INTRANATAL
DISUSUN OLEH
LENI INDRIANI
1490122075
A. Pengertian
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari
rahim ibu. Persalinan dianggap normal jika proses yang terjadi pada kehamilan cukup
bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai penyulit (JNPK- RMNH, Dep.kes RI, 2002).
Persalinan pada primigravida adalah persalinan yang terjadi pada wanita yang
baru pertama kali hamil (Endjun, 2004).
Persalinan adalah proses pengeluaran kelahiran hasil konsepsi yang dapat hidup
diluar uterus melalui vagina ke dunia luar yang terjadi pada kehamilan yang cukup
bulan (37-42 minggu) dengan ditandai adanya kontraksi uterus yang menyebabkan
terjadinya penipisan, dilatasi serviks, dan mendorong janin keluar melalui jalan lahir
dengan presentase belakang kepala tanpa alat atau bantuan (lahir spontan) serta tidak
ada komplikasi pada ibu dan janin (Indah & Firdayanti, 2019).
B. Etiologi
Penyebab terjadinya persalinan adalah :
1. Teori penurunan hormon.
Satu sampai dua minggu sebelum partus mulai terjadi penurunan kadar hormon
progesteron dan esterogen. Progesteron bekerja sebagai penenang otot–otot polos rahim
dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila kadar
progesteron turun.
2. Teori prostaglandine.
Adanya prostaglandine yang dihasilkan oleh desidua merangsang terjadinya kontraksi
yang menyebabkan peristiwa persalinan.
3. Teori oksitosin
Pelepasan prostaglandine ini disertai dengan pelepasan oksitosin dari glandula pituitaria
posterior. Dilatasi segmen uterus bagian bawah pada akhir kehamilan juga dipercaya
merangsang pelepasan oksitosin yang dapat merangsang kontraksi uterus.
4. Teori distensi rahim.
Pembesaran dan perenggangan rahim oleh isi rahim yang semakin membesar
menyebabkan terjadinya iskemia otot rahim sehingga sirkulasi utero plasenta terganggu
dan menyebabkan terjadinya peristiwa persalinan (Departemen Kesehatan Jawa
Tengah, 2004).
C. Manifestasi Klinis
1. Tanda–tanda permulaan persalinan yang terjadi beberapa minggu sebelum
persalinan adalah :
a. Lightening / settling / dropping yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul.
Pada primigravida terjadi saat 4–6 minggu terakhir kehamilan, sedangkan pada
multigravida terjadi saat partus mulai.
c. Perasaan sering atau susah kencing (polakisuria), karena kandung kemih tertekan
oleh bagian terbawah janin.
d. Perasaan sakit perut dan dipinggang karena kontraksi lemah dari uterus.
2. Tanda–tanda pasti persalinan yang terjadi beberapa saat sebelum persalinan adalah :
a. Terjadinya his persalinan yang bersifat :
1) Pinggang terasa sakit dan menjalar kedepan.
b. Pengeluaran lendir dan darah (bloody show) yang lebih banyak karena robekan
kecil pada serviks.
c. Pengeluaran cairan yang terjadi pada beberapa kasus ketuban pecah, dan dengan
pecahnya ketuban diharapkan persalinan berlangsung dalam waktu 24 jam
kemudian.
d. Pada pemeriksaan dalam serviks telah mendatar dan pembukaan telah ada
(Departemen Kesehatan Jawa Tengah, 2004).
3. Faktor – faktor yang mempengaruhi persalinan :
2) Tenaga mengejan.
Meliputi jalan lahir keras (rongga pelvis) dan jalan lahir lunak (serviks dan vagina).
c. Passanger (janin).
Letak janin yaitu hubungan antara sumbu panjang ibu dan sumbu panjang
janin, dimana janin bisa melintang atau memanjang. Presentasi yaitu bagian
terendah janin yang berada di pintu atas panggul yang dapat berupa kepala,
bokong, bahu atau muka.
d. Psikologi.
Apabila ibu hamil mengalami stress psikologis, janin dan ibu akan mengalami
kondisi yang tidak baik, karena saat stress dapat menyebabkan disekresinya
epineprin yang dapat menghambat aktifitas miometrial sehingga mengakibatkan
tidak terkoordinasinya aktivitas uterus. Agar tidak terjadi hal tersebut sang calon
ibu harus diberikan support dan dukungan, karena berdasarkan penelitian bahwa
support emosional dan fisik mempunyai hubungan signifikan dalam mempercepat
persalinan (Departemen Kesehatan Jawa Tengah, 2004).
a. Adaptasi janin :
Pada waktu persalinan pervagina 7–24 ml air ketuban diperas keluar dari
paru–paru, tekanan oksigen janin menurun, tekanan karbondioksida meningkat,
gerakan janin masih sama seperti masa kehamilan tetapi akan menurun setelah
ketuban pecah.
b. Adaptasi ibu :
1) Perubahan kardiovaskuler.
2) Perubahan pernafasan.
3) Perubahan berkemih.
4) Perubahan integumen.
Adaptasi sistem integumen jelas telihat khususnya pada daerah introitus
vagina, meskipun daerah tersebut dapat merenggang saat proses persalinan
namun dapat terjadi robekan-robekan kecil sekalipun tidak dilakukan episiotomi.
5) Perubahan pencernaan.
6) Perubahan endokrin.
Pada kala ini pada primigravida terjadi pendataran serviks (effacement) terlebih
dulu baru terjadi pembukaan (dilatasi), sedangkan pada multigravida pendataran
serviks dan pembukaan dapat terjadi bersamaan (Cunningham, 2006).
a) Fase laten.
Tahap awal persalinan ini dimulai begitu sudah ada pembukaan leher
rahim. His mulai teratur, muncul rasa sakit yang perlahan makin nyeri dan sering
serta makin lama, sejak pembukaan 0cm–3cm umumnya berjalan lambat. Fase
laten terjadi ± 8 jam pada primigravida dan ± 5 jam pada multigravida.
b) Fase aktif
Pada fase ini tahap awal pembukaan 4 cm – 10 cm. Terjadi ± 5 jam pada
primigravida. Pada fase ini bagian terendah bayi (biasanya kepala) mulai turun
kepanggul dan ibu mulai merasakan desakan untuk mengejan. Fase ini dibagi
menjadi 3 sub fase:
1) Fase akseleratif (pembukaan menjadi 4 cm).
2) Fase dilatasi maksimal (pembukaan menjadi 9 cm).
3) Fase deselerasi (pembukaan menjadi 10 cm).
Pada fase ini pasien biasanya merasakan cemas karena peningkatan kekuatan dan
intensitas kontraksi, terlebih pada pasien primigravida.
2) Kala II (Pengeluaran janin)
Pada kala ini uterus akan teraba keras dengan tinggi fundus uteri setinggi pusat. 5
– 30 menit setelah bayi lahir rahim akan berkotraksi dan ibu akan merasakan sakit,
rasa sakit ini menandakan lepasnya plasenta dari perlekatanya dirahim. Dalam
waktu 1 – 5 menit seluruh plasenta terlepas, terdorong kedalam vagina dan akan keluar
dengan spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simfisis pubis atau fundus
uteri. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah ± 100 – 200 cc. Setelah
itu plasenta akan diperiksa guna memastikan apakah plasenta sudah lengkap (jika
masih ada jaringan plasenta yang tertinggal dalam rahim dapat terjadi perdarahan).
Pada primigravida kala III terjadi ±½ jam, pada multigravida ±¼ jam. Pada fase ini
sangat rentan terjadinya resiko defisit cairan karena pendarahan ataupun kontraksi
uterus yang tidak adekuat.
4) Kala IV (Pengawasan)
1. Pengkajian
a) Identitas pasien
b) Data kesehatan
Melakukan pengkajian keluhan utama pada pasien, keluhan yang paling dirasakan pada
saat dikaji.
d) Riwayat penyakit
Mengkaji riwayat penyakit pada pasien dan keluarganya, apakah pasien dan keluarga
memiliki penyakit keturunan seperti penyakit jantung, hipertensi, diabetes melitus (DM) dan
lainnya.
Melakukan pengkajian pola kebutuhan sehari-hari pada pasien seperti pengkajian pada
pernafasan, nutrisi (makan dan minum), eliminasi (BAB dan BAK), gerak badan atau
aktivitas, istirahat tidur, berpakaian, rasa nyaman (pasien merasakan adanya dorongan
meneran, tekanan ke anus, perineum menonjol), kebersihan diri, rasa aman, pola komunikasi
atau hubungan pasien dengan orang lain, ibadah, produktivitas, rekreasi, kebutuhan belajar.
f) Pemeriksaan fisik
Mengkaji keadaan umum pasien terlebih dahulu seperti Glasgow coma scale (GCS),
tingkat kesadaran, tanda-tanda vital (TTV). Kemudian, dilanjutkan dengan melakukan
pemeriksaan fisik head to toe dari :
1) Kepala : pemeriksaan pada rambut, telinga, mata, mulut, dan leher. Apakah ada
kelainan pada bagian tertentu, ada benjolan atau tidak, ada edema atau tidak.
5) Ekstremitas atas dan bawah : lihat dan raba apakah ada tanda-tanda edema,
varises, dan sebagiannya.
g) Data penunjang
Data penunjang dilakukan atas indikasi tertentu yang digunakan untuk memperoleh
keterangan yang lebih jelas. Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendapatkan data penunjang
seperti pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan ultrasonography (USG).
G. Diagnosa Keperawatan
1) Kala I
a) Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan frekuensi dan intensitas kontraksi
b) Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang proses persalinan
2) Kala II
a) Nyeri persalinan berhubungan dengan pengeluaran janin
b) Keletihan berhubungan dengan peningkatan metabolisme saat persalinan
c) Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan
3) Kala III
a) Keletihan berhubungan dengan penurunan energi
b) Resiko perdarahan berhubungan dengan komplikasi pasca persalinan
c) Resiko hipovolemia berhubungan dengan pendarahan post partum
4) Kala IV
a) Nyeri akut berhubungan dengan trauma jalan lahir
b) Resiko hipovolemia berhubungan dengan komplikasi post partum
c) Resiko infeksi berhubungan dengan trauma perinium
H. Intervensi Keperawatan
Kala IV
1 Nyeri akut (D. 0077) SLKI : SIKI
Kontrol Nyeri Manajemen Nyeri
Setelah dilakukan tinfakan Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, Mengetahui lokasi nyeri, karakteristik nyeri,
keperawatan selama …. Nyeri frekuensi, kualitas, intensitas nyeri berapa lama nyeri dirasakan serta kualitas dan
diharapkan berkurang, dengan Identifikasi skala nyeri intensitas nyeri yang dirasakan pasien untuk
kriteria hasil: Identifikasi respon nyeri nonverbal mengetahui penanganan apa yang akan
Pasien mampu menggunakan diberikan.Untuk mengetahui karakteristik
teknik non farmakologis nyeri, skala dan kualitas nyeri
Pasien dapat melaporkan nyeri Kontrol lingkungan yang memperberat Memastikan pasien merasakan nyaman
terkontrol nyeri ( missal: suhu ruangan, pencahayaan sehingga nyeri yang pasien rasakan tidak
Meringis menurun dan kebisingan). semakin parah.
Beri teknik non farmakologis untuk Agar pasien tidak akan ketergantungan pada
meredakan nyeri (aromaterapi, terapi pijat, obat.
hypnosis, biofeedback, teknik imajinasi
terbimbimbing, teknik tarik napas dalam
dan kompres hangat/ dingin)
Jelaskan penyebab, periode dan pemicu Dengan mengetahui penyebab pasien dapat
nyeri mengatasi nyerinya
Jelaskan strategi meredakan nyeri Pasien dapat memilih strategi sesuai
keinginan dan kenyamanan
Pasien dapt melaporkan perubahan intensitas
Anjurkan monitor nyeri secara mandiri nyeri
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu Menurunkan nyeri
2 Resiko Hipovolemia SLKI SIKI
(D.0023) Status Cairan Manajemen hypovolemia (L.003116)
Setelah diberikan intervensi Periksa tanda dan gejala hypovolemia Untuk mengetahui perubahan TTV dan tanda
selama 1x24 jam maka status hipovolemia
cairan membaik, dengan kriteria Monitor intake dan output cairan Mengetahui status cairan pasien
hasil : Hitung kebutuhan cairan Untuk memenuhi kebutuhan cairan harian
Kekuatan nadi meningkat pasien
Turgor kulit meningkat Berikan posisi mified tredelenburg Untuk memperlancar peredarah darah ke otak
Ortopnea menurun Berikan asupan cairan oral Untuk menghindari dehidrasi
Dyspnea menurun Edukasi Anjurkan memperbanyak asupan Untuk memenuhi kebutuhan cairan pasien
Frekuensi nadi membaik cairan oral danMenghindari dehidrasi
Tekanan darah membaik Kolaborasi pemberian cairan parenteral Untuk memenuhi kebutuhan cairan pasien
Tekanan nadi membaik Kolaborasi pemberian tranfusi darah Utnuk memastikan pasokan darah untuk
Membrane mukosa membaik mengangkut oksigen terpenuhi
Kadar hb membaik
Kadar ht membaik
Intake cairan membaik
3 Resiko Infeksi SLKI SIKI
Tingkat Infeksi (L.14137) Pencegahan Infeksi
Setelah dilakukan asuhan Monitor tanda dan gejala infeksi Infeksi lokal dapat menyebabkan infeksi
keperawatan selama ...x... jam sistemik
diharapkan klien terhindar dari Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak Untuk mencegah penularan penyakit
resiko infeksi dengan kriteria hasil: dengan pasien dan lingkungan pasien
1. Integritas Kulit Baik Lakukan perawatan tali pusat Untuk mencegah infeksi
Ajarkan ibu cara cuci tangan dengan benar Untuk menghindari infeksi
Kolaborasi pemberian imunisasi jika perlu
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, et al. 2005: Buku Ajar Keperawatan Maternitas Jilid 4. Jakarta: EGC. Carpenito,
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI),
Edisi 1, Jakarta.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SDKI),
Edisi 1, Jakarta.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2016. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SDKI),
Edisi 1, Jakarta.