Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

INTRANATAL DI RUANG VK RSUD KARDINAH TEGAL

Oleh :

CINDY ROSHYEDIANA SARASWATI

180104030

PRAKTIK PROFESI NERS STASE KEPERAWATANMATERNITAS


UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA PURWOKERTO
TAHUN 2019
A. PENGERTIAN INTRANATAL
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat
hidupdaridalamuterus melaluivagina kedunia luar. (Wikmosastro,2011)
Persalinan adalah proses alamiah dimana terjadi pembukaan servik
serta pengeluaran janin dan plasenta dari uterus ibu. (Bobak, 2011)
Persalinanadalah proses pengeluaranhasilkonsepsi (janin san uri) yang
telahcukupbulanataudapathidupdiluarkandunganmelaluijalanlain,
denganbantuanataukekuatansendiri. (Manuaba, 2012).

B. TEORI MULAINYA PERSALINAN


1. Teori penurunan hormon progesterone.
Progesterone menimbulkan relaksasi otot rahim, sebaliknya estrogen
meninggikan kerentanan otot rahim. Selama kehamilan terdapat
keseimbangan antara kadar progesterone dan estrogen didalam darah,
tetapi pada akhir kehamilan kadar progesterone menurun sehingga
menimbulkan his.
2. Teori oxytocin.
Pada akhir kehamilan kadar oxytosin bertambah. Oleh karena itu timbul
kontraksi otot – otot rahim.
3. Teori placenta menjadi tua.
Plasenta yang tua akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan
progesterone yang akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah. Hal
ini akan menimbulkan his.
4. Teori prostaglandin.
Prostaglandin yang dihasilkan oleh deciduas menimbulkan kontraksi
miometrium pada setiap umur kehamilan.
5. Pengaruh janin.
Hipofise dan supra renal janin memegang peranan oleh karena pada
anencephalus, kehamilan sering lama dari biasanya.
6. Teori distensi rahim.
Rahim yang menjadi besar dan teregang yang menyebabkan iskemia
otot – otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi uteroplasenta.
7. Teori iritasi mekanik
Dibelakang serviks terletak ganglion servikalis, bila ganglion ini
digeser dan ditekan misalnya oleh kepala janin maka akan
menimbulkan his

C. FAKTOR-FAKTOR DALAM PERSALINAN


 Pasenger : Besarnya anak, presentasi dan posisi
 Pasagway : Bentuk dan ukuran panggul
 Power : Kontraksi uterus (kekuatan, lama, dan frekuensi), tenaga
ibu untuk mengedan
 Plasenta : Tempat insersi plasenta
 Psikologi : Perubahan psikologis yang terjadi

D. MEKANISME PERSALINAN NORMAL


1. Enggagement
 Nullipara terjadi 2 minggu sebelum persalinan
 Multi para terjadi pada permulaan persalinan
2. Discent (turunya kepala)
Turunnya kepala atau presentasi pada inlet disebabkan oleh :
 Tekanan cairan ketuban
 Tekanan langsung oleh fhundus uteri
 Kontraksi diafragma dan otot perut (Kalla II)
 Melurusnya badan janin akibat kontraksi uterus
3. Fleksi
Majunya kepala: kepala mendapat tahanan dari cervik, dinding panggul
dan dasar panggul
4. Internal Rotasi (Putaran paksi dalam)
Bagian terendah memutar kedepan, ke bawah simpisis
5. Ekstensi
Defleksi kepala : mengarah ke depan dan ke atas
6. Eksternal Rotasi (Putaran paksi luar)
Setelah kepala lahir memutar kembali kea rah punggung bayi
7. Expulsi
Bahu depan dibawah simpisis, lahir bahu belakang, bahu depan, dan
badan

E. ADAPTASI FISIOLOGI PERSALINAN PADA IBU


Adaptasi Ibu intranatal
1. Perubahan Sistem Kardiovaskuler
Perawat dapat berharap akan menemukan beberapa perubahan pada
sistem kardiovaskuler wanita selama bersalin. Pada setiap kontraksi,
400 ml darah dikeluarkan dari uterus akan masuk ke dalam sistem
vaskuler ibu. Hal ini akan meningkatkan curah jantung sekitar 10%-
15% pada tahap pertama persalinan dan sekiar 30%-50% pada tahap
kedua persalinan.
Perawat dapat mengantisipasi perubahan tekanan darah. Ada
beberapa faktor yang mengubah tekanan darah ibu. Aliran darah, yang
menurun pada arteri uterus akibat kontraksi, diarahkan kembali ke
pembuluh darah perifer. Timbul tahanan perifer, tekanan darah
meningkat, dan frekuensi denyut nadi melambat. Pada tahap pertama
persalinan, kontraksi uterus meningkatkan tekanan sistolik sampai
sekitar 10 mmHg. Oleh karena itu pemeriksan tekanan darah diantara
kontraksi memberi data yang lebih akurat. Pada tahap kedua, kontraksi
dapat mengingkatkan tekanan sistolik sampai 30 mmHg dan tekanan
diastolik sampai 25 mmHg. Akan tetapi, baik tekanan sistolik maupun
diastolik akan tetap sedikit meningkat diantara kontraksi. Wanita yang
memaang memiliki risiko hipertensi kini resikonya meningkat untuk
mengalami komplikasi, seperti perdarahan otak.
Wanita harus tahu bahwa ia tidak boleh melakukan manuver
Valsava (menahan nafas dan menegangkan otot abdomen) untuk
mendorong selama tahap kedua. Aktivitas ini meningkatkan tekanan
intratoraks, mengurangi aliran balik vena, dan meningkatkan tekanan
vena. Curah jantung dan tekanan darah meningkat, sedangkan nadi
melambat untuk sementara. Selama wanita melakukan manuver
Valsava, janin dapat mengalami hipoksia. Proses ini pulih kembali saat
wanita menarik nafas.
Hipotensi supine terjadi saat vena kava aseden dan aorta desenden
tertekan. Ibu memiliki resiko lebih tinggi untuk mengalami hipotensi
supine, jika pembesaran uterus berlebihan akibat kehamilan kembar,
hidramnion, obesitas , atau dehidrasi dan hipovolemia. Selain itu, rasa
cemas dan nyeri serta penggunaan analgesik dan anestetik dapat
menyebabkan hipotensi.
Sel darah putih (SDP) meningkat, seringkali sampai ≥
25.000/mm3. Meskipun mekanisme yang menyebabkan jumlah SDP
meningkat masih belum diketahui, tetapi diduga hal itu terjadi akibat
stres fisik atau emosi atau trauma jaringan. Persalinan ssngat
melelahkan. Melakukan latihan fisik saja dapat meningkatkan jumlah
SDP.
Terjadi beberapa perubahan pembuluh darah perifer, kemungkinan
sebagai respons terhadap dilatasi serviks atau kompresi pembuluh darah
ibu oleh janin yang melalui jalan lahir. Pipi menjadi merah, kaki panas
atau dingin, dan terjadi prolaps hemoroid.
2. Perubahan sistem pernafasan
Sistem pernafasan juga beradaptasi. Peningkatan aktivitas fisik dan
peningkatan pemakaian oksigen terlihat dari peningkatan frekuensi
pernafasan. Hiperventilasi dapat menyebabkan alkalosis respiratorik
(pH meningkat), hipoksia dan hipokapnea (karbon dioksida menurun).
Pada tahap kedua persalinan, jika wanita tidak diberi obat-obatan, maka
ia akan mengonsumsi oksigen hampir dua kali lipat. Kecemasan juga
meningkatkan pemakaian oksigen.
3. Perubahan sistem perkemihan
Pada trimester kedua, kandung kemih menjadi organ abdomen.
Apabila terisi, kandung kemih dapat teraba diatas simfisis pubis.
Selama persalinan, wanita dapat menglami kesulitan utnk berkemih
secara spontan akibat berbagai alasan., edema jaringan akibat tekanan
bagian presentasi, rasa tidak nyaman, sedasi dan rasa malu. Proteinuria
+1 dapat dikatakan normal dan hasil ini merupakan respons rusaknya
jaringan otot akibat kerja fisik selama persalinan.
4. Perubahan sistem integumen
Adaptasi sistem integumen jelas terlihat khususnya pada daya
distensibilitas daerah introitus vagina (muara vagina). Tingkat
distensibilitas ini berbeda-beda pada setiap individu. Meskipun daerah
itu dapat meregang, namun dapat terjadi robekan-robekan kecil pada
kulit sekitar introitus vagina seklipun tidak dilakukan episiotomi atau
tidak terjadi laserasi.
5. Perubahan sistem muskuloskeletal
Sistem muskuloskletal mengalami stres selama persalinan.
Diaforesis, keletihan, proteinuria (+1), dan kemungkinan peningkatan
suhu menyertai peningkatan aktivitas otot yang menyolok. Nyeri
punggung dan nyeri sendi (tidak berkaitan dengan posisi janin) terjadi
sebagai akibat semakin renggangnya sendi pada masa aterm. Proses
persalinan itu sendiri dan gerakan jari-jari kaki dapat menimbulkan
kram tungkai.
6. Perubahan sistem neurologi
Sistem neurologi menunjukkan bahwa timbul stres dan rasa tidak
nyaman selama persalinan. Perubahan sensoris terjadi saat wanita
masuk ke tahap pertama persalinan dan saat masuk ke setiap tahap
berikutnya. Mula-mula ia mungkin mearasa euforia. Euforia membuat
wanita menjadi serius dan kemudian mengalami amnesia diantara traksi
selama tahap kedua. Akhirnya, wanita merasa sangat senang atau
merasa letih setelah melahirkan. Endorfin endogen (senyawa mirip
morfin yang diproduksi tubuh secara alami) meningkatkan ambang
nyeri dan menimbulkan sedasi. Selain itu, anestesia fisiologis jaringan
perineum, yang ditimbulkan tekanan bagian presentasi, menurunkan
persepsi nyeri.
7. Perubahan sistem gastrointestinal
Persalinan mempengaruhi sistem saluran cerna wanita. Bibir dan
mulut dapat menjadi kering akibat wanita bernafas melalui mulut,
dehidrasi, dan sebagai respons emosi terhadap persalianan. Selama
persalinan, motilitas dan absorpsi saluran cerna menurun dan waktu
pengosongan lambung menjadi lambat. Wanita seringkali merasa mual
dan memuntahkan makanan yang belum dicerna setelah bersalin. Mual
dan sendawa juga terjadi sebagai respons refleks terhadap dilatasi
serviks lengkap. Ibu dapat mengalami diare pada awal persalinan.
Perawat dapat meraba tinja tinja yang keras atau tertahan pada rektum.
8. Perubahan sistem endokrin
Sistem endokrin aktif selama persalinan. Awitan persalinan dapat
diakibatkan oleh penurunan kadar progesteron dan peningkatan kadar
estrogen, prostaglandin dan oksitosin. Metabolisme meningkat dan
kadar glukosa darah dapat menurun akibat proses persalinan.

F. MEKANISME PERSALINAN NORMAL


1. Enggagement
 Nullipara terjadi 2 minggu sebelum persalinan
 Multi para terjadi pada permulaan persalinan
2. Discent (turunya kepala)
Turunnya kepala atau presentasi pada inlet disebabkan oleh :
 Tekanan cairan ketuban
 Tekanan langsung oleh fhundus uteri
 Kontraksi diafragma dan otot perut (Kalla II)
 Melurusnya badan janin akibat kontraksi uterus
3. Fleksi
Majunya kepala: kepala mendapat tahanan dari cervik, dinding
panggul dan dasar panggul
4. Internal Rotasi (Putaran paksi dalam)
Bagian terendah memutar kedepan, ke bawah simpisis
5. Ekstensi
Defleksi kepala : mengarah ke depan dan ke atas
6. Eksternal Rotasi (Putaran paksi luar)
Setelah kepala lahir memutar kembali kea rah punggung bayi

G. KALA 1, KALA 2, KALA 3 DAN KALA 4 DALAM PERSALINAN


1. Kalla I
 Waktu pembukaan servik sampai lengkap (± 10 cm)
 Pada primipara biasanya berlangsung 6-18 jam, dimana setiap jam
pembukaan bertambah ± 1cm, pada multipara 2-10cm pembukaan
± 1cm dalam 30 menit
 Beberapa yang harus dimonitor pada kalla I adalah
Keadaan ibu
Pembukaan servik yaitu pembesaran ostinum eksterna sampai 1-
10cm. Pada pembukaan lengkap tidak teraba lagi bibir postio, segmen
bawah rahim, servik dan vagina menjadi satu saluran
2. Fase pada kalla I
 Fase Laten
Pembukaan servik berlangsung lambat, pembukaan dari 0-3 cm,
biasanya dalam waktu 7-8jam
 Fase Aktif
Biasanya berlangsung ± 6 jam, dibagi atas beberapa periode:
 Periode Akselerasi : Pembukaan servik 3-4 cm (biasanya
selama 2 jam
 Periode dilatasi maksimal : Pembukaan 4-9 cm (biasanya
selama 2 jam)
 Periode deselerasi : Pembukaan 9-10 cm (biasanya 2 jam)
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembukaan kalla I
 Otot-otot servik menarik rahim
 Segmen bawah servik diregang oleh isi abdomen
 Ketuban sewaktu kontraksi, menonjol ke kanalis servikalis dan
bila ketuban sudah pecah dan dorongan kepala janin
4. Kontraksi Uterus
Pada awalnya tidak begitu kuat, biasanya dorong setiap 10-15 menit,
yang lama-kelamaan menjadi kuat dan jaraknya yang lebih pendek
5. Pemeriksaan Leopold
 Leopold I : Menentukan tuanya kehamilan dan bagian apa
yang terdapat di fundus
 Leopold II : Menentukan dimana letak punggung anak dan
dimana letak bagian terkecil
 Leopold III : Menentukan apa yang terdapat dibagian bawah
dan apakah sudah masuk pada PAP
 Leopold IV : Menentukan apa yang normal bagian bawah dan
sudah berapa masuknya bagian bawah ke dalam PAP
6. Turunnya Kepala Janin
 Hodge I : Kepala turun setinggi PAP
 Hodge II : Kepala turun setinggi pinggir bawah simpisis
 Hodge III : Kepala turun setinggi spina ischiadika
 Hodge IV : Kepala turun setinggi os cogsegis
7. Station
 Fiqating : Bagian presentasi diatas inlet -4,-5
 Fixed : -3, -2, -1
 Engaged : ukuran terbesar bagian terendah setinggi spina
ischiadika : 0
 Mid platul : Antara inlet bagian terendah panggul : +1, +2, +3
 Pada perineum : +4, +4
8. Posisi dan Presentasi
Posisi : hubungan presentasi dengan kanan atau kiri ibu
 Cephalik presentasi : Occiput
 Breceh presentasi : Sacrum
 Face presentasi : Dagn
 Transperse presentasi : Scapula
 Bach Cephalik presentasi : Ubun-ubun kecil
9. Teknik Meneran
 Menurut codayra-barela
1. Meneran secara pendek tidak lebih dari 6-7 detik
2. Meneran waktu ada dorongan setiap his meneran 3-5 kali
3. Meneran dengan membuka glottis dan sedikit menghembus
 Cara Klasik
Ibu disarankan meneran setiap ada his
1. Cara Semi Fowler
2. Jika ada kontraksi kepala dan bahu diangkat 45¬¬¬0C
3. Uterus mulai berkontraksi, paha ditarik kearah abdomen, tangan
merangkul paha dan bawah lutut
4. Meneran pendek 5 detik dengan membuka glottis, menarik nafas
sebelum mengedan dihindari
5. Menarik pada lutut dengan menempel pada dada menguatkan
dorongan diafragma dan otot perut
6. Diluar his, tungkai diluruskan untuk mengurangi tekanan pada
pangkal dan relaksasi dasar panggul
2. Kalla II
a. Kalla pengeluaran hasil konsepsi
b. Penatalaksaaan kalla II
1) Observasi tanda-tanda kalla II seperti: His makin kuat, lama
dan sering, perdarahan meninkat, timbul deflek meneran
seperti: ingin BAB, anus meregang, kepala tampak divulva,
perineum meregang dan vulva membuka
2) Monitor DJJ : normal 120-140x/menit
3) Bantu persalinan, lakukan episiotomi jika ada indikasi
4) Merapihkan bayi dan menilai APGAR scors
5) Perhatikan teknik septic dan antiseptic
6) Tingkatkan rasa nyaman, bila nyeri lakukan :
 Kompres dingin/hangat
 Teknik bernafas
 Stimulasi dengan memijat perut ibu
3. Kalla III
Fase keluarnya plasenta pada primipara : ½ jam dan pada multipara ¼
jam
 Penatalaksanaan kalla III
a. Observasi tanda-tanda lepasnya plasenta
 Timbulnya kontraksi uterus
 Fundus membundar
 Tali pusat menjulur
 Terlihat masa di introitus
 Perdarahan sekonyong-konyong
b. Menentukan lepasnya plasenta
c. Menilai cara lahirnya plasenta
 Cara Duncan : Plasenta lepas dari pinggir, perdarahan
sedikit
 Cara Sechulze : Plasenta lepas dari tangan, perdarahan
sekonyong-konyong
d. Menentukan kelengkapan plasenta
 Jumlah kortiledon 16-22
 Tebalnya 2-3 cm
 Beratnya 550-600 cm
 Panjang tali pusat 55 – 60 cm
 Diameter 14 – 16
 Insersi tali pusat
 Arteri 2 dan Vena 1
 Periksa pinggir plasenta ada robekan atau tidak
e. Observasi jalan lahir
f. Monitoring kontraksi uterus
g. Observasi keadaan umum ibu
h. Penuhi kebutuhan dasar ibu, minum, makan dan rasa nyaman
4. Kalla IV
Fase keluarnya plasenta dimana uterus tidak kontraksi lagi
Penatalaksanaan :
 Observasi jalan lahir, anus terjadi atau tidak
 Monitor tanda-tanda vital, keadaan umum, kontraksi uterus dan
respon klien
 Penurunan rasa nyaman: Bersihan ibu, ganti baju, panjang
pembalut, atur posisi yang nyaman
 Beri ibu makan dan minum
 Lakukan bonding attacchman

H. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian kala 1 ,diagnosa dan intervensi pada kala 1
1) Pengkajian Kala I
a. Keluhan Utama
b. Riwayat Obstetri: GPA, HPHT, HPL,
c. Pemeriksaan Fisik:
– Head to toe
– Palpasi
– Observasi His dan DJJ
d. Periksa Dalam
e. Partograf
2) Diagnosa Keperawatan
a. Cemas b.d krisis situasi,kebutuhan tidak terpenuhi
b. Kurang pengetahuan ttg kemajuan persalinan b.d kesalahan
interpretasi informasi
c. Resiko tinggi thd kekurangan volume cairan b.d penurunan
intake, peningkatan kehilangan cairan
d. Resiko tinggi : infeksi maternal b.d prosedur invasif, PD
berulang, kontaminasi fekal, ruptur membran amniotik
e. Nyeri akut b.d dilatasi servik, tekanan pada jaringan sekitar
3) Intervensi Kala I
1. Berikan dukungan dan hal-hal yang membuat nyaman pasien
serta informasikan kemajuan persalinan
2. Lengkapi partograf:
 Periksa tekanan darah, nadi dan suhu ibu
 Monitor: kekuatan, lamanya, interval his
 Monitor: DJJ, periksa dalam tiap 2 jam
 Tentukan bagian presentasi janin
2. Pengkajian kala 2,diagnosa dan intervensi kala 2
1) Data Fokus:
a. Servik tidak teraba
b. Tanda-tanda kala II
c. Muncuk keringat tiba-tiba
d. Muntah
e. Aliran darah meningkat, ekstrimitas gemetar
f. Gelisah dan ada upaya mengejan
2) Diagnosa Keperawatan kala II:
a. Kurang pengetahuan ttg efek bersuara selama mengejan
b. Ketidakmampuan untuk bertahan dlm proses melahirkan
c. Nyeri
d. Cemas
e. Resiko tinggi cedera: janin / ibu
3) Intervensi kala II
1. Berikan dukungan pada ibu
2. Jaga kebersihan pada ibu
3. Massage pasin untuk menambah rasa nyaman
4. Atur posisi pasien
5. Jaga v. u tetap kosong
6. Berikan minum cukup
3. Pengkajian kala 3, diagnosa dan intervensi pada kala 3
1) Tanda-tanda kala III:
a. Fundus uteri semakin rendah
b. Uterus lebih bundar
c. Keluar darah tiba
d. Tali pusat tambah panjang
2) Diagnosa Keperawatan Kala III
a. Atonia uteri
b. Retensi urin
c. Nyeri
d. Resiko tinggi cedera
e. Resiko peran orang tua
f. Perubahan proses keluarga
3) Intervensi kala III
1. Berikan oksitosin
2. Lakukan PTT
3. Ahirkan plasenta setelah plasenta lepas
4. Rangsang uterus ibu biar berkontraksi
4. Pengkajian pada kala 4, diagnosa dan intervensi pada kala 4
1) Waktu setelah plasenta lahir – 1 atau 2 jam post partum
Waktu pemantauan:
– 1 jam I tiap 15 menit
– 1 jam II tiap 30 menit
Hal-hal yang harus dikaji:
– Tekanan darah
– Denyut nadi
– TFU dan kontraksi --- massage uterus
– Jumlah perdarahan
Segera minta pertolongan, jika:
– Demam
– Perdarahan aktif
– Keluar banyak bekuan darah
– Bau busuk dari genetalia
– Pusing,lemas
– Kesulitan menyusui
– Nyeri hebat dipanggul, lebih hebat dr pd kontraksinya
2) Diagnosa Keperawatan
1. Prubahan Proses keluarga
2. Resiko kekurangan volume cairan
3. Nyeri akut
3) Intervensi Kala IV
1. Bonding attachment --- mulai kala III
2. Interaksi keluarga dg bayi
3. Berikan makan minum cukup
4. Observasi jumlah perdarahan
5. Observasi kontraksi dan TFU
6. Ajarkan massage uterus
7. Observasi derajat nyeri dan skalanyaAjarkan manajemen
8. nyeri : distraksi, relaksasi
DAFTAR PUSTAKA

Bagian Obstetri Dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran

Bandung. 2012. Obstetri Fisiologi. Bandung: Elemen.

Bobak, 2011.Rencana Perawatan Maternal / Bayi, Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran, EGC,

Manuaba, 2012.Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi, Jilid I,

Edisi 2, Editor : Delfi Lutan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, EGC.

Mary Hamilton, Persis. 2011. Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas Edisi 6.

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, EGC.

Wikmosastro,2011.Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal. Edisi

I, Catatan I. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sasworo Prawirohardjo.

Anda mungkin juga menyukai