VERTIGO
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah III
Disusun Oleh:
KELOMPOK 7
2023
LAPORAN PENDAHULUAN
VERTIGO
1. DEFINISI
Vertere merupakan bahasa latin yang artinya vertigo, yaitu memutar. Definisi
vertigo merupakan suatu gerakan (sirkuler atau linier), atau gerakan sebenarnya dari
tubuh maupun lingkungan sekitarnya yang diikuti atau tanpa diikuti dengan gejala
dari organ yang berada dibawah pengaruh saraf otonom dan mata (nistagmus)
(Setiawati, 2016). Sedangkan menurut Gowers dalam Buku Kapita Selekta Neurologi
yang dibuat oleh (Harsono, 2015) menyatakan vertigo merupakan gerakan atau rasa
rasa gerakan pada tubuh penderita atau objek-objek disekitar penderita yang
berhubungan dengan gangguan keseimbangan.
Pada vertigo, penderita merasa lingkungan disekitarnya bergerak atau dirinya
bergerak terhadap lingkungan sekitar. Gerakan yang dialami seperti berputar tapi
kadang berbentuk linier seperti ingin jatuh atau merasa ditarik menjauhi bidang
vertikal. (Lumban Tobing (2003) dalam (Setiawati, 2016))
2. ETIOLOGI
Tubuh merasakan posisi dan mengendalikan keseimbangan melalui organ
keseimbangan yang terdapat di telinga bagian dalam. Organ ini memiliki saraf yang
berhubungan dengan area tertentu di otak. Vetigo bisa disebabkan oleh kelainan di
dalam telinga, di dalam saraf yang menghubungkan telinga dengan otak dan di
dalam otaknya sendiri. Vertigo juga bisa berhubungan dengan kelainan penglihatan
atau perubahan tekanan darah yang terjadi secara tibatiba. Penyebab umum dari
vertigo (Carpenito, 2016).
a. Keadaan lingkungan
•Motion sickness (mabuk darat, mabuk laut)
b. Obat-obatan
•Alkohol
•Gentamisin
c. Kelainan sirkulasi
Transient ischemic attack (gangguan fungsi otak sementara karena
berkurangnya aliran darah ke salah satu bagian otak) pada arteri
vertebral dan arteri basiler
d. Kelainan di telinga
Endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis di dalam telinga
bagian dalam (menyebabkan benign paroxysmal positional vertigo).
Infeksi telinga bagian dalam karena bakteri
•Herpes zoster
•Labirintitis (infeksi labirin di dalam telinga)
•Peradangan saraf vestibuler
•Penyakit Meniere
e. Kelainan neurologis
•Sklerosis multiple
•Patah tulang tengkorak yang disertai cedera pada labirin, persarafannya
atau keduanya
•Tumor otak
•Tumor yang menekan saraf vestibularis.
3. MANIFESTASI KLINIS
Secara umum VERTIGO memiliki gejala perasaan berputar yang kadang-
kadang disertai gejala yaitu mual, muntah,rasa kepala berat, nafsu makan turun, lelah,
lidah pucat dengan selaput putih lengket, nadi lemah, puyeng (dizziness), nyeri
kepala, penglihatan kabur, tinitus,mulut pahit, mata merah, mudah tersinggung,
gelisah.
a. Vertigo Sentral
Gejala yang khas bagi gangguan di batang otak misalnya diplopia,
paratesia, perubahan serisibilitas dan fungsi motorik. Biasanya pasien
mengeluh
lemah, gangguan koordinasi, kesulitan dalam gerak supinasi dan pronasi
tanyanye secara berturut-turut (dysdiadochokinesia), gangguan berjalan dan
gangguan kaseimbangan. Percobaan tunjuk hidung yaitu pasien disuruh
menunjuk jari pemeriksa dan kemudian menunjuk hidungnya maka akan
dilakukan dengan buruk dan terlihat adanya ataksia. Namun pada pasien
dengan
vertigo perifer dapat melakukan percobaan tunjuk hidung sacara normal.
Penyebab vaskuler labih sering ditemukan dan mencakup insufisiensi vaskuler
berulang, TIA dan strok. Contoh gangguan disentral (batang otak, serebelum)
yang dapat menyebabkan vertigo adalah iskemia batang otak, tumor difossa
posterior, migren basiler.
a. Vertigo perifer
Lamanya vertigo berlangsung:
1. Episode (Serangan ) vertigo yang berlangsung beberapa detik.
Vertigo perifer paling sering disebabkan oleh vertigo posisional
berigna (VPB). Pencetusnya adalah perubahan posisi kepala misalnya
berguling sewaktu tidur atau menengadah mengambil barang dirak
yang lebih tinggi.Vertigo berlangsung beberapa detik kemudian
mereda. Penyebab vertigo posisional berigna adalah trauma kepala,
pembedahan ditelinga atau oleh neuronitis vestibular prognosisnya
baik gejala akan menghilang spontan.
2. Episode Vertigo yang berlangsung beberapa menit atau jam.
Dapat dijumpai pada penyakit meniere atau vestibulopati berulang.
Penyakit meniere mempunyai trias gejala yaitu ketajaman pendengaran
menurun (tuli), vertigo dan tinitus. Usia penderita biasanya 30-60
tahun pada permulaan munculnya penyakit. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan penurunaan pendengaran dan kesulitan dalam berjalan
“Tandem” dengan mata tertutup. Berjalan tandem yaitu berjalan
dengan telapak kaki lurus kedepan, jika menapak tumit kaki
PATOFISIOLOGI
Dalam kondisi fisiologi/ normal, informasi yang tiba dipusat integrasi alat
keseimbangan tubuh yang berasal dari resptor vestibular, visual dan propioseptik
kanan dan kiri akan diperbandingkan, jika semuanya sinkron dan wajar akan diproses
lebih lanjut secara wajar untuk direspon. Respon yang muncul beberapa penyesuaian
dari otot-otot mata dan penggerak tubuh dalammkeadaan bergerak. Di samping itu
orang menyadari posisi kepala dan tubuhnya terhadap lingkungan sekitarnya. Tidak
ada tanda dan gejala kegawatan (alarm reaction) dalam bentuk vertigo dan gejala dari
jaringan otonomik
Namun jika kondisi tidak normal/ tidak fisiologis dari fungsi alat
keseimbangan tubuh dibagian tepi atau sentral maupun rangsangan gerakan yang
aneh atau berlebihan, maka proses pengolahan informasi yang wajar tidak
berlangsung dan muncul tanda-tanda kegawatan dalam bentuk vertigo dan gejala
dari jaringan otonomik. Di samping itu respon penyesuaian otot-otot menjadi tidak
adekuat sehingga muncul gerakan abnormal dari mata disebut nistagnus.
Berdasarkan gejala klinisnya, vertigo dapat dibagi atas beberapa kelompok :
1. Vertigo paroksismal
Yaitu vertigo yang serangannya datang mendadak, berlangsung beberapa
menit
atau hari, kemudian menghilang sempurna; tetapi suatu ketika serangan
tersebut
dapat muncul lagi.
2. Vertigo kronis
Yaitu vertigo yang menetap, keluhannya konstan tanpa serangan akut.
3. Vertigo yang serangannya mendadak/akut, kemudian berangsur-angsur
mengurang
5. PATHWAY
6. KOMPLIKASI
1. Stroke
2. Obstruksi peredaran darah dilabirin
3. Labirintitis (Viral, Bakterial)
4. Penyakit Meniere
5. Infeksi, Inflamasi
6. Tumor
f. Sirkulasi
• Riwayat hypertensi
• Denyutan vaskuler, misal daerah temporal.
• Pucat, wajah tampak kemerahan.
g. Integritas Ego
•Faktor-faktor stress emosional/lingkungan tertentu
•Perubahan ketidakmampuan, keputusasaan, ketidakberdayaan depresi
•Kekhawatiran, ansietas, peka rangsangan selama sakit kepala
•Mekanisme refresif/dekensif (sakit kepala kronik).
i. Neurosensoris
•Pening, disorientasi (selama sakit kepala)
•Riwayat kejang, cedera kepala yang baru terjadi, trauma, stroke.
•Aura ; fasialis, olfaktorius, tinitus.
•Perubahan visual, sensitif terhadap cahaya/suara yang keras, epitaksis.
•Parastesia, kelemahan progresif/paralysis satu sisi tempore
•Perubahan pada pola bicara/pola pikir
•Mudah terangsang, peka terhadap stimulus.
•Penurunan refleks tendon dalam
•Papiledema.
j. Nyeri/ kenyamanan
•Karakteristik nyeri tergantung pada jenis sakit kepala, misal migrain,ketegangan
otot, cluster, tumor otak, pascatrauma, sinusitis.
•Nyeri, kemerahan, pucat pada daerah wajah.
•Fokus menyempit
•Fokus pada diri sendiri
•Respon emosional / perilaku tak terarah seperti menangis, gelisah.
•Otot-otot daerah leher juga menegang, frigiditas vokal.
k. Keamanan
•Riwayat alergi atau reaksi alergi
•Demam (sakit kepala)
•Gangguan cara berjalan, parastesia, paralisis
•Drainase nasal purulent (sakit kepala pada gangguan sinus).
12. Interaksi sosial
•Perubahan dalam tanggung jawab/peran interaksi sosial yang berhubungan
dengan penyakit.
l. Penyuluhan / pembelajaran
•Riwayat hypertensi, migrain, stroke, penyakit pada keluarga
•Penggunaan alcohol/obat lain termasuk kafein. Kontrasepsioral/hormone,
menopause.
m. Pemeriksaan Fisik
● Keadaan Umum
● Pemeriksaan Persistem
a. Sistem persepsi sensori
Adakah rasa tidak stabil, disrientasi, osilopsia yaitu suatu ilusi bahwa
benda yang diam tampak bergerak maju mundur.
b. Sistem Persarafan
Adakah nistagmus berdasarkan beberapa pemeriksaan baik manual
maupun dengan alat.
c. Sistem Pernafasan
Adakah gangguan pernafasan.
d. Sistem Kardiovaskuler
Adakah terjadi gangguan jantung.
e. Sistem Gastrointestinal
Adakah Nausea dan muntah
f. Sistem integument
g. Sistem Reproduksi
h. Sistem Perkemihan
n. Pemeriksaan Penunjang
a. Tes romberg
b. Tes melangkah ditempat (Stepping test)
c. Salah tunjuk
d. Manuver Nylen atau manuver Hallpike
e. Tes Kalori
f. Elektronistagmografi
g. Posturografi
o. Penatalaksanaan
1. Medis
Terapi farmokologi dapat berupa terapi spesifik misalnya pemberian anti biotika dan
terapi simtomatik. Nistagmus perifer pada neurinitis vestibuler lebih meningkat bila
pandangan diarahkan menjauhi telinga yang terkena dan nigtagmus akan berkurang
jika dilakukan fiksasi visual pada suatu tempat atau benda.
2. Keperawatan
Vertigo posisional Benigna (VPB)
•Latihan
latihan posisional dapat membantu mempercepat remisi pada sebagian besar
penderita VPB. Latihan ini dilakukan pada pagi hari dan merupakan kagiatan
yang pertama pada hari itu. Penderita duduk dipinggir tempat tidur,
kemudian ia merebahkan dirinya pada posisinya untuk membangkitkan
vertigo posisionalnya. Setelah vertigo mereda ia kembali keposisi duduk
\semula. Gerakan ini diulang kembali sampai vertigo melemah atau mereda.
Biasanya sampai 2 atau 3 kali sehari, tiap hari sampai tidak didapatkan lagi
respon vertigo.
•Obat-obatan
obat anti vertigo seperti miklisin, betahistin atau fenergen dapat digunakan
sebagai terapi simtomatis sewaktu melakukan latihan atau jika muncul
eksaserbasi atau serangan akut. Obat ini menekan rasa enek (nausea) dan
rasa pusing. Namun ada penderita yang merasa efek samping obat lebih
buruk dari vertigonya sendiri. Jika dokter menyakinkan pasien bahwa
kelainan ini tidak berbahaya dan dapat mereda sendiri maka dengan
membatasi perubahan posisi kepala dapat mengurangi gangguan.
a) Analisa Data
DO :
1. Tampak meringis
2. Bersikap protektif
3. Gelisah
4. Frekuensi nadi meningkat
5. Sulit tidur
2. DS : Gangguang Persepsi
1. Mendengar suara bisikan Sensori: Gangguan
atau melihat bayangan Pendengaran
2. Merasakan sesuatu melalui
indra perabaan, penciuman,
perabaan, atau pengecapan.
DO :
1. Distorsi sensori
2. Respons tidak sesuai
3. Bersikap seolah melihat,
mendengar, mengecap,
meraba, atau mencium
sesuatu
DO :
1. Gelisah
2. Menunjukkan distres
3. Tampak merintih/menangis
4. Pola eliminasi berubah
5. Postur tubuh berubah
6. Iritabilitas
4. DS : Nausea
1. Mengeluh mual
2. Merasa ingin muntah
3. Tidak nafsu makan
DO :
1. Pucat
2. Diaforesis
3. Takikardia
4. Pupil dilatasi
5. Salva meningkat
5. DS : Intoleransi Aktivitas
1. Mengeluh lelah
2. Merasa tidak nyaman setelah
beraktivitas
3. Merasa lemah
DO :
1. Frekuensi jantung meningkat
>20% dari kondisi sehat
2. Tekanan darah berubah
>20% dari kondisi sehat
3. Gambaran EKG
menunjukkan aritmia
saat/setelah aktivitas
4. Gambaran EKG menunjukan
iskemia
5. Sianosis
DO :
1. Mengeluh kemampuan
beraktivitas menurun.
7. DS : Risiko Jatuh
1.
b) Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis yang ditandai dengan
pasien mengeluh nyeri pada kepala, pasien tampak meringis, gelisah dan sulit tidur.
2. Gangguan persepsi sensori (gangguan pendengaran) berhubungan dengan
3. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan
4. Nausea berhubungan dengan distensi lambung yang ditandai dengan mengeluh mual,
merasa ingin muntah, dan tidak nafsu makan.
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan gangguan kualitas waktu tidur yang
ditandai dengan pasien mengeluh sulit tidur, sering terjaga, tidak puas tidur, istirahat
tidak cukup, dan pola tidur berubah.
6. Risiko jatuh berhubungan dengan adanya gagguan keseimbangan (vertigo).
c) Intervensi Keperawatan
Kolaborasi
1. Mengurangi mual
Kolaborasi Edukasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara 1. Untuk memulihkan energi dan mengatasi
meningkatkan asupan makanan kelelahan.
2. Membantu mereka memulihkan kekuatan dan
stamina tanpa memicu kelelahan yang lebih besar.
Kolaborasi
1. Membantu dalam merancang diet yang sesuai
untuk mengatasi kelelahan dan memenuhi
kebutuhan nutrisi pasien.
1 Risk for Falls The patient will 1. Examine the patient’s history of vertigo, 1. This evaluation aids in the
related to impaired follow adequate safety dizziness, other neurological diseases, identification of functional disorders
balance, precautions, avoid medication, and sensory impairments that cause vertigo. Proper treatment,
lightheadedness, injury, and reduce the 2. Provide an emergency light that is easily care, and fall precautions are
and migraine risk of falling accessible to the patient. Encourage the patient required for the patient’s safety.
headaches to seek medical attention. Furthermore, a detailed medical
secondary to 3. Give the patient a fall risk wristband to warn history is required to determine
vertigo other healthcare professionals of the patient’s beneficial interventions.
strong tendency or risk of falling. 2. Vertigo may impair the patient’s
4. Ensure that the patient’s environment is clean ability to navigate his environment.
and safe. The bed should have protective covers Therefore, this emergency light
or cushions would be highly beneficial to the
5. Encourage the patient to have adequate bed rest patient.
and enough sleep 3. This intervention enables other
6. Maintain the patient’s bed in the lowest healthcare providers to identify
position, adjacent to the floor. patients who are more likely to fall
and suffer injury. The fall risk
wristband will also be beneficial
especially if the patient has
communication difficulties, as it will
serve as a reminder for the
healthcare team.
4. The cushions are designed to protect
the patient against damage from
accidental hitting or bumping. This
method also reduces the possibility
of falls, trauma, and other injuries.
5. Adequate bed rest and enough sleep
can help relieve vestibular vertigo.
6. This intervention is a standard fall
preventative measure that ensures
the patient’s safety and protects
them from further injuries caused by
falls.
3. Impaired
Adjustment
related to vertigo
secondary to
Meniere’s disease
as evidenced by
ringing in the ears
(tinnitus),
diaphoresis, and
recurrent episodes
of nausea
4. Impaired Physical
Mobility related to
headache and
lightheadedness
secondary to
vertigo as
evidenced by loss
of balance and
inability to move
purposefully
within the physical
environment,
including bed
mobility, transfers,
and ambulation.
5. Impaired Transfer
Ability related to
dizziness,
perceptual
impairment, and
postural instability
when performing
ADLs secondary to
vertigo as
evidenced by loss
of balance, nausea,
headache, and loss
of hearing.