Anda di halaman 1dari 65

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah menolong hamba-Nya dalam menyelesaikan makalah ini dengan
penuh kemudahan. Tanpa pertolongan-Nya munkin kami tidak akan
sanggup menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang


“Penyakit Mengenai Sistem Pencernaan”, yang kami sajikan berdasarkan
hasil pencarian kami dari berbagai sumber. Makalah ini kami susun dengan
berbagai rintangan, baik itu yang datang dari diri kami sendiri maupun yang
datang dari luar. Namun, dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan
dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan tepat waktu.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas


kepada pembaca. Walaupun makalah ini tidak luput dari kelebihan dan
kekurangan. Kami mohon saran dan kritiknya untuk kedepan yang lebih
baik. Terima kasih.

Makassar,

1
Kata Pengantar

SKENARIO 1

1.1 Asuhan Keperawatan Gastritis


1.1.1 Definisi.....................................................................................
1.1.2 Anatomi Fisiolog
1.1.3 Etiologi
1.1.4 Manifestasi Klinis
1.1.5 Patofisiologi
1.1.6 Pemeriksaan Penunjang
1.1.7 Penatalaksanaan
1.1.8 Komplikasi
1.1.9 Pathway
1.1.10 Pengkajian
1.1.11 Diagnosa
1.1.12 Intervensi

1.2 Asuhan Keperawatan Diare


1.2.1 Definisi
1.2.2 Etiologi
1.2.3 Klasifikasi
1.2.4 Manifestasi Klinis
1.2.5 Patofisiologi
1.2.6 Pemeriksaan Penunjang
1.2.7 Penatalaksanaan
1.2.8 Komplikasi
1.2.9 Pathway
1.2.10 Pengkajian
1.2.11 Diagnosa
1.2.12 Intervensi

1.3 Asuhan Keperawatan Demam Tipoid


1.3.1 Definisi
1.3.2 Anatomi Fisiologi
1.3.3 Etiologi
1.3.4 Manifestasi Klinis
1.3.5 Patofisiologi
1.3.6 Pemeriksaan Penunjang
1.3.7 Penatalaksanaan
1.3.8 Komplikasi

2
1.3.9 Pathway
1.3.10 Pengkajian
1.3.11 Diagnosa
1.3.12 Intervensi

3
SKENARIO 1

Seorang laki-laki usia 30 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan demam sejak
2 hari yang lalu disertai BAB encer 10x di rumah. Pasien mengeluh nyeri ulu
hati sejak 2 minggu terakhir dan memberat 3 hari yang lalu disertai adanya mual
dan muntah. Rasa nyeri ulu hati seperti terbakar dan teriris serta perasan tidak
enak, anoreksia, Lidah tampak KOTOR. Pemeriksaan Tanda-tanda vital
menunjukkan hasil TD : 110/80 mmHg, Suhu : 38,7c, nadi : 90x/m, frekuensi
nafas 22x/m. dokter menganjurkan untuk melakukan pemeriksaan endoskopi
dan pemeriksaan widal, pemeriksaan feses lengkap. Pasien mengatakan suka
terlambat makan dan jajan di pinggir jalan. Perawat yang bertugas akan
melaksanakan pengkajian dan menetapkan diagnose keperawatan, menetapkan
NIC dan NOC serta merencanakan pendidikan kesehatan pada pasien.

Step 1
Klasifikasi kata sulit :
1) Anoreksia
2) Endoskopi
3) Pemeriksaan widal

Step 2
Membuat pertanyaan :
1) Apa penyebab BAB encer 10x pada pasien ?
2) Apa yang menyebabkan mual dan muntah ?
3) Mengapa perlu dilakukan endoskopi ?
4) Mengapa bisa terjadi nyeri abdomen ?

Step 3

4
Brainstorming :
1) Penyebab dari BAB encer yaitu virus, bakteri, dan kuman : masuknya
microorganisme patogen melalui udara, makanan atau minuman dapat
mencederai bagian pencernaan, khususnya usus yang bertanggung jawab
mengelola makanan yang telah dikonsumsi.
2) Mual dan muntah dapat terjadi akibat dari masuknya mikroorganisme ke
dalam saluran pencernaan melalui makanan atau minuman yang sudah
terkontaminasi oleh bakteri, kemudian masuk ke lambung, yang
mengakibatkan terjadinya peningkatan HCL kemudian merangsang nervus
vagus yang merangsang hipotalamus sehingga menyebabkan mual muntah.
3) Endoskopi bertujuan untuk mengetahui masalah yang terjadi pada
lambung dan pencernaan pasien.
4) Nyeri abdomen terjadi karena pasien mengalami diare yang menandakan
kondisi yang disebut gastroenteritis yakni peradangan pada lambung dan
juga usus yang disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri.

Step 4.
Peta konsep

Nyeri abdomen

Gangguan pada Kuman/bakteri masuk


lambung ke dalam usus

Aktivitas lambung
meningkat Peristaltik usus Infeksi Salmonella
meningkat Thypi

Terjadi DIARE DEMAM


inflamasi/perada TYPOID
ngangan 5
TG : kehilangan nafsu
TG : mual, muntah, makan/anoreksia,
GASTRITIS lemas lidah kotor dan
lemas

TG : nyeri
epigastrium

Step 5.

Sasaran pembelajaran :

1) Untuk mengetahui apa itu gastritis, diare, dan demam tipoid.


2) Untuk mengetahui tanda dan gejala terjadinya gastritis, diare, dan demam
tipoid.
3) Untuk mengetahui mekanisme terjadinya gastritis, diare, dan demam
tipoid.
4) Untuk meningkatkan pengetahuan penatalaksanaan dalam menangani
gastritis, diare dan demam tipoid.
5) Untuk menentukan asuhan keperawatan bagi penyakit gastritis, diare dan
demam tipoid dan diare.

Step 6.
Belajar Mandiri

6
1.1 Asuhan Keperawatan Gastritis
1.1.1 Definisi
Gastritis merupakan salah satu gangguan pencernaan akibat pola
makan, dan hampir 10 persen penduduk dunia menderita gastritis.
(Arikah dan Muniroh, 2015).
Penyakit gastritis biasa dikenal dengan penyakit maag. gastritis ini
merupakan suatu peradangan atau pendarahan pada mukosa lambung
yang disebabkan oleh faktor iritasi, infeksi, dan ketidakteraturan dalam
pola makan, misalnya telat makan, makan terlalu banyak, makan cepat,
makan makanan yang terlalu banyak bumbu pedas, mengkonsumsi
protein tinggi, kebiasaan mengkonsumsi makan-makanan pedas, dan
minum kopi terlalu berlebihan (Huzaifah, 2017).
Gastritis termasuk proses inflamasi atau gangguan kesehatan yang
disebabkan oleh faktor iritasi dan infeksi pada mukosa dan submukosa
lambung. Penyakit gastritis dapat menyerang seluruh lapisan
masyarakat dari semua tingkat usia maupun jenis kelamin, akan tetapi
dari beberapa survei menunjukkan bahwa gastritis paling sering
menyerang usia produktif (Tussakinah dkk, 2018).
Gastritis (penyakit maag) adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya
asam lambung yang berlebih atau meningkatnya asam lambung
sehingga mengakibatkan imflamasi atau peradangan dari mukosa
lambung seperti teriris atau nyeri pada ulu hati. Gejala yang terjadi
yaitu perut terasa perih dan mulas. Ada dua jenis penyakit gastritis
yaitu:
1. Gastritis Akut Gastritis akut adalah suatu peradangan permukaan
mukosa lambung yang akut.
Gatritis Akut paling sering diakibatkan oleh kesalahan diit, mis.
makan terlalu banyak, terlalu cepat, makan makanan yang terlalu
banyak bumbu atau makanan yang terinfeksi. Penyebab lain
termasuk alcohol, aspirin, refluks empedu atau terapi radiasi.
2. Gastritis Kronis

7
Gastritis kronik adalah Suatu peradangan bagian permukaan
mukosa lambung yang menahun yang disebabkan oleh ulkus
lambung jinak maupun ganas atau bakteri Helicobacter pylori.
Bakteri ini berkoloni pada tempat dengan asam lambung yang
pekat.
1.1.2 ANATOMI FISIOLOGI

Lambung merupakan organ muscular yang berberbentuk seperti


kantong yang dipenuhi oleh otot dan pembuluh darah. Fungsi lambung
dimulai ketika makanan telah melewati esofagus. Esofagus adalah
organ berbentuk seperti selang terbuat dari otot, yang tersambung pada
anatomi teratas lambung. Saat ada makanan yang perlu diolah di
lambung, esofagus akan terbuka, sehingga makanan bisa masuk ke
lambung. Saat tidak diperlukan, esofagus akan kembali menutup.
Berikut ini adalah fungsi lambung yang selanjutnya akan berjalan.
1. Mengolah makanan
Setelah makanan masuk ke lambung, asam dan enzim yang ada di
dalamnya akan membantu memecah makanan menjadi partikel-
partikel kecil. Lambung akan bergerak secara refleks dalam
mencampur makanan dengan asam dan enzim. Gerakan ini
dinamakan sebagai gerakan peristaltik.
2. Menyingkirkan zat berbahaya
Asam yang dihasilkan lambung bernama asam hidroklorik. Selain
membantu memecah makanan, asam ini juga akan membunuh

8
mikroba berbahaya yang terkandung di dalam makanan tersebut.
Dengan begitu, kita terlindungi dari penyakit yang bisa menyerang.
3. Menyimpan makanan
Tidak semua makanan yang masuk ke lambung akan langsung diolah.
Sebagian masih akan disimpan. Bahkan, lambung kita disebutkan
bisa menyimpan hingga sebanyak satu liter makanan dalam satu kali
makan.
4. Menyerap zat yang baik untuk tubuh
Selain enzim dan asam, lambung juga memproduksi zat lain yang
akan mempermudah tubuh untuk menyerap zat-zat yang baik untuk
kesehatan, seperti vitamin B12. Tidak semua makanan akan dicerna
dengan waktu yang sama oleh lambung. Sebagian makanan,
membutuhkan waktu lebih lama, seperti makanan yang tinggi
kandungan lemak, misalnya. Semakin tinggi kandungan lemaknya,
maka pencernaannya akan membutuhkan waktu yang semakin lama.
Secara anatomis lambung dapat dibagi menjadi menjadi beberapa
segmen yaitu :
a) Cardiac yang membatasi lambung dengan esofasgus. Pada
ujung lambung terdapat spingter cardiac, cincin otot, yang
berfungsi sebagai klep untuk mencegah makanan yang
sudah masuk ke lambung kembali naik ke kerongkongan.
b) Fundus merupakan bagian yang berada diatas lambung yang
berbentuk lengkugan di bagian atas lambung dan terletak
dibawah diagfragma. Di fundus makanan mengalami proses
pencernaan.
c) Badan lambung adalah bagian anatomi yang paling penting.
Badan lambung menjadi tempat makanan dicerna dan
diproses menjadi bentuk kecil-kecil dengan bantuan enzim
lambung.
d) Antrum adalah bagian terbawah dari lambung. Disebut juga
antrum pilorus. Antrum memiliki fungsi sebagai tempat

9
menampung makanan yang sudah dicerna sebelum
disalurkan menuju usus halus.
e) Pilorus adalah anatomi lambung paling akhir yang terhubung
langsung dengan usus halus. Pada pilorus terdapat spingter
pilorus, yaitu cincin otot tebal yang berfungsi sebagai katup
yang mengatur keluarnya makanan dari lambung menuju
duodenum. Spingter pilorus juga berfungsi untuk mencegah
makanan yang sudah tersalurkan ke duodenum agar tidak
kembali ke lambung. (mohammad, Jufri 2018).
Lapisan dinding lambung terdiri dari empat lapisan yaitu :
a) Mucosa (selaput lendir) yaitu lapisan terdalam lambung yang
bersentuhan langsung dengan makanan di dalam lambung.
Ketika perut kosong, mukosa berbentuk seperti gerigi yang
terdiri dari rugae (dinding-dinding yang berkerut). Rugae ini
akan memipih saat lambung dipenuhi oleh makanan. Lapisan
mukosa ini menghasilkan dua zat pencernaan, yaitu asam
klorida dan pepsin untuk membantu lambung dalam
mencerna makanan.
b) Submucosa Lapisan submukosa adalah lapisan yang
mengelilingi mukosa. Lapisan ini terdiri dari jaringan ikat,
pembuluh darah, serta saraf. Jaringan ikat pada submukosa
berfungsi untuk mengaitkannya dengan lapisan yang ada di
atasnya. Sementara itu, pembuluh darah berfungsi untuk
memberikan nutrisi pada dinding lambung. Terakhir, saraflah
yang akan mengawasi kerja lambung dan mengontrol
kontraksi otot polos dan sekresi saan proses pencernaan
sedang berjalan.
c) Muscularis
Lapisan muskularis adalah lapisan yang menutupi submucosa.
Lapisan ini paling berat, karena lapisan ini sendiri terdiri dari
tiga lapis berbeda lainnya. Muskularis merupakan lapisan

10
yang terdiri dari otot diantaranya lapisan otot melingkar,
memanjang, menyerong dan akan memberikan kemampuan
kontraksi pada lambung, serta menggerakkan makanan yang
sudah dicerna ke organ pencernaan lainnya.
d) Serosa adalah lapisan lambung paling luar. Serosa
merupakan lapisan tipis yang licin dan berfungsi untuk
melindungi lambung dari perlukaan, saat lambung perlu
memperbesar selama proses pencernaan. Lapisan serosa
disebut juga dengan peritoneum visceral.
1.1.3 Etiologi
Gastritis disebabkan oleh infeksi kuman helicobacter pylori dan pada
awal infeksi mukosa lambung menunjukkan respons inflamasi akau dan
jika diabaikan akan menjadi kronik. Klasifikasi gastritis berdasarkan
penyebabnya dibedakan menjadi dua, yaitu :
1.1.12.1 Gastritis Akut :
a) Obat-obatan, seperti obat anti inflamasi nonsteroid/OAINS
(indometasin, ibuprofen, dan asama salisilat), sulfonamide,
steroid, kokain, agen kemoterapi, salisilat, dan digitalis
bersifat mengiritasi mukosa lambung
b) Minuman beralkohol
c) Infeksi bakteri seperti streptococci, stapilococci, H.pylori
(paling sering)
d) Infeksi virus oleh sitomegalovirus
e) Infeksi jamur seperti candidiasis, histoplasmosis dan
phycomicosis
f) Stress fisik yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma,
pembedahan, gagal nafas, gagal ginjal, kerusakan susunan
saraf pusat, dan refluks usus halus
g) Makanan dan minuman yang bersifat iritan. Makanan yang
berbumbu dan minuman dengan kandungan kafein dan

11
alcohol merupakan agen-agen penyebab iritasi mukosa
lambung.
h) Garam empedu, terjadi pada kondisi refluks garam empedu
(komponen penting alkali untuk aktifasi enzim-enzim
gastrointestinal) dari usus kecil mukosa lambung sehingga
menimbulkan respon peradangan mukosa
i) Iskemia, hal ini berhubungan dengan akibat penurunan aliran
darah ke lambung
j) Trauma langsung lambung, berhubungan dengan
keseimbangan antar agresi dan mekanisme pertahanan untuk
menjaga integritas mukosa, yang dapat
1.1.12.2 Gastritis kronik
Penyebab pasti nyeri penyakit gastritis kronis belum
diketahui, tetapi ada dua predisposisi penting yang bisa
meningkatkan kejadian gastritis kronis, yaitu infeksi dan
noninfeksi
 Gastriris infeksi
Beberapa agen infeksi biasa masuk ke mukosa lambung dan
memberikan manifestasi klinis peradangan kronik. Beberapa
agen yang diidentifikasi meliputi hal-hal berikut :
 H.pylori. beberapa peneliti menyebutkan bakteri ini
merupakan penyebab
utama dari gastritis kronis
 Helicobacter heilmannii, micobacteriosis, dan syphilis.
 Infeksi parasit
 Infeksi virus
 Gastritis Noninfeksi
 Kondisi imunologi (auto imun) didasarkan pada kenyataan
, terdapat kira-kira 60% serum pasien gastritis kronik
mempunyai antibody terhadap sel parietalnya

12
 Gastropati akibat kimia, dihubungkan dengan kondisi
refluks garam empedu kronik dan kontak dengan OAINS
atau aspirin
 Gastropati uremik, terjadi pada gagal ginjal kronis yang
menyebabkan ureum terlalu banyak beredar pada mukosa
lambung (Hadi.H, 2017).

1.1.4 Manifestasi klinis


2. Gastritis Akut
Gejala mungkin berlangsung cepat: dapat terjadi ulserasi
super fisial dan dapat menimbulkan hemoragi, ketidak nyamanan
abdomen, sakit kepala, kelesuhan, mual, anoreksia, muntah, dan
cegukan. Beberapa pasien menunjukkan asimptomatik Dapat
terjadi kolik dan diare jikamakanan yang mengiritasi tidak
dimuntahkan, tetapi malah mencapai usus. Pasien biasanya pulih
kembali sekitar sehari, meskipun nafsu makan mungkin akan hilang
2 sampai 3 hari.
3. Gastritis Kronis
 Mungkin tidak bergejala
 Keluhan anoreksia, nyeri uluh hati setelah makan, bersendawa
atau merasa kembung, rasa asam di mulut, atau mual dan
muntah.
 Pasien gastritis kronis akibat defisiensi vitamin biasanya
diketahui mengalami malabsorpsi vitamin B12 (Hadi.H, 2017).

1.1.5 Patofisiologi
Gastritis akut dapat disebabkan oleh karena stress, zat kimia misalnya
obat-obatan dan alcohol, makanan yang pedas maupun asam. Pada para
yang mengalami stress akasraf simpatis NV (Nervus vagus) yang akan
meningkatkan produksi asam klorida (HCL) Didalam lambung. Adanya
HCL yang berada dalam lambung akan menimbulkan rasa mual muntah

13
dan anoreksia. Zat kimia maupun makanan yang merangsang akan
menyebabkan sel epitel kolumner, yang berfungsi untuk menghasilkan
mucus, mengurangi produksinya sedangkan mucus itu fungsinya untuk
memproteksi mukosa lambung agar tidak ikut tercerna. Respon mukosa
lambung karena penurunan sekresi mucus bervariasi diantaranya
vasodilatasi sel mukosa gaster nyeri. Lapisan mukosa gaster terdapat sel
yang memproduksu HCL ( terutama daerah fundus) dan pembuluh
darah. Vasodilatasi mukosa gaster akan menyebabkan produksi HCL
Meningkat. Anoreksia juga dapat menyebabkan rasa nyeri. Rasa nyeri
ini ditimbulkan oleh karena kontak HCL dengan mukosa gaster.
Respon mukosa lambung akibat penurunan sekresi mucus dapat berupa
eksfeliasi (pengelupasan). Eksfeliasi sel mukosa gaster akan
mengakibat anoreksi pada sel mukosa. Hilang sel mukosa memicu
timbulnya perdarahan. Perdarahan yang terjadi dapat mengancam hidup
penderita, namun dapat juga berhenti sendiri karena proses regenerasi,
sehingga erosi menghilang dalam waktu 24 – 48 jam setelah
pendarahan.
Gastritis kronis Helicobacter pylori merupakan bakteri gram negatif.
Organisme ini menyerang sel permukaan gaster, memperberat
timbulnya desquamasi sel dan muncullah respon radang kronis pada
gaster yaitu : destruksi kelenjar dan metaplasia. Metaplasia adalah salah
satu mekanisme pertahanan tubuh terhadap iritasi, yaitu dengan
mengatasi sel mukosa gaster, misalnya dengan sel desquamosa yang
lebih kuat. Karena sel desquamosa lebih kuat maka elastisitasnya juga
berkurang.
Pada saat mencerna makanan, lambung melakukan gerakan peristaltic
tetapi karena sel penggantinya yidak elastiS maka akan timbul
kekakuan yang pada akhirnya menimbulkan rasa nyeri. Metaplasia ini
juga meyebabkan kerusakan pembuluh darah lapisan mukosa.
Kerusakan pembuluh darah ini akan menimbulkan perdarahan ( Price
2016).

14
1.1.6 Pemeriksaan Penunjang
Apabila pasien terdiagnosis terkena gastritis, biasanya dilanjutkan
dengan pemeriksaan penunjang untuk mengetahui secara jelas
penyebabnya.
 EGD ( Esofagogastriduodenoskopi ) : tes diagnostik kunci untuk
perdarahan GI atas, dilakukan untuk melihat sisi perdarahan/
derajat ulkus jaringan//cedera.
 Minum barium dengan foto rontgen : dilakukan untuk
membeddakan diagnosis penyebab/sisi lesi.
 Analisa gaster : dapat dilakukan untuk menentukan adanya darah,
mengkaji aktivitas sekretori mukosa gaster, contoh peningkatan
asam hidroklorik dan pembentukan asam nocturnal penyebab ulkus
duodenal. Penurunan atau jumlah normal diduga ulkus gaster, di
persekresi berat dan asiditas menunjukkan sindrom Zollinger-
elison.
 Amylase serum : meningkat dengan ulkus duodenal, kadar rendah
diduga gastritis.

1.1.7 Penatalaksanaan
Menurut Nurarif Amin Huda dan Hardhi Kusuma, (2015) penatalaksanaan
pada gastritis yaitu :
1. Penatalaksanaan Non – Farmakologi :
 Membantu dalam mengalihkan rasa nyeri yang di rasakan
pasien
 Menganjurkan untuk tirah baring
 Menganjurkan mengurangi stress
 Memberikan pendidikan kesehatan tentang gastritis dan
pencegahan agar tidak kambuh
2. Farmakologi

15
 Gastritis akut
Bila gastritis diakibatkan oleh mencerna makanan yang
sangat asam atau akali, penatalaksanaan medis untuk
gastritis akut dilakukan dengan menghindari alcohol dan
makanan sampai gejala berkurang. Dan pemberian obat-
obatan ditunjukan untuk mengatur sekresi asam lambung
berupa antagonis reseptor H2 (seperti ranitidin dan
antasida). Bila gejala menetap, diperlukan cairan intravena.
Bila terdapat pendarahan, penatalaksanaan serupa dengan
pada hemoragi saluran gastrointestinal atas. Bila gastritis
terjadi karena alkali kuat, gunakan jus karena adanya
bahaya perforasi.
 Gastritis kronis
Penatalaksanaan pengobatan gastritis kronis bervariasi,
tergantung pada penyakit yang di curigai, bila terdapat
ulkus duodenum dapat diberikan antibiotik seperti
(Tetrasiklin atau Amoxilin) untuk membatasi Helicobacter
Pylory, Bila terjadi anemia defiensi besi maka harus di atasi
dengan terapi yang sesuai. Pada anemia perinisiosa harus
diberikan pengobatan vitamin B12 dan terapi yang sesuai.

1.1.8 Komplikasi
1) Gastritis akut
Komplikasi yang dapat di timbulkan oleh gastritis akut
adalah perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa
haematomesis dan melena, dapat berakhir dengan syok hemoragik.
Khusus untuk perdarahan SCBA, perlu di bedakan dengan tukak
peptic. Gambaran klinis yang di perlihatkan hampir sama. Namun
pada tukak peptic penyebab utamanya adalah Helicobacter Pylory,
sebesar 100 % pada tukak duodenum dan 60-90 % pada tukak

16
lambung. (Menurut Sya’diyah 2018. Hal 275 dalam Wahyuni putu
ekasri. 2018)
2) Gastritis kronis
Komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh gastritis kronis yaitu
ulkus, ferporasi dan anemia karena ganggguan absorpi vitamin B12
(Menurut Sya’diyah 2018. Hal 275 dalam Wahyuni putu ekasri.
2018)

17
1.1.9 Patoflodiagram
PATOFLODIAGRAM GASTRITIS
2
Helicobacter pylori Zat-zat korosif Stres, makan tdk
teratur
Infeksi mukosa Gangguan difus Stimulan nervus
lambung barier mukosa vagud

NYERI Hiperemis

Kurang Atrofi gaster/


informa mukosa

Keterbatasan Destruksi kelenjar


kognitif dan

perdarahan
KURANG
PENGETA
Anemia pernisiosa

Penurunan volume
darah merah

Sirkulasi O2 &
Kelemahan fisik nutrisi

INTOLERANSIAKTI Syok
FITAS hipovolemi
gagal nafas

KEMATIAN
18
1) 1.1.10 Pengkajian pola kesehatan
2) Hormon gastrin
Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
a) Tanggapan klien mengenai kesehatan dan kebiasaan  yang
Peningkatan asam
kurang menjagalambung
kebersihan serta pemakaian
Stimulan sel obat yang
parietal

mengiritasi lambung, intake makanan yang kurang menjaga


kebersihan, tidak
Iritasi dimasak
mukosa dahulu dan sering makan yang
lambung

terkontaminasi dengan bakteri.


b) Kebiasaan-kebiasaan
Peradangan yang mengganggu kesehatan: merokok,
mukosa
lambung
minum-minuman keras atau obat-obatan.
c) Tindakan yang sudah dilakukan.
Hipotalamus
3) Pola nutrisi dan metabolik
a) Pada umumnya klien makan tidak teratur
Aktivititas
b) Adanya hematomisis dan regurgitasi makanan lambung
meningkat
c) Adanya sandawa dan rasa penuh di episgastrium setelah
makanan Asam lambung
meningkat
d) Adanya mual, muntah, anoreksia/tidak dapat makan,
kehilangan/penurunan berat badan Kontraksi otot
lambung dan
e) Adanya riwayat minum alcohol, aspirin, merokok
menelan zat-zat beracun.
Anoreksia, mual,
f) Adanya kebiasaan makan yang terlalu pedas atau pengiritasi,
muntah
dan tidak teratur makan.
g) Kapan gejala muncul, apakah sebelumMasukan
atau sesudah makan/
Masukan
nutrisi in- cairan
h) Adanya riwayat diet yang salah. adekuat tidak
4) Pola eliminasi
NUTRISI RESIKO KEK.
Pada umumnya pada klien gastritis tidak ada gangguan atau masalah VOLUME
KURANG
CAIRAN
pada pola eliminasi baik eliminasi alvi atau urine.
5) Pola aktivitas dan latihan
Pada klien gastritis akan mengalami gangguan karena selalu terdapat
rasa nyeri Pada daerah lambung.
6) Pola tidur dan istirahat

19
Rasa mual, nyeri, yang sering menyerang epigastrium akan mengurangi
waktu dan menjadi gangguan tidur klien
7) Pola presepsi kognitif
Depresi dan intensitas nyeri tergantung pada penyebab (pada gastritis
akut dapat menyebabkan rasa tidak nyaman pada epigastrik/ nyeri
uluhati), menelan dan zat beracun dapat menyebabkan nyeri yang
terlokalisir dan nyeri pada waktu menelan.
a) Adanya suara serak pada pagi hari (laringitis)
b) Pada klien gastritis biasanya tidak ada gangguan pada panca
indera
c) Jika gejala berasal dari menelan zat beracun, ditemukan adanya
keluhan pengecapan.
8) Pola peran dan hubungan dengan sesama
Klien masih tetap berinteraksi dengan orang lain dan hanya perannya
yang terganggu karena klien harus banyak istirahat akibat nyeri
yang sering dirasakan
9) Pola persepsi dan konsep diri
Klien mengalami kecemasan sebab sering merasa nyeri, mual, muntah
10) Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stres
Cara klien menanggulangi stress biasanya menggunakan mekanisme
koping yang baik jika dimotivasi oleh keluarga atau perawat
11) pola reproduksi dan seksualitas
Pada umumnya klien tidak mengalami gangguan baik organ maupun
kebiasaan seksualitas
12) Pola tata nilai dan kepercayaan
Kebiasaan agama yang dianut, kebiasaan beribadah baik di rumah
ataupun di rumah sakit

1.1.11 Diagnosa

20
No DIAGNOSA KEPERAWATAN

I Nyeri Akut Berhubungan Dengan Mukosa Lambung Teriritasi

II Ke Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh Berhubungan


Dengan Masukan Nutrisi Yang Tidak Adekuat.

III Int Intoleransi Aktifitas Berhubungan Dengan Ketidakseimbangaan Antara


Suplai Dan Kebutuhan Oksigen

1.1.12 Intervensi

No. Diagnosa NOC NIC


1. Nyeri akut
Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
berhubung keperawatan selama 1. Lakukan pengkajian nyeri
an dengan 3x24 jam maka hasil komprehensif yang meliputi
mukosa yang lokasi, karakteristik, onset
lambung diharapkanmenunjukan ataudurasi, frekuensi,
teriritasi kontrol nyeri dengan kualitas, intensitas, dan
kriteria hasil : factor pencetus.
1. Mengenali kapan 2. Observasi adanya petunjuk
nyeri terjadi non verbal mengenai
dipertahankan pada ketidaknyamanan terutama
skala 3 ditingkatkan pada mereka yang tidak
ke skala 5 dapat berkomunikasi secara
2. Menggambarkan efektif.
factor penyebab 3. Gali bersama pasien faktor-
dipertahankan pada faktor yang dapat
skala 3 ditingkatkan memperberat nyeri.
ke skala 5 4. Gunakan tindakan pengontrol
3. Menggunakan nyeri sebelum nyeri

21
analgetik yang bertambah berat.
direkomendasi kan 5. Dukung istirahat/tidur yang
dipertahankan pada adekuat untuk membantu
skala 3 ditingkatkan penurunan nyeri
ke skala 5 Monitor tanda-tanda vital

2. Ketidakseimba setelah dilakukan Menejemen nutrisi.


ngan tindakan keperawatan a) Monitor adanya mual dan
nutrisi selama ± 3x 24 jam muntah.
kurang pasien menunjukan b) Timbang berat badan pasien
dari status nutrisi dengan c) Identifikasi perubahan nafsu
kebutuhan kriteria hasil : makan dan aktivitas akhir-
tubuh 1. Asupan gizi akhir ini.
berhubung dipertahankan pada d) Tentukan pola makan
an dengan skala 3 di tingkatkan (misalnya, makanan yang
masukan ke skala 5 disukai dan tidak disukai,
nutrisi 2. Asupan makanan konsumsi yang berlebihan
yang tidak dipertahankan pada terhadap makanan siap saji) .
adekuat. skala 3 ditingkatkan e) Diskusikan dengan ahli gizi
ke skala 5 dalam memberikan asupan
3. Asupan cairan diet.
dipertahankan pada
skala 3 ditingkatkan
ke skala 5

3 Intolerans Setelah 1. Kaji respon pasien


i aktivitas dilakukantindakan terhadap aktivitas.
berhubung keperawatan 2. Observasi tanda-tanda
an dengan diharapkan pasien vital sebelum dan sesudah
ketidaksei dapat berpartisipasi melakukan aktivitas.
mbangan dalam aktivitas yang 3. Instruksikan pasien
antara diinginkan/diperukan tentang teknik penghematan

22
suplai dan dengan kriteria hasil : energi , misalnya
kebutuhan 1. Melaporkan menggunakan kursi saat
oksigen peningkatan dalam mandi, duduk saat menyisir
toleransi aktivitas rambut atau menggosok gigi,
yang dapat diukur melakukan aktivitas dengan
2. Menunjukkan perlahan
penurunan dalam 4. Bantu klien dalam
tanda-tanda melakukan aktivitas.
intoleransi fisiologi 5. Mendorong dalam
melakukan aktivitas ringan
dan membatasi aktivitas yang
dapat memperberat keletihan.

23
1.2 Asuhan Keperawatan Diare

1.2.1 Definisi
Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dengan frekuensi
lebih sering dari biasanya (tiga kali atau lebih) dalam satu hari (Depkes RI 2017).
Diare dapat disebabkan oleh transportasi air dan elektrolit yang abnormal dalam usus. Diseluruh dunia terdapat
kurang lebih 500 juta anak yang menderita diare setiap tahunnya, dan 20% dari seluruh kematian pada anak yang hidup di
negara berkembang berhubungan dengan diare serta dehidrasi. Gangguan diare dapat melibatkan lambung dan usus
(Gastroenteritis), usus halus (Enteritis), kolon (Kolitis) atau kolon dan usus (Enterokolitis) (Wong, 2018).
Diare adalah buang besar tidak normal atau berbentuk tinja atau bentuk tinja yang encer dengan frekwensi lebih
carir dari biasanya (Hasan, 2015:283)
Dari definisi diatas, dapat disimpulkn bahwa Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau
setengah cair, kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 g atau 200 ml/24 jam. Defensi lain memakai
kriteria frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3× per hari.

24
1.2.2 Anatomi Fisiologi

Anatomi saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung, usus halus, usus
besar, rektum dan anus. Fisiologi sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah
sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi,

25
menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan
sisa proses tersebut dari tubuh. Anatomi dan fisiologi sistem pencernaan yaitu :

1. Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air. Mulut merupakan bagian awal dari
sistem pencernaan lengkap dan jalan masuk untuk system pencernaan yang berakhir di anus. Bagian dalam dari mulut
dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di permukaan lidah. Pengecapan
sederhana terdiri dari manis, asam, asin dan pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung, terdiri dari
berbagai macam bau. Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi belakang (molar,
geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus
bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga
mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung.
Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis.
2. Tenggorokan (Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan. Didalam lengkung faring terdapat tonsil
(amandel) yaitu kelenjar limfe yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap
infeksi, disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan
rongga hidung, didepan ruas tulang belakang keatas bagian depan berhubungan dengan rongga hidung, dengan
perantaraan lubang bernama koana, keadaan tekak berhubungan dengan rongga mulut dengan perantaraan lubang yang

26
disebut ismus fausium. Tekak terdiri dari bagian superior yaitu bagian yang sama tinggi dengan hidung, bagian media
yaitu bagian yang sama tinggi dengan mulut dan bagian inferior yaitu bagian yang sama tinggi dengan laring. Bagian
superior disebut nasofaring, pada nasofaring bermuara tuba yang menghubungkan tekak dengan ruang gendang
telinga. Bagian mediadisebut orofaring, bagian ini berbatas ke depan sampai di akar lidah. Bagian inferior disebut
laringofaring yang menghubungkan orofaring dengan laring.
3. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui sewaktu makanan mengalir dari
bagian mulut ke dalam lambung. Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik.
Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang. Menurut histologi, esofagus dibagi menjadi tiga
bagian yaitu bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka), bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus),
serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).
4. Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar, yang terdiri dari tiga bagian yaitu kardia, fundus dan antrium.
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan dengan
enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting yaitu lendir, asam klorida (HCL), dan
prekusor pepsin (enzim yang memecahkan protein). Lendir melindungi sel – sel lambung dari kerusakan oleh asam
lambung dan asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh pepsin guna memecah
protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh
berbagai bakteri.

27
5. Usus halus (usus kecil)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di antara lambung dan usus
besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta.
Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan
makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak.
Lapisan usus halus terdiri dari lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan otot melingkar, lapisan otot memanjang dan
lapisan serosa. Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan
usus penyerapan (ileum).
a. Usus Dua Belas Jari (Duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak setelah lambung dan
menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari usus
halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum treitz. Usus dua belas jari merupakan organ
retroperitoneal, yang tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal
berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan
kantung empedu. Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum), yang merupakan
bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalamjumlah yang
bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan megirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti
mengalirkan makanan.
b. Usus Kosong (Jejenum)

28
Usus kosong atau jejunum adalah bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan
usus penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah
bagian usus kosong. Usus kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium.
Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas
permukaan dari usus.
c. Usus Penyerapan (Illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem pencernaan manusia ileum
memiliki panjang sekitar 2- 4 m dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu.
Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam
empedu.
6. Usus Besar (Kolon)
Usus besar atau kolon adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah
menyerap air dari feses. Usus besar terdiri dari kolon asendens (kanan), kolon transversum, kolon desendens (kiri),
kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum). Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi
mencerna beberapa bahan danmembantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat
zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta
antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa
menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare.
7. Rektum dan Anus

29
Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di
anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena tinja
disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke
dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB). Mengembangnya dinding rektum karena
penumpukan material di dalam rektum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk melakukan
defekasi.Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus
terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagianannya dari usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot
sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar) yang merupakan fungsi utama anus.

1.2.3 Etiologi
Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor :
1. Faktor infeksi
a. Faktor internal : infeksi saluran pencernaan makananan yang merupakan penyebab utama diare pada anak. Meliputi
infeksi internal sebagai berikut:
1) Infeksi bakteri : vibrio, e.coli, salmonella, campylobacler, tersinia, aeromonas, dsb.
2) Infeksi virus : enterovirus (virus ECHO, cakseaclere, poliomyelitis), adenovirus, rotavirus, astrovirus dan lain-
lain
3) Infeksi parasit : cacing (asoanis, trichuris, Oxyuris, Strong Ylokles, protzoa (Entamoeba histolytica, Giarella
lemblia, tracomonas homonis), jamur (candida albicans).

30
b. Infeksi parenteral ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan, seperti : otitis media akut (OMA), tonsilitist
tonsilofasingitis, bronkopneumonia, ensefalitis dsb. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di
bawah 2 tahun.
2.Faktor malabsorbsi
a. Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltosa, dan sukrosa), mosiosakarida (intoleransi glukosa,
fruktosa, dan galatosa).Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering intoleransi laktasi.

b. Malabsorbsi lemak

c. Malabsorbsi protein

3. Faktor makanan

Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.

4. Faktor psikologis
Rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih besar).

1.2.4 Klasifikasi
Klasifikasi Diare Klasifikasi diare menurut Wong (2019) adalah
1. Diare Akut

31
Diare akut adalah penyebab utama keadaan sakit pada anak-anak balita. Diare akut didefinisikan sebagai keadaan
peningkatan dan perubahan tiba-tiba frekuensi defekasi yang sering disebabkan oleh agens infeksius dalam traktus GI.
Keadaan ini dapat menyertai infeksi saluran napas atas atau saluran kemih, terapi antibiotik atau pemberian obat
pencahar (laktasif). Diare akut biasanya sembuh sendiri (lamanya sakit kurang dari 14 hari) dan akan mereda tanpa
terapi yang spesifik jika dehidrasi tidak terjadi.
2. Diare Kronik
Diare Kronik didefinisikan sebagai keadaan meningkatnya frekuensi defekasi dan kandungan air dalam feses dengan
lamanya sakit lebih dari 14 hari. Kerap kali diare kronis terjadi karena keadaan kronis seperti sindrom malabsorpsi,
penyakit inflasi usus, defisiensi kekebalan, alergi makanan, intoleransi laktosa atau diare nonspesifik yang kronis, atau

sebagai akibat dari pelaksanaan diare akut yang memadai.

1.2.5 Manifestasi Klinis


1. Mula-mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nasfu makan berkurang atau tidak ada.
2. Kemudian disertai diare, tinja cair, mungkin disertai lendir atau lendir darah.
3. Warna tinja makin lama berubah kehijau-hijauan karena bercampur empedu
4. Anus dan daerah sektiar timbul lecet karena sering defekasi dan tinja makin lama makin asam sehingga akibat makin
lama makin asam sehingga akibat makin banyak asam laktat yang berasal dari latosa yang tidak di absorbsi oleh usus
selama diare.

32
5. Gejala muntah dapat timbul sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan karena lambung turut meradang atau
akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit. Bila pasien banyak kehilangan cairan dan elektrolit, mata dan
ubun-ubun cekung (pada bayi) selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering.

1.2.6 Patofisiologi

Diare yang terjadimerupakan proses dari transport


aktifakibatrangsangantoksinbakteriterhadapelektrolitkedalamusushalus, seldalammukosa intestinal
mengalamiiritasidanmeningkatnyasekresicairandanelektrolit. Mikroorganisme yang masukakanmerusakselmukosa
intestinal sehinggamengurangifungsipermukaan intestinal. Perubahankapasitas intestinal
danterjadigangguanabsorobsicairandanelektrolit, peradanganakanmenurunkankemampuan intestinal
untukmengabsorobsicairandanelektrolitdanbahan-bahanmakananiniterjadipadasindrommalabsorbsi. Peningkatanmotilitas
intestinal dapatmengakibatkangangguan absorbs intestinal

Mekanismedasar yang menyebabkandiaremeliputihal-halsebagaiberikut: (Muttaqin& Sari 2015)

1) Gangguanosmotik, kondisiiniberhubungandenganasupanmakananatauzat yang sukardiserapolehmukosa intestinal


danakanmenyebabkantekananosmoticdalamronggaususmeninggisehinggaterjadipergeseran air
danelektrolitkedalamronggausus. Isi ronggausus yang
berlebihaniniakanmerangsangususuntukmengeluarkanyasehinggatimbuldiare.

33
2) Respon inflamasi mukosa, terutama pada seluruh permukaan intestinal
akibatproduksienterotoksindariageninfeksimemberikanresponpeningkatanaktivitassekresi air
danelektrolitolehdindingususkedalamronggaususdanselanjutnyadiaretimbulkarnaterdapatpeningkatanisironggausus.
3) Gangguanmotilitasusus,
terjadinyahiperperistalticakanmengakibatkanberkurangnyakesempatanususuntukmenyerapmakanansehinggatimbuldiar
e, sebaiknya bila peristalticususmenurunakanmengakibatkanbakteritimbulberlebihan yang
selanjutnyadapatmenimbulkandiare.
Usushalusmenjadibagianabsorpsiutamadalamususbesarmelakukanabsorpsi air yang akanmembuat solid
dankomponenfeses, denganadanyagangguandari gastroenteritis
akanmenyebabkanabsorpsinutrisidanelektrolitolehusushalus , sertaabsorpsi air menjaditerganggu.

1.2.7 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaantinjamakroskopisdanmikroskopis :

a. PH dankadarguladalamtinjadalamkertaslakmusdan tablet dinistetbiladidugaterdapatintoleransigula


b. Pemeriksaanlaboratorium
1) Darahmeliputi ; darahlengkap, serum elektrolitanalisa gas darah, glukosadarah,
kulturdankepekaanterhadapantibiotika
2) Urine ; urine lengkap, kulturdan test kepekaanterhadapantibiotika
c. Pemeriksaankadarureumdankreatininuntukmengetahuifaalginjal

34
d. Pemeriksaanelektrolitterutamakadarnatrium, kalsium, kalium, danfosfordalam serum ( terutamapadapenderitadiare
yang disertaikejang )
Bilaperludiadakanujibakteriuntukmengetahuiorganismpenyebabnya, denganmelakukanpembiakanterhadapcontohtinja

1.2.8 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan medis menurut Biddulp and Stace (2017) adalah pengobatan dengan cara pengeluaran diet dan
pemberian cairan.

1. Diare tanpa dehidrasi memerlukan cairan tambahan berupa apapun misalnya air gula, sari buah segar, air teh segar, kuah
sup, air tajin, ASI. Jangan memberikan air kembang gula, sari buah air dalam botol karena cairan yang terlalu banyak
mengandung gula akan memperburuk diare.
2. Diare dengan dehidrasi sedang memerlukan cairan khusus yang mengandung campuran gula dan garam yang disebut
larutan dehidrasi oral ( LRO ). LRO ini dibuat dengan mencampurkan sebungkus garam rehidrasi kedalam 1 liter air
bersih.
3. Diare dengan dehidrasi berat memerlukan cairan intravena disamping LRO.

Penatalaksanaan keperawatan menurut Nelson (2019) antara lain :

35
1. Penderita yang dirawat inap harus ditempatkan pada tindakan pencegahan enterik termasuk cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan penderita
2. Jas panjang bila ada kemungkinan pencernaan dan sarung tangan bila menyentuh barang terinfeksi.
3. Penderita dan keluarganya dididik mengenal cara perolehan entero patogen dan cara mengurangi penularan.

1.2.9 Kompikasi
1. Dehidrasi

Dehidrasi meliputi dehidrasi ringan, sedang dan berat. Dehidrasi ringan terdapat tanda atau lebih keadaan
umumnya baik, mata terlihat normal, rasa hausnya normal,minum biasa dan turgor kulit kembali cepat. Dehidrasi ringan
sedang umumnya terlihat gelisah dan rewel, mata terlihat cekung, haus dan merasa ingin minum banyak dan turgor
kulitnya kembali lambat. Sedangkan dehidrasi berat keadaan umumnya terlihat lesu, lunglai atau tidak sadar, mata
terlihat cekung, dan turgor kulitnya kembali sangat lambat >2 detik. (Depkes RI, 2018).

2. Hipernatremia

Hipernatremia biasanya terjadi pada diare yang disertai muntah, menurut penelitian jurnalis, Sayoeti, dan Dewi
tahun (2008), menemukan bahwa 10,3% anak yang menderita diare akut dengan dehidrasi berat mengalami
hipernatremia.

3. Hiponatremia

36
Hiponatremia terjadi pada anak yang hanya minum air putih saj atau hanya mengandung sedikit garam, ini
sering terjadi pada anak yang mengalami infeksi shigella dan malnutrisi berat dengan edema (Sayoeti & Dewi tahun
2018).
5. Hipokalemia

Hipokalemia terjadi karena kurangnya, kalium (K) selama dehidrasi yang menyebabkan terjadinya hipokalemia
ditandai dengan kelemahan otot, peristaltik usus berkurang, gangguan fungsi ginjal, dan aritmia (Ngastiyah, 2005 dalam
penelitian Andri 2015).

6. Demam

Demam sering ditemui pada kasus diare. Biasanya demam timbul jika penyebab diare berinvasi ke dalam sel epitel usus (Grace &
Jerald,2010). Bakteri yang masuk ke dalam tubuh dianggap sebagai antigen dalam tubuh. Bakteri tersebut mengelurakan toksin
lipopolisakarida dan membran sel. Sel yang bertugas menghancurkan zat-zat toksik atau infeksi tersebut adalah neutrofil dan
makrofag dengan cara fagositosis. Sekresi fagosik menginduksi timbulnya demam (Ariani, 2016)

1.2.10 Pathway

Faktor Infeksi Faktor Malabsorbsi Faktor Makanan

(Lemak, protein)

Masuk & berkembang Toksin tak dapat

Dalam usus Meningkatnya tek. diserap

37
Osmotik
Hipersekresi air & Hiperperistaltik
elektrolit ( ꜛ isi rongga Pergeseran air &
usus) elektrolit kerongga
usus Menurunnya kesempatan
usus menyerap makanan

DIARE
Frek. BAB meningkat

Kehilangan cairan & Integritas kulit Distensi abdomen


Elektolit berlebih perianal mual, muntah, nafsu makan menurun

2 Pelepasan mediator
3 KEKURANGA KERUSAKA Nyeri BB menurun
N N
VOLUME INTEGR
CAIRAN ITAS
Dehidrasi Merangsang nosiseptor

Gangguan Keseimbangan KETIDAKSEIMBANGA


NYERI N NUTRISI:
Cairan
KURANG DARI
AKUT KEBUTUHAN
Syok hipovolemik TUBUUH

38
KEMATIAN

39
4.1.1 Pengkajian

1. POLA PRESEPSI DAN PEMELIHARAAN KESEHATAN


a. Kurang pengetahuan tentang penggunaan obat
b. Kurang pengetahuan tentang kebersihan diri
c. Komsumsi air tidak bersih
d. Tidak memperhatikan kebersian makanan
e. Tidak memperhatikan kebersihan lingkungan
f. Kulit kusam, kering, dan bersisik
2. POLA NUTRISI DAN METABOLIC
a. Muntah
b. Penurunan berat badan
c. Lemas karena kekurangan nutrisi
d. Merasa cepat lapar
e. Merasa haus karena dehidrasi
f. Kulit kusam, keing, bersisik
3. POLA ELIMINASI
a. BAB yang berlebihan ( lebih dari 4 kali sehari )
b. Frekuensi feses

40
c. Konsenstensi feses
d. Olguria/ anoria
e. Muntah
f. Dehidrasi
4. POLA AKTIVITAS DAN LATIHAN
a. Lemas
b. Keletihan
c. Lesuh
d. Aktivitas terbatas
e. Tidak mampu melakukan pekerjaan
5. POLA TIDUR DAN ISTIRAHAT
a. Tidur terganggu
b. Rasa ingin defekasi dimalam hari
c. Mata panda
6. POLA PERSEPSI KONGNITIF
a. Rasa nyeri saat BAB
b. Pusing
c. Demam
d. Merasa haus

41
7. POLA PRESEPSI DAN KONSEP DIRI
a. Merasa tidak berdaya
b. Berpikir negative tentang dirinya
8. POLA PERAN DAN HUBUNGAN DENGAN SESAMA
a. Merasa membebani orang lain
b. Pergaulan teganggu karena diare
9. POLA RREPRODUKSI DAN SEKSUALITAS
a. Genetalia pada perempuan kurang bersih
b. Medah terinfeksi
c. Terganggu saat hubungan seksual
10. POLA MEKANISME KOPING DAN TOLERANSI TERHADAP STRESS
a. Menggunakan pampers
11. POLA SISTEM NILAI KEPERCAYAAN
a. Terganggu saat ibadah
b. Berpantang pada makanan tertentu

42
1.2.12 Diagnosa Keperawatan

NO Diagnosa Keperawatan
1 Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan Kehilangan Cairan Aktif
2 Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh b/d Intake
Kurang Akibat Output yang Berlebihan Akibat Diare
3 Nyeri Akut berhubungan dengan Injurit Biologis

1.2.13 Intervensi Keperawatan

NO Diagnosa NOC NIC


Keperawatan
1 Kekurangan Keseimbangan cairan : Manajemen cairan :
1. Keseimbangan intake 1. Tingkatkan intake atau
volume cairan
dan output dalam 24 jam asupan cairan per-oral
b/d kehilangan dipertahankan pada skala (misanya : memberikan
3 ditingkatkan ke skala 5 cairan oral sesuai
cairan aktif
2. Turgor kulit preferensi pasien,
dipertahankan pada skala tempatkan cairan di
3 ditingkatkan ke skala 5 tempat yang mudah
3. Kelembapan membrane dijangkau, memberikan
mukosa dipertahankan sedotan, dan
pada skala 3 ditingkatkan menyediakan air segar
ke skala 5 yang sesuai.)
2. Pastikan bahwa larutan
intravena yang

43
mengandung elektrolit
diberikan dengan aliran
yang konstan dan sesuai.
3. Monitor tanda-tanda
vital.
4. Monitor kehilangan
cairan.(misanya :
pendarahan, muntah,
diare, keringat, dan
takipnea.
5. Monitor respon pasien
terhadap eletrolit yang
diresepkan.
2 Ketidakseimban 1. Berat badan ideal sesuai Manajemen Nutrisi :
gan nutrisi tinggi badan 1. anjurkan keluarga untuk
membawa makanan
kurang dari 2. Mampu mengidentifikasi
favorit pasien sementara
kebutuhan tubuh kebutuhan nutrisi pasien berada di rumah
b/d intake 3. Tidak ada tanda-tanda sakit atau fasilitas
perawatan lainnya.
kurang akibat malnutrisi
2. tentukan status gizi
output yang 4. Tidak terjadi penurunan pasien dan kemampuan
pasienmemenuhi
berlebihan berat badan yang berat
kebutuhan gizi
akibat diare 3. atur diet yang diperlukan
seperti menyediakan
makanan protein

44
tinggi,menyarankan
menggunakan bumbu
atau rempah-
rempah,menyediakan
pengganti
gula,menambah atau
mengurangi
kalori,menambah atau
mengurangi
vitamin,mineral,supleme
n.
4. tentukan apa yang
menjadi preferensi
makanan bagi pasien
3 Nyeri akut b/dsetelah dilakukan tindakan 1. Lakukan pengkajian nyeri
injurit biologis keperwatan selama + 3 x secara komperensif
24 jam pasien menunjukan 2. Gunakan teknik
nyeri dengan skala komunikasi teraupetik
outcome untuk mengetahui
1. Tingkat kenyamanan pengalaman nyeri
klien 3. Lakukan penaganan nyeri
2. Nyeri berkurang dengan dengan tamakologi untuk
skala 2-3 mengurangi nyeri

45
4. Ekspresi wajah tenang 4. Kolaborasi dengan dokter
5. Klien dapat istirahat
dan tidur

DAFTAR PUSTAKA

NANDA. (2018).buku diagnosa keperawatan definisi dan klasifikasi 2018-2020. EGC. Jakarta

Nurarif Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2015. “Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC
Jilid 2”. Medi action publishing. Jogjakarta

Arikah & L. Muniroh. 2015. Riwayat Makanan Yang Meningkatkan Asam Lambung Sebagai Faktor Resiko Gastritis. Jurnal gizi
Indonesia, (JGI).VOL,38 (1), 9-20.

Syaf, Muhammad dan Dina Andriani. 2019. Jurnal Keperawatan dan Fisioterapi (JKF), e-ISSN 2655-0830 Vol 2 No 1 :
https://ejournal.medistra.ac.id/index.php.JFK

Jufrie, Mohammad. 2018. Saluran Cerna yang Sehat Anatomi dan Fisiologi :Universitas Indonesia (UI-Press)

Wahyuni Putu Ekasri. 2018. “Asuhan Keperawatan Keluarga Gastitis Dengan Manajemen Kesehatan Keluarga Tidak Efektif DI UPT
Kesmas Sukawati 1 Gianyar”. Repository Poltekes Denpasar

46
Huda. A & Hardhi.K. (2015). Asuhan Keperawatan Praktik. Yogyakarta: Mediaction Jogja

Saferi. A & Mariza Y. (2015). Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika

Syaifuddin, Haji. 2018. Anatomi Fisiologi : Kurikulum Berbasis Kompetensi Untuk Keperawatan Edisi 4. Jakarta: EEG.

DAPUS: http://repository.poltekeskupang.ac.id/1015/1/KTI%20%28WAYAN%29.pdf Diakses tanggal 15 Oktober 2020.

1.1 Asuhan Keperawatan Demam Tipoid


1.3.1 Definisi
Inflamasi usus adalah peradangan/inflamasi yang terjadi pada usus kecil dan besar. Kondisi dengan istilah medis
enteroholitus ini dapat disebabkan oleh berbagai jenis infeksi yang dirasakan oleh virus,jamur,bakteri,maupun parasit.
Typoid adalah penyakit infeksi akut halus yang disebabkan oleh kuman Salmonella thypi dan Salmonella Parathypi
A,B,C. Sinonim dari penyakit ini adalah typoid dan Paratyphoid abdominalis.
Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala
demam lebih dari 1 hari, gangguan pada saluran cerna, gangguan kesadaran dan lebih banyak menyerang pada anak
usia 12-13 tahun (70% - 80%). Pada usia 30-40 tahun (10% - 20%) dan diatas usia pada anak 12- 13 tahun sebanyak (5%
- 10%).

47
1.3.2 Anatomi Fisiologi

Usus halus merupakan bagian dari sistem pencernaan manusia yang berawal dari lambung sampai sebelum usus
besar. Usus halus dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejenum), dan
usus penyerapan (ileum).

1). Usus dua belas jari (duodenum)


Usus dua belas jari merupakan bagian usus halus yang terletak setelah lambung sampai sebelum usus kosong.
Usus ini memiliki panjang sekitar 25 hingga 35 cm, dan merupakan bagian usus halus yang terpendek. Dalam kondisi
normal, pHnya berkisar antara 9.
Di usus dua belas jari terdapat struktur histologis berupa kelenjar brunner yang menghasilkan lendir basa untuk
menetralkan pH makanan yang keluar dari lambung.
Berikut adalah fungsi usus halus yang dimiliki oleh usus dua belas jari:
 Membantu mencerna makanan agar lebih lembut dan halus
 Membantu penyerapan nutrisi dalam makanan
 Menghasilkan enzim yang diperlukan dalam sistem pencernaan (enzim enterokinase, maltase, laktase, sukrase,
peptidase, lipase, erepsin, disakrase, nuklease, dsb)
 Membentuk mukosa otot untuk membantu pencernaan makanan

48
 Memiliki lendir yang dihasilkan oleh kelenjar brunner
 Membantu proses penyerapan protein, karbohidrat dan zat gula, asam amino, asam lemak
 Sebagai sistem imun
 Sebagai muara dari saluran penting tubuh
2). Usus kosong (jejenum)
Usus kosong merupakan bagian tengah dari usus halus, yaitu setelah usus dua belas jari. Usus ini memiliki panjang 1
hingga 3 meter.
Usus ini memiliki luas permukaan yang besar serta terdapat tonjolan yang disebut dengan villi.
Villi ini memiliki fungsi untuk menyerap nutrisi dalam makanan. Usus dua belas jari dan usus kosong dapat dibedakan
dari keberadaan kelenjar brunner dan villi.
Berikut adalah fungsi yang dimiliki usus kosong:
 Pemecahan atau pembelahan nutrisi dalam makanan
 Menyerap nutrisi lipofilik (protein, lemak, kolesterol, dan vitamin yang larut dalam lemak yaitu vitamin A, D,
E, dan K)
 Menyerap air
3). Usus penyerapan (ileum)

Usus penyerapan merupakan bagian dari usus halus yang terpanjang, sekitar 7 hingga 8 meter.
Usus ini memiliki pH yang cukup netral yaitu sekitar 7–8. Fungsi dari usus penyerapan yaitu untuk menyerap nutrisi
yang terkandung dalam makanan, terutama vitamin B12 dan nutrisi lain yang tidak terserap di usus kosong.
1.3.3 Etiologi
Demam timbul dari infeksi oleh bakteri golongan salmonella yang memasuki tubuh penderita melalui saluran pernafasan.
1. Salmonella thyposa , hasil garam negatif yang bergerak dengan bulu getar, tidak bersepora mempunyai sekurang-
kurangnya tiga macam atigen yaitu :
- Antigen O (Somatic, terdiri dari zat komplek Liopolisakarida)
- Antigen H (plangella)

49
- Antigen V1 dan protein membentuk tialin
2. Salmonella parathypi A
3. Salmonella parathypi B
4. Salmonella parathypi C
5. Faces dan urin dari penderita typus

1.3.4 Manifestasi Klinis


Masa inkubasi, masa inkubasi dapat berlangsung 7-21 hari, walaupun pada umumnya adalah 10-12 hari

. Pada awal penyakit keluhan dan gejala penyakit tidaklah khas. Berupa :

- Anoreksia
- Rasa malas
- Sakit kepala bagian depan
- Nyeri otot
- Lidah kotor
- Gangguan perut ( perut meragam dan sakit)
Klasik demam tipoid (gejala khas) biasanya jika gejala khas itu yang tampak diagnosis kerjanya bisa langsung ditegakkan.
Yang termasuk gejala khas demam tipoid adalah sebgai berikut :

50
1. Panas lebih dari 7 hari, biasanya mulai dengan sumer yang makin hari makin meninggi, sehingga pada mingu
ke 2 panas tinggi terus menerus terutama pada malam hari.
2. Gejala gastrointestinal dapat berupa obstipasi, diare mual, muntah dan kembung, hepatomegali, dan lidah kotor
3. Gejala saraf sentral berupa delirium, apatis,sopor,bahkan sampai koma
1.3.5 Patofisiologi
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5 F yaitu
food(makanan), fingers(Jari tangan/kuku), fonitus(muntah), fly(lalat),dan makanan feses.
Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella typhoid kepada orang lain,
kuman tesebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang dikomsumsi oleh
orang sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan
yang tercampur kuman salmonella thypi masuk kedalam tubuh melalui mulut. Kemudian kuman/bakteri salmonella
masuk dari lambung, dilambung terdapat asam klorida / asam lambung. Sebagian mbakteri ada yang mati tetapi ada
juga yang bertahan. Bakteri salmonella yang bertahan masuk kedalam usus halus bagian distal disitu bakterinya
berkembang biak dan mencapai daerah limpoid. Didalam jaringan limpoid ini penyalur bakteri sehingga masuk
kedalam pembuluh darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini menimbulkan
baktorimia. Kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus, dan kandung empedu.
Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid di sebabkan oleh endotoksemia. Tetapi berdasarkan
penelitian eksperimental di simpulkan bahwa endoksemia berperan pada patoginesis typhoid, karena membantu proses
inflamasi lekat pada usus halus.

51
Demam disebabkan karena salmonella thypi dan endotoksinya merangsang sintesis dan pelepasan zat patogen
oleh leukosit pada jarngan yang meradang
1.3.6 Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
- Hematologi
Kadar hematologi dapat normal atau menurun bila terjadi penyakit pendarahan usus atau perforasi, pemeriksaan
darah dapat dilakukan pada biakan kuman (paling tinggi pada minggu 1 sakit), diagnosi minggu III :10-15%
hitung leukosit sering rendah tetapi dapat pula rendah atau tinggi. Hitung jenis leukosit,sering neutropenia
dengan usus fositosis relatif. LED meningkat.
- Uji widal
Suatu reaksi aglustilasi atau antigen dan (aglutinia). Aglutina yang spesifik terhadap salmonella typi terdapat dalam
serum klien dengan thypi juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada
uji widal adalah suspensi. Tujuannya untuk mencatumkan adanya aglutinia serum klien oleh salmonella thypi.
- Pemeriksaan SGOT dan SGPI
Pada demam tipoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali normal setelah sembuhnya typhoid.

1.3.7 Penatalaksanaan
1. Non farmakologi

52
- Menjaga kebersihan
Bagi penderita types sangat diperlukan kebersihkan yang terjadi baik lingkungan / kebersihan dirinya. Hal ini
untuk antisipasi penyebaran types yang semakin banyak denagn cara mandi 2kali/hari, membersihkan tempat
tidur dll.
- Diet
Dimasa lampau, pasien demam tipoid bubur saring kemudian bubur kasar dan akhirnya diberi nasi. Dengan
lauk pauk rendah selulosa (pantang sayuran dengan serat kasar) dapat diberikan dengan aman pada pasien
demam tifoid.
- Banyak istirahat
Pasien diperkenankan untuk tirah baring dan membatsi aktivitas sehingga usus tidak bekerja lebih keras
mempercepat pemulihan tubuh.
- Memperbanyak minum air putih
Air putih adalah zat yang sangat dibutuhkan oleh tubuh dimana dapat meningkatkan kekebalan tubuh , mengisi
cairan yang hilang. Minum mineral yang cukup 2 liter atau setara 8 gelas/hari.
2. Farmakologi
 Obat
Obat-obatan anti mikroba yaitu:
- Klorafenekol : merupakan obat pilihan utama pada pasien demam tipoid dosis untuk orang dewasa adalah 4
kali 500 mg perhari oral atau intravena, sampai 7 hari bebas demam.

53
- Tiamfenekol : dosis dan efektifitas pada demam tipoid sama dengan klorafenekol. Komplikasi hematologis
pada klorafenekol. Dengan penggunaan tiamfenekol demam pada demam tipod dapat turun rata-rata 5-6
hari.
1.3.8 Komplikasi
a. Komplikasi intestinal
- Perdarahan usus
- Perforasi usus
- Ileus paralitik
b. Komplikasi ekstesi intestinal
- Kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi periver (renjata sepsi), miokarditis, trombis, dan trombot lebitis
- Darah : anemia hemolitik,tromboritopenia,sindrom urernia hemolitik.
- Paru : amplena, pleusitis
- Hepar dan kantung empedu
- Ginjal : glomerolunepritis, pildenotritis dan perinepritis
- Tulang : osteomyelitis

54
1.3.9 Pathway (Halaman
1.3.10 Pengkajian
1. Pola persepsi dan konsep diri
Penatalaksanaan kesehatan yang dapat menimbulkan masalah dalam kesehatannya yaitu sering makan terlambat
dan jajan dipinggir jalan.
2. Pola nutrisi dan metabolisme
Nampak bibir kering dan lidah kotor yang dapat menimbulkan ketidaknyamanan saat makan sehingga dapat
mempengaruhi status nutrisi berubah.
3. Pola aktivitas dan latihan
Pasien akan terganggu aktivitasnya akibat adanya kelemahan tubuh serta pasien akan mengalami keterbatasan
gerak akbibat penyakit.

55
4. Pola tidur dan istirahat
Pola tidur pasien akan terganggu akibat nyeri pada epigastrium, nyeri pada bagian kanan bawah perut dan nyeri
pada titik MC burney dikarenakan peningkatan suhu.
5. Pola eliminasi
BAB encer 8 kali/10jam menyebabkan dehidrasi dan tidak menggantikan cairan yang hilang sesuai kebutuhan
sehingga menyebabkan panas yang meningkat, bibir kering, mata cekung TD naik, pernafasan cepat.
6. Pola reproduksi dan seksual
Pasien yang telah atau sudah menikahb mengalami perubahan
7. Pola persepsi dan pengetahuan
Perubahan kondisi kesehatan dan gaya hidup akan mempengaruhi pengetahuan dan kemampuan dalam merawat
diri
8. Pola persepsi dan konsep diri
Didalam perubahan apabila pasien tidak efektif mengetahui masalah penyakitnya
9. Pola penanggulangan stres
Timbul ketika paseien tidak efektif dalam mengatasi masalah penyakit.
10. Pola hub. Interpersonal
Kondisi kesehatan mempengaruhi terhadap hubungan interpesonal dan peran serta mengalami tambahan dalam
menjalankan perannya selama sakit.
11. Pola tata nilai dan kepercayaan

56
Pasien akan menjadi cemas dan takut akan kematian, serta kebiasaan ibadahnya akan terganggu
a. Ajarkan pasien cara penggunaan obat anti diare secara tepat.
b. Distribusikan asupan cairan selama 24 jam.
c. Berikan terapi IV seperti yang ditentukan.
d. Berikan diuretik yang diresepkan.

1.3.11 Diagnosa Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan
1 Hipetermi b/d proses infeksi
2 Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b/d
output yang berlebihan dan intake yang kurang

57
1.3.12 Intervensi Keperawatan

No Diagnosa NOC NIC


Keperawatan
1 Hipertermi b/d Setelah dilakukan tindakan 1.Perawatan
proses infeksi keperawatan selama 3x24 Demam (3740)
jam diharapkan hidrasi a Pantau suhu dan
baik (membrane mukosa TTV lainnya
lembab) b beri obat/cairan
intravena misalnya
(antipiretik, agen
anti bakteri)
c tutup pasien
dengan selimut
atau pakian hangat
d fasilitas istirahat
e pastikan tanda
lain dari infeksi

2 Gangguan Setelah dilakukan tindakan A tentukan riwayat

58
keseimbangan keperawatan diharapkan B amati turgor
cairan dan keseimbangan elektrolit di kulit secara
elektrolit b/d tingkatkan dari skala 1 ke berkala
output yang skala C konsultasikan ke
berlebihan dan dokter
intake yang
kurang

59
C. PATOFLOWDIAGRAM
DEMAM TYPHOID

Etiologi

Faktor Presipitasi
Faktor predisposisi
- Food
Usia - Fingers
- Fomitus

Konsumsi makanan/ air yang - Fly


P: Kurangnya tercemar oleh salmonella thyphi
Kurangnya - Feces
Pengetahuan
informasi
Masuk ke saluran Pada lambung terjadi
pencernaan peningkatan HCL
Komplikasi :
Kuman menyebar kealiran
darah mencapai sel-sel Sebagian dimusnakan oleh
1. Peradangan usus
retikuloendothelial asam dilambung
60
2.Perforasi usus
Merangsang

nervusvagus
Bakterimia
Sebagian mencapai usus halus
Merangsang
(jaringan limfoid/plaque peyeri
Nekrosis pada lapisan Endotoksin hipotalamus
mukosa dan sub
mukosa usus
Peradangan / nekrosis Bakteri Mual dan muntah
primer di usus halus

Ulk Usus Merangsang pengeluaran zat Pembatasan aktifitas P: Ketidakseimbangan Nutrisi


pirogen dan leukosit pada Kurang Dari Kebutuhan Tubuh
jaringan yang meradang
Pelepasan
mediator kimia P: Intoleran aktivitas
Implus ke termoregulasi

P: Nyeri Akut
merupakan organ muskular yang
Reaksi kenaikan suhu
tubuh

berbentuk seperti kantong. Secara anatomis,


P: Hipertermia

61
lambung dapat dibagi menjadi beberapa
segmen, yaitu kardia yang membatasi
lambung dengan esofagus, fundus, korpus,
dan pilorus (Gambar 1.3). Makanan masuk
ke dalam lambung dengan membukanya
orisium kardia. Di dalam lambung, terjadi
proses digesti sik dan kimia yang akan
menghasilkan chyme atau kimus. Selain itu
lambung juga berfungsi untuk menyimpan
makanan sebelum dilepaskan sedikit demi
sedikit ke dalam usus halus.
62
Permukaan bagian dalam lambung dilapisi
oleh rugae. Lapisan mukosa terdiri atas
beberapa jenis sel (Gambar 1.3), yaitu:
1. Sel goblet, disebut juga dengan

mucous neck cell,


yang berfungsi untuk
mensekresi mukus. Mukus, bersama-
samasistem
pertahanan nonspesik lambung
(gastric
63
mucosal barrier)
yang berfungsi untuk
melindungi epitel lambung.
2. Sel parietal berfungsi untuk
memproduksi asam klorida (HCl). Asam
ini berfungsi untuk membunuh bakteri
dan denaturasi protein dan membuat
suasana lambung menjadi asam dengan
PH 1,5 sampai dengan 3.
3. Sel chief memproduksi pepsinogen
yang kemudian diaktifkan oleh HCl
64
menjadi pepsin. Pepsin berfungsi untuk
memecah protein. Selain itu, sel ini
juga memproduksi enzim lipase yang
berperan dalam proses h

65

Anda mungkin juga menyukai