Oleh :
Kelas C
SARJANA KEPERAWATAN
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
2019
SAP
MENCEGAH DEMENSIA DENGAN TERAPI “BILABONG” (BRAIN
GYM KOLABORASI DRAMA GONG) PADA LANSIA DI BANJAR
KANGIN DESA PANJER
A. Latar Belakang
Kapan seseorang dikatakan menjadi tua? Apakah proses penuaan
menyebabkan terjadinya perubahan yang mendasar pada sikap individu?
Sebelum kita membahas mengenai hal tersebut, pertama kita harus
mengetahui terlebih dahulu pengertian dari lansia. Lansia merupakan salah
satu kelompok atau populasi berisiko (population at risk) yang semakin lama
makin meningkat jumlahnya. Populasi lansia meningkat dengan sangat
cepat,yang mana pada tahun 2020 jumlah lansia diprediksi sudah menyamai
jumlah balita. Hal ini tidak hanya terjadi di negara-negara maju, tetapi di
Indonesia pun terjadi hal yang serupa. Saat ini di Indonesia terdapat sekitar
10 juta orang yang berusia di atas 65 tahun (7,79 % dari seluruh jumlah
penduduk). Bahkan, Indonesia termasuk salah satu negara, yang jumlah
penduduk lansianya bertambah paling cepat di Asia Tenggara (Versayanti,
2008).
Schaie dan Willis (1992) mengatakan bahwa tahap usia tua akan dialami
oleh semua orang, yang mana pada tahap ini akan terjadi perubahan fisik,
psikis dan sosial pada diri lansia. Salah satu masalah kesehatan yang kerap
dialami ialah Demensia. Demensia adalah istilah umum yang digunakan
untuk menggambarkan kerusakan fungsi kognitif global yang biasanya
bersifat progresif dan mempengaruhi aktivitas sosial dan okupasi yang
normal juga aktivitas kehidupan sehari-hari. Hingga pada akhirnya lansia
tidak mampu mengikuti percakapan dan kehilangan kemampuan
berbicaranya.
Beragam pengobatan dapat diterapkan pada pasien Demensia ini. Mulai
dari terapi farmakologis dengan menggunakan obat-obatan sampai terapi non
farmakologis, seperti rehabilitasi medik berupa fisioterapi, latihan kognitif,
terapi wicara dan terapi okupasi.
Salah satu terapi kognitif yang baik untuk lansia adalah senam otak (Brain
Gym). Senam otak baik untuk menghilangkan stress dan meningkatkan fungsi
kognitif pada lansia, agar tidak jenuh untuk melakukan kegiatan senam otak.
Senam otak dapat dipadukan dengan iringan musik, contohnya gamelan khas
Bali yang bertujuan untuk meningkatkan minat lansia mengikuti kegiatan
senam otak.
B. Tujuan
C. Materi
1. Pengertian Demensia
2. Penyebab Demensia
3. Tanda dan Gejala Demensia
4. Cara mencegah Demensia dengan Terapi Bilabong
5. Penatalaksanaan Terapi Bilabong
D. Metode
1) Ceramah
2) Diskusi
3) Demonstrasi
2. Alat :
1) Lcd
2) Komputer
3) Speaker
4) Mic
5) Pointer
6) Kertas
7) Alat tulis
8) Meja
9) Kursi
F. Sasaran
Lansia (60 tahun keatas) di Banjar Kangin, Desa Panjer
G. Waktu
Hari/Tanggal : Minggu, 29 September 2019
Jam : 11.00 – 11.45 WITA
H. Rencana Evaluasi
1. Struktur :
A. Persiapan Media dan Alat
Media dan alat yang digunakan dalam penyuluhan sudah lengkap dan
dapat digunakan sesuai fungsinya.
1) Power Point
2) Video Brain Gym
B.Persiapan Materi
Materi disiapkan dalam bentuk Power Point dan Video Brain Gym
digunakan untuk mempermudah penyampaian materi kepada lansia.
C.Undangan
Para lansia (60 tahun keatas) di Banjar Kangin, Desa Panjer.
2. Proses Penyuluhan :
A. Penyuluhan kesehatan yang berjudul “Mencegah Demensia dengan
Terapi “Bilabong” (Brain Gym Kolaborasi Drama Gong) pada Lansia di
Banjar Kangin, Desa Panjer” berlangsung dengan lancar.
B. Selama kegiatan penyuluhan berlangsung, diharapkan para lansia
untuk aktif mendengarkan, bertanya, memahami dan mampu
melaksanakan kegiatan penyuluhan kesehatan dengan baik.
C. Sasaran diharapkan untuk hadir tidak kurang dari 85 % dari total
lansia keseluruhan, hadir tepat waktu, serta mengikuti kegiatan
penyuluhan kesehatan hingga selesai.
2. Hasil
A. Jangka Pendek
Peserta penyuluhan diharapkan dapat mengerti setidaknya 85% dari
seluruh materi yang telah disampaikan, yaitu :
1. Pengertian Demensia
2. Penyebab Demensia
3. Tanda dan Gejala Demensia
4. Cara mencegah Demensia dengan Terapi Bilabong
5. Penatalaksanaan Terapi Bilabong
B. Jangka Panjang
Diharapkan untuk kedepannya para lansia mampu melaksanakan
Terapi Bilabong dengan rutin (2 kali seminggu).
I. Kriteria Evaluasi
a. Kriteria struktur
Yang diharapkan :
1. Alat dan media yang digunakan
tersedia dan lengkap.
2. Tempat untuk penyuluhan telah
dipersiapkan dengan baik.
b. Kriteria proses
Yang diharapkan :
1. Terapi Bilabong dapat terlaksana dengan lancar.
2. Seluruh lansia dapat mengikuti Terapi Bilabong dengan
baik.
3. Tidak terdapat hambatan saat melakukan kegiatan Terapi
Bilabong.
c. Kriteria hasil
Yang diharapkan :
1. Seluruh lansia dapat melakukan kegiatan Terapi Bilabong
secara mandiri.
2. Seluruh lansia dapat menerapkan kegiatan Terapi Bilabong
diluar kegiatan penyuluhan.
3. Menurunnya tingkat stress pada lansia.
4. Meningkatnya fungsi kognitif pada lansia.
5. Para lansia mengungkapkan manfaat yang dirasakan
dengan melakukan Terapi Bilabong.
J. Kegiatan Penyuluhan
No. Waktu Kegiatan penyuluhan Kegiatan audience
1 5 menit Pembukaan
1.Penyuluh memulai 1.Menjawab salam
penyuluhan dengan
2.Memperhatikan
mengucapkan salam
3.Memperhatikan
2.Memperkenalkan diri
4.Memperhatikan
3.Menjelaskan tujuan
penyuluhan 4.Menyebutkan
materi yang akan diberikan
2 25 menit Pelaksanaan
1. Menjelaskan apa yang 1.Memperhatikan
dimaksud dengan Demensia
2.Memperhatikan
2. Menjelaskan penyebab
Demensia 3.Bertanya dan
3. Menjelaskan tanda dan gejala
mendengarkan
Demensia
jawaban
4. Menjelaskan cara mencegah
4. Memperhatikan
Demensia dengan Terapi
Bilabong
5. Mengikuti
5. Menjelaskan penatalaksanaan
Terapi Bilabong
3 10 menit Evaluasi :
1. Meminta audience 1. Menyebutkan hal
menyebutkan hal yang bisa yang bisa dilakukan
dilakukan untuk mencegah untuk mencegah
Demensia Demensia
2. Menjelaskan penatalaksanaan 2. Mengikuti
Terapi Bilabong penjelasan yang
diberikan
4 5 menit Terminasi
1.Mengucapkan terima kasih 1.Memperhatikan
atas perhatian yang diberikan
2.Membalas salam
2.Mengucapkan salam penutup
K. Daftar Pustaka
Grasindo Dennison, Paul E. (2008). Brain Gym and Me. Jakarta: Gramedia
Indonesia.
Kerthiari, Diah Pradnya, et al. (2016). Pencegahan Demensia Pada Lansia Melalui
Terapi Bilabong Di Banjar Pucak Sari Denpasar Utara. Journal Coping, 4(3), 18-
23.
Killin, L. O., starr, J. M., shiue, I. J., & Russ, C. T. (2016). Environmental risk
factor for dementia: A Sistematic Review. BMC geriatric, 16:175, 1-28.
Nugroho W. (2008). Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Jakarta: EGC
Versayanti. (2009). Latar Belakang Jumlah Lanjut Usia. Journal UMS,4(10), 234
– 235.
Materi SAP
1. Pengertian Demensia
2. Penyebab Demensia
1. Penyakit Alzheimer
Penyebab utama penyakit Demensia adalah penyakit
Alzheimer. Demensia 50% disebabkan oleh penyakit Alzheimer,
20% disebabkan gangguan pembuluh otak dan sekitar 20%
gabungan keduanya, serta sekitar 10% disebabkan faktor lain.
Penyebab Alzheimer tidak diketahui pasti penyebabnya, tetapi
diduga berhubungan dengan faktor genetik, yang ditemukan dalam
gen tententu pada keluarga.
2. Serangan Stroke
Penyebab kedua Demensia adalah serangan Stroke yang
terjadi secara berulang. Stroke ringan dapat mengakibatkan
kelemahan dan secara bertahap dapat menyebabkan kerusakan
pada jaringan otak, akibat tersumbatnya aliran darah (infark).
Demensia multiinfark berasal dari beberapa Stroke ringan,
sebagian besar penderita Stroke memliki tekanan darah tinggi
(Hipertensi) yang menyebabkan kerusakan pembuluh darah pada
otak.
3. Serangan lainnya
Serangan lainnya dari Demensia adalah Demensia yang
terjadi akibat pencederaan pada otak (cardiac arrest), penyakit
Parkinson, AIDS, dan Hidrocefalus.
1. Kehilangan memori
Pelatihan brain gym (senam otak) yang akan dibawakan dengan iringan
gamelan Bali (gong kebyar) disertai dengan drama singkat (yang selanjutnya
disingkat dengan “Bilabong”) berfungsi untuk mendorong minat dan
mengajak lansia meniru gerakan brain gym yang dicontohkan oleh beberapa
instruktur.