Disusun Oleh:
KELOMPOK 8-9
A. Latar Belakang
Hampir semua kematian ibu (99%) terjadi di negara berkembang, komplikasi
utama yang menyumbang 80% dari seluruh kematian ibu adalah perdarahan hebat
setelah melahirkan, infeksi, preekampsia dan eklampsia. Dan salah satu komplikasi
persalinan yang ada di Indonesia adalah preeklamsia berat (PEB). PEB ditandai dengan
tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih, proteiunuria 2+, terjadinya kejang (eklampsia),
gangguan penglihatan, nyeri abdomen atas, terjadi trombositopenia, hemolisis,
pertumbuhan janin terhambat, edema paru, dan oliguria. Proteinuria dan hipertensi
adalah manifestasi klinis yang dominan pada preeklampsia karena ginjal menjadi target
penyakit pada beberapa organ seperti kegagalan ginjal, kerusakan pada organ hati, dan
terjadinya perdarahan intracranial. Sedangkan kejang pada pasien PEB meningkatkan
angka kematian ibu dan kematian janin dikarenakan terjadinya kolaps sirkulasi.
Keterlibatan hepar pada preeklampsia-eklampsia adalah hal yang serius dan disertai
dengan keterlibatan organ lain terutama ginjal dan otak, bersama dengan hemolisis dan
trombositopenia. Keadaan ini yang disebut sindrom Hemolisis Elevated Liver Enzymes
Low Platelet (HELLP) (Cunningham, 2012).
Di Indonesia mempunyai angka kejadiaan PEB sekitar 7-10% dari seluruh
kehamilan. Jumlah komplikasi kehamilan Provinsi Kalimantan Timur tahun 2018 dan
presklamsia merupakan komplikasi kehamilan di dapatkan data sebanyak 126.806 (20%
dari jumlah ibu hamil). Cakupan komplikasi kehamilan yang di tangani tahun 2018
sebesar 90,81% (Riskerdas, 2018).
Preeklampsia berakibat fatal jika tidak segera mendapatkan tindakan, merusak
plasenta sehingga menyebabkan bayi lahir dalam keadaan tidak bernyawa, atau lahir
prematur, penyakit ini juga membahayakan ginjal ibu hamil. Pada beberapa kasus, bisa
menyebabkan ibu hamil mengalami koma bahkan sampai kematian. Untuk mencegah hal
tersebut jalan terbaik adalah dilakukannya tindakan Sectio Caesarea (SC). Namun tidak
semua Ibu yang mengalami preeklamsi berat (PEB) atau eklampsia (preeklampsia yang
disertai kejang) harus di lakukan tindakan SC. Tindakan SC untuk perbaikan keadaan ibu
dan mencegah kematian janin dalam uterus. (Indiarti, 2009).
SC pada umumnya dilakukan ketika proses persalinan normal tidak
memungkinkan dilakukan karena alasan indikasi medis maupun non medis, SC
merupakan tindakan yang beresiko, dampak yang ditimbulkan antara lain berupa
perdarahan, infeksi, anastesi dan lainnya (Reeder, 2011) Beberapa penyulit persalinan
yang mungkin muncul dan perlu dilakukan SC diantara indikasi untuk dilakukan
tindakan SC yaitu malpresentasi janin yaitu letak bokong, letak lintang, presentasi
rangkap, presentasi muka dan dahi, dan gemelli/bayi kembar, plasenta previa sentralis
dan lateralis, panggul sempit, disproporsi sefalopelvik, partus lama, partus tak maju, dan
eklamsia/preeklamsia (Rustam, 2012).
Tahun 2013 menunjukkan kelahiran dengan metode SC (Section Caesarea)
sebesar 9,8 persen dari total 49.603 kelahiran sepanjang tahun 2013 sampai dengan 2018,
dengan proporsi tertinggi di DKI Jakarta (19,9%) dan terendah di Sulawesi Tenggara
(3,3%), dan proporsi SC di Kalimantan Timur sebesar (9,9%) (Riskesdas, 2018). Angka
kejadian pasien dilakukan SC karena pre eklmpsia berat sebanyak 21% (Riskerdas,
2018).
Ibu yang mengalami bedah SC akibat PEB harus segera diberikan perawatan post
SC berupa pengawasan, monitor, dan pengontrolan terhadap tekanan darah dimana
apabila tekanan darah pasien tinggi dapat menyebabkan terjadinya kejang. Pencegahan
terjadinya kejang yaitu dengan cara pemberian magnesium sulfat melalui intravena.
Penatalaksanaan cairan dalam pemberian cairan harus dilakukan pembatasan untuk
mengurangi resiko kelebihan cairan (Robson, 2012).
Peran perawat sebagai pelaksana keperawatan memiliki kemampuan yang
memadai dalam perawatan post SC dengan PEB diantaranya kemampuan untuk
membantu perawatan menurunkan tekanan darah, membantu Activity Daily Living
(ADL) pasien, perawatan yang dilakukan dalam keperawatan maternitas pada pasien post
SC PEB seperti perawatan luka, perawatan payudara, perawatan fungsi kandung kemih
dan perawatan perineum, memberi pertolongan mental serta pendidikan pada pasien dan
keluarga tentang nutrisi ibu post SC PEB (Manuaba, 2009).
Melihat berbagai fakta yang ada bahwa tingginya kasus PEB di Indonesia penulis
tertarik untuk menjadikan kasus PEB pada ibu hamil untuk dijadikan makalah kelompok.
sehingga dalam penyusunannya makalah ini penulis mengambil judul “Asuhan
Keperawatan dengan Post Sectio Caesarea Indikasi Preeklamsia Berat (PEB) RSU. Dr.
Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam laporan kasus ini
adalah “ bagaimana Asuhan Keperawatan dengan Pre Eklamsia Berat, Hiperkalemia, Pro
Sectio Caesarea RSU. Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan”.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran asuhan keperawatan dengan Pre Eklamsia Berat,
Hiperkalemia, Pro Sectio Caesarea RSU. Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penyusunan Makalah kelompok ini diharapkan penulis
mampu:
a. Mampu melakukan pengkajian dengan Pre Eklamsia Berat, Hiperkalemia, Pro
Sectio Caesarea RSU.Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan.
b. Mampu menganalisa data yang telah diperoleh dari hasil pengkajian
keperawatan dengan Pre Eklamsia Berat, Hiperkalemia, Pro Sectio Caesarea
RSU. Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan.
c. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan dengan Pre Eklamsia Berat,
Hiperkalemia, Pro Sectio Caesarea RSU. Dr. Kanujoso Djatiwibowo
Balikpapan.
d. Mampu melakukan rencana tindakan keperawatan dengan Pre Eklamsia Berat,
Hiperkalemia, Pro Sectio Caesarea RSU. Dr. Kanujoso Djatiwibowo
Balikpapan.
e. Mampu melakukan evaluasi dengan Pre Eklamsia Berat, Hiperkalemia, Pro
Sectio Caesarea RSU. Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan.
f. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan dengan Pre Eklamsia Berat,
Hiperkalemia, Pro Sectio Caesarea RSU. Dr. Kanujoso Djatiwibowo
Balikpapan.
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Rumah Sakit
Hasil study kasus ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan
tambahan pengetahuan referensi khususnya tentang Asuhan keperawatan tentang
pemilihan alat kontrasepsi, nutrisi, dan pengobatan yang sesuai dengan masalah Pre
Eklamsia Berat, Hiperkalemia, Pro Sectio Caesarea
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai referensi dan acuan proses keperawatan dengan Asuhan
keperawatan tentang pemilihan alat kontrasepsi, nutrisi, dan pengobatan yang sesuai
dengan masalah Pre Eklamsia Berat, Hiperkalemia, Pro Sectio Caesarea
3. Bagi Mahasiswa
Menambah pengetahuan tentang proses keperawatan tentang Asuhan
keperawatan dengan tentang pemilihan alat kontrasepsi, nutrisi, dan pengobatan yang
sesuai dengan masalah Pre Eklamsia Berat, Hiperkalemia, Pro Sectio Caesarea
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan proposal yang digunakan dalam pembuatan makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Bab I.Pendahuluan
Bab ini membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penulisan, manfaat penulisan, sistematika penulisan
2. Bab II. Tinjauan teori
Berisi tentang SC ( Sectio Caesarea) PEB dan Hiperkalemia yang meliputi
definisi, etiologi, manifestasi klinis, fisiologisways dan pathway, penalaksanaan
medis, dan penatalaksanaan keperawatan berupa pengkajian, dan fokus intervensi
3. Bab III. Tinjauan Kasus
Berisi tentang kasus yang diambil, Pengkajian, Diagnose keperawatan,
Intervensi dan Evaluasi Keperawatan.
4. Bab IV. Pembahasan
Berisi hasil pembahasan perbandingan antara teori dan kasus yang dikelola
oleh kelompok
5. Bab V. Penutup
Berisi tentang saran dan kesimpulan yang didapat oleh kelompok dalam
pengelolaan kasus.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Teori
1. Pengertian
a. Sectio Caesarea
Sectio Caesarea di definisikan sebagai lahirnya janin melalui insisi pada
dinding abdomen (laparatomi) dan dinding uterus (Sumelung, 2014). Sectio
Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada
dinding uterus melalui dinding depan abdomen (Sofian, 2011). Sectio Caesarea
adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada
dinding perut dan dinding syaraf rahim dalam keadaan utuh serta berat janin
diatas 500 gram (Winkjosastro, 2010)
b. Post Partum
Postpartum adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta
sampai 6 minggu setelah melahirkan (Nugroho, 2014). Postpartum adalah dimulai
setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti
keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira selam 6 minggu (Wilis, 2014).
Postpartum adalah 1 jam setelah plasenta lahir hingga 6 minggu (42 hari)
setelahnya, masa ini juga dikenal sebagai masa involusi dimana system
reproduksi perempuan setelah melahirkan akan kembali ke kondisi seperti
sebelum hamil (Tanto, 2014).
c. Pre-eklamsia
Preeklampsia berat adalah hipertensi yang terjadi pada ibu hamil dengan usia
kehamilan 20 minggu atau setelah persalinan di tandai dengan meningkatnya
tekanan darah menjadi ≥ 140/90 mmHg dan di sertai dengan kadar proteinuria
300 mg protein dalam urin selama 24 jam (Lombo, 2017). Preeklampsia berat
adalah kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin dan dalam masa
nifas yang terdiri dari berkurangnya perfusi organ akibat vasospasme dan aktivasi
endotel, yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah, edema, dan proteinuria
(Aprina, 2016). Preeklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang
ditandai dengan timbulnya PEB 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria,
dan edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih (Cunningham, 2012).
Jadi masa nifas dengan post SC PEB adalah masa setelah seorang ibu
melahirkan bayi beserta plasenta dengan cara melalui insisi di dinding abdomen
dan dinding uterus (SC) akibat adanya komplikasi kehamilan berupa preeklamsia
berat yang ditandai dengan adanya peningkatan tekanan darah, edema, dan
proteinuria.
d. Hiperkalemia
Kalium untuk bumil menjadi asupan zat gizi yang cukup vital. Selama
kehamilan ibu hamil mengalami banyak perubahan fisik dan hormonal, maka
itu perlu diseimbangkan dengan asupan gizi, salah satunya kalium. Zat gizi yang
juga dikenal dengan potasium ini memiliki peran dalam menyeimbangkan fungsi
tubuh khususnya keseimbangan elektrolit serta cairan tubuh. Saat kehamilan,
perannya bisa lebih kompleks dan penting.
Asupan harian yang disarankan ialah 4.700 miligram. Pada ibu menyusui
asupannya lebih tinggi menjadi 5.100 miligram. Pada ibu hamil, asupan kalium
yang disarankan 4,4 mmol/L yang direkomendasikan oleh dokter.
Asupan kalium yang terlalu tinggi bisa menyebabkan kondisi berbahaya, atau
dikenal juga dengan istilah hiperkalemia. Pada kasus tertentu, kondisi ini
bisa menyebabkan dehidrasi parah dan memperparah diabetes tipe 1. Selain itu
ada kasus juga yang menyebabkan gagal ginjal atau gagal jantung. Kondisi ini
bisa disebabkan karena overdosis obat-obatan, suplemen dengan dosis berlebihan,
dan mengonsumsi terlalu banyak kalium.
Nyeri dada
Mati rasa
Perasaan kesemutan
Tingkat kalium yang rendah bisa juga berbahaya pada tubuh ibu hamil, disebut
juga hypokalemia. Kekurangan kalium juga dapat menyebabkan kram otot,
masalah dengan kelahiran dan masalah lainnya pada kehamilan. Kondisi ini bisa
disebabkan karena asupan zat gizi kalium rendah maupun kondisi kesehatan yang
menurun. Beberapa kondisi tersebut seperti diet tak seimbang, retensi cairan, dan
kondisi muntah terus menerus.
Pusing
Depresi
Perasaan kesemutan
Mati rasa
2. Klasifikasi
Berikut 2 klasifikasi Pre-eklamsia
a. Preeklampsia ringan menurut Wijayarini (2011) bila disertai keadaan sebagai
berikut:
1) Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi berbaring
telentang, atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih; atau kenaikan sistolik
30 mmHg atau lebih. Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 kali
pemeriksaan dengan jarak periksa 1 jam, sebaiknya 6 jam.
2) Tidak adanya edema, sakit kepala, gangguan penglihatan, nyeri epigastrium,
oliguria.
3) Menurunnya gerakan janin.
4) Proteinuria kwantitatif 0,3 gr atau lebih per liter, kwalitatif 1 + atau 2 + pada
kateter atau midstream.
b. Preeklampsia berat menurur Cuningham (2012):
1) Tekanan darah 160/110 mmHg atau meningkat >20mmHg.
2) Proteinuia 5 gr atau lebih per liter.
3) Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam.
4) Adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa nyeri pada epigastrium.
5) Terdapatnya edema paru dan sianosa.
6) Sindrom HELLP.
7) Pertumbuhan janin intrauterin yang terhambat
8) Trombositopenia berat: < 100.000 sel/mm3 atau penurunan trombosit dengan
cepat.
9) Kenaikan kadar kreatinin plasma.
10) Edema paru dan sianosis.
11) Hemolisis mikroangiopatik.
3. Etiologi
a. Preeklamsia
Penyebab preeklamsia dalam kehamilan hingga kini belum diketahui dengan
jelas, banyak teori yang dikemukakan tentang terjadinya hipertensi pada
kehamilan. Teori-teori yang sekarang banyak dianut menurut Prawirohardjo (2010)
adalah:
1) Teori kelainan vaskularisasi plasenta
Pada hipertensi dalam kehamilan tidak terjadinya invasi sel-sel trofoblas
pada lapisan otot arteri spiralis dan jaringan matriks sekitarnya. Lapisan
otot arteri spiralis menjadi tetap kaku dan keras sehingga lumen arteri
spiralis tidak memungkinkan mengalami distensi dan vasodilatasi.
Akibatnya, arteri spiralis relatife mengalami vasokontriksi dan terjadi
kegagalan “remodeling arteri spiralis”, sehingga aliran darah ke
uteroplasenta menurun dan terjadilah hipoksia dan iskemi plasenta.
Diameter
2) Teori iskemia plasenta, radikal bebas, dan disfungsi endotel
Sebagaimana dijelaskan pada teori invasi trofoblas, pada hipertensi dalam
kehamilan terjadi kegagalan “remodeling arteri spiralis”, dengan akibat
plasenta mengalami iskemia , plasenta yang mengalami iskemia dan
hipoksia akan menghasilkan oksidan ( disebut juga radikal bebas).
3) Teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin
Pada perempuan hamil normal, respon imun tidak menolak adanya “hasil
konsepsi” karena adanya HLA-G yang berperan penting dalam modulasi
respon imun, sehingga ibu tidak menolak hasil konsepsi (janin). Tapi pada
plasenta hipertensi dalam kehamilan, terjadi penurunan akspresi HLA-G,
sehingga menghambat invasi trofoblas ke dalam desidua. Invasi trofoblas
sangat penting agar jaringan desidua menjadi lunak dan gembur sehingga
memudahkan terjadinya dilates arteri spiralis. HLA-G juga merangsang
produksi stikoin sehingga mempermudah terjadinya reaksi inflamasi.
Kemungkinan terjadi immune-maladaption pada pre-eklamsia.
d) Hormon oksitoksin
Hormone oksitoksin disekresikan dari kelenjar otak bagian
belakang, bekerja terhadap tonus otot uterus dan jaringan payudara.
Selam tahap ke-3 persalinan, hormon oksitokin berperan dalam
pelepasan plasenta dan mempertahankan kontraksi, sehingga pencegah
perdarahan. Isapan bayi dapat merangsang produksi asi dan seksresi
oksitoksin, sehingga dapat membbantu involusi uteri.
e) Hormon esterogen dan prosterogen
Volume darah normal selama kehamilan akan meningkat. Hormon
esterogen yang tinggi memperbesar hormone anti diuretik yang dapat
meningkatkan volume darah. Sedangkan hormon progesteron
mempengaruhi otot halus yang mengurangi perangsangan dan
peningkatan pembuluh darah. Hali ini mempengaruhi saluran kemih,
ginjal, usus, dinding vena, dasar panggul, perineum, dan vulva serta
vagina.
6) Perubahan tanda-tanda vital
Pada masa nifas perubahan tanda-tanda vital yang perlu dikaji:
1) Suhu badan
Suhu tubuh pasca melahirkan akan naik pada hari ke-4 setelah
melahirkan. Hal ini diakibatkan adanya pembentukan asi,
kemungkinan payudara membengkak, maupun kemungkinan infeksi
pada endometrium, mastitis, atau traktus genetalis, atau sistem yang
lain. Apabila kenaikan suhu di atas 38˚C, waspada terhadap infeksi
pada luka SC postpartum.
2) Nadi
Denyut nadi normal orang dewasa 60-80x/permenit. Pasca
melahirkan denyut nadi dapat menjadi bradikardi maupun takikardi.
Denyut nadi yang melebihi 100x/permenit harus waspada
kemungkian infeksi atau perdarahan postpartum.
3) Tekanan darah
Tekanan darah normal manusia adalah sistolik antara 90-120
mmHg dan diastolic 60-80 mmHg pasca melahirkan pada kasus
normal tekanan darah tidak biasanya tidak berubah. Perubahan
tekanan darah menjadi lebih rendah pasca melahirkan dapat
diakibatkan oleh perdarahan. Sedangkan tekanan darah tinggi pada
postpartum merupakan tanda terjadinya preeklamsia postpartum.
Tekanan darah ≥ 140/90 mmHg merupakan ciri-ciri dari PEB ringan,
dan tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg atau diastolik ≥ 110 mmHg
merupak ciri-ciri dari PEB berat.
4) Pernafasan
Frekuensi pernafasan orang dewasa normal umumnya 16-
24x/menit. Pada ibu post partum umumnya pernafasan lamabat atau
normal. Hal ini dikarenakan ibu masih dalam masa pemulihan atau
dalam kondisi istirahat. Bila pernafasan pada masa postpartum lebih
cepat, kemungkinan ada tanda-tanda syok.
7) Perubahan sistem kardiovaskular
Volume darah yang normal yang diperlukan plasenta dan pembuluh
darah uterin, meningkat selam kehamilan. Dieresis terjadi akibat adanya
penurunan hormon esterogen, yang dengan cepat mengurangi volume plasma
menjadi normal kembali. Meskipun kadar esterogen menurun selama nifas,
namun kadarnya masih tetap tinggi daripada normal. Plasma darah tidak
banyak mengandung cairan sehingga daya koagulasi meningkat.
Aliran ini terjadi dalam 2-4 jam pertama setelah kelahiran bayi. Selama
masa ini ibu mengeluarkan banyak sekali jumlah urin. Hilangnya progesteron
membantu mengurangi retensi cairan yang melekat dengan meningkatnya
vaskuler pada jaringan tersebut selama kehamilan bersam-sama dengan
trauma selama persalinan.
Kehilangan darah pada persalinan pervaginam mengeluarkan darah
sekitar ±300-400 cc, sedangkan kehilangan darah dengan persalinan sc
meningkat menjadi dua kali lipatnya. Pada persalinan sc homokonsentrasi
cenderung stabil dan kembali normal setelah 4-6 minggu.
8) Perubahan sistem hematologi
Pada minggu-minggu terakhir kehamilan kadar fibrinogen dan lasma
serta factor-faktor pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama post
partum, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun tetapi darah lebih
mengental dengan peningkatan viskositas sehingga meningkatkan faktor
pembekuan darah.
Leukositosis adalah meningkatnua jumlah sel-sel darah putih sebanyak
15.000 selam persalinan. Jumlah leukosit akan tetap tinggi selama beberapa
hari pertama masa postpartum. Jumlah sel darah putih akan tetap bisa naik
lagi sampai 25.000-30.000 tanda adanya kondisi patologis jika wanita
tersebut mengalami persalinan lama.
Pada awal postpartum jumlah hemoglobin, hematokrit, dan eritrosit
sangat bervariasi. Hal ini disebabkan volume darah, volume plasenta,dan
tingkat volume darah yang berubah-ubah. Tingkatan ini dipengaruhi oleh
status gizi dan hidrasi dari wanita tersebut. Jika hemaktokrit pada hari
pertama atau hari kedua lebih rendah dari titik 2% atau lebih tinggi daripada
saat memasuki persalinan awal, maka pasie dianggap telah kehilangan darah
yang cukup banyak. Titik 2% ± sama dengan kehilangan darah 500ml darah.
b. Perubahan psikologis pada pasien postpartum:
Proses adaptasi psikologi sudah terjadi selama kehamilan, menjelang proses
persalinan, maupun setelah proses persalinan. Pada periode tersebut, kecemasan
seorang wanita dapat bertambah. Pengalaman yang unik yang dialami oelh ibu
setelah persalinan. Masa nifas merupakan masa yang rentan dan terbuka untuk
bimbingan dan pembelajaran. Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi.
Tanggung jawab ibu mulai bertambah. Fase-fase yang akan dialami oleh ibu pada
masa nifas antara lain:
1) Fase taking in
Fase ini merupakan periode ketergantungan yang berlangsung dari hari
pertama sampai hari kedua setelah persalinan. Ibu terfokus pada dirinya
sendiri, sehingga cenderung pasif terhadap lingkungannya. Ketidaknyamanan
yang dialami antara lain rasa mules, nyeri pada luka jahitan, kurang tidur, dan
kelelahan. Hal yang perlu diperhatikan pada fase ini adalah istirahat yang
cukup, komunikasi yang baik, dan asupan nutrisi. Gangguan psikologis yang
dialami oleh ibu pada fase ini adalah:
a) Kekecewaan pada bayinya
b) Ketidaknyamanan sebagai akibat perubahan fisik yang dialami
c) Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya
d) Kritikan suami atau keluarga tentang perawatan bayinya
B. Konsep Perawatan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah metode yang sistematis untuk memperoleh data dan informasi
yang penting tentang keadaan dan status kesehatan pasien dalam rangka pemenuhan
kebutuhannya. Pengkajian yang perlu dikaji pada ibu post sc PEB menurut
Ratnawati (2012) dan Fauziah (2012) meliputi:
a. Identitas klient yang meliputi umur, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, agama,
alamat, dan identitas suami.
b. Riwayat kesehatan sekarang meliputi yaitu:
1) Keluhan utama: menayakan keluhan atau apa yang dirasakan pasien saat
ini.
2) Riwayat kesehatan: menanyakan penyakit yang diderita pasien maupun
yang pernah diderita pasien baik akut ataupun kronis serta penyakit
menular dan keturunan.
3) Riwayat kesehatan keluarga: menanyakan penyakit-penyakit dan masalah
kesehatan dalam keluarga.
4) Riwayat penyakit ginekologi: tumor kandungan, tumor ovarium, dan lain-
lain.
c. Riwayat obstetrik
Untuk mengetahui riwayat kehamilan, persalinan, abortus, dan anak hidup yang
dimiliki saat pemeriksaan kehamilan sekarang.
1) Paritas ibu hamil dituliskan dengan G:gestasi/jumlah kehamilan, P:jumlah
kelahiran/paritas, A:abortus (G P A) atau G:gestasi/jumlah kehamilan,
T:kehamilan term jumlah kehamilan cukup bulan, P:jumlah kelahiran
premature, A:aborsi, L:living (jumlah anak yang hidup saat ini).
2) Riwayat menstruasi menanyakan pada pasien tentang usia pada saat
menarche, siklus menstruasi, lama menstruasi, masalah-masalah
menstruasi/amenorrhoe, perdarahan irregular, nyeri hebat, dan perdarahan
sampai menggumpal selama menstruasi.
3) Hari pertama haid terakhir (HPHT), menanyakan untuk menghitung
perkiraan waktu persalinan, tanggal tafsiran partus, dan jika bagi siklus
menstruasinya 28 hari maka perkiraan persalinanya dihitung dengan
penambahan 7 pada tanggal/mengurangi 3, penambahan 9 untuk bulan, dan
penambahan 1 untuk tahun (+7, -3, +1 atau +7, +9, +1). Bagi siklus 35 hari
tanggal ditambah 14, pengurangan 3 untuk bulan, penambahan 1 untu tahun
(+14, -3, +1).
4) Penggunaan obat-obatan selama kehamilan.
d. Pemenuhan kebutuhan akan gizi pada pasien post operasi dengan pre-eklamsia
dan eklamsia dimulai dari pemenuhan farmakologisnya hingga dietnya. Pasien
yang mengalami persalinan dengan cara operasi sesarea perlu diperhatikan
tentang nutrisi diet tinggi kalori, rendah lemak, tinggi proteinnya untuk
menunjang proses penyembuhan serta serta rendah garam apabila terjadi
penambahan berat badan atau udema. Nutrisi yang baik sangat penting untuk
mencapai keberhasilan penyembuhan luka. Namun, nutrisi di sini harus
mematuhi rekomendasi diet seimbang dan bergizi tinggi. Bahan makanan yang
terdiri dari empat golongan utama, yaitu protein, lemak, karbohidrat, dan
mikronutrien (vitamin dan mineral) penting untuk proses biokimia normal.
Asupan nutrisi berupa protein dan vitamin A dan C, tembaga, zinkum, dan zat
besi yang adekuat.Protein mensuplai asam amino yang dibutuhkan untuk
perbaikan jaringan dan regenerasi.Vitamin A dan zinkum dibutuhkan untuk
epitelialisasi, dan vitamin C serta zinkum diperlukan untuk sistesis kolagen dan
integrasi kapiler.Zat besi digunakan untuk sintesis hemoglobin yang bersama
oksigen diperlukan untuk menghantarkan oksigen keseluruh tubuh. Nutrisi
sendiri juga dapat membantu tubuh dalam meningkatkan mekanisme pertahanan
tubuh (sistem imun), dan pada akhirnya akan membantu proses penyembuhan
luka. Zat – zat yang mengandung berbagai gizi yang sangat dibutuhkan oleh
tubuh ini biasanya terkandung pada ikan, telur, daging dan sebagainya (Hanifah,
2009, Puspitasari, et al, 2011).
e. Penggunaan alat kontrasepsi pada post SC dengan indikasi PEB adalah
menggunakan pilih saja KB tipebarrier, yang tanpa hormon seperti spiral/IUD
atau kondom. Jika mau suntik, maka pilih yang suntik 3 bulan karena tidak
mengandung estrogen (Senoaji, 2014).
f. Pengkajian kebutuhan dasar manusia (Pola Gordon)
1) Pola persepsi kesehatan:
Pengumpulan data tentang persepsi dan pemeliharaan kesehatan yang perlu
ditanyakan dan pada pasien antara lain persepsi tentang penyakit atau sakit,
persepsi tentang arti kesehatan, pesepsi tentang penatalaksanaan kesehatan
(Alimul, 2010).
2) Pola nutrisi/metabolik
Nutrisi dan metabolisme yang ditanyakan adalah diet khusus atau suplemen
yang dikonsumsi dan instruksi diet sebelumnya, nafsu makan, jumlah
makan, atau minuman serta cairan yang masuk, serta adanya mual atau
muntah (Alimul, 2010).
3) Pola eliminasi, defeksi, dan miksi
Pola ini yang perlu ditanyakan adalah jumlah kebiasaan defekasi perhari,
ada atau tidaknya konstipasi, penurunan frekuensi urine, oliguria, atau
anuria (Alimul, 2010).
4) Pola latihan dan aktivitas
Pengumpulan data ini yang perlu ditanyakan adalah kemampuan dalam
menata diri apabila tingkat kemampuannya 0 berarti madiri, 1=
menggunakan alat bantu, 2= dibantu orang lain, 3= dibantu orng lain dan
juga alat, 4= ketergantungan (Alimul, 2010).
5) Pola tidur-istirahat
Pengkajian pola tidur-istirahat yang dilakukan adalah jumlah jam tidur pada
malam hari, pagi hari, siang hari, merasa tenang setelah tidur, adanya
terbangun pada dini hari atau mimpi buruk (Alimul, 2010).
6) Pola perseptual yaitu meliputi penglihatan, pendengaran, pengecap dan
sensasi
7) Pola konsep diri dan persepsi diri
Persepsi ini yang ditanyakan adalah tentang dirinya dari masalah-masalah
yang ada sepeerti perasaan cemas, ketakutan, atau penilaian terhadap diri
mulai dari peran, ideal diri, gambaran diri, dan identitas tentang dirinya
(Alimul, 2010).
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1.Pengkajian
3.1.1.IdentitasKlien
Identitas Klien Istri Suami
No RM 621726
4.2.2.IdentitasPenanggung Jawab
Identitas NY.Y
Nama Tn. A
Umur 38 tahun
Agama Islam
Pendidikan SMA
Hub. Suami
Dengan
klien
4.2.3.RiwayatKesehatan
Riwayat Klien
Riwayat
Kesehatan Selama hamil mengalami mual muntah pada
sekarang trisemester pertama, pasien tidak memiliki penyakit
menular, pasien memiliki penyakit hipertensi, pasien
mengalami peningkatan tekanan darah di usia
kehamilan 32-33 minggu
Ny. Y mengatakan riwayat obstetri denganG2 P1 A0
dengan kelahiran aterm usia kehamilan 37-38
minggu.HPHT 06.03.2019, Taksiran Persalinan
13.12.2019 Klien datang dari ruang IRD rujukan
Riwayat dari Klinik. Asih degan keluhan pusing, pandangan
kehamilan kabur. Pasien masuk ruang mawar melati tanggal
sekarang 28.11.2019 jam 20.00 rencana Operasi SC Tanggal
29.11.19 jam 09.00. Pasien post op SCTP jam 13.20
WIB tanggal 29.11.2019 dengan program Pro SCTP
+ PEB + hiperkalemia dan terpasang infus RL16
tpm, drip MgSo4 40% 20 cc/kolf terpasangO2
3 lpm nasal kanul dan kateter urine. Klien
mengatakan perut terasa mules dan kencang-
kencang setiap 1 jam sekali.
Genogram
Ket :
4.2.4.RiwayatKehamilan dan Persalinan yang lalu
Riwayat Klien
Pola nutrisi
dan metabolik
Selama dirawat: Ny.Y makan 3x sehari dan minum 6x
sehari, dengan jenis sayur,daging, nasi, air putih dan teh.
Ny.Y dapat menghabiskan 1 porsi piring dan 1 porsi gelas.
Ny.Y tidak ada keluhan.
Ny Y BAK
menggunakan kateter urine, cair, kuning pekat, tidak ada
keluhan.
Sebelum dirawat:
Pola istirahat Ny.Y tidur siang selama 2-3 jam, tidur malam 7-8 jam, tidak
tidur menggunakan pengantar tidur, tidak ada keluhan
Selama dirawat:
Ny.Y tidur siang selama 4-5 jam, tidur malam 9 jam, tidak
menggunakan pengantar tidur, terkadang pasien terbangun
karena nyeri pada luka operasi.
Sebelum dirawat: Ny. Y mengatakan tidak ada gangguan
dengan panca indra.
Pola kognitif Selama dirawat: Ny. Y mengatakan perut terasa kencang
perseptual dan mules setiap 60 menit sekali
Citra diri:
Ny. Y mengatakan tidak ada bagian tubuhnya yang tidak
disukai.
Identitas diri:
Ny.Y mengatakan dirinya adalah seorang perempuan yang
sudah berkeluarga.
Pola persepsi Peran diri:
diri atau Ny.Y mengatakan dirinya adalah seorang ibu bagi anaknya
konsep diri dan istri bagi suaminya.
Ideal diri:
Ny.Y mengatakan akan sangat ideal ketika melihat anaknya
sukses.
Harga diri:
Ny.Y mengatakan semua keluarga dan tetangga sangat
menghargainya.
b) Personal self
Klien sangat percaya diri, kepercayaan
terhadap tuhan yang maha esa yang menolong
segala kesusahan dan kesulitan.
Role performance mode (fungsi peran)
4.2.5.PemeriksaanUmum
Pemeriksaan Ny. Y
Keadaan
Baik
umum
Tingkat E4 V5 M6 ,
Kesadaran Composmentis
TD:150/96 mmHg
N : 90 kali/menit
TTV
T : 36,5 OC
RR : 20 kali/menit
4.2.6.Head To Toe
Head To Toe Klien
Ekstremitas
Klien Ny. Y
Variabel
(Kanan/kiri) Atas Bawah
Kekuatan
5/5 5/5
otot
ROM Aktif/aktif Aktif/aktif
Perunahan
bentuk -/- -/-
tulang
Perubahan
Hangat Hangat
akral
Udema -/- +/+
Capilary
<2 detik <2 detik
refil
4.2.7.PemeriksaanPenunjang
Hasil Satuan
Pemeriksaan
Ny. Y Nilai normal
Tanggal hasil lab Tanggal
28.11.2019
Hematologi Rutin
Sekresi
Protein kualitatif
Negatif Negatif -
HbsAg Non Non- -
Reaktif Reaktif
Natrium darah
138 136-145 mmol/L
Kalium darah
5,2 3.3-5.1 mmol/L
Clorida darah 105 98-106 mmol/L
Tanggal 29.11.2019
SGOT 28 <31 µ/l
SGPT 41 <34 µ/l
Albumin 3.2 3.5-5.2 g/dl
Creatinine 0.6 0.6-1.1 mg/dl
Ureum 10 <50 mg/dl
LDN 422 140-300 µ/l
Elektrolit
Natrium darah
132 136-145 mmol/L
Kalium darah
4,6 3.3-5.1 mmol/L
Clorida darah
105 98-106 mmol/L
4.2.8.Terapimedis
Tgl Jenis terapi Dosis terapi
klien Ny.Y klien Ny.Y
28.11.2019 Inf. RL 16 tpm
Inj. MgSO4 40 % 20cc/kolf
01.12.2019
P.O Cefadroxil 500 mg/12 jam
4.3.Analisa Data
No Tanggal Data Fokus Problem Etiologi
28.11.2019 DS : Risiko Konfusi -
1. jam.20.00 Ny. Y mengatakan akut (D.0068)
pusing, penglihatan
kabur
DO:
Keadaan umum
lemah
Kesadaran
composmentis
Edema tungkai
bawah +/+
T/D 150/96 mmHg
HR. 96X/mnt
RR. 20X/mnt
Lab :
Protein urine negatif
2. 28.11.2019 DS :
Jam.20.00 Ny. Y mengatakan Risiko -
pusing, penglihatan ketidakseimbangan
kabur Elektrolit(D.0037)
DO:
Keadaan umum
lemah
Kesadaran compos
mentis
Edema tungkai
bawah +/+
T/D 150/96 mmHg
HR. 96X/mnt
RR. 20X/mnt
Lab :
Protein urine
negative
Kalium 5,2 mmol/L
3 28.11.2019 DS :
Jam.20.30 Ny. Y mengatakan Anseitas (D.0080) Krisis situasional
merasa khawatir
tentang tindakan
operasi yang akan
dilakukan karena
baru pertama kali
operasi sectio.
Ny. Y mengatakan
khawatir dengan
DS. Gangguan Faktor mekanik
6. Ny.Y mengatakan integritas
terdapat sayatan kulit/jaringan
pada perut bekas (D.0129)
operasi sesar.
DO.
29.11.2019 Nampak luka di
Jam 15.00 tutup perban.
Nampak sayatan
pada perut Ny.Y
sepanjang ±10 cm
melintang di perut
kuadran III dan IV.
DS. Konstipasi Penurunan motilitas
7. Ny.Y sudah 3 hari (D.0049) gastrointestinal
belum BAB
DO.
TD:138/88 mmHg
N : 76kali/menit
30.11.2019 T : 36,5 OC
Jam.14.00 Peristaltik usus
9x/mnt
DS.
8. 30.11.2019 Menyusui tidak Ketidak adekuatan
Ny. Y mengatakan
efektif (D.0029)
Jam.15.00 produksi ASI nya Suplai ASI
sedikit
DO :
Ibu tidak rawat
gabung dengan
bayinya
Putting susu tampak
masuk ke dalam
DiagnosaKeperawatan
Diagnosa Pre op
Edukasi :
Kolaborasi :
Edukasi:
EdukasiMenyusui (I.12393)
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari
Paraf
Tanggal
Jam Implementasi Keperawatan Evaluasi Nama
5.6 Membantu pasien untuk Pasien hanya miring kanan dan kiri
melakukan ambulasi.
Payudara tampak kencang, putting
susu masuk kedalam.
Dx 6 (Perawatan Luka)
Dx 7 manajemen konstipasi
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis membahas mengenai asuhan keperawatan pada klien
bab ini berisi tentang perbandingan antara tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus
perbedaan diuraikan dengan konsep. Isi pembahasan sesuai tujuan khusus yaitu
4.1. Pengkajian
klien, baik yang efektif optional maupun yang bermasalah. (Fauziah dan
Sutejo, 2012).
Berat, Hiperkalemia, pro SCTP di Ruang Mawar Melati Rumah Sakit Umum
Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan terdiri dari data subjektif dan data
objektif. Data subjektif berupa identitas klien dan penanggung jawab, riwayat
klien Ny. Y setelah post op section caesarea klien mengeluh nyeri yang
tusuk, nyeri bagian luka post SC, skala nyeri 6 dan nyeri hilang timbul.
tekanan darah 150/96 mmHg, nadi 90 kali per menit, suhu 36,5 °C,
pada Ny. Y yaitu dari pemeriksaan inspeksi terdapat luka sayatan melintang
sepanjang ±10 cm pada bagian perut kuadran III dan IV. Pemeriksaan palpasi
ditolong oleh bidan 9 tahun yang lalu. Klien baru pertama kali melakukan
cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui
nyeri, namun setelah operasi selesai dan klien mulai sadar akan merasakan
nyeri pada bagian tubuh yang mengalami pembedahan. Nyeri yang dirasakan
ibu post SC berasal dari luka yang terdapat di perut (Sjamsuhidajat, 2005).
Nyeri yang dialami oleh klien selaras dengan teori yang ada. Nyeri
yang dialami oleh klien akan muncul setelah beberapa waktu dilakukan
operasi SC. Sayatan tersebut dapat berupa melintang atau membujur pada
elektrolit, anseitas, dan untuk post op yaitu nyeri akut berhubungan dengan
utama pre op pada klien Ny. Y yaitu risiko konfusi akut sedangkan diagnose
utama post op yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik.
Data yang ditemukan dari hasil pengkajian klien didapatkan data dari
luka post SC kuadran III dan IV, S :skala 5, T :nyeri hilang timbul. Data
pada pre operasi dan nyeri sebagai diagnosa utama post operasi karena kejang
mengatasi nyerinya agar kebutuhan rasa nyaman klien terpenuhi dan jika
masalah tidak segera diatasi akan menggangu kondisi fisik khususnya dalam
pre operasi resiko kejang dan prioritas diagnose post operasi nyeri akut.
jam diharapkan nyeri akut berkurang atau hilang. Kriteria hasil yang di
riwayat nyeri, lokasi, frekuensi, durasi, intensitas dan skala nyeri, berikan
atau pantau TTV, berikan posisi yang nyaman, ajarkan ambulasi dini,
dilaksanakan telah sesuai dengan teori SIKI dan SLKI, dengan menyesuaikan
kondisi klien dan fasilitas yang ada, sehingga masalah keperawatan dapat
tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan
luka post SC kuadran III dan IV, S :skala 5, T :nyeri hilang timbul. Data
implementasi hasil dirasaakan pada hari kedua data subjektif diketahui klien
seperti tertusuk-tusuk, R :nyeri dibagian luka post SC kuadran III dan IV, S
berjalanjalan di ruangan.
nyeri pada klien post SC atas indikasi PEB adalah ambulasi dini. Ambulasi
prosedur yaitu setelah 6 jam pertama ibu dengan post sectio caesarea
dan tungkai bawah. Setelah 6-10 jam klien diharuskan untuk miring kanankiri
untuk mencegah trombosis dan trombo emboli. Setelah itu, ibu mulai dapat
duduk setelah 24 jam post sectio caesarea. Kemudian, secara bertahap dapat
mulai belajar berjalan secara perlahan dan perlu pengawasan (Puji, dkk,
2016).
usus pasca operasi SC, hal ini sesuai dengan jurnal yang berjudul
“Mengunyah permen karet sebagai terapi modalitas untuk percepatan
operasi. Pada hari kedua setelah dilakukan ambulasi dini, klien mengalami
penurunan skala nyeri menjadi skala 1. Hal ini, sesuai dengan jurnal yang
hasil pada diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik yaitu
kedua klien sama – sama merasakan nyeri dengan P : nyeri bertambah ketika
kuadran III dan IV, S :skala 1, T :nyeri hilang timbul dan data objektif klien
terhindar dari konstipasi dan mempercepat pemberian diit pada pasien. Hal
ini sesuai dengan jurnal yang berjudul ‘Mengunyah permen karet sebagai
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Alaudi Makasar, 2 jam setelah passion
memiliki manfaat yang sama yaitu menurunkan intensitas nyeri. Tidak ada
Langkah yang diberikan pada rensponden juga sama, yang berbeda hanya
Hal ini sesuai dengan jurnal yang berjudul “ Pengaruh Ambulasi Dini
pada awal pengkajian yang masih tinggi atau sedang setelah dilakukan
5.1. Kesimpulan
1. Pengkajian
utama pre op, pusing penglihatan kabur dan untuk post operasi di
dapatkan keluhan yang sama yaitu klien mengatakan nyeri pada luka post
SC. Pada klien nyeri yang dirasakan berupa nyeri bertambah ketika
digerakan, nyeri seperti tertusuk-tusuk, nyeri bagian luka post SC, skala
resiko kejang dan untuk post op adalah nyeri akut berhubungan dengan
3. Intervensi keperawatan
adalah kaji riwayat nyeri, lokasi, frekuensi, durasi, intensitas dan skala
massage, awasi atau pantau TTV, berikan posisi yang nyaman, ajarkan
4. Implementasi keperawatan
mencegah trombosis dan trombo emboli. Setelah itu, ibu mulai dapat
dapat mulai belajar berjalan secara perlahan dan perlu pengawasan (Puji,
dkk, 2016).
5. Evaluasi keperawatan
adalah pada klien selama 3x24 jam didapatkan hasil pada diagnosa nyeri
akut berhubungan dengan agen cidera fisik yaitu kedua klien sama –
dan IV, S :skala 1, T :nyeri hilang timbul dan data objektif klien nampak
selama perawatan yaitu terletak pada skala nyeri yang awalnya klien
6.2. Saran
intensitas nyeri dan merangsang peristaltik usus pada klien dengan post
sectio caesarea.
caesarea.