Anda di halaman 1dari 46

TUGAS KELOMPOK

KEPERAWATAN JIWA

“ASKEP KECEMASAN”

DOSEN PENGAMPU :

YULIATI AMPERANINGSIH, SKM., M.Kes.

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 2 :

SITI UMAYYAH (1914301005)

VIONI HANERA SAVITRI (1914301006)

NICA MAHARANI LIDIA PERMATA (1914301007)

EUNIKE OPRASETYA (1914301008)

DIAN AYU NINGSIH ISMI (1914301009)

TK 3 REGULER 1

SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG

SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya akhirnya
kami dari kelompok 2 dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa
dengan membahas “Asuhan Keperawatan Psikososial Kecemasan”. Semoga makalah
ini, dapat bermanfaat dan menjadi sumber pengetahuan bagi pembaca. Dan apabila
dalam pembuatan makalah ini terdapat kekurangan kiranya pembaca dapat
memakluminya. Akhir kata dengan kerendahan hati, kritik, dan saran sangat kami
harapkan demi penyempurnaan makalah ini. Sekian dan terima kasih.

Bandar Lampung, 23 Juli 2021

Kelompok 2
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Krisis ekonomi yang berkepanjangan telah menyebabkan meningkatnya jumlah
penderita penyakit jiwa, terutama gangguan kecemasan. Berbagai macam krisis yang
terjadi sebenarnya bukan krisis ekonomi sebagai pangkal masalahnya, melainkan
mendasar pada kesehatan mental bangsa ini sendiri. Minimnya perhatianterhadap
kesehatan mental bangsa termanifestasi dalam begitu banyak masalah yang disebut krisis
multidimensional. Pernyataan ini dinyatakan jelas oleh dr. Danardi Sosrosumihardjo,
Sp.K.J., dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) dalam
konferensi pers Konvensi Nasional Kesehatan Jiwa ke-2, yang bertema “Kesehatan Jiwa
Masyarakat, Kesehatan Jiwa Bangsa,” pada hari Kamis (9/ 10) di Jakarta.
Pernyataan ini bukanlah tanpa dasar Krisis ekonomi yang terus berkepanjangan
ternyata meninggalkan kisah-kisah menyedihkan dengan meningkatnya jumlah penderita
ganngguan jiwa, terutama jenis ansietas (gangguan kecemasan).Gejala gangguan
kesehatan mental yang mencakup mulai dari gangguan kecemasan, depresi, panik hingga
gangguan jiwa yang berat seperti Schizoprenia hingga pada tindakan bunuh diri, semakin
mewabah di tengah masyarakat.Dari sekian jumlah penderita yang ada baru 8% yang
mendapatkan pengobatan yang memadai.Sedangkan selebihnya tidak tertangani.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi ansietas?
2. Apa saja gejala umum ansietas?
3. Apa faktor presdiposisi dan faktor presipitasi pada klien dengan ansietas?
4. Apa saja penggolongan ansietas?
5. Apa saja macam - macam gangguan pada ansietas?
6. Bagaimana Penatalaksanaan Kecemasan?
7. Bagaimana gambaran klinis pada klien dengan ansietas?
8. Apa asuhan keperawatan pada klien dengan ansietas?
1.3 Tujuan
Tujuan Umum :
Untuk menambah pengetahuan dan penanganan mengenai klien dengan gangguan
kecemasan
Tujuan Khusus :
Diharapkan mahasiswa mampu :
1. Mengetahui definisi ansietas
2. Mengetahui gejala umum ansietas
3. Mengetahui faktor presdiposisi dan faktor presipitasi pada klien dengan ansietas
4. Mengetahui penggolongan ansietas
5. Mengetahui macam - macam gangguan pada ansietas
6. Mengetahui gambaran klinis pada klien dengan ansietas
7. Mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan ansietas

1.4 Manfaat
1. Memberikan informasi kepada pembaca seputar kecemasan pada pasien dengan
gangguan jiwa
2. Menambah pengetahuan bagaimana menghadapi pasien dengan gangguan kecemasan
3. Dapat dijadikan referansi untuk pembuatan makalah selanjutnya
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Ansietas

Ansietas adalah perasaan tidak senang yang khas yang disebabkan oleh
dugaan akan bahaya atau frustasi yang mengancam yang akan membahayakan rasa
aman, keseimbangan, atau kehidupan seseorang individu atau kelompok biososialnya
(J.J GROEN).
Kecemasan adalah ketegangan, rasa tidak aman dan kekawatiran yang timbul
karena dirasakan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan tetapi sumbernya sebagian
besar tidak diketahui dan berasal dari dalam (DepKes RI, 1990).
Gejala kecemasan baik sifatnya akut maupun kronik (menahun) merupakan
komponen utama bagi hampir semua gangguan kejiwaan (psychiatric disorder).Secara
klinis gejala kecemasan dibagi dalam beberapa kelompok yaitu : gangguan cemas
(anxiety disorder), gangguan cemas menyeluruh (generalized anxiety disorder /
GAD), gangguan panik (panic disorder), gangguan fobia (Phobic disorder), dan
gangguan obsesif-komplusif (obsessive-complusive disorder).
Keadaan cemas biasanya disertai dan diikuti dengan gejala depresi. Untuk
diagnosis dibutuhkan penentuan kreteria yang tepat antara berat ringannya gejala,
penyebab serta kelangsungan dari gejala apakah sementara atau menetap. Pada
gangguan cemas lainnya biasanya depresi adalah bentuk akhir bila penderita tidak
dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi. Pada cemas menyeluruh depresi
biasanya bersifat sementara dan lebih ringan gejalanya dibanding kecemasan,
gangguan penyesuaian memiliki gejala yang jelas berkaitan erat dengan stres
kehidupan.

Tingkat kecemasan sebagai berikut:


1. Kecemasan ringan.
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan
seseorang menjadi waspada dan menghasilkan lahan persepsinya. Kecemasan
dapat memotivasi bekpar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas.
2. Kecemasan sedang.
Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan
mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami perhatian yang
selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah. Dengan kata lain,
lapang persepsi terhadap lingkungan menurun. Individu lebih memfokuskan pada
hal yang penting saat itu dan mengesampingkan hal lain.
3. Kecemasan berat.
Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung untuk
memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berfikir pada
hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut
memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada satu area lain.
4. Tingkat panik dari kecemasan.
Berhubungan dengan terperangah, ketakutan dari orang yang mengalami panik
tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik melibatkan
disorganisasi kepribadian. Dengan panik, terjadi peningkatan aktifitas motorik,
menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang
menyimpang dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat kecemasan ini tidak
sejalan dengan kehidupan, dan juga berlangsung terus dalam waktu yang lama,
dapat terjadi kelelahan yang sangat, bahkan kematian. Pada tingkat ini individu
sudah tidak dapat mengontrol diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa lagi
walaupun sudah diberi pengarahan.

2.2 Karakteristik Ansietas

a. Merupakan emosi
b. Bisa ditularkan
c. Terjadi akibat adanya ancaman pada harga diri, identitas diri
d. Perlu adanya keseimbangan antara keberanian dan kecemasan
2.3 Faktor Presdiposisi dan Faktor Presipitasi

a. Faktor Presdiposisi
a) Biologi
Model biologis menjelaskan bahwa ekpresi emosi melibatkan struktur anatomi
di dalam otak (Fortinash, 2008). Aspek biologis yang menjelaskan gangguan
ansietas adalah adanya pengaruh neurotransmiter. Tiga neurotransmiter utama
yang berhubungan dengan ansietas adalah norepineprin, serotonin dan gamma-
aminobutyric acid (GABA)

b) Psikologis
Stuart dan Laraia (2005) menjelaskan bahwa aspek psikologis memandang
ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian
yaitu id dan superego. Menurut Tarwoto dan Wartonah (2003), maturitas
individu, tipe kepribadian dan pendidikan juga mempengaruhi tingkat ansietas
seseorang. Ketegangan dalam kehidupan yang dapat menimbulkan ansietas
diantaranya adalah peristiwa traumatik individu baik krisis perkembangan
maupun situasional seperti peristiwa bencana, konflik emosional individu yang
tidak terselesaikan dengan baik, konsep diri terganggu.

c) Sosial Budaya
Riwayat gangguan ansietas dalam keluarga akan mempengaruhi respon
individu dalam berespon terhadap konflik dan cara mengatasi ansietas. Tarwoto
dan Wartonah (2003) memaparkan jika sosial budaya, potensi stres serta
lingkungan merupakan faktor yang mempengaruhi terjadinya ansietas.

b. Faktor Presipitasi
a) Biologi
Gangguan fisik adalah suatu keadaan yang terganggu secara fisik oleh penyakit
maupun secara fungsional berupa penurunan aktivitas sehari-hari. Stuart &
Laraia (2005) mengatakan bahwa kesehatan umum individu memiliki efek
nyata sebagai presipitasi terjadinya ansietas. Apabila kesehatan individu
terganggu, maka kemampuan individu untuk mengatasi ancaman berupa
penyakit (gangguan fisik) akan menurun.
b) Psikologi
Ancaman terhadap integritas fisik dapat mengakibatkan ketidakmampuan
psikologis atau penurunan aktivitas sehari-hari seseorang. Ancaman eksternal
yang terkait dengan kondisi psikologis dan dapat mencetuskan terjadinya
ansietas diantaranya adalah peristiwa kematian, perceraian, dilema etik, pindah
kerja, perubahan dalam status kerja. Sedangkan yang termasuk ancaman
internal yaitu gangguan hubungan interpersonal dirumah, ditempat kerja atau
ketika menerima peran baru (istri, suami, murid dan sebagainya).

c) Sosial Budaya
Status ekonomi dan pekerjaan akan mempengaruhi timbulnya stres dan lebih
lanjut dapat mencetuskan terjadinya ansietas (Tarwoto & Wartonah, 2003).
Orang dengan status ekonomi yang kuat akan jauh lebih sukar mengalami stres
dibanding mereka yang status ekonominya lemah. Hal ini secara tidak langsung
dapat mempengaruhi seseorang mengalami ansietas, demikian pula fungsi
integrasi sosialnya menjadi terganggu yang pada akhirnya mencetuskan
terjadinya ansietas.

2.4 Tingkat Ansietas

Gambar 1. Rentang Respon Kecemasan (Stuart & Sundeen, 1990).

a. Ansietas ringan
Ansietas ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan
membutuhkan perhatian khusus.
b. Ansietas sedang
Ansietas sedang merupakan perasaan yang mengganggu bahwa ada sesuatu yang
benar-benar berbeda, individu menjadi gugup atau agitasi
c. Ansietas berat
Ansietas berat dialami ketika individu yakin bahwa ada sesuatu yang berbeda da
nada ancaman; ia memperhatikan respon takut dan distres
d. Panic
Serangan panic adalah suatu episode ansietas yang cepat intens, dan meningkat,
berlangsung 15-30 menit, ketika individu mengalami ketakutan emosional yang
besar juga ketidaknyamanan fisiologis. Ciri-ciri panic:
 Hilang control
 Tidak dapat melakukan sesuatu tanpa perintah atau arahan
 Disorganisasi kepribadian
 Meningkatkan aktivitas motoric
 Menurunnya kemampuan menghubung-hubungkan
 Distrosi persepsi
 Hilangnya pikiran rasional
 Hilangnya komunikasi dan fungsi efektif
 Bila berlangsung berkepanjangan menyebabkan exhaustion- kematian

2.5 Tanda dan Gejala

a. Respons fisik :
1. Kardiovaskular
palpitasi, jantung bedebar, tekanan darah meninggi, denyut nadi cepat
2. Pernafasan
Napas cepat, napas pendek, tekanan pada dada, napas dangkal, pembengkakan
pada tenggorokan, terengah engah
3. Neuromuskular       
Refleks meningkat, insomnia, tremor, gelisah, wajah tegang, kelemahan
umum, kaki goyah, gerakan yang janggal
4. Gastrointestinal   
Anoreksia, diare/konstipasi, mual, rasa tidak nyaman pada abdomen
5. Traktur urinarius 
Sering berkemih dan tidak dapat menahan kencing
6. Kulit                       
Wajah kemerahan, berkeringat, gatal, rasa panas pd kulit

b. Respons Kognitif :
Lapang persepsi menyempit, tidak mampu menerima rangsang luar, berfokus pada
apa yang menjadi perhatiannya
c. Respons Perilaku :
Gerakan tersentak-sentak, bicara berlebihan dan cepat, perasaan tidak aman
d. Respons Emosi :
Menyesal, iritabel, kesedihan mendalam, takut, gugup, sukacita berlebihan,
ketidakberdayaan meningkat secara menetap, ketidakpastian, kekhawatiran
meningkat, fokus pada diri sendiri, perasaan tidak adekuat, ketakutan, distressed,
khawatir, prihatin.
e. Gejala fisik:
Gemetar, berkeringat, jantung berdebar, kepala terasa ringan, pusing, ketegangan
otot, mual, sulit bernafas, baal, diare, gelisah, rasa gatal, gangguan di lambung dan
lain-lain. Keluhan yang dikemukakan pasien dengan anxietas kronik seperti: rasa
sesak nafas; rasa sakit dada; kadang-kadang merasa harus menarik nafas dalam;
ada sesuatu yang menekan dada; jantung berdebar; mual; vertigo; tremor; kaki dan
tangan merasa kesemutan; kaki dan tangan tidak dapat diam ada perasaan harus
bergerak terus menerus; kaki merasa lemah, sehingga berjalan dirasakan beret;
kadang- kadang ada gagap dan banyak lagi keluhan yang tidak spesifik untuk
penyakit tertentu. Keluhan yang dikemukakan disini tidak semua terdapat pada
pasien dengan gangguan anxietas kronik, melainkan seseorang dapat saja
mengalami hanya beberapa gejala 1 keluhan saja.Tetapi pengalaman penderitaan
dan gejata ini oleh pasien yang bersangkutan biasanya dirasakan cukup gawat.

2.6 Penatalaksanaan Kecemasan

Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan asietas pada tahap pencegahaan dan terapi
memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencangkup fisik
(somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius. Selengkpanya
seperti pada uraian berikut :
1. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara  :
a. Makan makanan yang berigizi dan seimbang
b. Tidur yang cukup
c. Olahraga yang teratur
d. Tidak merokok dan tidak minum minuman keras
2. Terapi psikofarmaka
Terapi psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat anti cemas (anxiolytic), yaitu
seperti diazepam, clobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCl, meprobamate
dan alprazolam.
3. Terapi somatik
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau akibat
dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk menghilangkan keluhan-keluhan
somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan pada organ tubuh yang
bersangkutan.
4. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain
a. Psikoterapi suportif
b. Psikoterapi re-edukatif
c. Psikoterapi re-konstruktif
d. Psikoterapi kognitif
e. Psikoterapi psikodinamik
f. Psikoterapi keluarga
5. Terapi psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan kekebalan
dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan yang merupakan
stressor psikososial.
2.7 Asuhan Keperawatan

A. PENGKAJIAN.

1. Faktor Predisposisi.
Berbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan asal ansietas :
a. Teori Psikoanalitik.
Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian, ID dan
superego. ID mewakili dorongan insting dan impuls primitif seseorang, sedangkan
superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma- norma
budaya seseorang. Ego atau Aku, berfungsi menengahi hambatan dari dua elemen
yang bertentangan dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
b. Teori Interpersonal.
Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dari hubungan
interpersonal. Ansietas juga berhubungan dengan perkembangan, trauma seperti
perpisahan dan kehilangan sehingga menimbulkan kelemahan spesifik. Orang dengan
harga diri rendah mudah mengalami perkembangan ansietas yang berat.
c. Teori Perilaku.
Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu
kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Daftar tentang
pembelajaran meyakini bahwa individu yang terbiasa dalam kehidupan dininya
dihadapkan pada ketakutan yng berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas pada
kehidupan selanjutnya.
d. Kajian Keluarga.
Menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam
suatu keluarga. Ada tumpang tindih dalam gangguan ansietas dan antara gangguan
ansietas dengan depresi.
e. Kajian Biologis.
Menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus benzodiazepine. Reseptor ini
mungkin membantu mengatur ansietas penghambat dalam aminobutirik. Gamma
neuroregulator (GABA) juga mungkin memainkan peran utama dalam mekanisme
biologis berhubungan dengan ansietas sebagaimana halnya endorfin. Selain itu telah
dibuktikan kesehatan umum seseorang mempunyai akibat nyata sebagai predisposisi
terhadap ansietas. Ansietas mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya
menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stressor.

2. Faktor Presipitasi.
Stressor pencetus mungkin berasal dari sumber internal atau eksternal. Stressor
pencetus dapat dikelompokkan menjadi 2 kategori :
a. Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis
yang   akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktifitas
hidup sehari- hari.
b. Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas,
harga diri dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.

3. Perilaku.
Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologi dan
perilaku dan secara tidak langsung melalui timbulnya gejala atau mekanisme koping
dalam upaya melawan kecemasan. Intensietas perilaku akan meningkat sejalan
dengan peningkatan tingkat kecemasan.

Sistem Tubuh Respons


  Kardiovaskuler •         Palpitasi.
•         Jantung berdebar.
•         Tekanan darah meningkat dan denyut nadi menurun.
•         Rasa mau pingsan dan pada akhirnya pingsan.
  Pernafasan •         Napas epat.
•         Pernapasan dangkal.
•         Rasa tertekan pada dada.
•         Pembengkakan pada tenggorokan.
•         Rasa tercekik.
•         Terengah-engah.
  Neuromuskular •         Peningkatan reflek.
•         Reaksi kejutan.
•         Insomnia.
•         Ketakutan.
•         Gelisah.
•         Wajah tegang.
•         Kelemahan secara umum.
•         Gerakan lambat.
•         Gerakan yang janggal.
  Gastrointestinal •         Kehilangan nafsu makan.
•         Menolak makan.
•         Perasaan dangkal.
•         Rasa tidak nyaman pada abdominal.
•         Rasa terbakar pada jantung.
•         Nausea.
•         Diare.
  Perkemihan •         Tidak dapat menahan kencing.
•         Sering kencing.
  Kulit •         Rasa terbakar pada mukosa.
•         Berkeringat banyak pada telapak tangan.
•         Gatal-gatal.
•         Perasaan panas atau dingin pada kulit.
•         Muka pucat dan bekeringat diseluruh tubuh.

Tabel 1. Respon Fisiologis Terhadap Ansietas.

Sistem Respons
  Perilaku •         Gelisah.
•         Ketegangan fisik.
•         Tremor.
•         Gugup.
•         Bicara cepat.
•         Tidak ada koordinasi.
•         Kecenderungan untuk celaka.
•         Menarik diri.
•         Menghindar.
•         Terhambat melakukan aktifitas.
  Kognitif •         Gangguan perhatian.
•         Konsentrasi hilang.
•         Pelupa.
•         Salah tafsir.
•         Adanya bloking pada pikiran.
•         Menurunnya lahan persepsi.
•         Kreatif dan produktif menurun.
•         Bingung.
•         Khawatir yang berlebihan.
•         Hilang menilai objektifitas.
•         Takut akan kehilangan kendali.
•         Takut yang berlebihan.
  Afektif •         Mudah terganggu.
•         Tidak sabar.
•         Gelisah.
•         Tegang.
•         Nerveus.
•         Ketakutan.
•         Alarm.
•         Tremor.
•         Gugup.
•         Gelisah.

Tabel 2. Respon Perilaku Kognitif.


4. Sumber Koping.
Individu dapat mengalami stress dan ansietas dengan menggerakkan sumber koping
tersebut di lingkungan. Sumber koping tersebut sebagai modal ekonomok,
kemampuan enyelesaian masalah, dukungan sosial dan keyakinan budaya dapat
membantu seseorang mengintegrasikan pengalaman yang menimbulkan stress dan
mengadopsi strategi koping yang berhasil.
5. Mekanisme Koping.
Ketika mengalami ansietas individu menggunakan berbagai mekanisme koping
untuk mencoba mengatasinya dan ketidakmampuan mengatasi ansietas secara
konstruktif merupakan penyebab utama terjadinya perilaku patologis. Ansietas
tingkat ringan sering ditanggulangi tanpa yang serius.

Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan 2 jenis mekanisme koping:


a. Reaksi yang berorientasi pada tugas, yaitu upaya yang disadari dan berorientasi pada
tindakan untuk memenuhi secara realitis tuntutan situasi stress.
b. Mekanisme pertahanan ego, membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang, tetapi
jika berlangsung pada tingkat sadar dan melibatkan penipuan diri dan distorsi
realitas, maka mekanisme ini dapat merupakan respon maladaptif terhadap stress.

Sebuah sumber menjelaskan bahwa Ada dua mekanisme koping yang dikategorikan


untuk mengatasi ansietas :
a. Reaksi yang berorientasi pada tugas (Task Oriented Reaction).
Merupakan pemecahan masalah secara sadar digunakan untuk menanggulangi
ancaman stressor yang ada secara realistis, yaitu :
1) Perilaku menyerang (agresif).
2) Biasanya digunakan individu untuk mengatasi rintangan agar memenuhi
kebutuhan.
3) Perilaku menarik diri.
4) Digunakan untuk menghilangkan sumber ancaman baik secara fisik maupun
secara psikologis.
5) Perilaku kompromi.
6) Digunakan untuk mengubah tujuan-tujuan yang akan dilakukan atau
mmengorbankan kebutuhan personal untuk mencapai tujuan.
b. Mekanisme pertahanan ego (Ego Oriented Reaction).
Mekanisme pertahanan Ego membantu mengatasi ansietas ringan maupun sedang
yang digunakan untuk melindungi diri dan dilakukan secara tidak sadar untuk
mempertahankan ketidakseimbangan.

Adapun mekanisme pertahanan Ego adalah :


1) Kompensasi.
Adalah proses dimana seseorang memperbaiki penurunan citra diri dengan secara
tegas menonjolkan keistimewaan/kelebihan yang dimilikinya.

2) Penyangkalan (Denial).
Menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas dengan mengingkari realitas tersebut.
Mekanisme pertahanan ini paling sederhana dan primitif.
3) Pemindahan (Displacemen).
Pengalihan emosi yag semula ditujukan pada seseorang/benda tertentu yang
biasanya netral atau kurang mengancam terhadap dirinya.
4) Disosiasi
Pemisahan dari setiap proses mental atau prilaku dari kesadaran atau identitasnya.
5) Identifikasi (Identification).
Proses dimana seseorang mencoba menjadi orang yang ia kagumi dengan
mengambil/menirukan pikiran-pikiran,prilaku dan selera orang tersebut.
6) Intelektualisasi (Intelektualization).
Penggunaan logika dan alasan yang berlebihan untuk memghindari pengalaman
yang mengganggu perasaannya.
7) Introjeksi (Intrijection).
Mengikuti norma-norma dari luar sehingga ego tidak lagi terganggu oleh ancaman
dari luar (pembentukan superego)
8) Fiksasi.
Berhenti pada tingkat perkembangan salah satu aspek tertentu (emosi atau tingkah
laku atau pikiran)s ehingga perkembangan selanjutnya terhalang.
9) Proyeksi.
Pengalihan buah pikiran atau impuls pada diri sendiri kepada orang lain terutama
keinginan. Perasaan emosional dan motivasi tidak dapat ditoleransi.
10) Rasionalisasi.
Memberi keterangan bahwa sikap/tingkah lakunya menurut alasan yang seolah-olah
rasional,sehingga tidak menjatuhkan harga diri.
11) Reaksi formasi.
Bertingkah laku yang berlebihan yang langsung bertentangan dengan keinginan-
keinginan,perasaan yang sebenarnya.
12) Regressi.
Kembali ketingkat perkembangan terdahulu (tingkah laku yang primitif), contoh;
bila keinginan terhambat menjadi marah, merusak, melempar barang, meraung, dsb.

13) Represi.
Secara tidak sadar mengesampingkan pikiran, impuls, atau ingatan yang
menyakitkan atau bertentangan, merupakan pertahanan ego yang primer yang
cenderung diperkuat oleh mekanisme ego yang lainnya.
14) Acting Out.
Langsung mencetuskan perasaan bila keinginannya terhalang.
15) Sublimasi.
Penerimaan suatu sasaran pengganti yang mulia artinya dimata masyarakat untuk
suatu dorongan yang mengalami halangan dalam penyalurannya secara normal.
16) Supresi.
Suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme pertahanan tetapi sebetulnya
merupakan analog represi yang disadari;pengesampingan yang disengaja tentang
suatu bahan dari kesadaran seseorang;kadang-kadang dapat mengarah pada represif
berikutnya.
17) Undoing.
Tindakan/perilaku atau komunikasi yang menghapuskan sebagian dari
tindakan/perilaku atau komunikasi sebelumnya merupakan mekanisme pertahanan
primitif.

B. DIAGNOSA.
Adapun diagnosa yang biasanya muncul pada kecemasan adalah :
1. Penyelesaian kerusakan.
2. Kecemasan.
3. Pola napas tidak efektif.
4. Koping individu tidak efektif.
5. Diam.
6. Gangguan pembagian bidang energi.
7. Ketakutan.
8. Inkontinensial.
9. Stres.
10. Cedera resiko terhadap......
11. Perubahan nutrisi.
12. Respon pasca trauma.
13. Ketidakberdayaan.
14. Gangguan harga diri.
15. Gangguan pola tidur.
16. Isolasi sosial.
17. Perubahan proses berfikir.
18. Gangguan eliminasi urine.

C. INTERVENSI.
  Tujuan umum : Klien akan mengurangi ansietasnya dari tingkat ringan hingga panik.
  Tujuan khusus :
Klien mampu untuk ;
• Membina hubungan saling percaya.
• Melakukan aktifitas sehari-hari.
• Mengekspresikan dan mengidentifikasi tentang kecemasannya.
• Mengidentifikasi situasi yang menyebabkan ansietas.
• Meningkatkan kesehatan fisik dan kesejahteraannya.
• Klien terlindung dari bahaya.

1.      Ansietas Ringan.
Deskripsi Batasan Karakter Intervensi
Ansietas ringan adalah a)     Tidak nyaman. a)     Gerakan tidak tenang
ansietas normal dimana b)     Gelisah. b)    Perhatikan tanda
motivasi individu pada c)      Insomnia ringan peningkatan ansietas
keseharian dalam batas d)    Perubahan nafsu c)     Bantu klien
kemampuan untuk makan ringan menyalurkan energi secara
melakukan dan e)     Peka konstruktif
memecahkan masalah f)     Pengulangan d)    Gunakan obat bila
meningkat. pertanyaan perlu
g)    Perilaku mencari e)     Dorong pemecahan
perhatian masalah
h)     Peningkatan f)     Berikan informasi
kewaspadaan akurat dan fuktual
i)      Peningkatan persepsi g)    Sadari penggunaan
pemecahan masalah mekanisme pertahanan
j)      Mudah marah. h)     Bantu dalam
mengidentifikasi
keterampilan koping yang
berhasil
i)      Pertahankan cara
yang tenang dan tidak
terburu
j)      Ajarkan latihan dan
tehnik relaksasi

2.      Ansietas Sedang.
Deskripsi Batasan Karakter Intervensi
Ansietas sedang adalah a)     Perkembangan dari a)     Pertahankan sikap
cemas yang ansietas ringan tidak tergesa-gesa, tenang
mempengaruhi b)    Perhatian terpilih dari bila berurusan dengan
pengetahuan baru dengan lingkungan klien
penyempitan lapangan c)     Konsentrasi hanya b)    Bicara dengan sikap
persepsi sehngga individu pada tugas-tugas individu tenang, tegas meyakinkan
kehilangan pegangan d)    Suara bergetar c)     Gunakan kalimat
tetapi dapat mengikuti e)     Ketidaknyamanan yang pendek dan
pengarahan orang lain. jumlah waktu yang sederhana
digunakan d)    Hindari menjadi
f)     Takipnea cemas, marah, dan
g)    Takikardia melawan
h)     Perubahan dalam nada e)     Dengarkan klien
suara f)     Berikan kontak fisik
i)      Gemetaran dengan menyentuh lengan
j)      Peningkatan dan tangan klien
ketegangan otot g)    Anjurkan klien
k)     Menggigit kuku, menggunakan tehnik
memukul-mukulkan jari, relaksasi
menggoyangkan kaki dan h)     Ajak klien untuk
mengetukkan jari kaki mengungkapkan
perasaannya
i)      Bantu klien
mengenali dan menamai
ansietasnya

3.      Ansietas Berat
Deskripsi Batasan Karakter Intervensi
Pada ansietas berat a)     Perasaan terancam a)     Isolasi klien dalam
lapangan persepsi menjadi b)    Ketegangan otot yang lingkungan yang aman
sangat menurun. Individu berlebihan dan tenang
cenderung memikirkan c)     Diaforesis b)    Biarkan perawatan
hal yang sangat kecil saja d)    Perubahan pernapasan dan kontak sering sampai
dan mengabaikan hal e)     Napas panjang konstan
yang lain. Individu tidak f)      Hiperventilasi c)     Berikan obat-obatan
mampu berfikir realistis g)    Dispnea klien melakukan hal untuk
dan membutuhkan banyak h)     Pusing dirinya sendiri
pengarahan, untuk dapat i)      Perubahan d)    Observasi adanya
memusatkan pada daerah gastrointestinalis tanda-tanda peningkatan
lain. j)      Mual muntah agitasi.
k)     Rasa terbakar pada ulu e)      Jangan mennyentuh
hati klien tanpa permisi
l)      Sendawa f)     Yakinkan klien
m)   Anoreksia bahwa dia aman
n)     Diare atau konstipasi g)    Kaji keamanan dalam
o)    Perubahan lingkungan sekitarnya
kardivaskuler
p)    Takikardia
q)    Palpitasi
r)      Rasa tidak nyaman
pada prekokardia
s)     Berkurangnya jarak
persepsi secara berat
t)      Ketidakmampuan
untuk berkonsentrasi
u)     Rasa terbakar
v)     Kesulitan dan
ketidaktepatan
pengungkapan
w)    Aktivitas yang tidak
berguna
x)     Bermusuhan

4.      Panik.
Deskripsi Batasan Karakter Intervensi
Adalah tingkat dimana a)     Hiperaktif / imobilitasi a)     Tetap bersama klien ;
individu berada pada berat minta bantuan
bahaya terhadap diri b)    Rasa terisolasi yang b)    Jika mungkin
sendiri dan orang lain ekstrim hilangkan beberapa
serta dapat menjadi diam c)     Kehilangan stressor fisik dan
atau menyerang dengan desintegrasi kepribadian psikologisdari lingkungan
cara kacau. d)    Sangat goncang dan c)     Bicara dengan
otot-otot tegang tenang, sikap meyakinkan,
e)     Ketidakmampuan menggunakan nada suara
untuk berkomunikasi yang rendah
dengan kalimat yang d)    Katakan pada klien
lengkap bahwa anda (staf) tidak
f)     Distori persepsi dan akan membahayakan
penilaian yang tidak dirinya sendiri atau orang
realistis terhadap lain
lingkungan dan ancaman e)     Isolasikan klien pada
g)    Perilaku kacau dalam daerah yang aman dan
usaha melarikan diri nyaman
h)     Menyerang f)     Lanjut dengan
perawatan ansietas berat

D. STRATEGI PELAKSANAAN (SP)TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN


DENGAN ANSIETAS
a. Pertemuan 1
1. Kondisi Klien
Data Subjektif :
1) Klien mengatakan takut jika pasien berada dirumah.
2) Klien mengatakan dulu klien pernah dijahati oleh tetanganya.
3) Klien mengatakan sulit tidur
4) Klien mengatakan tidak nafsu makan.
Data Objektif
Klien terlihat seperti orang bingung
2. Diagnosa Keperawatan
Ansietas
3. Tujuan Tindak Keperawatan
1) Tujuan Umum : mengatasi gangguan ansietas klien.
2) Tujuan Khusus :
 Pasien mampu membina hubungan saling percaya
 Pasien mampu mengenal ansietas
 Pasien mampu mengatasi ansietas melalui teknik relaksasi
 Pasienmampu memperagakan dan menggunakan teknik relaksasi untuk
mengatasi ansietas
4. Tindakan Keperawatan
1) Membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar pasien
merasa aman dan nyaman saat berinteraksi. Tindakan yang harus
dilakukan dalam membina hubungan saling percaya adalah
 Mengucapkan salam terapeutik
 Berjabat tangan
 Menjelaskan tujuan interaksi
 Membuat kontrak (topik, waktu, tempat, tujuan) setiap kali bertemu
pasien
2) Membantu pasien mengenal ansietas :
 Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya
 Bantu pasien menjelaskan situasi yang menimbulkan ansietas
 Bantu pasien mengenal penyebab ansietas
 Bantu pasien menyadari perilaku akibat ansietas
3) Mengajarkan pasien teknik relaksasi untuk meningkatkan kontrol dan rasa
percaya diri : pengalihan situasi
5. Strategi Komunikasi
1) Fase Orientasi
i. Salam Terapeutik
“Assalamu’alaikum, Selamat pagi Bu! Saya perawat yang bertugas pada
pagi ini, nama saya nia.  Saya adalah mahasiswa dari POLTEKKES
SEMARANG.Nama Ibu siapa?”
“Ibu senangnya dipanggil apa?”
ii. Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan Ibu hari ini?semalam tidurnya nyenyak?”
iii. Kontrak :
 Topik
“Bagaimana jika sekarang  kita berbincang-bincang tentang
kecemasan dan latihan cara mengontrol cemasdengan latihan
relaksasi”
 Waktu
“Berapa lama ibu punya waktu untuk berbincang-bincang dengan
saya? Bagaimana kalau 15 menit saja”
 Tempat
“Dimana ibu mau berbincang-bincang dengan saya? Ya sudah,
Bagaimana jika diruangan ini saja kita berbincang-bincang”
 Tujuan
“Agar ibu dapat mengetahuikecemasan yang ibu rasakan serta cara
mengatasinya”
2) Fase Kerja
“Sekarang coba ibu ceritakan apa yang ibu rasakan saat ini”
“Coba Ibu ceritakan pada saya”
Ouw jadi ibu merasa takut jika tetangga ibu melakukan tindakan
kejahatan kepada ibu. Jika boleh saya tahu, bagaimana cara Ibu
mengatasinya”
“Saya mengerti bagaimana perasaan Ibu. Setiap orang akan memiliki
perasaan yang sama jika diposisi Ibu. Tapi saya sangat kagum sama
Ibu Karena Ibu mampu menahan semua cobaan ini. Ibu adalah orang
yang luar biasa.Yang perlu Ibu ketahui adalah Ibu saat ini berada
pada tingkat kecemasan yang sedang.Untuk itu, Ibu perlu melakukan
terapi disaat ibu merasakan perasaan cemas yang berat. Terapi ini
akan membantu menurunkan tingkat kecemasan Ibu. Bagaimana kalau
sekarang kita coba mengatasi kecemasan ibu dengan latihan relaksasi
dengan cara tarik nafas dalam, ini merupakan salah satu cara  untuk
mengurangi kecemasan yang ibu rasakan”
“Bagaimana kalau kita latihan sekarang, Saya akan lakukan, ibu
perhatikan saya, lalu ibu bisa mengikuti cara yang sudah saya
ajarkan. Kita mulai ya bu. Ibu silakan duduk dengan posisi seperti
saya. Pertama-tama, ibu tarik nafas dalam perlahan-lahan, setelah itu
tahan nafas dalam hitungan tiga setelah itu ibu hembuskan udara
melalui mulut dengan meniup udara perlahan-lahan. Sekarang coba
ibu praktikkan”
“Bagus sekali, ibu sudah mampu melakukannya. ibu bisa melakukan
latihan ini selama 5 sampai 10 kali sampai ibu merasa relaks atau
santai. Selain cara tersebut untuk mengatasi kecemasan ibu, ibu bisa
melakukan dengan metode pengalihan yaitu dengan ibu melepas
kecemasan dengan tertawa, berolahraga, menulis kecemasan ibu
disebuah kertas,bersantai seperti jalan-jalan atau ibu juga bisa
mengatasinya dengan mendengarkan musik.
3) Fase Terminasi
i. Evaluasi
 Subyektif
Bagaimana perasaan ibu setelah kita ngobrol tentang masalah
yang ibu rasakan dan latihan relaksasi?
 Obyektif
Coba ibu ulangi lagi cara yang sudah kita pelajari.
ii. Rencana Tindak Lanjut (RTL)
“Jam berapa ibu akan berlatih lagi melakukan cara ini?”
“Mari, kita masukkan dalam jadwal harian ibu. Jadi, setiap ibu
merasa cemas, ibu bisa langsung praktikkan cara ini”
iii. Kontrak yang akan datang
 Topik
“Cara yang kita praktikkan tadi baru mengurangi sedikit
kecemasan yang ibu rasakan, bagamana jika kita latihan
kembali besok bu? Jangan lupa ibu mencoba teknik yang lain
untuk mengurangi kecemasan ibu ya”
 Waktu
“Bagaimana kalau kita latihan cara yang kedua ini
besok, dengan  jamyang sama seperti hari ini.Berapa lama ibu
punya waktu untuk berbincang-bincang dengan saya besok?
Bagaimana kalau 20 menit saja”
 Tempat
“Dimana ibuakanlatihan dengan saya besok? Ya sudah,
bagaimana kalau besok kita melakukannya disini saja”
b. Pertemuan ke-2
1. Kondisi Klien
Data Subjektif :
 Klien mengatakan takut jika pasien berada dirumah.
 Klien mengatakan dulu klien pernah dijahati oleh tetanganya.
 Klien mengatakan sulit tidur
 Klien mengatakan tidak nafsu makan.
Data Objektif
Klien terlihat seperti orang bingung
2. Diagnosa Keperawatan
Ansietas
3. Tujuan Tindakan Keperawatan
1) Tujuan Umum
Mengatasi gangguan ansietas klien
2) Tujuan Khusus
 Pasien mampu memperagakan dan menggunakan
teknik distraksi untuk mengatasi ansietas
 Pasien mampu mengatasi ansietas melalui teknik distraksi
 Pasien mampu memperagakan dan menggunakan teknik distraksi
untuk mengatasiansietas
4. Tindakan Keperawatan
1) Ajarkan pasien teknik distraksi untuk meningkatkan kontrol diri dan
mengurangi ansietas :
 Melakukan hal yang disukai
 Menonton TV
 Mendengarkan music yang disukai
 Membaca koran, buku atau majalah
2) Motivasi pasien untuk melakukan teknik distraksi setiap kali ansietas
muncul
5. Strategi Komunikasi
1) Fase Orientasi
i. Salam Terapeutik
“ Assalamu’alaikum, Selamat pagi ibu ! Saya perawat yang bertugas
pada pagi ini, saya yusuf, Ibu bisa memanggil saya Teguh.  Saya
adalah mahasiswa dari POLTEKKES JAKARTA III.Nama ibu siapa?
Ibu senangnya dipanggil apa?”
ii. Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan ibu hari ini? Apakah ibu sudah melatih cara
mengalihkan situasi untuk menghilangkan kecemasan ibu?”
iii. Kontrak :
 Topik
“Baiklah ibusesuai janji kita kemarin, hari ini saya datang
kembali untuk mendiskusikan tentang latihan distraksi dengan
tehnik pengalihan.”
 Waktu
” Berapa lama kita akan berlatih ibu? “Bagaimana jika 10
menit?”
 Tempat
“Dimana kita akan berdiskusi? “Bagaimana jika di halaman
samping?”
 Tujuan
“Tujuan dari latihan hari ini adalah agar ibu dapat meningkatkan
kontrol kecemasan pada diri ibu dan ibu dapat mempraktekkannya
dalam kehidupan sehari-hari ibu.”
2) Fase Kerja
“Ibu, kemarin waktu kita diskusi ibu mengatakan bahwa saat cemas
rasanya seluruh badan ibu tegang, baik pikiran maupun fisik.Nah, latihan
distraksi ini bermanfaat untuk mengalihkan rasa cemas ibu sehingga
membuat pikiran dan fisik ibu relak atau santai.Dalam teknik ini ibu harus
melakukan hal-hal yang dapat membuat ibu relak misalnya dengan
menonton acara televisi kesukaan ibu, membaca buku atau majalah yang
ibu suka, atau dengan mendengar music yang ibu sukai. Nah, sekarang
ibu sudah tau kan hal-hal apa saja yang dapat ibu lakukan untuk
mengurangi rasa cemas ibu. Nanti apabila ibu merasa cemas lagi, ibu
bisa melakukan salah satu teknik distraksi atau pengalihan yang saya
beritahu tadi.
3) Fase Terminasi
i. Evaluasi
 Subjektif
“Bagaimana apa ada yang ingin ibu tanyakan dari penjelasan
saya tadi?”
 Objektif
“Coba ibu ulangi lagi cara yang sudah kita pelajari. Wah bagus
sekali,nanti jika ibu merasa cemas, ibu dapat melakukan teknik
ditraksi yang tadi saya jelaskan ya.”
ii. Rencana Tindak Lanjut (RTL)
“Kapan ibu akan mulai mencoba melakukan cara ini? Baiklah setiap
ibu merasa cemas, ibu bisa langsung mempraktikkan cara ini.”
iii. Kontrak yang akan datang
 Topik
“Nah, ibu, masih ada cara yang bisa digunakan untuk mengatasi
kecemasan ibu yaitu dengan teknik hipnotis diri sendiri atau
hipnotis dengan 5 jari.”
 Waktu
“Bagaimana kalau kita latihan cara yang ketiga ini besok
dengan jamyang sama seperti hari ini?”
 Tempat
“Mau latihan dimana kita bu? Bagaimana jika disini lagi ? Apa
masih ada yang mau ditanyakan bu? Baiklah kalau tidak ada
saya pamit dulu. Selamat siang.”

c. Pertemuan ke-3
1. Kondisi Klien
Data Subjektif :
 Klien mengatakan takut jika pasien berada dirumah.
 Klien mengatakan dulu klien pernah dijahati oleh tetanganya.
 Klien mengatakan sulit tidur
 Klien mengatakan tidak nafsu makan.
Data Objektif
 Klien terlihat seperti orang bingung
 Klien tampak seperti orang bingung
 Klien sulit berkonsentrasi
2. Diagnosa Keperawatan
Ansietas
3. Tujuan Tindakan Keperawatan
1) Tujuan Umum :
Pasien mampu mengatasi ansietas melalui teknik relaksasi hipnotis 5 jari
2) Tujuan Khusus :
Pasien mampu memperagakan dan menggunakan teknik relaksasi hipnotis
5 jari untuk mengatasi ansietas
4. Tindakan Keperawatan
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2) Menjelaskan cara teknik relaksasi hipnotis 5 jari
3) Membantu pasien mempraktikkan teknik relaksasi hipnotis 5 jari dan
memasukkan dalam jadwal
4) Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
5. Strategi Komunikasi
1) Fase Orientasi
i. Salam Terapeutik
“Selamat pagi ibu”
ii. Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan ibu pagi ini? Apakah ibu masih gelisah dan
tidak bisa tidur?Apakah yang kemaren saya ajarkan sudah di
praktekkan dalam jadwal harian ibu? Nah kalau sudah coba di
praktikkan kembali ya. Bagus bu”
iii. Kontrak :
 Topik, Waktu, dan Tempat
“Baiklah bu, bagaimana kalau sekarang kita berbincang-
bincang tentang perasaan yang ibu rasakan? Dan saya akan
mengajarkan ibu teknik relaksasi hipnotis 5 jari untuk
menghilangkan rasa gelisah ibu.Kita akan berbincang-bincang
selama 30 menit. Kita akan lakukan disini saja ya bu.”
 Tujuan
“Tujuan perbincangan kita hari ini adalah agar ibu
mengetahui cara untuk menghilangkan rasa gelisah ibu
dengan teknik relaksasi hipnotis 5 jari dan ibu dapat
mempraktekkan ketika rasa gelisah ibu datang kembali.”
2) Fase Kerja
“Tadi ibu katakan, ibu merasa gelisah, tidak bisa tidur, coba ibu
ceritakan lebih lanjut tentang perasaan ibu, kenapa ibu tidak bisa tidur,
apa yang ibu pikirkan? Oh, jadi ibu merasa takut jika dijahati oleh
tetangga ibu, ouw. Dulu ibu pernah dihipnotis oleh tetangga ibu dan
tetangga ibu mengambil barang berharga ibu. Dan ibu takut jika kejadian
itu terulang lagi. Nah ibu, sekarang saya akan mengajarkan ibu teknik
relaksasi degan cara hipnotis 5 jari. Kita mulai ya bu. Ibu pejamkan mata
ibu, nah sekarang sentuh jari telunjuk ibu dengan jempol ibu, sekarang
bayangkan pada saat ibu sedang bahagia. Sekarang sentuh jari tengah
ibu, bayangkan saat ibu bersama orang yang ibu sayangi/ cintai, sekarang
sentuh jari manis ibu, bayangkan ketika ibu di puji oleh seseorang, dan
sekarang sentuh jari kelingking ibu, bayangkan tempat yang paling indah
yang pernah di kunjungi. Ibu, coba ulangi lagi cara teknik hipnotis 5 jari
yang sudah kita pelajari tadi. Wah bagus sekali, mari kita masukkan
dalam jadwal harian ibu. Jadi, setiap ibu merasa cemas, ibu bisa
langsung praktikkan cara ini, dan bisa melakukannya lagi sesuai jadwal
yang telah kita buat.”
3) Fase Terminasi
i. Evaluasi
 Subyektif
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita berbincang bincang
tentang masalah yang ibu rasakan dan latihan mempaktekkan
teknik relaksasi hipnotis 5 jari?”
 Obyektif
“Nah, coba ibupraktikkan kembali apa yang telah saya ajarkan
tadi.Bagus, ternyata ibu masih ingat apa yang telah saya
ajarkan.”
ii. Rencana Tindak Lanjut (RTL)
“Saya harap apa yang tadi saya ajarkan kepada ibu, ibu dapat
mempraktekkan kembali dan jangan lupa untuk memasukannya
dalam jadwal kegiatan harian yaitu sekitar 2 kali dalam sehari ya
bu.”
iii. Kontrak yang akan datang
 Topik, Waktu, Tempat
“Ibu sudah tidak terasa sudah 30 menit kita berbincang-
bincang.Latihan relaksasi ini adalah cara ke-3 yang bisa
digunakan untuk mengatasi kecemasan atau ketegangan ibu,
masih ada cara ke-4 yaitu dengan melakukan pendekatan
spiritual, bagaimana kalau kita latihan cara yang ke 4 ini
besok pagi, jam berapa bu? Seperti biasa jam 10 pagi ya
dikamar ibu? Masih ada yang mau ditanyakan atau tidak bu?
Baiklah kalau tidak ada saya pamit dulu.Terimakasih atas
waktunya.”
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN “K”


DENGAN GANGGUAN ALAM PERASAAN : KECEMASAN

A. PENGKAJIAN

I. IDENTITAS KLIEN                                                            
Inisial                      :    K                            
Jenis kelamin             :   Laki-laki
Umur                       :   55 tahun                 
Informan                      :   Tn. M
Tanggal Masuk RS      : 7 Agustus 2017
Tanggal pengkajian     : 8 Agustus 2017
Nomor registrasi          : 00 57 83
                         
II. ALASAN MASUK
Klien datang dengan keluhan nyeri pada perutnya, tidak mau makan kurang lebih
selama 2 minggu. BAB warna hitam dan sedikit-sedikit, BAK sedikit warna seperti
teh.
Saat Pengkajian   :
Klien mengatakan merasa cemas dengan keadaannya. Klien mengatakan tidak
pernah menderita penyakit seperti yang dialaminya sekarang. Klien takut dengan
kondinya saat ini.

Masalah Keperawatan           : Gangguan alam perasaan : Kecemasan

III. FAKTOR PREDISPOSISI


1) Faktor perkembangan
Klien mengatakan tidak pernah menderita penyakit yang sama seperti ini
sebelumnya.
2) Faktor komunikasi dalam keluarga
Komunikasi antar anggota keluarga baik, saat mempunyai masalah, klien sering
menceritakannya kepada anggota keluarganya yang lain terutama istrinya.
3) Faktor psikologis
Klien termasuk tipe orang yang terbuka, dan tidak merasa dirinya tidak berharga
walaupun sudah memasuki usia lanjut.
4) Faktor genetik
Dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit yang sama dengan klien.

IV. FAKTOR PRESIPITASI


1) Faktor sosial budaya
Klien tidak mempunyai hambatan dengan sosial budayanya.
2) Faktor biokimia
Adanya rasa kawatir karena penyakitnya sekarang karena belum pernah
mengalami sama sekali sebelumnya.
3) Faktor psikologis
Adanya masalah yang tidak hilang-hilang. Dimana klien merasa cemas dengan
masalahnya

V. PEMERIKSAAN FISIK
1. 1. Tanda-tanda Vital   TD : 120 / 80 mmHg    N : 80 x/mt     S : 36,4o C         
P: 22x/mt
2. 2.  Ukur                         TB :168 cm   BB: 59 kg    (^) turun    ( )naik
3. 3.  Keluhan  Fisik       (^) ya          () tidak           
Klien mengatakan nafsu makan menurun sejak 2 minggu yang lalu. Klien baru
merasakan mual dari kemarin. Mukosa bibir klien lembab. Bentuk bibir normal,
rongga mulut bersih. Klien mengatakan biasa gosok gigi 2x sehari. Klien merasa tidak
enak pada ulu hatinya,dan terasa berdebar-debar jantungnya. Klien mengatakan BAB
1x sehari sedikit-sedikit dengan konsistensi lembek, berwarna hitam, dan bau khas
feses.

Masalah Keperawatan            : Gangguan rasa nyaman; mual


VI. PSIKOSOSIAL
1. Genogram

 
Keterangan: 

Klien adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Klien berumur 55 tahun. Klien sudah
menikah dan memiliki 3 orang anak. Klien tinggal serumah dengan istrinya (namun
dalam bagan tidak dijelaskan). Hubungan klien dengan keluarganya terjalin dengan
erat dan sangat baik. Orang yang terdekat dengan klien adalah istrinya.
2. Konsep Diri
a. Citra tubuh
Klien senang dengan keadaan tubuhnya dari rambut sampai ujung kaki. Klien
juga mengatakan tidak mempunyai bagian tubuh yang tidak disukai.
b. Identitas diri
Klien bekerja sebagai petani di sawahnya yang terletak di belakang rumahnya.
Biasanya klien menghabiskan waktu luangnya dengan bertani, menonton TV
dan berbincang-bincang dengan anak dan istrinya.
c. Peran diri
Klien berperan sebagai suami dan ayah bagi anak-anaknya. Klien mengatakan
sudah menjadi kakek mengurusi cucu-cucunya.
d. Ideal diri
Klien mengatakan bercita-cita untuk bisa menyekolahkan anaknya setinggi-
tingginya. Keempat anaknya sudah tamat SLTA dan sudah bekerja.
e. Harga diri
Klien merasa tidak ada masalah dalam berhubungan dengan keluarga dan
orang lain.

3. Hubungan sosial
Klien memiliki orang yang berarti dalam kehidupannya yaitu istrinya. Klien berkata
jika ada masalah, klien akan menceritakan kepada istri dan anaknya pasti akan
membantu memecahkan masalah yang dialami klien. Klien suka mengikuti kegiatan
gotong-royang di daerah rumahnya.

4. Spiritual
Klien beragama Hindu dan yakin dengan adanya Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang
Hyang Widhi Wasa. Klien rajin sembahyang setiap hari dan selalu mengikuti upacara
keagamaan dirumah. Klien tidak mempunyai keyakinan yang berlebih terhadap agama
yang dianutnya.
VII. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Klien  berpenampilan rapi, pakaian yang digunakan sesuai dengan
tempatnya. Rambut klien tersisir rapi.
2. Pembicaraan
Klien berbicara dengan jelas dan menjawab pertanyaan yang diberikan dengan
tepat, selama proses wawancara klien berbicara mengenai satu topik dengan
jelas.
3. Aktivitas motorik
Saat wawancara klien nampak tenang dalam berbicara, tidak ada gerakan yang
diulang-ulang ataupun gemetar. Namun saat membicarakan penyakitnya klien
tampak sedikit cemas
4. Alam perasaan
Klien tidak menunjukkan ekspresi yang berlebihan saat sedih maupun gembira.
Klien terlihat senang saat menceritakan pengalamannya yang menyenangkan.
5. Afek
Dari hasil observasi afek yang ditunjukkan klien sesuai dengan stimulus yang
diberikan.
6. Interaksi selama wawancara
Selama proses wawancara, klien mau menjawab pertanyaan perawat. Kontak
mata klien bagus dan klien menatap wajah perawat saat wawancara dan mau
menjawab pertanyaan perawat dengan panjang lebar.
7. Persepsi
Klien mengatakan tidak pernah mengalami halusinasi.
8. Proses pikir
Selama wawancara, pembicaraan klien singkat dan tidak berbelit-belit, tidak
diulang berkali-kali, dan ada hubungannya antara satu kalimat dengan kalimat
lainnya dalam satu topik.
9. Isi pikir
Klien mengatakan tidak mengalami gangguan isi pikir.
10. Tingkat kesadaran
Klien menyadari bahwa dia sedang berada di rumahnya, klien juga sadar dan
mengenal dengan siapa dia berbicara dan lingkungannya. Tingkat kesadaran
klien terhadap waktu, orang dan tempat jelas.
11. Memori
Klien dapat mengingat peristiwa yang terjadi pada dirinya baik di masa lalu 
maupun   ini. Klien juga ingat ketika ditanyakan apakah tadi klien sudah
makan atau belum. Klien tidak pernah mengalami gangguan daya ingat baik
jangka panjang maupun jangka pendek.
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Selama wawancara, konsentrasi klien baik dan fokus terhadap apa
yang ditanyakan. Klien bersekolah hanya sampai tingkat SD, klien mampu
untuk menjawab hitungan sederhana.
13. Kemampuan penilaian
Saat diberikan pilihan seperti apakah klien mendahulukan kegiatan
merapikan tempat tidur atau menyapu. Klien memilih merapikan tempat tidur
terlebih dahulu karena kata klien itu juga lebih mendesak.
14. Daya tilik diri
Klien mengetahui penyakit yang dideritanya.

VIII. PERSIAPAN PULANG


1. Makan dan minum
Klien makan 3 kali sehari dengan porsi makan habis, jenis makanan nasi,
sayur, lauk-pauk, klien dapat makan tanpa bantuan.
Masalah keperawatan : Tidak ditemukan masalah

2. BAB/BAK
Klien dapat BAB dan BAK sendiri di kamar mandi tanpa bantuan
Masalah keperawatan : Tidak ditemukan masalah

3. Mandi
Klien mandi secara mandiri, mandi 2x sehari. Klien mandi menggunakan
sabun, shampoo, dan juga sikat gigi.
Masalah keperawatan :  tidak ditemukan masalah

4. Berpakaian/Berhias
Klien dapat mengganti pakaian secara mandiri tanpa bantuan orang lain. Klien
menggunakan baju dengan benar.
5. Istirahat dan Tidur
Klien mengatakan tidur nyanyak , namun terkadang klien terbangun karena
diganggu pasien lain.
Masalah keperawatan : Tidak ditemukan masalah

6. Penggunaan Obat
Selama perawatan klien mendapat pengobatan secara teratur, obat diberikan
oleh perawat dan harus di tunggu untuk memastikan obatnya diminum oleh
klien
Masalah keperawatan : Tidak ditemukan masalah

7. Pemeliharaan Kesehatan
Perawatan lanjut                 : (^) ya                        ( ) tidak
Perawatan pendukung        : (^) ya                        ( ) tidak

8. Kegiatan di Dalam Rumah


Klien mengatakan ingin berkumpul dengan keluarga di rumah
Masalah keperawatan : Tidak Ditemukan Masalah

9. Kegiatan di luar rumah


Klien mengatakan bila sudah pulang ingin bekerja.
Masalah keperawatan : Tidak ditemukan masalah

IX. MEKANISME KOPING


Klien mengatakan setiap mempunyai masalah selalu menceritakannya kepada
keluarganya.
Masalah keperawatan: Tidak ditemukan Masalah

X. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


Klien mengatakan ingingin berkumpul dengan keluarga, ingin mengikuti kegiatan-
kegiatan sosial di daerah rumahnya. Klien mengatakan lebih nyaman di rumah
daripada di RS. Klien mengatakan perawat di RS baik dan tidak ada masalah
Masalah keperawatan : Tidak ditemukan masalah
XI. KURANG PENGETAHUAN TENTANG
Klien mengatakan sudah mengetahui obat yang diminum, baik bentuk, warna, dan
manfaat obat tersebut. Klien menyebutkan ada 9 macam jumlah obat yang diminum.
Masalah keperawatan : Tidak ditemukan Masalah

XII. ASPEK MEDIS


Diagnosa medis klien adalah : CKD std IV + Dispepsia
Therapi obat:
-Baxima 2×1                        -Letonal 2×1
-Ranitidine 3×1                    -Hepamax 3×1
-Neurosanbe 1×1                 -Tonar 2×1
-Zibac 2×1                           -Opilac 3×1
-Sanmag 3×1

B. ANALISA DATA

No DATA MASALAH
1. DS :

- Klien mengatakan merasa cemas dengan


keadaannya
Kecemasan
DO :

-       Wajah klien tampak takut


-       Klien tampak gelisah
2. DS :

-       Klien mengatakan baru merasakan mual


dari kemarin
Gangguan rasa nyaman
-       Klien mengeluh nyeri pada perutnya, tidak
mau makan kurang lebih selama 2 minggu.
DO :

-       Klien tampak pucat


-       BAB klien warna hitam dan sedikit-sedikit,
BAK sedikit warna seperti teh.
-       Klien tampak hanya menghabiskan ½ porsi
makannya
3. DS :

-       Klien mengatakan takut akan kondisinya


saat ini
Ketakutan
DO :

-       Klien tampak gelisah dan berkeringat


-       Wajah klien tampak ketakutan

DAFTAR MASALAH
2) Kecemasan
3) Ketakutan
4) Gangguan rasa nyaman

POHON MASALAH

C. DAFTAR DIAGNOSA
a. Kecemasan
b. Ketakutan
c. Gangguan Rasa Nyaman

D. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Inisial Klien  : K

Ruang           : Cendrawasih

Hari/tgl/
jam Dx Tujuan Intervensi Rasional
Rabu, 8 1    1 TUM : Klien mampu Sp 1 Pembinaan
Agustus 2 mengurangi dan mengontrol Bina hubungan saling percaya hubungan saling
2017 kecemasannya. dengan : percaya
-    Sapa klien dengan ramah baik merupakan dasar
10.00 TUK : verbal maupun non verbal terjalinnya
WIB  1)   Setelah diberikan askep-    Perkenalkan diri dengan sopan. komunikasi
selama 2 kali pertemuan-    Tanyakan nama lengkap klien terbuka sehingga
(tiap pertemuan  20 menit) dan nama panggilan yang meningkatkan
diharapkan klien membina disukai. rasa komunikasi
hubungan saling percaya-    Jelaskan tujuan pertemuan. klien.
dengan KH : -    Jujur dan menepati janji
- Wajah klien cerah dan-   Tunjukkan sikap empati dan
tersenyum menerima klien apa adanya.
- Klien mau membalas
salam.
- Klien mau menyebutkan
nama sambil berjabat tangan
dan ada kontak mata
- Klien bersedia
menceritakan perasaannya
TUK : -     Adakan kontak sering dan Dapat
 2) Klien dapat singkat secara bertahap. mengetahui
mengidentifikasi dan-     Bantu klien untuk kapan klien
menggambarkan perasaan mengidentifikasi dan mengalami
tentang kecemasannya menggambarkan perasaan yang kecemasan.
dengan KH : mendasari kecemasannya. Untuk
-    Klien dapat menyebutkan-     Kaitkan perilaku klien dengan mengadopsi
waktu, isi, frekuensi perasaan tersebut koping yang
timbulnya kecemasan. -    Gunakan pertanyaan terbuka baru, klien
-    Klien dapat beralih dari topik yang tidak pertama kali
mengungkapkan mengancam ke isu konflik harus menyadari
perasaannya terhadap-    Gunakan konfrontasi yang perasaan dan
kecemasannya. suportif dengan bijaksana. mengatasi
-    Bantu klien menggambarkan penyangkalan
TUK : 3) Klien dapat situasi dan interaksi yang yang disadari
mengidentifikasi penyebab mendahului kecemasan. atau tidak
kecemasannya dengan KE : -      Tinjau penilaian terhadap disadari
-    Klien dapat menceritakan stresor, nilai-nilai yang Mengetahui cara
penyebab kecemasan terancam dan cara konflik yang terbaik
-    Klien dapat menyebutkan berkembang untuk
tindakan yang biasanya-      Hubungkan pengalaman klien mengontrol
dilakukan untuk saat ini dengan pengalaman kecemasan
mengendalikan yang relevan dengan masa lalu.
kecemasannya. -      Identifikasi bersama klien
-    Klien dapat memilih cara cara / tindakan yang dilakukan
mengatasi kecemasannya. jika terjadi kecemasan.
-      Diskusikan cara baru untuk
memutus / mengontrol
timbulnya kecemasan
-      Bantu klien dalam menilai
kembali nilai, sifat, dan arti
stresor pada saat yang tepat.
E. TINDAKAN KEPERAWATAN

No tgl
IMPLEMENTASI paraf EVALUASI paraf
.
1. Kamis, 9 Agustus 2017 pukul 10.00 – S: klien 9 Okt  
10.30 perawat -       “Saya sudah bisa mengontrol 2014 perawat
Anes kecemasan saya” Anes
Data klien: O: Klien
-Klien mengatakan merasa cemas -       Mampu mengontrol
dengan keadaannya kecemasannya
-Saat berinteraksi klien merespon -       Wajah klien berseri
perawar, ada kontak mata. Klien tampak -       kontak mata (+),
gelisah dengan kondisinya
Diagnosis Keperawatan : A: Klien mampu menyebutkan cara
Gangguan Psikososial : Kecemasan mengontrol kecemasan
P: Klien melakukan cara berikutnya
Tindakan Keperawatan: untuk mengontrol kecemasan (2
Klien : kali dalam sehari tiap 20 menit)
·   Membina hubungan saling percaya
·   Membantu klien menggambarkan
situasi dan interaksi yang mendahului
kecemasan____________________
·   Diskusikan cara baru untuk memutus /
mengontrol timbulnya kecemasan
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Kecemasan dapat didefininisikan suatu keadaan perasaan keprihatinan, rasa gelisah,
ketidak tentuan, atau takut dari kenyataan atau persepsi ancaman sumber aktual yang tidak
diketahui atau dikenal (Stuart and Sundeens, 1998).
Kecemasan mungkin hadir pada beberapa tingkat dalam kehidupan setiap individu,
tetapi derajat dan frekuensi dengan yang memanifestasikan berbeda secara luas. Respon
masing-masing individu memiliki kecemasan berbeda. Tepi emosional yang memprovokasi
kecemasan untuk merangsang kreativitas atau kemampuan pemecahan masalah, yang lainnya
dapat menjadi bergerak ke tingkat patologis.
Kecemasan terdiri dari beberapa tingkat yaitu ansietas ringan, ansietas sedang,
ansietas berat, dan panik.

4.2 SARAN
Keperawatan jiwa adalah masalah-masalah yang sangat serius dan diansangat penting.
Masalah –masalah tersebut dapat dianggap ancaman atau tantangan yang akan berdampak
besar pada keperawatan jiwa baik dalam tatanan regional maupun global. Sikap yang positif
terhadap diri sendiri, tumbuh kembang , aktualisasi diri, keutuhan, kebebasan diri sangat
diperlukan untuk dimiliki oleh setiap individu.

Bagi pembaca pengontrolan emosi sangat harus diperhatikan, Karena dapat memberikan
dampak yang positif dan negatif. Jiwa dan diri anda sangatlah berharga.
DAFTAR PUSTAKA

Fortinash, KM., & Holoday-Warret, PA. 2008. Psychiatric Mental Health Nursing. 4th
ed. St. Louis : Mosby

Harold, I. Kaplan & Benjamin, J. Sadock. 1997. Sinopsis Psikiatri Jilid 2. Jakarta :
Binarupa Aksara.

http://campuskimia17.blogspot.com/2013/06/sp-ansietas.html

http://lentrageotirasyara.blogspot.com/2014/04/askep-jiwa-kecemasan_8933.html

http://www.slideshare.net/anangsatrianto/asuhan-keperawatan-pada-klien-dg-ansietas

Stuart, Gail W & Laraia, MT. 2005. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta :
EGC.

Tarwoto & Wartonah. 2003. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika

Tomb, David A . 2003. Buku Saku Psikiatri Edisi 6. Jakarta : EGC

Hawari, D., 2008, Manajemen Stres Cemas dan Depresi, Jakarta : Balai    Penerbit
FKUI.

Mansjoer, A., 1999, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 1, Jakarta : Penerbit
Aesculapius.

Nurjannah, I., 2004, Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa Manajemen, Proses
Keperawatan dan Hubungan Terapeutik Perawat-Klien, Yogyakarta : Penerbit
MocoMedia

Stuart, G.W., dan Sundden, S.J., 1995, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 3, Jakarta :
EGC.

Sulastri, S.Kep. 2013. Keperawatan Kesehatan Jiwa

Anda mungkin juga menyukai