Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

WAHAM

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas


Stase Keperawatan Jiwa

Disusun Oleh:
Windawati br. Sinulingga
NIM : 2153060

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ADVENT INDONESIA
BANDUNG
2021/2022
TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian
Waham adalah suatu keyakinan yang dipertahankan secara kuat terus-menerus,
tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. (Budi Anna Keliat, 2006)
Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang
salah Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang
budaya klien (Aziz R, 2003).

B. Tanda Dan Gejala
1. Menolak makan
2. Tidak ada perhatian terhadap perawatan diri
3. Ekspresi muka sedih/ gembira/ ketakutan
4. Gerakan tidak terkontrol
5. Mudah tersinggung
6. Isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan
7. Tidak bisa membedakan antara kenyataan dan bukan kenyataan
8. Menghindar dari orang lain
9. Mendominasi pembicaraan
10. Berbicara kasar
11. Menjalankan kegiatan keagamaan secara berlebihan. 

C. Rentang Respon

Respon adaptif                                                              Respon mal adaptif


 Pikiran logis  kadang proses fikir  gangguan isi fikir
 Persepsi akurat tergangggu halusinasi
 Emosi konsisten dengan  ilusi  perubahan proses emosi
pengalaman  emosi berlebihan  perilaku tidak terorganisir
 perilaku sesuai  berperilaku yang tidak  isolasi sosial
 hubungan sosial harmonis biasa
 menarik diri
D. Faktor predisposisi
1. Faktor perkembangan
Hambatan perkembangan akan menggangu hubungan interpersonal seseorang. Hal
ini dapat meningkatkan stress dan ansietas yang berakir dengan gangguan presepsi,
klien menekankan perasaan nya sehingga pematangan fungsi intelektual dan emosi
tidak efektif
2. Faktor sosial budaya
Seseorang yang merasa di asingkan dan kesepian dapat menyebabkan timbul nya
waham
3. Faktor psikologi
Hubungan yang tidak harmonis, peran ganda bertentangan dapat menimbulkan
ansietas dan berakhir dengan pengingkaran terhadap kenyataan
4. Faktor biologis
Waham di yakini terjadi karena ada nya atrofi otak, pembesaran ventrikel di otak
atau perubahan pada sel kortikal dan lindik
5. Faktor genetik

E. Faktor Presipitasi
1. Faktor sosial budaya
Waham dapat di picu karena ada nya perpisahan dengan orang yang berarti atau di
asingkan dari kelompok
2. Faktor biokimia
Dopamin, norepinepin, dan zat halusinogen lain nya di duga dapat menjadi penyebab
waham pada seseorang
3. Faktor psikologis
Kecemasan yang memanjang dan terbatasan nya kemampuan untuk mengatasi
masalah sehingga klien mengembangkan koping untuk menghindari kenyataan yang
menyenagkan.

F. Fase- Fase Tejadinya Waham


Proses terjadinya waham meliputi 6 fase, yaitu :
1. Fase of human needm
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik secara fisik
maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang-orang
dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya klien sangat miskin dan
menderita. Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya untuk
melakukan kompensasi yang salah. Ada juga klien yang secara sosial dan ekonomi
terpenuhi tetapi kesenjangan antara realiti dengan self ideal sangat tinggi.
2. Fase lack of self esteem
Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara self
ideal dengan self reality (keyataan dengan harapan) serta dorongn kebutuhan yang
tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah melampaui kemampuannya.
3. Fase control internal external
Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa yang ia
katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan keyataan,
tetapi menghadapi keyataan bagi klien adalah suatu yang sangat berat, karena
kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap penting dan diterima
lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum
terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan sekitar klien mencoba memberikan
koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak
dilakukan secara adekuat karena besarnya toleransi dan keinginan menjaga perasaan.
Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau konfrontatif
berkepanjangan dengan alasan pengakuan klien tidak merugikan orang lain.
4. Fase envinment support
Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya
menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap sesuatu
yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya diulang-ulang.
Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsinya norma
(super ego) yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong.
5. Fase comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta menganggap
bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan mendukungnya. Keyakinan
sering disertai halusinasi pada saat klien menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya
klien sering menyendiri dan menghindari interaksi sosial (isolasi sosial).
6. Fase improving
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu keyakinan
yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul sering berkaitan
dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai
yang hilang). Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat
menimbulkan ancaman diri dan orang lain.

G. Macam – Macam Waham


1. Waham agama
Kenyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, di ucapkan berulang-ulang
tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
contoh : “ kalau saya mau masuk surga saya harus mengunakan pakaian putih setiap
hari “, atau klien mengatakan bahwa diri nya adalah tuhan yang dapat mengendalikan
mahkluk nya
2. Waham kebesaran
Keyakinan secara berlebihan bahwa diri nya memiliki kekuatan khusus atau
kelebihan yang berbeda dengan orang lain, di ucapkan berulang-ulang tetapi tidak
sesuai dengan kenyataan.
Contoh : “saya ini pejabat di departemen kesehatan lhooooo........” atau “saya punya
tambang emas !”
3. Waham curiga
Keyakinan bahwa seseorang tau sekelompok orang berusaha merugikan atau
mencederai diri nya, di ucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
Contoh :“saya tau ...........semua saudara saya ingin menghancurkan hidup saya
karena mereka semua iri dengan kesuksesan yang di alami saya”.
4. Waham somatik
Keyakinan seseorang bahwa tubuh tau bagian tubuh nya terganggu atau terserang
penyakit, di ucapkan berulag-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
Contoh : ”klien selalu mengatakan bahwa diri nya sakit kanker,namun setelah di
lakukan pemeriksaa laboraturium tidak di temukan ada nya sel kanker pada tubuh
nya.
5. Waham nihilistik
Keyakinan seseorang bahwa diri nya sudah meninggal dunia, di ucapkan berulang-
ulang tetapi tidak sesuai denga kenyataan
Contoh :” ini akan alam kubur nya, semua yang ada di sini adalah roh-roh”.
6. Status metal
Berdandan dengan baik dan berpakian rapi, tetapi mingkin terlihat eksentrik dan
aneh.tidak jarang bersikap curiga atau bermusuhan terhadap orang lain.klien biasa
cerdik ketika di lakukan pemeriksaan sehingga dapat memanipulasi data selain itu
perasaan hati nya konsisten dengan isi waham.
7. Sensori dan kognisi
Tidak memiliki kelainan dalam orientasi kecuali klien waham spesifik terhadap
orang, tempat, dan waktu. Daya ingat atau kognisi lain biasa nya akurat.
Pengendaliaan implus pada klien waham perlu di perhatikan bila terlihat ada nya
rencana untuk bunuh diri, membunuh, atau mealuka kekerasan pada orang lain.

Gangguan proses pikir : waham biasa nya di awali dengan ada nya riwayat penyakit
berupa kerusakan pada bagian kortkes dan lindik otak. Bisa di karena kan terjatuh atau di
dapat ketika lahir. Hal ini mendukung terjadi nya perubuhan emosional seseoramg yang tidak
stabil. Bila berkepanjangan akan menimbulkan perasaan rendah diri, kemudian mengisolasi
diri dari orang lain dan lingkungan. Waham kebesaran akan timbul sebagai manivestasi
ketidakmampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan nya. Bila respon lingkungan kurang
mendukung terhadap prilaku nya di mungkinkan aka timbul resiko prilaku kekerasan pada
orang lain.

H. Masalah Keperawatan Yang Perlu Di Kaji

Masalah Keperawatan Data yang perlu dikaji


Defisit perawatan diri Subjektif :
1. Klien mengantakan dirinya malas
berdandan.
2. Klien mengatakan ingin disuapi makan.
3. Klien mengatakan jarang membersihkan alat
kelaminnya setelah BAB /BAK
Objektif :
1. Ketidakmampuan mandi / membersihkan
diri ditandai dengan rambut kotor, gigi
kotor, kulit berdaki dan berbau, kuku
panjang dan kotor.
2. Ketidakmampuan berpakaian / berhias
ditandai dengan rambut acak – acak,
pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tdk
sesuai, tidak bercukur.
3. Ketidakmampuan makan secara mandiri
ditandai dengan ketidakmampuan
mengambil makanan sendiri, makanan
berceceran
4. Ketidakmampuan BAB / BAK secara
mandiri ditandai dengan BAB / BAK tidak
pada tempatnya, tidak membersihkan diri
dengan baik setelah BAB / BAK.

I. Masalah Keperawatan Yang Mungkin Muncul


1. Defisit perawatan diri
2. Harga diri rendah kronis
3. Risiko tinggi isolasi sosial

J. Diagnosa Keperawatan
Perubahan proses pikir : waham

K. Rencana Tindakan Keperawatan


1. Tindakan keperawatan pada klien
a. Kriteria Hasil
1) Klien dapat berorientasi terhadap realitas secara bertahap
2) Klien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan
3) Klien menggunakan obat dengan prinsip enam benar
b. Tindakan
1) Bina hubungan saling percaya
Rasional : mempermudah untuk berkomunikasi dengan klien
Sebelum memulai pengkajian pada klien dengan waham, saudara harus
membina hubungan saling percaya terlebih dahulu agar klien merasa aman
dan nyaman saat berinteraksi. Tindakan yang harus saudara lakukan dalam
rangka membina hubungan saling percaya adalah sebagai berikut :
 Mengucapkan salam terapeutik
 Berjabat tangan
 Menjelaskan tujuan berinteraksi
 Membuat kontrak topik, waktu, dan tempat setiap kali bertemu klien.

2) Tindakan mendukung atau membantah waham klien


3) Yakinkan klien berada dalam keadaan aman
4) Observasi pengaruh waham terhadap aktivitas sehari-hari
5) Diskusikan kebutuhan psikologis / emosional yang tidak terpenuhi karena
dapat menimbulkan kecemasan, rasa takut, dan marah
6) Jika klien terus-menerus membicarakan wahamnya, dengarkan tanpa
memberikan dukungan, atau menyangkal sampai klien berhenti
membicarakannya.
7) Berikan pujian bila penampilan dan orientasi klien sesuai dengan realitas
8) Diskusikan dengan klien kemampuan realistis yang dimilikinya pada saat
lalu dan saat ini
9) Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas sesuai kemampuan yang
dimilikinya
10) Diskusikan kebutuhan psikologis/emosional yang tidak terpenuhi sehingga
menimbulkan kecemasan, rasa takut, dan marah
11) Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan emosional
klien
12) Berbicara dalam konteks realita
13) Bila klien mampu memperlihatkan kemampuan positifnya, berikan pujian
yang sesuai
14) Jelaskan pada klien tentang program pengobatannya (manfaa, dosis, obat,
jenis, dan efek samping obat yang diminum serta cara meminum obat yang
benar)
15) Diskusikan akibat yang terjadi bila klien berhenti meminum obat tanpa
konsultasi

2. Tindakan Keperawatan Untuk Keluarga Klien


a. Kriteria Hasil
1) Keluarga mampu mengidentifikasi waham klien
2) Keluarga mampu memfasilitasi klien untuk memenuhi kebutuhan yang
belum terpenuhi oleh wahamnya
3) Keluarga mampu mempertahankan program pengobatan klien secara
optimal
b. Tindakan keperawatan
1) Diskusikan dengan keluarga tentang waham yang dialami klien
2) Diskusikan dengan keluarga tentang cara merawat klien waham di rumah,
follow up, dan keteraturan pengobatan, serta lingkungan yang tepat untuk
klien.
3) Diskusikan dengan keluarga kondisi klien yang memerlukan bantuan
DAFTAR PUSTAKA

Aziz R, dkk. 2006. Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang: RSJD Dr. Amino
Gondoutomo.
Capernito, Lynda Juall, (2009), Buku Saku Diagnosa Keperawatan, edisi 8, EGC,  Jakarta
Doengoes, E Marllyn (2006). Rencana Asuhan Keperawatan Psikiatri Edisi 3 jakarta : EGC
Keliat, Budi Anna dkk. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi 2.Jakarta: EGC
Nurjannah (2006), Buku Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa edisi 2 Moco Media
Stuart, Gall W. 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5. Jakarta: EGC
Suliswati (2005),  Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa, EGC  ; Jakarta

Anda mungkin juga menyukai