OLEH :
Nim : PO530321119247
Kelas : TK 4 PPN
Antonia Helena Hamu, S.Kep, Ns, M.Kep Sri Herlin Ernawati, SKep.Ns
A. Tinjauan Teori
1. Pengertian
Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh pasien
untuk mengakhiri kehidupannya. Menurut Maris, Berman, Silverman, dan Bongar
(2000), bunuh diri memiliki 4 pengertian, antara lain: Bunuh diri adalah
membunuh diri sendiri secara intensional Bunuh diri dilakukan dengan intensi
Bunuh diri dilakukan oleh diri sendiri kepada diri sendiri Bunuh diri bisa terjadi
secara tidak langsung (aktif) atau tidak langsung (pasif), misalnya dengan tidak
meminum obat yang menentukan kelangsungan hidup atau secara sengaja berada
di rel kereta api.
2. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala menurut Fitria, Nita (2009):
a. Mempunyai ide untuk bunuh diri.
b. Mengungkapkan keinginan untuk mati.
c. Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusan.
d. Impulsif.
e. Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat patuh).
f. Memiliki riwayat percobaan bunuh diri.
g. Verbal terselubung(berbicara tentang kematian, menanyakan tentang obat
dosis mematikan).
h. Status emosional(harapan, penolakan, cemas meningkat, panik, marah dan
mengasingkan diri).
i. Kesehatan mental(secara klinis, klien terlihat sebagai orang yang depresi,
psikosis dan menyalahgunakan alkohol).
j. Kesehatan fisik(biasanya pada klien dengan penyakit kronis atau terminal0.
k. Pengangguran(tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau mengalami
kegagalan dalam karier). l. Umur 15-19 tahun atau diatas 45 tahun.
3. Penyebab
a. Faktor Predisposisi Lima faktor predisposisi yang menunjang pada pemahaman
perilaku destruktifdiri sepanjang siklus kehidupan adalah sebagai berikut:
Sifat Kepribadian
Diagnosis Psikiatrik Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya
dengan cara bunuh diri mempunyai riwayat gangguan jiwa. Tiga gangguan jiwa
yang dapat membuat individu berisiko untuk melakukan tindakan bunuh diri
adalah gangguan afektif, penyalahgunaan zat, dan skizofrenia.
Tiga kepribadian yang erat hubungannya dengan besarnya resiko bunuh diri
adalah antipati, impulsif, dan depresi.
Lingkungan Psikososial
Faktor predisposisi terjadinya perilaku bunuh diri, diantaranya adalah pengalaman
kehilangan, kehilangan dukungan sosial, kejadian-kejadian negatif dalam hidup,
penyakit kronis, perpisahan, atau bahkan perceraian. Kekuatan dukungan sosial
sangat penting dalam menciptakan intervensi yang terapeutik, dengan terlebih
dahulu mengetahui penyebab maslah, respon seseorang dalam menghadapi
masalah tersebut, dan lain-lain.
Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor penting
yang dapat menyebabkan seseorang melakukan tindakan bunuh diri.
Faktor biokimia
Data menunjukkan bahwa pada klien dengan resiko bunuh diri terjadi peningkatan
zat-zat kimia yang terdapat di dalam otak seperti serotinin dan dopamine.
Peningkatan zat tersebut dapat dilihat melalui rekaman gelombang otak Electro
Encephalo Graph(EEG).
b. Faktor Presipitasi
Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stress berlebihan yang dialami oleh
individu. Pencetusnya sering kali berupa kejadian hidup yang memalukan. Faktor lain
yang dapat menjadi pencetus adalah melihat atau membaca melalui media mengenai
orang yang melakukan bunuh diri ataupun percobaan bunuh diri. Bagi individu yang
emosinya labil, hal tersebut menjadi sangat rentan.
4. Sumber Koping
Pasien dengan penyakit kronis, nyeri, atau penyakit yang mengancam kehidupan dapat
melakukan perilaku destruktif-diri. Sering kali pasien secara sadar memilih untuk bunuh
diri. 6
5. Mekanisme Koping
Stuart (2006) mengungkapkan bahwa mekanisme pertahanan ego yang berhubungan
dengan perilaku destruktif-diri tidak langsung adalah penyangkalan, rasionalisasi,
intelektualisasi, dan regresi.
6. Pohon Masalah
Isolasi Sosial
Penyebab
A. Pengkajian
a. Keluhan utama
b. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
c. Konsep diri
d. Alam perasaan
sedih
putus asa
kekuatan
gembira berlebihan
klien umumnya merasakan kesedihan dan keputusan yang sangat mendlam
e. Interaksi selama wawancara
bermusushan
defense
tidak koperatif
kontak mata kurang
mudah tersinggung
curiga
f. Afek
datar
tumpul
labil
tidak sesuai
g. Mekanisme koping maladatif
minum alcohol
reaksi lambat
bekerja berlebihan
menghindar
mencederai diri
( ) mudah tersinggung ( ) curiga
(klien biasanya menunjukan kontak mata yang kurang )
6. Afek
( ) datar ( ) labil
( ) tumpul ( ) tidak sesuai
7. Mekanisme koping maladatif
( ) minum alcohol ( ) bekerja belebihan
( ) reaksi lambat ( ) mencederai diri
( ) menghindari ( ) lainnya
(klien biasanya meyelesaikan masalahnya dengan cara menghindar dan
mencederai diri)
8. Masalah prikososial dan lingkungan
( ) Masalah dengan dukungan keluarga
( ) masalah dengan perumahan
B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko bunuh diri
2. Resiko perilaku kekerasan
3. Gangguan interaksi social
( ) mudah tersinggung ( ) curiga
(klien biasanya menunjukan kontak mata yang kurang)
4. Afek
( ) datar ( ) labil
( ) tumpul ( ) tidak sesuai
5. Mekanisme koping maladatif
( ) minum alcohol ( ) bekerja belebihan
( ) reaksi lambat ( ) mencederai diri
( ) menghindari ( ) lainnya
(klien biasanya meyelesaikan masalahnya dengan cara menghindar dan
mencederai diri)
6. Masalah prikososial dan lingkungan
( ) Masalah dengan dukungan keluarga
( ) masalah dengan perumahan
Masalah Keperawatan yang mungkin muncul
a. Resiko Perilaku bunuh diri
b. Bunuh diri
c. Isolasi Sosial Harga Diri Rendah Kronis
Data Yang Perlu Dikaji
1. Data subjektif:
a. Mengungkapkan keinginan bunuh diri
b. Mengungkapkan keinginan untuk mati
c. Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan
d. Ada riwayat berulang percobaan bunuh diri sebelumnya dari keluarg
e. Berbicara tentang kematian, menanyakan tentang dosis obat yang mematikan
f. Mengungkapkan adanyanya konflik interpersonal
g. Mengungkapkan telah menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil
2. Data objektif:
a. Impulsif
b. Menunjukkan perilaku yang mencurigakan biasaya menjadi sangat patuh
c. Ada riwayat penyakit mental (depresi, psikosis, dan penyalahgunaan
alkohol)
d. Ada riwayat penyakit fisik (penyakit kronis atau penyakit terminal
e. Pengangguran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau kegagalan karier)
C. Intervensi Keperawatan
Risiko Bunuh Diri (D.0135)
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan bagian dari proses keperawatan. Tujuan
implementasi adalah mengatasi masalah yang terjadi pada manusia. Setelah rencana
keperawatan disusun, maka rencana tersebut diharapkan dalam tindakan nyata untuk
mencapai tujuan yang diharapkan, tindakan tersebut harus terperinci sehingga dapat
diharapkan tenaga pelaksansaan keperawatan dengan baik dan sesuai dengan waktu yang
ditentukan Implementasi ini juga dilakukan oleh perawat dan harus menjunjung tinggi
harkat dan martabat sebagai manusia yang unik.
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tahapan akhir dari proses keperawatan. Evaluasi menyediakan nilai
informasi mengenai pengaruh intervensi yang telah direncanakan dan merupakan
perbandingan dari hasil yang diamati dengan kriteria hasil yang telah dibuat pada tahap
perencanaan. Evaluasi keperawatan ada 2 yaitu:
1. Evaluasi proses (formatif) yaitu valuasi yang dilakukan setiap selesai tindakan.
Berorientasi pada etiologi dan dilakukan secara terus-menerus sampai tujuan yang
telah ditentukan tercapai.
2. Evaluasi hasil (sumatif) yaitu evaluasi yang dilakukan setelah akhir tindakan
keperawatan secara paripurna. Berorientasi pada masalah keperawatan dan
menjelaskan keberhasilan atau ketidakberhasilan. Rekapitulasi dan kesimpulan status
kesehatan klien sesuai dengan kerangka waktu yang ditetapkan
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Strategi Pelaksanaan Resiko Bunuh Diri. Diunduh pada tanggal 18 Maret
2015 dari alamat web: http://ahlinyajiwa.blogspot.com/2013/02/strategipelaksanaa
n-resiko-bunuh-diri.html
Keliat A. Budi, Akemat. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta:
EGC.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Jakarta : PPNI