Anda di halaman 1dari 16

METODOLOGI KEPERAWATAN

“ASKEP VERTIGO”

Dosen Pengampuh : Ns. Sari Desi Esta Ulina Sitepu S.Kep,M.Kep

D
I
S
U
S
U
N
Oleh:

KELOMPOK V

Riska Yulia Dewi Pangaribuan (2094022)


Nirmala Sari (2094014)
Lasmaria Rodearni Tampubolon (2094009)
Sawitri Aulia (2094023)
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena berkat limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya.
Sehingga kami dapat menyelesaikan salah satu tugas pada mata kuliah Metodologi Keperawatan
makalah ini membahas Tentang Asuhan Keperawatan Vertigo

Dalam menyusun makalah ini kami banyak mendapatkan hambatan dan rintangan akan
tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak hambatan ini bisa teratasi. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyusun makalah
ini. Semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan yang maha esa Terlepas
dari semua itu kami menyadari bahwa makalah yang kami buat masih jauh dari kata sempurna
baik dari segi susunan maupun tata bahasa.

Akhir kata kami meminta semoga makalah Asuhan Keperawatan Vertigo ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Pekanbaru, 14 September 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ......................................................................................................... ii

Daftar Isi .................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .............................................................................................. 1

B. Tujuan Penulisan ........................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Defenisi ........................................................................................................ 2

B. Etiologi ......................................................................................................... 2

C. Manifestasi Klinik ......................................................................................... 3

D. Komplikasi..................................................................................................... 5

E. Patofisiologi dan Pathway.............................................................................. 5

F. Pemeriksaan Penunjang.................................................................................. 5

G. Penatalaksanaan ........................................................................................... 6

H. Asuhan Keperawatan Sesuai Teori .............................................................. 8

Daftar Pustaka ............................................................................................................... 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Vertigo merupakan kasus yang sering ditemui. Secara tidak langsung kita pun
pernah mengami vertigo ini. Kata vertigo berasal dari bahasa Yunani “vertere” yang
artinya memutar. Vertigo termasuk kedalam gangguan keseimbangan yang dinyatakan
sebagai pusing, pening, sempoyangan, rasa seperti melayang atau dunia seperti
berjungkir balik. Kasus vertigo di Amerika adalah 64 orang tiap 100.000, dengan
presentasi wanita lebih banyak daripada pria. Vertigo juga lebih sering terdapat pada Usia
yang lebih tua yaitu diatas 50 tahun.

Vertigo merupakan salah satu kelainan yang dirasakan akibat manifestasi


dari kejadian atau trauma lain. Misalnya adanya cidera kepala ringan. Salah satu akibat
dari kejadian atau trauma tersebut ialah seseorang akan mengalami vertigo. Kasus ini
sebaiknya harus segera ditangani, karena jika dibiarkan begitu saja akan menggangu
system lain yang ada di tubuh dan juga sangat merugikan klien karena rasa sakit atau
pusing yang begitu hebat. Terkadang klien dengan vertigo ini sulit untuk membuka mata
karena rasa pusing seperti terputar-putar. Ini disebabkan karena terjadi
ketidakseimbangan atau gangguan orientasi.

Oleh karena itu, pembelajaran mengenai vertigo beserta asuhan keperawatannya


dirasa sangat penting dan perlu. Dengan memiliki pengetahuan yang baik beserta
pemberian asuhan keperawatan yang benar, maka diharapkan agar kasus vertigo
ini dapat berkurang dan masyarakat bisa mengetahui akan kasus vertigo ini dan bisa
mengantisipati akan hal tersebut.

B. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penyusunan laporan pendahuluan tentang vertigo ini adalah agar
mahasiswa mampu secara kognitif, afektif serta motorik dalam menyusun asuhan
keperawatan pada klien vertigo. Dengan demikian, mahasiswa bisa menerapkan
asuhan keperawaan yang sudah dibuat secara komprehensif sehingga dapat membantu
proses penyembuhan klien secara tepat dan cepat.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi

Vertigo dapat digolongkan sebagai salah satu bentuk gangguan keseimbangan


atau gangguan orientasi di ruangan. Banyak system atau organ tubuh yang ikut
terlibat dalam mengatur dan mempertahankan keseimbangan tubuh kita. Keseimbangan
diatur oleh integrasi berbagai sistem diantaranya sistem vestibular, system visual dan
system somato sensorik (propioseptik).

Untuk mempertahankan keseimbangan diruangan, maka sedikitnya 2 dari 3


sistem system tersebut diatas harus difungsikan dengan baik. Pada vertigo, penderita
merasa atau melihat lingkunganya bergerak atau dirinya bergerak terhadap
lingkungannya. Gerakan yang dialami biasanya berputar namun kadang berbentuk linier
seperti mau jatuh atau rasa ditarik menjauhi bidang vertikal. Pada penderita vertigo
kadang-kadang dapat kita saksikan adanya nistagmus. Nistagmus yaitu gerak ritmik yang
involunter dari pada bolamata. (Lumban Tobing. S.M, 2003)

Vertigo adalah salah satu bentuk gangguan keseimbangan dalam telinga bagian
dalam sehingga menyebabkan penderita merasa pusing dalam artian keadaan atau
ruang di sekelilingnya menjadi serasa 'berputar' atau pun melayang. Vertigo
menunjukkan ketidakseimbangan dalam tonus vestibular. Hal ini dapat terjadi akibat
hilangnya masukan perifer yang disebabkan oleh kerusakan pada labirin dan saraf
vestibular atau juga dapat disebabkan oleh kerusakan unilateral dari sel inti vestibular
atau aktivitas vestibulocerebellar. Vertigo adalah sensasi berputar atau pusing yang
merupakan suatu gejala, penderita merasakan benda-benda disekitarnya bergerak gerak
memutar atau bergerak naik turun karena gangguan pada sistem keseimbangan.
(Arsyad Soepardi efiaty dan Nurbaiti, 2002)

B. Etiologi

1. Otologi 24-61% kasus

a) Benigna Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV)

b) Meniere Desease

c) Parese N VIII Uni/bilateral

d) Otitis Media

2
2. Neurologik 23-30% kasus

a) Gangguan serebrovaskuler batang otak/ serebelum

b) Ataksia karena neuropati

c) Gangguan visus

d) Gangguan serebelum

e) Gangguan sirkulasi LCS

f) Multiple sklerosis

g) Vertigo servikal

3. Interna kurang lebih 33% karena gangguan kardiovaskuler

a) Tekanan darah naik turun

b) Aritmia kordis

c) Penyakit koroner

d) Infeksi

e) < glikemia

f) Intoksikasi Obat: Nifedipin, Benzodiazepin, Xanax,

4. Psikiatrik > 50% kasus

a) Depresi

b) Fobia

c) Anxietas

d) Psikosomatis

5. Fisiologik : Melihat turun dari ketinggian.

C. Manifestasi Klinik

Manifestasi klinis pada klien dengan vertigo yaitu Perasaan berputar yang
kadang-kadang disertai gejala sehubungan dengan reak dan lembab yaitu mual, muntah,
rasa kepala berat, nafsu makan turun, lelah, lidah pucat dengan selaput putih lengket,

3
nadi lemah, puyeng (dizziness), nyeri kepala, penglihatan kabur, tinitus, mulut pahit,
mata merah, mudah tersinggung, gelisah, lidah merah dengan selaput tipis.

Pasien Vertigo akan mengeluh jika posisi kepala berubah pada suatu keadaan
tertentu. Pasien akan merasa berputar atau merasa sekelilingnya berputar jika akan ke
tempat tidur, berguling dari satu sisi ke sisi lainnya, bangkit dari tempat tidur di pagi
hari, mencapai sesuatu yang tinggi atau jika kepala digerakkan ke belakang. Biasanya
vertigo hanya berlangsung 5-10 detik. Kadang-kadang disertai rasa mual dan seringkali
pasien merasa cemas.Penderita biasanya dapat mengenali keadaan ini dan berusaha
menghindarinya dengan tidak melakukan gerakan yang dapat menimbulkan vertigo.
Vertigo tidak akan terjadi jika kepala tegak lurus atau berputar secara aksial tanpa
ekstensi, pada hampir sebagian besar pasien, vertigo akan berkurang dan akhirnya
berhenti secara spontan dalam beberapa hari atau beberapa bulan, tetapi kadang-kadang
dapat juga sampai beberapa tahun.

Pada anamnesis, pasien mengeluhkan kepala terasa pusing berputar pada


perubahan posisi kepala dengan posisi tertentu. Secara klinis vertigo terjadi pada
perubahan posisi kepala dan akan berkurang serta akhirnya berhenti secara spontan
setelah beberapa waktu. Pada pemeriksaan THT secara umum tidak didapatkan
kelainan berarti, dan pada uji kalori tidak ada paresis kanal.

Uji posisi dapat membantu mendiagnosa vertigo, yang paling baik adalah
dengan melakukan manuver Hallpike : penderita duduk tegak, kepalanya dipegang pada
kedua sisi oleh pemeriksa, lalu kepala dijatuhkan mendadak sambil menengok ke satu
sisi. Pada tes ini akan didapatkan nistagmus posisi dengan gejala :

1. Penderita vertigo akan merasakan sensasi gerakan seperti berputar, baik


dirinya sendiri atau lingkungan

2. Merasakan mual yang luar biasa

3. Sering muntah sebagai akibat dari rasa mual

4. Gerakan mata yang abnormal

5. Tiba - tiba muncul keringat dingin

6. Telinga sering terasa berdenging

7. Mengalami kesulitan bicara

8. Mengalami kesulitan berjalan karena merasakan sensasi gerakan berputar

9. Pada keadaan tertentu, penderita juga bisa mengalami gangguan penglihatan

4
D. Komplikasi

1. Cidera fisik Pasien dengan vertigo ditandai dengan kehilangan keseimbangan akibat
terganggunya saraf VIII(Vestibularis), sehingga pasien tidak mampu mempertahankan
diri untuk tetap berdiri dan berjalan.

2. Kelemahan otot Pasien yang mengalami vertigo seringkali tidak melakukan aktivitas.
Mereka lebih sering untuk berbaring atau tiduran, sehingga berbaring yang terlalu
lama dan gerak yang terbatas dapat menyebabkan kelemahan otot.

E. Patofisiologi dan Pathway

Vertigo disebabkan dari berbagai hal antara lain dari otologi seperti meniere,
parese N VIII, otitis media. Dari berbagai jenis penyakit yang terjadi pada telinga
tersebut menimbulkan gangguan keseimbangan pada saraf ke VIII, dapat terjadi karena
penyebaran bakteri maupun virus (otitis media).

Selain dari segi otologi, vertigo juga disebabkan karena neurologik. Seperti
gangguan visus, multiple sklerosis, gangguan serebelum, dan penyakit neurologik
lainnya. Selain saraf ke VIII yang terganggu, vertigo juga diakibatkan oleh
terganggunya saraf III, IV, dan VI yang menyebabkan terganggunya penglihatan
sehingga mata menjadi kabur dan menyebabkan sempoyongan jika berjalan dan
merespon saraf ke VIII dalam mempertahankan keseimbangan.

Hipertensi dan tekanan darah yang tidak stabil (tekanan darah naik turun).
Tekanan yang tinggi diteruskan hingga ke pembuluh darah di telinga, akibatnya
fungsi telinga akan keseimbangan terganggudan menimbulkan vertigo. Begitu pula
dengan tekanan darah yang rendah dapat mengurangi pasokan darah ke pembuluh
darah di telinga sehingga dapat menyebabkan parese N VIII

Psikiatrik meliputi depresi, fobia, ansietas, psikosomatis yang dapat


mempengaruhi tekanan darah pada seseorang. Sehingga menimbulkan tekanan darah
naik turun dan dapat menimbulkan vertigo dengan perjalanannya seperti diatas. Selain itu
faktor fisiologi juga dapat menimbulkan gangguan keseimbangan. Karena persepsi
seseorang berbeda-beda.

F. Pemeriksaan Penunjang

Meliputi uji tes keberadaan bakteri melalui laboratorium, sedangkan untuk


pemeriksaan diagnostik yang penting untuk dilakukan pada klien dengan kasus vertigo
antara lain:

5
1. Pemeriksaan fisik

a) Pemeriksaan mata

b) Pemeriksaan alat keseimbangan tubuh

c) Pemeriksaan neurologic

d) Pemeriksaan otologik

e) Pemeriksaan fisik umum

2. Pemeriksaan khusus

a) ENG

b) Audiometri dan BAEP

c) Psikiatrik

3. Pemeriksaan tambahan

a) Radiologik dan Imaging

b) EEG, EMG

G. Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan Medis Beberapa terapi yang dapat diberikan adalah terapi dengan obat-
obatan seperti :

a) Anti kolinergik

 Sulfas Atropin : 0,4 mg/im


 Scopolamin : 0,6 mg IV bisa diulang tiap 3 jam

b) Simpatomimetika

 Epidame 1,5 mg IV bisa diulang tiap 30 menit

c) Menghambat aktivitas nukleus vestibuler

 Golongan antihistamin

Golongan ini, yang menghambat aktivitas nukleus vestibularis adalah :

i. Diphenhidramin: 1,5 mg/im/oral bisa diulang tiap 2 jam.

6
ii. Dimenhidrinat: 50-100 mg/ 6 jam.

Jika terapi di atas tidak dapat mengatasi kelainan yang diderita dianjurkan untuk terapi
bedah.

Terapi menurut (Cermin Dunia Kedokteran No. 144, 2004: 48) Terdiri dari :

a) Terapi kausal

b) Terapi simtomatik

c) Terapi rehabilitatif

2. Penatalaksanaan Keperawatan

a) Karena gerakan kepala memperhebat vertigo, pasien harus dibiarkan berbaring


diam dalam kamar gelap selama 1-2 hari pertama.

b) Fiksasi visual cenderung menghambat nistagmus dan mengurangi perasaan


subyektif vertigo pada pasien dengan gangguan vestibular perifer, misalnya neuronitis
vestibularis. Pasien dapat merasakan bahwa dengan memfiksir pandangan mata pada
suatu obyek yang dekat, misalnya sebuah gambar atau jari yang direntangkan ke
depan, temyata lebih enak daripada berbaring dengan kedua mata ditutup.

c) Karena aktivitas intelektual atau konsentrasi mental dapat memudahkan terjadinya


vertigo, maka rasa tidak enak dapat diperkecil dengan relaksasi mental disertai fiksasi
visual yang kuat.

d) Bila mual dan muntah berat, cairan intravena harus diberikan untuk mencegah
dehidrasi.

e) Bila vertigo tidak hilang. Banyak pasien dengan gangguan vestibular perifer akut yang
belum dapat memperoleh perbaikan dramatis pada hari pertama atau kedua. Pasien
merasa sakit berat dan sangat takut mendapat serangan berikutnya. Sisi penting dari
terapi pada kondisi ini adalah pernyataan yang meyakinkan pasien bahwa neuronitis
vestibularis dan sebagian besar gangguan vestibular akut lainnya adalah jinak dan
dapat sembuh. Dokter harus menjelaskan bahwa kemampuan otak untuk
beradaptasi akan membuat vertigo menghilang setelah beberapa hari.

f) Latihan vestibular dapat dimulai beberapa hari setelah gejala akut mereda. Latihan
ini untuk rnemperkuat mekanisme kompensasi sistem saraf pusat untuk gangguan
vestibular akut.

7
H. Asuhan Keperawatan sesuai teori

1. Pengkajian data keperawatan

a) Aktivitas / Istirahat Letih, lemah, malaise, keterbatasan gerak, ketegangan


mata, kesulitan membaca, insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai
nyeri kepala, sakit kepala yang hebat saat perubahan postur tubuh, aktivitas
(kerja) atau karena perubahan cuaca.

b) Sirkulasi Riwayat hypertensi, denyutan vaskuler, misal daerah temporal, pucat,


wajah tampak kemerahan

c) Integritas Ego Faktor faktor stress emosional/lingkungan tertentu, perubahan


ketidakmampuan, keputusasaan, ketidakberdayaan depresi, kekhawatiran,
ansietas, peka rangsangan selama sakit kepala, mekanisme refresif/dekensif (sakit
kepala kronik)

d) Makanan dan cairan Makanan yang tinggi vasorektiknya misalnya kafein,


coklat, bawang, keju, alkohol, anggur, daging, tomat, makan berlemak, jeruk,
saus, hotdog, MSG (pada migrain), mual/muntah, anoreksia (selama nyeri),
penurunan berat badan

e) Neurosensoris Pening, disorientasi (selama sakit kepala), riwayat kejang,


cedera kepala yang baru terjadi, trauma, stroke, aura ; fasialis, olfaktorius,
tinitus, perubahan visual, sensitif terhadap cahaya/suara yang keras, epitaksis,
parastesia, kelemahan progresif/paralysis satu sisi tempore, perubahan pada pola
bicara/pola pikir, mudah terangsang, peka terhadap stimulus, penurunan
refleks tendon dalam, papiledema.

f) Nyeri/ kenyamanan Karakteristik nyeri tergantung pada jenis sakit kepala, misal
migrain, ketegangan otot, cluster, tumor otak, pascatrauma, sinusitis, nyeri,
kemerahan, pucat pada daerah wajah, fokus menyempit, fokus pada diri
sendiri, respon emosional / perilaku tak terarah seperti menangis, gelisah, otot-
otot daerah leher juga menegang, frigiditas vokal.

g) Keamanan Riwayat alergi atau reaksi alergi, demam (sakit kepala), gangguan
cara berjalan, parastesia, paralisis, drainase nasal purulent (sakit kepala pada
gangguan sinus).

h) Interaksi social Perubahan dalam tanggung jawab/peran interaksi sosial yang


berhubungan dengan penyakit

8
i) Penyuluhan/ Pembelajaran Riwayat hypertensi, migrain, stroke, penyakit pada
keluarga,penggunaan alkohol/obat lain termasuk kafein,kontrasepsi oral/hormone,
menopause.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Resiko jatuh b.d kerusakan keseimbangan (N. VIII)

b. Intoleransi aktivitas b.d tirah baring

c. Resiko kurang nutrisi b.d tidak adekuatnya input makanan

d. Gangguan persepsi pendengaran b.d tinnitus

e. Koping individu tidak efektif b.d metode koping tidak adekuat

3. Intervensi Keperawatan

a) Resiko jatuh b.d Kerusakan keseimbangan

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam masalah risiko
jatuh dapat teratasi.

Kriteria Hasil :

1) Klien dapat mempertahankan keseimbangan tubuhnya

2) Klien dapat mengantisipasi resiko terjadinya jatuh

INTERVENSI RASIONAL
Kaji tingkat energi yang dimiliki Energi yang besar dapat memberikan
klien keseimbangan pada tubuh saat
Berikan terapi ringan untuk istirahat
mempertahankan kesimbangan Salah satu terapi ringan adalah
Ajarkan penggunaan alat-alat menggerakan bola mata, jika sudah
alternatif dan atau alat-alat bantu terbiasa dilakukan, pusing akan
untuk aktivitas klien. berkurang.
Berikan pengobatan nyeri (pusing) Mengantisipasi dan meminimalkan
sebelum aktivitas resiko jatuh.

9
Nyeri yang berkurang dapat
meminimalisasi terjadinya jatuh.

b) Intoleransi aktivitas b.d tirah baring

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam masalah


intoleransi aktivitas dapat teratasi.

Kriteria Hasil :

1) Meyadari keterbatasan energi

2) Klien dapat termotivasi dalam melakukan aktivitas

3) Menyeimbangkan aktivitas dan istirahat

4) Tingkat daya tahan adekuat untuk beraktivitas

INTERVENSI RASIONAL
Kaji respon emosi, sosial, dan Respon emosi, sosial, dan spiritual
spiritual terhadap aktivitas mempengaruhi kehendak klien dalam
Berikan motivasi pada klien untuk melakukan aktivitas
melakukan aktivitas Klien dapat bersemangat untuk
Ajarkan tentang pengaturan aktivitas melakukan aktivitas
dan teknik manajemen waktu untuk Energi yang tidak stabil dapat
mencegah kelelahan. menghambat dalam melakukan
Kolaborasi dengan ahli terapi okupasi aktivitas, sehingga perlu dilakukan
manajemen waktu
Terapi okupasi dapat menentukan
tindakan alternatif dalam melakukan
aktivitas.

c) Risiko kurang nutrisi b.d tidak adekuatnya input makanan

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam masalah


kurang nutrisi dapat sedikit teratasi.

Kriteria Hasil :

10
1) Klien tidak merasa mual muntah

2) Nafsu makan meningkat

3) BB stabil atau bertahan

INTERVENSI RASIONAL
Kaji kebiasaan makan yang disukai Kebiasaan makan yang disukai klien
klien Kebiasaan makan yang disukai dapat
Kebiasaan makan yang disukai dapat meningkatkan nafsu makan
meningkatkan nafsu makan Pantau input dan output pada klien
Pantau input dan output pada klien Ajarkan untuk makan sedikit tapi
Ajarkan untuk makan sedikit tapi sering
sering Kolaborasi dengan ahli gizi
Kolaborasi dengan ahli gizi Untuk memantau status nutrisi pada
klien
Mempertahankan status nutisi pada
klien agar dapat meningkat atau stabil.
Ahli gizi dapat menentukan makanan
yang tepat untuk meningkatkan
kebutuhan nutrisi pada klien.

d) Gangguan persepsi pendengaran b.d tinnitus

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam masalah


gangguan perepsi sensori pendengaran dapat teratasi.

Kriteria Hasil :

1) Klien dapat memfokuskan pendengaran

2) Tidak terjadi tinitus yang berkelanjutan

3) Pendengaran adekuat

INTERVENSI RASIONAL
Kaji tingkat pendengaran pada klien Mengetahui tingkat kemaksimalan
Lakukan tes rinne, weber, atau pendengaran pada klien untuk

11
swabah untuk mengetahui menentukan terapi yang tepat.
keseimbangan pendengaran saat Mengetahui keabnormalan yang
terjadi tinnitus terjadi akibat tinnitus
Ajarkan untuk memfokuskan Mempertahankan keadekuatan
pendengaran saat terjadi tinnitus pendengaran
Kolaborasi penggunaan alat bantu Memaksimalkan pendengaran pada
pendengaran klien

e) Koping individu tidak efektif b.d metode koping tidak adekuat

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam masalah


koping individu tidak efektif dapat teratsi.

Kriteria Hasil :

1) Klien dapat menyadari bahwa dirinya mengalami gangguan pendengaran

2) Klien dapat mengatasi dengan tindakan mandiri

INTERVENSI RASIONAL
Kaji kemampuan klien dalam Mengetahui batas maksimal
mempertahankan keadekuatan kemampuan pendengaran klien
pendengaran Klien tidak mengalami depresi akibat
Berikan motivasi dalam menerima keadaan fisiknya
keadaan fisiknya Pusing yang terjadi dapat
Ajarkan cara mengatasi masalah memunculkan tinnitus
pendengaran akibat pusing yang Obat untuk mengatasi tinitus.
diderita
Kolaborasi pemberian antidepresan
sedatif, neurotonik, atau transquilizer
serta vitamin dan mineral.
.

12
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad soepardi, efiaty dan Nurbaiti.2002. Buku ajar ilmu kesehatan telingahidung tenggorok
kepala leher edisi ke lima. Jakarta : Gaya Baru

Lumban Tobing. S.M, 2003, Vertigo Tujuh Keliling, Jakarta : FK UI

Rahayu, Nira.2011. Neuronitis Vestibular. (http://niarahayu9.blogspot.com).Online diakses pada


22 oktober 2012.Pukul 23.50 WIB

Santosa, Budi.2005.Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.Alih bahasa.Jakarta :


Prima Medika

Wilkinson, Judith M.2007.Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan
Kriteria Hasil NOC.Jakarta : EGC

13

Anda mungkin juga menyukai