DISUUN OLEH :
Ersa Karolin Luthfi Ummami Fauzi Arizal Lily Seftiani
Tesar Pradyka Fici Yuliana Sari Muhammad Fisqi Fadil Ulfa Muzliyati
Ulfa Nadiati Utari Martiningsih Avelintina Brigda C Rinda Farlina
Miranda Fitra Bellinda Widiyanto Audina Safitri Deviliani
Melsi Yunanda Sella Agung Setiadi Aulia Safitri Riki Sulindra R
Elviana Nindia Sinta Dewi Rangga Hariyanto Yossy Claudia Evan Agung Tri Putra
Suci Wahyuni Ratna Sari Makhyarotil Ashfiya Destura
Lydia Yuniarsih Inri Tri Handayni Deska Kurnia Sari Annisa Rosalita
Ananda Maharani Elsa Aurelia S A Siti Annisa Nuril Huda Arief Widodo
Eka Putri Fajriani
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1. Definisi
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus
dan jaringan ikat yang menumpang, sehingga dalam kepustakaan dikenal
dengan istilah Fibromioma, leiomioma, atau fibroid (Nurarif, & Kusuma,
2015).
Mioma uteri merupakan neoplasma jinak yang bersal dari otot
uterus dan jaringan ikat yang menumpangnya, sehingga dikenal juga
dengan istilah fibromyoma, leimyma, ataupun fibroid. Mioma uterin
merupakan tumor jinak otot rahim dengan berbagai komposisi jaringan
ikat berasal dari myometrium pada uterus (Manuaba, 2010).
Mioma uteri merupakan suatu pertumbuhan jinak dari otot-otot
polos, tumor jinak otot Rahim, disertai jaringan ikat, neoplasma yang
berasal dari otot uterus yang merupakan jenis tumor uterus yang paling
sering, dapat bersifat tunggal, ganda, dapat mencapai ukuran besar,
biasanya mioma uteri banyak terdapat pada wanita dengan reproduksi
terutama pada usia 35 tahun (Chrisdiono, 2004).
Berdasarkan letaknya mioma uteri dibagi menjadi ( Nurarif &
Kusuma, 2015):
1) Mioma subkumosum : di bawah endometrium dan menonjol ke cavum
uteri
2) Mioma intramural: berada di dinding uterus diantara serabut
myometrium.
3) Mioma subserosum: tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol
pada permukaan uterus, diliputi oleh serosa.
2. 2. Etiologi
Etiologi yang pasti terjadi mioma uteri sampai saat ini masih belum
diketahui. Stimulasi estrogen di duga sangat berperan utuk terjadinya
mioma uteri. Hipotesis ini di dukung oleh adanya mioma uteri yang
banyak ditemukan pada usia reproduksi dan kejadiannya rendah pada usia
menopause. Hormon ovarium dipercaya berperan sebagai stimulus
pertumbuhan mioma karena adanya pertumbuhan tumor ini semakin besar,
tetapi menurun setelah menopause. Perempuan nulipara mempunyai resiko
yang tinggi untuk terjadinya mioma uteri, sedangkan perempuan multipara
mempunyai resiko relative rendah untuk terjadinya mioma uteri
(Prawirohardjo, 2011).
Mioma uteri berasal dari sel otot polos myometrium, dan dibagi
menjadi 2 faktor yaitu inisiator dan promotor. Faktor-faktor yang
menginisiasi pertumbuhan mioma masih belum diketahui dengan pasti.
Mioma diketahui berasal dari jaringn yang uniseluler. Transformasi
neoplastik dari myometrium menjadi mioma melibatkan mutasi somatic
dari myometrium normal dan interaksi kompleks dari hormon steroid seks
dan groewt faktor lokal (Nurarif & Kusuma, 2015).
Dalam jaringan mioma uteri lebih banyak mengandung reseptor
estrogen jika dibandingkan dengan myometrium normal. Pertumbuhan
mioma uteri bervariasi pada setiap individu, bahkan diantara nodul mioma
pada uterus yang sama. Perbedaan ini berkaitan dengan jumlah reseptor
estrogen dan reseptor progesterone (Prawirohardjo, 2011).
Pengaruh-pengaruh hormon dalam pertumbuhan dalam pertumbuhan
dan perkembangan mioma:
a. Estrogen
Mioma uteri dijumpai setelah menarche, setelah terdapat pertumbuhan
tumor yang cepat selama kehamilan. Mioma uteri akan mengecil pada
saat menopause dan setelah pengangkatan ovarium. Mioma uteri
banyak ditemukan bersama dengan anovulasi ovarium dan wanita
dengan sterilitas. Pada mioma reseptor estrogen dapat ditermukan
sepanjang siklus menstruasi.
b. Progesteron
Reseptor progesterone terdapat di myometrium dan mioma sepanjang
siklus menstruasi dan kehamilan. Progesteron menghambat
pertumbuhan mioma dengan cara menurunkan jumlah reseptor
estrogen pada mioma. Mioma berasal dari benih-benih multiple yang
sangat kecil dan tersebar pada myometrium.
2. 3. Manifestasi Klinis
Menurut Yatim (2005) kebanyakan mioma uteri tumbuh tanpa
menimbulkan gejala keluhan atau gejala. Pada perempuan lain mungkin
mengeluh perdarahan menstruasi lebih banyak dari biasanya, atau nyeri
sewaktu menstruasi, perasaan penuh da nada tekanan pada rongga perut,
atau keluhan anemi karena kurang darah atau nyeri pada waktu
berhubungan seksual, atau nyeri pada waktu bekerja. Perempuan lain yang
mengidap mioma mengeluh susah hamil atau mudah keguguran.
1) Perdarahan abnormal : hipermenore, menoragia, metroragia.
Disebabkan karena pengaruh ovarium sehingga terjadi hiperplasi
endometrium, permukaan endometrium yang lebih luar dari biasanya,
atrofi endometrium di atas mioma submukutan, myometrium tidak
dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma di antara
serabut myometrium sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah
yang melaluinya dengan baik, pembesaran perut bagian bawah, uterus
membesar merata, infertilitas, perdarahan setelah bersenggama,
dismenorea, abortus berulang, poliuri, retension urine, konstipasi serta
edema tungkai dan nyeri panggul (Chelmow, 2005; Yatim, 2005).
2) Nyeri timbul karena gangguan sirkulasi yang disertai nekrosis
setempat dan peradangan. Pada mioma submukosum yang dilahirkan
dapat menyempit canalis servikalis sehingga menimbulkan dismenore
3) Terjadi penekanan pada vesika urinaria yang dapat menyebabkan
poliuri, pada uretra menyebabkan retensio urine, pada ureter
menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis, pada rectum
menyebabkan obstipasi dan tenesmia, pada pembuluh darah dan limfe
menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul.
4) Mioma uteri dapat menyebabkan gangguan kontraksi ritmik uterus
yang sebenarnya diperlukan untuk mortilitas sperma di dalam uterus.
Gangguan implantasi embrio dapat terjadi pada keberadaan mioma
akibat perubahan histology endometrium dimana terjadi atrofi karena
kompresi massa tumor.
2. 4. Patofisiologi
Ammature muscle cell nest dalam miometrium akan berproliferasi
hal tersebut diakibatkan oleh rangsangan hormon estrogen. ukuran myoma
sangat bervariasi. sangat sering ditemukan pada bagian body uterus
(corporeal) tapi dapat juga terjadi pada servik. Tumot subcutan dapat
tumbuh diatas pembuluh darah endometrium dan menyebabkan
perdarahan. Bila tumbuh dengan sangat besar tumor ini dapat
menyebabkan penghambat terhadap uterus dan menyebabkan perubahan
rongga uterus. Pada beberapa keadaan tumor subcutan berkembang
menjadi bertangkai dan menonjol melalui vagina atau cervik yang dapat
menyebabkan terjadi infeksi atau ulserasi. Tumor fibroid sangat jarang
bersifat ganas, infertile mungkin terjadi akibat dari myoma yang
mengobstruksi atau menyebabkan kelainan bentuk uterus atau tuba falofii.
Myoma pada badan uterus dapat menyebabkan aborsi secara spontan, dan
hal ini menyebabkan kecilnya pembukaan cervik yang membuat bayi lahir
sulit (Norma & Mustika, 2013).
2. 5. Pathway
Reseptor Estrogen
Myoma Uteri
Tanda/Gejala
Gangguan Rasa
Nyaman Proses Infeksi/Nekrosis Defisiensi Pengetahuan
Prosedur Resiko
Resiko Syok Penekanan Organ Sekitar Ansietas
invasif Infeksi
2. 7. Penatalaksanaan
a. Terapi medisinal (hormonal)
Saat ini pemakaian agonis Gonadotropin-releasing hormone (GnRH)
memberikan hasil untuk memperbaiki gejala-gejala klinis yang
ditimbulkan oleh mioma uteri. Pemberian GnRH agonis bertujuan
untuk mengurangi ukuran mioma dengan jalan mengurangi produksi
estrogen dari ovarium. Efek maksimal pemberian GnRH agonis baru
terlihat stelah 3 bulan. Pada 3 bulan berikutnya tidak terjadi
pengurangan volume mioma secara bermakna. Terapi hormonal lainnya
seperti kontrasepsi oral dan preparat progresteron akan mengurangi
gejala perdarahan uterus yang abnormal namun tidak dapat mengurangi
ukuran dari mioma.
b. Terapi pembedahan
Terapi pembedahan pada mioma uetri dilakukan terhadap mioma yang
menimbulkan gejala. Indikasi pembedahan pada pasien dengan mioma
uteri adalah:
1. Perdarahan uterus yang tidak respon terhadap terapi konservasif
2. Sagkaan adanya keganasan
3. Pertumbuhan mioma pada masa menopause
4. Infertilitas karena gangguan pada cavum uetri aupun karena oklusi
tuba
5. Nyeri dan penekanan yang sangat menganggu
6. Gangguan berkemih maupun obstruksi traktus urinarius
7. Anemia akibat perdarahan
Tindakan pembedahan yang dilakukan adalah miomektomi maupun
histerektomi.
1. Miomektomi
Miomektomi sering dilakukan pada wanita yang ingin
mempertahankan fungsi reproduksinya dan tidak ingin dilakukan
histerektomi. Deawasa ini ada beberapa pilihan tindakan untuk
melakukan miomektomi, berdasarkan ukuran dan lokasi dari mioma.
Tindakan miomektomi dapat dilakukan dengan laparatomi,
histerektomi maupun dengan laparoskopi
2. Histerektomi
Tindakan pembedahan untuk mengangkat uterus dapat dilakukan
dengan cara yaitu dengan pendekatan abdominal (laparatomi), vaginal,
dan pada beberapa kasus seara laparoskopi. Tindakan histerektomi
pada pasien dengan mioma uterimerupakan indikasi bila didapati
keluhan menorrhagia, metrorrhagia, keluahan obstruksi pada traktus
urinarius dan ukuran uterus sebesar usia kehamilan 12-14 minggu.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI
I. PENGKAJIAN
1. Data Anamnesa
A. Identitas Klien
1. Nama : Ny. F
2. Umur : 42 tahun
3. Alamat :Jalan Rawasari GG Kayu Manis, RT/RW 003/001,Roban,
Singkawang Tengah
4. Pendidikan : SD
5. Agama : Islam
6. No. Medrek : 0446xx
B. Identitas Penanggung Jawab
1. Nama : Tn. Z
2. Umur : 45 Tahun
3. Alamat :
Jalan Rawasari GG Kayu Manis, RT/RW 003/001,Roban,
Singkawang Tengah
4. Pendidikan : SMP
5. Agama : Islam
6. Hubungan dengan klien : Suami
Pengkajian Pre Operasi (15-10-2018 09.30 WIB)
1. Keluhan Utama
Keluhan utama saat pengkajian : siklus haid tidak teratur, klien mengeluh nyeri
saat haid dan darah haid yang sangat deras. Klien juga mengatakan cemas dan
khawatir dengan tindakan operasi yang akan dilakukan.
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Alergi : Tidak ada alergi makanan
Tidak ada alergi obat-obatan
Aktivitas : Mandiri
Diet : Klien tidak menjalani diet khusus, nasfu makan baik, BB
59 kg
b. Status Nutrisi
SMRS
Makan nasi dan lauk pauk 3 kali sehari dengan menghabiskan 1 porsi
orang dewasa dan minum 5-6 gelas/hari, ± 1500 cc
MRS
TKtp 3 kali/hari porsi habis dan minum ±1200 cc atau 2-4 gelas/ hari
2. Pemeriksaan Fisik
a. Penampilan umum : Kesadaran compos mentis, klien tampak cemas
dan takut, klien tampak gelisah dan sedikit pucat
b. Tanda-tanda vital :
TD : 140/90 mmHg
N : 90 kali/menit
RR : 19 kali/menit
S : 37 oC / axila
c. Kulit
Turgor kulit baik, tidak ditemukan jejas, pigmen dan elastisitas kulit baik
d. Kepala
Rambut berwarna hitam, kulit kepala bersih, tidak ada ketombe.
e. Mata
Kedua mata simetris, konjungtiva tidak anemis.
f. Wajah
Tidak ada jejas, tidak ada nyeri tekan.
g. Leher
Tidak terdapat pembengkakan kelenjar tiroid, tidak ada nyeri saat dipalpasi.
h. Dada
Tidak terdapat jejas dan krepitasi
i. Paru-paru
Pergerakan dada simetris saat inspirasi dan ekspirasi. Saat dilakukan
auskultasi suara pernafasan normal (vesikuler) dan tidak terdapat suara
nafas tambahan.
j. Jantung
Bunyi jantung normal : S1-S2 reguler
k. Payudara
Payudara tampak simetris dan tidak ditemukan benjolan abnormal
l. Abdomen
Terdapat nyeri tekan pada abdomen bawah, terasa benjolan pada abdomen
kuadran bawah, bising usus 10x/menit
m. Eksternal genetalia
Adanya keluaran cairan berupa darah
n. Urination
Terpasang selang kateter urin
o. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
1. Hemoglobin : 10,7 g/dl (N = 11,7-15,5)
2. Leukosit : 21.300 /µl (N = 3.600 – 11.000)
3. Trombosit : 381.000/µl (N = 150.000 – 440.000)
4. Hematokrit : 33,7 % (N = 35 – 47)
5. Eritrosit : 4,21 106/µl (N = 3,8 – 5,2)
6. Golongan Darah : A+
7. HbSaG : non reaktif
8. HIV : non reaktif
USG : terdapat massa di uterus
1. Keluhan Utama
Keluhan utama saat pengkajian : Klien mengatakan nyeri pada bagian yang
dioperasi. Nyeri terasa saat bergerak maupun tidak.
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Alergi : Tidak ada alergi makanan
Tidak ada alergi obat-obatan
Aktivitas : Dengan dibantu
2. Pemeriksaan Fisik
a. Penampilan umum : kesadaran compos mentis, klien tampak sedikit
gelisah dan sedikit meringis menahan sakit
b. Tanda-tanda vital :
TD : 120/80 mmHg
N : 84 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36,9ºC / axila
c. Kulit
Turgor kulit baik, tidak ditemukan jejas, pigmen dan elastisitas kulit baik
d. Kepala
Rambut berwarna hitam, kulit kepala bersih, tidak ada ketombe.
e. Mata
Kedua mata simetris, konjungtiva tidak anemis.
f. Wajah
Tidak ada jejas, tidak ada nyeri tekan.
g. Leher
Tidak terdapat pembengkakan kelenjar tiroid, tidak ada nyeri saat dipalpasi.
h. Dada
Tidak terdapat jejas dan krepitasi
i. Paru-paru
Pergerakan dada simetris saat inspirasi dan ekspirasi. Saat dilakukan
auskultasi suara pernafasan normal (vesikuler) dan tidak terdapat suara
nafas tambahan.
j. Jantung
Bunyi jantung normal : S1-S2 reguler
k. Payudara
Payudara tampak simetris dan tidak ditemukan benjolan abnormal
l. Abdomen
Terdapat luka operasi yang masih diperban pada abdomen bagian bawah
m. Eksternal genetalia
Tidak tampak keluar cairan
n. Urination
Terpasang selang kateter urin
4. Pengkajian Spiritual
Ibadah yang bisa klien lakukan selama di rumah sakit seperti bedoa dan
berdzikir. Klien bersyukur atas izin Allah swt. operasinya sudah berjalan
dengan lancar.
DO :
- Klien tampak
meringis
- Klien tampak gelisah
- TTV
TD : 140/90 mmHg
N : 90 x/menit
RR : 19x/menit
S : 37ºC / axila
DO :
- Klien tampak sedikit
gelisah
- Klien tampak
khawatir
- Terjadi peningkatan
tekanan darah
- TTV
TD : 140/90 mmHg
N : 90 x/menit
RR : 19x/menit
S : 37ºC / axila
DS : Prosedur tindakan invasif Resiko infeksi
- Klien mengatakan
merasa risih dengan
pemasangan selang
kencing (kateter
urine)
DO :
- Klien terpasang infus
- Klien terpasang
kateter urine
- Jumlah leukosit:
21.300/µl
- TTV
TD : 140/90 mmHg
N : 90 x/menit
RR : 19x/menit
S : 37ºC / axila
Post Operasi
Data Etiologi Masalah Keperawatan
DS : Agen cidera fisik : Nyeri akut
- Klien mengatakan operasi histerektomi
nyeri
P : saat bergerak
maupun tidak
Q : seperti diiris
R : pada bagian yang
dilakukan operasi
(perut bagian
bawah)
S : dengan skala 5
T : terus-menerus
- Klien mengatakan
tidurnya terganggu
karena nyeri
DO :
- Klien tampak
meringis
- Klien tampak gelisah
- TTV
TD : 120/80 mmHg
N : 84 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36,9ºC / axila
DS : Imobilitas setelah Intoleransi aktivitas
- Klien mengatakan pembedahan
nyeri ketika bergerak
DO :
- TTV
TD : 120/80 mmHg
N : 84 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36,9ºC / axila
DO :
- Klien terpasang infus
- Klien terpasang
kateter urine
- Luka operasi tampak
masih diperban
- TTV
TD : 120/80 mmHg
N : 84 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36,9ºC / axila
III. Rencana Asuhan Keperawatan Pre Operasi
Diagnosa
Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
Nyeri akut b.d NOC NIC
agen cidera Pain Level, Pain Management
biologis : Pain control, Lakukan pengkajian nyeri secara Untuk mengidentifikasi
penekanan Comfort level komprehensif termasuk lokasi, nyeri
tumor pada Kriteria Hasil karakteristik, durasi, frekuensi,
uterus Mampu mengontrol nyeri kualitas, dan faktor presipitasi
(tahu penyebab nyeri dan Observasi reaksi nonverbal dari Untuk mengetahui respon
mampu menggunakan ketidaknyamanan klien terhadap nyeri
teknik nonfarmakologi
untuk mengurangi nyeri) Gunakan teknik komunikasi Untuk membina hubungan
terapeutik untuk mengetahui saling percaya kepada
Melaporkan bahwa nyeri
pengalaman nyeri pasien klien
berkurang dengan
Untuk membantu klien
menggunakan manajemen Ajarkan tentang teknik non
lebih rileks dan
nyeri farmakologi (teknik relaksasi
mengurangi nyeri
Menyatakan rasa nyaman tarik nafas dalam)
Untuk mengurangi nyeri
setelah nyeri berkurang Kolaborasi pemberian analgetik
untuk mengurangi nyeri Untuk membantu
Anjurkan klien meningkatkan memperbaiki kesehatan
istirahat klien
Untuk mengevaluasi
Monitor penerimaan klien tentang respon klien setelah
manajemen nyeri (farmakologi dilakukan manajemen
dan nonfarmakologi) nyeri (farmakologi dan
nonfarmakologi)
A : ansietas
P:
1. Dengarkan dengan
penuh perhatian
2. Anjurkan klien
untuk
mengungkapkan
perasaan dan
ketakutan
3. Anjurkan klien
melakukan teknik
relaksasi tarik nafas
dalam
4. Monitor TTV dan
keadaan umum klien
15/10/2018 Resiko infeksi 10.30 WIB 17.00 WIB
b.d prosedur Infection Control (kontrol S:
tindakan infeksi) Klien mengatakan tidak
invasif Berkolaborasi pemberian ada merasa gatal
terapi antibiotik (09.30) ataupun bengkak pada
Menganjurkan klien istirahat tangan yang terpasang
Mengajarkan pasien dan infus
keluarga tanda dan gejala O:
infeksi - Tidak tampak tanda-
Mengajarkan cara menghindari
tanda plebitis pada
infeksi
tangan yang terpasang
infus
- TD : 140/90 mmHg
- N : 84x/menit
- RR : 19x/ menit
- S : 36,50C / axila
- leukosit 21.300
- urine berwarna kuning
(normal)
A : resiko infeksi
P:
1. Monitor tanda dan
gejala infeksi
2. Monitor kerentanan
terhadap infeksi
3. Kolaborasi
pemberian antibiotik
4. Monitor TTV dan
keadaan umum klien
Hari ke-2
Diagnosa
Tanggal Implementasi Evaluasi Paraf
Keperawatan
Nyeri akut b.d 06.00 WIB 12.00 WIB
16/10/2018 agen cidera Melakukan pengkajian ulang S : Klien mengatakan
biologis : nyeri secara komprehensif masih nyeri
penekanan termasuk lokasi, karakteristik, - P : ada massa di uterus
tumor pada durasi, frekuensi, kualitas, dan - Q : seperti ditusuk
uterus faktor presipitasi - R : nyeri di abdomen
Mengobservasi reaksi bawah
nonverbal dari - S : Skala nyeri 5
ketidaknyamanan (ekspresi - T : Nyeri hilang
wajah, bahasa tubuh) datang
Mengunakan teknik Klien mengatakan
komunikasi terapeutik untuk tidurnya terganggu
mengetahui pengalaman nyeri karena nyeri
pasien
Mengajarkan tentang teknik O : Klien masih tampak
non farmakologi (teknik sedikit gelisah
relaksasi tarik nafas dalam) - TD : 160/90 mmHg
Menganjurkan klien - N : 70x/menit
meningkatkan istirahat - RR : 20x/ menit
Memonitor penerimaan klien - S : 36,50C / axila
tentang manajemen nyeri
(farmakologi dan non A : nyeri akut
farmakologi)
Berkolaborasi pemberian P:
analgesik (inj. asam 1. Observasi reaksi
tranexamat 3x1 IV nonverbal dari
ketidaknyamanan
Analgesic Administration (ekspresi wajah,
Memonitor tanda-tanda vital bahasa tubuh).
klien sebelum dan sesudah 2. Gunakan teknik
pemberian analgesic komunikasi
Mengevaluasi efektivitas terapeutik untuk
analgesic mengetahui
pengalaman nyeri
pasien
3. Ajarkan tentang
teknik non
farmakologi (teknik
relaksasi tarik nafas
dalam)
4. Anjurkan klien
meningkatkan
istirahat
5. Kolaborasi
pemberian analgesik
(inj. asam
tranexamat 3x1 IV)
6. Monitor penerimaan
klien tentang
manajemen nyeri
(farmakologi dan
non farmakologi)
7. Monitor TTV dan
keadaan umum klien
16/10/2018 Ansietas b.d 06.00 WIB 12.00 WIB
perubahan Melakukan pendekatan yang S:
status menenangkan - Klien mengatakan
kesehatan Mendengarkan dengan penuh tidak jadi dioperasi
perhatian karena tensi naik
Menganjurkan klien untuk
mengungkapkan perasaan dan O :
ketakutan - Klien tampak gelisah
Menganjurkan klien - TD : 160/90 mmHg
melakukan teknik relaksasi - N : 70x/menit
tarik nafas dalam - RR : 20x/ menit
- S : 36,50C / axila
A : ansietas
P:
1. Dengarkan dengan
penuh perhatian
2. Anjurkan klien
untuk
mengungkapkan
perasaan dan
ketakutan
3. Anjurkan klien
melakukan teknik
relaksasi tarik nafas
dalam
4. Monitor TTV dan
keadaan umum klien
16/10/2018 Resiko infeksi 06.00 WIB 12.00 WIB
b.d prosedur Infection Control (kontrol S:
tindakan infeksi) Klien mengatakan tidak
invasif Berkolaborasi pemberian ada merasa gatal
terapi antibiotik ataupun bengkak pada
Menganjurkan klien istirahat tangan yang terpasang
Memonitor tanda-tanda infeksi infus
O:
- Tidak tampak tanda-
tanda plebitis pada
tangan yang terpasang
infus
- TD : 160/90 mmHg
- N : 70x/menit
- RR : 20x/ menit
- S : 36,50C / axila
- leukosit 21.300
- Urine berwarna
kuning (normal)
A : resiko infeksi
P:
1. Monitor tanda dan
gejala infeksi
2. Monitor kerentanan
terhadap infeksi
3. Kolaborasi
pemberian antibiotik
4. Monitor TTV dan
keadaan umum klien
Hari ke-3
Diagnosa
Tanggal Implementasi Evaluasi Paraf
Keperawatan
Nyeri akut b.d 06.00 WIB 12.00 WIB
17/10/2018 agen cidera Melakukan pengkajian ulang S : Klien mengatakan
biologis : nyeri secara komprehensif masih nyeri
penekanan termasuk lokasi, karakteristik, - P : ada massa di uterus
tumor pada durasi, frekuensi, kualitas, dan - Q : seperti ditusuk
uterus faktor presipitasi - R : nyeri di abdomen
Mengobservasi reaksi bawah
nonverbal dari - S : Skala nyeri 5
ketidaknyamanan (ekspresi - T : Nyeri hilang
wajah, bahasa tubuh) datang
Mengunakan teknik Klien mengatakan
komunikasi terapeutik untuk tidurnya terganggu
mengetahui pengalaman nyeri karena nyeri
pasien
Mengajarkan tentang teknik O : Klien masih tampak
non farmakologi (teknik sedikit gelisah
relaksasi tarik nafas dalam) - TD : 120/80 mmHg
Menganjurkan klien - N : 84x/menit
meningkatkan istirahat - RR : 18x/ menit
Memonitor penerimaan klien - S : 36,90C / axila
tentang manajemen nyeri
(farmakologi dan non A : nyeri akut
farmakologi)
Berkolaborasi pemberian P:
analgesik (inj. asam 1. Observasi reaksi
tranexamat 3x1 IV nonverbal dari
ketidaknyamanan
Analgesic Administration (ekspresi wajah,
Memonitor tanda-tanda vital bahasa tubuh).
klien sebelum dan sesudah 2. Gunakan teknik
pemberian analgesic komunikasi
Mengevaluasi efektivitas terapeutik untuk
analgesic mengetahui
pengalaman nyeri
pasien
3. Ajarkan tentang
teknik non
farmakologi (teknik
relaksasi tarik nafas
dalam)
4. Anjurkan klien
meningkatkan
istirahat
5. Kolaborasi
pemberian analgesik
(inj. asam
tranexamat 3x1 IV)
6. Monitor penerimaan
klien tentang
manajemen nyeri
(farmakologi dan
non farmakologi)
7. Monitor TTV dan
keadaan umum klien
17/10/2018 Ansietas b.d 06.00 WIB 12.00 WIB
perubahan Melakukan pendekatan yang S:
status menenangkan - Klien mengatakan
kesehatan Menjelaskan prosedur dan apa cemas sedikit berkurang
yang dirasakan selama
prosedur O:
Mendengarkan dengan penuh - Klien tampak sedikit
perhatian gelisah
Menganjurkan klien untuk - TD : 120/80 mmHg
mengungkapkan perasaan dan - N : 84x/menit
ketakutan - RR : 18x/ menit
Menganjurkan klien - S : 36,90C / axila
melakukan teknik relaksasi
tarik nafas dalam A : ansietas
P:
1. Dengarkan dengan
penuh perhatian
2. Anjurkan klien
untuk
mengungkapkan
perasaan dan
ketakutan
3. Anjurkan klien
melakukan teknik
relaksasi tarik nafas
dalam
4. Monitor TTV dan
keadaan umum klien
A : resiko infeksi
P:
1. Monitor tanda dan
gejala infeksi
2. Monitor kerentanan
terhadap infeksi
3. Kolaborasi
pemberian antibiotik
4. Monitor TTV dan
keadaan umum klien
V. Rencana Asuhan Keperawatan Post Operasi
Diagnosa
Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
Nyeri akut b.d NOC NIC
agen cidera fisik: Pain Level, Pain Management
operasi Pain control, Lakukan pengkajian nyeri secara Untuk mengidentifikasi
histerektomi Comfort level komprehensif termasuk lokasi, nyeri
Kriteria Hasil karakteristik, durasi, frekuensi,
Mampu mengontrol nyeri kualitas, dan faktor presipitasi
(tahu penyebab nyeri dan Observasi reaksi nonverbal dari
mampu menggunakan ketidaknyamanan Untuk mengetahui respon
teknik nonfarmakologi klien terhadap nyeri
untuk mengurangi nyeri) Gunakan teknik komunikasi Untuk membina hubungan
Melaporkan bahwa nyeri terapeutik untuk mengetahui saling percaya kepada
berkurang dengan pengalaman nyeri pasien klien
menggunakan manajemen Ajarkan tentang teknik non Untuk membantu klien
nyeri farmakologi (teknik relaksasi lebih rileks dan
tarik nafas dalam) mengurangi nyeri
Menyatakan rasa nyaman
Untuk mengurangi nyeri
setelah nyeri berkurang Kolaborasi pemberian analgetik
untuk mengurangi nyeri
Untuk membantu
Anjurkan klien meningkatkan memperbaiki kesehatan
istirahat klien
Untuk mengevaluasi
Monitor penerimaan klien tentang respon klien setelah
manajemen nyeri (farmakologi dilakukan manajemen
dan nonfarmakologi) nyeri (farmakologi dan
nonfarmakologi)
A : intoleransi aktivitas
P:
1. Anjurkan klien latihan
aktivitas yang mampu
dilakukan klien
2. Monitor respon klien
setelah melakukan
aktivitas
18/10/2018 Resiko infeksi 06.00 WIB 12.00 WIB
b.d prosedur Infection Control (kontrol S :
tindakan infeksi) Klien mengatakan bisa
invasif Berkolaborasi pemberian melakukan personal hygine di
terapi antibiotik sekitar luka operasi
Memonitor tanda dan gejala Klien mengatakan dapat tidur
infeksi
Memonitor kerentanan dengan baik selama 6-8 jam
terhadap infeksi
Menganjurkan masukkan O : Klien dapat mengevaluasi
cairan penjelasan tentang pendidikan
Menganjurkan klien istirahat kesehatan dalam menghindari
Mengajarkan pasien dan infeksi pasca operasi
keluarga tanda dan gejala Klien makan dan minum
infeksi sesuai jadwal makan dan tidak
Mengajarkan cara menghindari berpantang
infeksi TD : 130/70 mmHg
- N : 87x/menit
- RR : 20x/ menit
- S : 36,60C / axila
A : resiko infeksi
P:
1. Monitor tanda dan gejala
infeksi
2. Monitor kerentanan
terhadap infeksi
Hari ke-5
Diagnosa
Tanggal Implementasi Evaluasi
Keperawatan
Nyeri akut b.d 06.00 WIB 12.00 WIB
19/10/2018 agen cidera 1. Melakukan pengkajian ulang S :
fisik: operasi nyeri secara komprehensif Klien mengatakan nyeri
histerektomi termasuk lokasi, karakteristik, berkurang
durasi, frekuensi, kualitas, dan P : Saat bergerak dan
faktor presipitasi berpindah posisi
2. Mengobservasi reaksi Q : Seperti diiris-iris
nonverbal dari R : Bagian luka operasi
ketidaknyamanan S : Skala 3
3. Mengunakan teknik T : hilang datang
komunikasi terapeutik untuk
mengetahui pengalaman nyeri O : Klien tampak tenang
pasien - TD : 130/90 mmHg
4. Mengajarkan tentang teknik - N : 80x/menit
non farmakologi (teknik - RR : 20x/ menit
relaksasi tarik nafas dalam) - S : 36,10C / axila
5. Menganjurkan klien
meningkatkan istirahat A : nyeri akut.
6. Memonitor penerimaan klien
tentang manajemen nyeri P:
(farmakologi dan non
1. Observasi reaksi
farmakologi) nonverbal dari
7. Berkolaborasi pemberian ketidaknyamanan.
analgesik (inj. asam
2. Gunakan teknik
tranexamat 3x1 IV) komunikasi terapeutik
untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
Analgesic Administration 3. Ajarkan tentang teknik non
8. Memonitor tanda-tanda vital farmakologi (teknik
klien sebelum dan sesudah relaksasi tarik nafas dalam)
pemberian analgesic 4. Anjurkan klien
9. Mengevaluasi efektivitas meningkatkan istirahat
analgesic 5. Kolaborasi pemberian
analgesik (inj. asam
tranexamat 3x1 IV)
6. Monitor penerimaan klien
tentang manajemen nyeri
(farmakologi dan non
farmakologi)
7. Monitor tanda-tanda vital
klien sebelum dan sesudah
pemberian analgesic
8. Evaluasi efektivitas
analgesic
A : intoleransi aktivitas
P:
1. Monitor respon klien
setelah melakukan
aktivitas
19/10/2018 Resiko infeksi 06.00 WIB 12.00 WIB
b.d prosedur Infection Control (kontrol S:
tindakan infeksi) Klien mengatakan tidak terasa
invasif Kolaborasi pemberian terapi gatal pada luka operasi
antibiotik
Memonitor tanda dan gejala O :
infeksi - Klien sudah tidak terpasang
Memonitor kerentanan
infus dan kateter
terhadap infeksi
- Luka operasi masih
Menganjurkan masukkan
diperban
cairan
- TD : 130/90 mmHg
Menganjurkan klien istirahat
Mengajarkan pasien dan - N : 80x/menit
keluarga tanda dan gejala - RR : 20x/ menit
0
infeksi - S : 36,1 C / axila
Mengajarkan cara menghindari
infeksi
Melaporkan kecurigaan infeksi A : resiko infeksi
P:
1. Monitor tanda dan gejala
infeksi
2. Monitor kerentanan
terhadap infeksi
Hari ke-6
Diagnosa
Tanggal Implementasi Evaluasi
Keperawatan
Nyeri akut b.d 06.00 WIB 12.00 WIB
20/10/2018 agen cidera 1. Melakukan pengkajian nyeri S:
fisik: operasi secara komprehensif termasuk Klien mengatakan nyeri
histerektomi lokasi, karakteristik, durasi, P : Saat bergerak dan
frekuensi, kualitas, dan faktor berpindah posisi
presipitasi Q : Seperti diiris-iris
2. Mengobservasi reaksi R : Bagian luka operasi
nonverbal dari S : Skala 2
ketidaknyamanan T : hilang datang
3. Mengunakan teknik
komunikasi terapeutik untuk O : Klien tampak tenang
mengetahui pengalaman nyeri - TD : 120/80 mmHg
pasien - N : 82x/menit
4. Mengajarkan tentang teknik - RR : 20x/ menit
non farmakologi (teknik - S : 36,50C / axila
relaksasi tarik nafas dalam)
5. Menganjurkan klien A : nyeri akut
meningkatkan istirahat
6. Memonitor penerimaan klien P:
tentang manajemen nyeri 1. Hentikan intervensi
(farmakologi dan non 2. Klien boleh pulang
farmakologi) 3. Berikan discharge
7. Berkolaborasi pemberian planning
analgesik
Analgesic Administration
8. Memonitor tanda-tanda vital
klien sebelum dan sesudah
pemberian analgesic
9. Mengevaluasi efektivitas
analgesic
20/10/2018 Intoleransi 06.00 WIB 12.00 WIB
aktivitas b.d Activity Therapy S : klien mengatakan sudah
imobilitas Membantu klien untuk bisa pergi ke wc
setelah mengidentifikasi aktivitas yang
pembedahan mampu dilakukan O : Klien sudah melakukan
Bantu untuk mendapatkan alat aktivitas secara mandiri
bantuan aktivitas, seperti kursi - TD : 120/80 mmHg
roda - N : 82x/menit
Monitor respon klien setelah - RR : 20x/ menit
melakukan aktivitas - S : 36,50C / axila
A : intoleransi aktivitas
P:
1. Hentikan intervensi
2. Klien boleh pulang
3. Berikan discharge
planning
20/10/2018 Resiko infeksi 06.00 WIB 12.00 WIB
b.d prosedur Infection Control (kontrol S : Klien mengatakan tidak
tindakan infeksi) terasa gatal pada luka operasi
invasif Memonitor tanda dan gejala
infeksi O : luka operasi tidak tampak
Memonitor kerentanan kemerahan
terhadap infeksi - TD : 120/80 mmHg
Menganjurkan klien istirahat - N : 82x/menit
Mengajarkan pasien dan
- RR : 20x/ menit
keluarga tanda dan gejala
- S : 36,50C / axila
infeksi
Mengajarkan cara menghindari
A : resiko infeksi
infeksi
P:
1. Hentikan intervensi
2. Klien boleh pulang
3. Berikan discharge
planning
Discharge Planning
1. Anjurkan klien olah raga secara teratur dan konsumsi makanan yang banyak
mengandung nutrisi terutama dari tumbuh-tumbuhan sehingga dapat membuat
daya tahan tubuh meningkat.
2. Anjurkan klien menjaga kebersihan diri terutama pada daerah bekas luka
operasi.
3. Anjurkan klien untuk berkonsultasi ke pelayanan kesehatan jika terdapat
keluhan.
BAB IV
PEMBAHASAN
ada objek yang spesifik sehingga orang merasakan suatu perasaan was-was
(khawatir) seolah-olah ada sesuatu yang buruk akan terjadi dan pada
waktu (Pieter,dkk,2011).
Penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahan dan terapi
5.1 Kesimpulan
Selama melakukan asuhan keperawatan pada Ny. F dengan Mioma
Uteri di Ruang Nifas RSUD Abdul Azis Singkawang dari tanggal 15 Oktober
Januari 2018 sampai dengan 20 Oktober 2018, kelompok mendapatkan
pengalaman yang nyata dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien
dengan Mioma Uteri, yang dimulai dari pengkajian, perencanaan,
implementasi, evaluasi dan pendokumentasian keperawatan. Masalah
keperawatan yang muncul pada pasien yaitu: sebelum operasi Nyeri akut b.d
Agen cidera biologis (penekanan tumor pada uterus), Ansietas b.d Perubahan
Status kesehatan, Risiko Infeksi b.d prosedur tindakan invasif. Adapun
masalah keperawatan yang muncul setelah operasi Nyeri akut b. Agen cidera
fisik (operasi histerektomi), Intoleransi Aktivitas b.d imobilisasi setelah
pembedahan, dan risiko infeksi b.d prosedur tindakan invasif.
Perencanaan ditetapkan dengan merumuskan subjek, predikat, kriteria
adalah SMART (spesific, measurable, achievable, realistic dan time limited).
Perencanaan untuk setiap diagnosa serta disesuaikan dengan kebutuhan
pasien, kondisi pasien, menyesuaikan dengan sarana dan prasarana yang ada
di rumah sakit. Perencanaan tindakan keperawatan telah disesuaikan dengan
teori yang telah ada. Implementasi dilakukan sesuai dengan rencana yang
telah ditetapkan dengan beberapa modifikasi sesuai dengan kondisi pasien
dan kondisi Nifas RSUD Abdul Azis Singkawang. Di samping itu penulis
juga melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lain yakni dokter, ahli gizi,
petugas laboratorium dan perawat dalam melaksanakan implementasinya.
Implementasi dilakukan selama 6 x 24 jam. Evaluasi dilakukan
dengan dua cara yaitu evaluasi proses dan evaluasi hasil yang waktunya
disesuaikan dengan perencanaan tujuan. Ada beberapa masalah yang tidak
tercapai atau tercapai sebagian didalam tindakan keperawatan yang telah
diberikan. Masalah nyeri akut pre operasi akibat adanya masa pada ovarium
belum teratasi akibat terbatasnya waktu intervensi. Nyeri post operasi teratasi
setelah diberikan analgetik maka nyeri berkurang. Hambatan mobilitas fisik
teratasi setelah klien dapat miring kanan dan kiri setelah 7 jam pasca operasi..
Resiko infeksi tercapai setelah 6 hari tindakan keperawatan tidak ditemukan
tanda-tanda infeksi. Pendokumentasian yang dilakukan selama 6x24 jam,
dengan menggunakan SOAP (subyektif, obyektif, analisa, dan perencanaan)
dan evaluasi dilakukan setiap pergantian shift.
5.2 Saran
Setelah melakukan asuhan keperawatan Ny. F dengan Mioma Uteri di
Ruang Nifas RSUD Abdul Azis Singkawang ada beberapa saran yang dapat
penulis sampaikan, yaitu :
1. Profesi Keperawatan
Meningkatkan profesionalitas dalam bekerja, dan memperbaharui
pengetahuan masalah pada sistem reproduksi terutama tentang Mioma
Uteri agar tindakan yang dilakukan tidak hanya rutinitas.
2. Institusi RSUD Abdul Azis Singkawang
a. Direktur Rumah Sakit
Meningkatkan standar prosedur operasional dalam pemberian
pelayanan terhadap pasien dengan gangguan sistem reproduksi.
b. Kepala Ruang Nifas
Meningkatkan pelayanan perawatan dan kebidanan serta standar
operasional yang disesuaikan dengan perkembangan ilmu dan teknologi
terkini.
c. Bidan Ruang Nifas
Meningkatkan perkembangan pengetahuan dan pelayanan perawatan
dan kebidanan yang disesuaikan dengan perkembangan ilmu dan
teknologi terkini.
d. Mahasiswa Praktik
Mempertahankan kerja sama yang baik antara perawat dan mahasiswa
praktikan, agar dapat segera diketahui kebutuhan pasien baik kebutuhan
fisik dan maupun kebutuhan psikis.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Shaer, D., Hill, P. D., & Anderson, A. M. (2011). Nurses' Knowledge And
Attitudes Regarding Pain Assesment and Intervention. MedSur Nursing,
7-11.
Astuti NF. Hubungan Tingkat Stres Dengan Penyembuhan Luka Diabetes Melitus
di RSUD Gunungsitoli Kabupaten Nias Tahun 2013. Bekasi; 2014.
Gonzales, E. A., Ledesma, R. J., McAllister, D. J., Perry, S. M., Dyer , C. A., &
Maye , J. P. (2010). Effect Guided Imagery On Post Operatif Outcomes
in Patients Undergoing Same-Day Surgical Procedures : A Randomized
Single Blind Study. AANA Journal , 181-188.
Jauhari. Dukungan Sosial dan Kecemasan pada Pasien Diabetes Mellitus. The
Indonesian Journal of Health Science. 2016;7(1):64–76.
Lewis, S. L., Dirksen, S. R., Heitkemper, M. M., Bucher, L., & Camera, I. M.
(2011). Medical-Surgical Nursing : Assesment And Management Of
Clinical Problems. USA: Elsevier-Mosby.
Salim, I, A & Finurina, I. (2015). Karakteristik Mioma Uteri di Rsud Prof. Dr.
Margono Soekarjo Banyumas. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Kesehatan. Vol3.
No2.
Yatim, Faisal. (2005). Penyakit Kandungan, Myom, Kista, Indung Telur, Kanker
Rahim/Leher Rahim, serta Gangguan lainnya. Jakarta: Pustaka Populer
Obor.
Yusuf, R., Kusniyati, H., & Nuramelia, Y. (2016). Aplikasi Diagnosis Gangguan
Kecemasan Menggunakan Metode Forward Chaining Berbasis Web
dengan Php dan Mysql. Jurnal Sistem Informasi, 9(1), 1-13.