Disusun oleh :
Maria Ulfa (NIM 11152022)
Mellyana Susanti (NIM 11152023)
Nurhidayati Syamsiyah (NIM 11152026)
KATA PENGANTAR
PUJI SYUKUR ke hadirat Allah SWT. Atas segala Rahmat dan Karunia-Nya sehingga, kami
semua masih diberikan kesempatan untuk menjalani segala bentuk proses pembelajaran dalam
kehidupan. Termasuk di dalamnya, yakni proses belajar.
Tak luput, rasa terima kasih pun kami haturkan kepada Pembimbing Mata Kuliah Ilmu
Keperawatan jiwa yakni Ibu Sri Supami atas bimbingan dan kesabarannya dalam menularkan
pengetahuannya kepada kami semua.
Lantas, makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Keperawatan Jiwa pada
program Strata Satu (S-1) keperawatan non regular STIKes Pertamedika. Kami meyakini, dapat
mengambil manfaat serta informasi yang tertulis dalam makalah ini. Ya, setidaknya, untuk
memperkaya wawasan keilmuan kami.
Boleh jadi, acap kita mendengar, Tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina, begitulah pepatah lama
mengatakan. Jelas punya arti, bahwa menuntut ilmu meski totalitas. Bahkan, jika memang
diperlukan belajarlah hingga ke negeri orang. Besar harapan kami, semoga semangat belajar ini
tak lekang oleh waktu dan senantiasa menjadi kekuatan bagi kami dalam meraih cita-cita.
Pun kami sadari, bahwa penyusunan makalah ini masih banyak memiliki kekurangan. Sehingga
saran dan kritik yang membangun, sangatlah berharga bagi kami untuk mencapai titik
kesempurnaan.
LAPORAN PENDAHULUAN
I. MASALAH UTAMA
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama
sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak,
tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain
(Purba, dkk. 2008).
Isolasi sosial adalah gangguan dalam berhubungan yang merupakan mekanisme individu terhadap
sesuatu yang mengancam dirinya dengan cara menghindari interaksi dengan orang lain dan
lingkungan (Dalami, dkk. 2009).
Isolasi soaial adalah pengalaman kesendirian seorang individu yang diterima sebagai perlakuan
dari orang lain serta sebagai kondisi yang negatif atau mengancam (Wilkinson, 2007).
Isolasi sosial adalah suatu keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan bahkan sama
sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya, pasien mungkin merasa ditolak,
tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dan tidak mampu
membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Budi Anna Kelliat, 2006 ). Menarik diri
merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan
dengan orang lain (Pawlin, 1993 dikutip Budi Kelliat, 2001). Faktor perkembangan dan sosial
budaya merupakan faktor predisposisi terjadinya perilaku isolasi sosial. (Budi Anna Kelliat, 2006).
II. PROSES TERJADINYA MASALAH
A. FAKTOR PREDISPOSISI
Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui individu dengan sukses,
karena apabila tugas perkembangan ini tidak dapat dipenuhi, akan menghambat masa
perkembangan selanjutnya. Keluarga adalah tempat pertama yang memberikan pengalaman
bagi individu dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Pola komunikasi dalam keluarga
sangat berpengaruh, keluarga yang hanya mengkomunikasikan hal-hal yang negative akan
mendorong anak mengembangkan harga diri rendah.
Faktor biologis seperti genetis dapat menjadi faktor penyebab dalam gangguan jiwa, insiden
tertinggi schizoprenia terjadi pada keluarga yang mempunyai riwayat schizofrenia. Sosial
budaya juga menentukan pembentukan hubungan dengan orang lain.
B. FAKTOR PRESIPITASI
Stresor presipitasi terjadinya isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh faktor eksternal, meliputi
stresor sosial budaya, stresor biologic dan lingkungan sosial, sedangkan stresor stresor internal
meliputi stresor psikologis dan stresor biokimia seperti teori dopamine, menurunnya MAO
(Mono Amino Oksidasi), faktor endokrin, dan viral hepotesis.
C. RENTANG RESPON
Rentang Respon Social
Respon Maladaptive
Respon Adaptive
Solitut
Kesepian
Manipulasi
Otonomi
Menarik diri
Impulsif
Kebersamaan
Ketergantungan
Narkisme
Saling Ketergantungan
D. MEKANISME KOPING
Mekanisme koping digunakan klien sebagai usaha mengatasi kecemasan yang merupakan
suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya. Kecemasan koping yang sering digunakan
adalah regresi, represi dan isolasi. Sedangkan contoh sumber koping yang dapat digunakan
misalnya keterlibatan dalam hubungan yang luas dalam keluarga dan teman, hubungan
dengan hewan peliharaan, menggunakan kreativitas untuk mengekspresikan stress
interpersonal seperti kesenian, musik, atau tulisan. (Stuart and sundeen,1998:349).
HALUSINASI
Isolasi
Sosial
V. RENCANA KEPERAWATAN
Terlampir
::iOSial
Ruang
: .
DX. Medis : .
Tujuan
K.llen aapat
berinterahi dengan
orang lain.
Tuk:
1. KJien dapat membina
hubiiDgan saling
perca')'ll
Kntena EvaluasJ
Pereacanaa
n Intervens1
Rasional
1 UM:
.
.
.
:t.fau berkemlan
U. Bina bubungan saling percaya dengan : Hnbungan saling percaya merupakan dasar yang
l.."Uat bagi klien dalam mengekspresikan
0 Beri salam setiap berinteraksi
0 Perkenalkan nama, nama panggilan perasaannya
dan iuj . <m perawat bedcenal.an
0 Tanyakan dan panggil nama
bemahabat
kesukaan klien
Agar kita ti.d.ak ragu kepada perawat.
0 Tunjuk!kan sikap jujm dan menepati
Menunjulhn babwa perav.<at ingin kenai
janji setiap kal.i interahi
dengan klien.
0 Tanyakan perasaan klien dan masalah
Agklien perc:!}a kepada perawat.
yang dihadapi klien
Penerimaan yang sesuai. dengan keadaan yang
0 Buat kontrak interaksi y-ang jel.as
sebenamya dapat mellingka!kan keyakinan
0 Dengad:an dengan penub perhatian
pada klien sel"la merasa adanya suatn
ekspre:ri perasa-an klien
pengaknan.
PerhOOa:n :y-ang cl!berikan dapaf meningkalkan
harga dir i!:lien.
Respon mengkrilik atau menyalabkan dapat
menimbulkan adanya sikap penolakan.
Member info tentang konlrak waktu.
1.1.Tanyakan pada k!ten tentang :
0 Orang yang tinggal serumahlternan
dekat degan OJang lain dan penyebab klien
tid!llk dekat dengan orang lain serta
sekamar klien
mekanisme kopmg yang akan klien
0 Orang yang paling dekat dengan
dalam menghadapi m'.!Salahnya itn.
klien cfuumahldiruang pera"<atan
0 Apa yang membu!l! klien del:at
dengan orang ternebut
0 Orang yang tidu dekat dengan klien
.
.
.
.
.
l. Kl!en at
l. etelah....
K mte!:aks1 kl!en
menye:bulkan minimal satu penye:bab
menarik diri dari :
0 Diri sendiri
0 Orang lain
0 lingkungan
nyebu!kan penyebab
menarik diri
J.
4.
hl!.en mampu
menyebud:an
J...--elllllungan
bedmbungan social
dan kerugian
menarik diri
Kilen e apat
melahanakan
hubiiDgan social
secara bertah11p
, '"""'g pecav.<atan
0 Apa yang membu!l! klien tidak dekat
dengan orang ternebut
0 Upaya yang swlab dilal:nkan agar
dekat dengan orang lain
2.2.Disl"11Sikan dengan klien penyebab
menarik diri alau tidak mau bergau
dengan orang lain
2.3.Beri pujian terhadap kemampuan !:lien
mengungkapkan pemsaannya
J .l. _!paaa l:llen tentang :
0 Mamaat hubtmgan social
0 Kerugian menarik diri
3.2. Dia.'USikan bersama klien tentang
manfaat berhU:bUllgan social darn
kemgian menarik diri
3.3. Beri pujian terhadap kemampuan klien
mengungkapkan perasaannya
berhubwgan sosial
4.2.Beri motivaiii dan bantn kli.en untuk
berkenalanlberkomunikia dengan :
0 Pecav.<at lain
0 Klienlain
0 Kelompok
4.3. Libalkan klien dengan Terapi Aktivitas
Kelompok So:rialisasi
4.4 _ Diskusikan jadwal harian y-ang dapat
dilakukan uniuk m.enin!!kalkan
kernampU!III klien bers;:rialisasi
4.5. Beri motivasi klien untuk melakukan
kegi!l!an sesuai dengan jadwal yang
te!ah dibuat
4.6. Beri pujian terhadap kernampuan klein
mempeduas pergaulannya melalui
.
.
.
:
:
:I
:
Proses Keperawatan
Kondisi Klien
Data Subyektif:
Klien mengatakan kesepian dan tidak punya teman, tidak mempunyai hubungan yang
berarti dengan orang lain. Klien merasa lebih enak sendiri.
Data Obyektif:
Klien tampak menyendiri, tidak ada kontak mata, tidak komunikatif, tampak sedih.
Diagnosa Keperawatan: Isolasi Sosial
Tujuan Khusus
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab isolasi sosial
3. Klien dapat berdiskusi tentang keuntungan beriteraksi dengan orang lain
4. Klien dapat menyebutkan tentang kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain
5. Klien dapat mengetahui cara berkenalan dengan satu orang
Tindakan Keperawatan
1. Bina hubungan saling percaya
2. Identifikasi penyebab isolasi sosial
3. Diskusikan dengan klien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain
4. Diskusikan dengan klien tentang kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain
5. Ajarkan klien cara berkenalan dengan satu orang
6. Anjurkan klien untuk memasukkan kegiatan latihan berbincang-bincang dengan orang lain ke
dalam jadwal kegiatan harian
2. Fase Kerja
3. Fase Terminasi
a.
Evaluasi Subyektif
Bagaimana perasaan ibu/bapak setelah berbincang-bincang dengan saya dan setelah
tahu cara berkenalan dengan orang lain?
b.
Evaluasi Obyektif
Coba ibu/bapak peragakan kembali cara berkenalan dengan orang lain.
c.
d.
Tempat:
:
:
No. RM :
EVALUASI
DS :
- Klien mengatakan selama di rumah/RSJ jarang
berinteraksi dengan orang lain
- Klien mengatakan tidak mengenal semua teman yang
ada di dalam kamar dan tidak mempunyai teman
akrab
DO :
- Klien tampak mampu memulai pembicaraan dengan
orang lain
- Klien masih tampak lebih sering menyendiri
Diagnosis Keperawatan :
Isolasi sosial
Tindakan Keperawatan :
SP I Pertemuan pertama
1. Membina hubungan saling percaya
2. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial
3. Mendiskusikan bersama klien tentang
keuntungan berinteraksi dengan orang lain
4. Mendiskusikan dengan klien tentang kerugian
tidak berinteraksi dengan orang lain
5. Mengajarkan klien cara berkenalan dengan satu
orang
6. Mengajarkan klien memasukkan kegiatan
latihan berbincang-bincang dengan orang lain
ke dalam jadwal latihan harian
S:
- Klien mengatakan senang berkenalan dengan perawat
- Klien mengatakan senang berbagi cerita dengan perawat
- Klien mengatakan selama di RSJ jarang berinteraksi dengan
orang lain
- Klien mengetahui keuntungan berinteraksi dengan orang lain
- Klien mengetahui kerugian jika tidak berinteraksi dengan orang
lain
- Klien mengatakan tidak mengenal semua teman yang ada di
kamarnya dan belum memiliki teman akrab
- Klien mengatakan senang bisa mengetahui cara berkenalan
dengan 1 orang
O:
- Selama berinteraksi, klien tampak kontak mata tapi belum fokus
- Klien tampak senang berkenalan dengan orang lain
- Klien tampak malu
- Klien tampak senang mengetahui cara berkenalan dengan 1 orang
A:
- Klien mampu membina hubungan saling percaya
- Klien mampu mengetahui cara berkenalan dengan 1 orang
P : Planing pasien
- Anjurkan klien untuk mencoba berkenalan dengan 1 orang
- Anjurkan klien mencoba untuk mempraktekan kembali cara
berkenalan dengan 1 orang
- Anjurkan klien untuk memasukkan cara yang sudah diajarkan
oleh perawat ke dalam jadwal harian
Tanda - Tangan/Paraf
(Nama Jelas/Lengkap)