Oleh:
R. Triona Afisma
G3A017031
Tinjauan Teori
Defenisi Kejang Demam
Bangkitan kejang yang dapat terjadi karena peningkatan suhu
tubuh akibat proses extrakranium, lamanya kurang dari 15 menit
dapat bersifat umum dan dapat terjadi 16 jam setelah timbulnya
demam (Hidayat, 2008)
Etiologi
1. Demam itu sendiri
2. Efek produk toksik dari mikroorganisme
3. Keadaan imun yang abnormal karena infeksi
4. Perubahan keseimbangan cairan elektrolit
5. Radang otak akibat virus
6. Gabungan semua faktor di atas
Tanda dan Gejala
1. Suhu tubuh mencapai 390C
2. Kepala anak seperti terlempar ke atas, mata mendelik,
tungkai dan lengan mulai kaku, bagian tubuh anak menjadi
terguncang
3. Kulit pucat dan mungkin menjadi biru
Pemeriksaan penunjang
1. EEG : Menetapkan jenis dan fokus kejang
2. CT-Scan : Mendeteksi kerapatan Jaringan
3. MRI : Memperlihatkan daerah2 otak yg tidak jelas
terlihat bila menggunakan CT-Scan
4. PET : Menetapkan Lokasi Lesi, perubahan metabolik
atau cairan darah dalam otak
5. Uji Lab : Fungsi lumbal, darah lengkap, panel elektrolit,
skrining toksik, serum urine, GDA, Kadar kalsium
darah, Kadar natrium darah, kadar magnesium
darah
Pathway
Etiologi
Reaksi inflamasi
Proses Demam /
Suhu naik
Merubah keseimbangan
membran sel neuron
DO :
• S = 38,80C
• N = 120 x/menit
• RR = 24 x/menit
• Kulit kemerahan
• Klien gelisah
• S typhi O = 1/80
• S typhi H = 1/80
Data Problem Etiologi
DS : Resiko kejang berulang Hipertermi
Ibu klien mengatakan
bahwa anaknya kejang 1X
dengan durasi kurang
lebih 5 menit pada
tanggal 13 desember
2017 pagi
DO :
• S = 38,80C
• N = 120 x/menit
• RR = 24 x/menit
• Riwayat kejang
III. Prioritas Diagnosa
1. Hipertermi b/d proses penyakit (infeksi salmonela
typhi)
2. Resiko kejang berulang b/d hipertermi
IV. Perencanaan
1. Hipertermi b/d proses penyakit
Waktu NOC NIC
13/12/17 Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor suhu dan TTV
(15:00) keperawatan selama 3x24 2. Anjurkan konsumsi banyak
jam diharapkan masalah cairan
hipertermi teratasi dengan 3. Anjurkan penggunaan pakaian
kriteria hasil: tipis dan longgar
1. Suhu tubuh dalam 4. Berikan kompres hangat
batasan normal 5. Kolaborasi pemberian obat
2. Kulit tidak kemerahan penurun panas
3. Akral tidak hangat
4. Nadi dan RR dalam
batasan normal
2. Resiko kejang berulang b/d hipertermi
Waktu NOC NIC
13/12/17 Setelah dilakukan tindakan 1. Jaga suhu tetap dalam batasan
(15:15) keperawatan selama 3x24 normal
jam diharapkan masalah 2. Monitor suhu sesering
Resiko kejang berulang mungkin
teratasi dengan kriteria 3. Anjurkan penggunaan pakaian
hasil: tipis dan longgar
1. Suhu tubuh dalam 4. Anjurkan konsumsi banyak
batasan normal cairan
2. Tidak terjadi kejang 5. Berikan kompres hangat
6. Kolaborasi pemberian obat
penurun panas
V. Implementasi
1. Hipertermi b/d proses penyakit
Waktu Implementasi Respon
13/12/17 Memonitor suhu dan TTV S:
(15:30) O:
• S = 38,80C
• N = 120 x/menit
• RR = 24 x/menit
13/12/17 Menganjurkan konsumsi S :
(15:45) banyak cairan Ibu klien mengatakan pasien
mulai mengkonsumsi banyak
cairan
O:
Klien mengkonsumsi banyak
cairan
13/12/17 Menganjurkan memakai S :
(15:50) pakaian yang tipis dan Ibu klien mengatakan akan
longgar memakaikan klien pakaian yg tipis
dan longgar
O:
Klien menggunakan pakaian yg
tipis dan longgar
13/12/17 Memberikan Kompres S :
(16:00) hangat O:
Pasien diberikan kompres hangat
13/12/17 Memberikan obat penurun S :
(16:30) panas O:
Pasien diberikan paracetamol
2. Resiko kejang berulang b/d hipertermi
Waktu Implementasi Respon
13/12/17 Menjaga suhu tubuh klien S :
(16:45) agar tetap dalam batasan O :
normal • Suhu tubuh klien dipantau dan
diberikan intervensi untuk
menurunkan panas
13/12/17 Menganjurkan konsumsi S :
(16:50) banyak cairan Ibu klien mengatakan pasien
mulai mengkonsumsi banyak
cairan
O:
Klien mengkonsumsi banyak
cairan
13/12/17 Menganjurkan memakai S :
(17:00) pakaian yang tipis dan Ibu klien mengatakan akan
longgar memakaikan klien pakaian yg tipis
dan longgar
O:
Klien menggunakan pakaian yg
tipis dan longgar
13/12/17 Memberikan Kompres S :
(17:10) hangat O:
Pasien diberikan kompres hangat
13/12/17 Memberikan obat penurun S :
(17:20) panas O:
Pasien diberikan paracetamol
VI. Evaluasi
Diagnosa kep. Waktu Evaluasi
Hipertermi b/d 13/12/17 S:
proses penyakit (20:00) Ibu klien mengatakan panas tubuh pasien
(infeksi terasa berkurang
salmonela typhi) O:
• S = 37,30C
• N = 102 x/menit
• RR = 22x/menit
• Akral tidak hangat
A:
Masalah hipertermi teratasi sebagian
P:
Lanjutkan Intervensi
Diagnosa kep. Waktu Evaluasi
Resiko kejang 13/12/17 S:
berulang b/d (20:00) Ibu klien mengatakan klien tidak
hipertermi mengalami kejang
O:
• S = 37,30C
• Tidak ada kejang
A:
Masalah resiko kejang teratasi sebagian
P:
Lanjutkan Intervensi
Aplikasi EBN
Identifikasi Klien
1. Nama : An. A
2. Tgl lahir : 20 Desember 2015
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Nama orang tua : Ny. M dan Tn. R
5. Tgl Penkajian : 13 Desember 2017
6. Pemberi info : Ny. M
Data Fokus
DS :
Ibu klien mengatakan bahwa badan klien panas
DO :
• S = 38,80C
• N = 120 x/menit
• RR = 24 x/menit
• Kulit kemerahan
• Klien gelisah
• S typhi O = 1/80
• S typhi H = 1/80
Diagnosa Keperawatan
Hipertermi b/d proses penyakit
b. Kekurangan
efek tepid sponge selain menurunkan suhu tubuh,
juga menyebabkan vasokontriksi pada awal prosedur.
Vasokontriksi ini menyebabkan anak merasa kedinginan
bahkan sampai menggigil dan juga ketidaknyamanan secara
umum
c. Hambatan
Hambatan aplikasi EBN ini yaitu awalnya keluarga
belum mengizinkan karena pada saat akan dilakukan tepid
sponge klien sedang tidur. Kemudian klien sudah bangun,
baru dilakukan intervensi. Walaupun anak sedikit rewel,
namun intervensi tetap terlaksana sesua prosedur
Penutup
A. Kesimpulan
1. Pasien dengan hipertermi yg diberikan kompres tepid
sponge hangat selama 20 menit sesuai prosedur dapat
memberrikan pengaruh terhadap penurunan suhu
2. Kompres tepid sponge hangat menurunkan suhu tubuh
lewat panas tubuh yg digunakan untuk menguapkan air
pada kain kompres. Karena air hangat membantu darah tepi
dikulit melebar, sehingga pori-pori terbuka yang selanjutnya
memudahkan pengeluaran panas dari dalam tubuh.
Penutup
B. Saran
1. Bagi tenaga kesehatan kompres tepid sponge hangat bisa
dijadikan salah satu intervensi non-farmakologis untuk
mengatasi hipertermi
2. Bagi masyarakat umum aplikasi EBN ini bisa diterapkan
dirumah untuk mengatasi demam pada anak, karena
pelaksanaan yg murah, mudah dan efektif
Thanks
Oleh:
R. Triona Afisma
G3A017031