Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

INTRANATAL

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Maternitas

DISUSUN OLEH
LENI INDRIANI
1490122075

PROGRAM STUDI PROFESI NERS PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSUTAS GALUH CIAMIS
TAHUN AKADEMIK 2022-2023
LAPORAN PENDAHULUAN
INTRANATAL/ INTRAPARTUM

A. Pengertian
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari
rahim ibu. Persalinan dianggap normal jika proses yang terjadi pada kehamilan cukup
bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai penyulit (JNPK- RMNH, Dep.kes RI, 2002).

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup


kedunia luar dari rahim melalui jalan lahir / dengan jalan lain (Mochtar, 2002).

Primigravida adalah seorang wanita yang sedang mengalami kehamilan pertama


(Cunningham, 2006).

Persalinan pada primigravida adalah persalinan yang terjadi pada wanita yang
baru pertama kali hamil (Endjun, 2004).

Persalinan adalah proses pengeluaran kelahiran hasil konsepsi yang dapat hidup
diluar uterus melalui vagina ke dunia luar yang terjadi pada kehamilan yang cukup
bulan (37-42 minggu) dengan ditandai adanya kontraksi uterus yang menyebabkan
terjadinya penipisan, dilatasi serviks, dan mendorong janin keluar melalui jalan lahir
dengan presentase belakang kepala tanpa alat atau bantuan (lahir spontan) serta tidak
ada komplikasi pada ibu dan janin (Indah & Firdayanti, 2019).

B. Etiologi
Penyebab terjadinya persalinan adalah :
1. Teori penurunan hormon.
Satu sampai dua minggu sebelum partus mulai terjadi penurunan kadar hormon
progesteron dan esterogen. Progesteron bekerja sebagai penenang otot–otot polos rahim
dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila kadar
progesteron turun.

2. Teori prostaglandine.
Adanya prostaglandine yang dihasilkan oleh desidua merangsang terjadinya kontraksi
yang menyebabkan peristiwa persalinan.

3. Teori oksitosin
Pelepasan prostaglandine ini disertai dengan pelepasan oksitosin dari glandula pituitaria
posterior. Dilatasi segmen uterus bagian bawah pada akhir kehamilan juga dipercaya
merangsang pelepasan oksitosin yang dapat merangsang kontraksi uterus.
4. Teori distensi rahim.
Pembesaran dan perenggangan rahim oleh isi rahim yang semakin membesar
menyebabkan terjadinya iskemia otot rahim sehingga sirkulasi utero plasenta terganggu
dan menyebabkan terjadinya peristiwa persalinan (Departemen Kesehatan Jawa
Tengah, 2004).

C. Manifestasi Klinis
1. Tanda–tanda permulaan persalinan yang terjadi beberapa minggu sebelum
persalinan adalah :
a. Lightening / settling / dropping yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul.
Pada primigravida terjadi saat 4–6 minggu terakhir kehamilan, sedangkan pada
multigravida terjadi saat partus mulai.

b. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.

c. Perasaan sering atau susah kencing (polakisuria), karena kandung kemih tertekan
oleh bagian terbawah janin.

d. Perasaan sakit perut dan dipinggang karena kontraksi lemah dari uterus.

e. Serviks menjadi lebih lembek dan mulai mendatar, sekresinyapun akan


bertambah bisa bercampur darah (Departemen Kesehatan Jawa Tengah, 2004).

2. Tanda–tanda pasti persalinan yang terjadi beberapa saat sebelum persalinan adalah :
a. Terjadinya his persalinan yang bersifat :
1) Pinggang terasa sakit dan menjalar kedepan.

2) Sifatnya teratur, interval semakin pendek dan kekuatanya semakin besar.

3) semakin ibu beraktivitas kekuatan his akan semakin besar.

b. Pengeluaran lendir dan darah (bloody show) yang lebih banyak karena robekan
kecil pada serviks.
c. Pengeluaran cairan yang terjadi pada beberapa kasus ketuban pecah, dan dengan
pecahnya ketuban diharapkan persalinan berlangsung dalam waktu 24 jam
kemudian.
d. Pada pemeriksaan dalam serviks telah mendatar dan pembukaan telah ada
(Departemen Kesehatan Jawa Tengah, 2004).
3. Faktor – faktor yang mempengaruhi persalinan :

a. Power (kekuatan yang mendorong janin keluar).


Power pertama pada persalinan adalah kekuatan yang dihasilkan kontraksi otot
rahim yang terjadi diluar kesadaran. Power terdiri dari 2 faktor, yaitu :

1) His (kontraksi otot rahim pada persalinan).

2) Tenaga mengejan.

Adanya kontraksi otot dinding perut maka menyebabkan peningkatan


tekanan intra abdominal (serupa tenaga mengejan sewaktu BAB namun lebih
kuat). Setelah kepala sampai pada dasar panggul timbul suatu reflek pasien
menutup glotisnya, mengkontraksikan otot–otot perutnya dan menekan
diafragma kebawah. Hal ini berhasil bila pembukaan sudah lengkap dan efektif
sewaktu ada kontraksi.

b. Passage (jalan lahir).

Meliputi jalan lahir keras (rongga pelvis) dan jalan lahir lunak (serviks dan vagina).

c. Passanger (janin).

Letak janin yaitu hubungan antara sumbu panjang ibu dan sumbu panjang
janin, dimana janin bisa melintang atau memanjang. Presentasi yaitu bagian
terendah janin yang berada di pintu atas panggul yang dapat berupa kepala,
bokong, bahu atau muka.

d. Psikologi.

Apabila ibu hamil mengalami stress psikologis, janin dan ibu akan mengalami
kondisi yang tidak baik, karena saat stress dapat menyebabkan disekresinya
epineprin yang dapat menghambat aktifitas miometrial sehingga mengakibatkan
tidak terkoordinasinya aktivitas uterus. Agar tidak terjadi hal tersebut sang calon
ibu harus diberikan support dan dukungan, karena berdasarkan penelitian bahwa
support emosional dan fisik mempunyai hubungan signifikan dalam mempercepat
persalinan (Departemen Kesehatan Jawa Tengah, 2004).

4. Adaptasi yang terjadi selama proses persalinan antara lain :

a. Adaptasi janin :

1) Denyut jantung janin.

Pemantauan denyut jantung janin memberi informasi yang dapat


dipercaya dan dapat digunakan untuk memprediksi keadaan janin yang berkaitan
dengan oksigenasi. Denyut jantung janin rata–rata pada aterm adalah 140
denyut/menit, dan batas normalnya adalah 110 – 160 denyut/menit.

2) Sirkulasi darah janin.

Dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah posisi ibu,


kontraksi uterus, tekanan darah dan aliran darah tali pusat. Kebanyakan
apabila janin yang sehat akan mampu mengkompensasi stres ini, biasanya aliran
darah tali pusat tidak terganggu oleh kontraksi uterus atau posisi janin.

3) Pernafasan dan gerakan janin.

Pada waktu persalinan pervagina 7–24 ml air ketuban diperas keluar dari
paru–paru, tekanan oksigen janin menurun, tekanan karbondioksida meningkat,
gerakan janin masih sama seperti masa kehamilan tetapi akan menurun setelah
ketuban pecah.

b. Adaptasi ibu :

1) Perubahan kardiovaskuler.

Selama proses persalinan pada setiap kontraksi 400 ml darah akan


dikeluarkan dari uterus dan masuk kesistem vaskuler ibu dan hal ini akan
meningkatkan curah jantung sekitar 10%-15% pada tahap pertama persalina,
dan sekitar 30%-50% pada tahap kedua persalinan untuk mengantisipasi
perubahan tekanan darah ibu. Aliran darah yang menurun pada arteri uterus
akibat kontraksi dialirkan kembali kepembuluh darah perifer yang
mengakibatkan tekanan darah meningkat adan frekuensi denyut nadi menurun.
Pada persalinan tahap pertama kontraksi uterus meningkatkan tekanan sistolik
10 mmHg, sedangkan pada tahanan kedua sekitar 30 mmHg dan tekanan
disrtolik sampai 25 mmHg.

2) Perubahan pernafasan.

Peningkatan aktifitas fisik dan peningkatam pemakaian oksigen terlihat


dari peningkatan frekuensi pernafasan sehingga jika pada tahap kedua persalinan
ibu tidak diberi obat-obatan maka ia akan memakai oksigen 2 kali lipat.

3) Perubahan berkemih.

Selama persalinan ibu dapat mengalami kesulitan berkemih secara spontan


karena berbagai alasan, antara lain yaitu endema jaringan akibat tekanan bagian
presentasi, perasaan tidak nyaman dan rasa malu.

4) Perubahan integumen.
Adaptasi sistem integumen jelas telihat khususnya pada daerah introitus
vagina, meskipun daerah tersebut dapat merenggang saat proses persalinan
namun dapat terjadi robekan-robekan kecil sekalipun tidak dilakukan episiotomi.

5) Perubahan pencernaan.

Proses persalinan mempengaruhi alat pencernaan, bibir dan mulut


menjadi kering akibat bernafas melalui mulut, dehidrasi sebagai respon emosi
terhadap persalinan. Selama persalinan motilitas dan absorbsi saluran cerna
menurun pada waktu pengosongan lambung menjadi lambat, seringkali rasa
mual dan memuntahkan makanan yang belum dicerna, mual dan sendawa juga
sering terjadi sebagai respon refleks terhadap dilatasi serviks lengkap.

6) Perubahan endokrin.

Awal persalinan dapat diakibatkan karena penurunan kadar progesteron


dan peningkatan kadar esterogen, prostaglandine dan oksitosin, metabolisme
meningkat dan kadar glukosa darah dapat menurun akibat proses persalinan.

D. Fisiologi Proses Persalinan


Proses persalinan terdiri dari 4 kala (Risanto, 2008) :

1) Kala I (pembukaan serviks).

Pada kala ini pada primigravida terjadi pendataran serviks (effacement) terlebih
dulu baru terjadi pembukaan (dilatasi), sedangkan pada multigravida pendataran
serviks dan pembukaan dapat terjadi bersamaan (Cunningham, 2006).

Kala 1 terdapat 2 fase :

a) Fase laten.

Tahap awal persalinan ini dimulai begitu sudah ada pembukaan leher
rahim. His mulai teratur, muncul rasa sakit yang perlahan makin nyeri dan sering
serta makin lama, sejak pembukaan 0cm–3cm umumnya berjalan lambat. Fase
laten terjadi ± 8 jam pada primigravida dan ± 5 jam pada multigravida.

b) Fase aktif

Pada fase ini tahap awal pembukaan 4 cm – 10 cm. Terjadi ± 5 jam pada
primigravida. Pada fase ini bagian terendah bayi (biasanya kepala) mulai turun
kepanggul dan ibu mulai merasakan desakan untuk mengejan. Fase ini dibagi
menjadi 3 sub fase:
1) Fase akseleratif (pembukaan menjadi 4 cm).
2) Fase dilatasi maksimal (pembukaan menjadi 9 cm).
3) Fase deselerasi (pembukaan menjadi 10 cm).
Pada fase ini pasien biasanya merasakan cemas karena peningkatan kekuatan dan
intensitas kontraksi, terlebih pada pasien primigravida.
2) Kala II (Pengeluaran janin)

a. Dimulai dari pembukaan lengkap sampai lahirnya bayi.


b. His menjadi lebih kuat, kontraksinya selama 50 – 100 detik, datangnya tiap 2 – 3
menit. Ketuban biasanya pecah dalam kala ini dan ditandai dengan keluarnya cairan
yang kekuningan secara tiba-tiba dan banyak.
c. Pasien mulai mengejan.
d. Pada akhir kala 2 sebagai tanda bahwa kepala sudah sampai didasar panggul,
perineum menonjol, vulva menganga dan rectum terbuka.
e. Dipuncak his, bagian terkecil dri kepala nampak dalam vulva, tetapi hilang lagi
waktu his berhenti. Pada his berikutnya bagian kepala yang nampak lebih besar lagi,
tetapi surut kembali kalau his terhenti. Kejadian ini disebut kepala membuka pintu.
f. Maju dan surutnya kepala berlangsung terus, sampai lingkaran terbesar dari kepala
terpegang oleh vulva sehingga tidak dapat mundur lagi. Pada saat ini tonjolan tulang
ubun – ubun saat ini telah lahir dan sub oksiput ada dibawah simpisis. Pada saat ini
disebut kepala keluar pintu. Karena pada his berikutnya dengan ekstensi lahirlah
ubun – ubun besar, dahi dn mulut pad komisura posterior.
g. Setelah kepala lahir ia jatuh kebawah dn kemudian terjadi putaran paksi luar,
sehingga kepala melintang. Sekarang vulva menekan pad leher dan dada tertekan
oleh jalan lahir sehingga dari hidung anak keluar lendir dan cairan.
h. Pada his berikutnya bahu lahir, bahu belakang dulu kemudian baru depan disusul
oleh seluruh badan anak dengan fleksi lateral sesuai dengan paksi jalan lahir.
i. Lamanya kala 2 pada primi kurang lebih 50 menit dan pada multi kurang lebih 20
menit.
j. Pada fase ini ibu beresiko mengalami keletihan karena banyaknya tenaga yang harus
dikeluarkan untuk proses mengeluarkan janin.
3) Kala III (Pengeluaran plasenta)

Pada kala ini uterus akan teraba keras dengan tinggi fundus uteri setinggi pusat. 5
– 30 menit setelah bayi lahir rahim akan berkotraksi dan ibu akan merasakan sakit,
rasa sakit ini menandakan lepasnya plasenta dari perlekatanya dirahim. Dalam
waktu 1 – 5 menit seluruh plasenta terlepas, terdorong kedalam vagina dan akan keluar
dengan spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simfisis pubis atau fundus
uteri. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah ± 100 – 200 cc. Setelah
itu plasenta akan diperiksa guna memastikan apakah plasenta sudah lengkap (jika
masih ada jaringan plasenta yang tertinggal dalam rahim dapat terjadi perdarahan).
Pada primigravida kala III terjadi ±½ jam, pada multigravida ±¼ jam. Pada fase ini
sangat rentan terjadinya resiko defisit cairan karena pendarahan ataupun kontraksi
uterus yang tidak adekuat.

4) Kala IV (Pengawasan)

Dilakukan selama 1 – 2 jam setelah persalinan dan pengeluaran plasenta.


Tujuanya adalah untuk mengawasi kondisi ibu terutama terhadap bahaya pendarahan
post partum. Lama proses persalinan pada primigravida 14,5 jam, sedangkan pada
multigravida 7,5 jam. Pada fase ini terjadi resiko defisit cairan,yang dapat disebabkan
kontraksi uterus dalam involusi uteri tidak adekuat, dan juga dapat terjadi resiko
infeksi pada luka karena trauma pasca lahiran.
E. Pathway
F. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah langkah paling kritis dalam proses keperawatan. Bila langkah
ini tidak diselesaikan dalam cara berpusat-klien, perawat akan kehilangan kendali
terhadap langkah proses keperawatan selanjutnya. Ada dua jenis pengkajian, yaitu
pengkajian skrining dan pengkajian mendalam. Keduanya membutuhkan pengumpulan
data dan mungkin yang paling mudah untuk diselesaikan (Nanda, 2018).
Pengkajian merupakan tahap awal dalam proses keperawatan. Suatu proses
kolaborasi melibatkan perawat, ibu dan tim kesehatan lainnya. Pengkajian dilakukan
melalui wawancara dan pemeriksaan fisik. Dalam pengkajian dibutuhkan kecermatan
dan ketelitian agar data yang terkumpul lebih akurat, sehingga dapat dikelompokkan
dilakukan sebelum mendapatkan data lengkap. Pengkajian ini diperioritaskan untuk
menentukan kondisi ibu dan janin (Mitayani, 2013).

1. Pengkajian

a) Identitas pasien

Melakukan pengkajian pada pasien dengan menanyakan nama, umur, pendidikan,


pekerjaan, status perkawinan, agama, suku, alamat, nomer rekam medis (RM), tanggal
masuk rumah sakit (MRS), dan tanggal pengkajian. Kaji juga identitas penanggung jawab
atas pasien.

b) Data kesehatan

Melakukan pengkajian keluhan utama pada pasien, keluhan yang paling dirasakan pada
saat dikaji.

c) Riwayat obstetri dan ginekologi

Melakukan pengkajian pada pasien dengan menanyakan riwayat menstruasi, riwayat


pernikahan, riwayar kehamilan, persalinan, nifas yang lalu, riwayat kehamilannya saat ini,
dan riwayat keluarga berencana.

d) Riwayat penyakit

Mengkaji riwayat penyakit pada pasien dan keluarganya, apakah pasien dan keluarga
memiliki penyakit keturunan seperti penyakit jantung, hipertensi, diabetes melitus (DM) dan
lainnya.

e) Pola kebutuhan sehari-hari

Melakukan pengkajian pola kebutuhan sehari-hari pada pasien seperti pengkajian pada
pernafasan, nutrisi (makan dan minum), eliminasi (BAB dan BAK), gerak badan atau
aktivitas, istirahat tidur, berpakaian, rasa nyaman (pasien merasakan adanya dorongan
meneran, tekanan ke anus, perineum menonjol), kebersihan diri, rasa aman, pola komunikasi
atau hubungan pasien dengan orang lain, ibadah, produktivitas, rekreasi, kebutuhan belajar.

f) Pemeriksaan fisik

Mengkaji keadaan umum pasien terlebih dahulu seperti Glasgow coma scale (GCS),
tingkat kesadaran, tanda-tanda vital (TTV). Kemudian, dilanjutkan dengan melakukan
pemeriksaan fisik head to toe dari :

1) Kepala : pemeriksaan pada rambut, telinga, mata, mulut, dan leher. Apakah ada
kelainan pada bagian tertentu, ada benjolan atau tidak, ada edema atau tidak.

2) Dada : pemeriksaan pada mamae, areola.

3) Abdomen : pemeriksaan leopold, tinggi fundus uteri (TFU), detak jantung


janin (DJJ).

4) Genetalia dan perineum : pemeriksaan dalam seperti vaginal toucher (VT),


status portio, warna air ketuban.

5) Ekstremitas atas dan bawah : lihat dan raba apakah ada tanda-tanda edema,
varises, dan sebagiannya.

g) Data penunjang

Data penunjang dilakukan atas indikasi tertentu yang digunakan untuk memperoleh
keterangan yang lebih jelas. Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendapatkan data penunjang
seperti pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan ultrasonography (USG).

G. Diagnosa Keperawatan

Berikut ini adalah diagnosa keperawatan menurut prioritas masalah, berdasarkan


SDKI:

1) Kala I
a) Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan frekuensi dan intensitas kontraksi
b) Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang proses persalinan
2) Kala II
a) Nyeri persalinan berhubungan dengan pengeluaran janin
b) Keletihan berhubungan dengan peningkatan metabolisme saat persalinan
c) Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan
3) Kala III
a) Keletihan berhubungan dengan penurunan energi
b) Resiko perdarahan berhubungan dengan komplikasi pasca persalinan
c) Resiko hipovolemia berhubungan dengan pendarahan post partum
4) Kala IV
a) Nyeri akut berhubungan dengan trauma jalan lahir
b) Resiko hipovolemia berhubungan dengan komplikasi post partum
c) Resiko infeksi berhubungan dengan trauma perinium
H. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


(SDKI)
Kala I
1 Nyeri akut (D. 0077) SLKI : SIKI
Kontrol Nyeri Manajemen Nyeri
Setelah dilakukan tinfakan  Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,  Mengetahui lokasi nyeri, karakteristik nyeri,
keperawatan selama …. Nyeri frekuensi, kualitas, intensitas nyeri berapa lama nyeri dirasakan serta kualitas dan
diharapkan berkurang, dengan  Identifikasi skala nyeri intensitas nyeri yang dirasakan pasien untuk
kriteria hasil:  Identifikasi respon nyeri nonverbal mengetahui penanganan apa yang akan
 Pasien mampu menggunakan diberikan.Untuk mengetahui karakteristik
teknik non farmakologis nyeri, skala dan kualitas nyeri
 Pasien dapat melaporkan nyeri  Kontrol lingkungan yang memperberat  Memastikan pasien merasakan nyaman
terkontrol nyeri ( missal: suhu ruangan, pencahayaan sehingga nyeri yang pasien rasakan tidak
 Meringis menurun dan kebisingan). semakin parah.
 Beri teknik non farmakologis untuk  Agar pasien tidak akan ketergantungan pada
meredakan nyeri (aromaterapi, terapi pijat, obat.
hypnosis, biofeedback, teknik imajinasi
terbimbimbing, teknik tarik napas dalam
dan kompres hangat/ dingin)
 Jelaskan penyebab, periode dan pemicu  Dengan mengetahui penyebab pasien dapat
nyeri mengatasi nyerinya
 Jelaskan strategi meredakan nyeri  Pasien dapat memilih strategi sesuai
keinginan dan kenyamanan
 Pasien dapt melaporkan perubahan intensitas
 Anjurkan monitor nyeri secara mandiri
nyeri
 Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
 Menurunkan nyeri
 Berikan teknik massage counterpressure
 Massage dapat memblok sinyal nyeri ke otak
dan merangsang pengeluaran endorpin di
jaringan sekitar sehingga dapat menimbulkan
rileks
2 Ansietas (D.0080) SLKI : SIKI
Tingkat ansietas Reduksi ansietas  Untuk mengethaui terjadinya ansietas
Setelah dilakukan tindakan  Monitor tanda-tanda ansietas  Untuk menumbuhkan rasa percaya pasien
keperawatan selama .....x24 jam  Ciptakan suasana terapeutik untuk pada perawat
diharapakan kecemasan menurun menumbuhkan kepercayaan  Untuk mengetahui situasi yang menyebabkan
atau pasien dapat tenang dengan  Pahami situasi yang membuat ansietas ansietas
kriteria :  Untuk menghindari kecemasan pada pasien
 Verbalisasi kebingungan  Diskusikan perencanaan realistis tentang
menunurun peristiwa yang akan datang  Untuk mengurangi beba yang dirasakan
 Verbalisasi khawatir akibat  Anjurkan mengungkapkan perasaan dan pasien
kondisi yang dihadapi menurun. persepsi  Agar tidak merasa sendiri dalam menghadapi
 Anjurkan keluarga untuk selalu disamping masalah
dan mendukung pasien  Untuk dapat tenang saat terjadi ansietas
 Latih teknik relaksasi
Kala II
1 Nyeri persalinan SLKI : SIKI
Kontrol Nyeri Manajemen Nyeri
Setelah dilakukan tinfakan  Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,  Mengetahui lokasi nyeri, karakteristik nyeri,
keperawatan selama …. Nyeri frekuensi, kualitas, intensitas nyeri berapa lama nyeri dirasakan serta kualitas dan
diharapkan berkurang, dengan  Identifikasi skala nyeri intensitas nyeri yang dirasakan pasien untuk
kriteria hasil:  Identifikasi respon nyeri nonverbal mengetahui penanganan apa yang akan
 Pasien mampu menggunakan diberikan.Untuk mengetahui karakteristik
teknik non farmakologis nyeri, skala dan kualitas nyeri
 Pasien dapat melaporkan nyeri  Kontrol lingkungan yang memperberat  Memastikan pasien merasakan nyaman
terkontrol nyeri ( missal: suhu ruangan, pencahayaan sehingga nyeri yang pasien rasakan tidak
 Meringis menurun dan kebisingan). semakin parah.
 Beri teknik non farmakologis untuk  Agar pasien tidak akan ketergantungan pada
meredakan nyeri (aromaterapi, terapi pijat, obat.
hypnosis, biofeedback, teknik imajinasi
terbimbimbing, teknik tarik napas dalam
dan kompres hangat/ dingin)  Dengan mengetahui penyebab pasien dapat
 Jelaskan penyebab, periode dan pemicu mengatasi nyerinya
nyeri  Pasien dapat memilih strategi sesuai
 Jelaskan strategi meredakan nyeri keinginan dan kenyamanan
 Pasien dapt melaporkan perubahan nyeri
 Anjurkan monitor nyeri secara mandiri
2 Keletihan (D. 0057) SIKI SIKI
Tingkat Keletihan (L.05046) Manajeman energi
Setelah dilakukan tindakan  monitor kelelahan fisik dan emosional  untuk mengetahui tingkat kelatihan pasien
keperawatan selama 3x24 jam  sediakan lingkungan yang nyaman dan  agar pasien merasa rileks
masalah Keletihan dapat teratasi rendah setimulus
dengan kriteria hasil :  berikan aktivitas distraksi yang nyaman  untuk mengalihkan perhatian pasien dari rasa
 kemampun melakukan aktivitas letih
rutin dari skala 1 menurun  anjurkan menghubungi perawat jika tanda  agar perawat mengetahui dan merencanakan
menjadi skala 5 meningkat dan gejala tidak berkurang tindakan selanjutnya
 verbalisasi lelah dari skala 5
menurun menjadi skala 1
meningkat
 lesu dari skala 5 menurun
menjadi skala 3 sedang
3 Resiko Infeksi SLKI SIKI
Tingkat Infeksi (L.14137) Pencegahan Infeksi
Setelah dilakukan asuhan  Monitor tanda dan gejala infeksi  Infeksi lokal dapat menyebabkan infeksi
keperawatan selama ...x... jam sistemik
diharapkan klien terhindar dari  Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak  Untuk mencegah penularan penyakit
resiko infeksi dengan kriteria hasil: dengan pasien dan lingkungan pasien
1. Integritas Kulit Baik  Lakukan perawatan tali pusat  Untuk mencegah infeksi
 Ajarkan ibu cara cuci tangan dengan benar  Untuk menghindari infeksi
 Kolaborasi pemberian imunisasi jika perlu
Kala III
1 Keletihan (D. 0057) SIKI SIKI
Tingkat Keletihan (L.05046) Manajeman energi
Setelah dilakukan tindakan  monitor kelelahan fisik dan emosional  untuk mengetahui tingkat kelatihan pasien
keperawatan selama 3x24 jam  sediakan lingkungan yang nyaman dan  agar pasien merasa rileks
masalah Keletihan dapat teratasi rendah setimulus
dengan kriteria hasil :  berikan aktivitas distraksi yang nyaman  untuk mengalihkan perhatian pasien dari rasa
 verbalisasi lelah dari skala 5 letih
menurun menjadi skala 1  anjurkan menghubungi perawat jika tanda  agar perawat mengetahui dan merencanakan
meningkat dan gejala tidak berkurang tindakan selanjutnya
 lesu dari skala 5 menurun
menjadi skala 3 sedang
2 Resiko perdarahan SLKI SIKI
(D.0012) Tingkat Pendarahan ( L.02017) Pencegahan perdarahan ( L.02067)
Setelah diberikan asuhan  Monitor tanda dan gejala perdarahan  Mengetahui adanya pendarahan
keperawatan selama 2x24 jam  Monitor nilai hematokrit/hrmoglobin  Mengetahui dampak dari pendarahan
diharapkan Tingkat perdarahan sebelum dan setelah kehilangan darah
menurun dengan kriteria hasil :  Monitor tanda-tanda vital  Pendarahan dapat mempengaruhi TTV
 Hb membaik  Monitor koagulasi (mis. Prothrombin time,  PT APTT menunjukan tingkat pembekuan
 Tekanan darah membaik fibrinogen, degradasi fibrin) darah
 Suhu tubuh membaik  Pertahankan bed rest selama perdarahan  Meminimalisisr pendarahan
 Batasi tindakan invasif, jika perlu  Mengurangi pendarahan
 Kolaborasi pemberian obat pengontrol  Memberhentikan pendarahan
pendarahan
 Kolaborasi pemberian tranfusi darah, bila  Untuk mengganti kehilangan darah
perlu
3 Resiko Hipovolemia SLKI SIKI
(D.0023) Status Cairan Manajemen hypovolemia (L.003116)
Setelah diberikan intervensi  Periksa tanda dan gejala hypovolemia  Untuk mengetahui perubahan TTV dan tanda
selama 1x24 jam maka status hipovolemia
cairan membaik, dengan kriteria  Monitor intake dan output cairan  Mengetahui status cairan pasien
hasil :  Hitung kebutuhan cairan  Untuk memenuhi kebutuhan cairan harian
 Kekuatan nadi meningkat pasien
 Turgor kulit meningkat  Berikan posisi mified tredelenburg  Untuk memperlancar peredarah darah ke otak
 Ortopnea menurun  Berikan asupan cairan oral  Untuk menghindari dehidrasi
 Dyspnea menurun  Edukasi Anjurkan memperbanyak asupan  Untuk memenuhi kebutuhan cairan pasien
 Frekuensi nadi membaik cairan oral danMenghindari dehidrasi
 Tekanan darah membaik  Kolaborasi pemberian cairan parenteral  Untuk memenuhi kebutuhan cairan pasien
 Tekanan nadi membaik  Kolaborasi pemberian tranfusi darah  Utnuk memastikan pasokan darah untuk
 Membrane mukosa membaik mengangkut oksigen terpenuhi
 Kadar hb membaik
 Kadar ht membaik
 Intake cairan membaik

Kala IV
1 Nyeri akut (D. 0077) SLKI : SIKI
Kontrol Nyeri Manajemen Nyeri
Setelah dilakukan tinfakan  Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,  Mengetahui lokasi nyeri, karakteristik nyeri,
keperawatan selama …. Nyeri frekuensi, kualitas, intensitas nyeri berapa lama nyeri dirasakan serta kualitas dan
diharapkan berkurang, dengan  Identifikasi skala nyeri intensitas nyeri yang dirasakan pasien untuk
kriteria hasil:  Identifikasi respon nyeri nonverbal mengetahui penanganan apa yang akan
 Pasien mampu menggunakan diberikan.Untuk mengetahui karakteristik
teknik non farmakologis nyeri, skala dan kualitas nyeri
 Pasien dapat melaporkan nyeri  Kontrol lingkungan yang memperberat  Memastikan pasien merasakan nyaman
terkontrol nyeri ( missal: suhu ruangan, pencahayaan sehingga nyeri yang pasien rasakan tidak
 Meringis menurun dan kebisingan). semakin parah.
 Beri teknik non farmakologis untuk  Agar pasien tidak akan ketergantungan pada
meredakan nyeri (aromaterapi, terapi pijat, obat.
hypnosis, biofeedback, teknik imajinasi
terbimbimbing, teknik tarik napas dalam
dan kompres hangat/ dingin)
 Jelaskan penyebab, periode dan pemicu  Dengan mengetahui penyebab pasien dapat
nyeri mengatasi nyerinya
 Jelaskan strategi meredakan nyeri  Pasien dapat memilih strategi sesuai
keinginan dan kenyamanan
 Pasien dapt melaporkan perubahan intensitas
 Anjurkan monitor nyeri secara mandiri nyeri
 Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu  Menurunkan nyeri
2 Resiko Hipovolemia SLKI SIKI
(D.0023) Status Cairan Manajemen hypovolemia (L.003116)
Setelah diberikan intervensi  Periksa tanda dan gejala hypovolemia  Untuk mengetahui perubahan TTV dan tanda
selama 1x24 jam maka status hipovolemia
cairan membaik, dengan kriteria  Monitor intake dan output cairan  Mengetahui status cairan pasien
hasil :  Hitung kebutuhan cairan  Untuk memenuhi kebutuhan cairan harian
 Kekuatan nadi meningkat pasien
 Turgor kulit meningkat  Berikan posisi mified tredelenburg  Untuk memperlancar peredarah darah ke otak
 Ortopnea menurun  Berikan asupan cairan oral  Untuk menghindari dehidrasi
 Dyspnea menurun  Edukasi Anjurkan memperbanyak asupan  Untuk memenuhi kebutuhan cairan pasien
 Frekuensi nadi membaik cairan oral danMenghindari dehidrasi
 Tekanan darah membaik  Kolaborasi pemberian cairan parenteral  Untuk memenuhi kebutuhan cairan pasien
 Tekanan nadi membaik  Kolaborasi pemberian tranfusi darah  Utnuk memastikan pasokan darah untuk
 Membrane mukosa membaik mengangkut oksigen terpenuhi
 Kadar hb membaik
 Kadar ht membaik
 Intake cairan membaik
3 Resiko Infeksi SLKI SIKI
Tingkat Infeksi (L.14137) Pencegahan Infeksi
Setelah dilakukan asuhan  Monitor tanda dan gejala infeksi  Infeksi lokal dapat menyebabkan infeksi
keperawatan selama ...x... jam sistemik
diharapkan klien terhindar dari  Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak  Untuk mencegah penularan penyakit
resiko infeksi dengan kriteria hasil: dengan pasien dan lingkungan pasien
1. Integritas Kulit Baik  Lakukan perawatan tali pusat  Untuk mencegah infeksi
 Ajarkan ibu cara cuci tangan dengan benar  Untuk menghindari infeksi
 Kolaborasi pemberian imunisasi jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, et al. 2005: Buku Ajar Keperawatan Maternitas Jilid 4. Jakarta: EGC. Carpenito,

Lynda Juall.,2000, Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis,


Edisi 6. Jakarta: EGC.

Cunningham, F. gary, M. D, 2006. Obstetri Williams Jilid 1. Jakarta: EGC.

Departemen Kesehatan Jawa Tengah, 2004: Modul Asuhan Kebidanan. Semarang.

Doengoes, M.E., Mourhouse, M.F., 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3.


Alih bahasa: Monica Ester, Jakarta: EGC.

Endjun. J., J., 2004. Mempersiapkan Persalinan Sehat. Jakarta: Pustaka

JNPK-KR. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: JHPIEGO.2007.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI),

Edisi 1, Jakarta.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SDKI),

Edisi 1, Jakarta.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2016. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SDKI),

Edisi 1, Jakarta.

Ova, 2008. Obstetri Fisiologi. Yogyakarta: Pustaka Cendekia Press. Pembangunan


Swadaya Nusantara.

Anda mungkin juga menyukai