Disusun Oleh :
Nama Mahasiswa : Rani Tiara
NIM : 221FK09016
3. Terapi Keluarga
Pemberian terapi perlu menemui atau mendapatkan keluarga
klien, sebagai sekutu dalam proses pengobatan. Keluarga akan
memperoleh manfaat dalam membantu ahli terapi dan membantu
perawatan klien.
1.2.11 Konsep asuhan waham
1. Pengkajian
a. Identitias klien
Identitas ditulis lengkap meliputi nama, usia dalam tahun,
alamat, pendidikan, agama, status perkawinan, pekerjaan, jenis
kelamin, nomor rekam medis dan diagnosa medisnya.
b. Alasan masuk
Tanyakan pada keluarga / klien hal yang menyebabkan klien
dan keluarga datang ke Rumah Sakit, yang telah dilakukan
keluarga untuk mengatasi masalah dan perkembangan yang di
capai.
Tanyakan pada klien / keluarga, apakah klien pernah mengalami
gangguan jiwa pada masa lalu, pernah melakukan, mengalami,
penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan,
kekerasan dalam keluarga dan tindakan kriminal
c. Faktor predisposisi
1) Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat
mempengaruhi respon psikologis dari klien.
2) Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak atau SSP,
pertumbuhan dan perkembangan individu pada prenatal,
neonates dan anak-anak.
3) Sosial Budaya
Seperti kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan,
kerusuhan, kerawanan), kehidupan yang terisolasi serta
stress yang menumpuk.
d. Aspek fisik / biologis
Mengukur dan mengobservasi tanda-tanda vital: TD, nadi,
suhu, pernafasan. Ukur tinggi badan dan berat badan, kalau
perlu kaji fungsi organ kalau ada keluhan.
e. Aspek psikososial
1) Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga generasi
yang dapat menggambarkan hubungan klien dan keluarga,
masalah yang terkait dengan komunikasi, pengambilan
keputusan dan pola asuh.
2) Konsep diri
a) Citra tubuh: mengenai persepsi klien terhadap tubuhnya,
bagian yang disukai dan disukai.
b) Identitas diri: status dan posisi klien sebelum dirawat,
kepuasan klien terhadap status dan posisinya dan kepuasan
klien sebagai laki-laki / perempuan.
c) Peran: tugas yang diemban dalam keluarga / kelompok
dan masyarakat dan kemampuan klien dalam
melaksanakan tugas tersebut.
d) Ideal diri: harapan terhadap tubuh, posisi, statu, tugas,
lingkungan dan penyakitnya.
e) Harga diri: hubungan klien dengan orang lain, penilaian
dan penghargaan orang lain terhadap dirinya, biasanya
terjadi pengungkapan kekecewaan terhadap dirinya
sebagai wujud harga diri rendah.
3) Hubungan sosial dengan orang lain yang terdekat dalam
kehidupan. bagaimana peran serta dalam kegiatan dalam
kelompok/masyarakat serta ada/tidak hambatan dalam
berhubungan dengan orang lain
4) Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah.
Apa agama/keyakinan klien. Bagaimana persepsi, nilai,
norma, pandangan dan keyakinan diri klien, keluarga dan
masyarakat setempat tentang gangguan jiwa sesui dengan
norma budaya dan agama yang dianut
f. Status mental
Nilai penampilan klien rapi atau tidak, amati pembicaraan
klien, aktivitas motorik klien, alam perasaan klien (sedih, takut,
khawatir), afek klien, interaksi selama wawancara, persepsi
klien, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat
konsentrasi dan berhitung, kemampuan penilaian dan daya tilik
diri.
1) Penampilan
Observasi penampilan umum klien yaitu penampilan
usia, cara berpakaian, kebersihan, sikap tubuh, cara
berjalan, ekspresi wajah, kontak mata.
2) Pembicaraan
Bagaimana pembicaraan yang didapatkan pada klien,
apakah cepat, keras. Gagap, inkoheren, apatis, lambat,
membisu dan lain-lain.
3) Aktivitas motorik (psikomotor)
Aktivitas motorik berkenaan dengan gerakan fisik perlu
dicacat dalam hal tingkat aktivitas (latergik, tegang, gelisah,
agitasi), jenis (TIK, tremor) dan isyarat tubuh yang tidak
wajar.
4) Afek dan emosi
Afek merupakan nada perasaan yang menyenangkan
atau tidak menyenangkan yang menyertai suatu pikiran dan
berlangsung relatif lama dan dengan sedikit komponen
fisiologis/fisik serta bangga, kecewa. Emosi merupakan
manifestasi afek yang ditampilkan/diekspresikan keluar,
disertai banyak komponen fisiologis dan berlangsung relatif
lebih singkat/spontan seperti sedih, ketakutan, putus asa,
kuatir atau gembira berlebihan.
5) Interaksi selama wawancara
ABagaimana respon klien saat wawancara,
kooperatif/tidak, bagaimana kontak mata dengan perawat
dan lain-lain.
6) Persepsi sensori
Memberikan pertanyaan kepada klien seperti “apakah
anda sering mendengar suara saat tidak ada orang? Apa
anda mendengar suara yang tidak dapat anda lihat? Apa
yang anda lakukan oleh suara itu. Memeriksa ada/ tidak
halusinasi, ilusi.
7) Proses pikir
Bagaimana proses pikir klien, bagaimana alur pikirnya
(koheren/inkoheren), bagaimana isi pikirannya
realitas/tidak.
8) Kesadaran
Bagaimana tingkat kesadaran klien menurun atau meninggi.
9) Orientasi.
Bagaimana orientasi klien terhadap waktu, tempat dan
orang.
10) Memori
Apakah klien mengalami gangguan daya ingat, seperti:
efek samping dari obat dan dari psikologis.
11) Tingkat konsentrasi dan berhitung
Apakah klien mengalami kesulitan saat berkonsentrasi,
bagaimana kemampuan berhitung klien, seperti: disaat
ditanya apakah klien menjawab pentanyaan sesuai dengan
yang ditanyakan oleh observer.
12) Kemampuan penilaian
a) Skor : tidak ada
Karakteristik : tidak cukup informasi
b) Skor 1 : sangat berat
Karakteristik : keputusan yang diambil maladatif
dan perilakunya berisiko membahayakan diri sendiri
dan orang lain
c) Skor 2 : berat
Karakteristik : Penilaian yang dialami maladatif
d) Skor 3 : sedang
Karakteristik : Tidak mampu membuat penilaian
sederhana (konstruktif) dan adatif meskipun telah
mendapat bantuan orang lain
e) Skor 4: ringan
Karakteristik : Mampu membuat penilaian
sederhana dengan bantuan orang lain
13) Gaya tilik diri
Apakah klien mengingakari penyakit yang diderita,
apakah klien menyalahkan hal-hal diluar dirinya.
g. Kebutuhan persiapan pulang
1) Kemampuan makan klien, klien mampu menyiapkan dan
membersihkan alat makan.
2) Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan
membersihkan WC serta membersihkan dan merapikan
pakaian.
3) Mandi klien dengan cara berpakaian, observasi kebersihan
tubuh klien.
4) Istirahat dan tidur klien, aktivitas di dalam dan di luar rumah.
5) Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksi yang dirasakan
setelah minum obat.
h. Masalah psikososial dan lingkungan
Dari data keluarga atau klien mengenai masalah yang dimiliki
klien.
i. Pengetahuan
Data didapatkan melalui wawancara dengan klien kemudian tiap
bagian yang dimiliki klien disimpulkan dalam masalah.
j. Aspek medis
Terapi yang diterima oleh klien: ECT, terapi antara lain seperti
terapi psikomotor, terapi tingkah laku, terapi keluarga, terapi
spiritual, terapi okupasi, terapi lingkungan. Rehabilitasi sebagai
suatu refungsionalisasi dan perkembangan klien supaya dapat
melaksanakan sosialisasi secara wajar dalam kehidupan
bermasyarakat
2. Analisa Data
Data Fokus Masalah
Gejala dan tanda mayor : Waham (D.0105)
Subjektif :
1. Mengungkapkan isi
waham
Objektif
1. Menunjukkan prikalu
sesuai isi waham
2. Isi pikir tidak sesuai
realitas
3. Isi pembicaraan sulit
dimengerti
Gejala dan Tanda Minor :
Subjektif
1. Merasa sulit
berkonsentrasi
2. Merasa Khawatir
Objektif
1. Curiga berlebihan
2. Waspada berlebihan
3. Bicara berlebihan
4. Sikap menentang atau
permusuhan
5. Wajah tegang
6. Pola tidur berubah
7. Tidak mapu mengambil
keputusan
8. Flight of idea
9. Produktifitas kerja
menurun
10. Tidak mampu merawat
diri
11. Menarik diri
3. Diagnosa keperawatan
Gangguan proses pikir : Waham
4. Intervensi
Perencanaan
Tgl Diagnosa
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Gangguan Pasien mampu : Setelah pertemuan pasien SP 1
Proses Pikir : Berorientasi kepada dapat memenuhi Identifikasi kebutuhan pasien
Waham realitas secara bertahap kebutuhannya Bicara konteks realita (tidak mendukung
Mampu berinteraksi dgn atau membantah waham pasien)
orang lain & lingkungan Latih pasien untuk memenuhi
Menggunakan obat dgn kebutuhannya
prinsip 6 benar Masukkan dalam jadwal harian pasien
Setelah pertemuan SP 2
keluarga mampu : Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1)
Menyebutkan kegiatan Latih keluarga cara merawat (langsung
yang sesuai dilakukan ke pasien)
Mampu memperagakan RTL keluarga
cara merawat pasien
Setelah pertemuan SP 3
keluarga mampu : Evaluasi kemampuan keluarga
Mengidentifikasi Evaluasi kemampuan pasien
masalah dan mampu RTL keluarga
menjelaskan cara Follow up
merawat pasien Rujukan
Intervensi Menurut SDKI :
Diagnosa Keperawatan Tujuan Rencana tindakan
3) Sosial budaya
Stress yang menumpuk dapat menunjang terhadap gangguan psikotik
lain tetapi diyakini sebagai penyebab utama gangguan.
d) Faktor Presipitasi
1) Biologi
Stressor biologi yang berhubungan dengan respon neurobiologi yang
maladaptif, termasuk gangguan dalam putaran umpan balik otak yang
mengatur proses informasi dan abnormalisasi pada mekanisme pintu
masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk
selektif menghadapi rangsangan.
2) Stress Lingkungan
Secara biologis menetapkan ambang toleransi terhadap stress yang
berinteraksi terhadap stressor lingkungan untuk menentukan
terjadinya gangguan perilaku.
3) Pemicu Gejala
Pemicu yang biasanya terdapat pada respon neurobiologi yang
maladaptif berhubungan dengan kesehatan (gizi buruk, infeksi),
lingkungan rasa bermusuhan/lingkungan yang penuh kritik,
gangguan dalam hubungan interpersonal, sikap dan perilaku (keputus
asaan, kegagalan).
e) Mekanisme Koping
Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi diri sendiri dari
pengalaman yang menakutkan berhubungan dengan respon
neurobiologi:
1) Regresi
Menghindari stress, kecemasan dan menampilkan perilaku
kembali seperti pada perilaku perkembangan anak atau
berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk
menanggulangi ansietas.
2) Proyeksi
Keinginan yang tidak dapat ditoleransi, mencurahkan emosi pada
orang lain karena kesalahan yang dilakukan diri sendiri (sebagai
upaya untuk menjelaskan keraguan persepsi).
3) Menarik Diri
Reaksi yang ditampilkan dapat berupa reaksi fisik maupun
psikologis, reaksi fisik yaitu individu pergi atau lari menghidar
sumber stressor, misalnya menjauhi polusi, sumber infeksi, gas,
beracun dan lain-lainn, sedangkan reaksi psikologis individu
menunjukkan perilaku apatis, mengisolasi diri, tidak berminat,
sering disertai rasa takut dan bermusuhan. Kemudian data yang
diperoleh dapat dikelompokkan menjadi dua macam sebagai
berikut :
a. Data Subjektif
Data yang disampaikan secara lisan oleh pasien dan keluarga.
Data ini diperoleh melalui wawancara perawat kepada pasien
dan keluarga. Data langsung didapat oleh perawat disebut
data primer, dan data yang di ambil dari hasil catatan tim
kesehatan lain sebagai data sekunder.
b. Data Objektif
Data yang ditemukan secara nyata. Data ini didapatkan
melalui observasi atau pemeriksaan langsung.
D. Diagnosa Keperawatan
Gangguan persepsi sensori (D.0085)
E. Analisa Data
F. Intervensi Keperawatan
Menurut SDKI :
Kolaborasi
1. Kolaborasi dalam meminimalkan
prosedur/tindakan
2. Kolaborasi pemberian obat yang
mempengaruhi persepsi stimulus
Strategi Pelaksanaan :
DAFTAR PUSTAKA
Adaptif Maladaptif
V. ANALISA DATA
No Data Masalah Keperawatan
Do :
b. Strategi Pelaksanaan
No Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
1 Risiko 1. Klien 1.Menjawab SP 1
Bunuh mendapat salam 1. Menemani klien secara terus
Diri perlindungan 2.Ada kontak menerus sampai ia dapat
dari mata dipindahkan ketempat yang aman
lingkungannya 3.Menerima 2. Menjauhkan semua benda yang
2. Klien dapat perawat berbahaya (mis., pisau, silet, gelas,
mengungkapka 4.Mau berjabat tali pinggang)
n perasaannya tangan 3. Memeriksa apakah klien benar-
3. Klien dapat 5.Menceritakan benar telah meminum obatnya, jika
meningkatkan penderitaan secara klien mendapatkan obat
harga dirinya terbuka dengan 4. Menjelaskan pada Klien bahwa
4. Klien dapat orang lain akan melindungi klien sampai
menggunakan 6.Klien dapat tidak ada keinginan bunuh diri
cara menyebutkan cara SP 2
penyelesaian mengatasi 1. Mendiskusikan tentang cara
yang baik keinginan Bunuh mengatasi keinginan bunuh diri,
Diri dan yaitu dengan meminta bantuan dari
menyelesaikan Perawat atau teman
masalah yang 2. Meningkatkan harga diri klien
sudah mampu dengan cara :
dilakukan a.Memberi kesempatan klien untuk
mengungkapkan persaannya
Memberikan pujian bila klien
mengatakan perasaan yang
positif
c. Meyakinkan Klien bahwa
dirinya penting
d. Membicarakan tentang
keaadaan yang sepatutnya
disyukuri oleh Klien
3. Meningkatkan kemampuan
menyelesaikan masalah dengan
cara :
a. Mendiskusikan dengan klien
cara menyelesaikan masalah
SP 3
1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1
dan SP 2)
2. Diskusikan dengan Klien
efektivitas masing-masing cara
penyelesaian masalah
3. Diskusikan dengan Klien cara
menyelesaikan masalah yang lebih
baik
DAFTAR PUSTAKA
Nanda, 2012. Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Buku
Kedokteran : EGC.
Fitria, N. (2009), Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Ah. Yusuf, Rizky Fitryasari PK, dan Hanik Endang Nihayati, 2015, Buku Ajar
Keperawatan Kesehatan Jiwa, Salemba Medika, Jakarta
Stuart & Laraia. 2005. Buku Saku Keperawatan Jiwa (terjemahan). Jakarta: EGC.
Sadock, BJ., Sadock, V.A. dan Kaplan & Sadock’s., 2010. Ganggaun Pervasif dalam
: Buku Ajar Psikiatri Klinis. Ed 2. Jakarta : EGC
Ariani, M., Soeselo, D. A., & Surilena. (2014). Karakteristik Pola Asuh dan
Psikopatologi Orang Tua Penyandang Retardasi Mental Ringan di Sekolah
Luar Biasa-C (SLBC) Harapan Ibu. Damianus Journal of Medicine, 13(2)
(74-83).
2. Instrumental agression
Suatu tindak kekerasan yang dipakai sebagai alat untuk mencapai tujuan
tertentu. Misalnya untuk mencapai tujuan politik tertentu dilakukan tindak
kekerasan secara sengaja dan terencana.
3. Mass agression
Suatu tindak agresi yang dilakukan oleh massa sebagai akibat kehilangan
individualitas dari masing-masing individu. Pada saat orang berkumpul
terdapat kecenderungan berkurangnya individualitas, bila ada ada seseorang
yang mempelopori tindak kekerasan maka secara otomatis semua akan ikut
melakukan kekerasan yang dapat semakin meninggi karena saling
membangkitkan. Pihak yang menginisiasi tindak kekerasan tersebut bisa saja
melakukan agresi instrumental (sebagai provokator) maupun agresi
permusuhan karena kemarahan tidak terkendali (Keliat, 1996 dalam Muhith,
2015).
N. Rentang Respon
Menurut yosep (2010) rentang respon marah dibagi menjadi 5 yaitu:
2. Factor Psikologis
1) Frustation Aggresion Theory (Teory Agresif-Frustasi)
Menurut teori ini perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil dari akumulasi
frustasi. Frustasi terjadi apabila keinginan individu untuk mencapai sesuatu
gagal atau menghambat. Keadaan tersebut dapat mendorong individu
berprilaku agresif karena perasaan prustasi akan berkurang melalui perilaku
kekerasan.
3. Faktor Sosiokultural
1) Sosial Environment Theory (Teori Lingkungan Sosial)
Lingkungan sosial akan mempengaruhi sikap individu dalam
mengekspresikan marah. Norma budaya dapat mendukung individu untuk
merespon asertif atau agresif.
P. Faktor Presipitasi
Stressor yang mencetuskan perilaku kekerasan bagi setiap individu bersifat unik.
Stressor tersebut dapat disebabkan dari luar (serangan fisik, kehilangan, kematian)
amaupun dalam (putus hubungan dengan orang yang berarti, kehilangan rasa
cinta, takut terhadap penyakit fisik). Selain itu lingkungan yang terlalu rebut,
padat, kritikan yang mengaruh pada penghinaan, tindakan kekerasan dapat memicu
perilaku kekerasan (Deden dan Rusdin, 2013)
Q. Mekanisme Koping
Menurut Prastya, & Arum (2017). Perawat perlu mengidentifikasi mekanisme
koping klien, sehingga dapat membantu klien untuk mengembangkan koping yang
konstruktif dalam mengekpresikan kemarahannya.Mekanisme koping yang umum
digunakan adalah mekanisme pertahanan ego seperti displacement, sublimasi,
proyeksi, represif, denial dan reaksi formasi. Perilaku yang berkaitan dengan risiko
perilaku kekerasan antara lain:
a. Menyerang atau menghindar
Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena kegiatan system syaraf
otonom bereaksi terhadap sekresi epinefrin yang menyebabkan tekanan darah
meningkat, takikardi, wajah marah, pupil melebar, mual, sekresi HCL
meningkat, peristaltik gaster menurun, kewaspadaan juga meningkat, tangan
mengepal, tubuh menjadi kaku dan disertai reflek yang cepat.
b. Menyatakan secara asertif
Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan
kemarahannya yaitu dengan perilaku pasif, agresif dan perilaku asertif adalah
cara yang terbaik, individu dapat mengekspresikan rasa marahnya tanpa
menyakiti orang lain secara fisik maupun psikologis dan dengan perilaku
tersebut individu juga dapat mengembangkan diri.
c. Memberontak
Perilaku muncul biasanya disertai kekerasan akibat konflik perilaku untuk
menarik perhatian orang lain.
d. Perilaku kekerasan
Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan akibat konflik perilaku untuk
menarik perhatian orang lain.
R. Penatalaksanaan
Penatalaksaan perilaku kekerasan bisa juga dengan melakukan terapi restrain.
Restrain adalah aplikasi langsung kekuatan fisik pada individu, tanpa injin
individu tersebut, untuk mengatasi kebebasan gerak, terapi ini melibatkan
penggunaan alat mekanis atau manual untuk membatasi mobilitas fisik pasien.
Terapi restrain dapat diindikasikan untuk melindungi pasien atau orang lain dari
cidera pada saat pasien lagi marah ataupun amuk (Hastuti, Agustina, &
Widiyatmoko 2019). Tindakan yang dilakukan perawat untuk mengatasi resiko
perilaku kekerasan yaitu melakukan Strategi Pelaksanaan (SP) yang dilakukan
oleh klien dengan perilaku kekerasan adalah diskusi mengenai cara mengontrol
perilaku kekerasan secara fisik, obat, verbal, dan spiritual.
Mengontrol perilaku kekerasan secara fisik dapat dilakukan dengan cara
latihan tarik nafas dalam, dan pukul kasur atau bantal. Mengontrol secara verbal
yaitu dengan cara menolak dengan baik, meminta dengan baik, dan mengungkapka
dengan baik. Mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual dengan cara shalat
dan berdoa. Serta mengontrol perilaku kekerasan dengan minum obat secara
teratur dengan prinsip lima benar (benar klien, benar nama obat, benar cara minum
obat, benar waktu minum obat, dan benar dosis obat), (Sujarwo & Livana, 2018).
IX. PROSES TERJADINYA MASALAH (PSIKODINAMIKA)
Stres, cemas, marah merupakan bagian kehidupan sehari-hari yang harus
dihadapi oleh setiap individu. Stres dapat menyebabkan kecemasan yang
menimbulkan perasaan tidak menyenangkan dan terancam. Kecemasan dapat
menimbulkan kemarahan. Respon terhadap marah dapat diungkapkan melalui 3 cara,
yaitu: mengungkapkan secara verbal, menekan dan menantang. Kemarahan diawali
oleh adanya stressor yang berasal dari internal atau eksternal. Stressor internal seperti
penyakit, hormonal, dendam, kesal sedangkan stressor ekternal bisa berasal dari
ledekan, cacian, makian, hilangnya benda berharga, tertipu, penggusuran, bencana dan
sebagainya, hal tersebut akan mengakibatkan kehilangan atau gangguan pada sistem
individu (disruption and loss). Videbeck (2008) mengatakan pemaknaan dari individu
pada setiap kejadian yang menyedihkan atau menjengkelkan menjadi hal terpenting.
X. KEMUNGKINAN DATA FOKUS PENGKAJIAN
Menurut Dermawan dan Rusdi (2013) data perilaku kekerasan dapat diperoleh
melalui observasi atau wawancara tentang perilaku berikut,marah tanpa sebab, muka
merah dan tegang, pandangan tajam, mengatupkan rahang dengan kuat, menggepalkan
tangan, bicara kasar, suara tinggi, menjerit atau berteriak, mengancam secara verbal
dan fisik, melempar atau memukul benda atau orang lain, merusak barang atau benda
dan tidak mempunyai kemampuan mencegah atau mengontrol perilaku kekerasan.
XI. MASALAH KEPERAWATAN
1. Perilaku Kekerasan
Objektif :
b. Strategi Pelaksanaan
No Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
1 Perilaku 1. Mengidentif 1. Menyebutkan SP 1
Kekerasan ikasi penyebab penyebab, tanda, 1. Identifikasi penyebab tanda dan
dan tanda gejala dan akibat gejala serta akibat perilaku
perilaku perilaku kekerasan
kekerasan kekerasan 2. Latih secara fisik 1 : tarik nafas
2. Menyebutka 2. Memperagakan dalam
n jenis perilaku cara fisik 1 untuk 3. Masukkan dalam jadwal harian
kekerasan yang mengontrol pasien
pernah perilaku SP 2
dilakukan kekerasan 1. Evaluasi SP1
3. Menyebutka 2. Latih cara fisik 2 : pukul kasur /
n cara bantal
mengontrol 3. Masukkan dalam jadwal harian
perilaku pasien
kekerasan SP 3
4. Mengontrol 1. Evaluasi SP1 dan SP2
perilaku 2. Latih secara sosial / verbal
kekerasan secara 3. Menolak dengan baik
: fisik, sosial / 4. Memeinta dengan bik
verbal spiritual, 5. Mengungkapkan dengan baik
terapi 6. Memasukan dalam jadwal kegiatan
psikofarmaka klien
SP 4
1. Evaluasi SP 1, 2 dan 3
2. Latih secara spiritual berdo’a
3. Masukan dalam jadwal klien
SP 5
1. Evaluasi SP 1, 2, 3 dan 4
2. Latih patuh obat : minum obat
secara teratur dengan prinsip 5B
3. Susun jadwal minum obat dengan
teratur
4. Masukan dalam jadwal kegiatan
klien
DAFTAR PUSTAKA
Elshy Pangden Rabba, Dahrianis, S. P. R. (2014). Hubungan Antara Pasien
Halusinasi Pendengaran Terhadap Resiko Perilaku Kekerasan Di Ruang
Kenari RS. Khusus Daerah Provinsi Sul-Sel, 4, 470-475
Hadiyanto. 2016. Teori dan Pengembangan Iklim Kelas dan Iklim Sekolah. Jakarta:
Kencana.
Keliat, B.A., dan Akemat. (2013). Keperawatan Jiwa: Terapi Aktivitas Kelompok,
ED. 2
Jeffrey S. Nevid, J.S, Rathus, S.A & Green, B.2006. Psikologi Abnormal Jilid 2.
Jakarta: Erlangga.
Iyus, Yosep., 2010, Keperawatan Jiwa. Bandung : Refia Aditama
Dermawan, R., & Rusdi. (2013). Keperawatan Jiwa: Konsep dan Kerangka Kerja
Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Gosyen Publishing.
E. Rentang Respon
Adaptif Maladaptif
A. Mekanisme Koping
Mekanisme koping berdasarkan penggolongan nya di bagi 2 (Stuart &
Sundeen, 2000), yaitu :
Mekanisme Koping Adaptif
Mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi,
pertumbuhan, belajar dan mencapai tujuan. Kategorinya adalah :
Klien bisa memenuhi kebutuhan perawatan diri secara mandiri.
III.Penjabaran Masalah
a) Pohon Masalah
Effect Gangguan pemeliharaan
Kesehatan (BAB/BAK,
mandi, makan, minum)
Core problem Defisit perawatan diri
c) Diagnosa keperawatan
Defisit Perawatan Diri : Ketidakmampuan merawat kebersihan diri
Menurunnya motivasi dalam merawat diri
d) Rencana keperawatan
1. Kondisi Klien
Data Subjektif :
Pasien merasa lemah,malas untuk beraktivitas,dan merasa tidak berdaya
Data Objektif :
Rambut kotor dan acak-acakan, badan dan pakaian kotor serta bau, mulut dan
2. Diagnosa Keperawatan
4. Tindakan Keperawatan
c. Ajarkan klien mempraktekan cara perawatan diri : mandi, gosok gigi dan
cuci rambut
1. Fase Orientasi
a. Salam Teurapeutik
“Bagaimana perasaan ibu hari ini..? Apakah ibu sudah mandi & gosok gigi..? ”
c. Kontrak
Topik :
“Berapa kali ibu mandi dalam sehari..?, Menurut ibu, apa sih kegunaan mandi..?,
Apa alasan ibu sehingga tidak mau mandi..?, Menurut ibu, apa manfaatnya kalau
kita menjaga kebersihan dir kiti,,? Kira – kira tanda tanda orang yang merawat diri
dengan baik, seperti apa yaa..? Kalau kita tidak teratur menjaga kebersihan diri,
masalah apa menurut ibu yang bias timbul..? Sekarang coba ibu sebutkan alat apa
saja yang digunakan untuk menjaga kebersihan diri, seperti kalau kita mandi, cuci
rambut, gosok gigi… apa saja yang disiapkan..? Benar sekali..!! Ibu perlu
menyiapkan pakaian ganti, handuk, sabun, sikat gigi, sampo dan odol serta sisir.
Wahhhh… Bagus sekali..!! Ibu bias menyebutkan dengan benar..”.
3. Fase Terminasi
“ Baiklah bu, tadi ibu sudah menyebutkan manfaat bagi kita jika kita menjaga
kebersihan diri, dan kita juga sudah melakukan latihan, cara Merawat diri,
masukan kedalam jadwal yaa..! Selanjutnya jangan lupa untuk melakukan
sesuai jadwal ya bu..! mandi 2 X Sehari, gosok gigi 2 X sehari juga, keramas 2
X Seminggu. Bagaimana bu..? Bisa dilakukan..? Baguss sekali, ibu mau
mencoba melakukannya..!”
c. Kontrak yang akan datang
Topik :
“..Baiklah ibu, cukup untuk hari ini, besok kita akan bertemu lagi, dan
membicarakan tentang kebutuhan dan latihan cara makan dan minum yang
baik dan benar, apakah ibu bersedia..?..”
Waktu :
“.. Ibu mau jam berapa dan berapa lama..? bagaimana kalau jam 11,,? Baik
bu kita akan berbincang selama 15 menit”
Tempat :
4. Saling
ketergantungan
Respon adaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan dengan cara yang
dapat diterima oleh norma-norma masyarakat. Menurut Riyardi S dan Purwanto T.
(2013) respon ini meliputi:
1. Menyendiri
Merupakan respon yang dilakukan individu untuk merenungkan apa
yang telah terjadi atau dilakukan dan suatu cara mengevaluasi diri dalam
menentukan rencana-rencana.
2. Otonomi
Merupakan kemampuan individu dalam menentukan dan
menyampaikan ide, pikiran, perasaan dalam hubungan sosial, individu
mamapu menetapkan untuk interdependen dan pengaturan diri.
3. Kebersamaan
Merupakan kemampuan individu untuk saling pengertian, saling
member, dan menerima dalam hubungan interpersonal.
4. Saling ketergantungan
Merupakan suatu hubungan saling ketergantungan saling tergantung
antar individu dengan orang lain dalam membina hubungan interpersonal.
Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan
masalah dengan cara-cara yang bertentangan dengan norma-norma agama
dan masyarakat. Menurut Riyardi S dan Purwanto T. (2013) respon
maladaptive tersebut adalah:
1. Manipulasi
Merupakan gangguan sosial dimana individu memperlakukan
orang lain sebagai objek, hubungan terpusat pada masalah
mengendalikan orang lain dan individu cenderung berorientasi
pada diri sendiri. Tingkah laku mengontrol digunakan sebagai
pertahanan terhadap kegagalan atau frustasi dan dapat menjadi alat
untuk berkuasa pada orang lain.
2. Impulsif
merupakan respon sosial yang ditandai dengan individu sebagai
subyek yang tidak dapat diduga, tidak dapat dipercaya, tidak
mampu merencanakan tidak mampu untuk belajar dari pengalaman
dan miskin penilaian
3. Narsisme
Respon sosial ditandai dengan individu memiliki tingkah laku
ogosentris, harga diri yang rapuh, terus menerus berusaha
mendapatkan penghargaan dan mudah marah jika tidak mendapat
dukungan dari orang lain
4. Isolasi sosial
Adalah keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan
atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain
disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima,
kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti
dengan orang lain
3. Factor Predisposisi
Menurut Fitria (2009) faktor predisposisi yang mempengaruhi masalah
isolasi sosial yaitu:
1. Faktor tumbuh kembang
Pada setiap tahap tumbuh kembang terdapat tugas tugas perkembangan
yang harus terpenuhi agar tidak terjadi gangguan dalam hubungan sosial.
Apabila tugas tersebut tidak terpenuhi maka akan menghambat fase
perkembangan sosial yang nantinya dapat menimbulkan suatu masalah.
2. Faktor komunikasi dalam keluarga
Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor pendukung
terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Dalam teori ini yang
termasuk masalah dalam berkomunikasi sehingga menimbulkan
ketidakjelasan (double bind) yaitu suatu keadaan dimana seorang anggota
keluarga menerima pesan yang saling bertentangan dalam waktu
bersamaan atau ekspresi emosi yang tinggi dalam keluarga yang
menghambat untuk hubungan dengan lingkungan diluar keluarga.
3. Faktor sosial budaya
Norma-norma yang salah didalam keluarga atau lingkungan dapat
menyebabkan hubungan sosial, dimana setiap anggota keluarga yang tidak
produktif seperti lanjut usia, berpenyakit kronis dan penyandang cacat
diasingkan dari lingkungan sosialnya.
4. Faktor biologis
Faktor biologis juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
gangguan dalam hubungan sosial. Organ tubuh yang dapat mempengaruhi
gangguan hubungan sosial adalah otak, misalnya pada klien skizfrenia
yang mengalami masalah dalam hubungan memiliki struktur yang
abnormal pada otak seperti atropi otak, serta perubahan ukuran dan bentuk
sel-sel dalam limbic dan daerah kortikal.
4. Factor Presipitasi
Menurut Herman Ade (2011) terjadinya gangguan hubungan sosial juga
dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal seseorang. Faktor stressor
presipitasi dapat dikelompokan sebagai berikut:
1. Faktor eksternal
Contohnya adalah stressor sosial budaya, yaitu stress yang ditimbulkan oleh
faktor sosial budaya seperti keluarga.
2. Faktor internal
Contohnya adalah stressor psikologis, yaitu stress yang terjadi akibat
kecemasan atau ansietas yang berkepanjangan dan terjadi bersamaan
dengan keterbatasan kemampuan individu untuk mengatasinya. Ansietas ini
dapat terjadi akibat tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat atau
tidak terpenuhi kebutuhan individu.
5. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala yang muncul pada klien dengan isolasi sosial menurut
Dermawan D dan Rusdi (2013) adalah sebagai berikut:
6. Gejala Subjektif
a. Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
b. Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain
c. Respon verbal kurang atau singkat
d. Klien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain
e. Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
f. Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
7. Gejala objektif
a. Menjawab pertanyaan dengan singkat, yaitu “ya” atau “tidak” dengan
pelan
b. Respon verbal kurang dan sangat singkat atau tidak ada
c. Berpikir tentang sesuatu menurut pikirannya sendiri
d. Menyendiri dalam ruangan, sering melamun
e. Mondar-mandir atau sikap mematung atau melakukan gerakan secara
berulang-ulang
f. Apatis (kurang acuh terhadap lingkungan)
g. Ekspresi wajah tidak berseri
h. Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
i. Kontak mata kurang atau tidak ada dan sering menunduk
j. Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya (Trimelia,
2011: 15)
6. Mekanisme Koping
Mekanisme yang digunakan klien sebagai usaha mengatasi kecemasan
yang merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya. Mekanisme
yang sering digunakan pada isolasi sosial adalah regresi, represi, isolasi.
(Damaiyanti, 2012: 84)
2) Regresi adalah mundur ke masa perkembangan yang telah lain.
3) Represi adalah perasaan-perasaan dan pikiran pikiran yang tidak dapat
diterima secara sadar dibendung supaya jangan tiba di kesadaran.
4) Isolasi adalah mekanisme mental tidak sadar yang mengakibatkan
timbulnya kegagalan defensif dalam menghubungkan perilaku dengan
motivasi atau bertentangan antara sikap dan perilaku.
Mekanisme koping yang muncul yaitu:
1. Perilaku curiga : regresi, represi
2. Perilaku dependen: regresi
3. Perilaku manipulatif: regresi, represi
4. Isolasi/menarik diri: regresi, represi, isolasi (Prabowo, 2014:113)
7. Penatalaksanaan
Menurut dalami, dkk (2009) isolasi sosial termasuk dalam kelompok
penyakit skizofrenia tak tergolongkan maka jenis penatalaksanaan medis yang
bisa dilakukan adalah:
1. Electro Convulsive Therapy (ECT)
Adalah suatu jenis pengobatan dimana arus listrik digunakan pada otak
dengan menggunakan 2 elektrode yang ditempatkan dibagian temporal
kepala (pelipis kiri dan kanan). Arus tersebut menimbulkan kejang grand
mall yang berlangsung 25-30 detik dengan tujuan terapeutik. Respon
bangkitan listriknya di otak menyebabkan terjadinya perubahan faal dan
biokimia dalam otak.
2. Psikoterapi
Membutuhkan waktu yang cukup lama dan merupakan bagian penting
dalam proses terapeutik, upaya dalam psikoterapi ini meliputi:
memberikan rasa aman dan tenang, menciptakan lingkungan yang
terapeutik, bersifat empati, menerima pasien apa adanya, memotivasi
pasien untuk dapat mengungkapkan perasaannya secara verbal, bersikap
ramah, sopan, dan jujur kepada pasien.
3. Terapi Okupasi
Adalah suatu ilmu dan seni untuk mengarahkan partisipasi seseorang
dalam melaksanakan aktivitas atau tugas yang sengaja dipilih dengan
maksud untuk memperbaiki, memperkuat, dan meningkatkan harga diri
seseorang. (Prabowo, 2014: 113)
A. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitias klien
Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,
tangggal MRS, informan, tangggal pengkajian, No Rumah klien dan alamat
klien.
b. Alasan masuk
Keluhan biasanya berupa menyediri (menghindar dari orang lain),
komunikasi kurang atau tidak ada, berdiam diri dikamar, menolak interaksi
dengan orang lain, tidak melakukan kegiatan sehari-hari.
c. Faktor predisposisi
Kehilangan, perpisahan, penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak
realistis, kegagalan / frustasi berulang, tekanan dari kelompok sebaya;
perubahan struktur sosial.
Terjadi trauma yang tiba-tiba misalnya harus dioperasi, kecelakaan, bercerai
dengan suami, putus sekolah, PHK, perasaan malu karena sesuatu yang
terjadi (korban perkosaan, dipenjara tiba-tiba) perlakuan orang lain yang
tidak menghargai klien/ perasaan negatif terhadap diri sendiri yang
berlangsung lama.
d. Aspek fisik/biologis
Hasil pengukuran tada vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan, TB, BB) dan
keluhan fisik yang dialami oleh klien.
e. Aspek Psikososial
a) Genogram yang menggambarkan tiga generasi
b) Konsep diri
1. Citra tubuh : Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang
berubah atau tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau
yang akan terjadi. Menolak penjelasan perubahan tubuh, persepsi
negatif tentang tubuh. Preokupasi dengan bagia tubuh yang hilang,
mengungkapkan keputusasaan, mengungkapkan ketakutan.
2. Identitas diri : Ketidak pastian memandang diri, sukar menetapkan
keinginan dan tidak mampu mengambil keputusan.
3. Peran : Perubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit,
proses menua, putus sekolah, PHK.
4. Ideal diri : Mengungkapkan keputusasaan karena penyakitnya :
mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi.
5. Harga diri : Perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah
terhadap diri sendiri, gangguan hubungan sosial, merendahkan
martabat, mencederai diri, dan kurang percaya diri.
c) Klien mempunyai gangguan/hambatan dalam melakukan hubunga sosial
dengan orang lain/terdekat, kelempok masyarakat.
d) Kenyakinan klien terhadap tuhan dan kegiatan untuk ibadah (spiritual).
f. Status Mental
Kontak mata klien kurang/tidak dapat mepertahankan kontak mata, kurang
dapat memulai pembicaraan, klien suka menyendiri dan kurang mampu
berhubungan denga orang lain, Adanya perasaan keputusasaan dan kurang
berharga dalam hidup.
g. Kebutuhan persiapan pulang.
Klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan. Klien mampu
BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC, membersikandan
merapikan pakaian. Pada observasi mandi dan cara berpakaian klien terlihat
rapih. Klien dapat melakukan istirahat dan tidur, dapat beraktivitas didalam
dan diluar rumah. Klien dapat menjalankan program pengobatan dengan
benar.
h. Mekanisme Koping
Apabila mendapat masalah takut atau tidak mau menceritakan nya pada
orang lain (lebih sering menggunakan koping menarik diri.
i. Aspek Medik
Terapi yang diterima klien bisa berupa therapy farmakologi, ECT,
Psikomotor, therapy okopasional, TAK, dan rehabilitas.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Isolasi social
2. Harga diri rendah
3. Halusinasi
3. Pohon Masalah
Perilaku kekerasan
effect
Core problem
Isolasi Sosial
4. Intervensi keperawatan
Terurapeutik
1. Fasilitasi fokus pada
kemampuan, bukan defisit
yang di alami
2. Fasilitasi memilih aktifitas
dan tetapkan tujuab
aktivitas yang konsisten
sesuai kemampuan fisik,
psiologis, dan sosial.
3. Koordinasikan pemilihan
aktivitas sesuai usia
4. Fasilitasi makna aktivitas
yang dipilih
5. Libatkan keluarga dalam
aktivitas, jika perlu
Edukasi
1. Jelaskan metode aktivitas
fisik sehari – hari, jika
perlu
2. Ajarkan cara melakukan
aktivitas yang di pilih
3. Anjurkan melakukan
aktifitas fisik, sosial,
spiritual, dan kognitif
dalam menjaga fungsi dan
Kesehatan
4. Ajarkan terlibat dalam
aktivitas kelompok atau
terapi, jika perlu
5. Anjurkan keluarga untuk
memberi penguatan positif
atas partisipasi dala
aktivitas
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan terap
okupasi dalam
merencanakan dan
memonitorprogram
akitivitas, jika sesuai
2. Rujuk pada pusat atau
program aktivitas
komunitas, jika perlu
5. Sterategi Pelaksanaan
6.
DAFTAR PUSTAKA
(Stuart, 2013)
1. Respon adaptif : Aktualisasi diri dan konsep diri yang positif serta
bersifat membangun (konstruktif) dalam usaha mengatasi stressor
yang menyebabkan ketidak seimbangan dalam diri sendiri.
a. Aktualisasi diri
Respon adaptif yang tertinggi karena individu dapat
mengespresikan kemampuan yang dimiliki.
b. Konsep diri positif
Individu dapat mengidentifikasi kemampuan dan kelemahan
secara jujur dan dalam menilai suatu masalah individu berfikir
secara positif dan realistis.
2. Respon Maladaptif : Aktualisasi diri dan konsep diri yang negatif
serta bersifat merusak (destruktif) dalam usaha mengatasi stressor
yang menyebabkan ketidakseimbangan dalam diri sendiri
a. Harga Diri Rendah : Transisi antara respon konsep diri adaptif
dan maladaptif.
b. Keracunan identitas adalah kegagalan individu dalam
kemalangan aspek psikososial dan kepribadian dewasa yang
harmonis.
c. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realitis terhadap
diri sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan
serta tidak dapat membedakan dirinya dengan orang lain.
(Fajariyah, 2012)
Pohon Masalah
I.5. Psikopatologi
2) Haloperido
Indikasi: Skizofrenia akut dan kronik, status ansietas, gelisah dan
psikis labil disertai dengan mudah marah, menyerang, astenia,
delusi, halusinasi.
Kontraindikasi: Depresi endogen tanpa agitasi, gangguan saraf
dengangejala piramidal atau ekstrapiramidal, kondisi koma, depresi
SSP berat.
b. Psikoterapi
Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi
dengan orang lain, penderita lain, perawat dan dokter. Maksudnya
supaya ia tidak mengasingkan diri lagi karena bila ia menarik diri ia
dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan untuk
mengadakan permainan atau latihan bersama. (Maramis, 2005 dikutip
oleh Prabowo, 2014)
g) Spiritual
1) Falsafah hidup
Pasien merasa perjalanan hidupnya penuh dengan ancaman,
tujuan hidup biasanya jelas, kepercayaannya terhadap sakit
serta engan penyembuhannya.
2) Konsep kebutuhan dan praktek keagamaan
Pasien mengakui adanya tuhan tetapi kurang yakin terhadap
Tuhan, putus asa karena tuhan tidak memberikan sesuatu yang
diharapkan dan tidak mau menjalankan kegiatan keagamaan.
h) Status mental
1) Penampilan
Penampilan tidak rapih, tidak sesuai karena klien kurang minat
untuk melakukan perawatan diri.
2) Pembicaraan
Klien dengan frekuensi lambat, tertahan, volume suara rendah,
sedikit bicara, inkoheren, dan bloking (Yosep, 2013).
3) Aktivitas motorik
Tegang, lambat, gelisah, dan terjadi penurunan aktivitas
interaksi (Yosep, 2013).
4) Alam perasaan
Klien biasanya merasa tidak mamapu dan pandangan hidup
yang pesimis (Yosep, 2013).
5) Afek
Afek klien biasanya tumpul yaitu klien tidak mampu berespon
bila ada stimulus emosi yang bereaksi (Yosep, 2013).
6) Interaksi selama wawancara
Biasanya kurang kooperatif dan mudah tersinggung
(Yosep,2013).
7) Persepsi
Klien mengalami halusinasi dengar/lihat yang mengancam
atau member perintah. (Keliat: 2011).
8) Proses pikir
Data diperoleh dari hasil observasi ketika wawancara tentang
sirkumtansial (pembicaraan yang berbelit-belit, tetapi samapai
pada tujuan pembicaraan). Tangensial (pembicaraan yang
berbelit-belit, tetapi tidak sampai pada tujuan pembicaraan).
Kehilangan asosiasi (pembicaraan tidak memiliki hubungan
antara satu kalimat dengan kalimat lainnya, serta klien tidak
menyadarinya). Fight of ideas (pembicaraan yang meloncat
dari satu toipik ke topik lain, masih ada hubungan yang tidak
logis dan tidak sampai pada tujuan). Blocking (pembicaraan
terhenti secara tiba-tiba tanpa gangguan eksternal kemudian
dilanjutkan kembali). Perseverasi (pembicaraan yang diulang
berkali-kali.
9) Isi pikir
Merasa bersalah dan khawatir, menghukum atau menolak diri
sendiri, mengejek dan mengkritik diri sendiri (Yosep, 2013)
10) Tingkat kesadaran
Data tentang bingung (tampak bingung dan kacau) dan sedasi
(klien mengatakan malu bila bertemu orang lain karena dirinya
mengalami gangguan jiwa) diperoleh melalui wawancara dan
observasi, stupor (gangguan motorik seperti ketakutan,
gerakan yang di ulang-ulang, anggota tubuh klien dalam sikap
canggung yang dipertahankan dalam waktu lama.
11) Memori
Klien dengan harga diri rendah, umumnya tidak terdapat
gangguan pada memorinya, baik memori jangka pendek
ataupun memori jangka panjang. (Keliat : 2011).
12) Tingkat konsentrasi dan berhitung
Tingkat konsentrasi terganggu dan mudah beralih atau tidak
mampu mempertahankan konsentrasi dalam waktu lama,
karena merasa cemas. Dan biasanya tidak mengalami
gangguan dalam berhitung. (Keliat : 2011).
13) Kemampuan menilai
Gangguan kemampuan penilaian ringan (dapat mengambil
keputusan yang sederhana dengan bantuan orang lain,
14) Daya tilik diri
Klien tidak tahu alasan dibawa ke Rumah Sakit dan tidak
menyadari mempunyai gangguan jiwa. (Keliat: 2011).
C. Masalah Keperawatan
Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji menurut Kartika (2015) :
1. Masalah utama
Gangguan konsep diri : harga diri rendah
Data subyektif :
a) Mengungkapkan ingin diakui jati dirinya.
b) Mengungkapkan tidak ada lagi yang peduli.
c) Mengungkapkan tidak bisa apa-apa.
d) Mengungkapkan dirinya tidak berguna.
e) Mengkritik diri sendiri.
f) Perasaan tidak mampu.
Data obyektif :
a) Merusak diri sendiri.
b) Merusak orang lain.
c) Ekspresi malu.
d) Menarik diri dari hubungan sosial.
e) Tampak mudah tersinggung.
f) Tidak mau makan dan tidak tidur.
2. Masalah keperawatan
Penyebab tidak efektifan koping individu.
Data subyektif :
a) Mengungkapkan ketidakmampuan dan meminta bantuan orang
lain.
b) Mengungkapkan malu dan tidak bisa ketika diajak melakukan
sesuatu.
c) Mengungkapkan tidak berdaya dan tidak ingin hidup lagi.
Data obyektif :
a) Tampak ketergantungan terhadap orang lain.
b) Tampak sedih dan tidak melakukan aktivitas yang seharusnya
dapat dilakukan.
c) Wajah tampak murung.
3. Masalah keperawatan
Akibat isolasi sosial menarik diri
Data subyektif :
a) Mengungkapkan enggan berbicara dengan orang lain
b) Klien mengatakan malu bertemu dan berhadapan dengan orang
lain.
Data obyektif :
a) Ekspresi wajah kosong tidak ada kontak mata ketika diajak bicara.
b) Suara pelan dan tidak jelas.
c) Hanya memberi jawaban singkat (ya atau tidak).
d) Menghindar ketika didekati.
D. Analisa Data
Analisa adalah kemampuan mengkaitkan data menghubungkan data
tersebut dengan konsep diri, teori dan prinsip yang relevan untuk
membuat kesimpulan dan menentukan masalah kesehatan dan
keperawatan klien. Menurut SDKI :
Data Fokus Masalah Keperawatan
E. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah situasional
2. Isolasi sosial : Menarik diri
3. Perubahan persepsi sensori : Halusinasi
F. Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan Rencana tindakan
Harga diri rendah Setalah dilakukan tindakana Promosi Harga Diri (I.09308)
situasional keperawatan 3x24 jam Tindakan :
diharapkan terjadi Observasi :
peningkatan terhadap 1. Identifikasi budaya, agama,
perasaan poitif terhadap diri ras, jenis kelamin, dan usis
sendiri , dengan kriteria terhadap harga diri
hasil : 2. Monitor verbalisasi yang
1. Penilaian diri positif merendahkan diri sendiri
meningkat (5) 3. Monitor tingkat harga diri
2. Perasaan memiliki setiap waktu,sesuai kebutuhan
kelebihan atau Terapeutik :
kemampuan positif 1. Motivasi terlibat dalam
meningkat (5) verbalisasi untuk diri sendiri
3. Penerimaan penilaian 2. Motivasi menerima tantangan
positif terhadap diri atau hal baru
sendiri menngkat (5) 3. Diskusikan pernyataan harga
4. Minat mencoba hal diri
baru meningkat (5) 4. Diskusikan pengalaman yang
5. Berjalan meningkatkan harga diri
menampakkan wajah 5. Diskusikan persepsi diri
meningkat (5) negative
6. Postur tubuh 6. Diskusikan alasan mengkritik
menampakkan wajah diri atau rasa bersalah
meningkat (5) 7. Diskusikan penetapan tujuan
7. Konsentrasi realistis untuk mencapai harga
meningkat (5) diri yang lebih tinggi
8. Tidur meningkat (5) 8. Diskusikan bersama keluarga
9. Perasaan malu untuk menetapkan harapab
menurun (5) dan batasan yang jelas
10. Perasaan bersalah 9. Berikan umpan balik postif
menurun (5) atas peningkatan mencapai
11. Perasaan tidak mampu tujuan
melakukan apapun 10.Fasilitasi lingkungan dan
menurun (5) aktivitas yang meningkatkan
harga diri
Edukasi :
1. Jelaskan kepada keluarga
pentingnya dukungan dalam
perkembangan konsep positif
diri pasein
2. Anjurkan mengidantifikasi
kekuatan yang dimiliki
3. Anjurkan mempertahankan
kontak mata saat
berkomunikasi dengn orang
lain
4. Anjurkan membuka diri
terhadap kritik negative
5. Anjurkan mengevaluasi
perilaku
6. Ajarkan cara mengatasi
bullying
7. Latih peningkatan tanggung
jawab untuk diri sendiri
8. Latih pernyataan/kemampuan
positif diri
9. Latih cara berpikir dn
berperilaku postitif
10. Latih meningkatkan
kepercayaan pada kemampuan
dalam menangani situasi
ASUHAN PADA PASIEN DENGAN HARGA DIRI RENDAH
TGL DX PERENCANAAN
TUJUAN KRITERIA EVALUASI INTERVENSI
1 2 3 4 5
Gangguan konsep diri: Pasien mampu: Setelah…..pertemuan klien mampu: SP.1 (Tgl…............................)
harga diri rendah Mengidentifikasi Mengidentifikasi kemampuan aspek positif Identifikasi kemampuan positif yang dimiliki
kemampuan dan yang dimiliki - Diskusikan bahwa pasien masih
aspek posiif yang Memiliki kemampuan yang dapat digunakan. memiliki sejumlah kemampuan dari
dimiliki Memilih kegiatan sesuai kemampuan aspek positif seperti kegiatan pasien di
Menilai kemampuan Melakukan kegiatan yang sudah dipilih. rumah adanya keluarga dan lingkungan
yang dapat digunakan Merencanakan kegiatan yang sudah dilatih. terdekat pasien.
Menetapkan/memilih - Beri pujian yang realistis dan hindarkan
kegiatan yang sesuai setiap kali bertemu dengan pasien
dengan kemampuan penilaian yang negative.
Melatih kegiatan yang Nilai kemampuan yang dapat dilakukan saat
sudah dipilih, sesuai ini
kemampuan - Diskusikan dengan pasien kemampuan
Merencanakan yang masih digunakan saat ini
kegiatan yang sudah - Bantu pasien menyebutkannya dan
dilatihnya memberi penguatan terhadap
kemampuan diri yang diungkapkan
pasien
- Perlihatkan respon yang kondusif dan
menjadi pendengar yang aktif
Pilih kemampuan yang akan dilatih
- Diskusikan dengan pasien beberapa
aktivitas yang dapat dilakukan dan
dipilih sebagai kegiatan yang akan pasien
lakukan sehari-hari
- Bantu pasien menetapkan aktivitas mana
yang dapat pasien lakukan secara
mandiri
Aktivitas yang memerlukan bantuan
minimal dari keluarga
Aktivitas apa saja yang perlu bantuan
penuh dari keluarga atau lingkungan
terdekat pasien
Beri contoh pelaksanaan aktivitas
yang dapat dilakukan pasien
Susun bersama pasien aktivitas atau
kegiatan sehari-hari pasien
Nilai kemampuan pertama yang telah dipilih
- Diskusikan dengan pasien untuk
menetapkan urutan kegiatan (yang sudah
dipilih pasien)yang akan dilatihkan
- Bersama pasien dan keluarga
memeperagakan beberapa kegiatan yang
akan dilakukan pasien
- Berikan dukungan dan pujian yang nyata
sesuai kemajuan yang diperlihatkan
pasien.
Masukan dalam jadwal kegiatan pasien
- Beri kesempatan pada pasien untuk
mencoba kegiatan
- Beri pujian atas aktivitas/kegiatan yang
dapat dilakukan pasien setiap hari
- Tingkatkan kegiatan sesuai dengan
toleransi dan setiap perubahan
- Susun daftar aktivitas yang sudah
dilatihkan bersama pasien dan keluarga
- Berikan kesempatan mengungkapkan
perasaannya setelah pelaksanaan
kegiatan. Yakinkan bahwa keluarga
mendukung setiap aktivitas yang
dilakukan pasien
SP.2 (Tgl….......................................)
Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1)
Pilih kemampuan kedua yang dapat
dilakukan
Latih kemampuan yang dipilih
Masukan dalam jadwal kegiatan pasien
SP.3 (Tgl…....................................)
Evaluasi kegiatan yang lalu (SP.1 dan 2)
Memilih kemampuan ketiga yang dapat
dilakukan
Masukan dalam jadwal kegiatan pasien
Keluarga mampu: Setelah……pertemuan keluarga mampu: SP.1 (Tgl…............................)
Merawat pasien dengan Mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki Identifikasi masalah yang dirasakan dalam
harga diri rendah di pasien merawat pasien
rumah dan menjadi Menyediakan fasilitas untuk pasien Jelaskan proses terjadinya HDR
system pendukung yang melakukan kegiatan Jelaskan tentang cara merawat pasien
efektif bagi pasien Mendorong pasien melakukan kegiatan Main peran dalam merawat pasien HDR
Memuji pasien saat pasien dapat melakukan Susun RTL keluarga/jadwal keluarga untuk
kegiatan merawat pasien
Membantu melatih pasien
Membantu menyusun jadwal kegiatan pasien
Membantu perkembangan pasien
SP.2 (Tgl…............................)
Evaluasi kemampuan SP.1
Latih keluarga langsung ke pasien
Menyusun RTL keluarga/jadwal
keluarga untuk merawat pasien
SP.3 (Tgl….................................)
Evaluasi kemampuan keluarga
Evaluasi kemampuan pasien
RTL keluarga:
- Follow up
- Rujukan
DAFTAR PUSTAKA
Yogyakarta.
Jakarta : TIM.
Jakarta.
Fitria, Nita. (2014). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan LP Dan SP Tindakan
Definisi dan Tindakan Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
Stuart, W.Gail. (2013). Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa. (Edisi
Elsevier.:Singapoer.
Yosep, 1. (2013).keperawatan jiwa (Edisi revisi). PT Refika Aditam : Bandung.
Yusuf, Rizky F, Hanik E.N. (2015). Buku Ajar Keperawatan Jiwa . Salemba
Medika: Jakarta.