Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

VERTIGO

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah III

Dosen Pengampu: Ns. Halimatusadiah ., MAN

Disusun Oleh:

KELOMPOK 7

Selpi Mulyanti (C.0105.21.007)

Ajeng Karlina (C.0105.21.027)

Al Fitriyanti Fatihah Koswara (C.0105.21.028)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS TINGKAT III A

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR CIMAHI

2023
LAPORAN PENDAHULUAN

VERTIGO

1. DEFINISI
Vertere merupakan bahasa latin yang artinya vertigo, yaitu memutar. Definisi
vertigo merupakan suatu gerakan (sirkuler atau linier), atau gerakan sebenarnya dari
tubuh maupun lingkungan sekitarnya yang diikuti atau tanpa diikuti dengan gejala
dari organ yang berada dibawah pengaruh saraf otonom dan mata (nistagmus)
(Setiawati, 2016). Sedangkan menurut Gowers dalam Buku Kapita Selekta Neurologi
yang dibuat oleh (Harsono, 2015) menyatakan vertigo merupakan gerakan atau rasa
rasa gerakan pada tubuh penderita atau objek-objek disekitar penderita yang
berhubungan dengan gangguan keseimbangan.
Pada vertigo, penderita merasa lingkungan disekitarnya bergerak atau dirinya
bergerak terhadap lingkungan sekitar. Gerakan yang dialami seperti berputar tapi
kadang berbentuk linier seperti ingin jatuh atau merasa ditarik menjauhi bidang
vertikal. (Lumban Tobing (2003) dalam (Setiawati, 2016))

2. ETIOLOGI
Tubuh merasakan posisi dan mengendalikan keseimbangan melalui organ
keseimbangan yang terdapat di telinga bagian dalam. Organ ini memiliki saraf yang
berhubungan dengan area tertentu di otak. Vetigo bisa disebabkan oleh kelainan di
dalam telinga, di dalam saraf yang menghubungkan telinga dengan otak dan di
dalam otaknya sendiri. Vertigo juga bisa berhubungan dengan kelainan penglihatan
atau perubahan tekanan darah yang terjadi secara tibatiba. Penyebab umum dari
vertigo (Carpenito, 2016).
a. Keadaan lingkungan
•Motion sickness (mabuk darat, mabuk laut)
b. Obat-obatan
•Alkohol
•Gentamisin
c. Kelainan sirkulasi
Transient ischemic attack (gangguan fungsi otak sementara karena
berkurangnya aliran darah ke salah satu bagian otak) pada arteri
vertebral dan arteri basiler
d. Kelainan di telinga
Endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis di dalam telinga
bagian dalam (menyebabkan benign paroxysmal positional vertigo).
Infeksi telinga bagian dalam karena bakteri
•Herpes zoster
•Labirintitis (infeksi labirin di dalam telinga)
•Peradangan saraf vestibuler
•Penyakit Meniere
e. Kelainan neurologis
•Sklerosis multiple
•Patah tulang tengkorak yang disertai cedera pada labirin, persarafannya
atau keduanya
•Tumor otak
•Tumor yang menekan saraf vestibularis.
3. MANIFESTASI KLINIS
Secara umum VERTIGO memiliki gejala perasaan berputar yang kadang-
kadang disertai gejala yaitu mual, muntah,rasa kepala berat, nafsu makan turun, lelah,
lidah pucat dengan selaput putih lengket, nadi lemah, puyeng (dizziness), nyeri
kepala, penglihatan kabur, tinitus,mulut pahit, mata merah, mudah tersinggung,
gelisah.
a. Vertigo Sentral
Gejala yang khas bagi gangguan di batang otak misalnya diplopia,
paratesia, perubahan serisibilitas dan fungsi motorik. Biasanya pasien
mengeluh
lemah, gangguan koordinasi, kesulitan dalam gerak supinasi dan pronasi
tanyanye secara berturut-turut (dysdiadochokinesia), gangguan berjalan dan
gangguan kaseimbangan. Percobaan tunjuk hidung yaitu pasien disuruh
menunjuk jari pemeriksa dan kemudian menunjuk hidungnya maka akan
dilakukan dengan buruk dan terlihat adanya ataksia. Namun pada pasien
dengan
vertigo perifer dapat melakukan percobaan tunjuk hidung sacara normal.
Penyebab vaskuler labih sering ditemukan dan mencakup insufisiensi vaskuler
berulang, TIA dan strok. Contoh gangguan disentral (batang otak, serebelum)
yang dapat menyebabkan vertigo adalah iskemia batang otak, tumor difossa
posterior, migren basiler.
a. Vertigo perifer
Lamanya vertigo berlangsung:
1. Episode (Serangan ) vertigo yang berlangsung beberapa detik.
Vertigo perifer paling sering disebabkan oleh vertigo posisional
berigna (VPB). Pencetusnya adalah perubahan posisi kepala misalnya
berguling sewaktu tidur atau menengadah mengambil barang dirak
yang lebih tinggi.Vertigo berlangsung beberapa detik kemudian
mereda. Penyebab vertigo posisional berigna adalah trauma kepala,
pembedahan ditelinga atau oleh neuronitis vestibular prognosisnya
baik gejala akan menghilang spontan.
2. Episode Vertigo yang berlangsung beberapa menit atau jam.
Dapat dijumpai pada penyakit meniere atau vestibulopati berulang.
Penyakit meniere mempunyai trias gejala yaitu ketajaman pendengaran
menurun (tuli), vertigo dan tinitus. Usia penderita biasanya 30-60
tahun pada permulaan munculnya penyakit. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan penurunaan pendengaran dan kesulitan dalam berjalan
“Tandem” dengan mata tertutup. Berjalan tandem yaitu berjalan
dengan telapak kaki lurus kedepan, jika menapak tumit kaki
PATOFISIOLOGI
Dalam kondisi fisiologi/ normal, informasi yang tiba dipusat integrasi alat
keseimbangan tubuh yang berasal dari resptor vestibular, visual dan propioseptik
kanan dan kiri akan diperbandingkan, jika semuanya sinkron dan wajar akan diproses
lebih lanjut secara wajar untuk direspon. Respon yang muncul beberapa penyesuaian
dari otot-otot mata dan penggerak tubuh dalammkeadaan bergerak. Di samping itu
orang menyadari posisi kepala dan tubuhnya terhadap lingkungan sekitarnya. Tidak
ada tanda dan gejala kegawatan (alarm reaction) dalam bentuk vertigo dan gejala dari
jaringan otonomik
Namun jika kondisi tidak normal/ tidak fisiologis dari fungsi alat
keseimbangan tubuh dibagian tepi atau sentral maupun rangsangan gerakan yang
aneh atau berlebihan, maka proses pengolahan informasi yang wajar tidak
berlangsung dan muncul tanda-tanda kegawatan dalam bentuk vertigo dan gejala
dari jaringan otonomik. Di samping itu respon penyesuaian otot-otot menjadi tidak
adekuat sehingga muncul gerakan abnormal dari mata disebut nistagnus.
Berdasarkan gejala klinisnya, vertigo dapat dibagi atas beberapa kelompok :
1. Vertigo paroksismal
Yaitu vertigo yang serangannya datang mendadak, berlangsung beberapa
menit
atau hari, kemudian menghilang sempurna; tetapi suatu ketika serangan
tersebut
dapat muncul lagi.
2. Vertigo kronis
Yaitu vertigo yang menetap, keluhannya konstan tanpa serangan akut.
3. Vertigo yang serangannya mendadak/akut, kemudian berangsur-angsur
mengurang

5. PATHWAY

6. KOMPLIKASI
1. Stroke
2. Obstruksi peredaran darah dilabirin
3. Labirintitis (Viral, Bakterial)
4. Penyakit Meniere
5. Infeksi, Inflamasi
6. Tumor

A. ASUHAN KEPERAWATAN VERTIGO


1. Pengkajian
a. Identitas
Nama, umur, pendidikan, pekerjaan, alamat, penanggung jawab
b. Keluhan Utama
Keluhan yang pasien rasakan disaat melakukan pengkajian
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit. Pada pasien vertigo tanyakan
adakah pengaruh sikap atau perubahan sikap terhadap munculnya vertigo, posisi mana yang
dapat memicu vertigo.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu & Keluarga
Apakah keluarga pernah memiliki riwayat penyakit yang sama. Apakah ada riwayat
trauma pada kepala, penyakit infeksi maupun inflamasi. Riwayat mengkonsumsi obat
vestibulotoksik seperti antibiotik, aminoglikosid, antikonvulsan, dan salisilat.
e. Aktivitas / Istirahat
•Letih, lemah, malaise
•Keterbatasan gerak
•Ketegangan mata, kesulitan membaca
•Insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala.
•Sakit kepala yang hebat saat perubahan postur tubuh, aktivitas (kerja) atau karena
perubahan cuaca.

f. Sirkulasi
• Riwayat hypertensi
• Denyutan vaskuler, misal daerah temporal.
• Pucat, wajah tampak kemerahan.

g. Integritas Ego
•Faktor-faktor stress emosional/lingkungan tertentu
•Perubahan ketidakmampuan, keputusasaan, ketidakberdayaan depresi
•Kekhawatiran, ansietas, peka rangsangan selama sakit kepala
•Mekanisme refresif/dekensif (sakit kepala kronik).

h. Makanan dan cairan


•Makanan yang tinggi vasorektiknya misalnya kafein, coklat, bawang,keju,
alkohol, anggur, daging, tomat, makan berlemak, jeruk, saus,hotdog, MSG (pada
migrain)
•Mual/muntah, anoreksia (selama nyeri)
•Penurunan berat badan.

i. Neurosensoris
•Pening, disorientasi (selama sakit kepala)
•Riwayat kejang, cedera kepala yang baru terjadi, trauma, stroke.
•Aura ; fasialis, olfaktorius, tinitus.
•Perubahan visual, sensitif terhadap cahaya/suara yang keras, epitaksis.
•Parastesia, kelemahan progresif/paralysis satu sisi tempore
•Perubahan pada pola bicara/pola pikir
•Mudah terangsang, peka terhadap stimulus.
•Penurunan refleks tendon dalam
•Papiledema.

j. Nyeri/ kenyamanan
•Karakteristik nyeri tergantung pada jenis sakit kepala, misal migrain,ketegangan
otot, cluster, tumor otak, pascatrauma, sinusitis.
•Nyeri, kemerahan, pucat pada daerah wajah.
•Fokus menyempit
•Fokus pada diri sendiri
•Respon emosional / perilaku tak terarah seperti menangis, gelisah.
•Otot-otot daerah leher juga menegang, frigiditas vokal.

k. Keamanan
•Riwayat alergi atau reaksi alergi
•Demam (sakit kepala)
•Gangguan cara berjalan, parastesia, paralisis
•Drainase nasal purulent (sakit kepala pada gangguan sinus).
12. Interaksi sosial
•Perubahan dalam tanggung jawab/peran interaksi sosial yang berhubungan
dengan penyakit.
l. Penyuluhan / pembelajaran
•Riwayat hypertensi, migrain, stroke, penyakit pada keluarga
•Penggunaan alcohol/obat lain termasuk kafein. Kontrasepsioral/hormone,
menopause.
m. Pemeriksaan Fisik
● Keadaan Umum
● Pemeriksaan Persistem
a. Sistem persepsi sensori
Adakah rasa tidak stabil, disrientasi, osilopsia yaitu suatu ilusi bahwa
benda yang diam tampak bergerak maju mundur.
b. Sistem Persarafan
Adakah nistagmus berdasarkan beberapa pemeriksaan baik manual
maupun dengan alat.
c. Sistem Pernafasan
Adakah gangguan pernafasan.
d. Sistem Kardiovaskuler
Adakah terjadi gangguan jantung.
e. Sistem Gastrointestinal
Adakah Nausea dan muntah
f. Sistem integument
g. Sistem Reproduksi
h. Sistem Perkemihan

n. Pemeriksaan Penunjang
a. Tes romberg
b. Tes melangkah ditempat (Stepping test)
c. Salah tunjuk
d. Manuver Nylen atau manuver Hallpike
e. Tes Kalori
f. Elektronistagmografi
g. Posturografi
o. Penatalaksanaan
1. Medis
Terapi farmokologi dapat berupa terapi spesifik misalnya pemberian anti biotika dan
terapi simtomatik. Nistagmus perifer pada neurinitis vestibuler lebih meningkat bila
pandangan diarahkan menjauhi telinga yang terkena dan nigtagmus akan berkurang
jika dilakukan fiksasi visual pada suatu tempat atau benda.
2. Keperawatan
Vertigo posisional Benigna (VPB)
•Latihan
latihan posisional dapat membantu mempercepat remisi pada sebagian besar
penderita VPB. Latihan ini dilakukan pada pagi hari dan merupakan kagiatan
yang pertama pada hari itu. Penderita duduk dipinggir tempat tidur,
kemudian ia merebahkan dirinya pada posisinya untuk membangkitkan
vertigo posisionalnya. Setelah vertigo mereda ia kembali keposisi duduk
\semula. Gerakan ini diulang kembali sampai vertigo melemah atau mereda.
Biasanya sampai 2 atau 3 kali sehari, tiap hari sampai tidak didapatkan lagi
respon vertigo.
•Obat-obatan
obat anti vertigo seperti miklisin, betahistin atau fenergen dapat digunakan
sebagai terapi simtomatis sewaktu melakukan latihan atau jika muncul
eksaserbasi atau serangan akut. Obat ini menekan rasa enek (nausea) dan
rasa pusing. Namun ada penderita yang merasa efek samping obat lebih
buruk dari vertigonya sendiri. Jika dokter menyakinkan pasien bahwa
kelainan ini tidak berbahaya dan dapat mereda sendiri maka dengan
membatasi perubahan posisi kepala dapat mengurangi gangguan.
a) Analisa Data

NO DATA ETIOLOGI MASALAH

1. DS: Ketidakcocokan Nyeri Akut


(tidak ada)

DO :
1. Tampak meringis
2. Bersikap protektif
3. Gelisah
4. Frekuensi nadi meningkat
5. Sulit tidur

2. DS : Gangguang Persepsi
1. Mendengar suara bisikan Sensori: Gangguan
atau melihat bayangan Pendengaran
2. Merasakan sesuatu melalui
indra perabaan, penciuman,
perabaan, atau pengecapan.

DO :
1. Distorsi sensori
2. Respons tidak sesuai
3. Bersikap seolah melihat,
mendengar, mengecap,
meraba, atau mencium
sesuatu

3. DS : Gangguan Rasa Nyaman


1. Mengeluh tidak nyaman
2. Tidak mampu rileks
3. Mengeluh
kedinginan/kepanasan
4. Merasa gatal
5. Mengeluh mual
6. Mengeluh lelah

DO :
1. Gelisah
2. Menunjukkan distres
3. Tampak merintih/menangis
4. Pola eliminasi berubah
5. Postur tubuh berubah
6. Iritabilitas

4. DS : Nausea
1. Mengeluh mual
2. Merasa ingin muntah
3. Tidak nafsu makan

DO :
1. Pucat
2. Diaforesis
3. Takikardia
4. Pupil dilatasi
5. Salva meningkat

5. DS : Intoleransi Aktivitas
1. Mengeluh lelah
2. Merasa tidak nyaman setelah
beraktivitas
3. Merasa lemah

DO :
1. Frekuensi jantung meningkat
>20% dari kondisi sehat
2. Tekanan darah berubah
>20% dari kondisi sehat
3. Gambaran EKG
menunjukkan aritmia
saat/setelah aktivitas
4. Gambaran EKG menunjukan
iskemia
5. Sianosis

6. DS : Gangguan Pola Tidur


1. Mengeluh sulit tidur
2. Mengeluh sering terjaga
3. Mengeluh tidak puas tidur
4. Mengeluh pola tidur berubah
5. Mengeluh istirahat tidak
cukup

DO :
1. Mengeluh kemampuan
beraktivitas menurun.

7. DS : Risiko Jatuh
1.

b) Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis yang ditandai dengan
pasien mengeluh nyeri pada kepala, pasien tampak meringis, gelisah dan sulit tidur.
2. Gangguan persepsi sensori (gangguan pendengaran) berhubungan dengan
3. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan
4. Nausea berhubungan dengan distensi lambung yang ditandai dengan mengeluh mual,
merasa ingin muntah, dan tidak nafsu makan.
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan gangguan kualitas waktu tidur yang
ditandai dengan pasien mengeluh sulit tidur, sering terjaga, tidak puas tidur, istirahat
tidak cukup, dan pola tidur berubah.
6. Risiko jatuh berhubungan dengan adanya gagguan keseimbangan (vertigo).
c) Intervensi Keperawatan

No Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


DX Hasil

1. Setelah dilakukan I.08238 Manajemen Nyeri


tindakan keperawatan 3 Observasi Observasi
x 24 jam maka tingkat 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, 1. Untuk memahami aspek-aspek nyeri yang dialami
nyeri menurun dengan frekuensi, kualitas, intensitas nyeri pasien
kriteria hasil: 2. Identifikasi skala nyeri 2. Membantu mengukur sejauh mana tingkat nyeri
1) Keluhan nyeri 3. Identifikasi respon nyeri non verbal yang dialami pasien.
menurun 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan 3. Mengamati ekspresi wajah, posisi tubuh, perubahan
2) Meringis memperingan nyeri pernapasan, dan gerakan pasien dapat membantu
menurun 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang dalam memahami tingkat nyeri ketika pasien tidak
3) Sikap protektif nyeri dapat mengkomunikasikannya secara verbal.
menurun 6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon 4. Mengidentifikasi faktor-faktor seperti aktivitas
4) Gelisah menurun nyeri tertentu, posisi tubuh, atau makanan yang
5) Kesulitan tidur mempengaruhi nyeri dapat membantu dalam
menurun Terapeutik merencanakan pengelolaan nyeri yang lebih efektif.
6) Frekuensi nadi 1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk 5. Untuk memahami pemahaman dan keyakinan
membaik mengurangu nyeri mereka tentang nyeri dapat membantu dalam
2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri merancang pendekatan perawatan yang sesuai.
(mis. suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan) 6. Memahami bagaimana budaya pasien
3. Fasilitasi istirahat dan tidur memengaruhi persepsi dan pengelolaan nyeri
sangat penting dalam memberikan perawatan yang
Edukasi sensitif secara budaya.
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri Terapeutik
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri 1. Untuk mengurangi nyeri tanpa menggunakan obat-
3. Anjurkan menggunakan analgesik secara tepat obatan, yang dapat memiliki efek samping.
2. Untuk membantu mengurangi stimulus yang dapat
Kolaborasi memperburuk nyeri.
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu 3. Untuk membantu tubuh dalam proses
penyembuhan dan mengurangi persepsi nyeri.
Edukasi
1. Memahami penyebab dan pemicu nyeri membantu
pasien mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat
memperburuk nyeri dan menghindarinya.
2. Untuk memungkinkan pasien untuk aktif dalam
mengelola nyeri mereka.
3. Memberikan panduan tentang penggunaan obat-
obatan analgesik, termasuk dosis dan efek samping
yang mungkin terjadi.

2. Setelah dilakukan I.09288 Manajemen Halusinasi


tindakan keperawatan 3 Observasi Observasi
x 24 jam maka persepsi 1. Monitor perilaku yang mengindikasi halusinasi 1. Untuk memahami sejauh mana halusinasi
sensori membaik dengan 2. Monitor dan sesuaikan tingkat aktivitas dan memengaruhi pasien.
kriteria hasil: stimulasi lingkungan 2. Untuk membantu mengurangi kecemasan atau
1) Verbalisasi 3. Monitor isi halusinasi ketegangan yang dapat memperburuk halusinasi.
mendengar 3. Memahami konten atau isi dari halusinasi yang
bisikan menurun Terapeutik dialami pasien dapat membantu dalam
2) Distorsi sensori 1. Pertahankan lingkungan yang aman merencanakan intervensi yang lebih tepat.
menurun 2. Lakukan tindakan keselamatan ketika tidak dapat
3) Perilaku mengontrol perilaku Terapeutik
halusinasi 3. Hindari perdebatan tentang validitas halusinasi 1. Untuk mencegah pasien dan orang lain dari cedera
menurun atau bahaya
4) Respons sesuai Edukasi 2. Untuk melindungi semua pihak yang terlibat.
stimulus 1. Anjurkan bicara pada orang yang dipercaya untuk 3. Lebih baik fokus pada mengelola dampak
membaik memberi dukungan dan umpan balik korektif halusinasi daripada mempertanyakan validitasnya.
5) Konsentrasi terhadap halusinasi
membaik 2. Anjurkan melakukan distraksi (mis. Edukasi
mendengarkan musik, melakukan aktivitas dan 1. Membantu meredakan ketegangan yang mungkin
teknik relaksasi) terkait dengan halusinasi.
2. Membantu mengalihkan perhatian pasien dari
Kolaborasi halusinasi dan mengurangi kecemasan yang
1. Kolaborasi pemberian obat antipsikotik dan mungkin terkait dengannya.
antiansietas, jika perlu
Kolaborasi
1. Untuk mengendalikan atau mengurangi intensitas
halusinasi.

3. Setelah dilakukan I.09326 Terapi Relaksasi


tindakan keperawatan 3 Observasi Observasi
x 24 jam maka status 1. Identifikasi penurunan tingkat energi, 1. Untuk memahami dampak stres atau kecemasan
kenyamanan meningkat ketidakmampuan berkonsentrasi, atau gejala lain pada kesejahteraan mental pasien dan mengukur
dengan kriteria hasil: yang mengganggu kemampuan kognitif efektivitas terapi relaksasi dalam mengatasi
1) Keluhan tidak 2. Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif masalah tersebut.
nyaman menurun digunakan 2. Membantu dalam merancang pendekatan yang
2) Gelisah menurun 3. Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan sesuai dan efektif.
3) Keluhan sulit darah, dan suhu sebelum dan sesudah latihan 3. Membantu dalam mengevaluasi keefektifan terapi.
tidur menurun
4) Lelah menurun Terapeutik Terapeutik
5) Postur tubuh 1. Ciptakan lingkungan tenang, dan tanpa gangguan 1. Membantu pasien fokus dan merasa lebih santai.
membaik dengan pencahayaan dan suhu ruang nyaman, 2. Membantu pasien memahami apa yang diharapkan
jika memungkinkan dari terapi relaksasi, prosedurnya, dan persiapan
2. Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan yang diperlukan. Ini membantu pasien merasa lebih
prosedur teknik relaksasi terlibat dalam perawatan mereka.
3. Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang 3. Untuk mengoptimalkan pengelolaan kondisi medis
dengan analgetik atau tindakan medis lain, jika
sesuai Edukasi
1. Membantu pasien mengerti mengapa mereka
Edukasi melakukan terapi ini dan apa yang diharapkan.
1. Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis 2. Membantu pasien untuk merasa rileks selama
relaksasi yang tersedia latihan relaksasi dan mengurangi ketidaknyamanan
2. Anjurkan mengambil posisi yang nyaman yang dapat mengganggu proses.
3. Anjurkan sering mengulangi atau melatih teknik 3. Membantu pasien merasakan manfaatnya dalam
yang dipilih jangka panjang.

4. Setelah dilakukan I.03117 Manajemen Mual


tindakan keperawatan 3 Observasi Observasi
x 24 jam maka tingkat 1. Identifikasi pengalaman mual 1. Untuk memahami pengalaman mual yang dialami
nausea menurun dengan 2. Identifikasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan 2. Melakukan pengamatan terhadap ekspresi wajah,
kriteria hasil: 3. Identifikasi mual terhadap kualitas hidup (mis. gerakan tubuh, dan tanda-tanda nonverbal lainnya
1) Keluhan mual nafsu makan, aktivitas, kinerja, tanggung jawab yang dapat mengindikasikan ketidaknyamanan
menurun peran, dan tidur) akibat mual, terutama jika pasien tidak dapat
2) Perasaan ingin 4. Identifikasi faktor penyebab mual (mis. mengungkapkannya secara verbal.
muntah menurun pengobatan dan prosedur) 3. Memahami dampak mual terhadap nafsu makan,
3) Perasaan asam di 5. Identifikasi antiemetik untuk mencegah mual aktivitas, kinerja, tanggung jawab peran, dan tidur
mulut menurun 6. Monitor mual (mis. frekuensi, durasi, dan tingkat pasien
4) Pucat membaik keparahan) 4. Untuk mengetahui faktor penyebab mual
7. Monitor asupan nutrisi dan kalori 5. Mencari tahu apakah pasien sudah diberikan
antiemetik
Terapeutik 6. Memantau frekuensi, durasi, dan tingkat keparahan
1. Kendalikan faktor lingkungan penyebab mual mual membantu dalam mengevaluasi efektivitas
(mis. bau tak sedap, suara, dan rangsangan visual perawatan yang diberikan.
yang tidak menyenangkan) 7. Memantau dampak mual terhadap status gizi pasien
2. Kurangi atau hilangkan keadaan penyebab mual
(mis. kecemasan, ketakutan, kelelahan) Terapeutik
3. Berikan makanan dalam jumlah kecil dan 1. Mengurangi atau menghilangkan stimulus
menarik lingkungan yang dapat memicu mual
4. Berikan makanan dingin, cairan bening, tidak 2. Membantu mengurangi mual.
berbau dan tidak berwarna, jika perlu 3. Memotivasi pasien untuk makan dan mengurangi
kemungkinan mual.
Edukasi 4. Lebih toleran terhadap perut yang sensitif dan
1. Anjurkan istirahat dan tidur yang cukup dapat membantu mengurangi gejala mual.
2. Anjurkan sering membersihkan mulut, kecuali
jika merangsang mual Edukasi
3. Anjurkan makanan tinggi karbohidrat dan rendah 1. Membantu dalam memulihkan energi dan
lemak mengurangi ketidaknyamanan yang mungkin
disebabkan oleh kelelahan.
Kolaborasi 2. Menjaga kenyamanan dan mencegah rasa tidak
1. Kolaborasi pemberian antiemetik, jika perlu enak yang dapat menyebabkan mual.
3. Lebih mudah dicerna dan dapat membantu
mengurangi gejala mual.

Kolaborasi
1. Mengurangi mual

5. Setelah dilakukan I.05178 Manajemen Energi


tindakan keperawatan 3 Observasi Observasi
x 24 jam maka toleransi 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang 1. Untuk mengidentifikasi kondisi medis atau faktor-
aktivitas meningkat mengakibatkan kelelahan faktor lain yang dapat menjadi penyebab utama
dengan kriteria hasil: 2. Monitor pola dan jam tidur kelelahan pasien.
1) Frekuensi nadi 3. Monitor kelelahan fisik dan emosional 2. Membantu dalam mengidentifikasi masalah tidur
meningkat yang mungkin berkontribusi pada kelelahan
2) Kemudahan Terapeutik 3. Membantu dalam menilai tingkat keparahan serta
dalam melakukan 1. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah dampaknya pada kualitas hidup pasien.
aktivitas sehari- stimulus
hari meningkat 2. Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau Terapeutik
3) Keluhan lelah aktif 1. Membantu pasien merasa lebih santai dan dapat
menurun 3. Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan membantu mengurangi kelelahan.
4) Dispnea saat 4. Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak 2. Membantu menjaga mobilitas pasien dan
aktivitas menurun dapat berpindah atau berjalan mengurangi kelelahan otot
5) Tekanan darah 3. Membantu mengalihkan perhatian pasien dari
membaik Edukasi kelelahan dan stres.
1. Anjurkan tirah baring 4. Membantu menjaga mobilitas dan mengurangi
2. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap risiko tekanan sirkulasi.

Kolaborasi Edukasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara 1. Untuk memulihkan energi dan mengatasi
meningkatkan asupan makanan kelelahan.
2. Membantu mereka memulihkan kekuatan dan
stamina tanpa memicu kelelahan yang lebih besar.

Kolaborasi
1. Membantu dalam merancang diet yang sesuai
untuk mengatasi kelelahan dan memenuhi
kebutuhan nutrisi pasien.

6. Setelah dilakukan I.0265 Dukungan Tidur


tindakan keperawatan 3 Observasi Observasi
x 24 jam maka pola tidur 1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur 1. Membantu dalam menilai apakah ada masalah
membaik dengan kriteria 2. Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik dengan pola tidur yang dapat diperbaiki.
hasil: dan/atau psikologis) 2. Seperti nyeri fisik, kecemasan, atau gangguan
1) Keluhan sulit 3. Identifikasi makanan dan minuman yang pernapasan adalah langkah awal dalam mengatasi
tidur menurun mengganggu tidur (mis. kopi, teh, alkohol, masalah tidur.
2) Keluhan sering makanan mendekati waktu tidur, minum banyak 3. Membantu pasien untuk membuat perubahan pada
terjaga menurun air sebelum tidur) pola makan mereka sebelum tidur.
3) Keluhan tidak 4. Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi 4. Membantu dalam memahami peran obat-obatan
puas tidur dalam pola tidur pasien.
menurun Terapeutik
4) Keluhan pola 1. Modifikasi lingkungan (mis. pencahayaan, Terapeutik
tidur berubah kebisingan, suhu, matras, dan tempat tidur) 1. Menciptakan kondisi yang lebih nyaman untuk
menurun 2. Batasi waktu tidur siang, jika perlu tidur
5) Keluhan istirahat 3. Fasilitasi menghilangkan stres sebelum tidur 2. Tidur siang yang berlebihan dapat mengganggu
tidak cukup 4. Tetapkan jadwal tidur rutin tidur malam dan menciptakan siklus tidur yang
menurun 5. Lakukan prosedur untuk meningkatkan tidak seimbang.
6) Kemampuan kenyamanan (mis. pijat, pengaturan posisi, terapi 3. Membantu pasien meredakan stres dan kecemasan
beraktivitas akupresur) yang dapat mengganggu tidur.
meningkat 4. Membantu tubuh beradaptasi dengan pola tidur
Edukasi yang teratur dan membantu mengatur ritme
1. Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit sirkadian.
2. Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur 5. Membantu mengurangi ketegangan otot dan
3. Anjurkan menghindari makanan/minuman yang menciptakan perasaan relaksasi yang
mengganggu tidur mempromosikan tidur yang nyenyak.
4. Ajarkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap
gangguan pola tidur (mis. psikologis, gaya hidup, Edukasi
sering berubah shift bekerja) 1. Memberikan pemahaman kepada pasien tentang
pentingnya tidur yang cukup dalam proses
penyembuhan dan pemulihan tubuh.
2. Membantu mengatur ritme sirkadian dan
menciptakan pola tidur yang sehat.
3. Membantu pasien membuat perubahan dalam pola
makan mereka sebelum tidur
4. Membantu pasien mengidentifikasi dan mengatasi
masalah tidur mereka.
5) Nursing Care Plan

No Nursing Diagnosis Desired Outcome Nursing Interventions Rationale

1 Risk for Falls The patient will 1. Examine the patient’s history of vertigo, 1. This evaluation aids in the
related to impaired follow adequate safety dizziness, other neurological diseases, identification of functional disorders
balance, precautions, avoid medication, and sensory impairments that cause vertigo. Proper treatment,
lightheadedness, injury, and reduce the 2. Provide an emergency light that is easily care, and fall precautions are
and migraine risk of falling accessible to the patient. Encourage the patient required for the patient’s safety.
headaches to seek medical attention. Furthermore, a detailed medical
secondary to 3. Give the patient a fall risk wristband to warn history is required to determine
vertigo other healthcare professionals of the patient’s beneficial interventions.
strong tendency or risk of falling. 2. Vertigo may impair the patient’s
4. Ensure that the patient’s environment is clean ability to navigate his environment.
and safe. The bed should have protective covers Therefore, this emergency light
or cushions would be highly beneficial to the
5. Encourage the patient to have adequate bed rest patient.
and enough sleep 3. This intervention enables other
6. Maintain the patient’s bed in the lowest healthcare providers to identify
position, adjacent to the floor. patients who are more likely to fall
and suffer injury. The fall risk
wristband will also be beneficial
especially if the patient has
communication difficulties, as it will
serve as a reminder for the
healthcare team.
4. The cushions are designed to protect
the patient against damage from
accidental hitting or bumping. This
method also reduces the possibility
of falls, trauma, and other injuries.
5. Adequate bed rest and enough sleep
can help relieve vestibular vertigo.
6. This intervention is a standard fall
preventative measure that ensures
the patient’s safety and protects
them from further injuries caused by
falls.

2 Risk for Injury


related to dizziness
and loss of balance
secondary to
vertigo.

3. Impaired
Adjustment
related to vertigo
secondary to
Meniere’s disease
as evidenced by
ringing in the ears
(tinnitus),
diaphoresis, and
recurrent episodes
of nausea

4. Impaired Physical
Mobility related to
headache and
lightheadedness
secondary to
vertigo as
evidenced by loss
of balance and
inability to move
purposefully
within the physical
environment,
including bed
mobility, transfers,
and ambulation.

5. Impaired Transfer
Ability related to
dizziness,
perceptual
impairment, and
postural instability
when performing
ADLs secondary to
vertigo as
evidenced by loss
of balance, nausea,
headache, and loss
of hearing.

Anda mungkin juga menyukai