LAPORAN KASUS#1
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas
Disusun oleh:
NIM: 2153060
A. Definisi
Demam Berdarah Dengue (DBD) ialah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa dengan
gejala utama demam, nyeri otot dan sendi dan biasanya memburuk setelah 2 hari
pertama (Meilany, 2010)
Demam Berdarah Dengue adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue
terutama menyerang anak-anak dengan ciri-ciri demam tinggi mendadak, disertai manifestasi
perdarahan dan berpotensi menimbulkan renjatan/syok dan kematian (Aplikasi NANDA NIC NOC
jilid 1, 2013).
B. Etiologi
Penyebab utama penyakit demam berdarah adalah virus dengue, yang merupakan virus dari famili
Flaviviridae.
Terdapat 4 jenis virus dengue yang diketahui dapat menyebabkan penyakit demam berdarah,
yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4.
Virus dengue dapat masuk ke tubuh manusia melalui gigitan vektor pembawanya, yaitu nyamuk
dari genus Aedes seperti Aedes aegypti betina dan Aedes albopictus. Aedes aegypti adalah vektor
yang paling banyak ditemukan menyebabkan penyakit ini.
Risiko terjangkit penyakit demam berdarah meningkat pada seseorang yang memiliki antibodi
terhadap virus dengue akibat infeksi pertama
Risiko demam berdarah juga lebih tinggi pada wanita, seseorang yang berusia kurang dari 12
tahun, atau seseorang yang berasal dari ras Kaukasia.
D. Pathofisiologi (Spiderweb)
E. Komplikasi
1. Syok
2. Penurunan Kesadaran
D). ALERGI
Makanan ( ), Minuman ( ), Obat ( ), debu ( ), Binatang ( ) : pasien tidak ada alergi
F). IMUNISASI
1. BCG ( ),
2. DPT I ( ), DPT II ( ), DPT Ill ( )
3. POLIO ( ), POLIO II, ( ), POLIO Ill ( ), KOTIPA ( )
4. CAMPAK ( ) , HEPATITIS I ( ), HEPATITIS II ( ), HEPATITIS Ill ( )
5. BOSTER ( )
1. Mata
• Penglihatan : Jelas ( ), Kabur ( ), Rabun ( ), berkunang-
kunang ( ), Perih ( ), lain-lain :
• Palpebrae : Cekung ya ( ), Tidak ( ), Edema ( ), Normal(
)
• Conjunctiva : warna Pucat ( ), merah muda ( ), Lesi ada (
), Tidak ( )
• Sklera : Warna Normal ( ), Kuning ( ), merah ( ), iritasi(
)
• Reaksi Pupil : ada ( ), Tidak ( )
• Bola mata : Simetris ( ), Tidak ( ), Exopthalamus ( )
• Tekanan Intra Okuler meningkat ( ), Normal ( )
• Kelaianan : Strabismus ( ), Nystagmus ( ), Lain-lain: -
2 . Telinga
• Pendengaran jelas ( ), berkurang ( ), Tidak mendengar( )
• Nyeri ( ), Serumen ( ), Pengerasan Serum ( ), Membran
tympani utuh ( )
• Kelaianan: Tidak ada kelainan
3. Hidung
• Membedakan bau : dapat( ), Tidak( ), Polip( ), Tidak ( )
• Sekresi : ada ( ), Tidak ( ), Jika ada , warna :
• Pembengkakan : ada ( ), Tidak ( ), Deviasi septum ada
( ), tidak ( ), Nostail ada ( ), Tidak ( )
• Pernapasan Cuping Hidung ada ( ), Tidak ( )
Kelainan I Masalah: Tidak ada kelainan
4. Mulut
a. Bibir : warna normal ( ), kemerahan ( ), Pucat ( )
: Kelembaban : Basah ( ), Kering ( ), Lesi ada
), Tidak ( )
Refleks Moro : ada ( ), Tidak ( ), Refleks Hisap
kuat ( ), Lemah ( ),
Tidak ada ( )
b. Gigi : Jumlah Buah, Caries ada ( ), Tidak ( ),
Bersih ( ), Kotor ( ),
Warna:putih
c. Lidah : Warna : merah muda , Lesi ada ( ), Tidak ( ),
Pergerakan Bebas ( ), Kaku ( ) , Sensasi
Dingin ( ), Asam ( ), Pahit ( ), manis : panas ( ), (
)
d. Pharing flaring
• Pseudomembran ada ( ), Tidak ( ), Tonsil Kemerahan
), membesar ( )
• Pembengkakan ada ( ), Tidak ( ), Pus ada ( ), Tidak( )
Tidak ( )
Mammae : Simetris ( ),Tidak ( ), Putting masuk ( ), Tidak
( ) Menonjol ( ), Tidak ( ), Eksresi ada ( ), Tidak ( ), jika ada,
warna : Benjolan ada ( ), tidak ( )
2. Paru
Bunyi Bersih Vasikuler ( ) Wheezing ( ), ronchi (- ), relas ( )
lrama Nafas Eupnoe ( ), Tasehipnoe ( ), Bradipnoe ( ),
Apnoe ( ), Hyperventilasi ( ), Cheyne Stoke ( ), Biot ( )Kusmaul
( )
3. Jantung
Bunyi Teratur ( ), Tidak ( ), Gallop ( )
4. Ketiak
F. ABDOMEN
1. Bentuk Dasar ( ), membuncit ( ), Cekung ( ), Tegang ( ) Lain•
lain
2. Kulit : Parut ( ), Lesi ( ), Bercak-bercak merah ( )
Benjolan : Ada ( ), tidak ada (), Letak :
Nyeri tekan : Ada ( ), tidak ada (), letak
Bising usus : ada ( ), tidak ( ) frekuensi : Meningkat ( ),
normal ( ), Menurun ( )
G. GENITALIA
1. Bentuk : Utuh ( ), tidak ( ), Bersih ( ), Kotor ( )
2. Radang : Ada ( ), tidak ( ), lesi ada ( ), Tidak ( )
3. Sekret : Ada ( ), Tidak ( )
4. Pembengkakan labia/skrotum : ada ( ), Tidak ( )
5. Testis lengkap ( ), Tidak ( )
6. Benjolan ada ( ), Tidak ( )
7. Orifisium urethra letaknya : Normal ( ), tidak ( ), Hipospadia ( ),
Femosis ( )
Kelainan: Tidak ada kelainan
H. EXTREMITAS ATAS
1. Bentuk simetris ( ), Tidak ( ), Sensasi halus ada ( ), Tidak( )
2. Sensasi tajam ada ( ), Tidak ( ), Sensasi panas ada ( ),
Tidak ( )
3. Sensasi Dingin ada ( ), Tidak ( ), Kekuatan simetris ada ( ),
Tidak ( )
4. Gerakan ROM dapat ( ), Tidak ( ), reflex bisep ada ( ), Tidak
( )
5. Refleks trisep ada (), Tidak ( ), pembengkakan ada ( )
Tidak ( )
Kelainan : Tidak ada kelainan
I. EXTREMITAS BAWAH
1. Bentuk simetris ( ), Tidak ), Sensasi halus ada ( ),
Tidak ( )
2. Sensasi tajam ada ( ), Tidak ( ), Sensasi panas ada ( ),
Tidak ( )
3. Sensasi Dingin ada ( ), Tidak ( ), Kekuatan simetris ada ( ),
Tidak ( )
4. Gerakan ROM dapat ( ), Tidak ( ), reflex Patela ada ( ),
Tidak ( )
5. Refleks Babinsky ada ( ), Tidak ( ), pembengkakan lipat paha ada
( ), Tidak ( )
6. Varises ada ( ), Tidak ( ), letak
7. Thrombophlebitis ada ( ), tidak ( ), Kelembutan : lembab ( ),
Kering ( )
8. Tanda kering ada ( ), Tidak ( ), Tanda Bruzinsky ada ( ), tidak
( )
Analisa data
1) Peningkatan suhu tubuh (hipertermi)
Etiologi :
Arbovirus melalui gigitan nyamuk aedes aegypti beredar dalam darahinfeksi
virusmengaktivasi komplemenmembentuk dan melepas zat C3a, C5aPGE2
HipotalamusHipertemi.
2) Syok hypovolemik
Etiologi :
Arbovirus melalui gigitan nyamuk aedes aegypti beredar dalam darahinfeksi
virusmengaktivasi komplemenmembentuk dan melepas zat C3a, C5aPGE2
HipotalamusHipertemipermeabilitas membran meningkat Volume cairan tubuh
berkurang Resiko Syok Hipovalemik.
Etiologi :
Arbovirus melalui gigitan nyamuk aedes aegypti beredar dalam darahinfeksi
virusmengaktivasi komplemenmembentuk dan melepas zat C3a, C5aPGE2
HipotalamusHipertemipermeabilitas membran meningkat Resiko Syok
Hipovalemikmual, muntah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh .
Sign and symtomp :
Ds:’’mual,muntah sus”
Do :
- Ku pasien lemah
- Pasien rest on bed
- Mual (+)
- Muntah 1 kali
- Pasien makan ½ porsi
Diagnosa keperawatan :
1. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan proses penyakit (viremia).
2. Resiko terjadinya syok hypovolemik berhubungan dengan kurangnya volume cairan
tubuh.
3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
mual, muntah, anoreksi
Identifikasi pengetahuan / tindakan kasus kelolaan berdasarkan referensi akademik
Intervensi:
1) Kaji saat timbulnya demam, rasionalnya untuk mengidentifikasi pola demam pasien.
2) Observasi tanda vital (suhu, nadi, tensi, pernafasan) setiap 3 jam, rasionalnya tanda vital
merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien
3) Anjurkan pasien untuk banyak minum (2,5 liter/24 jam), rasionalnya peningkatan suhu tubuh
mengakibatkan penguapan tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang
banyak.
4) Berikan kompres hangat, rasionalnya dengan vasodilatasi dapat meningkatkan penguapan yang
mempercepat penurunan suhu tubuh.
5) Anjurkan untuk tidak memakai selimut dan pakaian yang tebal, rasionalnya pakaian tipis
membantu mengurangi penguapan tubuh
6) Berikan terapi cairan intravena dan obat-obatan sesuai program dokter, rasionalnya pemberian
cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tinggi
3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual,
muntah, anoreksia
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan perubahan status
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat teratasi.
Kriteria hasil: Mencerna jumlah kalori dan nutrisi yang tepat, menunjukkan tingkat energi biasanya,
berat badan stabil atau bertambah (Judith, 2009).
1. Observasi keadaan umam pasien dan keluhan pasien, rasional mengetahui kebutuhan yang
diperlukan oleh pasien.
2. Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang dapat
dihabiskan oleh pasien, rasional mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan
terapeutik
3. Timbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi, rasionalnya mengkaji pemasukan makanan
yang adekuat (termasuk absorbsi dan utilisasinya)
4. Identifikasi makanan yang disukai atau dikehendaki yang sesuai dengan program diit, rasionalnya
jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan dalam pencernaan makan, kerjasama ini dapat
diupayakan setelah pulang
5. Ajarkan pasien dan libatkan keluarga pasien pada perencanaan makan sesuai indikasi, rasionalnya
meningkatkan rasa keterlibatannya; Memberikan informasi kepada keluarga untuk memahami nutrisi
pasien
6. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat anti mual, rasionalnya pemberian obat antimual
dapat mengurangi rasa mual sehingga kebutuhan nutrisi pasien tercukupi.
Program bermain pada anak dengan masalah hospitalisasi
Perasaan cemas merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami oleh anak.
Terapi bermain yang dapat diterapkan salah satunya adalah dengan bermain puzzle
dan bercerita. Terapi ini memberikan efek yang baik untuk menurunkan kecemasan
dan takut pada anak yang sedang dirawat . seperti yang ditulis oleh : Inggrith kaluas.
Pada eJournal Keperawatan (e-Kp) Volume 3 Nomor 2 Mei 2015, dengan judul :
Penelitian ini menjelaskan perbedaan terapi bermain yang merupakan salah satu
metode yang baik digunakan untuk pasien anak yang sedang dirawat. Metode Penelitian
ini menggunakan quasi experimental design dengan rancangan perbandingan kelompok
statis. Teknik pengambilan sampel yaitu dengan purposive sampling. Hasil penelitian
analisa data menggunakan uji statistik paired sample t-Test dengan tingkat kemaknaan
95% (α = 0,05) didapatkan nilai p value = 0,000 < α = 0,05 (Ho ditolak).
Kesimpulan dari penelitian ini yaitu, Ada pengaruh terapi bercerita terhadap respon
kecemasan anak selama hospitalisasi di ruang anak RS.TK.III R.W.Mongisidi Manado.
Pemberian terapi bermain puzzle dan bercerita dapat diterapkan sebagai salah satu
intervensi keperawatan untuk menurunkan kecemasan anak. Pada saat menjalani
hospitalisasi aktivitas bermain yang terapeutik memungkinkan anak untuk mengekspresikan
perasaan termasuk kecemasan, ketakutan dan perasaan kehilangan kontrol.
Pemberian pelayanan perawatan berdasarkan prinsip family centered care
atau traumatic care
Pemberian asuhan keperawatan kepada pasien anak, seorang perawat harus memahami
bahwa semua asuhan keperawatan anak harus berpusat pada keluarga (family center
care) untuk mencegah terjadinya trauma (atraumatik care). Atraumatic care adalah
penyediaan asuhan terapeutik melalui penggunaan intervensi yang memperkecil stres
psikologis dan fisik yang diderita oleh anak dan keluarganya dalam sistem pelayanan
kesehatan. Atraumatic care merupakan suatu tindakan terapeutik. Ketika anak sakit dan
dianjurkan untuk dirawat di rumah sakit, anak tidak pernah terlepas dari dampak negatif
hospitalisasi. Oleh karena itu, perawat berusaha menerapkan prinsip atraumatic care
dalam memberikan asuhan keperawatan kepada anak maupun keluarganya, seperti:
melibatkan orang tua dalam setiap tindakan atau implementasi yang akan dilakukan
untuk kesembuhan sang buah hati, membolehkan anak membawa boneka atau robot
kesayangan selama perawatan.
Keluarga menyerahkan segala keputusan untuk keselamatan anaknya kepada petugas
kesehatan, oleh karena itu untuk menghindari terjadinya dampak negatif hospitalisasi
pada anak, selain itu tindakan tersebut diharapkan komunikasi antara orang tua dan
petugas kesehatan selalu berkesinambungan. Penerapan atraumatic care dapat
meminimalisir terjadinya stres pada anak maupun keluarga.
Pernyataan ini didukung dengan jurnal yang teliti oleh lisdayanti Usaman dengan judul :
Dalam penelitian ini, dijelaskan bahwa dengan menerapkan prinsip Atraumatic care yaitu
melibatkan orang tua dalam setiap tindakan memiliki dampak yang positif dan
meminimalisir terjadinya stress pada anak.
FORMAT
Hipertermi s/d proses infeksi Setelah melakukan tindakan 1.observasi ku 1.untuk mengetahui 1.observasi ku dan Hipertermi
virus dengue keperawatan ,suhu tubuh dan vs pasien perkembangan vs ps teratasi T=37
Ds:”Panas “ Kembali normal temperature keadaan pasien. 0
C
Do:ku lemah ps teraba 36,5 0C 2.beri kompres 2.kompres panas dapat 2.diberi kompres
hangat T=38 hangat hangat pada dahi
menghasilkan proses
0
C,Pulse=131x/m,RR=24X/ pasien dan tubuh
penguapan dan dapat pasien.
M, mengembalikan suhu
BP=90/60 mmhg,akral normal.
dingin panas hari ke 5 ,hasil 3.ganti pakaian ps 3.membantu
3.mengganti
lab trombosit 65000,serilogi dengan bahan mengurangi pakaian pasien
multisure IGM positif yang penguapan tubuh dengan bahan
menyerap akibat dari yang menyerap
kringat. peningkatan suhu. keringat.
4.beri pasien 4.mengurangi panas 4.memberi pasien
minum air secara konveksi panas minum air
hangat hangat.
terbuang Bersama urin
dan keringat. 5.di beri obat sesuai
5.beri terapi obat 5.memberi terpi
sesuai order order dokter.
dokter dalam
dokter pemberian antipiretik
dapat menurunkan
panas.
Perdarahan
1.untuk mengetahui tidak
perkembangan terjadi ,ps
1.observasi ku keadaan ps rest on bed
Setelah dilakukan tindakan
dan vs pasien 2.mencegah terjadinya
perawatan perdarahan tidak 1.diobsevasi ku dan
terjadi dengan kretria hasil
syok hipovolemik vs pasien
2.dimonitor
3.Resiko/potensian tidak ada ; perdarahan pada
terjadinya perdaran s/d gusi,epistaksis,hematuria.ba tanda-tanda 2.di monitor tanda-
trombositopenia b hitam perdarahan 3.dapat diketahui tanda perdarahan
Ds=’anak saya malas minum 3.dimonitor tingkat kebocoran
sus’ jumlah trombosit pembuluh darah dan
Do=ku pasien lemah mukosa setiap hari kemungkinan 3.dimonitor jumlah
bibir tampak kering.ps perdarahan. trombosit setiap
menolak saat di beri minum 4.mencegah pencetus hari
Dan kadang mau 4.dianjurkan perdarahan pada gusi
minum.pasien panas keluarga agar
T=380c.Pulse=131.RR menyikat gigi ps 4.di anjurkan
22x/m.ptekee (+) trombosit dengan keluarga agar
65000.akrak dingin nadi menyikat gigi ps
menggunakan
teraba cepat dan lemah dengan sikat gigi yg
ang
sikat gigi yg lembut
lembut 5.mencegah
5.diberi cairan kurangnnya cairan
intravena sesuai tubuh ps
order dokter. 5.di beri terapai
cairan sesuai
order dokter,
Daftar pustaka
Carpenito, Lynda Juall. (1999). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC
Effendi, Christantie. (1995). Ensiklopedia Demam Berdarah. Edisi Revisi. Jakarta: Insan
Utama.
Tjokronegoro Arjatmo, Utama Hendra. (1996). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : FKUI