Anda di halaman 1dari 13

KEPERAWATAN GERONTIK

SATUAN ACARA PENYULUHAN

MENCEGAH DEMENSIA DENGAN TERAPI “BILABONG”


(BRAIN GYM KOLABORASI DRAMA GONG) PADA LANSIA
DI BANJAR KANGIN DESA PANJER

Oleh :
Kelas C

Ni Putu Ayu Krisnayanti (17C10157)


I Dewa Ayu Eka Candra Astutisari (17C10190)

SARJANA KEPERAWATAN
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI

2019
SAP
MENCEGAH DEMENSIA DENGAN TERAPI “BILABONG” (BRAIN
GYM KOLABORASI DRAMA GONG) PADA LANSIA DI BANJAR
KANGIN DESA PANJER

A. Latar Belakang
Kapan seseorang dikatakan menjadi tua? Apakah proses penuaan
menyebabkan terjadinya perubahan yang mendasar pada sikap individu?
Sebelum kita membahas mengenai hal tersebut, pertama kita harus
mengetahui terlebih dahulu pengertian dari lansia. Lansia merupakan salah
satu kelompok atau populasi berisiko (population at risk) yang semakin lama
makin meningkat jumlahnya. Populasi lansia meningkat dengan sangat
cepat,yang mana pada tahun 2020 jumlah lansia diprediksi sudah menyamai
jumlah balita. Hal ini tidak hanya terjadi di negara-negara maju, tetapi di
Indonesia pun terjadi hal yang serupa. Saat ini di Indonesia terdapat sekitar
10 juta orang yang berusia di atas 65 tahun (7,79 % dari seluruh jumlah
penduduk). Bahkan, Indonesia termasuk salah satu negara, yang jumlah
penduduk lansianya bertambah paling cepat di Asia Tenggara (Versayanti,
2008).
Schaie dan Willis (1992) mengatakan bahwa tahap usia tua akan dialami
oleh semua orang, yang mana pada tahap ini akan terjadi perubahan fisik,
psikis dan sosial pada diri lansia. Salah satu masalah kesehatan yang kerap
dialami ialah Demensia. Demensia adalah istilah umum yang digunakan
untuk menggambarkan kerusakan fungsi kognitif global yang biasanya
bersifat progresif dan mempengaruhi aktivitas sosial dan okupasi yang
normal juga aktivitas kehidupan sehari-hari. Hingga pada akhirnya lansia
tidak mampu mengikuti percakapan dan kehilangan kemampuan
berbicaranya.
Beragam pengobatan dapat diterapkan pada pasien Demensia ini. Mulai
dari terapi farmakologis dengan menggunakan obat-obatan sampai terapi non
farmakologis, seperti rehabilitasi medik berupa fisioterapi, latihan kognitif,
terapi wicara dan terapi okupasi.
Salah satu terapi kognitif yang baik untuk lansia adalah senam otak (Brain
Gym). Senam otak baik untuk menghilangkan stress dan meningkatkan fungsi
kognitif pada lansia, agar tidak jenuh untuk melakukan kegiatan senam otak.
Senam otak dapat dipadukan dengan iringan musik, contohnya gamelan khas
Bali yang bertujuan untuk meningkatkan minat lansia mengikuti kegiatan
senam otak.

B. Tujuan

1. TIU (Tujuan Intruksional Umum)


Setelah diberikan penyuluhan kesehatan selama 45 menit,
diharapkan sasaran (lansia) mampu memahami dan menerapkan Terapi
Bilabong.

2. TIK (Tujuan Intruksional Khusus)


Setelah dilakukan penyuluhan selama 45 menit diharapkan 75%
partisipan dari total lansia mampu memahami / mampu melakukan :
1) Pengertian Demensia
2) Penyebab Demensia
3) Tanda dan Gejala Demensia
4) Cara mencegah Demensia dengan Terapi Bilabong
5) Penatalaksanaan Terapi Bilabong

C. Materi
1. Pengertian Demensia
2. Penyebab Demensia
3. Tanda dan Gejala Demensia
4. Cara mencegah Demensia dengan Terapi Bilabong
5. Penatalaksanaan Terapi Bilabong
D. Metode
1) Ceramah
2) Diskusi
3) Demonstrasi

E. Media dan Alat


1. Media :
1) Power Point
2) Video Brain Gym

2. Alat :
1) Lcd
2) Komputer
3) Speaker
4) Mic
5) Pointer
6) Kertas
7) Alat tulis
8) Meja
9) Kursi

F. Sasaran
Lansia (60 tahun keatas) di Banjar Kangin, Desa Panjer

G. Waktu
Hari/Tanggal : Minggu, 29 September 2019
Jam : 11.00 – 11.45 WITA

H. Rencana Evaluasi
1. Struktur :
A. Persiapan Media dan Alat
Media dan alat yang digunakan dalam penyuluhan sudah lengkap dan
dapat digunakan sesuai fungsinya.
1) Power Point
2) Video Brain Gym
B.Persiapan Materi
Materi disiapkan dalam bentuk Power Point dan Video Brain Gym
digunakan untuk mempermudah penyampaian materi kepada lansia.
C.Undangan
Para lansia (60 tahun keatas) di Banjar Kangin, Desa Panjer.

2. Proses Penyuluhan :
A. Penyuluhan kesehatan yang berjudul “Mencegah Demensia dengan
Terapi “Bilabong” (Brain Gym Kolaborasi Drama Gong) pada Lansia di
Banjar Kangin, Desa Panjer” berlangsung dengan lancar.
B. Selama kegiatan penyuluhan berlangsung, diharapkan para lansia
untuk aktif mendengarkan, bertanya, memahami dan mampu
melaksanakan kegiatan penyuluhan kesehatan dengan baik.
C. Sasaran diharapkan untuk hadir tidak kurang dari 85 % dari total
lansia keseluruhan, hadir tepat waktu, serta mengikuti kegiatan
penyuluhan kesehatan hingga selesai.

2. Hasil
A. Jangka Pendek
Peserta penyuluhan diharapkan dapat mengerti setidaknya 85% dari
seluruh materi yang telah disampaikan, yaitu :
1. Pengertian Demensia
2. Penyebab Demensia
3. Tanda dan Gejala Demensia
4. Cara mencegah Demensia dengan Terapi Bilabong
5. Penatalaksanaan Terapi Bilabong

B. Jangka Panjang
Diharapkan untuk kedepannya para lansia mampu melaksanakan
Terapi Bilabong dengan rutin (2 kali seminggu).

I. Kriteria Evaluasi
a. Kriteria struktur
Yang diharapkan :
1. Alat dan media yang digunakan
tersedia dan lengkap.
2. Tempat untuk penyuluhan telah
dipersiapkan dengan baik.
b. Kriteria proses
Yang diharapkan :
1. Terapi Bilabong dapat terlaksana dengan lancar.
2. Seluruh lansia dapat mengikuti Terapi Bilabong dengan
baik.
3. Tidak terdapat hambatan saat melakukan kegiatan Terapi
Bilabong.
c. Kriteria hasil
Yang diharapkan :
1. Seluruh lansia dapat melakukan kegiatan Terapi Bilabong
secara mandiri.
2. Seluruh lansia dapat menerapkan kegiatan Terapi Bilabong
diluar kegiatan penyuluhan.
3. Menurunnya tingkat stress pada lansia.
4. Meningkatnya fungsi kognitif pada lansia.
5. Para lansia mengungkapkan manfaat yang dirasakan
dengan melakukan Terapi Bilabong.

J. Kegiatan Penyuluhan
No. Waktu Kegiatan penyuluhan Kegiatan audience
1 5 menit Pembukaan
1.Penyuluh memulai 1.Menjawab salam
penyuluhan dengan
2.Memperhatikan
mengucapkan salam
3.Memperhatikan
2.Memperkenalkan diri
4.Memperhatikan
3.Menjelaskan tujuan
penyuluhan 4.Menyebutkan
materi yang akan diberikan

2 25 menit Pelaksanaan
1. Menjelaskan apa yang 1.Memperhatikan
dimaksud dengan Demensia
2.Memperhatikan
2. Menjelaskan penyebab
Demensia 3.Bertanya dan
3. Menjelaskan tanda dan gejala
mendengarkan
Demensia
jawaban
4. Menjelaskan cara mencegah
4. Memperhatikan
Demensia dengan Terapi
Bilabong
5. Mengikuti
5. Menjelaskan penatalaksanaan
Terapi Bilabong

3 10 menit Evaluasi :
1. Meminta audience 1. Menyebutkan hal
menyebutkan hal yang bisa yang bisa dilakukan
dilakukan untuk mencegah untuk mencegah
Demensia Demensia
2. Menjelaskan penatalaksanaan 2. Mengikuti
Terapi Bilabong penjelasan yang
diberikan

4 5 menit Terminasi
1.Mengucapkan terima kasih 1.Memperhatikan
atas perhatian yang diberikan
2.Membalas salam
2.Mengucapkan salam penutup

K. Daftar Pustaka

Asrori, N., & Putri, O. O. (2014). Panduan Perawatan Pasien Demensia di


Rumah. Malang: Umm Press.

Denisson P, & Denisson G. (2009). Buku panduan Brain Gym. Jakarta.

Grasindo Dennison, Paul E. (2008). Brain Gym and Me. Jakarta: Gramedia
Indonesia.

Hartanti, Ritma Wahyu. (2018). Hubungan Antara Keadekuatan Asupan Vitamin


D Dengan Kejadian Demensia Pada Lansia. Retrieved from
http://eprints.umm.ac.id/41475/

Kerthiari, Diah Pradnya, et al. (2016). Pencegahan Demensia Pada Lansia Melalui
Terapi Bilabong Di Banjar Pucak Sari Denpasar Utara. Journal Coping, 4(3), 18-
23.

Killin, L. O., starr, J. M., shiue, I. J., & Russ, C. T. (2016). Environmental risk
factor for dementia: A Sistematic Review. BMC geriatric, 16:175, 1-28.
Nugroho W. (2008). Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Jakarta: EGC

Pieter, H. Z., & Janiwarti, B. (2011). Pengantar Psikopatologi untuk


Keperawatan. Jakarta: Kencana.

Versayanti. (2009). Latar Belakang Jumlah Lanjut Usia. Journal UMS,4(10), 234
– 235.

Wreksoatmodjo. (2012). Pemeriksaan Status Mental Mini pada Usia Lanjut di


Jakarta. Jurnal Medika. X (9) : 563.
L. Lampiran

Materi SAP

1. Pengertian Demensia

Demensia adalah sindrom penurunan kognitif dan fungsional, yang


biasanya terjadi dikemudian hari sebagai akibat neurodegenarif dan proses
serebrosvaskuler (Killin, 2016). Demensia merupakan penyakit
degeneratif yang sering menyerang orang yang berusia diatas 60 tahun.
Demensia terjadi akibat kerusakan sel-sel otak, yang mana sistem saraf
tidak lagi bisa membawa informasi ke dalam otak, sehingga membuat
kemunduran pada daya ingat, keterampilan secara progresif, gangguan
emosi, dan perubahan perilaku, penderita Demensia sering menunjukkan
gangguan perilaku harian (Pieter dan Janiwarti, 2011). Demensia adalah
kondisi hilangnya kemampuan intelektual yang menghalangi hubungan
sosial dan fungsi dalam kehidupan sehari-hari. Demensia bukan
merupakan bagian dari proses penuaan yang normal dan bukan sesuatu
yang pasti akan terjadi dalam kehidupan mendatang, Demensia dapat juga
disebabkan oleh bermacam-macam kelainan otak. Hampir 55% penderita
Demensia disebabkan oleh Alzheimer, 25-35% karena Stroke dan 10-15%
karena penyebab lain, banyak Demensia yang diobati meskipun sangat
sedikit darinya yang dapat disembuhkan (Asrori dan putri, 2014).

2. Penyebab Demensia

Penyebab penyakit Demensia, yaitu :

1. Penyakit Alzheimer
Penyebab utama penyakit Demensia adalah penyakit
Alzheimer. Demensia 50% disebabkan oleh penyakit Alzheimer,
20% disebabkan gangguan pembuluh otak dan sekitar 20%
gabungan keduanya, serta sekitar 10% disebabkan faktor lain.
Penyebab Alzheimer tidak diketahui pasti penyebabnya, tetapi
diduga berhubungan dengan faktor genetik, yang ditemukan dalam
gen tententu pada keluarga.

2. Serangan Stroke
Penyebab kedua Demensia adalah serangan Stroke yang
terjadi secara berulang. Stroke ringan dapat mengakibatkan
kelemahan dan secara bertahap dapat menyebabkan kerusakan
pada jaringan otak, akibat tersumbatnya aliran darah (infark).
Demensia multiinfark berasal dari beberapa Stroke ringan,
sebagian besar penderita Stroke memliki tekanan darah tinggi
(Hipertensi) yang menyebabkan kerusakan pembuluh darah pada
otak.

3. Serangan lainnya
Serangan lainnya dari Demensia adalah Demensia yang
terjadi akibat pencederaan pada otak (cardiac arrest), penyakit
Parkinson, AIDS, dan Hidrocefalus.

3. Tanda dan Gejala Demensia

Tanda dan Gejala Demensia, yaitu :

1. Kehilangan memori

Tanda awal yang dialami lansia yang menderita Demensia adalah


lupa tentang informasi yang baru didapat atau dipelajari, itu merupakan
hal biasa yang dialami lansia yang menderita Demensia, seperti : lupa
dengan petunjuk yang diberikan, nama maupun nomor telepon, dan
penderita Demensia akan sering lupa dengan benda dan tidak
mengingatnya.

2. Kesulitan dalam melakukan rutinitas pekerjaan


Lansia yang menderita Demensia akan sering kesulitan untuk
menyelesaikan rutinitas pekerjaan sehari-hari. Lansia yang mengalami
Demensia terutama Alzheimer Disease mungkin tidak mengerti tentang
langkah-langkah dari mempersiapkan aktivitas sehari-hari, seperti :
menyiapkan makanan, menggunakan peralatan rumah tangga dan
melakukan hobi.

3. Masalah dengan bahasa

Lansia yang mengalami Demensia akan kesulitan dalam mengolah


kata yang tepat, mengeluarkan kata-kata yang tidak biasa dan sering kali
membuat kalimat yang sulit untuk dimengerti orang lain.

4. Disorientasi waktu dan tempat

Demensia seringkali lupa dengan hari atau dimana dia berada,


namun pada lansia yang mengalami Demensia akan lupa dengan jalan,
lupa dengan tempat mereka berada dan bagaimana mereka bisa sampai di
tempat itu, serta tidak mengetahui bagaimana kembali ke rumah.

5. Tidak dapat mengambil keputusan

Lansia yang mengalami Demensia tidak dapat mengambil


keputusan yang sempurna dalam setiap waktu, seperti : memakai pakaian
tanpa melihat cuaca atau salah memakai pakaian, serta tidak dapat
mengelola keuangan.

6. Perubahan suasana hati dan kepribadian

Setiap orang dapat mengalami perubahan suasana hati menjadi


sedih, maupun senang atau mengalami perubahan perasaan dari waktu ke
waktu, tetapi dengan lansia yang mengalami Demensia dapat menunjukan
perubahan perasaan dengan sangat cepat, misalnya menangis dan marah
tanpa alasan yang jelas. Kepribadian seseorang akan berubah sesuai
dengan usia, namun dengan yang dialami lansia dengan Demensia dapat
mengalami banyak perubahan kepribadian, misalnya ketakutan, curiga
yang berlebihan, menjadi sangat bingung, dan ketergantungan pada
anggota keluarga.

4. Cara Mencegah Demensia dengan Terapi Bilabong

Terapi “Bilabong” merupakan kegiatan latihan brain gym yang diberikan


dengan iringan gamelan Bali yang berfungsi untuk meningkatkan pengetahuan
lansia tentang cara pencegahan Demensia, menurunkan tingkat stress lansia,
dan menjadi kegiatan inovasi lansia.

Pencegahan Demensia dilakukan melalui pengabdian masyarakat dengan


menggunakan metode “Bilabong” (Brain Gym Kolaborasi Drama Gong).
“Bilabong” merupakan bentuk kolaborasi brain gym, drama serta gamelan
Bali yang diaplikasikan dalam bentuk kegiatan sosialisasi brain gym,
demonstrasi dan pelatihan.

“Bilabong” berisi beberapa kegiatan, diantaranya : 1.) Drama gong sebagai


sarana edukasi pencegahan pikun lansia; 2.) Pelatihan brain gym dengan
musik gamelan terhadap lansia; 3.) Pelatihan brain gym kepada pimpinan
perkumpulan lansia berkaitan dengan tujuan keberlanjutan program jangka
panjang; 4.) Evaluasi pengetahuan lansia terkait gerakan-gerakan pada brain
gym, serta perubahan tingkat stress lansia setelah kegiatan; 5.) Pemberian CD
berisi video pelatihan brain gym; 6.) Serta monitoring keberlanjutan kegiatan.

5. Penatalaksanaan Terapi Bilabong

Pelatihan brain gym (senam otak) yang akan dibawakan dengan iringan
gamelan Bali (gong kebyar) disertai dengan drama singkat (yang selanjutnya
disingkat dengan “Bilabong”) berfungsi untuk mendorong minat dan
mengajak lansia meniru gerakan brain gym yang dicontohkan oleh beberapa
instruktur.

Tahapan pelaksanaan “Bilabong” diawali dengan menentukan lansia yang


akan mengikuti kegiatan brain gym, dilanjutkan pembuatan gerakan brain
gym yang dipadukan gamelan drama gong, serta pelaksanaan kegiatan.
Tahapan pelaksanaan dibagi ke dalam 3 bagian, yaitu tahap kontrak waktu,
tahap pengabdian masyarakat dengan “Bilabong”, dan tahap untuk
keberlanjutan program melalui pemberdayaan pimpinan lansia dalam
keberlangsungan brain gym pada masyarakat sasaran untuk mencegah dan
mengatasi Demensia.

Gerakan yang diberikan berjumlah 10 gerakan, dengan delapan gerakan


bersumber dari Otak Tengah Indonesia (sebuah lembaga yang
mengaplikasikan brain gym, eye gym, dan senam lainnya untuk merangsang
mesencephalon midbrain, sehingga menghasilkan keseimbangan otak kiri dan
kanan yang berkontribusi dalam memori), serta dua gerakan (lazy 8 dan
membuat “kotak ilmu”) bersumber dari Dennison G.E, et al (2008) yang
berfungsi dalam meningkatkan integrasi belahan otak kiri dan kanan, serta
memperbaiki keseimbangan dan koordinasi. Setiap gerakan dilakukan
maksimal 4x8 ketukan dengan diiringi oleh gamelan medley yang dirancang
dan diiringi oleh penabuh.

Anda mungkin juga menyukai