (Sudoyo, dkk, 2009).

Periode Interkritikal adalah periode dimana tidak ada gejala selama serangan Gout

Arthritis. Kebanyakan penderita mengalami serangan kedua pada bulan ke-6 sampai 2

tahun setelah serangan pertama. Serangan berikutnya disebut dengan Poliartikular yang

tanpa kecuali menyerang tulang sendi kaki maupun lengan yang biasanya disertai dengan

demam. Tahap akhir serangan Gout Arthritis Akut atau Gout Arthritis Kronik ditandai

dengan Polyarthritis yang berlangsung sakit dengan Tofi yang besar pada kartigo,

membrane sinovial, tendon dan jaringan halus. Tofi terbentuk di jari tangan, kaki, lutut,
ulna, helices pada telinga, tendon achiles dan organ internal seperti ginjal (Sudoyo, dkk,

2009).
1.2.6 Pathway

Bagan 2.1 Pathway Gout Arthritis

Sumber : (Nurarif, 2015).


1.2.7 Penatalaksanaan

Menurut Nurarif (2015) Penanganan Gout Arthritis biasanya dibagi menjadi penanganan

serangan Akut dan penanganan serangan Kronis. Ada 3 tahapan dalam terapi penyakit ini

1) Mengatasi serangan Gout Arthtitis Akut.

2) Mengurangi kadar Asam Urat untuk mencegah penimbunan Kristal Urat pada

jaringan, terutama persendian.

3) Terapi mencegah menggunakan terapi Hipourisemik.

1.2.7.1 Terapi Non Farmakologi

Terapi non-farmakologi merupakan strategi esensial dalam penanganan Gout Arthritis,

seperti istirahat yang cukup, menggunakan kompres hangat, modifikasi diet, mengurangi

asupan alkohol dan menurunkan berat badan.

1.2.7.2 Terapi Farmakologi

Penanganan Gout Arthritis dibagi menjadi penanganan serangan akut dan penanganan

serangan kronis.

1) Serangan Akut

Istirahat dan terapi cepat dengan pemberian NSAID, misalnya Indometasin 200 mg/hari

atau Diklofenak 150 mg/hari, merupakan terapi lini pertama dalam menangani serangan

Gout Arthritis Akut, asalkan tidak ada kontra indikasi terhadap NSAID. Aspirin harus

dihindari karena eksresi Aspirin berkompetisi dengan Asam Urat dan dapat memperparah

serangan Gout Arthritis Akut. Keputusan memilih NSAID atau Kolkisin tergantung pada

keadaan klien, misalnya adanya penyakit penyerta lain atau Komorbid, obat lain juga

diberikan klien pada saat yang sama dan fungsi ginjal.

Obat yang menurunkan kadar Asam Urat serum (Allopurinol dan obat Urikosurik seperti

Probenesid dan Sulfinpirazon) tidak boleh digunakan pada serangan Akut (Nurarif, 2015).

Obat yang diberikan pada serangan Akut antara lain:

(1) NSAID, NSAID merupakan terapi lini pertama yang efektif untuk klien yang

mengalami serangan Gout Arthritis Akut. Hal terpenting yang menentukan keberhasilan

terapi bukanlah pada NSAID yang dipilih melainkan pada seberapa cepat terapi NSAID

mulai diberikan. NSAID harus diberikan dengan dosis sepenuhnya (full dose) pada 24-48

jam pertama atau sampai rasa nyeri hilang. Indometasin banyak diresepkan untuk serangan
Akut Gout Arthritis, dengan dosis awal 75-100 mg/hari. Dosis ini kemudian diturunkan

setelah 5 hari bersamaan dengan meredanya gejala serangan Akut. Efek samping

Indometasin antara lain pusing dan gangguan saluran cerna, efek ini akan sembuh pada

saat dosis obat diturunkan. NSAID lain yang umum digunakan untuk mengatasi Gout

Arthritis Akut adalah :

- Naproxen – awal 750 mg, kemudian 250 mg 3 kali/hari.

- Piroxicam – awal 40 mg, kemudian 10-20 mg/hari.

- Diclofenac – awal 100 mg, kemudian 50 mg 3 kali/hari selama 48 jam. Kemudian 50 mg

dua kali/ hari selama 8 hari.

(2) COX-2 Inhibitor: Etoricoxib merupakan satu-satunya COX-2 Inhibitor yang

dilisensikan untuk mengatasi serangan Gout Arthritis Akut. Obat ini efektif tapi cukup

mahal, dan bermanfaat terutama untuk klien yang tidak tahan terhadap efek Gastrointestinal

NSAID Non-Selektif. COX-2 Inhibitor mempunyai resiko efek samping Gastrointesinal bagian

atas yang lebih rendah dibanding NSAID non selektif.

(3) Colchicine, Colchicine merupakan terapi spesifik dan efektif untuk serangan Gout

Arthritis Akut. Namun dibanding NSAID kurang populer karena awal kerjanya (onset)

lebih lambat dan efek samping lebih sering dijumpai.

(4) Steroid, strategi alternatif selain NSAID dan Kolkisin adalah pemberian Steroid Intra-

Articular. Cara ini dapat meredakan serangan dengan cepat ketika hanya 1 atau 2 sendi

yang terkena namun, harus dipertimbangkan dengan cermat diferensial diagnosis antara

Gout Arthritis Sepsis dan Gout Arthritis Akut karena pemberian Steroid Intra-Articular

akan memperburuk infeksi.

2) Serangan Kronis

Kontrol jangka panjang Hiperurisemia merupakan faktor penting untuk mencegah

terjadinya serangan Gout Arthritis Akut, Gout Tophaceous Kronis, keterlibatan ginjal dan

pembentukan batu Asam Urat. Kapan mulai diberikan obat penurun kadar Asam Urat

masih kontroversi. Penggunaan Allopurinol, Urikourik dan Feboxostat (sedang dalam

pengembangan) untuk terapi Gout Arthritis Kronis akan dijelaskan berikut ini:

(1) Allopurinol; Obat Hipourisemik, pilihan untuk Gout Arthritis Kronis adalah

Allopurinol. Selain mengontrol gejala, obat ini juga melindungi fungsi ginjal. Allopurinol

menurunkan produksi Asam Urat dengan cara menghambat Enzim Xantin Oksidase. Dosis

pada klien dengan fungsi ginjal normal dosis awal Allopurinol tidak boleh melebihi 300
mg/24 jam. Respon terhadap Allopurinol dapat terlihat sebagai penurunan kadar Asam Urat dalam

serum pada 2 hari setelah terapi dimulai dan maksimum setelah 7-10 hari. Kadar Asam Urat dalam

serum harus dicek setelah 2-3 minggu penggunaan Allopurinol untuk meyakinkan turunnya kadar

Asam Urat.

(2) Obat Urikosurik; kebanyakan klien dengan Hiperurisemia yang sedikit

mengekskresikan Asam Urat dapat diterapi dengan obat Urikosurik. Urikosurik seperti

Probenesid (500mg-1 g 2x/hari) dan Sulfinpirazon (100mg 3-4 kali/hari) merupakan

alternative Allopurinol. Urikosurik harus dihindari pada klien Nefropati Urat yang

memproduksi Asam Urat berlebihan. Obat ini tidak efektif pada klien dengan fungsi ginjal

yang buruk (Klirens Kreatinin <20-30 ml/menit). Sekitar 5% klien yang menggunakan

Probenesid jangka lama mengalami mual, nyeri ulu hati, kembung atau konstipasi (Nurarif,

2015).
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN GERONTIK

Nama Mahasiswa : ASEP NATAWIJAYA DIGUNA


NIM : 21221022
Tanggal Pengkajian : 25 MARET 2022
Ruangan : -
Diagnosa Medis : GOUT ATRITIS

I. Identitas
A. Nama : Tn. J
B. Umur : 62 tahun
C. Alamat : Kp. Gobang Desa Baturanjang Kec. Cipeucang Pandeglang
D. Pendidikan : SD
E. Tanggal masuk panti: -
F. Jenis Kelamin : Laki-Laki
G. Suku : Sunda
H. Agama : Islam
I. Status perkawinan : Menikah

II. Status kesehatan saat ini


Klien mengatakan lutut kaki kiri terasa sakit (kram) atau merasakan nyeri sesekali, nyeri
saat istirahat/ketika tidak digerakkan dan nyeri bertambah jika melakukan aktivitas
seperti duduk diantara dua sujud saat shalat. Dan klien juga mengatakan bahwa kurang
memahami tentang penyakit asam urat yang diderita.
NYERI SKALA 4, Asam Urat : 7,3 mg/dl

III. Riwayat kesehatan masa lalu


Klien mengatakan tidak pernah dirawat
IV. Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan keluarga tidak memiliki riwayat penyakit hipertensi, jantung dan
diabetes militus

( Genogram )

Keterangan :
: Laki – laki
: Klien

: Perempuan

: Meninggal

: Garis Keturunan

: Serumah
V. Pengkajian persistem ( jelaskan kondisi klien lanjut usia sesuai system di bawah
meliputi pernyataan, hasil pemeriksaan fisik dan penunjang lainnya )
a. Keadaan umum
1) Tingkat Kesadaran : Compos Mentis
2) GCS : 15 (E 4, M 6, V 5)
3) TTV : TD: 110/70 mmHg, N: 78x/m, RR: 20x/m, S: 36,5ºC
4) BB/TB : BB: 63kg, TB: 165cm
5) Bagaimana postur tulang belakang Lansia :
 Tegap (√)
 Bungkuk
 Kifosis
 Skoliosis
 Lordosis
6) Keluhan :
Klien mengatakan badannya terasa ngilu, apalagi di bagian persendian.

b. Indeks Massa Tubuh

1) BMI : BB(kg) = 63 = 24,6 (Normal)


(TB(m) x TB(m)) (1,6) x (1,6)

Klasifikasi nilai :
a) Kurang : < 18.5
b) Normal : 18.5 – 24.9
c) Berlebih : 25 – 29.9
d) Obesitas : > 30

c. Head to Toe
1) Kepala :
a) Kebersihan : kotor/bersih
b) Kerontokan rambut : ya/tidak
c) Keluhan : ya/tidak
d) Jika ya, jelaskan : -

2) Mata
a) Konjungtiva : anemis/tidak
b) Sklera : ikterik/tidak
c) Stabismus : ya/tidak
d) Penglihatan : kabur/tidak
e) Peradangan : ya/tidak
f) Katarak : ya/tidak
g) Penggunaan kacamata : ya/tidak
h) Keluhan : ya/tidak
i) Jika ya , jelaskan :
3) Hidung
a) Bentuk hidung : simetris/tidak
b) Peradangan : ya/tidak
c) Penciuman : terganggu/tidak
d) Keluhan : ya/tidak
e) Jika ya , jelaskan : -

4) Mulut, Tenggorokan
a. Kebersihan : baik/tidak
b. Mukosa : kering/lembab
c. Peradangan : ya/tidak
d. Gigi : karies/tidak, ompong/tidak
e. Radang gusi : ya/tidak
f. Kesulitan mengunyah : ya/tidak
g. Keluhan lain : ya/tidak
h. Jika ya , jelaskan : -

5) Telinga
a) Kebersihan : bersih/tidak
b) Peradangan : ya/tidak
c) Pendengaran: terganggu/tidak
d) Jika ya , jelaskan : -

6) Leher
a) Pembesaran kelenjar tyroid : baik/tidak
b) JVD(Jugularis Vena Distensi) : ya/tidak
c) Kaku kuduk : ya/tidak
d) Keluhan : ya/tidak
e) Jika ya , jelaskan :

7) Dada
a) Bentuk dada : normal chest/barrel chest/pigeon chest
b) Payudara : ya/tidak
c) Retraksi dinding dada : ya/tidak
d) Suara nafas : vesikuler/tidak
e) Wheezing : ya/tidak
f) Ronchi : ya/tidak
g) Suara jantung tambahan : ada/tidak
h) Keluhan : ya/tidak
i) Jika ya , jelaskan : -

8) Abdomen
a) Bentuk : distended/flat/lainnya
b) Nyeri takan : ya/tidak
c) Kembung : ya/tidak
d) Supel : ya/tidak
e) Bising Usus : ada/tidak , frekuensi : 12x/menit
f) Massa : ya/tidak , regio
g) Keluhan : ya/tidak
h) Jika ya , jelaskan : -

9) Genetalia
a) Kebersihan : baik/tidak
b) Frekuensi BAK : 5 x/hari
c) Frekuensi BAB : 1 hari sekali
d) Haemoroid : ya/tidak
e) Hernia : ya/tidak
f) Keluhan : ya/tidak
g) Jika ya , jelaskan : -

10) Ekstremitas
a) Kekuatan otot (skala 1-5 ) :
Ket : 5555 5555
0 = Lumpuh 4444 5555
1 = Ada Kontraksi
2 = Melawan gravitasi dengan sokongan
3 = Melawan gravitasi tetapi tidak ada tahanan
4 = Melawan gravitasi dengan tahanan sedikit
5 = Melawan gravitasi dengan kekuatan penuh
b) Rentang gerak : maksimal/terbatas
c) Deformitas : ya/tidak
d) Tremor : ya/tidak
e) Edema : ya/tidak , pitting edema/tidak
f) Penggunaan alat bantu : ya/tidak , jenis ......
g) Nyeri persendian : ya/tidak
h) Paralysis : ya/tidak
i) CRT : <3 detik
j) Keluhan : ya/tidak
k) Jika ya , jelaskan :
Klien mengatakan lulutnya sakit saat beraktivitas

11) Integumen
a) Kebersihan : baik/tidak
b) Warna : pucat/tidak
c) Kelembapan : kering/lembab
d) Lesi/Luka : ya/tidak
e) Perubahan tekstur : ya/tidak
f) Gangguan pada kulit : ya/tidak
g) Keluhan : ya/tidak
h) Jika ya , jelaskan : -

12) Pemeriksaan penunjang ( jika dilakukan )


a) GDS : mg/dL
b) Asam Urat : 7,3 mg/dL
c) Kolestrol : mg/dL

VI. Pola aktifitas sehari – hari


Aktifitas sehari-hari klien yaitu bertani, mengambil rumput dan berternak kambing ,
klien mengatakan tidak betah hanya diam saja dirumah tetapi kalau terlalu banyak
beraktivitas juga membuat lututnya sakit

VII. Pengkajian psikososial dan spiritual


a. Psikososial ( kemampuan sosialisasi klien saat ini, sikap klien terhadap orang lain,
harapan klien dalam berhubungan dan kepuasan klien dalam membina hubungan )
PENGKAJIAN PSIKOSOIAL
Hubungan dengan orang lain dalam rumah :
(1) Tidak dikenal
(2) Sebatas kenal
(3) Mampu berinteraksi (√)
(4) Mampu kejasama
Hubungan dengan orang lain diluar rumah
(1) Tidak dikenal
(2) Sebatas kenal
(3) Mampu berinteraksi (√)
(4) Mampu kejasama
Kebiasaan lansia berinteraksi dengan tetangga
(1) Selalu
(2) Sering (√)
(3) Jarang
(4) Tidak pernah
Stabilitas emosi
(1) Labil
(2) Stabil (√)
(3) Iritabel
(4) Datar
Jelaskan : klien tampak tenang dan kooperatif saat berkomunikasi
Motivasi penghuni panti
(1) Kemampuan sendiri
(2) Terpaksa
Frekwensi kunjungan keluarga
(1) 1 kali/bulan
(2) 2 kali/bulan
(3) Tidak pernah

b. Identifikasi masalah emosional meliputi pertanyaan :


Pertanyaan tahap satu :
 Apakah klien mengalami sulit tidur ? : Tidak
 Apakah klien sering gelisah : Tidak
 Apakah klien sering murung dan menangis sendiri ? : Tidak
 Apakah klien sering was-was atau khawatir : Tidak
( lanjut kepertanyaan tahap dua apabila klien menjawab “ya” satu atau lebih dari
satu )
Pertanyaan tahap dua
 Keluhan lebih dari tiga bulan atau lebih dari satu kali dalam sebulan? : Tidak
 Ada banyak masalah atu fikiran ? : Tidak
 Ada masalah dengan keluarga ? : Tidak
 Menggunakan obat tidur atau penenang atas anjuran dokter ? : Tidak
 Cendrung mengurung diri ? : Tidak
Bila lebih atau sama dengan satu jawaban “ya”

MASALAH EMOSIONAL POSITIF


c. Spiritual
Agama, kegiatan keagamaan, konsep dan keyakinan klien tentang kematian dan
harapan klien terhadap kehidupan spiritualnya.
Klien mengatakan melakukan shalat 5 waktu, klien yakin bahwa kematian itu ada
dan dia akan menerima kapanpun waktunya ia akan di panggil.

VIII. Pengkajian status fungsional klien


 KATZ Indeks :
Termasuk katagori yang manakah klien
A. Mandiri dalam hal makan, kontinen dalam BAB/BAK, menggunakan
pakaian, pergi ke toilet, berpindah dan mandi. (√)
B. Mandiri, semuanya kecuali salah satu dari fungsi di atas.
C. Mandiri, kecuali mandi dan satu lagi fungsi yang lain.
D. Mandiri, kecuali mandi, berpakaian dan satu fungsi yang lain.
E. Mandiri, kecuali mandi, berpakaian ke toilet dan satu fungsi yang lain.
F. Mandiri, kecuali mandiri berpakaian, ke toilet, berpindah dan satu fungsi yang lain.
G. Ketergantungan untuk semua fungsi di atas.
H. Lain-lain.

Keterangan : berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan aktif dari orang lain
Seseorang yang menolak untuk melakukan suatu fungsi dianggap tidak melakukan fungsi,
meskipun ia anggap mampu.

Modifikasi dari Barthel Indeks


Termasuk yang manakah klien ? (lingkari)

NO. KRITERIA DENGAN MANDIRI KETERANGAN


BANTUAN
1 Makan 5 10 Frekuensi : 2x
(√) sehari
Jumlah : 1 porsi
Jenis : padat
2 Minum 5 10 Frekuensi : Sering
(√) Jumlah : 1,5 – 2
liter sehari
Jenis: air putoh
3 Berpindah dari kursi roda ke 5 – 10 15
tempat tidur, sebaliknya (√)
4 Personal toilet (cuci muka, 0 5 Frekuensi : 2x
menyisir rambut, gosok gigi (√)
)
5 Keluar masuk toilet ( 5 10
mencuci pakaian, menyeka (√)
tubuh dan menyiram )
6 Mandi 5 15 (√) Frekuensi : 2x
sehari
7 Jalan di permukaan datar 0 5 (√)
8 Naik turun tangga 5 10(√)
9 Mengenakan pakaian 5 10 (√)
10 Kontrol bowel (BAB) 5 10 Frekuensi :1x/hari
(√) Konsistensi: lunak
11 Kontrol bladder (BAK) 5 10 Frekuensi: 5x/hari
(√) Warna : jernih
12 Olah raga / latihan 5 10 (√) Frekuensi:2x
seminggu
Jenis : Jalan
santai
13 Rekreasi / pemanfaatan 5 10 (√) Jenis : menonton
waktu luang tv
Frekuensi : setiap
hari
Total : 130
Keterangan :
a. 130 : Mandiri
b. 65 - 129 : Ketergantungan sebagian
c. < 65 : Total Care

IX. Pengkajian Status Mentas Gerontik


Identifikasi tingkat kerusakan intelektual dengan menggunakan Shorf Portable
Mental Status Questioner (SPMSQ)
Instruksi :
Ajukan pertanyaan 1 – 10 pada daftar ini dan catat semua jawaban.
Catat jumlah kesalahan total berdasarkan 10 pertanyaan.

BENAR SALAH NO PERTANYAAN


(√) 01 Tanggal berapa hari ini ? 25 Maret
(√) 02 Hari apa sekarang ini ? Jumat
(√) 03 Apa nama tempat ini ? rumah
(√) 04 Dimana alamat anda ? kp. gobang
(√) 05 Berapa umur anda ? 62 tahun
(√) 06 Kapan anda lahir ? 1960
(√) 07 Siapa Presiden Indonesia sekarang ? Jokowi
(√) 08 Siapa Presiden Indonesia sebelumnya ? SBY
(√) 09 Siapa nama Ibu anda ? tn “J”
(√) 10 Kurangi 3 dari 20 dan pengurangan 3 dari setiap
angka baru, semua secara menurun
20 – 3 = 17
17 – 3 = 14
14 – 3 = 11
11 – 3 = 8
8–3=5
5–3=2

Score = 0

Interprestasi :
a. Salah 0 – 3 : Fungsi intelektual utuh
b. Salah 4 – 5 : Kerusakan intelektual ringan
c. Salah 6 – 8 : Kerusakan intelektual sedang
d. Salah 9 – 10 : Kerusakan intelektual berat
Identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental dengan menggunakan MMSE (Mini Mental
Status Exam) :
 Orientasi.
 Registrasi.
 Perhatian.
 Kalkulasi.
 Mengingat kembali.
 Bahasa.

NO ASPEK NILAI NILAI KRITERIA


KOGNITIF MAKSIMAL KLIEN
1 Orientasi 5 5 Menyebutkan dengan benar :
(Sekarang)  Tahun (√)
 Musim (√)
 Tanggal (√)
 Hari (√)
 Bulan (√)
Orientasi 5 5 Dimana kita sekarang berada ?
(Sekarang  Negara (√)
ada dimana)  Propinsi (√)
 Kota (√)
 Kecamatan (√)
 Kelurahan (√)
2 Registrasi 3 3 Sebutkan nama 3 benda (oleh
pemeriksaan) 1 detik untuk
mengatakan masing-masing
benda. Masing-masing benda
mendapatkan nilai 1.
 Kursi (√)
 Meja(√)
 Kertas (√)
Kemudian tanyakan kepada klien
ketiga tadi. (Untuk disebutkan)

3 Perhatian 5 4 Minta klien untuk memulai dari


dan kalkulasi angka 100 kemudian dikurangi 7
sampai 5 kali/tingkat (Nilai 1 untuk
jawaban benar, hentikan setelah 5
jawaban)93,86,79,72,65
 93 (√)
 86 (√)
 79 (√)
 72 (√)
 65 (X)
4 Mengingat 3 3 Minta klien untuk mengulangi
kembali ketiga benda pada No. (registrasi)
(Recall) tadi. Bila benar, 1 point untuk
masing-masing benda
 Kursi (√)
 Meja (√)
 Kertas (√)
5 Bahasa 9 9 Tunjukan pada klien suatu benda
dan tanyakan namanya pada klien.
 (misal jam tangan) (√)
 (misal pensil) (√)

Minta klien untuk mengulang kata


berikut :
 “tanpa kalau dan atau
tetapi”.0
Bila benar, nilai satu point. (√)

Minta klien untuk mengikuti


perintah berikut yang terdiri dari 3
langkah:Ambil kertas ditangan
Anda, lipat dua dan taruh di lantai.
 Ambil kertas ditangan kanan.
(√)
 Lipat dua. (√)
 Taruh dilantai. (√)

Perintahkan pada klien untuk hal


berikut(Bila aktifitas sesuai dengan
perintah nilai 1 point.
 Pejamkanlah mata anda.0 (√)

Perintahkan pada klien untuk


menulis satu kalimat secara
spontan
 Tulis satu kalimat. (√)

Responden diminta menyalin


gambar
 Menyalin Gambar. (√)

Total :30

Interprestasi hasil :
Jumlah total klien dan masukan ke dalam kategori berikut ini :
24 – 30 : Tidak ada gangguan kognitif
18 – 23 : Gangguan kognitif sedang
0 – 17 : Gangguan kognitif berat

Morse Fall Scale


No Pengkajian Skala Nilai Ket
1 Riwayat Jatuh apakah lansia pernah jatuh Tidak 0
25
dalam 3 bulan terakhir? Ya 25
2 Diagnosa Sekunder : apakah lansia memiliki Tidak 0
25
Lebih dari satu penyakit ? Ya 25
3 Alat Bantu Jalan :
0
 Bedrest/dibantu perawat
 Kruk/tongkat/walker 15 0
 Berpegangan pada benda-benda disekitar
30
(kursi, lemari, meja)
4 Terapi Intravena : apakah saat ini lansia Tidak 0
0
Terpasang infuse ? Ya 20
5 Gaya berjalan/cara berpindah :
 Normal/Bedrest/Immobile (tidak dapat 0
bergerak sendiri) 0
 Lemah (tidak bertenaga) 10
 Gangguan/tidak normal (pincang/diseret) 20
6 Status mental
0 0
 Lansia menyadari kondisi dirinya
 Lansia mengalami keterbatasan daya ingat 15
Total Nilai 0

Keterangan :

Tingkat Resiko Nilai MFS Tindakan


Tidak Resiko 0 - 24 Perawatan dasar
Resiko Rendah 25 - 50 Pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh
standar.
Resiko Tinggi >51 Pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh resiko
tinggi.
1. Data Fokus

Data Subyektif Data Obyektif

 Klien mengatakan lutut kirinya terasa  Klien tampak meringis apabila menekuk
sakit lutut kirinya.
P : Nyeri karena Asam Urat  Kadar Asam Urat 7,3 mg/dl.
Q :Ditusuk- tusuk.  Terlihat adanya kemerahan dan bengkak
R : Lutut kiri. di sekitar lutut kiri.
S:4  Kekuatan otot
T : Hilang timbul. 5 5
4 5
 Klien mengatakan lututnya sakit saat
melakukan aktifitas  Klien terlihat berjalan lambat.
 klien mengatakan bahwa kurang  Klien terlihat bingung saat ditanya
memahami tentang penyakit asam urat tentang Asam Urat.
yang diderita.  Klien memakan apa saja termasuk
 Klien mengatakan sulit bergerak aktif makanan yang tidak dianjurkan.
karena lutut terasa nyeri.
 Klien mengatakan apabila lama
bergerak lutut terasa nyeri.
 Klien mengatakan merasa tidak
nyaman saat bergerak karena nyeri.
 Klien mengatakan belum mengetahui
tentang Asam Urat.
 Klien sering bertanya tentang
bagaimana agar penyakitnya tidak
kambuh.
 Analisa Data

No. Data Masalah Etiologi


1. DS:
 Klien mengatakan Nyeri Akut Agen pencedera

lutut kirinya terasa fisiologis

sakit
P : Nyeri karena
Asam Urat
Q :Ditusuk- tusuk.
R : Lutut kiri.
S:4
T : Hilang timbul.
 Klien mengatakan
lututnya sakit saat
melakukan aktifitas
DO:

 Klien tampak meringis


apabila menekuk lutut
kirinya.
 Kadar Asam Urat 7,3
mg/dl.
 Terlihat adanya
kemerahan dan bengkak
di sekitar lutut kiri.

2. DS:
 Klien mengatakan Gangguan mobilitas fisik Nyeri

lututnya sakit saat


melakukan aktifitas
 Klien mengatakan
sulit bergerak aktif
karena lutut terasa
nyeri.
 Klien mengatakan
apabila lama bergerak
lutut terasa nyeri.
 Klien mengatakan
merasa tidak nyaman
saat bergerak karena
nyeri.
DO :
 Kekuatan otot
5 5
4 5
 Klien terlihat berjalan
lambat.
3 DS : Defisit Pengetahuan Kurang terpapar
 Klien mengatakan informasi

belum mengetahui
tentang Asam Urat.
 Klien sering bertanya
tentang bagaimana
agar penyakitnya tidak
kambuh.
DO :
 Klien terlihat bingung
saat ditanya tentang
Asam Urat.
 Klien memakan apa
saja termasuk
makanan yang tidak
dianjurkan.
A. DIAGNOSA KEPERAWATAN (Sesuai Prioritas)

Tanggal Tanggal Nama


No. Diagnosa Keperawatan (P&E)
Ditemukan Teratasi Jelas

1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis 25 MARET ASEP ND

ASEP ND
2. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri 25 MARET

ASEP ND
3. Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar 25 MARET
informasi
B. PERENCANAAN KEPERAWATAN
(Meliputi tindakan keperawatan independen dan interdependen)

Tgl. No. Diagnosa Keperawatan (PES) Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan Paraf & nama jelas

1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
DS: selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
 Klien mengatakan lutut kirinya terasa hilang atau terkontrol dengan kriteria nyeri.
sakit hasil : 2. Pantau kadar Asam Urat.

P : Nyeri karena Asam Urat 1. Melaporkan bahwa nyeri berkurang 3. Indentifikasi respons nyeri non
ASEP ND
dengan menggunakan manajemen verbal.
Q :Ditusuk- tusuk.
nyeri. 4. Ajarkan teknik non farmakologi
R : Lutut kiri.
2. mampu mengenali nyeri (skala, rileksasi napas dalam.
S:4
intensitas, frekuensi dan tanda 5. Berikan posisi yang nyaman.
T : Hilang timbul.
nyeri). 6. Berikan teknik nonfarmakologis
 Klien mengatakan lututnya sakit saat 3. menyatakan rasa nyaman setelah untuk mengurangi rasa nyeri(mis.
melakukan aktifitas nyeri berkurang. Kompres hangat).
DO: 7. Kaloborasi

 Klien tampak meringis apabila menekuk pemberian Analgetik, jika perlu.

lutut kirinya.
 Kadar Asam Urat 7,3 mg/dl.
Terlihat adanya kemerahan dan bengkak di sekitar
lutut kiri.
2 Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan
DS : selama 3 x 24 jam diharapkan mobilitas fisik lainnya.
 Klien mengatakan lututnya sakit saat fisik meningkat dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi toleransi fisik melakukan

melakukan aktifitas 1. Pergerakan ekstremitas meningkat pergerakan.


2. Kekuatan otot meningkat. 3. Monitor frekuensi jantung dan tekanan
 Klien mengatakan sulit bergerak aktif
3. Nyeri menurun. darah sebelum memulai mobilisasi.
karena lutut terasa nyeri.
4. Kaku sendi menurun 4. Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat
 Klien mengatakan apabila lama bergerak
5. Gerakan terbatas menurun. bantu.
ASEP ND
lutut terasa nyeri.
6. Kelemahan fisik menurun. 5. Libatkan keluarga untuk membantu
 Klien mengatakan merasa tidak pasien dalam meningkatkan pergerakan.
nyaman saat bergerak karena nyeri.
DO :
 Kekuatan otot
5 5
4 5
 Klien terlihat berjalan lambat.

3.
Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
DS : menerima informasi.
selama 2x24 jam diharapkan tingkat
 Klien mengatakan belum mengetahui pengetahuan membaik dengan kriteria hasil 2. Sediakan materi dan media pendidikan
tentang Asam Urat. : kesehatan.

 Klien sering bertanya tentang 1. Perilaku sesuai anjuran meningkat.


3. Jadwalkan penkes sesuai kesepakatan.
bagaimana agar penyakitnya tidak 2. Kemampuan menjelaskan ASEP ND

kambuh. pengetahuan suatu topik meningkat. 4. Berikan kesempatan untuk bertanya.


3. Pertanyaan tentang masalah yang
DO :
dihadapi menurun. 5. Jelaskan penyebab dan factor risiko
 Klien terlihat bingung saat ditanya penyakit.
tentang Asam Urat.
 Klien memakan apa saja termasuk makanan 6. Jelaskan proses patofisiologis munculnya
penyakit.
yang tidak dianjurkan.
7. Jelaskan tanda dan gejala yang
ditimbulkan penyakit.

8. Ajarkan cara meredakan atau mengatasi


gejala yang dirasakan.
C. PELAKSANAAN KEPERAWATAN ( CATATAN KEPERAWATAN )

Tgl./ No. Paraf dan


Tindakan Keperawatan dan Hasil
Waktu DK. Nama Jelas
25 1. 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
MARET kualitas, intensitas nyeri.
2022 P : Nyeri karena Asam Urat
Q :Ditusuk- tusuk.
R : Lutut kiri.
S:4 ASEP ND
T : Hilang timbul.
2. Memantau kadar Asam Urat.
7,3 mg/dl
3. Mengajarkan teknik non farmakologi rileksasi napas
dalam.
4. Kaloborasi
Allopurinol 100mg 2x1
Natrium diclofenac 2x1

2 1. Mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya.


Klien mengatakan lulutnya sakit
2. mengidentifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan.
Klien mengatakan sakit saat beraktifitas.
3. Memonitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum
memulai mobilisasi. ASEP ND
TD: 110/70 mmHg,
N: 78x/m,
RR: 20x/m,
S: 36,5ºC

3 1. Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan menerima


informasi.
Klien mengatakan bersedia menerima informasi tentang
penyakitnya asam urat.

2. Menyediakan materi dan media pendidikan kesehatan.


Asep nd

3. Menjadwalkan penkes sesuai kesepakatan.


.
26 1 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
MARET kualitas, intensitas nyeri.
P : Nyeri saat beraktivitas
Q :Ditusuk- tusuk. Asep Nd
R : Lutut kiri.
S:3
T : Hilang timbul.
2. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri (kompres jahe hangat)
Klien mengatakan nyeri sudah berkurang dan sudah
merasa enak dan lutut sudah bisa digerakan

2 1. Mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya.


Klien mengatakan sakit lututnya sudah berkurang
2. mengidentifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan.
Klien mengatakan sudah bisa lututnya sudah bias digerakan
dan sudah bisa beraktivitas Asep Nd
3. Memonitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum
memulai mobilisasi.
TD: 110/70 mmHg,
N: 78x/m,
RR: 20x/m,
S: 36,5ºC

3
1. Memberikan kesempatan untuk bertanya.

2. Menjelaskan penyebab dan factor risiko penyakit.

3. Menjelaskan proses patofisiologis munculnya penyakit. Asep Nd

4. menJelaskan tanda dan gejala yang ditimbulkan penyakit.

5. MengAjarkan cara meredakan atau mengatasi gejala yang


dirasakan.
D. E V A L U A S I ( CATATAN PERKEMBANGAN )

No. Hari/Tgl./ Evaluasi Hasil (SOAP) Paraf dan


DK. Jam (Mengacu pada tujuan) Nama Jelas
1. Jumat 25 S : Klien mengatakan nyeri sudah agak baikan
maret P : Nyeri karena Asam Urat
Q :Ditusuk- tusuk.
R : Lutut kiri.
S:3 ASEP ND
T : Hilang timbul.
O : Klien tampak tenang
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan dan optimalkan intervensi
 Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri kompres hangat jahe

2. S : Klien mengatakan lututnya sakit saat beraktivitas


O : Klien berjalan lambat
TD: 110/70 mmHg,
N: 78x/m,
ASEP ND
RR: 20x/m,
S: 36,5ºC
A : masalah belum teratasi
P : Lanjutkan dan optimalkan intervensi

3. S : Klien mengatakan bersedia menerima informasi


tentang penyakitnya.
O : jadwal penkes tanggal 26 maret dirumah klien
Klien dan keluarga tampak antusias
A : masalah teratasi sebagian
ASEP ND
P : Lanjutkan intervensi

1. Memberikan kesempatan untuk bertanya.

2. Menjelaskan penyebab dan factor risiko penyakit.

3. Menjelaskan proses patofisiologis munculnya


penyakit.

4. Jelaskan tanda dan gejala yang ditimbulkan penyakit.

1. Sabtu 26 maret S : Klien mengatakan nyeri sudah berkurang dan


kakinya sudah bisa digerakan
P : Nyeri saat beraktivitas
Q :Ditusuk- tusuk.
R : Lutut kiri. ASEP ND
S:1
T : Hilang timbul
O : Klien tampak tenang
A : masalah Teratasi
P : intervensi dihentikan
2 S : Klien mengatakan sakitnya sudah berkurang dan
sudah bisa beraktivitas
O : klien tampak berjalan seperti biasa
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi
ASEP ND

3 S : Klien mengatakan mengerti dengan penjelasan


yang sudah diterangkan
O:
1. Klien Menjelaskan tentang pengertian Asam
urat
ASEP ND

2. Klien bisa Menyebutkan minimal 3 dari 6


penyebab asam urat

3. Klien bisaMenyebutkan minimal 3 dari 6


tanda dan gejala asam urat

4. Klien Bisa Menyebutkan 2 dari 4 akibat lanjut


asam urat

5. Klien bisa Menyebutkan minimal 2 dari 3


tindakan pertama mengurangi nyeri asam
urat

6. Klien bisa Menjelaskan minimal 5 dari 10


cara perawatan asam urat

7. Klien bisa Menjelaskan minimal 5 dari 10


makanan yang harus dihindari pada
penderita asam urat

8. Klien bisa Sebutkan minimal 1 dari 2


kriteria lingkungan yang aman bagi
penderita asam urat

A : Masalah teratasi

P : hentikan intervensi

Anda mungkin juga menyukai