Anda di halaman 1dari 15

TUGAS INDIVIDU

LAPORAN PENDAHULUAN Vertigo

KEPERAWATAN GERONTIK

DisusunOleh :

Dwik Puspita Ayu Lestari

PROGRAM PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES MATARAM)

2022/2023
LEMBAR PENGESAHAN SAP

Telah disahkan dan disetujui pada :

Hari :

Tanggal :

MAHASISWA

Dwik Puspita Ayu Lestari

MENGETAHUI

PEMBIMBING KLINIK PEMBIMBING AKADEMIK

(Ns. Juni Hanapi., S. Kep ) ( Ns. Ni Made Sumartyawati, M.Kep)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM

2022/2023
Asuhan Keperawatan Vertigo
A. Latar Belakang
Vertigo merupakan kasus yang sering ditemui. Secara tidak langsung
kitapun pernah mengami vertigo ini. Kata vertigo berasal dari bahasa
Yunani “vertere” yang artinya memutar. Vertigo termasuk kedalam
gangguan keseimbangan yang dinyatakan sebagai pusing, pening,
sempoyangan, rasa seperti melayang atau dunia seperti berjungkir balik.
Kasus vertigo di Amerika  adalah 64 orang tiap 100.000, dengan presentasi
wanita lebih banyak daripada pria. Vertigo juga lebih sering terdapat pada
Usia yang lebih tua yaitu diatas 50 tahun.
Vertigo merupakan salah satu kelainan yang dirasakan akibat manifestasi
dari kejadian atau trauma lain. Misalnya adanya cidera kepala ringan. Salah
satu akibat dari kejadian atau trauma tersebut ialah seseorang akan
mengalami vertigo. Kasus ini sebaiknya harus segera ditangani, karena jika
dibiarkan begitu saja akan menggangu system lain yang ada di tubuh dan
juga sangat merugikan klien karena rasa sakit atau pusing yang begitu hebat.
Terkadang klien dengan vertigo ini sulit untuk membuka mata karena rasa
pusing seperti terputar-putar. Ini disebabkan karena terjadi
ketidakseimbangan atau gangguan orientasi.  
Oleh karena itu, pembelajaran mengenai vertigo beserta asuhan
keperawatannya dirasa sangat penting dan perlu. Dengan memiliki
pengetahuan yang baik beserta pemberian asuhan keperawatan  yang benar,
maka diharapkan agar kasus vertigo ini dapat berkurang dan masyarakat
bisa mengetahui akan kasus vertigo ini dan bisa mengantisipati akan hal
tersebut.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penyusunan laporan pendahuluan tentang vertigo ini adalah agar
mahasiswa mampu secara kognitif, afektif serta motorik dalam menyusun
asuhan keperawatan  pada klien vertigo. Dengan demikian, mahasiswa bisa
menerapkan asuhan keperawaan yang sudah dibuat secara komprehensif
sehingga dapat membantu proses penyembuhan klien secara tepat dan cepat.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi 
Vertigo dapat digolongkan sebagai salah satu bentuk gangguan
keseimbangan atau gangguan orientasi di ruangan. Banyak system atau
organ tubuh yang ikut terlibat dalam mengatur dan mempertahankan
keseimbangan tubuh kita. Keseimbangan diatur oleh integrasi berbagai
sistem diantaranya sistem vestibular, system visual dan system somato
sensorik (propioseptik). Untuk memperetahankan keseimbangan diruangan,
maka sedikitnya 2 dari 3 sistem system tersebut diatas harus difungsikan
dengan baik. Pada vertigo, penderita merasa atau melihat lingkunganya
bergerak atau dirinya bergerak terhadap lingkungannya. Gerakan yang
dialami biasanya berputar namun kadang berbentuk linier seperti mau jatuh
atau rasa ditarik menjauhi bidang vertikal. Pada penderita vertigo kadang-
kadang dapat kita saksikan adanya nistagmus. Nistagmus yaitu gerak ritmik
yang involunter dari pada bolamata. (Lumban Tobing. S.M, 2003) 
Vertigo dapat adalah salah satu bentuk gangguan keseimbangan dalam
telinga bagian dalam sehingga menyebabkan penderita merasa pusing dalam
artian keadaan atau ruang di sekelilingnya menjadi serasa 'berputar' ataupun
melayang. Vertigo menunjukkan ketidakseimbangan dalam tonus vestibular.
Hal ini dapat terjadi akibat hilangnya masukan perifer yang disebabkan oleh
kerusakan pada labirin dan saraf vestibular atau juga dapat disebabkan oleh
kerusakan unilateral dari sel inti vestibular atau aktivitas vestibulocerebellar.
(www.wikipedia.com)
Vertigo adalah sensasi berputar atau pusing yang merupakan suatu gejala,
penderita merasakan benda-benda disekitarnya bergerak gerak memutar atau
bergerak naik turun karena gangguan pada sistem keseimbangan. (Arsyad
Soepardi efiaty dan Nurbaiti, 2002)
B. Etiologi
1.      Otologi 24-61% kasus
a) Benigna Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV)
b) Meniere Desease
c) Parese N VIII Uni/bilateral
d) Otitis Media
2.      Neurologik  23-30% kasus
a) Gangguan serebrovaskuler batang otak/ serebelum
b) Ataksia karena neuropati
c) Gangguan visus
d) Gangguan serebelum
e) Gangguan sirkulasi LCS
f) Multiple sklerosis
g) Vertigo servikal
3.      Interna kurang lebih 33% karena gangguan kardiovaskuler
a) Tekanan darah naik turun
b) Aritmia kordis
c) Penyakit koroner
d) Infeksi
e) <  glikemia
f) Intoksikasi Obat: Nifedipin, Benzodiazepin, Xanax,
4.      . Psikiatrik > 50% kasus
a) Depresi
b) Fobia
c) Anxietas
d) Psikosomatis
5.      Fisiologik
Melihat turun dari ketinggian.
C. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis pada klien dengan vertigo yaitu Perasaan berputar yang
kadang-kadang disertai gejala sehubungan dengan reak dan lembab yaitu
mual, muntah, rasa kepala berat, nafsu makan turun, lelah, lidah pucat
dengan selaput putih lengket, nadi lemah, puyeng (dizziness), nyeri kepala,
penglihatan kabur, tinitus, mulut pahit, mata merah, mudah tersinggung,
gelisah, lidah merah dengan selaput tipis.
Pasien Vertigo akan mengeluh jika posisi kepala berubah pada suatu
keadaan tertentu. Pasien akan merasa berputar atau merasa sekelilingnya
berputar jika akan ke tempat tidur, berguling dari satu sisi ke sisi lainnya,
bangkit dari tempat tidur di pagi hari, mencapai sesuatu yang tinggi atau jika
kepala digerakkan ke belakang. Biasanya vertigo hanya berlangsung 5-10
detik. Kadang-kadang disertai rasa mual dan seringkali pasien merasa
cemas.Penderita biasanya dapat mengenali keadaan ini dan berusaha
menghindarinya dengan tidak melakukan gerakan yang dapat menimbulkan
vertigo. Vertigo tidak akan terjadi jika kepala tegak lurus atau berputar
secara aksial tanpa ekstensi, pada hampir sebagian besar pasien, vertigo
akan berkurang dan akhirnya berhenti secara spontan dalam beberapa hari
atau beberapa bulan, tetapi kadang-kadang dapat juga sampai beberapa
tahun.
Pada anamnesis, pasien mengeluhkan kepala terasa pusing berputar pada
perubahan posisi kepala dengan posisi tertentu. Secara klinis vertigo terjadi
pada perubahan posisi kepala dan akan berkurang serta akhirnya berhenti
secara spontan setelah beberapa waktu. Pada pemeriksaan THT secara
umum tidak didapatkan kelainan berarti, dan pada uji kalori tidak ada
paresis kanal.
Uji posisi dapat membantu mendiagnosa vertigo, yang paling baik adalah
dengan melakukan manuver Hallpike : penderita duduk tegak, kepalanya
dipegang pada kedua sisi oleh pemeriksa, lalu kepala dijatuhkan mendadak
sambil menengok ke satu sisi. Pada tes ini akan didapatkan nistagmus posisi
dengan gejala :
1.      Penderita vertigo akan merasakan sensasi gerakan seperti berputar, baik
dirinya sendiri atau lingkungan
2.      Merasakan mual yang luar biasa
3.      Sering muntah sebagai akibat dari rasa mual
4.      Gerakan mata yang abnormal
5.      Tiba - tiba muncul keringat dingin
6.      Telinga sering terasa berdenging
7.      Mengalami kesulitan bicara
8.      Mengalami kesulitan berjalan karena merasakan sensasi gerakan berputar
9.      Pada keadaan tertentu, penderita juga bisa mengalami ganguuan penglihatan
D. Komplikasi
1.      Cidera fisik
Pasien dengan vertigo ditandai dengan kehilangan keseimbangan akibat
terganggunya saraf VIII (Vestibularis), sehingga pasien tidak mampu
mempertahankan diri untuk tetap berdiri dan berjalan.
2.      Kelemahan otot
Pasien yang mengalami vertigo seringkali tidak melakukan aktivitas.
Mereka lebih sering untuk berbaring atau tiduran, sehingga berbaring yang
terlalu lama dan gerak yang terbatas dapat menyebabkan kelemahan otot.
E. Patofisiologi dan Pathway
Vertigo disebabkan dari berbagai hal antara lain dari otologi seperti
meniere, parese N VIII, otitis media. Dari berbagai jenis penyakit yang
terjadi pada telinga tersebut menimbulkan gangguan keseimbangan pada
saraf ke VIII, dapat terjadi karena penyebaran bakteri maupun virus (otitis
media).
Selain dari segi otologi, vertigo juga disebabkan karena neurologik. Seperti
gangguan visus, multiple sklerosis, gangguan serebelum, dan penyakit
neurologik lainnya. Selain saraf ke VIII yang terganggu, vertigo juga
diakibatkan oleh terganggunya saraf III, IV, dan VI yang menyebabkan
terganggunya penglihatan sehingga mata menjadi kabur dan menyebabkan
sempoyongan jika berjalan dan merespon saraf ke VIII dalam
mempertahankan keseimbangan.
Hipertensi dan tekanan darah yang tidak stabil (tekanan darah naik turun).
Tekanan yang tinggi diteruskan hingga ke pembuluh darah di telinga,
akibatnya fungsi telinga akan keseimbangan terganggudan menimbulkan
vertigo. Begitupula dengan tekanan darah yang rendah dapat mengurangi
pasokan darah ke pembuluh darah di telinga sehingga dapat menyebabkan
parese N VIII.
Psikiatrik meliputi depresi, fobia, ansietas, psikosomatis yang dapat
mempengaruhi tekanan darah pada seseorang. Sehingga menimbulkan
tekanan darah naik turun dan dapat menimbulkan vertigo dengan
perjalanannya seperti diatas. Selain itu faktor fisiologi juga dapat
menimbulkan gangguan keseimbangan. Karena persepsi seseorang berbeda-
beda.
F. Pemeriksaan Penunjang
Meliputi uji tes keberadaan bakteri melalui laboratorium, sedangkan untuk
pemeriksaan diagnostik yang penting untuk dilakukan pada klien dengan
kasus vertigo antara lain:
1. Pemeriksaan fisik
a) Pemeriksaan mata
b) Pemeriksaan alat keseimbangan tubuh
c) Pemeriksaan neurologik
d) Pemeriksaan otologik
e) Pemeriksaan fisik umum
2. Pemeriksaan khusus
a) ENG
b) Audiometri dan BAEP
c) Psikiatrik
3.      Pemeriksaan tambahan
a) Radiologik dan Imaging
b) EEG, EMG
G.    Penatalaksanaan
1.      Penatalaksanaan Medis
Beberapa terapi yang dapat diberikan adalah terapi dengan obat-obatan
seperti :
a)      Anti kolinergik
 Sulfas Atropin : 0,4 mg/im
 Scopolamin : 0,6 mg IV bisa diulang tiap 3 jam
b)      Simpatomimetika
 Epidame 1,5 mg IV bisa diulang tiap 30 menit
c)      Menghambat aktivitas nukleus vestibuler
 Golongan antihistamin
      Golongan ini, yang menghambat aktivitas nukleus vestibularis adalah :
i. Diphenhidramin: 1,5 mg/im/oral bisa diulang tiap 2 jam
ii. Dimenhidrinat: 50-100 mg/ 6 jam.                 
Jika terapi di atas tidak dapat mengatasi kelainan yang diderita
dianjurkan untuk terapi bedah. Terapi menurut (Cermin Dunia
Kedokteran No. 144, 2004: 48) Terdiri dari :  
a) Terapi kausal
b) Terapi simtomatik
c) Terapi rehabilitatif
2.      Penatalaksanaan Keperawatan
a) Karena gerakan kepala memperhebat vertigo, pasien harus dibiarkan
berbaring diam dalam kamar gelap selama 1-2 hari pertama.
b) Fiksasi visual cenderung menghambat nistagmus dan mengurangi perasaan
subyektif vertigo pada pasien dengan gangguan vestibular perifer, misalnya
neuronitis vestibularis. Pasien dapat merasakan bahwa dengan memfiksir
pandangan mata pada suatu obyek yang dekat, misalnya sebuah gambar atau
jari yang direntangkan ke depan, temyata lebih enak daripada berbaring
dengan kedua mata ditutup.
c) Karena aktivitas intelektual atau konsentrasi mental dapat memudahkan
terjadinya vertigo, maka rasa tidak enak dapat diperkecil dengan relaksasi
mental disertai fiksasi visual yang kuat.
d) Bila mual dan muntah berat, cairan intravena harus diberikan untuk
mencegah dehidrasi.
e) Bila vertigo tidak hilang. Banyak pasien dengan gangguan vestibular perifer
akut yang belum dapat memperoleh perbaikan dramatis pada hari pertama
atau kedua. Pasien merasa sakit berat dan sangat takut mendapat serangan
berikutnya. Sisi penting dari terapi pada kondisi ini adalah pernyataan yang
meyakinkan pasien bahwa neuronitis vestibularis dan sebagian besar
gangguan vestibular akut lainnya adalah jinak dan dapat sembuh. Dokter
harus menjelaskan bahwa kemampuan otak untuk beradaptasi akan
membuat vertigo menghilang setelah beberapa hari.
f) Latihan vestibular dapat dimulai beberapa hari setelah gejala akut mereda.
Latihan ini untuk rnemperkuat mekanisme kompensasi sistem saraf pusat
untuk gangguan vestibular akut. (http://niarahayu9.blogspot.com)
H.    Asuhan Keperawatan sesuai teori
1.      Pengkajian data keperawatan
a) Aktivitas / Istirahat
b) Letih, lemah, malaise, keterbatasan gerak, ketegangan mata, kesulitan
membaca, insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala,
sakit kepala yang hebat saat perubahan postur tubuh, aktivitas (kerja) atau
karena perubahan cuaca.
c) Sirkulasi
d) Riwayat hypertensi, denyutan vaskuler, misal daerah temporal, pucat,
wajah tampak kemerahan
e) Integritas Ego
f) Faktor faktor stress emosional/lingkungan tertentu, perubahan
ketidakmampuan, keputusasaan, ketidakberdayaan depresi, kekhawatiran,
ansietas, peka rangsangan selama sakit kepala, mekanisme
refresif/dekensif (sakit kepala kronik)
g) Makanan dan cairan
h) Makanan yang tinggi vasorektiknya misalnya kafein, coklat, bawang,
keju, alkohol, anggur, daging, tomat, makan berlemak, jeruk, saus,
hotdog, MSG (pada migrain), mual/muntah, anoreksia (selama nyeri),
penurunan berat badan
i) Neurosensoris
j) Pening, disorientasi (selama sakit kepala), riwayat kejang, cedera kepala
yang baru terjadi, trauma, stroke, aura ; fasialis, olfaktorius, tinitus,
perubahan visual, sensitif terhadap cahaya/suara yang keras, epitaksis,
parastesia, kelemahan progresif/paralysis satu sisi tempore, perubahan
pada pola bicara/pola pikir, mudah terangsang, peka terhadap stimulus,
penurunan refleks tendon dalam, papiledema.
k) Nyeri/ kenyamanan
l) Karakteristik nyeri tergantung pada jenis sakit kepala, misal migrain,
ketegangan otot, cluster, tumor otak, pascatrauma, sinusitis, nyeri,
kemerahan, pucat pada daerah wajah, fokus menyempit, fokus pada diri
sendiri, respon emosional / perilaku tak terarah seperti menangis, gelisah,
otot-otot daerah leher juga menegang, frigiditas vokal.
m) Keamanan
n) Riwayat alergi atau reaksi alergi, demam (sakit kepala), gangguan cara
berjalan, parastesia, paralisis, drainase nasal purulent (sakit kepala pada
gangguan sinus).
o) Interaksi sosial
p) Perubahan dalam tanggung jawab/peran interaksi sosial yang
berhubungan dengan penyakit
q) Penyuluhan/ Pembelajaran
r) Riwayat hypertensi, migrain, stroke, penyakit pada keluarga, penggunaan
alkohol/obat lain termasuk kafein, kontrasepsi oral/hormone, menopause.
2.      Diagnosa Keperawatan
a. Resiko jatuh b.d kerusakan keseimbangan (N. VIII)
b. Intoleransi aktivitas b.d tirah baring
c. Resiko kurang nutrisi b.d tidak adekuatnya input makanan
d. Gangguan persepsi pendengaran b.d tinitus
e. Koping individu tidak efektif b.d metode koping tidak adekuat
3.      Intervensi Keperawatan
a)      Resiko jatuh b.d Kerusakan keseimbangan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam masalah
risiko jatuh dapat teratasi.
Kriteria Hasil :
1) Klien dapat mempertahankan keseimbangan tubuhnya
2) Klien dapat mengantisipasi resiko terjadinya jatuh
Intervensi Rasional

1.      Kaji tingkat energi yang 1.      Energi yang besar dapat


dimiliki klien memberikan keseimbangan
pada tubuh saat istirahat
2.      Berikan terapi ringan
untuk mempertahankan 2.      Salah satu terapi ringan adalah
kesimbangan menggerakan bola mata, jika
sudah terbiasa dilakukan,
3.      Ajarkan penggunaan alat- pusing akan berkurang.
alat alternatif dan atau
alat-alat bantu untuk 3.      Mengantisipasi dan
aktivitas klien. meminimalkan resiko jatuh.

4.       Berikan pengobatan nyeri 4.      Nyeri yang berkurang dapat


(pusing) sebelum aktivitas meminimalisasi terjadinya
jatuh.

b)      Intoleransi aktivitas b.d tirah baring


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam masalah
intoleransi aktivitas dapat teratasi.
Kriteria Hasil :
3) Meyadari keterbatasan energi
4) Klien dapat termotivasi dalam melakukan aktivitas
5) Menyeimbangkan aktivitas dan istirahat
6) Tingkat daya tahan adekuat untuk beraktivitas
Intervensi Rasional

1.      Kaji respon emosi, sosial, 1.      Respon emosi, sosial, dan


dan spiritual terhadap spiritual mempengaruhi
aktivitas kehendak klien dalam
melakukan aktivitas
2.      Berikan motivasi pada klien
untuk melakukan aktivitas 2.      Klien dapat bersemangat
untuk melakukan aktivitas
3.      Ajarkan tentang pengaturan
aktivitas dan teknik 3.      Energi yang tidak stabil dapat
manajemen waktu untuk menghambat dalam
mencegah kelelahan. melakukan aktivitas, sehingga
perlu dilakukan manajemen
4.      Kolaborasi dengan ahli waktu
terapi okupasi
4.      Terapi okupasi dapat
menentukan tindakan
alternatif dalam melakukan
aktivitas.

c)      Risiko kurang nutrisi b.d tidak adekuatnya input makanan


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam maslah
kurang nutrisi dapat sedikit teratasi.
Kriteria Hasil :
1) Klien tidak merasa mual muntah
2) Nafsu makan meningkat
3) BB stabil atau bertahan
Intervensi Rasional

1.      Kaji kebiasaan makan yang 1.      Kebiasaan makan yang


disukai klien disukai dapat meningkatkan
nafsu makan
2.      Pantau input dan output
pada klien 2.      Untuk memantau status
nutrisi pada klien
3.      Ajarkan untuk makan
sedikit tapi sering 3.      Mempertahankan status
nutisi pada klien agar dapat
4.      Kolaborasi dengan ahli gizi meningkat atau stabil.

4.      Ahli gizi dapat menentukan


makanan yang tepat untuk
meningkatkan kebutuhan
nutrisi pada klien.

d)     Gangguan persepsi pendengaran b.d tinitus


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam maslah
gangguan perepsi sensori pendengaran dapat teratasi.
Kriteria Hasil :
1) Klien dapat memfokuskan pendengaran
2) Tidak terjadi tinitus yang berkelanjutan
3) Pendengaran adekuat
Intervensi Rasional

1.      Kaji tingkat pendengaran 1.      Mengetahui tingkat


pada klien kemaksimalan pendengaran pada
klien untuk menentukan terapi
2.      Lakukan tes rinne, weber,
atau swabah untuk yang tepat. 
mengetahui keseimbangan
pendengaran saat terjadi 2.      Mengetahui keabnormalan yang
tinitus terjadi akibat tinitus

3.      Ajarkan untuk 3.      Mempertahankan keadekuatan


memfokuskan pendengaran pendengaran
saat terjadi tinitus
4.      Memaksimalkan pendengaran
4.      Kolaborasi penggunaan alat pada klien
bantu pendengaran

e)      Koping individu tidak efektif b.d metode koping tidak adekuat


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam masalah
koping individu tidak efektif dapat teratsi.
Kriteria Hasil :
1) Klien dapat menyadari bahwa dirinya mengalami gangguan
pendengaran
2) Klien dapat mengatasi dengan tindakan mandiri
Intervensi Rasional

1.      Kaji kemampuan klien dalam 1.      Mengetahui batas maksimal


mempertahankan kemampuan pendengaran
keadekuatan pendengaran klien

2.      Berikan motivasi dalam 2.      Klien tidak mengalami


menerima keadaan fisiknya depresi akibat keadaan
fisiknya
3.      Ajarkan cara mengatasi
masalah pendengaran akibat 3.      Pusing yang terjadi dapat
pusing yang diderita memunculkan tinitus

4.      Kolaborasi pemberian 4.      Obat untuk mengatasi ti


antidepresan sedatif,
neurotonik, atau transquilizer
serta vitamin dan mineral.
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad soepardi, efiaty dan Nurbaiti.2002. Buku ajar ilmu kesehatan


telingahidung tenggorok kepala leher edisi ke lima. Jakarta : Gaya Baru 

Lumban Tobing. S.M, 2003, Vertigo Tujuh Keliling, Jakarta : FK UI

Rahayu, Nira.2011. Neuronitis Vestibular.


(http://niarahayu9.blogspot.com).Online diakses pada 22 oktober
2012.Pukul 23.50 WIB

Santosa, Budi.2005.Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-


2006.Alih bahasa.Jakarta : Prima Medika

Wilkinson, Judith M.2007.Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan


Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC.Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai