Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN FOKUS MASALAH UTAMA NYERI KRONIS

(RHEUMATOID ATHRITIS)

Diajukan untuk memenuhi Stase Keperawatan Gerontik

Disusun oleh :

Imelda Ayunitias

2011040058

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2021
A. PENGERTIAN

Reumatoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang

manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini juga

melibatkan seluruh organ tubuh.(Hidayat, 2016).

Rheumatoid Arthritis merupakan perkembangan pada jaringan ikat. Gangguan

jenis ini kebanyakaan menyerang persendian tangan dan kaki. Rheumatoid arthritis

dapat menyerang semua golongan usia. Namun, penyakit ini lebih banyak menyerang

kaum wanita, hampir tiga kali lipat dari pria, terutama usia 30 – 50 tahun.

Rheumatoid arthritis bersifat kambuhan. Penyebab rheumatoid arthritis tidak

diketahui secara pasti. Diduga penyebab utamanya karena gangguan autoimunitas dan

berhubungan dengan faktor infeksi, genitis, dan endokrin. Saat ini dipercaya bahwa

penderita yang mudah terkena rheumatoid arthritis, secaragenetis mengembangkan

antibody immunoglobulin G yang abnormal atau yang telah berubah saat terkena

suatu antigen (Wijayakusuma, 2017).

Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat

sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau

tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi

rasa nyeri yang dialaminya. (Hidayat, 2016)

Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan

ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2017).

Nyeri merupakan mekanisme pertahanan tubuh, timbul bila ada jaringan rusak

dan hal ini akan menyebabkan individu bereaksi dengan memindahkan stimulus
nyeri. Pada kehidupan nyeri dapat bersifat lama dan ada yang singkat, berdasarkan

lama waktu terjadinya inilah maka nyeri dibagi menjadi dua yaitu nyeri akut dan

nyeri kronis. Nyeri biasanya berkurang sejalan dengan penyembuhan, nyeri ini

umumnya terjadi kurang dari enam bulan (Kusharyadi, 2018).

B. TANDA DAN GEJALA

RA dapat ditemukan pada semua sendi dan sarung tendo, tetapi paling sering

di tangan. RA juga dapat menyerang sendi siku, kaki, pergelangan kaki dan lutut.

Sinovial sendi, sarung tendo, dan bursa menebal akibat radang yang diikuti oleh erosi

tulang dan destruksi tulang disekitar sendi (Syamsuhidajat, 2018).

1. Nyeri pada anggota gerak

2. Kelemahan otot

3. Peradangan dan bengkak pada sendi

4. Kekakuan sendi

5. Kejang dan kontraksi otot

6. Gangguan fungsi

7. Sendi berbunyi(krepitasi)

8. Sendi goyah

9. Timbunya perubahan bentuk

10. Timbulnya benjolan nodul

Respon perilaku terhadap nyeri dapat mencakup:

1. Pernyataan verbal (Mengaduh, Menangis, Sesak Nafas, Mendengkur)


2. Ekspresi wajah (Meringis, Menggeletukkan gigi, Menggigit bibir)

3. Gerakan tubuh (Gelisah, Imobilisasi, Ketegangan otot, peningkatan gerakan

jari-jari & tangan

4. Kontak dengan orang lain/interaksi sosial (Menghindari percakapan,

Menghindari kontak sosial,

5. Penurunan rentang perhatian, Fokus pada aktivitas menghilangkan nyeri)

6. Individu yang mengalami nyeri dengan awitan mendadak dapat bereaksi

sangat berbeda terhadap nyeri yang berlangsung selama beberapa menit atau

menjadi kronis. Nyeri dapat menyebabkan keletihan dan membuat individu

terlalu letih untuk merintih atau menangis. Pasien dapat tidur, bahkan dengan

nyeri hebat. Pasien dapat tampak rileks dan terlibat dalam aktivitas karena

menjadi mahir dalam mengalihkan perhatian terhadap nyeri.

C. ETIOLOGI

Hingga kini penyebab Remotoid Artritis (RA) tidak diketahui, tetapi beberapa

hipotesa menunjukan bahwa RA dipengaruhi oleh faktor-faktor :

1. Mekanisme IMUN ( Antigen-Antibody) seperti interaksi antara IGc dan

faktor Reumatoid

2. Gangguan Metabolisme

3. Genetik

4. Faktor lain : nutrisi dan faktor lingkungan (pekerjaan dan psikososial)


Penyebab penyakit Reumatoid arthritis belum diketahui secara pasti, namun

faktor predisposisinya adalah mekanisme imunitas (antigen-antibodi), faktor

metabolik, dan infeksi virus (Suratun, Heryati, Manurung & Raenah, 2017).

Adapun Faktor risiko yang akan meningkatkan risiko terkena nya artritis reumatoid

adalah;

1) Jenis Kelamin.

Perempuan lebih mudah terkena AR daripada laki-laki. Perbandingannya

adalah 2-3:1.

2) Umur.

Artritis reumatoid biasanya timbul antara umur 40 sampai 60 tahun. Namun

penyakit ini juga dapat terjadi pada dewasa tua dan anak-anak (artritis

reumatoid juvenil)

3) Riwayat Keluarga.

Jika terdapat anggota keluarga yang terkena RA, maka resiko terjadinya

penyakit ini lebih tinggi.

4) Merokok.

Merokok dapat meningkatkan risiko terkena artritis reumatoid.

Penyebab trauma ini terbagi menjadi :

1. Mekanik. Rasa nyeri yang diakibatkan oleh mekanik ini timbul akibat ujung-

ujung saraf bebas mengalami kerusakan. Contoh dari nyeri akibat trauma

mekanik ini adalah akibat adanya benturan, gesekan, luka dan lain-lain.
a. Thermis. Nyeri karena hal ini timbul karena ujung saraf reseptor

mendapat rangsangan akibat panas, dingin, misal karena api dan air.

b. Khemis. Nyeri yang ditimbulkan karena adanya kontak dengan zat

kimia yang bersifat asam atau pun basa kuat.

c. Elektrik. Nyeri yang ditimbulkan karena adanya pengaruh aliran listrik

yang kuat mengenai reseptor rasa nyeri yang menimbulkan kekejangan

otot dan luka bakar.

2. Neoplasma. Neoplasma ini juga terbagi menjadi dua yaitu :

a. Neoplasma Jinak.

b. Neoplasma Ganas.

3. Gangguan sirkulasi darah dan kelainan pembuluh darah. Hal ini dapat

dicontohkan pada pasien dengan infark miokard akut atau pun angina pektoris

yang dirasakan adalah adanya nyeri dada yang khas.

4. Peradangan. Nyeri yang diakibatkan karena adanya kerusakan ujung-ujung

saraf reseptor akibat adanya peradangan atau terjepit oleh pembengkakan.

Contohnya adalah nyeri karena abses.

5. Trauma psikologis.

D. PATHOFISIOLOGI

.Rheumatoid arthritis tidak diketahui penyebabnya. Meskipun etiologi infeksi telah

berspekulasi bahwa penyebabnya adalah organism Micoplasma, virus Epstein-Barr,

parvovirus, dan rubella, tetapi tidak ada organidsme yang terbukti bertanggung

jawab. Rheumatoid arthritis dikaitkan dengan banyak respons autoimun, tetapi


apakah autoimunitas merupakan peristiwa sekunder atau perifer masih belum

diketahui.

Rheumatoid arthritis memiliki komponen genetik yang signifikan dan

berbagai epitop dari cluster HLA-DR4/DR1 hadir pada 90% pasien dengan

rheumatoid arthritis. Hyperplasia sel cairan sendi dan aktivasi sel endotel adalah

kejadian pada awal proses patologis yang berkembang menjadi peradangan yang

tidak terkontrol dan berakibat pada kehancuran tulang dan tulang rawan. Faktor

genetik dan kelainan sistem kekebalan berkontribusi terhadap progresivitas penyakit.

Sel T CD4, fagosit monokuler, fibroblast, osteoklas, dan neutrofil memainkan

peran selular utama dalam patofisiologi rheumatoid arthritis , sedangkan limfosit B

memproduksi autoantibodi. Produksi sitokin abnormal, kemokin, dan mediator

inflamasi lain (misalnya TNF-alpha, interleukin(IL)-1, IL-6,IL-8, serta faktor

pertumbuhan fibroblas) telah ditunjukkan pada pasien dengan rheumatoid arthritis.

Pada akhirnya, peradangan dan proliferasi sinovium (yaitu pannus) ligament, dan

pembuluh darah. Meskipun struktur artikular adalah tempat utama yang terlibat oleh

rheumatoid arthritis, tetapi jaringan lain juga terpengaruh (Noor Z. , Buku Ajar

Gangguan Muskuloskeletal, 2016).


E. PATHWAY

Predisposisi dari reaksi auto imun


dan infeksi pada sendi lutut

Rheumatoid Arthritis sendi


lutut

Respons Kerusakan Respons inflamasi Sinovitis


psikologis Kartilago, tulang, Pada sendi lutut
dan Sendi lutut
Hiperemia dan
Prognosis Ketidakstabilan
pembengkakan
penyakit Ketidakmampuan sendi lutut
menggerakkan sendi menyebabkan
Ansietas lutut terjadinya atrofi otot
Nekrosis dan
kerusakan dalam
Gangguan Resiko Tinggi
Tindakan ruang sendi
Mobilitas Fisik Trauma
pembedahan
osteotomi/atroplasti
Nyeri
Ruptur tendon
Resiko tinggi secara parsial
infeksi
atau total
F. PENATALAKSANAAN

1. Penatalaksanaan RA

Tujuan utama terapi adalah:

1.  Meringankan rasa nyeri dan peradangan

2. memperatahankan fungsi sendi dan kapasitas fungsional maksimal penderita.

3.  Mencegah atau memperbaiki deformitas

Program terapi dasar dibawah ini yang merupakan sarana pembantu untuk

mecapai tujuan-tujuan tersebut yaitu:

a. Terapi Non Farmakologis

1. Istirahat

2. Latihan fisik

3. Panas

4. Mandi dengan air hangat untuk mengurangi nyeri

5. Kompres jahe hangat

6. Konsumsi makanan yang tinggi protein dan vitamin

7. Lingkungan yang aman untuk melindungi dari cidera

8. Kompres air es saat kaki bengkak dan kompres air hangat saat nyeri

b. Terapi Farmakologis

a) Aspirin (anti nyeri)dosis antara 8 s.d 25 tablet perhari, kadar salisilat

serum yang diharapakan adalah 20-25 mg per 100 ml

b) Natrium meningkatkan toleransi saluran cerna terhadap terapi kolin dan

asetamenofen

c) Klorokuin, paling banyak digunakan karena harganya terjangkau,

namun efektifitasnya lebih rendah dibanding dengan yang lain. Dosis


anjuran klorokuin fosfat 250 mg/hari atau hidroksiklorokuin

400mg/hari. Efek samping bergantung pada dosis harian, berupa

penurunan ket.

d) Garam emas

e) Kortikosteroid

2. Penatalaksanaan Nyeri

1) Mengurangi faktor yang dapat menambah nyeri, misalnya ketidakpercayaan,

kesalahpahaman, ketakutan, kelelahan dan kebosanan.

2) Memodifikasi stimulus nyeri dengan menggunakan teknik-teknik seperti :

a. Teknik latihan pengalihan

1) Menonton televisi.

2) Berbincang-bincang dengan orang lain.

3) Mendengarkan musik.

b. Teknik relaksasi

Menganjurkan pasien untuk menarik napas dalam dan mengisi paru-paru

dengan udara, menghembuskannya secara perlahan, melemaskan otot-otot

tangan, kaki, perut, dan punggung serta mengulangi hal yang sama sambil

terus berkonsentrasi hinga didapat rasa nyaman, tenang dan rileks.

c. Stimulasi kulit

1) Menggosok dengan halus daerah nyeri.

2) Menggosok punggung.

3) Menggunakan air hangat dan dingin.

4) Memijat dengan air mengalir.


3) Pemberian obat analgesik, yang dilakukan guna mengganggu atau memblok

transmisi stimulus agar terjadi perubahan persepsi dengan cara mengurangi

kortikal terhadap nyeri. (Hidayat, 2016)


DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A. A. 2016. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep dan

Proses Keperawatan, Buku 1. Jakarta : Salemba Medika.

Kushariyadi. (2018).Asuhan Keperawatanpada Klien Lanjut Usia.Jakarta : Salemba

Medika

Noor, Z. (2016). Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika.

Sjamsuhidajat, R, et al. (2018). Buku Ajar ilmu Bedah Edisi 3. Jakarta : EGC.

Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth.(2017). Buku Ajar Keperawatan Medikal

Bedah. Jakarta : EGC

Suratun,Heryati, Manurung & Raenah, 2017..Aspek Genetik Penyakit Reumatik dalam

Tamsuri Anas. 2017. Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta : EGC

Wijayakusuma,H.(2017). Atasi Rematik dan Asam Urat Ala Hembling. Jakarta: Puspa

Swara.

Anda mungkin juga menyukai