Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

INTRANATAL CARE

Disusun Oleh :
Moch Ilham Nurfalah
NIM. 1490122019

FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROFESI NERS


UNIVERSITAS GALUH
2022
LAPORAN PENDAHULUAN
INTRANATAL CARE

A. PENGERTIAN

Intranatal care adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan

pengeluaran bayi yang cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan

selaput janin dari tubuh ibu. ( Nugroho, 2011)

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang

telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir,

dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Rukiyah, dkk (2012).

Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang

terjadi pada kehamilan cukup bulan (37 – 42 minggu), lahir spontan dengan

presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi

baik pada ibu maupun pada janin. Nurhati (2009).

Persalinan dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

1. Persalinan spontan adalah persalinan berlangsung dengan kekuatan ibu

sendiri melalui jalan lahir.

2. Persalinan buatan adalah persalinan dibantu dengan tenaga dari luar

misalnya ekstraksi dengan forceps atau dilakukan dengan operasi cesarean.

3. Persalinan anjuran adalah persalinan tidak dimulai dengan sendirinya, baru

berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian phytomenadione

(Rukiyah, dkk, 2012). Jadi persalinan dan kelahiran merupakan kejadian

fisiologis yang normal proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban

keluar dari uterus ibu.


B. Etiologi

Penyebab terjadinya persalinan adalah :

1. Teori penurunan hormon.

1– 2 minggu sebelum partus mulai terjadi penurunan kadar hormon

progesteron dan esterogen. Progesteron bekerja sebagai penenang otot

otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah

sehingga timbul his bila kadar progesteron turun.

2. Teori prostaglandine.

Adanya prostaglandine yang dihasilkan oleh desidua merangsang

terjadinya kontraksi yang menyebabkan peristiwa persalinan.

3. Teori oksitosin.

Pelepasan prostaglandine ini disertai dengan pelepasan oksitosin dari

glandula pituitaria posterior. Dilatasi segmen uterus bagian bawah pada

akhir kehamilan juga dipercaya merangsang pelepasan oksitosin yang

dapat merangsang kontraksi uterus.

4. Teori distensi rahim.

Pembesaran dan perenggangann rahim oleh isi rahim yang semakin

membesar menyebabkan terjadinya iskemia otot rahim sehingga sirkulasi

utero plasenta terganggu dan menyebabkan terjadinya peristiwa persalinan

C. Manifestasi Klinis

Tanda–tanda permulaan persalinan yang terjadi beberapa minggu sebelum

persalinan adalah :
1. Lightening / settling / dropping yaitu kepala turun memasuki pintu atas

panggul. Pada primigravida terjadi saat 4–6 minggu terakhir kehamilan,

sedangkan pada multigravida terjadi saat partus mulai.

2. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.

3. Perasaan sering atau susah kencing (polakisuria), karena kandung kemih

tertekan oleh bagian terbawah janin.

4. Perasaan sakit perut dan dipinggang karena kontraksi lemah dari uterus.

5. Serviks menjadi lebih lembek dan mulai mendatar, sekresinyapun akan

bertambah bisa bercampur darah

Tanda–tanda pasti persalinan yang terjadi beberapa saat sebelum persalinan

adalah :

1. Terjadinya his persalinan yang bersifat :

- Pinggang terasa sakit dan menjalar kedepan.

- Sifatnya teratur, interval semakin pendek dan kekuatanya semakin

besar.

- Semakin ibu beraktivitas kekuatan his akan semakin besar.

2. Pengeluaran lendir dan darah (bloody show) yang lebih banyak karena

robekan kecil pada serviks.

3. Pengeluaran cairan yang terjadi pada beberapa kasus ketuban pecah, dan

dengan pecahnya ketuban diharapkan persalinan berlangsung dalam waktu

24 jam kemudian.

4. Pada pemeriksaan dalam serviks telah mendatar dan pembukaan telah ada

Faktor – faktor yang mempengaruhi persalinan :


a) Power (kekuatan yang mendorong janin keluar).

Power pertama pada persalinan adalah kekuatan yang dihasilkan

kontraksi otot rahim yang terjadi diluar kesadaran. Power terdiri dari 2

faktor, yaitu:

- His (kontraksi otot rahim pada persalinan).

- Tenaga mengejan.

Adanya kontraksi otot dinding perut maka menyebabkan

peningkatan tekanan intra abdominal (serupa tenaga mengejan

sewaktu BAB namun lebih kuat). Setelah kepala sampai pada dasar

panggul timbul suatu reflek pasien menutup glotisnya,

mengkontraksikan otot–otot perutnya dan menekan diafragma

kebawah. Hal ini berhasil bila pembukaan sudah lengkap dan efektif

sewaktu ada kontraksi.

b) Passage (jalan lahir).

Meliputi jalan lahir keras (rongga pelvis) dan jalan lahir lunak (serviks

dan vagina).

c) Passanger (janin).

Letak janin yaitu hubungan antara sumbu panjang ibu dan sumbu

panjang janin, dimana janin bisa melintang atau memanjang. Presentasi

yaitu bagian terendah janin yang berada di pintu atas panggul yang

dapat berupa kepala, bokong, bahu atau muka.


d) Psikologi.

Apabila ibu hamil mengalami stress psikologis, janin dan ibu akan

mengalami kondisi yang tidak baik, karena saat stress dapat

menyebabkan disekresinya epineprin yang dapat menghambat aktifitas

miometrial sehingga mengakibatkan tidak terkoordinasinya aktivitas

uterus. Agar tidak terjadi hal tersebut sang calon ibu harus diberikan

support dan dukungan, karena berdasarkan penelitian bahwa support

emosional dan fisik mempunyai hubungan signifikan dalam

mempercepat persalinan

Adaptasi yang terjadi selama proses persalinan antara lain :

1. Adaptasi janin :

a. Denyut jantung janin.

Pemantauan denyut jantung janin memberi informasi yang dapat

dipercaya dan dapat digunakan untuk memprediksi keadaan janin yang

berkaitan dengan oksigenasi. Denyut jantung janin rata–rata pada

aterm adalah 140 denyut/menit, dan batas normalnya adalah 110 – 160

denyut/menit.

b. Sirkulasi darah janin.

Dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah posisi ibu,

kontraksi uterus, tekanan darah dan aliran darah tali pusat.Kebanyakan

apabila janin yang sehat akan mampu mengkompensasi stres ini,

biasanya aliran darah tali pusat tidak terganggu oleh kontraksi uterus

atau posisi janin.


c. Pernafasan dan gerakan janin.

Pada waktu persalinan pervagina 7–24 ml air ketuban diperas keluar

dari paru–paru, tekanan oksigen janin menurun, tekanan

karbondioksida meningkat, gerakan janin masih sama seperti masa

kehamilan tetapi akan menurun setelah ketuban pecah.

2. Adaptasi ibu :

a. Perubahan kardiovaskuler.

Selama proses persalinan pada setiap kontraksi 400 ml darah akan

dikeluarkan dari uterus dan masuk kesistem vaskuler ibu dan hal ini

akan meningkatkan curah jantung sekitar 10%-15% pada tahap

pertama persalina, dan sekitar 30%-50% pada tahap kedua persalinan

untuk mengantisipasi perubahan tekanan darah ibu. Aliran darah yang

menurun pada arteri uterus akibat kontraksi dialirkan kembali ke

pembuluh darah perifer yang mengakibatkan tekanan darah meningkat

adan frekuensi denyut nadi menurun. Pada persalinan tahap pertama

kontraksi uterus meningkatkan tekanan sistolik 10 mmHg, sedangkan

pada tahanan kedua sekitar 30 mmHg dan tekanan disrtolik sampai 25

mmHg.

b. Perubahan pernafasan.

Peningkatan aktifitas fisik dan peningkatam pemakaian oksigen

terlihat dari peningkatan frekuensi pernafasan sehingga jika pada tahap

kedua persalinan ibu tidak diberi obat-obatan maka ia akan memakai

oksigen 2 kali lipat.


c. Perubahan berkemih.

Selama persalinan ibu dapat mengalami kesulitan berkemih secara

spontan karena berbagai alasan, antara lain yaitu endema jaringan

akibat tekanan bagian presentasi, perasaan tidak nyaman dan rasa

malu.

d. Perubahan integumen.

Adaptasi sistem integumen jelas telihat khususnya pada daerah

introitus vagina, meskipun daerah tersebut dapat merenggang saat

proses persalinan namun dapat terjadi robekan-robekan kecil sekalipun

tidak dilakukan episiotomi.

e. Perubahan pencernaan.

Proses persalinan mempengaruhi alat pencernaan, bibir dan mulut

menjadi kering akibat bernafas melalui mulut, dehidrasi sebagai respon

emosi terhadap persalinan. Selama persalinan motilitas dan absorbsi

saluran cerna menurun pada waktu pengosongan lambung menjadi

lambat, seringkali rasa mual dan memuntahkan makanan yang belum

dicerna, mual dan sendawa juga sering terjadi sebagai respon refleks

terhadap dilatasi serviks lengkap.

f. Perubahan endokrin.

Awal persalinan dapat diakibatkan karena penurunan kadar

progesteron dan peningkatan kadar esterogen, prostaglandine dan

oksitosin, metabolisme meningkat dan kadar glukosa darah dapat

menurun akibat proses persalinan.


D. Proses persalinan terdiri dari 4 kala (Risanto, 2008) :

1. Kala I (pembukaan serviks).

Pada kala ini pada primigravida terjadi pendataran serviks (effacement)

terlebih dulu baru terjadi pembukaan (dilatasi), sedangkan pada

multigravida pendataran serviks dan pembukaan dapat terjadi bersamaan

(Cunningham, 2006).

Kala 1 terdapat 2 fase :

a. Fase laten.

Tahap awal persalinan ini dimulai begitu sudah ada pembukaan leher

rahim. His mulai teratur, muncul rasa sakit yang perlahan makin nyeri

dan sering serta makin lama, sejak pembukaan 0cm–3cm umumnya

berjalan lambat. Fase laten terjadi ± 8 jam pada primigravida dan ± 5

jam pada multigravida.

Pencatatan kondisi selama fase laten (JNPK-KR, 2007) :

- Denyut jantung janin setiap ½ jam.

- Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus setiap ½ jam.

- Nadi setiap ½ jam.

- Pembukaan serviks setiap 4 jam.

- Tekanan darah dan suhu setiap 4 jam.

b. Fase aktif

Pada fase ini tahap awal pembukaan 4 cm – 10 cm. Terjadi ± 5 jam

pada primigravida. Pada fase ini bagian terendah bayi (biasanya


kepala) mulai turun kepanggul dan ibu mulai merasakan desakan untuk

mengejan. Fase ini dibagi menjadi 3 sub fase:

- Fase akseleratif (pembukaan menjadi 4 cm).

- Fase dilatasi maksimal (pembukaan menjadi 9 cm).

- Fase deselerasi (pembukaan menjadi 10 cm).

2. Kala II (Pengeluaran janin)

Pada kala ini his terkoordinir, kuat, cepat, dan lebih lama ± 2 – 3 menit

sekali. Kepala janin mulai turun masuk ruang panggul sehingga terjadilah

tekanan pada otot–otot dasar panggul yang secara reflektoris menimbulkan

rasa mengedan. Karena tekanan pada rectum ibu merasa seperti mau BAB

dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his kepala janin mulai kelihatan,

vulva membuka dan perineum meregang. Pada ibu primigravida

dianjurkan melakukan episiotomi agar tidak terjadi robekan (rupture uteri).

Dengan his mengejan yang terpimpin akan lahirlah kepala diikuti oleh

seluruh badan janin. Kala II pada primigravida terjadi selama ± 1½ - 2

jam, sedangkan pada multigravida ± ½ - 1 jam.

3. Kala III (Pengeluaran plasenta)

Pada kala ini uterus akan teraba keras dengan tinggi fundus uteri setinggi

pusat. 5 – 30 menit setelah bayi lahir rahim akan berkotraksi dan ibu akan

merasakan sakit, rasa sakit ini menandakan lepasnya plasenta dari

perlekatanya dirahim. Dalam waktu 1 – 5 menit seluruh plasenta terlepas,

terdorong kedalam vagina dan akan keluar dengan spontan atau dengan

sedikit dorongan dari atas simfisis pubis atau fundus uteri. Pengeluaran
plasenta disertai dengan pengeluaran darah ± 100 – 200 cc. Setelah itu

plasenta akan diperiksa guna memastikan apakah plasenta sudah lengkap

(jika masih ada jaringan plasenta yang tertinggal dalam rahim dapat terjadi

perdarahan). Pada primigravida kala III terjadi ±½ jam, pada multigravida

±¼ jam.

4. Kala IV (Pengawasan)

Dilakukan selama 1 – 2 jam setelah persalinan dan pengeluaran plasenta.

Tujuanya adalah untuk mengawasi kondisi ibu terutama terhadap bahaya

pendarahan post partum. Lama proses persalinan pada primigravida 14,5

jam, sedangkan pada multigravida 7,5 jam.

E. FISIOLOGI/PATOFISILOGI

Sebab-sebab terjadinya persalinan masih merupakan teori yang komplek.

Perubahan-perubahan dalam biokimia dan biofisika telah banyak

mengungkapkan mulai dari berlangsungnya partus antara lain penurunan

kadar hormon progesterone dan estrogen. Progesteron merupakan penenang

bagi otot - otot uterus.

Menurunnya kadar hormon ini terjadi 1-2 minggu sebelum persalinan.

Kadar prostaglandin meningkat menimbulkan kontraksi myometrium.

Keadaan uterus yang membesar menjadi tegang mengakibatkan iskemi otot-

otot uterus yang mengganggu sirkulasi uteroplasenter sehingga plasenta

berdegenerasi. Tekanan pada ganglion servikale dari fleksus frankenhauser di

belakang servik menyebabbkan uterus berkontraksi. Wiknjosostro (2005).


Tanda-tanda permulaan persalinan Menurut Rukiyah, dkk (2012), tanda-tanda

permulaan persalinan :

1. Lightening atau settling atau dropping yaitu kepala turun memasuki pintu

atas panggul terutama pada primigravida. Pada multipara tidak begitu

kentara.

2. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uterus turun.

3. Perasaan sering-sering atau susah kencing (polakisuria) karena kandung

kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.

4. Perasaan sakit di perut dan di pegang oleh adanya kontraksi. Kontraksi

lemah di uterus, kadang-kadang di sebut “ traise labor pains”.

5. Serviks menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresinya bertambah juga

bercampur darah (bloody show)

Tanda - tanda inpartus. Menurut (Nugroho, 2011) tanda–tanda inpartus :

1. Rasa sakit oleh adanya his yang dating lebih kuat, sering dan teratur.

2. Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena

robekanrobekan kecil pada serviks.

3. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.

4. Pada pemeriksaan dalam : serviks mendatar dan pembukaan telah ada.


F. PATHWAY

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan laboratorium rutin (Hb dan urinalisis serta protein urine).

2. Rekaman kardiotogravi.

Pemantauan secara berkala denyut jantung janin dengan stetoskop leance

atau doptone yaitu sebuah alat elektronik untuk mendenganr denyut

jantung janin. Dilakukan pada kala 1 untuk mengetahui kekuatan dan sifat

kontraksi rahim serta kemajuan persalinan.


3. Partograf

Adalah suatu alat untuk memantau kemajuan proses persalinan dan

membantu petugas kesehatan dan mengambil keputusan dalam

penatalaksanaan pasien. Partograf berbentuk kertas grafik yang berisi data

ibu, janin dan proses persalinan. Partograf dimulai pada pembukaan mulut

rahim 4 cm (fase aktif).

4. Ultrasonografi (USG).

Digunakan untuk mendeteksi keadaan dan posisi janin dalam kandungan

H. KOMPLIKASI

Menurut Wiknjosostro (2005) komplikasi adalah sebagai berikut :

1. Perdarahan masa nifas

Perdarahan postpartum atau pendarahan pasca persalinan adalah

perdarahan dengan jumlah lebih dari 500 ml setelah bayi lahir. Ada dua

jenis menurut waktunya, yaitu perdarahan dalam 24 jam pertama setelah

melahirkan dan perdarahan nifas. Perdarahan post partum dalam 24 jam

pertama biasanya masih berada dalam pengawasan ketat dokter. Dalam

dua jam pertama, kondisi terus dipantau, salah satunya untuk mengetahui

apakah terdapat perdarahan post partum. Sementara itu, perdarahan masa

nifas dapat terjadi ketika sudah tidak berada di rumah sakit lagi. Oleh

karena itu harus waspada terhadap kemungkinan terjadinya perdarahan

post partum.
2. Infeksi paska persalinan (post partum)

Infeksi post partum adalah infeksi yang terjadi setelah ibu melahirkan.

Keadaan ini ditandai oleh peningkatan suhu tubuh, yang dilakukan pada

dua kali pemeriksaan, selang waktu enam jam dalam 24 jam pertama

setelah persalinan. Jika suhu tubuh mencapai 38 derajat celcius dan tidak

ditemukan penyebab lainnya (misalnya bronhitis), maka dikatakan bahwa

telah terjadi infeksi post partum. Infeksi yang secara langsung

berhubungan dengan proses persalinan adalah infeksi pada rahim, daerah

sekitar rahim, atau vagina. Infeksi ginjal juga terjadi segera setelah

persalinan.

3. Ruptur uteri

Secara sederhana ruptur uteri adalah robekan pada rahim atau rahim tidak

utuh. Terdapat keadaan yang meningkatkan kejadian ruptur uteri, misalnya

ibu yang mengalami operasi caesar pada kehamilan sebelumnya. Selain

itu, kehamilan dengan janin yang terlalu besar, kehamilan dengan

peregangan rahim yang berlebihan, seperti pada kehamilan kembar, dapat

pula menyebabkan rahim sangat teregang dan menipis sehingga robek

4. Trauma perinium

Perineum adalah otot, kulit, dan jaringan yang ada diantara kelamin dan

anus. Trauma perineum adalah luka pada perineum sering terjadi saat

proses persalinan. Hal ini karena desakan kepala atau bagian tubuh janin

secara tiba-tiba, sehingga kulit dan jaringan perineum robek.


I. PENATALAKSANAAN MEDIS DAN KEPERAWATAN

1. Ibu:

- 8 Ampul Oksitosin 1 ml 10 U (atau 4 oksitosin 2ml U/ml)

- 20 ml Lidokain 1% tanpa Epinefrin atau 10ml Lidokain 2% tanpa

Epinefrin

- 3 botol RL

- 2 Ampul metal ergometrin maleat ( disimpan dalam suhu 2-8°C

2. Bayi:

- Salep mata tetrasiklin Vit K 1 mg

J. PENGKAJIAN

1. Aktivitas dan Latihan

- Tekanan darah lebih dari normal pada 0-12 minggu

- Denyut nadi meningkat 10-15x/menit

- Murmur sistolik dapat terjadi sehubungan dengan peningkatan volume

darah

2. Integritas

- Memajukan persepsi diri

- Body image rendah

3. Eliminasi

- Perubahan pada konsistensi dan frekuensi defikasi

- Peningkatan frekuensi berkemih

- Peningkatan berat jenis urine

- Timbulnya hemoroid
4. Keluhan Utama

- Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya pendarahan pada

vagina berulang- ulang

5. Riwayat Kesehatan

- Riwayat kesehatan sekarang

- Riwayat kesehatan masa lalu

- Riwayat pembedahan

- Riwayat kesehatan keluarga

K. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan

2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif

3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis

4. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan

L. INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan

NOC :

 Respiratory status : airway patency

 Vital sign status

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pada klien

diharapkan ketidakefektifan pola nafas dapat teratasi dengan KH:

- Menunjukan jalan nafas yang paten

- Tanda-tanda vital dalam rentang normal

NIC : airway management


a. Pertahankan jalan nafas yang paten

b. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

c. Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan

d. Monitor adanya kecemasan terhadap oksigenansi

e. Monitor TTV

2. Kekurangan volume cairan beruhubungan dengan kehilangan cairan aktif

NOC:

 Fluid balance

 Nutritional status : food and fluid intake

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 pada klien

diharapkan kekurangan volume cairan dapat teratasi dengan KH:

- TTV dalam batas normal

- Tidak ada tanda dehidrasi

NIC: fluid mangement

a. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat

b. Dorong masukan oral

c. Monitor status cairan termasuk intake dan output cairan

d. Tawarkan snack (jus buah segar)

e. Monitoring vital sign

f. Monitor status hidrasi

g. Kolaborasi pemberian cairan IV

3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis

NOC :
 Pain level

 Pain control

 Comfor level

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pada klien

diharapkan nyeri akut dapat teratasi dengan KH:

- Mampu mengontrol nyeri

- Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan mangemen

nyeri 3

- Mampu mengenali nyeri

- Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

NIC : Pain mangement

a. Lakukan pengkajian nyeri

b. Kaji kultur yang menyebabkan nyeri

c. Ajarkan tekhnik nonfarmokologi

d. Atur posisi senyaman mungkin

e. Kaji TTV

f. Kaji tipe dan sumber nyeri

g. Kolaborasi dengan Dokter untuk pemberian obat analgetik

4. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan

NOC :

 Immune status Ø

 Risk control

 Knowledge : infection control


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pada klien

diharapkan tidak terjadi infeksi dengan KH:

- Klien bebas dari tanda gejala infeksi

- Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi

- Menunjukan prilaku hidup sehat

NIC : Infection control (kontrol infeksi)

a. Bersih lingkungan setelah dipakai pasien lain

b. Pertahankan tekhnik isolasi

c. Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan

d. Monitor tanda dan gejala infeksi

e. Ajarkan pasien dan keluarga untuk menghindari infeksi

f. Kolaborasi dengan ahli gizi diit TKTP

g. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat antibiotik


DAFTAR PUSTAKA

Nurhati, Ummi. 2009. Buku Pintar Kehamilan Lengkap 9 Bulan Yang


Menakjubkan. Jakarta : Garamond
Nurarif, Amin Huda dan Kusuma Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 2.
Nugroho, Taufan. 2011. Buku Ajar Obstetri untuk Mahasiswa Kebidanan.
Yogyakarta : Nuha Medika
Rukiyah, Ai Yeyeh dkk. 2012. Asuhan Kebidanan II Persalinan Edisi Revisi.
Jakarta : Buku Kesehatan Saifuddin, dkk. 2006. Buku Acuan Nasional
Pelayanan Kesehatan Maternal & Neonatal, Jakarta : EGC
Wiknjosostro. 2005. Ilmu Kebidanan Edisi III. Jakarta: Yayasan Bima pustaka
Sarwana Prawirohardjo.

Anda mungkin juga menyukai