Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN VERTIGO

DISUSUN OLEH :

NI MADE MEZHA ANINDYA PRABHASWARI (213221289)

KELAS B14-B

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA PPNI BALI


PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN 2022
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN VERTIGO
I. Konsep Dasar Vertigo
A. DEFINISI
Vertigo adalah perasaan seolah-olah penderita bergerak atau berputar, atau seolah-olah
benda di sekitar penderita bergerak atau berputar, yang biasanya disertai dengan mual dan
kehilangan keseimbangan. Vertigo bisa berlangsung hanya beberapa saat atau bisa berlanjut
sampai beberapa jam bahkan hari. Penderita kadang merasa lebih baik jika berbaring diam,
tetapi vertigo bisa terus berlanjut meskipun penderita tidak bergerak sama sekali (Israr, 2008).
Vertigo adalah keadaan pusing yang dirasakan luar biasa. Seseorang yang menderita
vertigo merasakan sekelilingnya seolah-olah berputar, ini disebabkan oleh gangguan
keseimbangan yang berpusat di area labirin atau rumah siput di daerah telinga. Perasaan
tersebut kadang disertai dengan rasa mual dan ingin muntah, bahkan penderita merasa tak
mampu berdiri dan kadang terjatuh karena masalah keseimbangan. Keseimbangan tubuh
dikendalikan oleh otak kecil yang mendapat informasi mengenai posisi tubuh dari organ
keseimbangan di telinga tengah dan mata. Vertigo biasanya timbul akibat gangguan telinga
tengah dan dalam atau gangguan penglihatan (Putranta, 2005) Vertigo adalah sensasi atau
perasaan yang mempengaruhi orientasi ruang dan mungkin dapat didefinisikan sebagai suatu
ilusi gerakan. Keluhan ini merupakan gejala yang sifatnya subyektif dan karenanya sulit dinilai.
Walupun pengobatan sebaiknya langsung pada penyebab yang mendasari penyebab atau
kelainannya, asal atau penyebab vertigo sering tidak diketahui ataupun tidak mungkin diobati
(CDK, 2009)
B. KLASIFIKASI VERTIGO
Vertigo diklasifikasikan menjadi dua kategori berdasarkan saluran vestibular yang
mengalami kerusakan, yaitu :
1. Vertigo Periferal
Vertigo periferal terjadi jika terdapat gangguan di saluran yang disebut kanalis
semisirkularis, yaitu telinga bagian tengah yang bertugas mengontrol keseimbangan.
Gangguan kesehatan yang berhubungan dengan vertigo periferal antara lain penyakit-penyakit
seperti benign parozysmal positional vertigo (gangguan akibat kesalahan pengiriman pesan),
penyakit meniere (gangguan keseimbangan yang sering kali menyebabkan hilang
pendengaran), vestibular neuritis (peradangan pada sel-sel saraf keseimbangan), dan
labyrinthitis (radang di bagian dalam pendengaran).
2. Vertigo Sentral
Saluran vestibular adalah salah satu organ bagian dalam telinga yang senantiasa
mengirimkan informasi tentang posisi tubuh ke otak untuk menjaga keseimbangan. Vertigo
sentral terjadi jika ada sesuatu yang tidak normal di dalam otak, khususnya di bagian saraf
keseimbangan, yaitu daerah percabangan otak dan serebelum (otak kecil).
C. ETIOLOGI VERTIGO
Tubuh merasakan posisi dan mengendalikan keseimbangan melalui organ
keseimbangan yang terdapat di telinga bagian dalam. Organ ini memiliki saraf yang
berhubungan dengan area tertentu di otak. Vertigo bisa disebabkan oleh kelainan di dalam
telinga, di dalam saraf yang menghubungkan telinga dengan otak dan di dalam otaknya sendiri.
Vertigo juga bisa berhubungan dengan kelainan penglihatan atau perubahan tekanan darah
yang terjadi secara tibatiba. Menurut Israr, 2008. Penyebab umum dari vertigo:
1. Keadaan lingkungan
a. Motion sickness (mabuk darat, mabuk laut)
2. Obat-obatan
a. Alkohol
b. Gentamisin
3. Kelainan sirkulasi
a. Transient ischemic attack (gangguan fungsi otak sementara karena
berkurangnya aliran darah ke salah satu bagian otak) pada arteri vertebral dan
arteri basiler
4. Kelainan di telinga
a. Endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis di dalam telinga
bagian dalam (menyebabkan benign paroxysmal positional vertigo)
b. Infeksi telinga bagian dalam karena bakteri
c. Herpes zoster
d. Labirintitis (infeksi labirin di dalam telinga)
e. Peradangan saraf vestibuler
f. Penyakit Meniere
5. Kelainan neurologis
a. Sklerosis multiple
b. Patah tulang tengkorak yang disertai cedera pada labirin, persarafannya atau
keduanya
c. Tumor otak
d. Tumor yang menekan saraf vestibularis.
D. PATOFISIOLOGI VERTIGO
Dalam kondisi fisiologi/ normal, informasi yang tiba dipusat integrasi alat
keseimbangan tubuh yang berasal dari resptor vestibular, visual dan propioseptik kanan dan
kiri akan diperbandingkan, jika semuanya sinkron dan wajar akan diproses lebih lanjut secara
wajar untuk direspon. Respon yang muncul beberapa penyesuaian dari otot-otot mata dan
penggerak tubuh dalam keadaan bergerak. Di samping itu orang menyadari posisi kepala dan
tubuhnya terhadap lingkungan sekitarnya. Tidak ada tanda dan gejala kegawatan (alarm
reaction) dalam bentuk vertigo dan gejala dari jaringan otonomik.
Namun jika kondisi tidak normal/ tidak fisiologis dari fungsi alat keseimbangan tubuh
dibagian tepi atau sentral maupun rangsangan gerakan yang aneh atau berlebihan, maka proses
pengolahan informasi yang wajar tidak berlangsung dan muncul tanda-tanda kegawatan dalam
bentuk vertigo dan gejala dari jaringan otonomik. Di samping itu respon penyesuaian otot-otot
menjadi tidak adekuat sehingga muncul gerakan abnormal dari mata disebut nistagnus.
Berdasarkan gejala klinisnya, vertigo dapat dibagi atas beberapa kelompok :
1. Vertigo paroksismal
Yaitu vertigo yang serangannya datang mendadak, berlangsung beberapa menit atau hari,
kemudian menghilang sempurna; tetapi suatu ketika serangan tersebut dapat muncul lagi.
2. Vertigo kronis
Yaitu vertigo yang menetap, keluhannya konstan tanpa serangan akut.
3. Vertigo yang serangannya mendadak/akut, kemudian berangsur-angsur mengurang

Pathway Vertigo

Defisit P engetahuan

MK : Nausea

Ny eri Akut/
Kronis Gangguan Pola
Gangguan Tidur
Komunikasi
Verbal Intoleransi
Aktivitas
F. MANIFESTASI KLINIS
Secara umum VERTIGO memiliki gejala perasaan berputar yang kadang kadang
disertai gejala sehubungan dengan reak dan lembab yaitu mual, muntah, rasa kepala berat,
nafsu makan turun, lelah, lidah pucat dengan selaput putih lengket, nadi lemah, puyeng
(dizziness), nyeri kepala, penglihatan kabur, tinitus, mulut pahit, mata merah, mudah
tersinggung, gelisah.
1) Vertigo Sentral
Gejala yang khas bagi gangguan di batang otak misalnya diplopia, paratesia,
perubahan serisibilitas dan fungsi motorik. Biasanya pasien mengeluh lemah, gangguan
koordinasi, kesulitan dalam gerak supinasi dan pronasi tanyanye secara berturut-turut
(dysdiadochokinesia), gangguan berjalan dan gangguan kaseimbangan. Percobaan
tunjuk hidung yaitu pasien disuruh menunjuk jari pemeriksa dan kemudian menunjuk
hidungnya maka akan dilakukan dengan buruk dan terlihat adanya ataksia. Namun pada
pasien dengan vertigo perifer dapat melakukan percobaan tunjuk hidung sacara normal.
Penyebab vaskuler labih sering ditemukan dan mencakup insufisiensi vaskuler
berulang, TIA dan strok. Contoh gangguan disentral (batang otak, serebelum) yang
dapat menyebabkan vertigo adalah iskemia batang otak, tumor difossa posterior,
migren basiler.
2) Vertigo perifer
Lamanya vertigo berlangsung:
a. Episode (Serangan ) vertigo yang berlangsung beberapa detik. Vertigo perifer
paling sering disebabkan oleh vertigo posisional berigna (VPB). Pencetusnya
adalah perubahan posisi kepala misalnya berguling sewaktu tidur atau menengadah
mengambil barang dirak yang lebih tinggi. Vertigo berlangsung beberapa detik
kemudian mereda. Penyebab vertigo posisional berigna adalah trauma kepala,
pembedahan ditelinga atau oleh neuronitis vestibular prognosisnya baik gejala
akan menghilang spontan.
b. Episode Vertigo yang berlangsung beberapa menit atau jam. Dapat dijumpai pada
penyakit meniere atau vestibulopati berulang. Penyakit meniere mempunyai trias
gejala yaitu ketajaman pendengaran menurun (tuli), vertigo dan tinitus. Usia
penderita biasanya 30-60 tahun pada permulaan munculnya penyakit. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan penurunaan pendengaran dan kesulitan dalam
berjalan “Tandem” dengan mata tertutup. Berjalan tandem yaitu berjalan dengan
telapak kaki lurus kedepan, jika menapak tumit kaki.
G. KOMPLIKASI
1) Stroke
2) Obstruksi peredaran darah dilabirin
3) Labirintitis (Viral, Bakterial)
4) Penyakit Meniere
5) Infeksi, Inflamasi
6) Tumor
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Pemeriksaan fisik :
a) Pemeriksaan mata
b) Pemeriksaan alat keseimbangan tubuh
c) Pemeriksaan neurologik
d) Pemeriksaan otologik
e) Pemeriksaan fisik umum.
2) Pemeriksaan khusus :
a) ENG (Elektronistagmografi)
b) Audiometri dan BAEP
c) Psikiatrik
3) Pemeriksaan tambahan :
a) Laboratorium
b) Radiologik dan Imaging
c) EEG, EMG, dan EKG.

I. PENATALAKSANAAN
a. Medis
Terapi farmokologi dapat berupa terapi spesifik misalnya pemberian anti biotika dan
terapi simtomatik. Nistagmus perifer pada neurinitis vestibuler lebih meningkat bila
pandangan diarahkan menjauhi telinga yang terkena dan nigtagmus akan berkurang jika
dilakukan fiksasi visual pada suatu tempat atau benda.
b. Keperawatan
1) Vertigo posisional Benigna (VPB)
a) Latihan
Latihan posisional dapat membantu mempercepat remisi pada sebagian besar
penderita VPB. Latihan ini dilakukan pada pagi hari dan merupakan kagiatan
yang pertama pada hari itu. Penderita duduk dipinggir tempat tidur,
kemudian ia merebahkan dirinya pada posisinya untuk membangkitkan
vertigo posisionalnya. Setelah vertigo mereda ia kembali keposisi duduk
\semula. Gerakan ini diulang kembali sampai vertigo melemah atau mereda.
Biasanya sampai 2 atau 3 kali sehari, tiap hari sampai tidak didapatkan lagi
respon vertigo.
b) Obat-obatan obat anti vertigo seperti miklisin, betahistin atau fenergen dapat
digunakan sebagai terapi simtomatis sewaktu melakukan latihan atau jika
muncul eksaserbasi atau serangan akut. Obat ini menekan rasa enek (nausea)
dan rasa pusing. Namun ada penderita yang merasa efek samping obat lebih
buruk dari vertigonya sendiri. Jika dokter menyakinkan pasien bahwa
kelainan ini tidak berbahaya dan dapat mereda sendiri maka dengan
membatasi perubahan posisi kepala dapat mengurangi gangguan.
c) Terapi Komplementer
Terapi komplementer dapat dilakukan untuk mengatasi masalah-
masalah atau gejala yang muncul pada pasien vertigo. Terapi nonfarmakologi
dilakukan dengan cara pengaturan diet, dukungan emosional dan akupresure
(Runiari dan Imaningrum,2012). Terapi non farmakologi merupakan jenis
terapi komplementer yang dapat digunakan sebagai intervensi untuk
mengatasi mual diantaranya : akupresur, akupuntur, relaksasi dan terapi
(Apriany, 2010). Akupresure merupakan perkembangan terapi pijat yang
berlangsung seiring dengan perkembangan ilmu akupuntur karena teknik
pijat akupresure adalah turunan dari ilmu akupuntur.
Teknik dalam terapi ini menggunakan jari tangan sebagai pengganti
jarum tetapi dilakukan pada titik-titik yang sama seperti yang digunakan pada
terapi akupuntur (Hartono, 2012). Menurut penelitian yang dilakukan oleh
Meiri & Kibas, 2018 menyatakan pemijatan pada titik ST 36 (Zusanli) dan
SP 4 (Gong Sun) dan PC 6 (Nei Guan) dapat mengatasi mual muntah pada
wanita hamil. Sedangkan penelitian yang dilakukan Rukayah (2013) pada
titik ST 36 (Zusanli) dan PC 6 (Nei guan) dapat menurunkan mual muntah
akibat kemoterapi pada anak usia sekolah yang mengalami kanker.
Akupresure pada pasien vertigo memiliki efek samping yang sedikit,
sehingga saat setelah melakukan akupresure tidak merasakan efek yang
negative di dalam tubuh. Setelah mendapatkan terapi akupresure pasien
merasa rileks dan nyaman pasien dapat mengatasi vertigo yang disebabkan
oleh hilangnya gangguan keseimbangan tubuh dan merasakan perubahan
yang baik. Menurut Arya et al (2021) Titik GB 20, LI 4, ST 36, SP 6, GV 20,
EX HN 3 dapat membantu mengurangi nyeri yang dirasakan pada pasien
vertigo dengan manfaat sebagai berikut :
Titik Indikasi Titik Indikasi
Akupresure Akupresure
GV 20 mengatasi nyeri LI 4 mengeluarkan
(Baihui) kepala dan (Hegu) panas dan mengusir
mengembalikan angin
kesadaran
meningkatkan
fungsi otak
EX HN 3 mengatasi sakit PC 6 mengatur sirkulasi
(Yintang) kepala, mengurangi (Nei Guan) Qi, mengatur fungsi
kelelahan mata lambung,
menenangkan
jantung dan pikiran
GB 20 untuk mengatasi ST 36 menghilangkan
(Fengchi) sakit pada kepala (Zuzanli) penyumbatan
yang disebabkan meridian,
oleh pusing, vertigo memperkuat daya
tahan tubuh,
meningkatkan
fungsi limpa
lambung
II. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan pasien pada saat dilakukan pengkajian.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit. Pada pasien vertigo
tanyakan adakah pengaruh sikap atau perubahan sikap terhadap munculnya vertigo, posisi
mana yang dapat memicu vertigo.
3. Riwayat kesehatan yang lalu
Adakah riwayat trauma kepala, penyakit infeksi dan inflamasi dan penyakit tumor otak.
Riwayat penggunaan obat vestibulotoksik missal antibiotik, aminoglikosid, antikonvulsan dan
salisilat.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah riwayat penyakit yang sama diderita oleh anggota keluarga lain atau riwayat
penyakit lain baik
5. Aktivitas / Istirahat
a) Letih, lemah, malaise
b) Keterbatasan gerak
c) Ketegangan mata, kesulitan membaca
d) Insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala.
e) Sakit kepala yang hebat saat perubahan postur tubuh, aktivitas (kerja) atau karena
perubahan cuaca. 6. Sirkulasi
f) Riwayat hypertensi
g) Denyutan vaskuler, misal daerah temporal.
h) Pucat, wajah tampak kemerahan.
7. Integritas Ego
a) Faktor-faktor stress emosional/lingkungan tertentu
b) Perubahan ketidakmampuan, keputusasaan, ketidakberdayaan depresi
c) Kekhawatiran, ansietas, peka rangsangan selama sakit kepala
d) Mekanisme refresif/dekensif (sakit kepala kronik).
8. Makanan dan cairan
a) Makanan yang tinggi vasorektiknya misalnya kafein, coklat, bawang,keju, alkohol,
anggur, daging, tomat, makan berlemak, jeruk, saus,hotdog, MSG (pada migrain).
b) Mual/muntah, anoreksia (selama nyeri)
c) Penurunan berat badan.
9. Neurosensoris
a) Pening, disorientasi (selama sakit kepala)
b) Riwayat kejang, cedera kepala yang baru terjadi, trauma, stroke.
c) Aura ; fasialis, olfaktorius, tinitus.
d) Perubahan visual, sensitif terhadap cahaya/suara yang keras, epitaksis.
e) Parastesia, kelemahan progresif/paralysis satu sisi tempore
f) Perubahan pada pola bicara/pola pikir
g) Mudah terangsang, peka terhadap stimulus.
h) Penurunan refleks tendon dalam
i) Papiledema.
10. Nyeri/ kenyamanan
a) Karakteristik nyeri tergantung pada jenis sakit kepala, misal migrain,ketegangan otot,
cluster, tumor otak, pascatrauma, sinusitis.
b) Nyeri, kemerahan, pucat pada daerah wajah.
c) Fokus menyempit
d) Fokus pada diri sendiri
e) Respon emosional / perilaku tak terarah seperti menangis, gelisah.
f) Otot-otot daerah leher juga menegang, frigiditas vokal.

11. Keamanan
a) Riwayat alergi atau reaksi alergi
b) Demam (sakit kepala)
c) Gangguan cara berjalan, parastesia, paralisis
d) Drainase nasal purulent (sakit kepala pada gangguan sinus).
12. Interaksi sosial
a) Perubahan dalam tanggung jawab/peran interaksi sosial yang berhubungan dengan
penyakit.
13. Penyuluhan / pembelajaran
a) Riwayat hypertensi, migrain, stroke, penyakit pada keluarga
b) Penggunaan alcohol/obat lain termasuk kafein. Kontrasepsioral/hormone, menopause.
14. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Pemeriksaan Persistem
a. Sistem persepsi sensori
Adakah rasa tidak stabil, disrientasi, osilopsia yaitu suatu ilusi bahwa benda yang
diam tampak bergerak maju mundur.
b. Sistem Persarafan
Adakah nistagmus berdasarkan beberapa pemeriksaan baik manual maupun dengan
alat.
c. Sistem Pernafasan
Adakah gangguan pernafasan.
d. Sistem Kardiovaskuler
Adakah terjadi gangguan jantung.
e. Sistem Gastrointestinal
Adakah Nausea dan muntah
f. Sistem integument
g. Sistem Reproduksi
h. Sistem Perkemihan
15. Pola Fungsi Kesehatan
1) Persepsi kesehatan
Menggambarkan persepsi, pemeliharaan dan penanganan kesehatan. Persepsi
terhadap arti kesehatan, dan piñata laksanaan kesehatan, kemampuan menyusun
tujuan, pengetahuan tentang praktik kesehatan.
2) Pola nutrisi/metabolic
Menggambarkan intake makanan, keseimbangan cairan dan elektrolit, nafsu makan,
pola makan, diet, fluktuasi BB dalam 6 bulan terakhir, kesulitan menelan, mual /
muntah, kebutuhan jumlah zat gizi, masalah / penyembuhan kulit, makanan kesukaan.
3) Pola eliminasi
Mengkaji pola BAB dan BAK sebelum dan selama sakit, mencatat konsistensi, warna,
bau, dan berapa kali sehari, konstipasi.
4) Pola perceptual/kognitif
Menggambarkan pola pendengaran, penglihatan, pengecap, taktil, penciuman,
persepsi nyeri, bahasa, memori dan pengambilan keputusan.
5) Pola aktivitas/latihan
Menggambarkan pola aktivitas dan latihan, fungsi pernafasan dan sirkulasi, reaksi
setelah beraktivitas (muncul keringat dingin, kelelahan atau keletihan), perubahan
pola nafas setelah aktifitas, kemampuan pasien dalam aktivitas secara mandiri.
6) Pola istirahat tidur
Menggambarkan pola tidur-istirahat seperti berapa jam sehari, terbiasa tidur siang,
gangguan selama tidur (sering terbangun), nyenyak, nyaman.
7) Pola konsep diri
Menggambarkan sikap terhadap diri dan persepsi terhadap kemampuan,har ga
diri,gambaran diri dan perasaan terhadap diri sendiri.
8) Pola peran-hubungan
Menggambarkan keefektifan hubungan dan peran dengan keluarga-lainnya.
9) Pola mekanisme/koping
Menggambarkan kemampuan untuk menangani stres dan menggunakan sistem
pendukung.
10) Pola kesehatan reproduksi
Menggambarkan kepuasan/masalah dalam seksualitas-reproduksi.
11) Pola nilai kepercayaan/kenyakinan
Menggambarkan spiritualitas, nilai, sistem kepercayaan dan tujuan dalam hidup.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis
2. Nyeri kronis b.d Ketidakseimbangan neurotransmiter, neuromodulator, dan reseptor
3. Nausea b.d peningkatan tekanan intrkranial
4. Gangguan Pola Tidur b.d hambatan lingkungan
5. Gangguan komunikasi verbal b.d gangguan neuromuskuler
6. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan
7. Defisit Pengetahuan b.d kurang terpapar informasi
C. Intervensi Keperawatan
No. Dx Kep Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1 Nyeri akut b.d agen Setelah diberikan asuhan Manajemen Nyeri
pencedera keperawatan selama .... x.... Observasi
fisiologis jam diharapakan tingkat nyeri 1. Identifikasi lokasi,
menurun dengan kriteria hasil : karakteristik, durasi,
a. Keluhan nyeri menurun frekuensi, kualitas, intensitas
b. Meringis menurun nyeri
c. Sikap protektif menurun 2. Identifikasi skala nyeri
d. Gelisah menurun
e. Frekuensi nadi membaik 3. Identifikasi faktor yang
f. Pola tidur membaik memperberat dan
memperingan nyeri
4. Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan
Terapeutik
1. Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
yaitu akupresure pada
titik GB 20, LI 4, ST 36,
SP 6, GV 20, EX HN 3
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis. suhu ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
Edukasi
1. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
2. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2 Nyeri kronis b.d Setelah diberikan asuhan Manajemen Nyeri
Ketidakseimbangan keperawatan selama .... x.... Observasi
neurotransmiter, jam diharapakan tingkat nyeri 1. Identifikasi lokasi,
neuromodulator, menurun dengan kriteria hasil : karakteristik, durasi,
dan reseptor a. Keluhan nyeri menurun frekuensi, kualitas, intensitas
b. Meringis menurun nyeri
c. Sikap protektif menurun 2. Identifikasi skala nyeri
d. Gelisah menurun 3. Identifikasi faktor yang
e. Frekuensi nadi membaik memperberat dan
f. Pola tidur membaik memperingan nyeri
g. 4. Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan
Terapeutik
1. Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri yaitu
akupresure pada titik
akupresure pada titik GB
20, LI 4, ST 36, SP 6, GV
20, EX HN 3
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis. suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
Edukasi
1. Anjurkan menggunaka n
analgetik secara tepat
2. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
3 Nausea b.d Setelah diberikan asuhan Manajemen Mual
peningkatan keperawatan selama ... x .... jam Observasi
tekanan intrkranial diharapkan tingkat nausea 1. Identifikasi faktor penyebab
menurun dengan kriteria hasil : mual
1. Keluhan mual menurun 2. Monitor mual
2. Perasaan mual menurun Terapeutik
1. Berikan makan dalam
jumlah kecil dan menarik
Edukasi
1. Anjurkan istirahat dan tidur
yang cukup
2. Ajarkan penggunaan teknik
non farmakologis untuk
mengatasi mual yaitu
akupresure pada titik ST 36,
SP 4, PC 6
4 Gangguan Pola Setelah diberikan asuhan Dukungan Tidur
Tidur b.d hambatan keperawatan selama .... x .... Observasi
lingkungan jam diharapkan pola tidur 1. Identifikasi pola aktivitas
membaik dengan kriteria hasil : dan tidur
1. Keluhan sulit tidur menurun 2. Identifikasi faktor
2. Keluhan sering terjaga penganggu tidur
menurun 3. Identifikasi makanan dan
3. Keluhan pola tidur berubah minuman yang
menurun mengganggu tidur
4. Identifikasi obat tidur yang
dikonsumsi
Terapeutik
1. Modifikasi lingkungan
(mis. pencahayaan,
kebisingan, suhu, matras,
dan tempat tidur)
2. Tetapkan jadwal tidur rutin
3. Lakukan prosedur untuk
meningkatkan kenyamanan
Edukasi
1. Jelaskan pentingnya tidur
yang cukup selama sakit
2. Anjurkan menepati
kebiasaan waktu tidur
5 Gangguan Setelah diberikan asuhan Promosi Komunikasi:
komunikasi verbal keperawatan selama ... x... jam Defisit Bicara
b.d gangguan diharapkan komunikasi verbal Observasi
neuromuskuler meningkat dengan kriteria hasil 1. Monitor kecepatan,
: tekanan, kuantitas,
1. Kemampuan berbicara volume dasn diksi bicara
meningkat 2. Monitor proses kognitif,
2. Kemampuan anatomis, dan fisiologis
mendengar meningkat yang berkaitan dengan
3. Kesesuaian ekspresi bicara
wajah/tubuh meningkat 3. Monitor frustrasi, marah,
4. Respon perilaku depresi atau hal lain yang
membaik menganggu bicara
4. Identifikasi prilaku
emosional dan fisik
sebagai bentuk
komunikasi
Terapeutik
1. Gunakan metode
Komunikasi alternative
(mis: menulis, berkedip,
papan Komunikasi
dengan gambar dan
huruf, isyarat tangan, dan
computer)
2. Sesuaikan gaya
Komunikasi dengan
kebutuhan (mis: berdiri
di depan pasien,
dengarkan dengan
seksama, tunjukkan satu
gagasan atau pemikiran
sekaligus)
3. Modifikasi lingkungan
untuk meminimalkan
bantuan
4. Ulangi apa yang
disampaikan pasien
5. Berikan dukungan
psikologis
6. Gunakan juru bicara, jika
perlu
Edukasi
1. Anjurkan berbicara
perlahan
2. Ajarkan pasien dan
keluarga proses kognitif,
anatomis dan fisiologis
yang berhubungan
dengan kemampuan
berbicara
Kolaborasi
1. Rujuk ke ahli patologi
bicara atau terapis
6 Intoleransi Setelah diberikan asuhan Manajemen Energi
Aktivitas b.d keperawatan selama ... x... jam Observasi
kelemahan diharapkan toleransi aktivitas
1. Identifkasi gangguan fungsi
pasien meningkat dengan
tubuh yang mengakibatkan
kriteria hasil :
kelelahan
1. Kemudahan dalam
2. Monitor kelelahan fisik dan
melakukan aktvitas
emosional
sehari-hari meningkat
3. Monitor pola dan jam tidur
2. Keluhan lelah menurun
3. Perasaan lemah menurun
4. Monitor lokasi dan
ketidaknyamanan selama
melakukan aktivitas
Terapeutik
1. Sediakan lingkungan
nyaman dan rendah
stimulus (mis. cahaya,
suara, kunjungan)
2. Berikan aktivitas distraksi
yang menyenangkan
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
3. Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak
berkurang
4. Ajarkan strategi koping
untuk mengurangi
kelelahan
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan

7 Defisit Setelah diberikan asuhan Edukasi Kesehatan


pengetahuan b.d keperawatan selama ... x... jam Observasi
kurang terpapar diharapkan tingkat 1. Identifikasi kesiapan dan
informasi pengetahuan pasien meningkat kemampuan menerima
dengan kriteria hasil : informasi
1. Perilaku sesuai anjuran 2. Identifikasi faktor-faktor
meningkat yang dapat meningkatkan dan
2. Verbalisasi minat menurunkan motivasi
dalam belajar perilaku hidup bersih dan
meningkat sehat
3. Kemampuan Terapeutik
menjelaskan 1. Sediakan materi dan media
pengetahuan tentang pendidikan kesehatan
suatu topik meningkat 2. Jadwalkan pendidikan
4. Perilaku sesuai kesehatan sesuai
pengetahuan meningkat kesepakatan
5. Pertanyaan tentang 3. Berikan kesempatan untuk
masalah yang dihadapi bertanya
menurun Edukasi
6. Persepsi keliru terhadap Jelaskan faktor risiko yang dapat
masalah menurun mempengaruhi kesehatan

D. Implementasi Keperawatan
Pada proses keperawatan, implementasi adalah salah satu fase ketika perawat
mengimplementasikan intervensi keperawatan. Perawat melaksanakan atau mendelegasikan
tindakan keperawatan untuk intervensi yang disusun dalam tahap perencanaan dan kemudian
mengakhiri tahap implementasi dengan mencatat tindakan keperawatan dan respon klien
terhadap tindakan tersebut. Tindakan keperawatan merupakan perilaku atau aktivitas spesifik
yang dikerjakan oleh perawat untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan. Pada
proses implementasi biasanya mencakup yaitu mengkaji kembali pasien, menentukan
kebutuhan perawat terhadap bantuan, mengimplementasikan intevensi keperawatan,
melakukan supervisi terhadap asuhan yang didelegasikan, dan mendokumentasikan tindak
keperawatan. Setelah melaksanakan tindakan keperawatan perawat menyelesaikan fase
implementasi dengan mencatat intervensi dan respons klien dalam catatan kemajuan
keperawatan (Kozier et al., 2010).

E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah fase kelima dan fase terakhir proses keperawatan. Evaluasi adalah
aktivitas yang direncanakan, berkelanjutan, dan terarah ketika klien dan profesional kesehatan
menentukan kemajuan klien menuju pencapaian tujuan/hasil dan keefektifan rencana asuhan
keperawatan. Evaluasi merupakan aspek penting proses keperawatan karena kesimpulan yang
ditarik dari evaluasi menentukan apakah intervensi keperawatan harus diakhiri, dilanjutkan,
atau diubah. Proses evaluasi keperawatan memiliki lima komponen antara lain megumpulkan
data yang berhubungan dengan hasil yang diharapkan, membandingkan data dengan hasil,
menghubungkan tindakan keperawatan dengan hasil, menarik kesimpulan tentang status
masalah, meanjutkan, memodifikasi, atau mengakhiri rencana asuhan keperawatan (Kozier et
al., 2010).

Evaluasi asuhan keperawatan didokumentasikan dalam bentuk SOAP (subjective,


objective, assesment, planning). Adapun komponen SOAP yaitu S (subjective) adalah
informasi berupa ungkapan yang didapat dari pasien setelah tindakan diberikan, O (objektive)
merupakan informasi yang didapat berupa hasil pengamatan, penilaian, pengukuran yang
dilakukan oleh perawat setelah tindakan dilakukan, A (assesment) yaitu membandingkan
antara informasi subjektif dan objektif dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah dirumuskan,
P (planing) adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan berdasarkan hasil analisa
(Dermawan, 2012).
DAFTAR PUSTAKA

Arya, M., Setiawati, O., Putu, A. A., Mediastari, A., Bagus, I., & Suta, P. (2021). Terapi
Akupunktur Untuk Mengatasi Vertigo. E-Jurnal WIdya Kesehatan, 3(1), 8–15.

Harmiati, H., Irwan, A. M., & Sjattar, E. L. (2018). Studi Literatur: Akupresur Titik P6 dalam
Mencegah dan Mengurangi Mual dan Muntah Postoperasi. Jurnal Kesehatan Manarang,
4(2), 75. https://doi.org/10.33490/jkm.v4i2.79
Kang L S,. Pengobatan Vertigo dengan Akupunktur, Cermin Dunia Kedokteran No. 144,
Jakarta, 2004.
Kozier, B., ERB, G., Berman, A., & Snyder, S. J. (2010). Buku Ajar Fundamental
Keperawatan : Konsep, Proses, & Praktik (7th ed.). Jakarta: EGC.
Lumban Tobing. S.M, 2003, Vertigo Tujuh Keliling, Jakarta : FK UI
Lynda Juall carpernito, Rencana Asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan,
Diagnosis Keperawatan dan Masalah Kolaboratif, ed. 2, EGC, Jakarta, 1999.
Marilynn E. Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian pasien, ed.3, EGC, Jakarta, 1999.
Meiri, E., & Kibas, N. (2018). Pengaruh Akupressure Pada Titik Nei Guan, Zu Sanli, dan
Gongsun terhadap Pengurangan Mual Muntah Pada Ibu Hamil Trimester 1. Jurnal
Medika Respati, 13(3), 7–12.
Perhimpunan Dokter Spesialis Syaraf Indonesia, 1998, Vertigo Patofisiologi, Diagnosis dan
Terapi, Malang:Perdossi
PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Indikator Diagnostik (1st ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, Tim Pokja SIKI DPP. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Tindakan Keperawatan (1st ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, Tim Pokja SLKI DPP. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan (1st ed.). Jakarta: DPP PPNI
Roza, R., Mulyadi, B., Nurdin, Y., & Mahathir, M. (2019). Pengaruh Pemberian Akupresur
oleh Anggota Keluarga terhadap Tingkat Nyeri Pasien Nyeri Kepala (Chephalgia) di Kota
Padang Panjang. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 19(3), 714.
https://doi.org/10.33087/jiubj.v19i3.772
ASUHAN KEPERAWATAN KOMPLEMENTER
PADA Tn. A DENGAN DIAGNOSA MEDIS VERTIGO
TANGGAL 05-08 JUNI 2022
1. Pengkajian
1.1 Identitas
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. A
Umur : 52 tahun
Agama : Hindu
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Kawin
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku Bangsa : Bali
Alamat : New Dalung No. 12, Br.Dama, Tibubeneng, Kuta Utara
Tanggal Masuk : 05 Juni 2022
Tanggal Pengkajian : 05 Juni 2022
No. Register : 009011
Diagnosa Medis : Vertigo
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. U
Umur : 50 tahun
Hub. Dengan Pasien : Istri
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : New Dalung No. 12, Br.Dama, Tibubeneng, Kuta Utara
2.1 Status Kesehatan
1. Status Kesehatan Saat Ini
a. Keluhan Utama (Saat MRS dan saat ini)
Pasien mengeluh pusing dan nyeri kepala
b. Alasan masuk rumah sakit dan perjalanan penyakit saat ini
Pasien diantar keluarga ke RS pada tanggal 05 Juni 2022 pukul 10.00 WITA
dengan keluhan pusing, kepala seperti berputar, mual, muntah 1 kali di rumah, dan
nyeri pada kepala dengan skala 3, nyeri dirasakan seperti tertindih, nyeri dirasakan
hilang timbul dan dirasakan saat stress ataupun kelelahan.
2. Status Kesehatan Masa Lalu
a. Penyakit yang pernah dialami
Pasien mengatakan dirinya memiliki riwayat vertigo sejak 2 tahun yag lalu
b. Pernah dirawat
Pasien dan keluarga mengatakan bahwa pasien pernah rawat inap di RS Puri
Raharja karena vertigo 1 tahun yang lalu
c. Alergi
Pasien mengatakan tidak memiliki alergi terhadap makanan dan obat-obatan.
d. Kebiasaan (merokok/kopi/alkohol dll)
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien memiliki kebiasaan minum kopi 1
cangkir di pagi hari dan sore hari.
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien dan keluarga mengatakan di keluarga ada ibu pasien yang menderita vertigo
4. Diagnosa Medis dan therapy
a. Diagnosa Medis : Vertigo
b. Therapy :
1) IVFD NaCL 0,9% 20 tpm
2) Dipenhidramine 2 x20 mg (IV)
3) Paracetamol 2 x 1000mg (IV)
4) Diazepam 2 x 2mg (PO)
5) Betahistine 2 x 12 mg (PO)

3.1 Pola Kebutuhan Dasar (Data Bio-Psiko-Sosio-Kultural-Spiritual)


1. Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan
Pasien mengatakan dirinya mengetahui bahwa menderita penyakit vertigo, dan biasa
meminum obat apabila sudah dirasakan pusing dan kambuh. Pasien juga mengetahui
bahwa harus menghindari stres dan kelelahan dikarenakan dapat menyebabkan vertigo
kambuh. Pasien mengatakan akan berobat ke fasilitas kesehatan apabila diarasakan
vertigo memberat.
2. Pola Nutrisi-Metabolik
a. Sebelum sakit:
Sebelum dibawa ke RS, pasien biasa makan 3-4 kali sehari dengan waktu menurut
selera pasien. Komposisi makanan yang dikonsumsinya : nasi, lauk, sayur. Pasien
mampu menghabiskan satu piring makan (porsi sedang) dan minum 6-7 gelas air
putih per hari dan kopi 1 cangkir di pagi hari, tinggi badan 165 cm berat badan 70
kg, pasien dapat makan sendiri tanpa disuapi.
b. Saat sakit:
Saat pengkajian, pasien mengatakan tadi pagi sekitar pukul 08.30 makan 1 kali
porsi sedikit dengan komposisi makanan yang dikonsumsinya : nasi, lauk, sayur
dan minum air sekitar 2 gelas.
3. Pola Eliminasi
a. BAB
1) Sebelum sakit:
Pasien mengatakan biasanya BAB 1-2 kali sehari, dengan konsistensi feses
lembek berwarna kuning kecoklatan.
2) Saat sakit:
Saat pengkajian pasien mengatakan belum BAB pada hari ini.
b. BAK
1) Sebelum sakit:
Pasien mengatakan biasanya BAK sekitar 5-6 kali sehari, dengan warna urine
kuning jernih.
2) Saat sakit:
Saat pengkajian pasien mengatakan BAK 2 kali pada hari ini dengan warna
urine kuning jernih.
4. Pola Aktivitas dan Latihan
a. Aktivitas
Tabel 1 Aktivitas
Kemampuan
0 1 2 3 4
Perawatan Diri
Makan dan minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Berpindah √
Keterangan :
0: Mandiri,
1: Alat bantu,
2: Dibantu orang lain,
3: Dibantu orang lain dan alat,
4: Tergantung total.

b. Latihan

1) Sebelum sakit:
Pasien mengatakan sehari-hari beraktivitas sebagai pedagang alat tulis dan kantor.
Pasien mengatakaan dirinya jarang berolahraga
2) Saat sakit: Saat pengkajian pasien mengatakan masih bisa melakukan aktivitasnya
sendiri namun cukup terganggu dengan pusing dan nyeri kepala yang hilang timbul
5. Pola Kognitif dan Persepsi
Pasien mengatakan tidak mengalami gangguan. Pasien mengatakan kepalanya pusing dan
nyeri pada kepala dengan skala nyeri 3, mual dan menurut pasien keluhan yang dirasakan
sekarang tersebut merupakan suatu gangguan bagi pasien untuk beraktivitas, pasien tidak
mengalami gangguan dalam berkomunikasi. Pasien tidak mengalami gangguan proses
pikir, hal ini ditunjukkan dengan kemampuan pasien dalam menjawab/merespon semua
pertanyaan perawat dan keluarganya (jawaban pasien sesuai dengan pertanyaan yang
diajukan). Pasien mengatakan mengetahui bahwa dirinya mengalami vertigo. Pasien
mengatakan yang paling berperan dalam pengambilan keputusan di keluarganya adalah
dirinya karena beliau berperan sebagai kepala keluarga.
6. Pola Persepsi-Konsep Diri
a. Gambaran diri
Pasien mengatakan tidak ada bagian tubuh yang paling disukai dan bagian tubuh yang
tidak disukai pasien mengatakan biasa-biasa saja.
b. Identitas diri
Status pasien dalam rumah sebagai kepala keluarga dan bertujuan hidup untuk
membimbing keluarga dan bahagia dengan anak istrinya.
c. Peran
Pasien merasa sedih karena tidak dapat beraktivitas seperti biasanya.
d. Ideal diri
Pasien berharap dapat sembuh dari sakitnya dan pasien berharap keluarganya dapat
menerima kondisinya saat ini dan memberi dukungan mental agar pasien cepat
sembuh.
e. Harga diri
Pasien merasa harga diri rendah, karena belum mampu melakukan aktivitasnya seperti
biasa.
7. Pola Tidur dan Istirahat
a. Sebelum sakit:
Pasien mengatakan biasanya dapat tidur tanpa gangguan. Pasien bisa tidur 6-8 jam
sehari, dan tidur siang sekitar 30 menit sampai 1 jam.
b. Saat sakit:
Saat pengkajian, pasien mengatakan tidurnya cukup terganggu karena pusing, sakit
kepala dan mual yang dialaminya. Pasien mengatakan jam tidurnya berkurang
menjadi 5-6 jam sehari dan menjadi mudah terbangun
8. Pola Peran-Hubungan
Meskipun sakit, peran pasien sebagai kepala keluarga tidak ada masalah karena
keluarganya dapat memahami kondisinya.
9. Pola Seksual-Reproduksi
Pasien mempunyai satu anak perempuan dan belum berkeluarga. Pasien tinggal bersama
istri dan anaknya
10. Pola Toleransi Stress-Koping
a. Sebelum sakit:
Jika pasien punya masalah, pasien selalu membicarakan masalahnya dengan
keluarganya, begitupula dengan sebaliknya.
b. Saat sakit:
Selama sakit pasien membutuhkan dukungan dari keluarganya, pasien menunjukkan
keadaan emosi yang stabil dan pasien tidak bicara bila tidak ditanya.
11. Pola Nilai-Kepercayaan
Pasien beragama Islam dan sebelum sakit, pasien menjalankan ibadahnya, selama sakit
pasien tetap melaksanakan ibadahnya sembari duduk, pasien yakin kalau penyakit yang
dideritanya saat ini adalah cobaan dari Tuhan dan pasien yakin bahwa penyakitnya dapat
sembuh.

4.1 Pengkajian Fisik

1. Keadaan umum : baik


Tingkat kesadaran : compos mentis / apatis / somnolen / sopor/koma
GCS = 15 (E4 M6 V5)
2. Tanda-tanda Vital : TD = 120/70 mmHg, Frekuensi Nadi = 89 x/menit , Frekuensi
Napas = 20 x/menit, Suhu = 36,7°C
3. Keadaan fisik
1) Sistem Pernafasan
Hidung terlihat simetris, tidak ada secret atau cairan dan tidak ada polip, fungsi
penciuman baik, serta dapat membedakan bau minyak angin dan parfum. Bentuk
dada simetris, palpasi dada tidak ada massa, suara nafas vesikuler dan tidak
terdapat suara tambahan perkusi redup.
2) Sistem Kardiovaskuler
Tidak ada nyeri tekan ictus cordis teraba jelas tiga jari dibawah putting susu.
Perkusi dada redup. Suara jantung : normal S1 dan S2 tunggal regular.
3) Sistem Pencernaan
Tidak ada radang pada mulut, gigi terlihat bersih, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
nyeri saat menelan dan tidak ada peradangan pada tenggorokan. Pada abdomen
tidak ada nyeri, kembung pada perut, peristaltik usus 14 x/menit. Saat pengkajian
pasien mengatakan belum BAB hari ini.
4) Sistem Endokrin
Tidak ada masalah pada hormon dan sistem endokrin.
5) Sistem Muskuloskeletal Integumen
Pergerakan sendi Pasien terbatas dengan kekuatan otot kiri dan kanan 5/5, tonus
ototnya baik. Ekstremitas atas tidak ada nyeri otot, tidak ada kaku pada
persendian, tidak ada nyeri persendian pada bahu, tidak ada fraktur dan tidak
menggunakan alat bantu. Ekstremitas bawah tidak ada nyeri otot, tidak ada nyeri
persendian pada daerah lutut dan sendi kaki, tidak ada fraktur dan tidak
menggunakan alat bantu. Kulit pasien terlihat brwarna sawo matang, tidak ada
ikterik, sianosis, kemerahan dan pigmentasi pada kulit. Kulit teraba hangat,turgor
kulit cukup kembali dalam waktu ≤ 3 detik dan tidak ada jaringan parut, laserasi,
ulserasi ekimosis dan lepuh, kulit bersih.
6) Sistem Neurologi
Kepala dan wajah simetris, gerakan wajah normal, sklera putih, konjungtiva
anemis, pupil sama besarnya kiri dan kanan, kornea bening, bola mata simetris,
kelopak mata dapat membuka dan menutup secara spontan, kemampuan
penglihatan baik dan tatapan terlihat lemah dan sayu. Telinga simetris tanpa
adanya serumen. Lidah bersih berwarna merah muda, bibir sedikit kering. Tidak
ada caries gigi. Leher dan bahu terlihat simetris, tidak ada pembengkakan, tidak
ada pembesaran kelenjar tiroid. Pasien dapat menelan dengan baik. Persepsi
Sensori pendengaran telinga kiri dan kanan fungsi pendengaran baik, fungsi
penciuman baik, serta dapat membedakan bau minyak angin dan parfum,
pengecapan baik dengan mampu membedakan manis asin dan pahit, penglihatan
kiri dan kanan melihat secara normal, pasien mampu membedakan panas, dingin
atau ada nyeri. Pasien tidak ada disorientasi baik pada waktu, tempat dan orang.
7) Sistem Imun Hematologi
Tidak ada masalah pada sistem imun dan hematologi.

5.1 Pemeriksaan Penunjang


1. Data laboratorium
Tidak terkaji.
2. Pemeriksaan radiologi
Tidak terkaji

2. Analisa Masalah Keperawatan

Tabel 2
Masalah Keperawatan
Data Etiologi Masalah
(Sesuai Dengan Patofisiologi)
DS : Pasien mengeluh Vertigo Nyeri Kronis
pusing, pusing dirasakan
seperti berputar dan nyeri Sistem keseimbangan tubuh
pada kepala terganggu
P : stress dan kelelahan
Q : dirasakan seperti Sensasi seperti bergerak/berputar
tertindih
R : kepala Gangguan di SSP atau SST
S : skala nyeri 3
T : hilang timbul sejak 2 Spasme saraf/peningkatan
tahun yang lalu, dan intrakanial
dirasakan memberat sejak 2
hari yang lalu Nyeri, Sakit Kepala
DO :
- Pasien tampak gelisah Nyeri Kronis
- Pasien tampak
memegang kepala
- Pasien tampak meringis
- TTV :
TD : 120/70 mmHg
N : 89 x/mnt
RR : 20 x/mnt
S : 36,7%
DS : Pasien mengeluh mual, Sistem keseimbangan tubuh Nausea
ingin muntah, dan sempat terganggu
muntah 1 kali pada pagi hari
DO : pasien tampak pucat Sensasi seperti bergerak/berputar

Pusing, sakit kepala

Peristaltik meningkat

Mual muntah

Nausea
DS : Pasien mengatakan sulit Sistem keseimbangan tubuh Gangguan Pola Tidur
tidur, jam tidurnya berkurang terganggu
menjadi 5-7 jam dan sering
terbangun dikarenakan Sensasi seperti bergerak/berputar
pusing dan nyeri kepala yang
dialaminya Spasme saraf/peningkatan
DO : Pasien tampak gelisah intrakanial
dan memegang kepala
Nyeri, Sakit Kepala
Pola tidur terganggu

Gangguan Pola Tidur

3. Diagnosa Keperawatan

Tabel 3
Diagnosa Keperawatan
No Tanggal/Jam Diagnosa Keperawatan Tanggal TTD
Ditemukan Teratasi
1 05 Juni 2022 Nyeri kronis berhubungan dengan 08 Juni 2022
pkl. 11.00 Ketidakseimbangan neurotransmiter,
WITA neuromodulator, dan reseptor dibuktikan
dengan Pasien mengeluh pusing, pusing
dirasakan seperti berputar dan nyeri pada
kepala, P : stress dan kelelahan, Q :
dirasakan seperti tertindih, R : kepala S :
skala nyeri 3, T : hilang timbul sejak 2
tahun yang lalu, dan dirasakan memberat
sejak 2 hari yang lalu , Pasien tampak
gelisah, Pasien tampak memegang kepala,
Pasien tampak meringis TTV : TD :
120/70 mmHg, N : 89 x/mnt, RR : 20
x/mnt, S : 36,7%

2 05 Juni 2022 Nausea berhubungan dengan peningkatan 08 Juni 2022


pkl. 11.00 tekanan intrkranial dibuktikan dengan
WITA Pasien mengeluh mual, ingin muntah, dan
sempat muntah 1 kali pada pagi hari,
pasien tampak pucat
3 05 Juni 2022 Gangguan pola tidur berhubungan dengan 08 Juni 2022
pkl. 11.00 hambatan lingkungan dibuktikan dengan
WITA Pasien mengatakan sulit tidur, jam
tidurnya berkurang menjadi 5-7 jam dan
sering terbangun dikarenakan pusing dan
nyeri kepala yang dialaminya, Pasien
tampak gelisah dan memegang kepala

4. Rencana Keperawatan

Tabel 4
Rencana Keperawatan
No. Rencana Keperawatan TTD
Dx Tujuan dan Intervensi Rasional
Kriteria Hasil
1 Setelah Manajemen Nyeri Manajemen Nyeri
diberikan asuhan Observasi Observasi
keperawatan 1. Identifikasi lokasi, 1. Mengetahui
selama 3 x 24 karakteristik, durasi, karakteristik nyeri
jam diharapkan frekuensi, kualitas, pasien untuk penentuan
tingkat nyeri intensitas nyeri intervansi lebih lanjut
menuurun 2. Identifikasi skala nyeri 2. Mengetahui skala nyeri
dengan kriteria 3. Identifikasi faktor yang pasien
hasil : memperberat dan 3. Mengethaui faktor-
1. Keluhan memperingan nyeri faktor yang dapat
nyeri 4. Monitor keberhasilan memperberat nyeri
menurun terapi komplementer pasien
2. Meringis yang sudah diberikan 4. Mengetahui berhasil
menurun Terapeutik atau tidaknya terapi
3. Gelisah 1. Berikan teknik komplementer yang
menurun nonfarmakologis untuk diberikan
mengurangi rasa nyeri Terapeutik
yaitu akupresure pada
4. Frekuensi titik GB 20, LI 4, ST 36, 1. Melakukan akupresure
nadi SP 6, GV 20, EX HN 3 pada titik GB 20, LI 4,
membaik Edukasi SP 6, GV 20, EX HN 3
5. Pola tidur 1. Ajarkan teknik dapat membantu
membaik nonfarmakologis untuk menjadi rileks dan
mengurangi rasa nyeri nyaman dan dapat
mengatasi hilangnya
gangguan
keseimbangan tubuh
Edukasi
1. Agar pasien mampu
untuk melakukan teknik
nonfarmakologis secara
mandiri tanpa bantuan
2 Setelah Manajemen Mual Manajemen Mual
diberikan asuhan Observasi Observasi
keperawatan 3. Identifikasi faktor 1. Mengetahui faktror
selama 3 x 24 penyebab mual yang menyebabkan
jam diharapkan 4. Monitor mual mual pada pasien
tingkat nausea Terapeutik 2. Mengetahui
menurun dengan 2. Berikan makan dalam karakteristik dan
kriteria hasil : jumlah kecil dan frekuensi mual
3. Keluhan menarik Terapeutik
mual Edukasi 1. Makan sedikit-sedikit
menurun 3. Anjurkan istirahat dan dalam jumlah kecil
4. Perasaan tidur yang cukup dapat mengurangi
mual 4. Ajarkan penggunaan mual dan makanan
menurun teknik non tetap masuk kedalam
5. Pucat farmakologis untuk tubuh
membaik mengatasi mual yaitu Edukasi
akupresure pada titik 1. Istirahat yang cukup
ST 36, SP 4, PC 6 dapat membantu
dalam pemulihan
kondisi pasien
2. Akupresur pada titik
Nei Guan (PC 6), Zu
San Li (ST 36) dan
Gong Sun (SP 4) dapat
merangsang keluarnya
hormon kortisol yang
dapat meningkatkan
metabolisme tubuh
sehingga mual dan
muntah yang
dirasakan dapat
berkurang dan agar
pasien mampu
melakukan teknik
norfarmakologis
secara mandiri untuk
mengurangi mual.
3 Setelah Dukungan Tidur Dukungan Tidur
diberikan asuhan Observasi Observasi
keperawatan 5. Identifikasi pola 1. Mengetahui pola
selama 3 x 24 aktivitas dan tidur aktivitas dan tidur
jam diharapkan 6. Identifikasi faktor pasien
pola tidur penganggu tidur 2. Mengetahui faktor
membaik Terapeutik yang dapat
dengan kriteria 4. Modifikasi mengganggu tidur
hasil : lingkungan (mis. pasien
4. Keluhan sulit pencahayaan, Terapeutik
tidur kebisingan, suhu, 1. Suhu, Pencahayaan,
menurun matras, dan tempat kebisingan, dan
tidur) tempat tidur dapat
Edukasi
5. Keluhan 1. Jelaskan pentingnya mempengaruhi
sering terjaga tidur yang cukup kualitas tidur pasien
menurun selama sakit Edukasi
6. Keluhan pola 1. Tidur yang cukup
tidur berubah selama sakit dapat
menurun membantu proses
pemulihan

5. Implementasi
Tabel 5
Implementasi Keperawatan
No Tgl/Jam No. Implementasi Respon Klien Nama/
Dx TTD
1 05 Juni 1 Mengidentifikasi lokasi, DS : pasien mengatakan pusing,
2011 karakteristik, durasi, nyeri pada kepala, terasa seperti
Pkl. frekuensi, kualitas, tertindih/ditekan, nyeri terasa
13.00 intensitas nyeri hilang timbul
WITA DO :
Pasien tampak meringis
Pasien tampak gelisah
N : 89x/mnt
2 05 Juni 1 Mengidentifikasi skala DS : pasien mengatakan nyeri
2011 nyeri kepala berada pada skala 3
Pkl. DO : -
13.15
WITA
3 05 Juni 1 Mengidentifikasi faktor DS : pasien mengatakan nyeri
2011 yang memperberat dan semakin terasa berat apabila
Pkl. memperingan nyeri kepala menunduk
13.20 DO : pasien tampak meringis
WITA dan memgang kepala saat
diminta untuk meundukkan
kepala
4 05 Juni 2 Mengidentifikasi faktor DS : pasien mengatakan jika
2011 penyebab mual pusing seperti berputar, maka
Pkl. akan terasa mual dan ingin
16.00 muntah
WITA DO : pasien tampak seperti ingin
muntah tapi tidak bisa muntah
5 05 Juni 2 Menganjurkan istirahat DS : pasien mengatakan akan
2011 dan tidur yang cukup istirahat
Pkl. DO : pasien tampak
16.10 mendengarkan anjuran perawat
WITA
6 05 Juni 2 Memonitor mual DS : pasien mengatakan masih
2011 terasa sedikit mual
Pkl. DO : pasien tampak lemas
18.00
WITA
7 05 Juni 2 Memberikan makan DS : pasien mengatakan dapat
2011 dalam jumlah kecil dan makan sedikit-sedikit
Pkl. menarik DO : pasien dapat menghabiskan
18.20 1/3 porsi makanan
WITA
8 05 Juni 3 Mengidentifikasi pola DS : pasien mengatakan sulit
2011 aktivitas dan tidur tidur, tidur berkurang menjadi 5-
Pkl. 7 jam dan sering terbangun
19.00 dikarenakan pusing dan sakit
WITA kepala
DO : pasien tampak lesu

9 05 Juni 3 Mengidentifikasi faktor DS : pasien mengatakan merasa


2011 penganggu tidur sulit tidur jika lampu terlalu
Pkl. terang dan panas
19.10 Ds : pasien kooperatif
WITA
10 05 Juni 3 Menjelaskan DS : pasien mengatakan mengerti
2011 pentingnya tidur yang apa yang disampaikan perawat
Pkl. cukup selama sakit DO : pasien kooperatif
20.15
WITA
11 06 Juni 1 Memberikan teknik DS : pasien mengatakan lebih
2011 nonfarmakologis untuk rileks dan nyaman
Pkl. mengurangi rasa nyeri DO : pasien kooperatif dan
10.00 yaitu akupresure pada pasien tampak nyaman
WITA titik GB 20, LI 4, ST 36,
SP 6, HT 7, GV 20, EX
HN 3
12 06 Juni 1 Ajarkan teknik DS : pasien mengatakan paham
2011 nonfarmakologis untuk dan mengerti teknik yang
Pkl. mengurangi rasa nyeri diajarkan
10.30 yaitu teknik akupresure DO : pasien kooperatif dan
WITA pada titik GB 20, LI 4, mampu mendemonstrasikasikan
ST 36, SP 6, GV 20, EX teknik akupresure yang diajarkan
HN 3
13 06 Juni 1 Mengidentifikasi skala DS : pasien mengatakan nyeri
2011 nyeri kepala berada pada skala 2
Pkl. DO : -
11.00
WITA
14 06 Juni 1 Memonitor DS : pasien mengatakan menjadi
2011 keberhasilan terapi rileks dan nyaman serta nyeri
Pkl. komplementer yang diarasakan berkurang
11.10 sudah diberikan DO : Pasien tampak sudah tidak
WITA gelisah
15 06 Juni 2 Memonitor mual DS : Pasien mengatakan mual
2011 sudah mulai berkurang
DO : pasien tampak lebih segar
Pkl.
12.00
WITA
16 06 Juni 2 Memberikan makan DS : pasien mengatakan dapat
2011 dalam jumlah kecil dan makan sedikit-sedikit
Pkl. menarik DO : pasien dapat menghabiskan
12.10 1/3 porsi makanan
WITA
17 07 Juni 2 Memonitor mual DS : Pasien mengatakan merasa
2011 masih mual
Pkl. DO : pasien tampak lemas
09.30
WITA
18 07 Juni 2 Ajarkan penggunaan DS : Pasien tampak mampu
2011 teknik non farmakologis memahami dan mengerti yang
Pkl. untuk mengatasi mual diajarkan
09.45 yaitu melakukan DO : pasien kooperatif dan
WITA akupresure pada titik ST mampu melakukan teknik
36, SP 4, PC 6 akupresure tanpa bantuan
19 07 Juni 2 Memonitor mual setelah DS : pasien mengatakan mual
2011 diberikan terapi sudah berkurang
Pkl. akupresure DO : pasien tampak lebih
10.15 nyaman dan segar
WITA
20 07 Juni 2 Memberikan makan DS : pasien mengatakan dapat
2011 dalam jumlah kecil dan makan lebih banyak dari
Pkl. menarik biasanya
13.10 DO : tampak pasien habis makan
WITA ½ porsi makanan
21 07 Juni 1 Mengidentifikasi lokasi, DS : pasien mengatakan pusing
2022 karakteristik, durasi, dan sakit kepala sudah mulai
Pkl. frekuensi, kualitas, berkurang, nyeri dirasakan hilang
intensitas nyeri timbul dan seperti tertindih
16.00 DO :
WITA Pasien tidak tampak gelisah
N : 80x/mnt
22 07 Juni 1 Mengidentifikasi skala DS : Pasien mengatakan skala
2022 nyeri nyeri berada di angka 2
Pkl. DO : -
16.15
WITA
23 07 Juni 1 Memonitor DS : pasien mengatakan sudah
2022 keberhasilan terapi melakukan teknik yang diajarkan
Pkl. komplementer yang kemarin, dan merasa nyeri sudah
16.20 sudah diberikan mulai berkurang dan dapat tidur
WITA DO : pasien tampak rileks dan
tidak gelisah
24 07 Juni 3 Memodifikasi DS : pasien mengatakan sudah
2022 lingkungan (mis. nyaman dan sesuai dengan
Pkl. pencahayaan, cahaya dan suhu ruangan
21.30 kebisingan, suhu, DO : pasien tampak nyaman
WITA matras, dan tempat
tidur)

25 08 Juni 1 Mengidentifikasi lokasi, DS : pasien mengatakan pusing


2022 karakteristik, durasi, dan sakit kepala sudah berkurang
Pkl. frekuensi, kualitas, dan membaik, nyeri dirasakan
10.30 intensitas nyeri hilang timbul dan seperti
WITA tertindih
DO :
Pasien tidak tampak gelisah
Pasien tidak tampak meringis
Pasien tampak nyaman
N : 78x/mnt
26 08 Juni 1 Mengidentifikasi skala DS : Pasien mengatakan skala
2022 nyeri nyeri berada di angka 1
Pkl. DO : -
10.30
WITA
27 08 Juni 1 Memonitor DS : pasien mengatakan nyeri
2022 keberhasilan terapi sudah berkurang, dan rutin
Pkl. komplementer yang melakukan terapi yang diajarkan
10.40 sudah diberikan saat merasa sakit kepala
WITA DO : pasien kooperatif, tampak
rileks dan tidak gelisah
28 08 Juni 2 Memonitor mual DS : Pasien mengatakan sudah
2011 tidak mual dan rutin melakukan
Pkl. terapi akupresure apabila terasa
12.00 mual
WITA DO : pasien tampak lebih segar
29 08 Juni 2 Memberikan makan DS : pasien mengatakan mampu
2022 dalam jumlah kecil dan menghabiskan makanan lebih
Pkl. menarik banyak dari sebelumnya
12.10 DO : tampak pasien habis makan
WITA ¾ porsi makanan
30 08 Juni 3 Mengidentifikasi pola DS : pasien mengatakan sudah
2022 aktivitas dan tidur bisa tidur, jam tidur sudah
Pkl. membaik sekitar 6-8 jam karena
13.30 nyeri yang dirasakan sudah mulai
WITA hilang dan tidak sering terbangun
pada saat malam hari
DO : pasien tampak segar dan
tidak lesu
6. Evaluasi
Tabel 6
Evaluasi Keperawatan
No Tanggal/ No. Evaluasi Nama/TTD
Jam Dx
1 08 Juni 1 S:
2022 - Pasien mengatakan pusing dan sakit kepala
Pkl. sudah berkurang dan membaik, nyeri
14.00 dirasakan hilang timbul dan seperti tertindih
WITA - Pasien mengatakan skala nyeri berada di
angka 1
- Pasien mengatakan nyeri sudah berkurang,
dan rutin melakukan terapi yang diajarkan
saat merasa sakit kepala
- Pasien mengatakan paham dan mengerti
teknik yang diajarkan
O:
- Pasien tidak tampak gelisah
- Pasien tidak tampak meringis
- Pasien tampak nyaman
- N : 78x/mnt
- Pasien kooperatif, tampak rileks dan tidak
gelisah
- pasien kooperatif dan mampu
mendemonstrasikasikan teknik akupresure
yang diajarkan
A : Masalah nyeri kronis teratasi
P : Pertahankan kondisi pasien
2 08 Juni 2 S:
2022 - Pasien mengatakan sudah tidak mual dan
Pkl. rutin melakukan terapi akupresure apabila
14.00 terasa mual
WITA
- pasien mengatakan mampu menghabiskan
makanan lebih banyak dari sebelumnya
- Pasien tampak mampu memahami dan
mengerti yang diajarkan
O:
- pasien tampak lebih segar
- tampak pasien habis makan ¾ porsi makanan
- Pasien kooperatif dan mampu melakukan
teknik akupresure tanpa bantuan
A : Masalah nausea teratasi
P : Pertahankan kondisi pasien
3 08 Juni 3 S:
2022 - Pasien mengatakan sudah bisa tidur, jam
Pkl. tidur sudah membaik sekitar 6-8 jam karena
14.00 nyeri yang dirasakan sudah mulai hilang dan
WITA tidak sering terbangun pada saat malam hari
- pasien mengatakan mengerti apa yang
disampaikan perawat
O:
- Pasien tampak segar dan tidak lesu
- Pasien kooperatif
A : Masalah gangguan pola tidur teratasi
P : Pertahankan kondisi pasien

Anda mungkin juga menyukai