Anda di halaman 1dari 13

Nabila Karimah Komsin, S.

Kep
NIM : 2011040139

LAPORAN
PENDAHULUAN
ANSIETAS
PROFESI NERS STASE
JIWA MINGGU 2

Klien Kelolaan : Ansietas

Yth. Pembimbing Profesi Ners Stase Keperawatan Jiwa


Bersama ini saya lampirkan Log book saya selama mengikuti proses
pembelajaran di Stase keperawatan Jiwa. Semua yang saya laporkan adalah
benar.
Tanggal mengumpulkan :
27 Desember 2020

[083863145884]

Hormat saya,
[nabilakarimah10@gmail.c [Nabila Karimah Komsin]
om]
LAPORAN PENDAHULUAN

1. Kasus (masalah utama)


Kecemasan (ansietas)
2. Proses terjadinya masalah
a. Definisi
Kecemasan adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak
didukung oleh situasi. Gangguan kecemasan adalah sekelompok kondisi
yang memberi gambaran penting tentang ansietas yang berlebihan yang
disertai respon perilaku, emosional dan fisiologis individu yang
mengalami gangguan ansietas (Videback, 2012). Pengertian lain cemas
adalah suatu keadaan yang membuat seseorng tidak nyaman dan terbagi
dalam beberapa tingkatan. Jdi, cemas berkaitan dengan persaan tidak
pasti dan tidak berdaya.
Kejadian dalam hidup seperti menghadapi tuntutan, persaingan,
serta bencana dapat membawa dampak terhadap kesehatan fisik dan
psikologis. Salah satu contoh dampak psikologis adalah timbulnya
kecemasan atau ansietas. (Yusuf, 2015).
b. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang
dapat menyebabkan timbulnya kecemasan. Ketegangan dalam
kehidupan tersebut dapat berupa :
1) Peristiwa traumatik yang dapat memicu terjadinya kecemasan
berkaitan dengan krisis yang dialami individu baik krisis
perkembangan atau situasional.
2) Konflik emosional yang dialami individu dan tidak terselesaikan
dengan baik.
3) Konsep diri tergangggu akan menimbulkan ketidakmampuan
individu berpikir secara realitas sehinga akan menimbulkan
kecemasan.
4) Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk
mengambil keputusan yang berdampak terhadap ego.
5) Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan
ancaman terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi
konsep diri individu.
6) Pola mekanisme keluarga atau pola keluarga menangani stress
akan mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik
yang di alami karena pola mekanisme koping individu banyak di
pelajari dalam keluarga.
7) Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan
mempengaruhi respons individu dalam berespons terhadap
konflik dan mengatasi kecemasannya .
8) Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah
pengobatan yang mengandung benzodiazepin, karena
benzodiazepin dapat menekan neurotransmitter gamma amino
butyric acid (GABA) yang mengontrol aktivitas neuron diotak
yang bertanggung jawab menghasilkan kecemasan.
c. Faktor Presipitasi
Faktor prespitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
mencetuskan timbulnya kecemasan. Stressor presipitasi kecemasan di
kelompokkan menjadi dua bagian, yaitu:
1) Ancaman terhadap integritas fisik, meliputi :
 Sumber internal, meliputi : kegagalan mekanisme fisisologis
sistem imun, regulasi suhu tubuh, dan perubahan biologis
normal.
 Sumber eksternal, meliputi : paparan terhadap infeksi virus dan
bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan, kekuranagan nutrisi,
dan tidak adekuatnya tempat tinggal
2) Ancaman terhadap harga diri, meliputi :
 Sumber internal, kesulitan dalam berhubungan interpersonal
dirumah atau tempat kerja, dan penyesuaian terhadap peran
baru. Berbagai ancaman terhadap integritas fisisk juga dapat
mengancam harga diri.
 Sumber eksternal, kehilangan orang yang dicintai, perceraian,
perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok, social dan
budaya (Eko, 2014).
d. Tanda Gejala
Tanda dan gejala kecemasan yang ditunjukkan atau ditemukan oleh
seseorang bervariasi tergantung dari beratnya atatu tingkatan yang
dirasakan oleh individu tersebut . Keluhan yang sering dikemukakan
oleh seseorang saat mengalami kecemasan secara umum, antara lain
adalah sebagai berikut:
1) Cemas, kawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah
tersinggung,
2) Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut.
3) Takut sendiriaan, takut pada keramaian, dan banyak orang.
4) Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan
5) Gangguan kosentrasi daya ingat
6) Gejala somatik seperti rasa sakit pada otot dan tulang, berdebar-
debar, sesak nafas, gangguan pencernaan, sakit kepala, gangguan
perkemihan, tangan terasa dngin dan lembab, dan lain sebagainya
(Eko, 2014).

3. Dasar Penetapan Masalah klien


a. Data objektif dan subjektif
Subjektif Objektif

1) Merasa bingung 1) Tampak gelisah


2) Merasa khawatir dengan akibat 2) Tampak tegang
dari kondisi yang dihadapi 3) Sulit tidur
3) Sulit berkonsentrasi

b. Analisa data

DATA MASALAH
DS: Ansietas
- Klien mengatakan cemas
mngenai penyakitnya
- Klien mengatakan akhir-akhir
banyak pikiran tenyang
penyakitnya
- Klien mangtakan takut akan
tidakan operasi yang
dilakukan
DO:
- Klien tampak gelisah
- Klien tampak cemas

c. Pohon masalah

Harga diri rendah Effect

Cemas Core Problem

Koping Individu
Causa
Inefektif

d. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji


 Masalah keperawatan : kecemasan/ansietas
Dalam Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) ansietas
merupakan kondisi emosi dan pengalaman subjektif indivisu
terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya
yang memungkinkan individu melakukan tindakan untuk
mengahadapi ancaman. Faktor yang berhubungan :
1) Krisis situasional
2) Kebutuhan tidak terpenuhi
3) Krisis maturasional
4) Ancaman terhadap konsep diri
5) Ancaman terhadap kematian
6) Kekhawatiran menghadapi kegagalan
7) Disfungsi system keluarga
8) Hubungan orang tua-anak tidak memuaskan
9) Faktor keturunan
10) Penyalahgunaan zat
11) Terpapar bahaya lingkungan
12) Kurang terpapar informasi
 Data yang perlu dikaji
Data Subjektif :
1. Merasa bingung
2. Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi
3. Sulit berkonsentrasi
4. Mengeluh pusing

Data Objektif :
1) Tampak gelisah
2) Tampak tegang
3) Sulit tidur

Pengkajian ditujukan pada fungsi fisiologis dan perubahan perilaku


melalui gejala atau mekanisme koping sebagai pertahanan terhadap
kecemasan. Data fokus yang perlu dikaji pada klien yang mengalami
ansietas adalah sebagai berikut :
1) Perilaku
Produktivitas menurun, mengamati dan waspada, kontak mata,
jelek, gelisah, melihat sekilas sesuatu , pergerakan berlebihan
(seperti; foot shuffling, pergerakan lengan/tangan), Ungkapan
perhatian berkaitan dengan merubah peristiwa dalam hidup,
insomnia, perasaan gelisah
2) Afektif
Menyesal, iritabel,kesedihan mendalam, takut, gugup, suka cita
berlebihan, nyeri dan ketidak berdayaan meningkat secara
menetap, gemertak, ketidak pastian, kekhawatiran meningkat,
fokus pada diri sendiri, perasaan tidak adekuat, ketakutan,
distressed, khawatir, prihatin dan mencemaskan
3) Fisiologis
Suara bergetar, gemetar/tremor tangan, bergoyang-goyang,
respirasi meningkat, kesegeraan berkemih ( parasimpatis), nadi
meningkat, dilasi pupil, refleks-refleks meningkat, nyeri
abdomen, gangguan tidur, perasaan geli pada ekstrimitas,
eksitasi kardiovaskuler, peluh meningkat, wajah tegang,
anoreksia, jantung berdebar-debar , diarhea, keragu-raguan
berkemih kelelahan, mulut kering, kelemahan, nadi berkurang,
wajah bergejolak, vasokontriksi supervisial, berkedutan, tekanan
darah menurun mual, keseringan berkemih, pingsan, sukar
bernafas, tekanan darah meningkat .
4) Kognitif
Hambatan berfikir, bingung, preokupasi, pelupa, perenungan,
perhatian, lemah, lapang persepsi menurun, takut akibat yang
tidak khas, cenderung menyalahkan orang lain, sukar
berkonsentrasi, kemampuan berkurang terhadap:(memecahkan
masalah dan belajar) , kewaspadaan terhadap gejala fisiologis .
5) Faktor predisposisi
6) Faktor presipitasi
7) Sumber koping
Individu dapat mengalami stress dan ansietas dengan
menggerakkan sumber koping tersebut dilingkungan. Sumber
koping tersebut sebagai modal ekonomi, kemampuan
penyelesaian masalah, dukungan sosial dan keyakinan budaya
yang dapat membantu seseorang mengintegrasikan pengalaman
yang menimbulkan stress dan mengadopsi strategi koping yang
berhasil.
8) Mekanisme koping
Ketika mengalami ansietas individu menggunakan berbagai
mekanisme koping untuk mencoba mengatasinya dan
ketidakmampuan mengatasi ansietas secara konstruktif
merupakan penyebab utama terjadinya perilaku patologis.

4. Data yang perlu ditambahkan


1) Genogram
2) Rentang Respon Cemas
Menurut Stuart & Sundeen (2012), rentang respon individu terhadap
cemas berfluktuasi antara respon adaptif dan maladaptif. Rentang respon
yang paling adaptif adalah antisipasi dimana individu siap siaga untuk
beradaptasi dengan cemas yang mungkin muncul. Rentang respon
kecemasan yang paling maladaptif adalah panic, dimana individu sudah
tidak mampu lagi berespon terhadap cemas yang dihadapi sehingga
mengalami gangguan fisik, perilaku, maupun kognitif.
3) Tingkatan ansietas berdasarkan ciri-ciri fisiologis, kognitif, emosi atau
perilaku

ANSIETAS RINGAN ANSIETAS SEDANG


Fisiologis Fisiologis
 Tanda-tanda vital normal  Tanda-tanda vital normal atau
 Tekanan otot minimal sedikit meningkat
 pupil normal  adanya ketegangan
 gelisah  mungkin menjadi kurang nyaman
 susah tidur  diaporesis
 hipersensitif terhadap suara  sakit kepala
 mulut kering
 sering BAK
Kognitif Kognitif
 Lapang persepsi tidak menyempit  Berjaga-jaga, persepsi
 Sadar terhadap stimulus internal menyempit, terfokus
dan lingkungan yang lain  Bagian optimal untuk
 Perhatian berkurang tapi masih menyelesaikan masalah dan
terkontrol, penyelesaian masalah belajar
efektif, peningkatan kemampuan  Penuh perhatian
belajar
Emosi/ perilaku Emosi/ perilaku
 Perasaan relatif nyaman, rileks,  Perasaan siaga dan menantang,
tenang penuh semangat
 melakukan kegiatan sehari-hari  Mengajak dalam kegaiatan yang
tanpa terganggu, motivasi kompetitif, dan belajar
meningkat ketrampilan baru
 Suara dan ekspresi wajah penuh
perhatian
ANSIETAS BERAT PANIK
Fisiologis Fisiologis
 tanda-tanda vital meningkat  Seseorang menjadi pucat
 keringat berlebihan  Tekanan darah menurun,
 sering BAK hipotensi
 diare, mulut kering  Koordinasi otot buruk, nyeri,
 nafsu makan menurun sensasi pendengaran minimal.
 dilatasi pupil  Dilatasi pupil.
 Indera yang dipengaruhi:
pendengaran berkurang, sensasi
nyeri turun
 Sakit kepala hebat
 Mual
 vertigo,
 takikardi
 nyeri dada, gemetar
Kognitif Kognitif
 Lapang persepsi  Persepsi menyebar atau tertutup
sangat menyempit  Tidak mampu menerima stimulus
 Sulit memecahkan masalah.  Penyelesaian masalah dan
 Perhatiannya terpilih (fokus pada berpikir logis tidak mampu
satu kelompok) dilakukan
 Tidak dapat menyelesaikan tugas  Persepsi atau tentang diri,
lingkungan atau kejadian tidak
realistis.
 Kehilangan cara berpikir yang
rasional
Emosi/ perilaku Emosi/ perilaku
 Merasa terancam, terkejut  Merasa perlu bantuan terhadap
dengan stimulus baru, segala kehilangan kontrol
merasa beban yang terlalu  Mungkin menjadi marah,
berat menakutkan, menarik diri,
 Aktivitas mungkin menangis atau lari dari masalah
meningkat atau menurun  Tidak dapat berkomunikasi
 Mungkin tampak dan merasa secara verbal
depresi  Mungkin delusi atau halusinasi.
 Menunjukkan penolakan,  Mungkin mencoba bunuh diri
mengeluh sakit, menjadi
lekas marah

5. Diagnosa keperawatan
1. Ansietas b.d. ancaman pada status kesehatan
2. Koping individu tidak efektif b.d. ketidakadekuatan koping
3. Harga diri Rendah b.d. konsisi baru terdiagnosis

6. Rencana tindakan keperawatan

Tujuan umum : Cemas berkurang 1. Jadilah pendengar yang hangat


atau hilang dan responsif
2. Beri waktu yang cukup pada
Tujuan khusus: pasien unuk berespon
TUK 1 : Pasien dapat menjalin dan 3. Beri dukungan pada pasien
membina hubungan saing percaya untuk mengekspresikan
perasaannya
4. Identifikasi pola perilaku pasien
atau pendekatan yang dapat
menimbulkan perasaan negatif
5. Bersama pasien mengenali
perilaku dan respon sehingga
cepat belajar dan berkembang

TUK 2 : Pasien dapat mengenali 1. Bantu pasien untuk


ansietasnya mengidentifikasi dan
menguraikan perasaannya
2. Hubungkan perilaku dan
perasaannya
3. Validasi kesimpulan dan asumsi
terhadapa pasien
4. Gunakan pertanyaan terbuka
untuk mengalihkan dari topik
yang mengancam ke hal yang
berkaitan dengan konflik
5. Gunakan konsultasi untuk
membantu pasien
mengungkapkan perasaannya

TUK 3 : Pasien dapat memperluas 1. Bantu pasien menjelaskan


kesadarannya terhadap situasi dan interaksi yag dapat
perkembangan ansietas segera menimbulkan ansietas
2. Bersama pasien meninjau
kembali penilaian pasien
terhadap stressor yang drasakan
mengacam dan menimbulkan
konflik
3. Kaitkan pengalaman yang baru
terjadi dengan pengalaman masa
lalu yang relevan

TUK 4 : Pasien dapat 1. Gali cara pasien mengurangi


menggunakan mekanisme koping ansietas di masa lalu
yang adaptif 2. Tunjukkan akibat mal adaptif
dan destruktif dari respon
koping yang digunakan
3. Dorong pasien utnuk
menggunakan respon koping
adaptfi yang dimilikinya
4. Bantu pasien untuk menyusun
kembali tujuan hidup,
memodifikasi tujuan
menggunakan sumber dan
koping yang baru
5. Latih pasien dengan
menggunakan ansietas sedang
6. Beri aktivitas fisik untuk
menyalurkan energinya
7. Libatkan pihak yang
berkepentingan sebagai suber
dan dukungan sosial dalam
membantu pasien
menggunakan loping adaptif
yang baru

TUK 5 : Pasien dapat 1. Ajarkan pasien teknik relaksasi


menggunakan teknik relaksasi untuk meningkatkan kontrol dan
rasa percaya diri
2. Dorong pasien untuk
menggunakan relaksasi dalam
menurunkan tingkat ansietas

Daftar Pustaka

Prabowo Eko. (2014). Asuhan Keperawatan Jiwa. Jogjakarta: Nuha


Medika.
Stuart, G. W. & Sundeen, S. J. (2012). Buku saku kepelayanan kesehatan
jiwa. Alih bahasa, Achrir. Y. S. Jakarta: EGC.
Videbeck, S. L. (2012). Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta: EGC.
Yusuf (2015). Buku Ajaran Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta Selatan:
Jagakarsa.

Anda mungkin juga menyukai