C
dengan Gangguan Perubahan Persepsi Sensori
Halusinasi Pendengaran
Disusun Oleh :
KELOMPOK IV
1.
2.
3.
4.
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan karunia
yang diberikan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah ini. Makalah ini
merupakan salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa II.
Keberhasilan makalah ini tidak lain juga disertai referensi-referensi serta bantuan dari
pihak-pihak yang bersangkutan. Makalah ini juga masih memiliki kekurangan dan kesalahan,
baik dalam penyampaian materi atau dalam penyusunan makalah ini. Penyusunan makalah ini
juga dimaksudkan untuk menambah wawasan mahasiswa mengenai materi ini. Juga menjadikan
pedoman untuk melakukan tindakan dalam asuhan keperawatan yang berhubungan dengan
Keperawatan Jiwa II.
Sehingga kritik dan saran yang membangun sangat saya harapkan demi kesempurnaan
makalah ini. Akhirnya kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan bagian yang integral dari kesehatan. Kesehatan jiwa
bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, akan tetapi merupakan suatu hal yang di
butuhkan oleh semua orang. Kesehatan jiwa adalah perasaan sehat dan bahagia serta
mampu mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagai mana adanya.
Serta mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain. (Menkes, 2005)
Menurut Sekretaris Jendral Dapertemen Kesehatan (Sekjen Depkes), H. Syafii
Ahmad, kesehatan jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global bagi setiap
negara termasuk Indonesia. Proses globalisasi dan pesatnya kemajuan teknologi
informasi memberikan dampak terhadap nilai-nilai sosial dan budaya pada masyarakat.
Di sisi lain, tidak semua orang mempunyai kemampuan yang sama untuk menyusuaikan
dengan berbagai perubahan, serta mengelola konflik dan stres tersebut. ( Diktorat Bina
Pelayanan Keperawatan dan Pelayanan Medik Dapertemen Kesehatan, 2007)
Setiap saat dapat terjadi 450 juta orang diseluruh dunia terkena dampak
permasalahan jiwa, syaraf maupun perilaku dan jumlahnya terus meningkat.
Pada study terbaru WHO di 14 negara menunjukkan bahwa pada negara-negara
berkembang, sekitar 76-85% kasus gangguan jiwa parah tidak dapat pengobatan apapun
pada tahun utama(Hardian, 2008). Masalah kesehatan jiwa merupakan masalah kesehatan
masyarakat yang demikian tinggi dibandingkan dengan masalah kesehatan lain yang ada
dimasyarakat.
Dari 150 juta populasi orang dewasa Indonesia, berdasarkan data Departemen
Kesehatan (Depkes), ada 1,74 juta orang mengalami gangguan mental emosional.
Sedangkan 4 % dari jumlah tersebut terlambat berobat dan tidak tertangani akibat
kurangnya layanan untuk penyakit kejiwaan ini. Krisis ekonomi dunia yang semakin
berat mendorong jumlah penderita gangguan jiwa di dunia, dan Indonesia khususnya kian
meningkat, diperkirakan sekitar 50 juta atau 25% dari juta penduduk Indonesia
mengalami gangguan jiwa (Nurdwiyanti, 2008).
Berdasarkan data dari medical record BPRS dari makasar provinsi sulawesi
selatan menunjukan pasien halusinasi yang dirawat pada tiga tahun terakhir sebagai
berikut: pada tahun 2006 jumlah pasien 8710 dengan halusinasi sebanyak 4340 orang
(52%), tahun 2007 jumlah pasien 9245 dengan halusinasi sebanyak 4430 orang (49%),
tahun 2008 ( januari-maret) jumlah pasien 2294 dengan halusinasi sebanyak 1162 orang.
Agar perilaku kekerasan tidak terjadi pada klien halusinasi maka sangat di butuh kan
asuhan keperawatan yang berkesinambungan.
Akibat semakin kompleksnya persoalan hidup yang muncul di tengah masyarakat,
menyebabkan jumlah penderita gangguan jiwa di Riau tiap tahunnya terus bertambah.
Selama tahun 2007 ini saja di Riau telah menerima sebanyak 8.870 pasien gangguan
jiwa.
Berdasarkan dari hasil anamnesa pada bulan november 2010 pada ruangan nuri
yang mana jumlah pasien halusinasi sekitar 32 orang (71,11%) dari 45 pasien yang ada
diruangan, di merpati 33 pasien halusinasi (75%) dari 44 pasien, di mawar ada 9 pasien
halusinasi (45%) dari 20 pasien, di hangtuah ada 2 pasien halusinasi (28,57%) dari 7
pasien, di melati ada 22 pasien halusinasi (64,70%) dari 34 pasien.
Berdasarkan hal diatas, kami kelompok tertarik untuk mencari serta membahas
halusinasi dalam seminar kelompok yang sebagai salah satu syarat tugas untuk
menyelesaikan praktek klinik di RSJ Tampan Pekanbaru.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran nyata tentang asuhan keperawatn jiwa pada klien
dengan perubahan persepsi sensori : halusinasi pendengaran di ruang Nuri RSJ Tampan
Pekanbaru.
2. Tujuan khusus
a. Melakukan pengkajian pada klien dengan perubahan persepsi sensori: halusinasi
pendengaran
b. Membuat diagnosa keperawatan pada klien perubahan persepsi sensori :
halusinasi
c. Melakukan
intervensi
keperawatan
kepada
klien
perubahan
persepsi
sensori:halusinasi pendengaran
d. Melakukan tiundakan keperawatan pada klien perubahan persepsi sensori :
halusinasi pendengaran
e. Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan pada klien perubahan persepsi sensori:
halusinasi pendengaran
intervensi
keperawatan
kepada
klien
perubahan
persepsi
sensori:halusinasi pendengaran ?
d. Bagaimana tindakan keperawatan pada klien perubahan persepsi sensori :
halusinasi pendengaran ?
e. Bagaimana evaluasi hasil tindakan keperawatan pada klien perubahan persepsi
sensori: halusinasi pendengaran ?
f. Bagaimana pendokumentasian asuhan keperawatan pada klien dengan perubahan
persepsi sensori : halusinasi pendengaran ?
g. Bagaimana membandingkan kesenjangan antara teori dengan kenyataan yang
penulis dapatkan ?
D. Metode Pengambilan Data
Dalam penyusunan makalah ini, kelompok menggunakan metode deskriptif,
dimana kelompok hanya memaparkan data yang sesungguhnya pada kasus. Untuk
menggali data, teknik yang digunakan berbagai macam di antara nya adalah :
a. Wawancara : penulis mengadakan wawancara pada klien di ruang nuri
b. Observasi : kelompok melakukan pengumpulan data yang dilakukan dengan
pengamatan secara langsung pada prilaku klien
c. Studi kepustakaan : kelompok mempelajari sumber-sumber pemeriksaan fisik
yang dilakukan secara bertahap
d. Data sekunder : kelompok mengambil data dari status klien, catatan keperawatan
untuk dianalisa sebagai data yang medukung masalah klien.
BAB II
TINJAUAN TEORI
1.Laporan Pendahuluan ISOLASI SOSIAL
DEFINISI
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Pasien
mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan
2007).
Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang
lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam ( Twondsend, 1998 ). Atau suatu
keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan bahkan sama sekali tidak
mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya, pasien mungkin merasa ditolak, tidak
diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dan tidak mampu
membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Budi Anna Kelliat, 2006 ). Menarik
diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari
hubungan dengan orang lain ( Pawlin, 1993 dikutip Budi Kelliat, 2001). Faktor
perkembangan dan sosial budaya merupakan faktor predisposisi terjadinya perilaku
isolasi sosial. (Budi Anna Kelliat)
ETIOLOGI
A. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah:
a. Faktor Perkembangan
Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui individu dengan
sukses, karena apabila tugas perkembangan ini tidak dapat dipenuhi, akan
menghambat masa perkembangan selanjutnya. Keluarga adalah tempat pertama yang
memberikan pengalaman bagi individu dalam menjalin hubungan dengan orang lain.
Kurangnya stimulasi, kasih sayang, perhatian dan kehangatan dari ibu/pengasuh pada
bayi bayi akan memberikan rasa tidak aman yang dapat menghambat terbentuknya
rasa percaya diri. Rasa ketidakpercayaan tersebut dapat mengembangkan tingkah laku
curiga pada orang lain maupun lingkungan di kemudian hari. Komunikasi yang
hangat sangat penting dalam masa ini, agar anak tidak mersaa diperlakukan sebagai
objek.
Menurut Purba, dkk. (2008) tahap-tahap perkembangan individu dalam berhubungan
terdiri dari:
1) Masa Bayi
Bayi sepenuhnya tergantung pada orang lain untuk memenuhi kebutuhan biologis
maupun psikologisnya. Konsistensi hubungan antara ibu dan anak, akan
menghasilkan rasa aman dan rasa percaya yang mendasar. Hal ini sangat penting
karena akan mempengaruhi hubungannya dengan lingkungan di kemudian hari. Bayi
yang mengalami hambatan dalam mengembangkan rasa percaya pada masa ini akan
mengalami kesulitan untuk berhubungan dengan orang lain pada masa berikutnya.
2) Masa Kanak-kanak
Anak mulai mengembangkan dirinya sebagai individu yang mandiri, mulai mengenal
lingkungannya lebih luas, anak mulai membina hubungan dengan teman-temannya.
Konflik terjadi apabila tingkah lakunya dibatasi atau terlalu dikontrol, hal ini dapat
membuat anak frustasi. Kasih sayang yang tulus, aturan yang konsisten dan adanya
komunikasi terbuka dalam keluarga dapat menstimulus anak tumbuh menjadi
individu yang interdependen, Orang tua harus dapat memberikan pengarahan
terhadap tingkah laku yang diadopsi dari dirinya, maupun sistem nilai yang harus
diterapkan pada anak, karena pada saat ini anak mulai masuk sekolah dimana ia harus
belajar cara berhubungan, berkompetensi dan berkompromi dengan orang lain.
3) Masa Praremaja dan Remaja
Pada praremaja individu mengembangkan hubungan yang intim dengan teman
sejenis, yang mana hubungan ini akan mempengaruhi individu untuk mengenal dan
mempelajari perbedaan nilai-nilai yang ada di masyarakat. Selanjutnya hubungan
intim dengan teman sejenis akan berkembang menjadi hubungan intim dengan lawan
jenis. Pada masa ini hubungan individu dengan kelompok maupun teman lebih berarti
daripada hubungannya dengan orang tua. Konflik akan terjadi apabila remaja tidak
dapat
mempertahankan
keseimbangan
hubungan
tersebut,
yang
seringkali
hubungan
interdependen antara teman sebaya maupun orang tua. Kematangan ditandai dengan
kemampuan mengekspresikan perasaan pada orang lain dan menerima perasaan orang
lain serta peka terhadap kebutuhan orang lain. Individu siap untuk membentuk suatu
kehidupan baru dengan menikah dan mempunyai pekerjaan. Karakteristik hubungan
interpersonal pada dewasa muda adalah saling memberi dan menerima (mutuality).
5) Masa Dewasa Tengah
Individu mulai terpisah dengan anak-anaknya, ketergantungan anak-anak terhadap
dirinya menurun. Kesempatan ini dapat digunakan individu untuk mengembangkan
aktivitas baru yang dapat meningkatkan pertumbuhan diri. Kebahagiaan akan dapat
diperoleh dengan tetap mempertahankan hubungan yang interdependen antara orang
tua dengan anak.
6) Masa Dewasa Akhir
Individu akan mengalami berbagai kehilangan baik kehilangan keadaan fisik,
kehilangan orang tua, pasangan hidup, teman, maupun pekerjaan atau peran. Dengan
adanya kehilangan tersebut ketergantungan pada orang lain akan meningkat, namun
kemandirian yang masih dimiliki harus dapat dipertahankan.
b. Faktor Komunikasi Dalam Keluarga
Masalah komunikasi dalam keluarga dapat menjadi kontribusi untuk mengembangkan
gangguan tingkah laku.
1) Sikap bermusuhan/hostilitas
2) Sikap mengancam, merendahkan dan menjelek-jelekkan anak
3) Selalu mengkritik, menyalahkan, anak tidak diberi kesempatan untuk
mengungkapkan pendapatnya.
4) Kurang kehangatan, kurang memperhatikan ketertarikan pada pembicaananak,
hubungan yang kaku antara anggota keluarga, kurang tegur sapa, komunikasi kurang
terbuka, terutama dalam pemecahan masalah tidak diselesaikan secara terbuka dengan
musyawarah.
5) Ekspresi emosi yang tinggi
6) Double bind (dua pesan yang bertentangan disampaikan saat bersamaan yang
membuat bingung dan kecemasannya meningkat).
c. Faktor Sosial Budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan merupakan faktor pendukung
terjadinya gangguan berhubungan. Dapat juga disebabkan oleh karena norma-norma
yang salah yang dianut oleh satu keluarga.seperti anggota tidak produktif diasingkan
dari lingkungan sosial.
d. Faktor Biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa. Insiden tertinggi
skizofrenia ditemukan pada keluarga yang anggota keluarga yang menderita
skizofrenia. Berdasarkan hasil penelitian pada kembar monozigot apabila salah
diantaranya menderita skizofrenia adalah 58%, sedangkan bagi kembar dizigot
persentasenya 8%. Kelainan pada struktur otak seperti atropi, pembesaran ventrikel,
penurunan berat dan volume otak serta perubahan struktur limbik, diduga dapat
menyebabkan skizofrenia.
B. Faktor Presipitasi
Stresor presipitasi terjadinya isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh faktor internal
maupun eksternal, meliputi:
1. Stressor Sosial Budaya
Stresor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam berhubungan, terjadinya
penurunan stabilitas keluarga seperti perceraian, berpisah dengan orang yang dicintai,
kehilangan pasangan pada usia tua, kesepian karena ditinggal jauh, dirawat dirumah
sakit atau dipenjara. Semua ini dapat menimbulkan isolasi sosial.
2. Stressor Biokimia
a) Teori dopamine: Kelebihan dopamin pada mesokortikal dan mesolimbik serta
tractus saraf dapat merupakan indikasi terjadinya skizofrenia.
b) Menurunnya MAO (Mono Amino Oksidasi) didalam darah akan meningkatkan
dopamin dalam otak. Karena salah satu kegiatan MAO adalah sebagai enzim yang
menurunkan dopamin, maka menurunnya MAO juga dapat merupakan indikasi
terjadinya skizofrenia.
c) Faktor endokrin: Jumlah FSH dan LH yang rendah ditemukan pada pasien
skizofrenia. Demikian pula prolaktin mengalami penurunan karena dihambat oleh
dopamin. Hypertiroidisme, adanya peningkatan maupun penurunan hormon
adrenocortical seringkali dikaitkan dengan tingkah laku psikotik.
d) Viral hipotesis: Beberapa jenis virus dapat menyebabkan gejala-gejala psikotik
diantaranya adalah virus HIV yang dapat merubah stuktur sel-sel otak.
3. Stressor Biologik dan Lingkungan Sosial
terbatasnya
kemampuan
individu
untuk
mengatasi
masalah
akan
Saling ketergantungan antar individu dengan orang lain dalam membina hubungan
interpersonal.
2. Respon Maladaptif
Respon Maladaptif adalah respon yang menyimpang dari norma sosial dan kehidupan
disuatu tempat.Berikut ini adalah perilaku yang termasuk respon maladaptif :
a) Menarik diri
Seseorang yang mengalami kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka
dengan orang lain.
b) Ketergantungan
Seseorang gagal mengembangkan rasa percaya diri sehingga tergantung
dengan orang lain.
c) Manipulasi
Seseorang yang menganggu orang lain sebagai objek individu sehingga tidak
dapat dapat membina hubungan sosial secara mendalam
d) Curiga
Seseorang gagal mengembangkan rasa percaya terhadap orang lain.
E. Mekanisme koping
1) Perilaku curiga : regresi, proyeksi, represiPerilaku curiga : regresi, proye
2) Perilaku dependen : regresiPerilaku dependen : regresi
3) Perilaku manipulatif : regresi, represiPerilaku manipulatif : regresi, represi
4) Isolasi/ menarik diri : regresi, represi, isolasi
POHON MASALAH
Isolasi Sosial
Harga Diri rendah Kronis
Perubahan Persepsi sensori : Halusinasi
Defisit Perawatan Diri
Koping Individu Tidak Efektif
Koping Keluarga Tidak efektif
Intoleransi aktifitas
Defisit perawatan diri
Resti mencedarai diri,orang lain dan lingkungan.
Masalah Keperawatan
Keperawatan
Isolasi Sosial
1. Data Subjektif
Klien mengatakan mulai bergaul dengan orang
lain.
Klien mengatakn dirinya tidak ingin ditemani
kebersihan diri
Tidak ada atau kurang komunikasi verbal
Mengisolasi diri
Asupan makanan dan minuman terganggu
Retensi urine dan feses
Aktivitas menurun
Kurang berenergi atau bertenaga
Rendah diri
gangguan
fungsional,
organik
atau
histerik.Halusinasi
merupakan
Isolasi Sosial.
3. Tujuan
Umum
Khusus
:
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
2. Klien dapat menyebutkan penyebab isolasi sosial.
3. Klien mampu menyebutkan keuntungan dan kerugian hubungan
dengan orang lain.
4. Klien dapat melaksanakan hubungan social secara bertahap.
5. Klien mendapat dukungan keluarga dalam memperluas hubungan
sosial.
6. Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik.
4.Tindakan Keperawatan.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
B. Proses Pelaksanaan
1. Fase Orentasi.
a. Salam Terapeutik.
Assalamualaikum..!!! selamat pagi bu perkenalkan nama saya N. Saya
mahasiswa praktek dari STIKes PERTAMEDIKA yang akan dinas di ruangan
CEMPAKA ini selama 2 minggu. Hari ini saya dinas pagi dari jam 07:00 pagi
sampai jam 14:00 siang. Saya akan merawat ibu selama di rumah sakit ini. Nama
ibu siapa? Senangnya ibu di panggil apa?
b.
Evaluasi / Validasi.
Bagaimana perasaan Bu hari ini? O.. jadi Bu merasa bosan dan tidak berguna.
c.
Kontrak.
Topik :
Baiklah Bu, bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang perasaan Bu dan
kemampuan yang Bu miliki? Apakah bersedia? Tujuananya Agar ibu dengan saya
dapat saling mengenal sekaligus ibu dapat mengetahui keuntungan berinteraksi
2.
dengan orang lain dan kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain
Waktu :
Berapa lama Bu mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit?
Tempat :
Ibu mau berbincang-bincang dimana? Bagai mana kalau di taman?
Fase kerja.
Dengan siapa ibu tinggal serumah? Siapa yang paling dekat dengan ibu?
apa yang menyebabkan ibu dekat dengan orang tersebut? Siapa anggota keluarga
dan teman ibu yang tidak dekat dengan ibu? apa yang membuat ibu tidak dekat
dengan orang lain? Apa saja kegiatan yang biasa ibu lakukan saat bersama
keluarga? Bagaimana dengan teman-teman yang lain? Apakah ada pengalaman
yang tidak menyenangkan ketika bergaul dengan orang lain?
Apa yang
Ya bagus sekali ibu!! coba sekali lagi ibu..!!! bagus sekali ibu!! setelah
berkenalan dengan ibu orang tersebut ibu bisa melanjutkan percakapan tentang
hal-hal yang menyenangkan ibu bicara. Misalnya tentang cuaca, tentang hobi,
tentang keluarga, pekerjaan dan sebagainya, nah bagaimana kalau sekarang kita
latihan bercakap-cakap dengan teman ibu. (dampingi pasien bercakap-cakap).
3. Fase Terminasi.
a. Evaluasi subjektif dan objektif :
Bagaimana perasaan ibu setelah kita latihan berkenalan? Nah sekarang coba
ulangi dan peragakan kembali cara berkenalan dengan orang lain!
b. Rencana tindakan lanjut
Baiklah ibu, dalam satu hari mau berapa kali ibu latihan bercakap-cakap
dengan teman? Dua kali ya ibu? baiklah jam berapa ibu akan latihan? Ini ada
jadwal kegiatan, kita isi pasa jam 11:00 dan 15:00 kegiatan ibu adalah bercakapcakap dengan teman sekamar. Jika ibu melakukanya secara mandiri makan ibu
menuliskan M, jika ibu melakukannya dibantu atau diingatkan oleh keluarga atau
teman maka ibu buat ibu, Jika ibu tidak melakukanya maka ibu tulis T. apakah ibu
mengerti? Coba ibu ulangi? Naah bagus ibu.
c.
Topik :
Baik lah ibu bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang tentang
pengalaman ibu bercakap-cakap dengan teman-teman baru dan latihan
B. Proses Pelaksanaan
1.
Fase Orentasi.
a. Salam Terapeutik.
Assalamualaikum W, Selamat pagi ibu, Masih ingat dengan saya?
b. Evaluasi/ Validasi :
Bagaimana dengan perasaan ibu hari ini? Apakah masih ada perasaan kesepian,
bagaimana semangatnya untuk bercakap-cakap dengan teman? Apakah ibu sudah
mulai berkenalan dengan orang lain? Bagai mana perasaan ibu setelah mulai
berkenalan?
c.
Kontrak :
Topik :Baiklah sesuai dengan janji kita kemarin hari ini kita akan latihan bagai
mana berkenalan dan bercakap-cakap dengan 2 orang lain agar ibu semakin
2.
menit?
Tempat :ibu mau berbincang-bincang dimana? Bagai mana kalau di taman?
Fase Kerja.
Baiklah hari ini saya datang bersama dua orang ibu perawat yang juga
dinas di ruangan melati ini, ibu bisa memulai berkenalan.. apakah ibu masih ingat
bagaimana cara berkenalan? (beri pujian jika pasien masih ingat, jika pasien lupa,
bantu pasien mengingat kembali cara berkenalan) nah silahkan ibu mulai
(fasilitasi perkenalan antara pasien dengan perawat lain) wah bagus sekali ibu,
selain nama,alamat, hobby apakah ada yang ingin ibu ketahui tetang perawat C
dan D? (bantu pasien mengembangkkan topik pembicaraan) wah bagus sekali,
Nah ibu apa kegiatan yang biasa ibu lakukan pada jam ini? Bagai mana kalau kita
menemani teman ibu yang sedang menyiapkan makan siang di ruang makan
sambil menolong teman ibu bisa bercakap-cakap dengan teman yang lain. Mari
bu.. (dampingi pasien ke ruang makan) apa yang ingin ibu bincangkan dengan
teman ibu. ooh tentang cara menyusun piring diatas meja silahkan ibu( jika pasien
diam dapat dibantu oleh perawat) coba ibu tanyakan bagaimana cara menyusun
piring di atas meja kepada teman ibu? apakah harus rapi atau tidak? Silahkan bu,
apalagi yang ingin bu bincangkan.. silahkan.
Oke sekarang piringnya sudah rapi, bagai mana kalau ibu dengan teman
ibu melakukan menyusun gelas diatas meja bersama silahkan bercakap-cakap
ibu.
3. Fase Terminasi.
a. Evaluasi subjektif dan objektif :
Bagaimana perasaan ibu setelah kita berkenalan dengan perawat B dan C dan
bercakap-cakap dengan teman ibu saat menyiapkan makan siang di ruang makan?
Coba ibu sebutkan kembali bagaimana caranya berkenalan?
b. RTL
Bagaimana kalau
Topik :
Baik lah ibu bagaimana kalau besok saya kan mendampingi ibu berkenalan
dengan 4 orang lain dan latihan bercakap-cakap saat melakukan kegiatan harian
A.
WR,WB.
Tempat :
Ibu maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di ruang tamu?
STRATEGI PELAKSANAAN 3 (SP 3) ISOLASI SOSIAL
Proses Keperawatan.
1. Kondisi Klien.
Data subjektif :
1. Klien mengatakan masih malu berinteraksi dengan orang lain.
2. Klien mengatakan masih sedikit malas ber interaksi dengan orang lain.
Data objektif :
1. Klien tampak sudah mau keluar kamar.
2. Klien belum bisa melakukan aktivitas di ruangan.
2.
Diagnosa Keperawatan.
Isolasi Sosial.
3.
Tujuan.
1. Klien mempu berkenalan dengan dua orang atau lebih.
2. Klien dapat memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.
4.
Tindakan Keperawatan.
1. mengevaluasi jadwal kegitan harian pasien.
2. memberikan kesempatan pada klien berkenalan.
3. menganjurkan pasien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.
B. Proses Pelaksanaan
1. Fase Orentasi.
a. Salam Terapeutik.
Assalamualaikum bu, Selamat pagi bu, masih ingat dengan saya?
b. Evaluasi/ Validasi :
Bagaimana dengan perasaan ibu hari ini? Apakah masih ada perasaan kesepian?
Apakah ibu sudah bersemangat bercakap-cakap dengan otrang lain? Apa kegiatan
yang dilakukan sambil bercakap-cakap? Bagaimana dengan jadwal berkenalan
dan bercakap-cakap, apakah sudah dilakukan? Bagus ibu.
c.
Kontrak :
Topik :Baiklah sesuai dengan janji kita kemarin hari ini saya akan mendampingi
bu berkenalan atau bercakap-cakap dengan tukang masak, serta bercakap-cakap
dengan teman sekamar saat melakukan kegiatan harian. Apakah ibu bersedia?
Waktu :Berapa lama ibu mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit?
Tempat :Ibu mau berbincang-bincang dimana? Bagai mana kalau di ruang tamu?
2. Fase Kerja.
Baiklah ibu, bagaimana jika kita menuju ruang dapur, disana para juru
masak sedang memasak dan jurumasak disana berjumlah lima orang disana.
Bagaimana jika kita berangkat sekarang? Apakah ibu sudah siap bergabubg
dengan banyak orang? Nah ibu sesampainya disana ibu langsung bersalaman dan
memperkenalakan diri seperti yang sudah kita pelajari, ibu bersikap biasa saja
dan yakin bahwa orang-orang disana senang dengan kedatangan ibu. baik lah bu
kita berangkat sekarang ya bu.
(selanjutnya perawat mendampingi pasien di kegiatan kelompok, sampai dengan
kembali keruma).
Nah bu, sekarang kita latihan bercakap-cakap dengan teman saat
melakukan kegiatan harian, kegiatan apa yang ingin bu lakukan? Ooh merapikan
kamar baiklah dengan siapa ibu ingin didampingi? Dengan Nn. E? baiklah bu.
kegiatannya merapikan tempat tidur dan menyapu kamar tidur ya bu( perawat
mengaja pasien E untuk menemani pasien merapikan tempat tidur dan menyapu
kamar, kemudian memotivasi pasien dan teman sekamar bercakap-cakap.
3. Fase Terminasi.
a. Evaluasi subjektif dan objektif :
Bagaimana perasaan ibu setelah kita berkenalan dengan juru masak di dapur ?
kalau setelah merapikan kamar bagaimana ibu? apa pengalaman ibu yang
menyenangkan berada dalam kelompok? Adakah manfaatnya kita bergabung
dengan orang banyak?
b. RTL :
Baiklah ibu selanjutnya ibu bisa menambah orang yang ibu kenal. Atau ibu bisa
ikut kegiatan menolong membawakan nasi untuk dimakan oleh teman-teman ibu.
jadwal bercakap-cakap setiap pagi saat merapikan tempat tidur kita cantumkan
dalam jadwal ya ibu. setiap jam berapa ibu akan berlatih? Baiklah pada pagi jam
08:00 dan sore jam 16:00.
c.
Topik :
Baik lah ibu bagaimana kalau besok saya kan mendampingi ibu dalam melakukan
berbincang-bincang saat menjemput pakaian ke laundry. apakah ibu bersedia?
Waktu :
Ibu mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 11:00
Tempat :
Ibu maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di ruang tamu? ?
Baiklah B besok saya akan kesini jam 11:00 sampai jumpa besok B. saya permisi
Assalamualaikum WR,WB.
Diagnosa Keperawatan.
Isolasi Sosial.
3.
Tujuan.
1. Klien mempu berkenalan dengan dua orang atau lebih.
2. Klien dapat memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.
4.
Tindakan Keperawatan.
1. mengevaluasi jadwal kegitan harian pasien.
2. memberikan kesempatan pada klien berkenalan.
3. menganjurkan pasien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.
B. Proses Pelaksanaan
1. Fase Orentasi.
a. Salam Terapeutik.
Assalamualaikum bu, Selamat pagi bu. Apakah ibu masih kenal dengan saya?
b. Evaluasi/ Validasi :
Bagaimana dengan perasaan ibu hari ini? masih ada perasaan kesepia, rasa enggan
berbicara dengan orang lain? Bagaimana dengan kegiatan hariannya sudah dilakukan?
dilakukan sambil bercakap-cakap kan ibu? sudah berapa orang baru yang ibu kenal?
Dengan teman kamar yang lain bagaimana? Apakah sudah bercakap-cakap juga?
Bagaiman perasaan ibu setelah melakukan semua kegiatan? Waah ibu memang luar biasa.
c. Kontrak :
Topik :
Baiklah sesuai dengan janji kita kemarin hari ini saya akan mendampingi ibu
dalam menjemput pakaian ke laundry atau latihan berbicara saat melakukan
2. Fase Kerja.
Baiklak, apakah bu sudah mempunyai daftar baju yang akan di ambil? (sebaiknya
sudah disipakan oleh perawat) baiklah ibu mari kita berangkat ke ruangan
laundry.
(komunikasi saat di ruangan laundry).
Nah ibu caranya yang pertama adalah ibu ucapkan salam untuk ibu siti, setelah itu
ibu bertanya kepada ibu Siti apakah pakaian untuk ruangan melati sudah ada? Jika
ada pertanyaan dari ibu siti ibu jawab ya.. setelah selesai, minta ibu siti
menghitung total pakaian dan kemudian ibu ucapkan terimakasih pada Ibu siti..
Nah sekarang coba ibu mulai ( perawat mendampingi pasien)
3. Fase Terminasi.
a. subjektif dan objektif :
Bagaimana perasaan ibu setelah bercakap-cakap saat menjemput pakaian ke
ruangan laundry? Apakah pengalaman yang menyenangkan bu?
b. RTL :
Baiklah bu, selanjutnya ibu bisa terus menambah orang yang ibu kenal dan
melakukan kegiatan menjemput pakaian ke ruangan laundry.
c. Kontrak yang akan datang :
Topik :
Baik lah bu bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang lagi tentang
kebersihan diri. apakah ibu bersedia?
Waktu :
Ibu mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 11:00
Tempat :
Ibu maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di ruang tamu?
Baiklah bu besok saya akan kesini jam 11:00 sampai jumpa besok bu. saya
permisi Assalamualaikum WR,WB.
ETIOLOGI
A. Faktor Predisposisi
1. Faktor Psikologis
Psiconalytical Theory : teori ini mendukung bahwa perilaku agresif merupakan akibat
dari instructual drives. Freud berpendapat bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh dua
insting, pertama insting hidup yang diekspresikan dengan seksualitas, dan kedua insting
kematian yang diekspresikan dengan agresifitas.
2. Faktor Sosial Budaya
Ini mengemukakan bahwa agresif tidak berbeda dengan respon-respon yang lain. Agresif
dapat dipelajari melalui observasi atau imitasi, dan semakin sering mendapatkan
penguatan maka semakin besar kemungkinan untuk terjadi. Jadi seseorang akan berespon
terhadap keterbangkitan emosionalnya secara agresif sesuai dengan respon yang
dipelajarinya. Kultur dapat pula mempengaruhi perilaku kekerasan, adanya norma dapat
membantu mendefinisikan ekspresi agresif mana yang diterima atau tidak dapat diterima
sehingga dapat membantu individu untuk mengekspresikan marah dengan cara yang
asertif.
3. Faktor biologis
Ada beberapa penelitian membuktikan bahwa dorongan agresif mempunyai dasar
biologis, penelitian neurobiologis mendapatkan bahwa adanya pemberian stimulus
elektris ringan pada hipotalamus (yang berada ditengah sistem limbik).
B. Faktor presipitasi
Secara umum seseorang akan berespon dengan marah apabila merasa dirinya terancam.
Ancaman tersebut dapat berupa injury secara psikis, atau lebih dikenal dengan adanya
ancaman terhadap konsep diri seseorang, ketika sesorang merasa terancam, mungkin dia
tidak menyadari sama sekali apa yang menjadi sumber kemarahannya. Ancaman dapat
berupa internal ataupun eksternal, contoh stressor eksternal : serangan secara psikis,
kehilangan hubungan yang dianggap bermakna dan adanya kritikan dari orang lain,
sedangkan contoh dari stressor internal : merasa gagal dalam bekerja, merasa kehilangan
seseoranga yang dicintai, dan ketakutan terhadap penyakit yang diderita. Bila dilihat dari
sudut pandang perawat-klien, maka faktor yang mencetuskan terjadinya perilaku
kekerasan terbagi tiga yaitu :
1. Klien
:
- Kelemahan fisik
- Keputusasaan
- Ketidakberdayaan
- Percaya diri kurang
2. Interaksi
:
- Kritikan, penghinaan
- Kekerasan orang lain
- Kehilangan orang yang dicintai
3. Lingkungan :
C. Rentang respon
Respon Adaptif
Asertif
Frustasi
Pasif
Agresif
Kekerasan
A. Pohon Masalah
Risiko perilaku kekerasan
Perilaku Kekerasan
core problem
2.
Data Obyektif :
1.
2.
3.
4.
sedang
3. Tujuan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
b.
Tindakan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
marah secara:
a. verbal
b. terhadap orang lain
c. terhadap diri sendiri
d. terhadap lingkungan
10. Diskusikan bersama pasien akibat perilakunya
11. Diskusikan bersama pasien cara mengontrol perilaku kekerasan secara:
a.
b.
c.
d.
B. Strategi komunikasi
SP 1 Pasien : Membina hubungan saling percaya, identifikasi penyebab perasaan marah,
tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan, akibatnya serta cara
mengontrol secara fisik I
ORIENTASI:
Selamat pagi pak, perkenalkan nama saya nurhakim yudhi wibowo, panggil
saya yudi, saya perawat yang dinas di ruangan 9 ini, Nama bapak siapa,
senangnya dipanggil apa?
Bagaimana perasaan bapak saat ini?, Masih ada perasaan kesal atau marah?
Baiklah kita akan berbincang-bincang sekarang tentang perasaan marah bapak
Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 10 menit?
Dimana enaknya kita duduk untuk berbincang-bincang, pak? Bagaimana kalau di
ruang tamu?
KERJA:
Apa yang menyebabkan bapak marah?, Apakah sebelumnya bapak pernah
marah? Terus, penyebabnya apa? Samakah dengan yang sekarang?. O..iya,
apakah ada penyebab lain yang membuat bapak marah
Pada saat penyebab marah itu ada, seperti bapak stress karena pekerjaan atau
masalah uang(misalnya ini penyebab marah pasien), apa yang bapak rasakan?
(tunggu respons pasien)
Apakah bapak merasakan kesal kemudian dada bapak berdebar-debar, mata
melotot, rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal?
Setelah itu apa yang bapak lakukan? O..iya, jadi bapak marah-marah,
membanting pintu dan memecahkan barang-barang, apakah dengan cara ini stress
bapak hilang? Iya, tentu tidak. Apa kerugian cara yang bapak lakukan? Betul, istri
jadi takut barang-barang pecah. Menurut bapak adakah cara lain yang lebih baik?
Maukah bapak belajar cara mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa
menimbulkan kerugian?
Ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan, pak. Salah satunya adalahlah
dengan cara fisik. Jadi melalui kegiatan fisik disalurkan rasa marah.
Ada beberapa cara, bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu?
Begini pak, kalau tanda-tanda marah tadi sudah bapak rasakan maka bapak
berdiri, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan/tiupu perlahan
lahan melalui mulut seperti mengeluarkan kemarahan. Ayo coba lagi, tarik dari
hidung, bagus.., tahan, dan tiup melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali. Bagus sekali,
bapak sudah bisa melakukannya. Bagaimana perasaannya?
Nah, sebaiknya latihan ini bapak lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktuwaktu rasa marah itu muncul bapak sudah terbiasa melakukannya
TERMINASI
Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang tentang kemarahan
bapak?
Iya jadi ada 2 penyebab bapak marah ........ (sebutkan) dan yang bapak
rasakan ........ (sebutkan) dan yang bapak lakukan ....... (sebutkan) serta
akibatnya ......... (sebutkan)
Coba selama saya tidak ada, ingat-ingat lagi penyebab marah bapak yang lalu,
apa yang bapak lakukan kalau marah yang belum kita bahas dan jangan lupa
latihan napas dalamnya ya pak. Sekarang kita buat jadual latihannya ya pak,
berapa kali sehari bapak mau latihan napas dalam?, jam berapa saja pak?
Baik, bagaimana kalau 2 jam lagi saya datang dan kita latihan cara yang lain
untuk mencegah/mengontrol marah. Tempatnya disini saja ya pak, Selamat pagi
tersebut dengan memukul kasur dan bantal. Nah, coba bapak lakukan, pukul kasur dan
bantal. Ya, bagus sekali bapak melakukannya.
Kekesalan lampiaskan ke kasur atau bantal.
Nah cara inipun dapat dilakukan secara rutin jika ada perasaan marah. Kemudian jangan
lupa merapikan tempat tidurnya.
TERMINASI
Bagaimana perasaan bapak setelah latihan cara menyalurkan marah tadi?
Ada berapa cara yang sudah kita latih, coba bapak sebutkan lagi?Bagus!
Mari kita masukkan kedalam jadual kegiatan sehari-hari bapak. Pukul kasur bantal mau
jam berapa? Bagaimana kalau setiap bangun tidur? Baik, jadi jam 05.00 pagi. dan jam
jam 15.00 sore. Lalu kalau ada keinginan marah sewaktu-waktu gunakan kedua cara tadi
ya pak. Sekarang kita buat jadwalnya ya pak, mau berapa kali sehari bapak latihan
memukul kasur dan bantal serta tarik nafas dalam ini?
Besok pagi kita ketemu lagi kita akan latihan cara mengontrol marah dengan belajar
bicara yang baik. Mau jam berapa pak? Baik, jam 10 pagi ya. Sampai jumpa&istirahat y
pak
KERJA
Sekarang kita latihan cara bicara yang baik untuk mencegah marah. Kalau marah sudah
dusalurkan melalui tarik nafas dalam atau pukul kasur dan bantal, dan sudah lega, maka
kita perlu bicara dengan orang yang membuat kita marah. Ada tiga caranya pak:
Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta tidak
menggunakan kata-kata kasar. Kemarin Bapak bilang penyebab marahnya larena
minta uang sama isteri tidak diberi. Coba Bapat minta uang dengan baik:Bu,
saya perlu uang untuk membeli rokok. Nanti bisa dicoba di sini untuk meminta
baju, minta obat dan lain-lain. Coba bapak praktekkan. Bagus pak.
Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan bapak tidak ingin
melakukannya, katakan: Maaf saya tidak bisa melakukannya karena sedang ada
TERMINASI
Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara mengontrol marah
dengan bicara yang baik?
Coba bapak sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita pelajari
Bagus sekal, sekarang mari kita masukkan dalam jadual. Berapa kali sehari bapak mau
latihan bicara yang baik?, bisa kita buat jadwalnya?
Coba masukkan dalam jadual latihan sehari-hari, misalnya meminta obat, uang, dll.
Bagus nanti dicoba ya Pak!
Bagaimana kalau dua jam lagi kita ketemu lagi?
Nanti kita akan membicarakan cara lain untuk mengatasi rasa marah bapak yaitu dengan
cara ibadah, bapak setuju? Mau di mana Pak? Di sini lagi? Baik sampai nanti ya
Nah, kalau bapak sedang marah coba bapak langsung duduk dan tarik napas dalam. Jika
tidak reda juga marahnya rebahkan badan agar rileks. Jika tidak reda juga, ambil air
wudhu kemudian sholat.
Bapak bisa melakukan sholat secara teratur untuk meredakan kemarahan.
Coba Bpk sebutkan sholat 5 waktu? Bagus. Mau coba yang mana?Coba sebutkan
caranya (untuk yang muslim).
TERMINASI
Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara yang ketiga ini?
Jadi sudah berapa cara mengontrol marah yang kita pelajari? Bagus.
Mari kita masukkan kegiatan ibadah pada jadual kegiatan bapak. Mau berapa kali bapak
sholat. Baik kita masukkan sholat ....... dan ........ (sesuai kesepakatan pasien)
Coba bapak sebutkan lagi cara ibadah yang dapat bapak lakukan bila bapak merasa
marah
Setelah ini coba bapak lakukan jadual sholat sesuai jadual yang telah kita buat tadi
Besok kita ketemu lagi ya pak, nanti kita bicarakan cara keempat mengontrol rasa
marah, yaitu dengan patuh minum obat.. Mau jam berapa pak? Seperti sekarang saja, jam
10 ya?
Nanti kita akan membicarakan cara penggunaan obat yang benar untuk mengontrol rasa
marah bapak, setuju pak?
Obatnya ada tiga macam pak, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya agar
pikiran tenang, yang putih ini namanya THP agar rileks, dan yang merah jambu ini
namanya HLP agar pikiran teratur dan rasa marah berkurang. Semuanya ini harus bapak
minum 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 sian g, dan jam 7 malam.
Bila nanti setelah minum obat mulut bapak terasa kering,
untuk membantu
Definisi
Halusinasi adalah pengalaman sensorik tanpa rangsangan eksternal terjadi pada
keadaan kesadaran penuh yang menggambarkan hilangnya kemampuan menilai realitas.
(Sunaryo, 2004)
Halusinasi adalah persepsi sensori yang salah atau pengalaman persepsi yang
tidak sesuai dengan kenyataan (Sheila L Vidheak, 2001 : 298).
Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu
yang sebenarnya tidak terjadi, suatu pencerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari
luar (Maramis, 1998).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa halusinasi adalah gangguan persepsi tanpa ada
rangsangan dari luar ekternal.
Tanda dan Gejala:
1. Bicara, senyum, tertawa sendiri
2. Mengatakan mendengarkan suara, melihat, mengecap, menghirup (mencium) dan
merasa suatu yang tidak nyata.
3. Merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungannya
4. Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan tidak nyata
II.
Menurut Stuart dan Laraia (2001), halusinasi merupakan salah satu respon
maladaptif individu yang berada dalam rentang respon neurobiologi.
1. Pikiran logis: yaitu ide yang berjalan secara logis dan koheren.
2. Persepsi akurat: yaitu proses diterimanya rangsang melalui panca indra yang
didahului oleh perhatian (attention) sehingga individu sadar tentang sesuatu yang
ada di dalam maupun di luar dirinya.
3. Emosi konsisten: yaitu manifestasi perasaan yang konsisten atau afek keluar
disertai banyak komponen fisiologik dan biasanya berlangsung tidak lama.
4. Perilaku sesuai: perilaku individu berupa tindakan nyata dalam penyelesaian
masalah masih dapat diterima oleh norma-norma social dan budaya umum yang
berlaku.
5. Hubungan social harmonis: yaitu hubungan yang dinamis menyangkut hubungan
antar individu dan individu, individu dan kelompok dalam bentuk kerjasama.
6. Proses pikir kadang terganggu (ilusi): yaitu menifestasi dari persepsi impuls
eksternal melalui alat panca indra yang memproduksi gambaran sensorik pada
area tertentu di otak kemudian diinterpretasi sesuai dengan kejadian yang telah
dialami sebelumnya.
7. Emosi berlebihan atau kurang: yaitu menifestasi perasaan atau afek keluar
berlebihan atau kurang.
8. Perilaku tidak sesuai atau biasa: yaitu perilaku individu berupa tindakan nyata
dalam penyelesaian masalahnya tidak diterima oleh norma norma social atau
budaya umum yang berlaku.
9. Perilaku aneh atau tidak biasa: perilaku individu berupa tindakan nyata dalam
menyelesaikan masalahnya tidak diterima oleh norma-norma sosial atau budaya
umum yang berlaku.
10. Menarik diri: yaitu percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain,
menghindari hubungan dengan orang lain.
11. Isolasi sosial: menghindari dan dihindari oleh lingkungan sosial dalam
berinteraksi.
F. MEKANISME KOPING
1. Regresi: menjadi malas beraktifitas sehari-hari.
2. Proyeksi: menjelaskan prubahan suatu persepsi dengan berusaha untuk
mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain.
3. Menarik diri: sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus internal.
(Stuart, 2007).
Isolasi Sosial
Data Objektif :
sedang
Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit, memukul diri
sendiri/orang lain.
Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
Merusak dan melempar barangbarang.
nyata
Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata
Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus
Klien merasa makan sesuatu
Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya
Klien takut pada suara/bunyi/gambar yang dilihat dan didengar
Klien ingin memukul/melempar barang-barang
Data Objektif :
Salam Terapeutik
Assalamualaikum Mas, Saya perawat yang akan merawat mas. Perkenalkan nama saya
N, biasa di panggil Totok, saya dari STIKes PERTAMEDIKA. Nama mas siapa? Kalau
boleh tahu nama lengkapnya siapa? Senang dipanggil apa?
b.
Evaluasi Validasi
Bagaimana perasaan mas hari ini? Ada keluhan yang mas rasakan hari ini?
c.
Kontrak
Topik: Baiklah, saya dengar mas sering mendengar suara-suara yang tak tampak
wujudnya, benar begitu? bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara
tersebut.
Waktu : Berapa lama?? Bagaimana kalau 20 menit. Baiklah Mas, bagaimana kalau
sekarang kita berbincang-bincang mengenai jenis halusinasi,respon terhadap
halusinasi, dan kita akan belajar menghardik halusinasi, dan kita masukkan ke dalam
2.
Fase Kerja
Apakah mas Adi mendengar suara tanpa ada wujudnya? Apa yang dikatakan suara
tersebut? Apakah terus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan yang paling sering mas Adi
dengar? Berapa kali sehari? Biasanya pada keadaan apa suara itu muncul? Mas Adi, saya
punya beberapa cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama, dengan
menghardik suara tersebut. Kedua, dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Ketiga,
melakukan aktivitas yang sudah terjadwal, dan yang keempat dengan minum obat yang
teratur. Iya.. Bagaimana kalau kita belajar cara yang pertama dulu, yaitu dengan
menghardik. Mau tidak mas?? Caranya begini : saat suara itu muncul, langsung Mas Adi
bilang ,Saya tidak mau dengar. Pergi..!! Kamu suara palsu. Begitu di ulang-ulang terus
sampai suara itu tidak terdengar lagi. Mengerti mas? Coba mas Adi peragakan. Nah
begitu, bagus. Coba lagi. Ya bagus, Mas Adi sudah bisa.
3.
Fase Terminasi
a. Evaluasi subyektif
Bagaimana perasaan mas Adi setelah latihan tadi??
b. Evaluasi obyektif
Kalau suara itu muncul lagi, coba latihan yang tadi di terapkan. Coba Mas jelaskan jenis
halusinasi, isi halusinasi, waktu berhalusinasi, frekwensi, situasi yang menimbulkan
halusinasi, respond an cara menghardik halusinasi, Apakah Mas masih ingat??
4.
5.
Kontrak
Topik : Baikalah Mas nanti kita akan bercakap-cakap lagi, kita akan diskusikan dan
Topik : seperti janji saya kemarin, hari ini kita akan berdiskusi tentang bagaimana cara
mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang laindan kita masuk
2. Fase Kerja
Sekarang mas kita akan belajar cara kedua untuk mencegah halusinasi yang lain dengan
cara bercakap-cakap dengan orang lain jadi kalau mas mulai mendengar suara-suara
langsung saja cari teman untuk ngobrol dengan mas. Contohnya begini bapak : tolong
saya mulai mendengar suara-suaraayo ngobrol dengan saya! Atau kalau ada orang di
rumah misalnya anak bapak katakan : nak, ayo ngobrol dengan bapak, coba bapak
lakukan seperti saya tadi lakukan . Ya begitu bagus! Nah, sekarang kita masukan ke
dalam jadwal harian mas ya?
3.
Fase terminasi
a. Evaluasi Subyektif : Bagaimana perasaan mas setelah latihan ini?.
b. Evaluasi obyektif : Jadi sudah ada berapa cara yang mas pelajari untuk mencegah suarasuara itu?,ya bagus sekali.
4.
5.
Kontrak
Topik : Baiklah mas besok saya akan dating lagi kita akan bahas cara mengendalikan
Keperawatan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
B. Strategi Komunikasi
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
Assalamuallaikum mas.
b. Evaluasi / Validasi
Bagaimana perasaan mbak hari ini? Apakah suara-suara itu masih muncul? Apakah sudah
dipakai 2 cara yang telah kita latih? Bagaimana hasilnya?
c. Kontrak
Topik
: Sesuai janji saya kemarin, hari ini kita akan berdiskusi tentang cara
kegiatan harian.
Waktu : mau berapa lama kita berbincang-bincang? Apa 15 menit cukup?
Tempat : Tempatnya mau dimana mbak? Baiklah disini saja.
Tujuan : agar bapak dapat mengontrol halusinasi dengan cara melakukan kegiatan.
2. Fase Kerja
Kegiatan apa saja yang masih mbak bias lakukan? Pagi-pagi apa kegiatan mbak? Terus
jam berikutnya apa kegiatan mbak? Banyak sekali kegiatan bapak setiap harinya. Mari
kita latih 2 kegiatan hari ini. Bagus sekali mbak bisa melakukannya. Kegiatan ini dapat
mbak lakukan untuk mencegah suara-suara tersebut muncul. Kegiatan yang lain akan kita
latih agar dari pagi sampai sore mbak ada kegiatan. Mbak, bagaimana kalau kegiatan
yang tadi kita latih dimasukkan kedalam jadwal kegiatan harian mbak?
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
Bagaimana perasaan mbak setelah kita latihan tadi?
b. Evaluasi Obyektif
Coba mbak sebutkan kembali 3 cara yang telah saya latih apabila halusinasi itu datang?
Ya bagus sekali.
4. Rencana Tindak Lanjut
Nanti mas lakukan latihan secara mandiri sesuai jadwal yang kita buat agar suara-suara
itu tidak muncul lagi.
5. Kontrak
Topik : Baiklah mas besok saya akan datang kembali untuk membahas cara mengontrol
1. Kodisi Klien
DS : Klien mengatakan dengan bercakap-cakap halusinasinya tidak dating dan klien
mengatakan senang bercakap-cakap dengan perawat.
DO : Dengan melakukan kegiatan bercakap-cakap dengan teman / perawat, klien tidak
melamun lagi.
2. Diagnosa keperawatan
Gangguan sensori persepsi : halusinasi pendengaran
3. Tujuan
a.
b.
Tujuan Khusus:
1.
2.
3.
4.
5.
4. Tindakan Keperawatan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
B. Strategi Komunikasi
1.
Fase Orientasi
a.
Salam Teraupeutik
Asalammualaikum mas? Sesuai dengan janji saya kemarin,saya dating lagi ketempat
ini.
b.
Evaluasi / Validasi
Bagaimana perasaan mas hari ini?Apa mas masih ingat 3 cara yang sudah suster latih
kemarin, cara untuk mengusir suara-suara? Apakah ketiga cara tersebut sudah
dimasukkan ke dalam jadual kegiatan harian mbak?
c.
Kontrak
Topik : Sesuai janji suster kemarin,hari ini kita akan mendiskusikan tentang obat-obatan
yangmbak minum dan kita akan memasukkan ke dalam jadual kegiatan harian mbak.
Wasktu : Mau berapa lama kita bercakap-cakap? Ya baiklah disini saja.
Tujuan : Dari diskusi ini agar bapak minum obat dengan prinsip 5 benar /agar mbak
mematuhi cara minum obat.
2.
Fase Kerja
Mas adakah perbedaan setelah minum obat secara teratur? Apakah suara-suaranya masih
terdengar atau sudah hilang? Begini mbak, obat ini berguna untuk mengurangi atau
menghilangkan suara-suara yang selama ini mbak dengar. Berapa macam yang mbak
minum?? (perawat menyiapkan obat pasien). Ini yang berwarna orange (CPZ) diminum 3
kali sehari ya, jam 7 pagi, jam 1 siang dan 7 malam yaa gunanya untuk menghilangkan
suara-suara yang mbak dengar. (Pasien mengangguk-ngangguk). Ini yang putih (THP)
diminum 3 kali sehari juga, gunanya agar mbak rileks dan tidak kaku. Kalau yang merah
jambu ini (HP) 3 kali sehari juga sama minumnya dengan yang putih dan orange,
gunanya yang merah jambu ini untuk menenangkan pikiran mbak biar tenang. Kalau
suaranya sudah hilang, minum obatnya tidak boleh dihentikan yaa, harus diminum
sampai benar-benar habis, biar suara-suaranya tidak muncul lagi. Kalau obatnya habis
bisa minta ke dokter lagi. Bisa juga dikonsultasikan kalau berhenti minum obat, apa
akibatnya pada mbak. Begitu yaa.. Pastikan juga kalau obat yang diminum benar punya
mbak, jangan samapi keliru dengan orang lain. Mas juga harus banyak minum air yaa..
3.
Fase Terminasi
a.
tadi
b.
Evaluasi Objektif
Sudah berapa cara yang kita latih untuk mencegah suara-suara? Coba mbak sebutkan
kembali?
4.
5.
Kontrak
Topik : Baiklah mas pertemuan kita cukup sampai disini,besuk saya dating lagi untuk
memastikan bapak masih dengar suara-suara atau tidak kita akan berdiskusi tentang
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, perasaan, kepercayaan dan endirian yang
diketahui individu dalam
individu memandang dirinya secara utuh baik fisi, emosi, intektual, social dan spiritual.
Komponen konsep diri:
1. Citra diri(body image) adalah sikap individu terhadap tubuhnya baik disadari
atau tidak disadari meliputi persepsi masa lalu atau sekarang mengenai ukuran
dan bentuk, fungsi, penampilan dan potensi tubuh
2. Ideal diri(self ideal) adalah prsepsi individu tentang bagaimana ia seharusnya
bertingkah laku berdasarkan standart pribadi
3. Harga diri(self esteem) adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai
dengan menganalisis berapa banyak kesesuaian tingkah laku dengan ideal
dirinya.
4. Peran diri(self roll)adalah serangkaian pola sikap perilaku, nilai dan tujuan
yang diharapkan oleh masyarakat dihubungkan dengan fungsi
individu
Dari pendapat di atas disimpulkan harga diri rendah merupakan suatu perasaan
negative terhadap diri sendiri, hilangnya kepercayaan diri dan gagal mencapai tujuan
yang diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung, penurunan harga diri ini
bersifat situasional maupun kronis atau menahun.
A.
Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi menurut Stuart & Sundeen (2002) dapat berasal dari sumber internal dan
eksternal yaitu :
1. Trauma
mengalaminya
sebagai frustasi
Ada tiga jenis transisi peran, yaitu :
a. Transisi peran perkembangan
Adalah perubahan normative yang berkaitan dengan pertumbuhan. Perubahan ini
termasuk tahap perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga dan norma-norma
budaya, nilai-nilai serta tekanan untuk menyesuaikan diri.
b. Transisi peran situasi
Terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota keluarga melalui kelahiran atau
kematian.
c. Transisi peran sehat-sakit
Terjadi akibat pergeseran dari keadaan sehat kekeadaan sakit, transisi ini dicetuskan
oleh :
1) Kehilangan anggota tubuh
2) Perubahan ukuran, bentuk, penampilan atau fungsi tubuh
3) Perubahan fisik yang berhubungan dengan tumbuh kembang
4) Prosedur medis dan keperawatan.
C.
Rentang Respon
Respon Adaptif
Respon
Mal Adaptif
Aktualisasi Diri
Konsep Diri
Positif
D.
HDR
Kekacauan
Depersonalisasi
Identitas
Mekanisme koping
1. Jangka Pendek: Musik keras, Pemakaian obat, Nonton tv terus menerus, kerja
keras.
2. Jangka panjang: Menutupi identitas, terlalu cepat mengadopsi identitas yang
disenangi tanpa megindahkan hasrat, apresiasi terhadap diri sendiri. Identitas diri
negatif, asumsi yang bertentangan dengan nilai dan harapan masyarakat.
yang bertentangan dengan nilai dan harapan masyarakat.
3. Mekanisme pertahanan ego: fantasi, disosiasi, isolasi, proyeksi.
II.
A. Pohon Masalah
Isolasi sosisal
asumsi
HDR
Isolasi Sosial
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Intoleransi aktifitas
h.
i.
IV.
Diagnosa Keperawatan
Gangguan Harga Diri Rendah
PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
1. Mengkritik diri sendiri.
2. Perasaan tidak mampu
3. Pandangan hidup yang pesimis
4. Penurunan produktifitas
5. Penolakan terhadap kemampuan diri
6. terlihat dari kurang memperhatikan perawatan diri
7. Berpakaian tidak rapih.
8. Selera makan kurang
9. tidak berani menatap lawan bicara.
10. Lebih banyak menunduk.
2. Diagnosa Keperawatan : Harga Diri Rendah
3. Tujuan : Pasien mampu :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
4. Tindakan Keperawatan
1. Membina hubungan saling percaya dengan cara :
a.
b.
c.
d.
e.
terapi
f. Tunjukkan sikap empati terhadap klien
g. Penuhi kebutuhan dasar pasien bila memungkinkan
Fase Orientasi
Salam Terapeutik :
Assalamualaikum bu, perkenalkan nama saya N senang dipanggil N, saya mahasiswa
keperawatan dari STIKes PERTAMEDIKA, saya akan merawat ibu dari jam 8 pagi
sampai jam 2 siang nanti. Nama ibu siapa?, senang dipanggil apa?.
Evaluasi/ Validasi :
Bagaimana perasaan ibu pada pagi hari ini?, oo jadi ibu merasa tidak berguna kalau
dirumah?
Kontrak :
Topik :Baik lah bagaimana kalau kita membicarakan tentang perasaan ibu dan
kemampuan yang ibu miliki? Setelah itu kita akan nilai kegiatan mana yang masih dapat
ibu dilakukan. Setelah kita nilai, kita akan pilih beberapa kegiatan untuk kita
latih . Waktu :
Mau berapa lama kita berbicang-bincang bu? bagaimana kalau 30 menit?
Tempat :Dimana ibu mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau disini saja.
2.
Fase Kerja
Sebelumnya saya ingin menanyakan tentang penilaian ibu terhadap diri ibu, tadi ibu
mengatakan merasa tidak berguna kalau dirumah. Apa yang menyebabkan ibu merasa
demikian?
Jadi ibu merasa telah gagal memenuhi keinginan orang tua ibu, apakah ada hal lain yang
tidak menyenangkan yang ibu rasakan?
Bagaimana hubungan ibu dengan keluarga dan teman-teman setelah setelah ibu
merasakan hidup ibu yang tidak berarti dan tidak berguna?, oo jadi ibu menjadi malu dan
malam, ada lagi bu?. Tadi ibu mengatakan gagal dalam memenuhi keingina orang tua.
Sebenarnya apa saja harapan dan cita-cita ibu?. Yang mana saja harapan ibu yang sudah
tercapai?. Bagaimana usaha ibu untuk mencapai harapan yang belum terpenuhi?
Agar dapat mencapai harapan-harapan ibu, mari kita sama-sama menilai
kemampuan yang ibu miliki untuk dilatih dan dikembangkan. Coba ibu sebutkan
kemampuan apa saja yang ibu pernah miliki?, bagus apalagi bu? Kegiatan rumah tangga
yang bisa ibu lakukan? Bagus, apalagi bu?
Wah bagus sekali ada 5 kemampuan dan kegiatan yang ibu miliki. Nah sekarang
dari lima kemampuan yang ibu miliki mana yang masih dapat dilakukan dirumah sakit?
Coba kita lihat yang pertama bisa bu? Yang kedua bu? ( sampai yang kegiatan yang
kelima). Bagus sekali, ternyata ada empat kegiatan yang masih dapat ibu lakukan
dirumah sakit.
Nah dari keempat kegiatan yang telah dipilih untuk dikerjakan dirumah sakit,
mana yang dilatih hari ini?. Baik mari kita latihan merapikan tempat tidur, tujuannya agar
ibu dapat meningkatkan kemampuan merapikan tempat tidur dan merasakan manfaatnya.
Dimana kamar ibu?
Nah kalau kita akan merapikan tempat tidur, kita pindahkan dulu bantal dan
selimutnya, kemudian kita angkat seprainya dan kasurnya kita balik. Nah sekaramg kita
pasang lagi seprainya. Kita mulai dari arah atas ya bu. Kemudian bagian kakinya, tarik
dan masukan, lalu bagian pinggir dimasukan, sekarang ambil bantal, rapikan dan letakkan
dibagian atas kepala. Mari kita lipat selimut. Nah letakkan dibagian bawah. Bagus .
Menurut ibu bagaiman perbedaan tempat tidur setelah dibersihakan dibandingkan tadi
sebelum dibersihakan?
3.
Fase Terminasi
1. Eavaluasi subjektif :Bagaimana perasaan ibu setelah kita latiahn merapikan tempat tidur?
2. Evaluasi objektif :Nah coba ibu sebutkan lagi langkah-langkah merapikan tempat tidur?
Bagus.
3. Rencana Tindak Lanjut
Sekarang mari kita masukan dalam jadwal harian ibu, mau berapa kali ibu
melakukannya? Bagus 2 kalipagi-pagi setelah bangun tidur dan jam 4 setelah istiraht
siang. Jika ibu melakukannya tanpa diingatkan perawta ibu beri tanda M, tapi kalau ibu
merapikan tempat tidur dibantu atau diingatkan perawat ibu beri tanda B, tapi kalau ibu
tidak melakukannya ibu buat T.
4. Kontrak
Topik :Baik, besok saya akan kembali lagi untuk melatih kemampuan ibu yang kedua.
Waktu :Ibu mau jam berapa? Baik jam 10 pagi ya.
Tempat :Tempatnya dimana ibu? bagaimana kalau disini saja, jadi besok kita ketemu lagi
disini jam 10 ya w. Assalamualaikum ibu.
Fase orientasi
1. Salam terapeutik
Assalamualaikum ibu. Apakah ibu masih ingat dengan saya? Sesuai janji saya kemarin
saya datang lagi.
2. Evaluasi / validasi :
Bagaimana perasaan ibu pagi ini? Bagaimana dengan perasaan negatif yang ibu rasakan?
Bagus sekali berarti perasaan tidak berguna yang ibu rasakan sudah berkurang.
Bagaimana dengan kegiatan merapikan tempat tidurnya?, boleh saya lihat kamar
tidurnya? Tempat tidurnya rapi sekali.
Sekarang mari kita lihat jadwalnya, wah ternyata ibu telah melaukan kegiatan merapikan
tempat tidur sesuai jadwal, lalu apa manfaat yang ibu rasakan dengan melaukan kegiatan
merapikan tempat tidur secara terjadwal?
3. Kontrak :
1. Topik : Sekarang kita akan kita akan lanjutkan latihan kegiatan yang kedua.
Hari kita mau latihan cuci piring kan?
2. Waktu : Kita akan melakukan latihan cuci piring selamaa 30 menit bu
3. Tempat : Dimana tempat mencuci piringnya bu?
2. Fase kerja
Baik, sebelum mencuci piring, kita persiapkan dulu perlengkapan untuk mencuci
piring. Menurut ibu apa saja yang kita perlu kita siapkan saat mencuci piring?, ya bagus,
jadi sebelum mencuci piring kita perlu menyiapkan alatnya yaitu sabun cuci piring dan
spoons untuk mencuci piring. Selain itu juga tersedia air bersih untuk membilas piring
yang telah kita sabuni
Nah sekarang bagaimana langkah-langkah atau cara mencuci yang biasa ibu
lakukan? Benar sekali, tapi sebaiknya sebelum kita mencuci piring pertama kita
bersihkan pirimng dari sisa-sisa makanan dan kita kumpulkan disuatu tempat atau tempat
sampah. Kemudian kita basahi piring dengan air, lalu sabuni seluruh permukaan piring,
dan kemudian dibilas hingga bersih sampai piringnya tidak teras licin lagi. Kemudian kita
letakkan pada rak piring yang tersedia. Jika ada piring dan gelas, maka yang pertama kali
kita cuci adalh gelasnya, setelah itu baru piringnya. Sekarang bisa kita mulai bu. Bagus
sekali, ibu telah mencuci piring dengan cara yang baik. Menurut ibu bagaiman perbedaan
setelah piring dicuci dibandingkan tadi sebelum piring belum dicuci?
3.
Fase terminasi
1. Eavaluasi subjektif : Bagaimana perasaan ibu setelah kita latihan mencuci piring?
2. Evaluasi objektif : Nah coba ibu sebutkan lagi langkah-langkah mencuci piring yang baik
bu? Bagus bu.
3. Rencana Tindak Lanjut
Sekarang mari kita masukan dalam jadwal harian ibu, mau berapa kali ibu
melakukannya? Bagus 3 kalisetelah selesei makan sarapan, siang dan malam ya bu.
Jika ibu melakukannya tanpa diingatkan perawat ibu beri tanda M, tapi kalau ibu mencuci
piring dibantu atau diingatkan perawat ibu beri tanda B, tapi kalau ibu tidak
melakukannya ibu buat T.
4. Kontrak
Topik : Baik, besok saya akan kembali lagi untuk melatih kemampuan ibu yang ketiga.
Waktu : Ibu mau jam berapa? Baik jam 10 pagi ya.
Tempat : Tempatnya dimana ibu? bagaimana kalau disini saja, jadi besok kita ketemu lagi
disini jam 10 ya w. Assalamualaikum ibu.
dalam memenuhi
C. Jenis
Jenis-jenis perawatan diri antara lain:
D. Rentang respon
1. Pola perawatan diri seimbang, saat klien mendapatkan stresor dan mampu untuk
berprilaku adaptif, maka pola perawatan yang dilakukan klien seimbang, klien
masih melakukan perawatan diri.
2. Kadang perawatan diri kadang tidak, saat klien mendapatkan stresor kadang
kadang klien tidak memperhatikan perawatan dirinya,
3. Tidak melakukan perawatan diri, klien mengatakan dia tidak peduli dan tidak bisa
melakukan perawatan saat stresor.
D. Mekanisme koping
1. Regresi
2. Penyangkalan
3. Isolasi diri,menarik diri
4. Intelektualisasi
III.
A. Pohon Masalah
Isolasi sosial
Defisit
Data Subjektif
a. Klien mengatakan dirinya malas mandi karena airnya dingin atau di RS tidak
tersedia alat mandi.
b. Klien mengatakan dirnya malas berdandan.
c. Klien mengatakan ingin disuapi makan.
Data Objektif
a. Ketidakmampuan mandi/membersihkan diri ditandai dengan rambut kotor,gigi
kotor,kulit berdaki dan berbau serta kuku panjang dan kotor.
b. Ketidakmampuan
berpakaian/berhias
ditandai
dengan
rambut
acak-
acakan,pakian kotor dan tidak rapi,pakaian tidak sesuai,tidak bercukur (lakilaki) atau tidak berdandan (wanita)
c. Ketidakmampuan makan secara mandiri ditandai dengan ketidakmampuan
mengambil makan sendiri.
d. Ketidakmampuan BAB/BAK secara mandiri ditandai BAB/BAK tidak pada
tempatnya,tidak membersihkan diri dengan baik setelah BAB/BAK.
IV.
Diagnosa Keperawatan
Defisit Perawatan Diri : mandi,toileting,makan,berhias
4. Tindakan keperawatan
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
b. Menjelaskan cara berdandan.
c. Membantu pasien mempraktekan cara berdandan.
d. Menganurkan pasien memasukan dalam jadwal kegiatan harian.
B. Strategi Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
1. Fase orientasi
a. Salam terapeutik
selamat pagi ibu,sesuai janji saya kemarin saya datang lagi
b. Evaluasi / validasi
bagaimana perasaan ibu hari ini ? apakah jadwal kegiatan yang kemarin sudah
dilakukan ?
c. Kontrak
Topik : hari ini kita akan membicarakan cara berdandan dengan baik .
Waktu : kira-kira 15 menit
Tempat : bagaimana kalau kita langsung ke kamar?
Tujuan : tujuan agar ibu terlihat rapi dan cantik
2. Fase kerja
Bagaimana cara ibu berdandan?apakah dengan menyisir rambut?bagaimana cara ibu
menyisir rambut?
apa kebiasaan ibu dalam berdandan?
ngobrol-ngobrolnya 20 menit.
Tempat : Baiklah mau dimana kita ngobrolnya Ny. H? Oh, jadi kitangobrolnya diruang
maunya
kita
ini saja.
Kerja
Bagaimana perasaan Ny. H setelah mandi? Apa yang Ny. H lakukansetelah
mandi? Baiklah sekarang kita akan melakukan latihan berdandan b
Apa Ny. H sudah mengganti baju? Untuk pakaian pilihlah yang bersihdan kering.
Berganti
pakain
yang
bersih
kali
seharai.
Sekarang
coba Ny. H lakukan mengganti pakaian. Bagus sekali Ny. H kerja yang bagus. Sekarang s
etelah menggunakan pakaian yang baik kita akanlatihan berdandan supaya Ny. H tampak
rapi dan cantikc.
Kira kira apa alat yang Ny, H butuhkan untuk berdandan?Bagussekali Ny. H alat
yang dibutuhkan sisir, bedak dan kaca
Setelah Ny.H memasang pakaian dengan baik sekarang sisir rambutyang rapi,
bagus Ny. H, sekarang ambil bedak dan bedaki muka Ny.H rata dan tipis. Bagus sekali
Ny. H bisa melakukan dengan baik.4.
Terminasia.
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi klien/ subjektifBagaimana perasaan Ny. H setelah latihan berdandan?
Evaluasi perawat/ objektif Ny. H terlihat segar dan cantik
2. Tindak lanjut klienSekarang,
mari kita masukkan pada jadwal harian. Ny. H Sehabis Ny. Hmelakukan mandi
kemudian.melakukan.cara.berdandan.yang.baik.dan benar sesuai dengan latihan kita hari
ini. Beri tanda M (mandiri) kalaudilakukan tanpa disuruh, B (bantuan) kalau diingatkan
baru dilakukan danT (tidak) tidak melakukan.c.
3. Kontrak yang akan datang
Topik : Baik nanti siang kita akan bertemu kembali untuk latihan caramakan yang
makan Ny. H
Tempat : Siang nanti kita latihan makan yang baik di ruang makan
BAB III
TINJAUAN KASUS
PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
Inisial
: Ny.C
Tanggal.Pengkajian
Umur
: 44 tahun
RM No.
Informan
:.26-08-2015
: 001483
3.
Berhasil
Ya
kurang berhasil
Tidak
Jelaskan No. 1, 2, 3
:
_____________________________________________________________________
Masalah Keperawatan : ____________________________________________________
4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Tidak
Hubungan keluarga
pengobatan/perawatan
Gejala
Ya
Riwayat
harmonis
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan :
Putus cinta dan ditinggal ke Amerika , klien putus asa, merasa sedih dan
menyendiri di kamar, klien takut di umur yang sudah tua klien belum
menikah
Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah
IV. FISIK
1. Tanda vital
: TD : 140/90mmHg
2. Ukur
: TB : 152 cm BB : 65kg
3. Keluhan fisik :
Jelaskan
Ya
N : 90x/m
S : 37c
P : 20x/m
Tidak
: perilaku kekerasan
Jelaskan : dalam keluarga klien tinggal bersama kakak kedua dan adiknya semenjak
papahnya meninggal, mamah klien tinggal di bandung bersama adik terakhirnya.
Klien tidak dekat dengan dengan kakak dan adik yang tinggal serumah, klien ingin
tinggal dengan mamahnya di bandung.dirumah klien hanya bermain dan mengurus
binatang peliharaan. Dalam keluarga pembuat keputusan adalah
kakak pertama
: isolasi sosial
2. Konsep diri
a Gambaran diri
b. Identitas
peliharaannya
c. Peran
d. Ideal diri
e. Harga diri
Masalah Keperawatan
3. Hubungan Sosial
a. Orang terdekat
: mamah
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat : klien jarang keluar dan
berkumpul dengan orang lain
c. Hambatan dalam berbuhungan dengan orang Lain
malu
Masalah keperawatan: Harga Diri Rendah
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : banyak yang menjauhi karena sakit jiwa
b. Kegiatan ibadah
Penggunaan pakaian
tidak sesuai
Jelaskan
Keras
Apatis
mampu memulai
Gagap
Lambat
Inkoheren
Membisu
Tidak
pembicaraan
Jelaskan : dalam pembicaraan klien cepat dan inkoheren
Masalah Keperawan : Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran
3. Aktivitas Motorik:
Lesu
Tegang
Gelisah
Agitasi
Tik
Grimasen
Tremor
Kompulsif
Jelaskan : klien beraut wajah tegang dan mata melotot seperti marah
Masalah Keperawatan : Resiko perilaku kekerasan
4. Alam perasaaan
Sedih
berlebihan
Ketakutan
Putus asa
Khawatir
Gembira
Jelaskan : klien sedih karena putus cinta dan ditinggalkan, klien khawatir,
ketakutan dan putus asa di usia 44 tahun belum menikah
Masalah Keperawatan : Harga diri rendah
5. Afek
Datar
Tumpul
Labil
Tidak sesuai
bermusuhan
Tidak kooperatif
Defensif
Mudah tersinggung
Curiga
Jelaskan :
__________________________________________________________________________
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah
7. Persepsi
Pendengaran
Pengecapan
Penglihatan
Perabaan
Penghidu
konfabulasi
Jelaskan :
__________________________________________________________________________
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
mudah beralih
berhitung sederhana
Tidak mampu
Gangguan ringan
gangguan bermakna
1. Makan
Bantuan minimal
Bantuan total
2. BAB/BAK
Bantuan minimal
Bantual total
Jelaskan : klien mampu makan secara mandiri dan BAB, BAK pada tempatnya
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
3. Mandi
Bantuan minimal
4. Berpakaian/berhias
Bantuan total
Bantuan minimal
Bantual total
6. Penggunaan obat
Bantuan minimal
Bantual total
7. Pemeliharaan Kesehatan
Perawatan lanjutan
Perawatan pendukung
Ya
Ya
tidak
tidak
Mempersiapkan makanan
Ya
tidak
Ya
tidak
Mencuci pakaian
Ya
tidak
Pengaturan keuangan
Ya
tidak
Belanja
Ya
Transportasi
Lain-lain
tidak
Ya
Ya
tidak
tidak
Adaptif
Maladaptif
Minum alkohol
reaksi lambat/berlebih
Teknik relaksasi
bekerja berlebihan
Aktivitas konstruktif
menghindar
Olahraga
mencederai diri
Lainnya _______________
lainnya : __________________
Masalah Keperawatan :
______________________________________________________________
Faktor presipitasi
Koping
system pendukung
penyakit fisik
obat-obatan
Lainnya :
_____________________________________________________________________
Masalah Keperawatan :
________________________________________________________________
: 1. Haloperidol
2. Trihexipenedril
3. Posperidon
Perawat,
(.)
Analisa Data
Tanggal
26 Agustus
2015
Jam : 10.00
26 Agustus
2015
Jam : 10.00
26 Agustus
2015
Jam : 10.00
Data Fokus
DS :
1. Klien mengatakan merasa tidak di
hargai di rumah
2. Klien mengatakan putus asa dan
merasa khawatir karena belum
menikah sampai sekarang
3. Klien mengatakan malu karena
takut masyarakat mengejek
DO :
1. Ekspresi wajah klien sedih
2. Klien murung
DS :
1. Klien mengatakan mendengar
suara hantu saat malam hari
selama 1 menit
DO :
1. Klien biacara sendiri
2. Klien sering melamun
3. Ekspresi wajah klien tegang
4. Bicara cepat dan inkoheren
DS :
1. Klien mengatakan marah-marah
dan saling memukul dengan
kakak di rumah
DO :
1. Ekspresi wajah tegang
2. Pandangan tajam
Masalah Keperawatan
Gangguan perubahan
persepsi sensori :
halusinasi pendengaran
Perilaku kekerasan
Pohon masalah
Perilaku Kekerasan
Diagnsa Keperawatan :
1.
2.
3.
IMPLEMENTASI
Gangguan Perubahan Persepsi Sensori : HALUSINASI
Nama Klien
: Ny.C
SP
:1
Tanggal
: 26-08-2015
Pertemuan Ke
:1
Ruang
: Cempaka
No.Rekam Medis
: 001483
TINDAKAN
1. Pukul : 09.00-09.20
2. Data :
EVALUASI
1. Pukul : 09.30
S:
DS :
hantu
2. Klien mengatakan mendengar suara
suara hantu
melamun
selama 1 menit
itu.
hantu kuntilanak.
DO :
Pandangan tajam
O:
1. Pandangan tajam
Konsentrasi rendah
2. Konsentrasi rendah
Sering melamun
3. Sering melamun
3. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Perubahan persepsi sensori :
HALUSINASI
4. Tindakan Keperawatan :
percaya
Mengidentifikasi isi halusinasi
Mengidentifikasi waktu
PK :
1. Anjurkan klien untuk menghardik
2. Anjurkan klien memasukan kegiatan
terjadinya halusinasi
Mengidentifikasi frekuensi
halusinasi
Mengidentifikasi situasi yang
menimbulkan halusinasi
Mengidentifikasi respons pasien
terhadap halusinasi
Mengajarkan klien menghardik.
5. Rencana Tindak Lanjut :
Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian klien
Melatih klien mengendalikan
halusinasi dengan cara
bercakap-cakap dengan orang
lain
Menganjurkan klien
memasukan dalam jadwal
Ttd Perawat,
kegiatan harian.
Kelompok
IMPLEMENTASI
Gangguan Perubahan Persepsi Sensori : HALUSINASI
Nama Klien
: Ny.C
SP
:2
Tanggal
: 26-08-2015
Pertemuan Ke
:2
Ruang
: Cempaka
TINDAKAN
1. Pukul : 10.00-10.20
2. Data :
No.Rekam Medis
: 001483
EVALUASI
1. Pukul : 10.30
S:
DS :
sudah berkurang
DO :
Konsentrasi rendah
cakap
Pandangan kosong
3. Diagnosa Keperawatan :
O:
1. Ekspresi wajah tegang
Halusinasi
3. Konsentrasi menurun
4. Tindakan Keperawatan :
menit
A:
1. Klien dapat menjalanakan kegiatan
yang terjadwal
lain
orang lain
Menganjurkan klien
memasukan dalam jadwal
kegiatan harian
5. Rencana Tindak Lanjut :
Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian klien
Melatih klien mengendalikan
halusinasi dengan melakukan
P:
1. Anjurkan klien terus berlatih
menghardik dan bercakap-cakap
2. Anjurkan klien menyusun jadwal
kegiatan.
Ttd Perawat,
Kelompok
IMPLEMENTASI
Gangguan Perubahan Persepsi Sensori : HALUSINASI
Nama Klien
: Ny.C
SP
:3
Tanggal
: 26-08-2015
Pertemuan Ke
:3
Ruang
: Cempaka
No.Rekam Medis
: 001483
TINDAKAN
1. Pukul : 10.20-10.40
2. Data :
EVALUASI
1. Pukul : 11.00
S:
DS :
mendengar suara-suara
2. Klien mengatakan lebih tenang
3. Klien mengatakan bahagia
senang
O:
DO :
3. Diagnosa Keperawatan :
Gangguan perubahan persepsi sensori :
Halusinasi
A:
1. Klien mampu membuat jadwal kegiatan
harian
4. Tindakan Keperawatan :
Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian klien
Melatih klien mengendalikan
halusinasi dengan melakukan
kegiatan dan diawali dengan
Pk :
1. Anjurkan klien melakukan kegiatan
yang sudah disusun dan terjadwal.
menyusun jadwa
Menganjurkan klien
memasukan ke dalam jadwal
kegiatan harian
5. Rencana Tindak Lanjut :
Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian klien
Memberikan pendidikan
kesehatan tentang penggunaan
obat secara teratur
Menganjurkan klien
memasukan ke dalam jadwal
Ttd Perawat,
kegiatan harian.
Kelompok
IMPLEMENTASI
Gangguan Perubahan Persepsi Sensori : HALUSINASI
Nama Klien
: Ny.C
SP
:4
Tanggal
: 26-08-2015
Pertemuan Ke
:4
Ruang
: Cempaka
No.Rekam Medis
: 001483
TINDAKAN
1. Pukul : 08.00-08.20
2. Data :
EVALUASI
1. Pukul : 08.30
S:
DS :
suara-suara
2. Klien mengatakan senang memiliki
mendengar suara-suara
kesibukan
kesibukan
DO :
A:
3. Diagnosa Keperawatan :
Gangguan Perubahan persepsi sensori :
Halusinasi
O:
1. Klien mampu memahami tentang
penggunaan obat yang di konsumsi
4. Tindakan Keperawatan :
Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian klien
Memberikan pendidikan
kesehatan tentang penggunaan
Pk :
1. Anjurkan klien melakukan kegiatan
yang sudah di jadwalkan
2. Anjurkan klien melakukan kegiatan
yang menyibukan.
Kelompok
Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, dan feses umumnya
bau-bauan yang tidak menyenangkan. Halusinasi penghidu sering akibat stroke,
tumor, kejang, atau dimensia.
4. Pengecapan
Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
5. Perabaan
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas. Rasa
tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
6. Cenesthetic
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri,
pencernaan makan atau pembentukan urine
7. Kinisthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
6. Proses pikir kadang terganggu (ilusi): yaitu menifestasi dari persepsi impuls
eksternal melalui alat panca indra yang memproduksi gambaran sensorik pada
area tertentu di otak kemudian diinterpretasi sesuai dengan kejadian yang telah
dialami sebelumnya.
7. Emosi berlebihan atau kurang: yaitu menifestasi perasaan atau afek keluar
berlebihan atau kurang.
8. Perilaku tidak sesuai atau biasa: yaitu perilaku individu berupa tindakan nyata
dalam penyelesaian masalahnya tidak diterima oleh norma norma social atau
budaya umum yang berlaku.
9. Perilaku aneh atau tidak biasa: perilaku individu berupa tindakan nyata dalam
menyelesaikan masalahnya tidak diterima oleh norma-norma sosial atau budaya
umum yang berlaku.
10. Menarik diri: yaitu percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain,
menghindari hubungan dengan orang lain.
11. Isolasi sosial: menghindari dan dihindari oleh lingkungan sosial dalam
berinteraksi.
L. MEKANISME KOPING
1. Regresi: menjadi malas beraktifitas sehari-hari.
2. Proyeksi: menjelaskan prubahan suatu persepsi dengan berusaha untuk
mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain.
3. Menarik diri: sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus internal.
(Stuart, 2007).
Isolasi Sosial
sedang
Data Objektif :
sendiri/orang lain.
Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
Merusak dan melempar barangbarang.
nyata
Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata
Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus
Klien merasa makan sesuatu
Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya
Klien takut pada suara/bunyi/gambar yang dilihat dan didengar
Data Objektif :
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
DS : Klien mengatakan sering mendengar suara-suara yang tidak ada wujudnya.
DO :Klien tampak pasif,terlihat suka menyendiri,berbicara sendiri.
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan persepsi sensori : halusinasi
3.Tujuan
3. Klien tampak mengenal halusinasi
4. Klien dapat menghardik halusinasi
4. Tindakan Keperawatan
9. Mengidentifikasi jenis halusinasi
10. Mengidentifikasi isi halusinasi pasien
11. Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien
12. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi pasien
13. Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi
14. Mengidentifikasi respons pasien terhadap halusinasi
15. Mengajarkan pasien menghardik halusinasi
16. Menganjurkan pasien memasukkan cara menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan
harian
Salam Terapeutik
Assalamualaikum Mas, Saya perawat yang akan merawat mas. Perkenalkan nama saya
N, biasa di panggil Totok, saya dari STIKes PERTAMEDIKA. Nama mas siapa? Kalau
boleh tahu nama lengkapnya siapa? Senang dipanggil apa?
b.
Evaluasi Validasi
Bagaimana perasaan mas hari ini? Ada keluhan yang mas rasakan hari ini?
c.
Kontrak
Topik: Baiklah, saya dengar mas sering mendengar suara-suara yang tak tampak
wujudnya, benar begitu? bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara
tersebut.
Waktu : Berapa lama?? Bagaimana kalau 20 menit. Baiklah Mas, bagaimana kalau
sekarang kita berbincang-bincang mengenai jenis halusinasi,respon terhadap
halusinasi, dan kita akan belajar menghardik halusinasi, dan kita masukkan ke dalam
2.
Fase Kerja
Apakah mas Adi mendengar suara tanpa ada wujudnya? Apa yang dikatakan suara
tersebut? Apakah terus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan yang paling sering mas Adi
dengar? Berapa kali sehari? Biasanya pada keadaan apa suara itu muncul? Mas Adi, saya
punya beberapa cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama, dengan
menghardik suara tersebut. Kedua, dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Ketiga,
melakukan aktivitas yang sudah terjadwal, dan yang keempat dengan minum obat yang
teratur. Iya.. Bagaimana kalau kita belajar cara yang pertama dulu, yaitu dengan
menghardik. Mau tidak mas?? Caranya begini : saat suara itu muncul, langsung Mas Adi
bilang ,Saya tidak mau dengar. Pergi..!! Kamu suara palsu. Begitu di ulang-ulang terus
sampai suara itu tidak terdengar lagi. Mengerti mas? Coba mas Adi peragakan. Nah
begitu, bagus. Coba lagi. Ya bagus, Mas Adi sudah bisa.
3.
Fase Terminasi
a. Evaluasi subyektif
5.
Kontrak
Topik : Baikalah Mas nanti kita akan bercakap-cakap lagi, kita akan diskusikan dan
Topik : seperti janji saya kemarin, hari ini kita akan berdiskusi tentang bagaimana cara
mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang laindan kita masuk
2. Fase Kerja
Sekarang mas kita akan belajar cara kedua untuk mencegah halusinasi yang lain dengan
cara bercakap-cakap dengan orang lain jadi kalau mas mulai mendengar suara-suara
langsung saja cari teman untuk ngobrol dengan mas. Contohnya begini bapak : tolong
saya mulai mendengar suara-suaraayo ngobrol dengan saya! Atau kalau ada orang di
rumah misalnya anak bapak katakan : nak, ayo ngobrol dengan bapak, coba bapak
lakukan seperti saya tadi lakukan . Ya begitu bagus! Nah, sekarang kita masukan ke
dalam jadwal harian mas ya?
3.
Fase terminasi
5.
Kontrak
Topik : Baiklah mas besok saya akan dating lagi kita akan bahas cara mengendalikan
Keperawatan
7. Melatih tindakan pasien beraktifitas secara terjadwal
8. Menjelaskan aktifitas yang teratur untuk mengatasi halusinasinya
9. Mendiskusikan aktifitas yang biasa dilakukan oleh pasien
10. Melatih pasien melakukan aktifitas
11. Menyusun jadwal aktifitas sehari-hari sesuai dengan aktifitas yang telah dilatih
12. Memantau pelaksanaan jadwal : memberikan kegiatan terhadap perilaku pasien yang
positif
B. Strategi Komunikasi
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
Assalamuallaikum mas.
b. Evaluasi / Validasi
Bagaimana perasaan mbak hari ini? Apakah suara-suara itu masih muncul? Apakah sudah
dipakai 2 cara yang telah kita latih? Bagaimana hasilnya?
c. Kontrak
Topik
: Sesuai janji saya kemarin, hari ini kita akan berdiskusi tentang cara
kegiatan harian.
Waktu : mau berapa lama kita berbincang-bincang? Apa 15 menit cukup?
Tempat : Tempatnya mau dimana mbak? Baiklah disini saja.
Tujuan : agar bapak dapat mengontrol halusinasi dengan cara melakukan kegiatan.
2. Fase Kerja
Kegiatan apa saja yang masih mbak bias lakukan? Pagi-pagi apa kegiatan mbak? Terus
jam berikutnya apa kegiatan mbak? Banyak sekali kegiatan bapak setiap harinya. Mari
kita latih 2 kegiatan hari ini. Bagus sekali mbak bisa melakukannya. Kegiatan ini dapat
mbak lakukan untuk mencegah suara-suara tersebut muncul. Kegiatan yang lain akan kita
latih agar dari pagi sampai sore mbak ada kegiatan. Mbak, bagaimana kalau kegiatan
yang tadi kita latih dimasukkan kedalam jadwal kegiatan harian mbak?
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
Bagaimana perasaan mbak setelah kita latihan tadi?
b. Evaluasi Obyektif
Coba mbak sebutkan kembali 3 cara yang telah saya latih apabila halusinasi itu datang?
Ya bagus sekali.
4. Rencana Tindak Lanjut
Nanti mas lakukan latihan secara mandiri sesuai jadwal yang kita buat agar suara-suara
itu tidak muncul lagi.
5. Kontrak
Topik : Baiklah mas besok saya akan datang kembali untuk membahas cara mengontrol
halusinasi dengan cara minum obat.
Waktu : mau jam berapa pak kita berbincang-bincang? Ya baiklah jam 10.00-10.15 WIB.
Tempat: Mau dimana kita ketemunya? Ya baiklah disini saja.
3. Tujuan
a.
b.
Tujuan Khusus:
6. Klien dapat membina hubungan saling percaya
7. Klien dapat mengenal halusinasinya
8. Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya
9. Klien dapat mengontrol halusinasinya
10. Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik
4. Tindakan Keperawatan
8. Melatih pasien menggunakan obat secara teratur
9. Jelaskan pentingnya menggunakan obat secara teratur
10. Jelaskan akibat bila obat tidak digunakan sesuai program
11. Jelaskan bila putus obat
12. Jelaskan cara mendapatkan obat
13. Jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar obat,benar pasien,benar
cara,benar dosis,benar waktu)
14.
B. Strategi Komunikasi
1.
Fase Orientasi
a.
Salam Teraupeutik
Asalammualaikum mas? Sesuai dengan janji saya kemarin,saya dating lagi ketempat
ini.
b.
Evaluasi / Validasi
Bagaimana perasaan mas hari ini?Apa mas masih ingat 3 cara yang sudah suster latih
kemarin, cara untuk mengusir suara-suara? Apakah ketiga cara tersebut sudah
dimasukkan ke dalam jadual kegiatan harian mbak?
c.
Kontrak
Topik : Sesuai janji suster kemarin,hari ini kita akan mendiskusikan tentang obat-obatan
yangmbak minum dan kita akan memasukkan ke dalam jadual kegiatan harian mbak.
Wasktu : Mau berapa lama kita bercakap-cakap? Ya baiklah disini saja.
Tujuan : Dari diskusi ini agar bapak minum obat dengan prinsip 5 benar /agar mbak
mematuhi cara minum obat.
2.
Fase Kerja
Mas adakah perbedaan setelah minum obat secara teratur? Apakah suara-suaranya masih
terdengar atau sudah hilang? Begini mbak, obat ini berguna untuk mengurangi atau
menghilangkan suara-suara yang selama ini mbak dengar. Berapa macam yang mbak
minum?? (perawat menyiapkan obat pasien). Ini yang berwarna orange (CPZ) diminum 3
kali sehari ya, jam 7 pagi, jam 1 siang dan 7 malam yaa gunanya untuk menghilangkan
suara-suara yang mbak dengar. (Pasien mengangguk-ngangguk). Ini yang putih (THP)
diminum 3 kali sehari juga, gunanya agar mbak rileks dan tidak kaku. Kalau yang merah
jambu ini (HP) 3 kali sehari juga sama minumnya dengan yang putih dan orange,
gunanya yang merah jambu ini untuk menenangkan pikiran mbak biar tenang. Kalau
suaranya sudah hilang, minum obatnya tidak boleh dihentikan yaa, harus diminum
sampai benar-benar habis, biar suara-suaranya tidak muncul lagi. Kalau obatnya habis
bisa minta ke dokter lagi. Bisa juga dikonsultasikan kalau berhenti minum obat, apa
akibatnya pada mbak. Begitu yaa.. Pastikan juga kalau obat yang diminum benar punya
mbak, jangan samapi keliru dengan orang lain. Mas juga harus banyak minum air yaa..
3.
Fase Terminasi
a.
tadi
b.
Evaluasi Objektif
Sudah berapa cara yang kita latih untuk mencegah suara-suara? Coba mbak sebutkan
kembali?
4.
5.
Kontrak
Topik : Baiklah mas pertemuan kita cukup sampai disini,besuk saya dating lagi untuk
memastikan bapak masih dengar suara-suara atau tidak kita akan berdiskusi tentang
jadual kegiatan harian mas
Waktu : Waktunya mau jam berapa pak? Jam 09.00-09.15,apa mas bersedia?
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
Pada bab ini penulis akan menguraikan kasus yang diamati serta membandingkannya
dengan teori yang didapat, untuk mengetahui sejauh mana faktor pendukung dan faktor
penghambat, serta solusinya dalam memberikan Asuhan Keperawatan pada Ny.C dengan
gangguan perubahan persepsi sensori : Halusinasi Pendengaran di Ruang Cempaka RS.Jiwa
Dr.Soeharto Heerdjan yang dilaksanakan mulai tanggal .
A.Pengkajian
Tujuan dari pengkajian adalah untuk mengumoulkan informasi yang akurat mengenai
klien agar dapat mengetahui permasalahan yang terjadi pada klien.
Dalam pengkajian ini,untuk mengumpulkan data dilakukan dengan menggunakan format
pengkajian yang diperoleh dari wawancara langsung dengan klien, obsevasi, status klien, rekam
medis dan informasi dari perawat.
Pada tahan pengkajian ini penulis menemukan kesesuain antara teori dan kasus, yaitu
penyebab dari halusinasi diteori adalah gangguan emosi yang dapat mengakibatkaan ilusi,
pisikosis dan halusinasi, klien halusinasinya dengan mendengar suara hantu. Pada tinjauan teori
dijelaskan faktor predisposisi yaitu dari faktor biologis, psikologis dan social budaya,sedangkan
pada kasus ini klien tidak mengalami gangguan yang diakibatkan oleh faktor biologis. Klien
,mengalami gangguan faktor psikologis yaitu adanya kegagalan dalam percintaan sehingga klien
sering menyendiri dan faktor social budaya yaitu klien ingin menikah tetapi sampai saat ini
belum tercapai. Faktor
presipitasi yang ada pada teori adalah dari segi biologi, stress
lingkungan, dan pemicu gejala lain, pada kasus ini klien mengalami stress lingkungan karena
lingkungan yang sering mengejeknya dan adanya keputusasaan.
Klien sebelumnnya pernah mengalami penyakit gangguan jiwa pada tahun 2012, sikap
dan perilaku klien terlihat suka melamun dan menyendiri. Manifestasi klinis yang ada pada teori
adalah klien bicara, senyum dan tertawa sendiri, menyendiri tidak dapat membedakan hal nyata
atau tidak, tidak dapat memusatkan konsentrasi, ada kesesuain antara teori dann kasus yaitu
dikasus klien mengalami perilaku seperti tampak melamun.
Pada mekanisme koping penulis menemukan kesesuaian antara teori dan kasus yaitu
yang ada di teori terjadi regresi proyeksi dan menarik diri, sedangkan yang ada di kasus klien
suka melamun senyum sendiri raut wajah tegang, bicaranya capat dan menghindar dari oranglain
Penata laksanaan farmakologi yang diberikan pada Ny.C tidak ada kesesuaian antara teori
dan kasus yaitu di teori mendapatkan terapi chlorpromazine/ CPZ 100ng 1x1 tablet peroral
gunanya untuk menghilangkan suara-suara, trihepsipenidil/THP 2mg 1x1 tablet peroral
gunannya untuk merileksasikan badan agak tidak kaku, resperidon 2mg 1x2 tablet peroral
gunanya untuk menenangkan pikiran. Pada kasus ini klien mendapat terapi Haloperidol,
trihepsipenidil, dan hosperidon.
Pohon masalah yang sesuai antara teori dan kasus yaitu gangguan perubahan persepsi
sensori : Halusinasi pendengaran yang disebabkan oleh isolasi social yang dapat menyebabkan
perilaku kekerasan. Sedangkan pohon masalah yang ada pada kasus ini penyebab dari gangguan
peubahan persepsi sensori adalah Harga Diri Rendah, akibat dari gangguan perubahan persepsi
sensori adalah Resiko perilaku kekerasan. Klien awalnya merasa tidak berharga dan merasa tidak
bisa seperti orang lain, klien tidak percaya diri karena usianya sudah 41 tahun dan blum
menikah. Dari harga dirinya yang rendah mengakibatkan halusinasi dan klien kembali di rawat di
RSJ karena klien berhenti minum obat.
Dalam pengkajian penulis menemui hambatan yaitu tidak bertemu dengan keluarga klien.
Faktor pendukungnya karena sudah terbina hubungan saling percaya antara klien dengan perawat
serta klien kooperatif.
B.Diagnosa Keperawatan
Tahap kedua dalam Asuhan Keperawatan yaitu merumuskan diagnose keperawatan,
setelah data lengkap dan valid, ditemukan kesenjangan antara teori dan kasus, dimana diagnose
yang ada pada tinjauan teori ada 3 yaitu : gangguan perubahan persepsi sensori : Halusinansi
Pendengaran, isolasi sosial dan Resiko Perilaku Kekerasan, sedangkan diagnosa yang ditemukan
pada kasus ada 3 yaitu gangguan perubahan persepsi sensori : halusinasi pendengaran, Harga
Diri rendah dan resiko perilaku kekerasan. Karena dari data yang di dapat faktor penyebab dari
halusinasinya.
DS :
1.Klien mengatakan merasa tidak di hargai di rumah
2.Klien mengatakan putus asa dan merasa khawatir karena belum menikah sampai sekarang
3.Klien mengatakan malu karena takut masyarakat mengejek
DO :
1.Ekspresi wajah klien sedih
2.Klien murung
Penulis tidak menemukan hambatan ssat menegakan diagnosa. Karena data yang didapat
sudah lengkap dan valid. Faktor pendukungnya karena sudah terbina hubungan saling percaya
dan saling berinteraksi klien kooperatif.
C. Perencanaan Keperawatan
Tahap lanjut dari diagnose perawatan yang akan di tegakkan yaitu : perncanaan
berdasarkan diagnosa keperawatan yang sudah di prioritaskan, maka criteria hasil ditentukan
dengan menggunakan tolak ukur SMART ( Specific, Missurable, Accurable, Time ) perencanaan
yang terdapat pada teori dan tinjauan kasus diatas tidak ada perbedaan yang berarti pada masingmasing diagnosa, tujuan disesuaikan dengan kondisi klien sebagai tujuan yang ditetatapkan harus
spesifik, perencanaan untuk melibatkan keluarga dalam proses penyembuhan klien, dalam
menetapkan perencanaan, mengikutsertakan keluarga dalam pengobatan.
Faktor penghambatnya karena tidak bertemu keluarga, sedangkan faktor pendukung
karena saat berinteraksi klien kooperatif, dan solusinya adalah bekerjasama dengan perawat
ruangan untuk melaksanakan asuhan keperawatan pada klien.
D. Pelaksanaan keperawatan
Pada tahap ini merupakan pelaksanaan dari rencana tindakan keperawatan yang sudah
disusun dari masing-masing diagnosa keperawatan.Pada kasus gangguan perubahan persepsi
sensori;halusinasi pendengaran terdiri dari SP klien dan SP keluarga.SP yang sudah dilaksanakan
pada diagnosa gangguan perubahan persepsi sensorik:halusinasi pendengaran, adalah SP 1 klien
yaitu dapat membina hubunga saling percaya, klien juga dapat mengenal dan mengontrol
halusinasinya. SP II pada klien yaitu klien dapat mengisi jadwal kegiatan harian, klien dapat
mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain, klien dapat
memasukan kegiatan ke dalam jadwal kegiatan harian. SP III pada klien yaitu klien dapat
mengevaluasi jadwal kegiatan harian, klien dapat mengendalikan halusinasi dengan melakukan
kegiatan yang biasa klien lakukan. Klien dapar memasukan kegiatan ke dalam jadwal kegiatan
harian, dan SP IV pada klien yaitu klien dapat mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien, klien
dapat mengetahui tentang penggunaan obat secara teratur, klien dapat memasukan dalam jadwal
kegiatan harian, sedangkan SP keluarga tidak dilaksanakan.
E. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan dan dalam pelaksanaan tindakan
keperawatan perlu ada evaluasi, setalah dilakukan implementasi keperawatan penulis dapat
mengevaluasi tindakan pada diagnosa keperawatan gangguan perubahan persepsi sensori :
halusinasi pendengaran.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Proses keperawatan merupakan metode ilmiah dalam menjalankan proses
keperawatan dan menyelesaikan masalah secara sistematis yang digunakan oleh perawat
dan peserta didik keperawatan. Penerapan keperawatan dapat meningkatkan otonomi,
percaya diri, cara berfikir yang logis, ilmiah, sistematis dan memperlihatkan tanggung
jawab dan tanggung gugat serta pengembangan diri perawat. Disamping itu klien dapat
melaksanakan mutu pelayanan keperawatan yang baik khusus nya pada klien halusinasi,
maka dapatdi ambil ksimpulan sebagai berikut:
1. Pengkajian yang dilaksanakan tidak banyak berbeda dengan pngkajian teoritis
maupun penulis tidak mendapat kesulitan dalam pengkajian klien.
2. Dalam usaha mengatasi masalah yang dihadapi klien penulis menyusun tindakan
keperawatan sesuai dengan teoritis begitu juga dengan SP.