Anda di halaman 1dari 11

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN VERTIGO

Diajukan Untuk Memenuhi Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah

Disusun oleh:

WINDAWATI BR SINULINGGA, S.Kep.

NIM: 2153060

PROGRAM STUDI PROFESI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ADVENT INDONESIA
BANDUNG
2022
A. Definisi
Vertigo merupakan suatu perasaan seolah-olah penderita bergerak atau berputar, atau
seolah-olah benda di sekitar penderita bergerak atau berputar disertai dengan mual dan
kehilangan keseimbangan. Vertigo bisa berlangsung beberapa saat atau beberapa jam
bahkan hari. Penderita kadang merasa lebih baik jika berbaring diam, tetapi vertigo bisa
terus berlanjut meskipun penderita tidak bergerak sama sekali (Israr, 2008).
Vertigo adalah keadaan pusing yang dirasakan luar biasa. Seseorang yang menderita
vertigo merasakan sekelilingnya seolah-olah berputar, ini disebabkan oleh gangguan
keseimbangan yang berpusat di area labirin atau rumah siput di daerah telinga. Perasaan
tersebut kadang disertai dengan rasa mual dan ingin muntah, bahkan penderita merasa
tak mampu berdiri dan kadang terjatuh karena masalah keseimbangan. Keseimbangan
tubuh dikendalikan oleh otak kecil yang mendapat informasi mengenai posisi tubuh dari
organ keseimbangan di telinga tengah dan mata. Vertigo biasanya timbul akibat
gangguan telinga tengah dan dalam atau gangguan penglihatan (Putranta, 2005) .
Vertigo adalah sensasi atau perasaan yang mempengaruhi orientasi ruang dan mungkin
dapat didefinisikan sebagai suatu ilusi gerakan. Keluhan ini merupakan gejala yang
sifatnya subyektif dan karenanya sulit dinilai. Walupun pengobatan sebaiknya langsung
pada penyebab yang mendasari penyebab atau kelainannya, asal atau penyebab vertigo
sering tidak diketahui ataupun tidak mungkin diobati (CDK, 2009).

B. Klasifikasi
Vertigo diklasifikasikan menjadi dua kategori berdasarkan saluran vestibular yang
mengalami kerusakan, yaitu :
1. Vertigo Periferal
Vertigo periferal terjadi jika terdapat gangguan di saluran yang disebut kanalis
semisirkularis, yaitu telinga bagian tengah yang bertugas mengontrol keseimbangan.
Gangguan kesehatan yang berhubungan dengan vertigo periferal antara lain
penyakit-penyakit seperti benign parozysmal positional vertigo (gangguan akibat
kesalahan pengiriman pesan), penyakit meniere (gangguan keseimbangan yang
sering kali menyebabkan hilang pendengaran), vestibular neuritis (peradangan pada
sel-sel saraf keseimbangan), dan labyrinthitis (radang di bagian dalam pendengaran).
2. Vertigo Sentral
Saluran vestibular adalah salah satu organ bagian dalam telinga yang senantiasa
mengirimkan informasi tentang posisi tubuh ke otak untuk menjaga keseimbangan.
Vertigo sentral terjadi jika ada sesuatu yang tidak normal di dalam otak, khususnya
di bagian saraf keseimbangan, yaitu daerah percabangan otak dan serebelum (otak
kecil).

C. Etiologi
Tubuh merasakan posisi dan mengendalikan keseimbangan melalui organ keseimbangan
yang terdapat di telinga bagian dalam. Organ ini memiliki saraf yang berhubungan
dengan area tertentu di otak. Vetigo bisa disebabkan oleh kelainan di dalam telinga, di
dalam saraf yang menghubungkan telinga dengan otak dan di dalam otaknya sendiri.
Vertigo juga bisa berhubungan dengan kelainan penglihatan atau perubahan tekanan
darah yang terjadi secara tiba-tiba.
Penyebab umum dari vertigo: (Israr, 2008)
1. Keadaan lingkungan
 Motion sickness (mabuk darat, mabuk laut)
2. Obat-obatan
 Alkohol
 Gentamisin
3. Kelainan sirkulasi
 Transient ischemic attack (gangguan fungsi otak sementara karena berkurangnya
aliran darah ke salah satu bagian otak) pada arteri vertebral dan arteri basiler
4. Kelainan di telinga
 Endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis di dalam telinga bagian
dalam (menyebabkan benign paroxysmal positional vertigo)
 Infeksi telinga bagian dalam karena bakteri
 Herpes zoster
 Labirintitis (infeksi labirin di dalam telinga)
 Peradangan saraf vestibuler
5. Kelainan neurologis
 Sklerosis multiple
 Patah tulang tengkorak yang disertai cedera pada labirin, persarafannya atau
keduanya
 Tumor otak
 Tumor yang menekan saraf vestibularis.

D. Patofisiologi
Dalam kondisi fisiologi/ normal, informasi yang tiba dipusat integrasi alat keseimbangan
tubuh yang berasal dari resptor vestibular, visual dan propioseptik kanan dan kiri akan
diperbandingkan, jika semuanya sinkron dan wajar akan diproses lebih lanjut secara
wajar untuk direspon. Respon yang muncul beberapa penyesuaian dari otot-otot mata
dan penggerak tubuh dalam keadaan bergerak. Di samping itu orang menyadari posisi
kepala dan tubuhnya terhadap lingkungan sekitarnya. Tidak ada tanda dan gejala
kegawatan (alarm reaction) dalam bentuk vertigo dan gejala dari jaringan otonomik.
Namun jika kondisi tidak normal/ tidak fisiologis dari fungsi alat keseimbangan tubuh
dibagian tepi atau sentral maupun rangsangan gerakan yang aneh atau berlebihan, maka
proses pengolahan informasi yang wajar tidak berlangsung dan muncul tanda-tanda
kegawatan dalam bentuk vertigo dan gejala dari jaringan otonomik. Di samping itu
respon penyesuaian otot-otot menjadi tidak adekuat sehingga muncul gerakan
abnormal dari mata disebut nistagnus.
Berdasarkan gejala klinisnya, vertigo dapat dibagi atas beberapa kelompok :
1. Vertigo paroksismal Yaitu vertigo yang serangannya datang mendadak, berlangsung
beberapa menit atau hari, kemudian menghilang sempurna; tetapi suatu ketika
serangan tersebut dapat muncul lagi.
2. Vertigo kronis Yaitu vertigo yang menetap, keluhannya konstan tanpa serangan akut.
3. Vertigo yang serangannya mendadak/akut, kemudian berangsur-angsur mengurang.

E. Manifestasi Klinis
Secara umum vertigo memiliki gejala perasaan berputar yang kadang-kadang disertai
gejala sehubungan dengan reak dan lembab yaitu mual, muntah, rasa kepala berat,
nafsu makan turun, lelah, lidah pucat dengan selaput putih lengket, nadi lemah, puyeng
(dizziness), nyeri kepala, penglihatan kabur, tinitus, mulut pahit, mata merah, mudah
tersinggung, gelisah.
1. Vertigo Sentral
Gejala yang khas bagi gangguan di batang otak misalnya diplopia, paratesia,
perubahan serisibilitas dan fungsi motorik. Biasanya pasien mengeluh lemah,
gangguan koordinasi, kesulitan dalam gerak supinasi dan pronasi tanyanye secara
berturut-turut (dysdiadochokinesia), gangguan berjalan dan gangguan
kaseimbangan. Percobaan tunjuk hidung yaitu pasien disuruh menunjuk jari
pemeriksa dan kemudian menunjuk hidungnya maka akan dilakukan dengan buruk
dan terlihat adanya ataksia. Namun pada pasien dengan vertigo perifer dapat
melakukan percobaan tunjuk hidung sacara normal. Penyebab vaskuler labih sering
ditemukan dan mencakup insufisiensi vaskuler berulang, TIA dan strok. Contoh
gangguan disentral (batang otak, serebelum) yang dapat menyebabkan vertigo
adalah iskemia batang otak, tumor difossa posterior, migren basiler.
2. Vertigo perifer
Lamanya vertigo berlangsung:
- Episode (Serangan ) Vertigo yang berlangsung beberapa detik.
Vertigo perifer paling sering disebabkan oleh vertigo posisional berigna (VPB).
Pencetusnya adalah perubahan posisi kepala misalnya berguling sewaktu tidur
atau menengadah mengambil barang dirak yang lebih tinggi. Vertigo
berlangsung beberapa detik kemudian mereda. Penyebab vertigo posisional
berigna adalah trauma kepala, pembedahan ditelinga atau oleh neuronitis
vestibular prognosisnya baik gejala akan menghilang spontan.
- Episode Vertigo yang berlangsung beberapa menit atau jam.
Dapat ditemui pada penyakit meniere atau vestibulopati berulang. Penyakit
meniere mempunyai trias gejala yaitu ketajaman pendengaran menurun (tuli),
vertigo dan tinitus. Usia penderita biasanya 30-60 tahun pada permulaan
munculnya penyakit. Pada pemeriksaan fisik ditemukan penurunaan
pendengaran dan kesulitan dalam berjalan “Tandem” dengan mata tertutup.
Berjalan tandem yaitu berjalan dengan telapak kaki lurus kedepan, jika menapak
tumit kaki

F. Komplikasi
1. Stroke
2. Obstruksi peredaran darah dilabirin
3. Labirintitis (Viral, Bakterial)
4. Penyakit Meniere
5. Infeksi, Inflamasi
6. Tumor

G. Pemerikasaan Penunjang
1. Pemeriksaan fisik :
a. Pemeriksaan mata
b. Pemeriksaan alat keseimbangan tubuh
c. Pemeriksaan neurologik
d. Pemeriksaan otologik
e. Pemeriksaan fisik umum.
2. Pemeriksaan khusus :
a. ENG (Elektronistagmografi)
b. Audiometri dan BAEP
c. Psikiatrik
3. Pemeriksaan tambahan:
a. Laboratorium
b. Radiologik dan Imaging
c. EEG, EMG, dan EKG.

H. Penatalaksanaan
1. Medis Terapi farmokologi dapat berupa terapi spesifik misalnya pemberian anti
biotika dan terapi simtomatik. Nistagmus perifer pada neurinitis vestibuler lebih
meningkat bila pandangan diarahkan menjauhi telinga yang terkena dan nigtagmus
akan berkurang jika dilakukan fiksasi visual pada suatu tempat atau benda.
2. Keperawatan Vertigo posisional Benigna (VPB)
 Latihan
Latihan posisional dapat membantu mempercepat remisi pada sebagian besar
penderita VPB. Latihan ini dilakukan pada pagi hari dan merupakan kagiatan yang
pertama pada hari itu. Penderita duduk dipinggir tempat tidur, kemudian ia
merebahkan dirinya pada posisinya untuk membangkitkan vertigo posisionalnya.
Setelah vertigo mereda ia kembali keposisi duduk \semula. Gerakan ini diulang
kembali sampai vertigo melemah atau mereda. Biasanya sampai 2 atau 3 kali sehari,
tiap hari sampai tidak didapatkan lagi respon vertigo.
 Obat-obatan
Obat anti vertigo seperti miklisin, betahistin atau fenergen dapat digunakan sebagai
terapi simtomatis sewaktu melakukan latihan atau jika muncul eksaserbasi atau
serangan akut. Obat ini menekan rasa enek (nausea) dan rasa pusing. Namun ada
penderita yang merasa efek samping obat lebih buruk dari vertigonya sendiri. Jika
dokter menyakinkan pasien bahwa kelainan ini tidak berbahaya dan dapat mereda
sendiri maka dengan membatasi perubahan posisi kepala dapat mengurangi
gangguan.

I. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
 Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan pasien pada saat dilakukan pengkajian.
 Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit. Pada pasien vertigo
tanyakan adakah pengaruh sikap atau perubahan sikap terhadap munculnya vertigo,
posisi mana yang dapat memicu vertigo.
 Riwayat kesehatan yang lalu
Adakah riwayat trauma kepala, penyakit infeksi dan inflamasi dan penyakit tumor
otak. Riwayat penggunaan obat vestibulotoksik missal antibiotik, aminoglikosid,
antikonvulsan dan salisilat.
 Riwayat kesehatan keluarga
Adakah riwayat penyakit yang sama diderita oleh anggota keluarga lain atau riwayat
penyakit lain baik
 Aktivitas / Istirahat
- Letih, lemah, malaise
- Keterbatasan gerak
- Ketegangan mata, kesulitan membaca
- Insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala.
- Sakit kepala yang hebat saat perubahan postur tubuh, aktivitas (kerja) atau
karena perubahan cuaca.

 Sirkulasi

- Riwayat hypertensi
- Denyutan vaskuler, misal daerah temporal.
- Pucat, wajah tampak kemerahan.

 Integritas Ego

- Faktor-faktor stress emosional/lingkungan tertentu


- Perubahan ketidakmampuan, keputusasaan, ketidakberdayaan depresi
- Kekhawatiran, ansietas, peka rangsangan selama sakit kepala
- Mekanisme refresif/dekensif (sakit kepala kronik).

 Makanan dan cairan

- Makanan yang tinggi vasorektiknya misalnya kafein, coklat, bawang,keju,


alkohol, anggur, daging, tomat, makan berlemak, jeruk, saus,hotdog, MSG (pada
migrain).
- Mual/muntah, anoreksia (selama nyeri)
- Penurunan berat badan.

 Neurosensoris

- Pening, disorientasi (selama sakit kepala)


- Riwayat kejang, cedera kepala yang baru terjadi, trauma, stroke.
- Aura : fasialis, olfaktorius, tinitus.
- Perubahan visual, sensitif terhadap cahaya/suara yang keras, epitaksis.
- Parastesia, kelemahan progresif/paralysis satu sisi tempore
- Perubahan pada pola bicara/pola pikir
- Mudah terangsang, peka terhadap stimulus.
- Penurunan refleks tendon dalam
- Papiledema.

 Nyeri/ kenyamanan

- Karakteristik nyeri tergantung pada jenis sakit kepala, misal migrain,ketegangan


otot, cluster, tumor otak, pascatrauma, sinusitis.
- Nyeri, kemerahan, pucat pada daerah wajah.
- Fokus menyempit
- Fokus pada diri sendiri
- Respon emosional / perilaku tak terarah seperti menangis, gelisah.
- Otot-otot daerah leher juga menegang, frigiditas vokal.

 Keamanan

- Riwayat alergi atau reaksi alergi


- Demam (sakit kepala)
- Gangguan cara berjalan, parastesia, paralisis
- Drainase nasal purulent (sakit kepala pada gangguan sinus).

 Interaksi sosial

- Perubahan dalam tanggung jawab/peran interaksi sosial yang berhubungan


dengan penyakit.

 Penyuluhan / pembelajaran

- Riwayat hypertensi, migrain, stroke, penyakit pada keluarga


- Penggunaan alcohol/obat lain termasuk kafein. Kontrasepsioral/hormone,
menopause.

 Pemeriksaan Fisik

- Keadaan Umum
Pemeriksaan Persistem
a. Sistem persepsi sensori
Adakah rasa tidak stabil, disrientasi, osilopsia yaitu suatu ilusi bahwa benda
yang diam tampak bergerak maju mundur.
b. Sistem Persarafan
Adakah nistagmus berdasarkan beberapa pemeriksaan baik manual maupun
dengan alat.
c. Sistem Pernafasan
Adakah gangguan pernafasan.
d. Sistem Kardiovaskuler
Adakah terjadi gangguan jantung.
e. Sistem Gastrointestinal
Adakah Nausea dan muntah
f. Sistem integument
g. Sistem Reproduksi
h. Sistem Perkemihan

 Pola Fungsi Kesehatan

a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan


Adakah kecemasan yang dia lihatkan oleh kurangnya pemahaman pasien
dan keluarga mengenai penyakit, pengobatan dan prognosa.
b. Pola aktivitas dan latihan
Adakah pengaruh sikap atau perubahan sikap terhadap munculnya vertigo,
posisi yangdapat memicu vertigo.
c. Pola nutrisi metabolisme
Adakah nausea dan muntah
d. Pola eliminasi
e. Pola tidur dan istirahat
f. Pola Kognitif dan perseptua
Adakah disorientasi dan asilopsia
g. Persepsi diri atau konsep diri
h. Pola toleransi dan koping stress
i. Pola sexual reproduksi
j. Pola hubungan dan peran
k. Pola nilai dan kenyakinan

 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri (akut/kronis) berhubungan dengan stress dan ketegangan, iritasi/ tekanan
syaraf, vasospressor, peningkatan intrakranial ditandai dengan menyatakan nyeri
yang dipengaruhi oleh faktor misal, perubahan posisi, perubahan pola tidur, gelisah.
2. Koping individual tak efektif berhubungan dengan ketidak-adekuatan relaksasi,
metode koping tidak adekuat, kelebihan beban kerja.
3. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, tidak mengenal informasi
dan kurang mengingat ditandai oleh memintanya informasi, ketidak-adekuatannya
mengikuti instruksi.

 Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan 1 : Nyeri (akut/kronis) berhubungan dengan stress dan
ketegangan, iritasi/ tekanan syaraf, vasospasme, peningkatan intrakranial ditandai
dengan menyatakan nyeri yang dipengaruhi oleh faktor misal, perubahan posisi,
perubahan pola tidur, gelisah.
Tujuan : Nyeri hilang atau berkurang Kriteria Hasil :
1. Klien mengungkapkan rasa nyeri berkurang
2. Tanda-tanda vital normal
3. pasien tampak tenang dan rileks.
Intervensi :
1. Pantau tanda-tanda vital, intensitas/skala nyeri.
Rasional : Mengenal dan memudahkan dalam melakukan tindakan keperawatan.
2. Anjurkan klien istirahat ditempat tidur.
Rasional : istirahat untuk mengurangi intesitas nyeri.
3. Atur posisi pasien senyaman mungkin
Rasional : posisi yang tepat mengurangi penekanan dan mencegah ketegangan
otot serta mengurangi nyeri.
4. Ajarkan teknik relaksasi dan napas dalam
Rasional : relaksasi mengurangi ketegangan dan membuat perasaan lebih
nyaman.
5. Kolaborasi untuk pemberian analgetik.
Rasional : analgetik berguna untuk mengurangi nyeri sehingga pasien menjadi
lebih nyaman.

Diagnosa Keperawatan 2 : Koping individual tak efektif berhubungan dengan ketidak-


adekuatan relaksasi, metode koping tidak adekuat, kelebihan beban kerja.
Tujuan : koping individu menjadi lebih adekuat dengan kriteria hasil :
1. Mengidentifikasi prilaku yang tidak efektif
2. Mengungkapkan kesadaran tentang kemampuan koping yang di miliki.
3. Mengkaji situasi saat ini yang akurat
4. Menunjukkan perubahan gaya hidup yang diperlukan atau situasi yang tepat.
Intervensi :
1. Kaji kapasitas fisiologis yang bersifat umum.
Rasional : Mengenal sejauh dan mengidentifikasi penyimpangan fungsi fisiologis
tubuh dan memudahkan dalam melakukan tindakan keperawatan.
2. Sarankan klien untuk mengekspresikan perasaannya.
Rasional : klien akan merasakan kelegaan setelah mengungkapkan segala
perasaannya dan menjadi lebih tenang.
3. Berikan informasi mengenai penyebab sakit kepala, penenangan dan hasil yang
diharapkan.
4. Rasional : agar klien mengetahui kondisi dan pengobatan yang diterimanya, dan
memberikan klien harapan dan semangat untuk pulih.
5. Dekati pasien dengan ramah dan penuh perhatian, ambil keuntungan dari
kegiatan yang dapat diajarkan.
Rasional : membuat klien merasa lebih berarti dan dihargai.

Diagnosa Keperawatan 3. : Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai


kondisi dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan keterbatasan kognitif,
tidak mengenal informasi dan kurang mengingat ditandai oleh memintanya
informasi, ketidak-adekuatannya mengikuti instruksi.
Tujuan : pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur dan
proses pengobatan. Kriteria Hasil :
1. Melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan dari suatu
tindakan.
2. Memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam regimen
perawatan.
Intervensi :
1. Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.
Rasional : megetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien dan
keluarga tentang penyakitnya.
2. Berikan penjelasan pada klien tentang penyakitnya dan kondisinya sekarang.
Rasional : dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien dan
keluarganya akan merasa tenang dan mengurangi rasa cemas.
3. Diskusikan penyebab individual dari sakit kepala bila diketahui.
Rasional : untuk mengurangi kecemasan klien serta menambah pengetahuan
klien tentang penyakitnya.
4. Minta klien dan keluarga mengulangi kembali tentang materi yang telah
diberikan.
Rasional : mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga serta
menilai keberhasilan dari tindakan yang dilakukan.
5. Diskusikan mengenai pentingnya posisi atau letak tubuh yang normal
Rasional : agar klien mampu melakukan dan merubah posisi/letak tubuh yang
kurang baik.
6. Anjurkan pasien untuk selalu memperhatikan sakit kepala yang dialaminya
dan faktor-faktor yang berhubungan.
Rasional : dengan memperhatikan faktor yang berhubungan klien dapat
mengurangi sakit kepala sendiri dengan tindakan sederhana, seperti
berbaring, beristirahat pada saat serangan.

 Implementasi Keperawatan Pelaksanaan tindakan keperawatan di laksanakan


sesuai dengan rencana tindakan keperawatan. Sebelum melaksanakan tindakan
yang telah di rencanakan. Perawat perlu memvalidasi apakah rencana tindakan
masih di butuhkan pasien sesuai dengan kondisi saat ini.
Daftar Pustaka

Kang L S,. Pengobatan Vertigo dengan Akupunktur, Cermin Dunia Kedokteran No. 144, Jakarta, 2004.

Lumban Tobing. S.M, 2003, Vertigo Tujuh Keliling, Jakarta : FK UI Lynda Juall carpernito, Rencana
Asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan, Diagnosis Keperawatan dan Masalah
Kolaboratif, ed. 2, EGC, Jakarta, 1999.

Marilynn E. Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan


pendokumentasian pasien, ed.3, EGC, Jakarta, 1999.

Perhimpunan Dokter Spesialis Syaraf Indonesia, 1998, Vertigo Patofisiologi, Diagnosis dan Terapi,
Malang:Perdossi

Anda mungkin juga menyukai