Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM STASE MATERNITAS

LAPORAN PENDAHULUAN INTRANATAL CARE

Disusun oleh:
NAMA: NENG LILIS
NIM: 3720200046

PROGRAM STUDI PROFESI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM AS-SYAFI’IYAH JAKARTA
JAKARTA
2020

LAPORAN PENDAHULUAN INTRANATAL


A. DEFINISI
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang
telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir, dengan
bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Rukiyah, dkk (2012).
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluAaran janin yang
terjadi pada kehamilan cukup bulan (37 – 42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi
baik pada ibu maupun pada janin. Nurhati (2009).
Persalinan dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: Persalinan spontan
adalah persalianan berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri melaluai jalan lahir.
Persalianan buatan adalah persalinan dibantu dengan tenaga dari luar misalnya
ekstraksi dengan forceps atau dilakukan dengan operasi cesarean. Persalianan
anjuran adalah persalinan tidak dimulai dengan sendirinya, baru berlangsung
setelah pemecahan ketuban, pemberian phytomenadione. Rukiyah, dkk (2012).
B. ETIOLOGI
Ada 2 kategori pengaruh utama yang menyebabkan timbulnya puncak kontraksi
yang berperan dalam persalinan :
1.      Factor Hormonal yang menyebabkan kontraksi uterus
- Rasio estrogen
- Pengaruh eksitosin
- Pengaruh hormonal fetus
2.      Faktor mekanis
- Regangan otot-otot uterus
- Regangan atau iritasi serviks
C. MANIFESTASI KLINIS
Sebelum persalinan mulai, saat mendekati akhir kehamilanklien mungkin
lihat perubahan tertentu atau ada tanda-tanda bahwa persalinan terjadi tidak lama
lagi sekitar 2-4 minggu sebelum persalinan. Kepal janin mulai menetap lebih
jauh kedalam pelviks. Tekanan pada diafragma berkurang seperti memperingan
berat badan bayi dan memungkinkan ibu untuk bernapas lebih mudah, akan
lebih sering berkemih, dan akan lebih bertekan pada pelviks karena bayi lebih
rendah dalam pelviknya.
1. Persalinan Palsu
a. Terjadi lightening
Menjelang minggu ke – 36 pada primigravida terjadi penurunan fundus
uteri karena kepala bayi sudah masuk pintu atas panggul yang
disebabkan :
-  Kontraksi Braxton hicks
-   Ketegangan dinding perut
-   Ketegangan ligamentum rotandum
-  Gaya berat janin dimana kepala kearah bawah
b. Masuknya kepala bayi kepintu atas panggul dirasakan ibu hamil :
-   Terasa ringan dibagian atas, rasa sesaknya berkurang
-    Dibagian bawah terasa sesak
-   Terjadi kesulitan saat berjalan
-   Sering miksi ( beser kencing )
c. Terjadinya His permulaan
Pada saat hamil muda sering terjadi kontraksi Braxton hicks
dikemukan sebagi keluhan karena dirasakan sakit dan mengganggu 
terjadi karena perubahan keseimbangan estrogen,progesterone, dan
memberikan kesempatan rangsangan oksitosin.
Dengan makin tua hamil, pengeluaran estrogen dan progesterone
makin berkurang sehingga oksitosin dapat menimbulkan kontraksi yang
lebih seringb sebagai his palsu.
Sifat his permulaan ( palsu )
-   Rasa nyeri ringan di bagian bawah
-   Datangnya tidak teratur
-   Tidak ada perubahan pada serviks atau pembawa tanda
-   Durasinya pendek
-   Tidak bertambah bila beraktifitas

2. Persalinan Sejati
Terjadinya His persalinan , His persalinan mempunyai sifat :
a. Pinggang terasa sakit yang menjalar ke bagian depan
b. Sifatnya teratur,interval makin  pendek, dan kekuatannya makin besar
c. Mempunyai pengaruh terhadap perubahan serviks
d. Makin beraktivitas ( jalan ) kekuatan makin bertambah 
e. Pengeluaran Lendir dan darah ( pembawa tanda ), Dengan his persalinan
terjadi perubahan pada serviks yang menimbulkan :
f. Pendataran dan pembukaan
g. Pembukaan menyebabkan lender yang terdapat pada kanalis servikalis
lepas
h. Terjadi perdarahan karena kapiler pembuluh darah pecah
Pengeluaran Cairan
Pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah yang menimbulkan pengeluaran
cairan . Sebagian ketuban baru pecah menjelang pembukaan lengkap. Dengan
pecahnya ketuban diharapkan persalinan berlangsung dalam waktu 24 jam.
D. PATOFISIOLOGI
Sebab-sebab terjadinya persalinan masih merupakan teori yang komplek.
Perubahan-perubahan dalam biokimia dan biofisika telah banyak
mengungkapkan mulai dari berlangsungnya partus antara lain penurunan kadar
hormon progesterone dan estrogen. Progesteron merupakan penenang bagi otot
– otot uterus. Menurunnya kadar hormon ini terjadi 1-2 minggu sebelum
persalinan. Kadar prostaglandin meningkat menimbulkan kontraksi
myometrium. Keadaan uterus yang membesar menjadi tegang mengakibatkan
iskemi otot–otot uterus yang mengganggu sirkulasi uteroplasenter sehingga
plasenta  berdegenerasi. Tekanan pada ganglion servikale dari fleksus
frankenhauser di belakang servik menyebabbkan uterus berkontraksi.
Wiknjosostro (2005).
a. Tanda–tanda permulaan persalinan Menurut Rukiyah, dkk (2012), tanda–
tanda permulaan peralinan :
1) Lightening atau settling atau dropping.Yaitu kepala turun memasuki
pintu atas panggul terutama pada primigravida. Pada multipara tidak
begitu kentara.
2) Perut kelihatan lebih melebar, fundus uterus turun. 
3) Perasaan sering–sering atau susah kencing (polakisuria) karena kandung
kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.
4) Perasaan sakit di perut dan di pegang oleh adanya kontraksi. Kontraksi
lemah di uterus, kadang–kadag di sebut “ traise labor pains”.
5) Serviks menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresinya bertambah juga
bercampur darah (bloody show).
b. Tanda–tanda inpartus, Menurut (Nugroho, 2011):
1) Rasa sakit oleh adanya his yang dating lebih kuat, sering dan teratur.
2) Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena
robekan-robekan kecil pada serviks’
3) Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
4) Pada pemeriksaan dalam : serviks mendatar dan pembukaan telah ada.
E. PENATALAKSANAAN
a. Ibu:
1. 8 Ampul Oksitosin 1 ml  10 U (atau 4 oksitosin 2ml U/ml)
2. 20 ml Lidokain 1% tanpa Epinefrin atau 10ml Lidokain 2% tanpa
Epinefrin
3. 3 botol RL
4. 2 Ampul metal ergometrin maleat ( disimpan dalam suhu 2-80C)
b. Bayi:
1. Salep mata tetrasiklin
2. Vit K 1 mg
F. KOMPLIKASI
Menurut Wiknjosostro (2005) komplikasi adalah sebagai berikut :
1. Perdarahan masa nifas
Perdarahan postpartum atau pendarahan pasca persalinan adalah perdarahan
dengan jumlah lebih dari 500 ml setelah bayi lahir. Ada dua jenis menurut
waktunya, yaitu perdarahan dalam 24 jam pertama setelah melahirkan dan
perdarahan nifas. Perdarahan post partum dalam 24 jam pertama biasanya
masih berada dalam pengawasan ketat dokter. Dalam dua jam pertama,
kondisi terus dipantau, salah satunya untuk mengetahui apakah terdapat
perdarahan post partum. Sementara itu, perdarahan masa nifas dapat terjadi
ketika sudah tidak berada di rumah sakit lagi. Oleh karena itu harus waspada
terhadap kemungkinan terjadinya perdarahan post partum.
2. Infeksi paska persalinan (post partum)
Infeksi post partum adalah infeksi yang terjadi setelah ibu melahirkan.
Keadaan ini ditandai oleh peningkatan suhu tubuh, yang dilakukan pada dua
kali pemeriksaan, selang waktu enam jam dalam 24 jam pertama setelah
persalinan. Jika suhu tubuh mencapai 38 derajat celcius dan tidak ditemukan
penyebab lainnya (misalnya bronhitis), maka dikatakan bahwa telah terjadi
infeksi post partum. Infeksi yang secara langsung berhubungan dengan proses
persalinan adalah infeksi pada rahim, daerah sekitar rahim, atau vagina.
Infeksi ginjal juga terjadi segera setelah persalinan.
3. Ruptur uteri
Secara sederhana ruptur uteri adalah robekan pada rahim atau rahim tidak
utuh. Terdapat keadaan yang meningkatkan kejadian ruptur uteri, misalnya
ibu yang mengalami operasi caesar pada kehamilan sebelumnya. Selain itu,
kehamilan dengan janin yang terlalu besar, kehamilan dengan peregangan
rahim yang berlebihan, seperti pada kehamilan kembar, dapat pula
menyebabkan rahim sangat teregang dan menipis sehingga robek.
4. Trauma perinium
Parineum adalah otot, kulit, dan jaringan yang ada diantara kelamin dan anus.
Trauma perineum adalah luka pada perineum sering terjadi saat proses
persalinan. Hal ini karena desakan kepala atau bagian tubuh janin secara tiba-
tiba, sehingga kulit dan jaringan perineum robek.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium rutin (Hb dan urinalisis serta protein urine).
2. Pemeriksaan ultrasonografi.
3. Pemantauan janin dengan kardiotokografi.
4. Amniosentesis dan kariotiping.
H. TAHAP-TAHAP PERSALINAN

Persalinan dibagi dalam 4 tahap/Kala  yaitu :


1. Kala I :
Dimulai dari saat persalinan mulai sampai pembukaan lengkap ( 10 cm ) proses
ini terbagi dalam dua fase yaitu :
a. Fase laten ( 8 jam ) serviks membuka sampai 3 cm
b. Fase aktif ( 7 jam ) serviks membuka dari 3 sampai 10 cm, kontraksi
lebih kuat dan sering selama fase aktif
2. Kala II :
Dimulai dari pembukaan lengkap ( 10 cm ) sampai bayi lahir. Proses ini
biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi
3. Kala  III :
Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta yang berlangsung
tidak lebih dari 30 menit.
4.  Kala IV  : Dimulai saat lahirnya plasenta sampai dua jam pertama postpartum.

I. LANGKAH- LANGKAH PERTOLONGAN PERSALINAN NORMAL


1. Saat kepala didasar panggul dan membuka pintu dengan crowning sebesar 5
sampai 6 cm peritoneum tipis pada primi atau multi dengan perineum yang kaku
dapat dilakukan episiotomi median, mediolateral atau lateral
2. Episotomi dilakukan pada saat his dan ,mengejan untuk mengurangi sakit,tujuan
episiotomi adalah untuk menjamin agar luka teratur sehingga mudah mengait dan
melakukan adaptasi
3. Persiapan kelahiran kepala, tangan kanan menahan perineum sehingga tidak
terjadi robekan baru sedangkan tangan kiri menahan kepala untuk mengendalikan
ekspulsi
4. Setelah kepala lahir dengan suboksiput sebagai hipomoklion muka dan hidung
dibersihkan dari lender kepala dibiarkan untuk melakukan putar paksi dalam guna
menyesuaikan os aksiput kearah punggung
5. Kepala dipegang sedemikian rupa dengan kedua tangan menarik curam kebawah
untuk melahirtkan bahu depan, ditarik keatas untuk melahirkan bahu belakang
setelah kedua bahu lahir ketiak ditarik untuk melahirkan sisa badan bayi
6. Setelah bayi lahir seluruhnya jalan nafas dibersihkan dengan menghisap lender
sehingga bayi dapat bernafas dan menangis dengan nyaring pertanda jalan nafas
bebas dari hambatan
7. Pemotongan tali pusat dapat dilakukan :
a. Setelah bayi menangis dengan nyaring artinya paru-paru bayi telah
berkembang dengan sempurna
b. Setelah tali pusat tidak berdenyut lagi keduanya dilakukan pada bayi yang
aterm sehingga peningkatan jumlah darah sekitar 50 cc
c. Pada bayi premature pemotongan tali pusat dilakukan segera sehingga darah
yang masuk ke sirkulasi darah bayi tidak terlalu besar untuk mengurangi
terjadi ikterus hemolitik dan kern ikterus 
8.      Bayi diserahkan kepada petugas untuk dirawat sebagaimana mestinya
9.      Sementara menunggu pelepasan plasenta dapat dilakukan
a.       Kateterisasi kandung kemih
b.      Menjahit luka spontan atau luka episiotomi

J.   DIAGNOSIS DAN PENANGANAN PERSALINAN   


1.      Kala I 
a.       Diagnosis
Ibu sudah dalam persalinan kala I jika pembukaan serviks kurang dari 4 cm
dan kontraksi terjadi tertur minimal 2 kali dalam 10 menit selama 40 detik.
- Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik pada bagian
presentasi,dilatasi/regangan, tegangan emosional
- Risiko infeksi terhadap maternal berhubungan dengan prosedur invasif,
pemeriksaan vagina berulang
b.      Penanganan
1) Bantulah ibu dalam persalinan jika ia tampak gelisah ,ketakutan dan kesakitan
2) Jika ibu tsb tampak kesakitan dukungan/asuhan yang dapat diberikan; lakukan
perubahan posisi,sarankan ia untuk berjalan , dll.
3) Penolong tetap menjaga hak privasi ibu dalam persalinan
4) Menjelaskan kemajuan persalinan dan perubahan yang terjadi serta prosedur
yang akan dilaksanakan dan hasil-hasil pemeriksaan
5) Membolehkan ibu untuk mandi dan membasuh sekitar kemaluannya setelah
buang air besar/.kecil.
6) Ibu bersalin biasanya merasa panas dan banyak keringat atasi dengan cara :
gunakan kipas angina/AC,Kipas biasa dan menganjurkan ibu mandi
sebelumnya.
7) Untuk memenuhi kebutuhan energi dan mencegah dehidrasi berikan cukup
minum
8) Sarankan ibu untuk berkemih sesering mungkin 
d. Pemeriksaan Dalam
Pemeriksaan dalam sebaiknya dilakukan setiap 4 jam selama kala I pada
persalinan dan setelah selaput ketuban pecah. Gambarkan temuan-temuan yang
ada pada partogram. Pada setiap pemeriksaan dalam catatlah hal-hal sebagai
berikut :Warna cairan amnion
1)      Dilatasi serviks
2)      Penurunan kepala ( yang dapat dicocokkan dengan pemeriksaan luar ) Jika
serviks belum membuka pada pemeriksaan dalam pertama mungkin diagnosis in
partu belum dapat ditegakkan . Jika terdapat kontraksi yang menetap periksa
ulang wanita tsb setelah 4 jam untuk melihat perubahan pada serviks. Pada tahap
ini jika serviks terasa tipis dan terbuka maka wanita tersebut dalam keadaan in
partu jika tidak terdapat perubahan maka diagnosanya adalah persalinan palsu.
Pada kala II lakukan pemeriksaan dalam setiap jam Kemajuan Persalinan dalam
Kala I  Temuan berikut menunjukkan kemajuan yang cukup baik pada
persalinan Kala I :
1) Kontraksi teratur  yang progresif dengan peningkatan frekwensi dan durasi
2) Kecepatan pembukaan serviks paling sedikit 1 cm perjam selama persalinan
3) Serviks tampak dipenuhi oleh bagian bawah janin
Temuan berikut menunjukkan kemajuan yang kurang baik pada persalinan kala I
:
1) Kontraksi yang tidak teratur dan tidak sering setelah fase laten
2) Kecepatan pembukaan serviks lebih lambat dari 1 cm perjam selama
persalinan fase aktif
3) Serviks tidak dipenuhi oleh bagian bawah janin
Kamajuan pada kondisi janin
1) Jika didapati denyut jantung janin tidak normal ( kurang dari 100 atau lebih
dari 180 denyut permenit ) curigai adanya gawat janin
2) Posisi atau presentasi selain aksiput anterior dengan verteks fleksi sempurna
digolongkan kedalam malposisi atau malpresentasi
3) Jika didapat kemajuan yang kurang baik atau adanya persalinan lama tangani
penyebab tersebut.
  Kemajuan pada kondisi Ibu
Lakukan penilaian tanda-tanda kegawatan pada Ibu :
1) Jika denyut ibu meningkat mungkin ia sedang dalam keadaan dehidrasi atau
kesakitan. Pastikan hidrasi yang cukup melalui oral atau I.V. dan berikan
anlgesia secukupnya.
2) Jika tekanan darah ibu menurun curigai adanya perdarahan
3) Jika terdapat aseton didalam urin ibu curigai masukan nutrisi yang kurang
segera berikan dektrose I.V.
2.      Kala II
a.       Diagnosis
Persalinan kala II ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan dalam untuk
memastikan pembukaan sudah lengkap atau kepala janin sudah tampak di
vulva dengan diameter 5 – 6 cm.
- Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik pada presentasi,
dialatasi/peregangan  jaringan, kompresi syaraf, pola kontraksi
semakin intensif
- Risiko kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan
pencetusan persalinan, pola kontraksi hipertonik,janin
besar,pemakaian forcep.
- Risiko cedera terhadap janin berhubungan dengan
malpresentasi/posisi,pencetusan kelahiran disproporsi, sefalopelvik
( CPD ).
b.      Penanganan
1) Memberikan dukungan terus-menerus kepada ibu dengan : mendampingi
ibu agar merasa nyaman,menawarkan minum, mengipasi dan meijat ibu
2) Menjaga kebersihan diri
3) Mengipasi dan masase untuk menambah kenyamanan bagi ibu
4) Memberikan dukungan mental untuk mengurangi kecemasan atau
ketakutan ibu
5) Mengatur posisi ibu
6) Menjaga kandung kemih tetap kosong
7) Memberikan cukup minum
c. Posisi saat meneran
1) Bantu ibu untuk memperoleh posisi yang paling nyaman
2) Ibu dibimbing untuk mengedan selama his, anjurkan kepada ibu untuk
mengambil nafas
3) Periksa DJJ pada saat kontraksi dan setelah setiap kontraksi untuk
memastikan janin tidak mengalami bradikardi ( < 120 )
d. Kemajuan persalinan dalam Kala II
Temuan berikut menunjukkan kemajuan yang cukup baik pada persalinan
kala II:
1) Penurunan yang teratur dari janin di jalan lahir
2) Dimulainya fase pengeluaran
e. Temuan berikut menunjukkan yang kurang baik pada saat persalinan tahap
kedua 
i. Tidak turunnya janin dijalan lahir
ii. Gagalnya pengeluaran  pada fase akhir
f.       Kelahiran kepala Bayi
1) Mintalah ibu mengedan atau memberikan sedikit dorongan saat kepala
bayi lahir
2) Letakkan satu tangan kekepala bayi agar defleksi tidak terlalu cepa
3) Menahan perineum dengan satu tangan lainnya jika diperlukan
4) Mengusap muka bayi untuk membersihkannya dari kotoran lendir/darah

g.       Periksa tali pusat:


1) Jika tali pusat mengelilingi leher bayi dan terlihat longgar selipkan tali
pusat melalui kepala bayi
2) Jika  lilitan pusat terlalu ketat tali pusat diklem pada dua tempat
kemudian digunting diantara kedua klem tersebut sambil melindungi
leher bayi.
h.      Kelahiran Baru dan anggota seluruhnya
1) Biarkan kepala bayi berputar dengan sendirinya
2) Tempatkan kedua tangan pada sisi kepala dan leher bayi
3) Lakukan tarikan lembut  ke bawah untuk melahirkan bahu depan
4) Lakukan tarikan lembut  ke atas untuk melahirkan bahu belakang
5) Selipkan satu tangan anda ke bahu dan lengan bagian belakang bayi
sambil menyangga kepala dan selipkan satu tangan lainnya ke punggung
bayi untuk mengeluarkan tubuh bayi seluruhnya
6) Letakkan bayi tsb diatas perut ibunya
7) Secara menyeluruh, keringkan bayi, bersihkan matanya dan nilai
pernafasan bayi
8) Jika bayi menangis atau bernafas ( dada bayi terlihat naik turun paling
sedikit 30x/m ) tinggalkan bayi tsb bersama ibunya
9) Jika  bayi tidak bernafas dalam waktu 30 detik mintalah bantuan dan
segera mulai resusitasi bayi
10) Klem dan potong tali pusat
11) Pastikan bahwa bayi tetap hangat dan memiliki kontak kulit dengan kulit
dada siibu.
12) Bungkus dengan kain yang halus dan kering, tutup dengan selimut dan
pastikan kepala bayi terlindung dengan baik untuk menghindari
hilangnya panas tubuh.

3.      Kala III


Diagnosis
- Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan kehilangan
cairan secara tidak disadari, atonia uteri,laserasi jalan lahir,tertahannya
fragmen plasenta
- Nyeri ( akut ) berhubungan trauma jaringan , respons fisiologis setelah
melahirkan
- Risiko perubahan proses keluarga berhubungan dengan terjadinya transisi,
krisis situasi
a.       Manajemen Aktif Kala III
1) Pemberian oksitosin dengan segera
2) Pengendalian tarikan tali pusat
3) Pemijatan uterus segera setelah plasenta lahir
b. Penanganan
Memberikan oksitosin untuk merangsang uetrus berkontraksi yang juga
mempercepat pelepasan plasenta :
a) Oksitosin dapat diberikan dalam dua menit setelah kelahiran bayi
b) Jika oksitosin tidak tersedia rangsang puting payudara ibu atau susukan bayi
guna menghasilkan oksitosin alamiah atau memberikan ergometrin 0,2 mg. IM.
Lakukan penegangan tali pusat terkendali dengan cara :
1) Satu tangan diletakkan pada korpus uteri tepat diatas simpisis pubis. Selama
kontraksi tangan mendorong korpus uteri dengan gerakan dorso kranial –
kearah belakang dan kearah kepala ibu.
2) Tangan yang satu memegang tali pusat dengan klem 5-6 cm didepan vulva.
3) Jaga tahanan ringan pada tali pusat dan tunggu adanya kontraksi kuat ( 2-3
menit )
4) Selama kontraksi lakukan tarikan terkendali pada tali pusat yang terus-
menerus dalam tegangan yang sama dengan tangan ke uterus.
5) PTT hanya dilakukan selama uterus berkontraksi
6) Begitu plasenta terasa lepas, keluarkan dengan menggerakkan tangan atau
klem pada tali pusat mendekati plasenta lepas, keluarkan dengan gerakan ke
bawah dan ke atas sesuai dengan jalan lahir. Kedua tangan dapat memegang
plasenta dan perlahan memutar plasenta searah jarum jam untuk
mengeluarkan selaput ketuban.
7) Segera setelah plasenta dan selaput ketubannya dikeluarkan masase fundus
agar menimbulkan kontraksi.
8) Jika menggunkan manajemen aktif  dan plasenta belum juga lahir dalam
waktu 15 menit berikan oksitosin 10 unit Im. Dosis kedua dalam jarak
waktu 15 menit dari pemberian oksitosin dosis pertama.
9) Periksa wanita tsb secara seksama dan jahit semua robekan pada serviks
atau vagina atau perbaiki episotomi.
4.      Kala IV
a.       Diagnosis
Dua jam pertama setelah persalinan merupakan waktu yang kritis bagi ibu dan
bayi. Keduanya baru saja mengalami perubahan fisik yang luar biasa – sio ibu
melahirkan bayi dari perutnya dan bayi sedanmg menyesuaikan diri dari dalam
perut ibu ke dunia luar.
- Nyeri ( akut ) berhubungan dengan efek2 obat-obatan , trauma mekanis/
jaringan, edema jaringan, kelemahan fisik dan psikologis, ansietas.
- perubahan proses keluarga berhubungan dengan transisi/peningkatan
perkembangan anggota keluarga
b. Penanganan
Periksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 20-30 menit selama
jam kedua. Jika kontraksi tidak kuat masase uterus sampai menjadi keras.
Apabila uterus berkontraksi otot uterus akan menjepit pembuluh darah untuk
menghentikan perdarahan .
1) Periksa tekanan darah,nadi,kantung kemih, dan perdarahan setiap 15 menit
pada jam I dan setiap 30 menit selama jam II
2) Anjurkan ibu untuk minum demi mencegah dehidrasi. Tawarkan ibu makanan
dan minuman yang disukainya.
3) Bersihkan perineum ibu dan kenakan pakaian ibu yang bersih dan kering
4) Biarkan ibu beristirahat
5) Biarkan bayi berada pada ibu untuk meningkatkan hubungan ibu dan bayi
6) Bayi sangat siap segera setelah  kelahiran
7) Jika ibu perlu ke kamar mandi, ibu boleh bangun,pastikan ibu dibantu karena
masih dalam keadaan lemah atau pusing setelah persalinan.
8) Ajari ibu atau keluarga tentang :
Bagaimana memeriksa fundus dan menimbulkan kontraksi
Tanda-tanda bahaya bagi ibu dan bayi   

Anda mungkin juga menyukai