Anda di halaman 1dari 14

SATUAN ACARA PENYULUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN AUTISME DI

RSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIE SAMARINDA

DI SUSUN OLEH:
(KELOMPOK 5)

1. Elisa Apriana
2. Erna Andi
3. Firman Tegar Diaz
4. Mila Ruswanti
5. Savitri Nielvana D
6. Vera Wahyu Utari

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIYATA HUSADA SAMARINDA
TAAHUN AKADEMIK 2018/2019
BAB I
PENDAHULUAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Pendidikan Kesehatan Perawatan Anak dengan Autisme

Hari / Tanggal : Jum’at, 08 Februari 2019

Pukul : 10.30 – 11.00 WITA

Sasaran : Orangtua dan Orang dewasa yang sedang berkunjung di Poliklinik Anak

Tempat : Poliklinik Anak RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.

A. Latar Belakang
Setiap anak memiliki hak untuk hidup dan bertumbuh kembang secara optimal, maka
anak membutuhkan pemenuhan kebutuhan fisik dan biologis, kebutuhan kasih sayang dan
emosi, serta kebutuhan stimulasi. Akan tetapi seringkali orangtua dan keluarga di rumah kurang
memiliki pengetahuan, keterampilan maupun waktu untuk memberikan kebutuhan stimulasi
sehingga sebagian besar kebutuhan yang dipenuhi adalah kebutuhan fisik dan biologis saja.
Selama ini kebutuhan stimulasi diberikan pada saat anak sudah berusia 3 atau 4 tahun pada
jenjang Taman Kanak-Kanak atau kelompok bermain, sedangkan untuk usia kurang dari 2
tahun belum banyak mendapat stimulasi tumbuh kembang yang memadai. Untuk dapat
memfasilitas kebutuhan stimulasi tersebut secara komprehensif maka dibutuhkan suatu wahana
yang dapat membantu keluarga memberikan stimulasi tumbuh kembang dan perawatan anak
yang optimal. Ciri anak sehat adalah tumbuh dengan baik, tingkat perkembangannya sesuai
dengan tingkat umurnya, tampak aktif / gesit dan gembira, mata bersih dan bersinar, nafsu
makan baik, bibir dan lidah tampak segar, pernapasan tidak berbau, kulit dan rambut tampak
bersih dan tidak kering, serta mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan. (Soegeng, Santoso.
2008).
Autisme adalah gangguan perkembangan pervasif, atau kualitatif pada komunikasi verbal
dan non verbal, aktivitas imajinatif dan interaksi sosial timbal balik berupa kegagalan
mengembangkan hubungan antar pribadi (umur 30 bulan), hambatan dalam pembicaraan,
perkembangan bahasa, fenomena ritualistik dan konvulsif serta penarikan diri dan kehilangan
kontak dengan realitas.
Masalah perilaku yang biasa seperti bising, gelisah atau melukai diri sendiri dapat diatasi
dengan obat klorpromasin atau tioridasin. Keadaan tidak dapat tidur dapat memberikan
responsedatif seperti kloralhidrat, konvulsi dikendalikan dengan obat anti konvulsan.
Hiperkinesis yang jika menetap dan berat dapat ditanggulangi dengan diit bebas aditif atau
pengawet. Dapat disimpulkan bahwa terapi pada autisme dengan mendeteksi dini dan tepat
waktu serta program terapi yang menyeluruh dan terpadu.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum :
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 1 × 30 menit, diharapkan Orang tua
mampu memahami ilmu tentang autisme serta perawatan pada anak dengan autisme.

2. Tujuan Khusus:
Setelah mendapatkan pendidikan kesehatan selama 1 × 30 menit, Audiens mampu
menjelaskan :
a) Audiens dapat menjelaskan pengertian tentang autisme.
b) Audiens dapat menjelaskan penyebab autisme.
c) Audiens dapat menjelaskan tentang jenis autisme.
d) Audiens dapat menjelaskan karakteristik autisme.
e) Audiens dapat menjelaskan tentang perawatan autisme di rumah.
BAB II
PELAKSANAN
A. Pelaksanaan Kegiatan
1. Materi ( Terlampir )
a) Pengertian autisme
b) Jenis autisme
c) Penyebab autisme
d) Karakteristik autisme
e) Deteksi dini autisme
f) Terapi anak autis di rumah

2. Sasaran / Target
Sasaran : Orang tua dan Orang dewasa
Target : Anak-anak, Orang tua dan Dewasa

3. Metode
 Ceramah
 Tanya jawab

4. Media dan Alat


 Leaflet

5. Waktu dan Tempat


Hari / Tanggal : Jum’at, 08 Februari 2019
Jam : 10.30 – 11.00 wita
Tempat : Poliklinik Anak RSUD A.W. Sjahranie Samarinda

6. Pengorganisasian
Moderator : Erna Andi
Presenter : Vera Wahyu Utari
Observer : Firman tegar Diaz
Fasilitator : Savitri Nielvana Damayanti, Elisa Apriana dan Mila Ruswanti
Setting Tempat

: Moderator

: Presenter

: Fasilitator

: Observer

: Peserta
B. Kegiatan Penyuluhan

No. Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Waktu

I. Pembukaan
 Moderator memberikan
salam
 Moderator
memperkenalkan anggota
penyuluh
 Audiens
 Moderator menjelaskan
mendengarkan dan 5 Menit
tentang topik penyuluhan
memperhatikan
 Moderator membuat
kontrak
 Moderator menjelaskan
tujuan penyuluhan

II. Pelaksanaan
 Menggali pengetahuan
peserta tentang pengertian
autisme
 Memberikan
reinforcement dan
meluruskan konsep
 Menjelaskan pengertian  Audiens 15 Menit
dari autisme mendengarkan dan
 Menjelaskan penyebab memperhatikan
dari autisme
 Menjelaskan karakteristik
autisme
 Menginformasikan cara
deteksi dini autisme
 Edukasi terapi anak
dengan autis di rumah
Penutupan
 Presenter menyimpulkan  Audiens
materi mendengarkan dan
10 menit
 Presenter mengadakan memperhatikan
evaluasi mengenai materi  Audiens bertanya
yang telah diberikan  Audiens menjawab
 Moderator menyimpulkan salam
hasil diskusi
 Moderator menutup acara
dan memberi salam

C. Rencana Evaluasi
1. Struktur :
a) Persiapan media
Media yang akan digunakan dalam penyuluhan semuanya lengkap dan siap
digunakan. Media yang digunakan adalah leaflet dan slide.
b) Persiapan materi
Materi yang akan diberikan dalam penyuluhan sudah disiapkan dan akan
disebarluaskan dalam bentuk leaflet yang berisi gambar dan tulisan
c) Audiens penyuluhan diambil dari audiens yang pada hari tersebut datang berkunjung
di poliklinik anak RSUD AWS.
2. Proses penyuluhan :
a) Kegiatan penyuluhan yang akan diberikan diharapkan berjalan lancar dan sasaran
memahami tentang penyuluhan yang diberikan
b) Dalam proses penyuluhan diharapkan terjadi interaksi atau feedback antara penyuluh
dan sasaran
c) Peserta diharapkan memperhatikan materi yang diberikan
d) Sasaran diharapkan kehadirannya 80% dan tidak ada yang meninggalkan tempat saat
penyuluhan berlangsung
3. Hasil penyuluhan :
a) Jangka Pendek
(1) Sasaran mengerti sekitar 80% dari materi yang diberikan
(2) Sasaran memahami tentang konsep autisme secara teori
b) Jangka Panjang
(1) Meningkatkan pengetahuan sasaran mengenai perawatan anak autisme sehingga
dapat diaplikasikan di rumah
(2) Dapat menjadi agen perubahan dengan cara membagikan pesan tentang perilaku
hidup sehat kepada anggota keluarga yang lain dan masyarakat.
BAB III
MATERI PENYULUHAN MENGENAI
PERAWATAN ANAK AUTISME
A. Anak Sehat
1. Konsep Anak
Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih
dalam kandungan terdapat dalam Undang-undang No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak. Pasal tersebut menjelaskan bahwa, anak adalah siapa saja yang belum berusia 18
tahun dan termasuk anak yang masih didalam kandungan, yang berarti segala kepentingan
akan pengupayaan perlindungan terhadap anak sudah dimulai sejak anak tersebut berada
didalam kandungan hingga berusia 18 tahun (Damayanti,2008)
2. Kebutuhan Dasar Anak
Kebutuhan dasar untuk tumbuh kembang anak secara umum digolongkan menjadi
kebutuhan fisik-biomedis (asuh) yang meliputi, pangan atau gizi, perawatan kesehatan
dasar, tempat tinggal yang layak, sanitasi, sandang, kesegaran jasmani atau rekreasi.
Kebutuhan emosi atau kasih saying (Asih), pada tahun-tahun pertama kehidupan, hubungan
yang erat, mesra dan selaras antara ibu atau pengganti ibu dengan anak merupakansyarat
yang mutlakuntuk menjamin tumbuh kembang yang selaras baik fisik, mental maupun
psikososial. Kebutuhan akan stimulasi mental (Asah), stimulasi mental merupakan cikal
bakal dalam proses belajar (pendidikan dan pelatihan) pada anak. Stimulasi mental ini
mengembangkan perkembangan mental psikososial diantaranya kecerdasan, keterampilan,
kemandirian, kreaktivitas, agama, kepribadian dan sebagainya.
3. Tingkat Perkembagan Anak
Menurut Damayanti (2008), karakteristik anak sesuai tingkat perkembangan :
a) Usia bayi (0-1 tahun)
Pada masa ini bayi belum dapat mengekspresikan perasaan dan pikirannya
dengan kata-kata. Oleh karena itu, komunikasi dengan bayi lebih banyak
menggunakan jenis komunikasi non verbal. Pada saat lapar, haus, basah dan perasaan
tidak nyaman lainnya, bayi hanya bisa mengekspresikan perasaannya dengan
menangis. Walaupun demikian, sebenarnya bayi dapat berespon terhadap tingkah laku
orang dewasa yang berkomunikasi dengannya secara non verbal, misalnya
memberikan sentuhan, dekapan, dan menggendong dan berbicara lemah lembut.
Ada beberapa respon non verbal yang biasa ditunjukkan bayi misalnya
menggerakkan badan, tangan dan kaki. Hal ini terutama terjadi pada bayi kurang dari
enam bulan sebagai cara menarik perhatian orang. Oleh karena itu, perhatian saat
berkomunikasi dengannya. Jangan langsung menggendong atau memangkunya karena
bayi akan merasa takut. Lakukan komunikasi terlebih dahulu dengan ibunya.
Tunjukkan bahwa kita ingin membina hubungan yang baik dengan ibunya.
b) Usia pra sekolah (2-5 tahun)
Karakteristik anak pada masa ini terutama pada anak dibawah 3 tahun adalah
sangat egosentris. Selain itu anak juga mempunyai perasaan takut oada ketidaktahuan
sehingga anak perlu diberi tahu tentang apa yang akan akan terjadi padanya.
Misalnya, pada saat akan diukur suhu, anak akan merasa melihat alat yang akan
ditempelkan ke tubuhnya. Oleh karena itu jelaskan bagaimana akan merasakannya.
Beri kesempatan padanya untuk memegang thermometer sampai ia yakin bahwa alat
tersebut tidak berbahaya untuknya.
Dari hal bahasa, anak belum mampu berbicara fasih. Hal ini disebabkan karena
anak belum mampu berkata-kata 900-1200 kata. Oleh karena itu saat menjelaskan,
gunakan kata-kata yang sederhana, singkat dan gunakan istilah yang dikenalnya.
Berkomunikasi dengan anak melalui objek transisional seperti boneka. Berbicara
dengan orangtua bila anak malu-malu. Beri kesempatan pada yang lebih besar untuk
berbicara tanpa keberadaan orangtua. Satu hal yang akan mendorong anak untuk
meningkatkan kemampuan dalam berkomunikasi adalah dengan memberikan pujian
atas apa yang telah dicapainya.
c) Usia sekolah (6-12 tahun)
Anak pada usia ini sudah sangat peka terhadap stimulus yang dirasakan yang
mengancam keutuhan tubuhnya. Oleh karena itu, apabila berkomunikasi dan
berinteraksi sosial dengan anak diusia ini harus menggunakan bahasa yang mudah
dimengerti anak dan berikan contoh yang jelas sesuai dengan kemampuan
kognitifnya.
Anak usia sekolah sudah lebih mampu berkomunikasi dengan orang dewasa.
Perbendaharaan katanya sudah banyak, sekitar 3000 kata dikuasi dan anak sudah
mampu berpikir secara konkret.
d) Usia remaja (13-18)
Fase remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari akhir masa anak-anak
menuju masa dewasa. Dengan demikian, pola piker dan tingkah laku anak merupakan
peralihan dari anak-anak menuju orang dewasa. Anak harus diberi kesempatan untuk
belajar memecahkan masalah secara positif. Apabila anak merasa cemas atau stress,
jelaskan bahwa ia dapat mengajak bicara teman sebaya atau orang dewasa yang ia
percaya. Satu hal yang akan mendorong anak untuk meningkatkan kemampuan dalam
berkomunikasi adalah dengan memberikan pujian atas apa yang telah dicapainya.
B. AUTIS
1. Pengertian Autis
Autisme berasal dari kata ‘auto’ yang berarti ‘sendiri’. Penyandang autisme seakan-
akan hidup di dunianya sendiri. Autismee adalah gangguan perkembangan pervasif pada
anak yang ditandai dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif,
bahasa, perilaku, komunikasi dan interaksi sosial. Autismee adalah gangguan perkembangan
khususnya terjadi pada masa anak-anak, yang membuat seseorang tidak mampu
mengadakan interaksi sosial dan seolah-olah hidup dalam dunianya sendiri. Pada anak-anak
biasa disebut dengan Autismee Infantil. Autisme adalah gangguan perkembangan otak yang
mempengaruhi kemampuan penderita dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang
lain. Di samping itu, autisme juga menyebabkan gangguan perilaku dan membatasi minat
penderitanya.
Autis adalah perkembangan kompleks secara khas muncul selama tiga tahun pertama
kehidupan. Gangguan pervasif merupakan gangguan yang ditandai dengan kelainan
kualitatif dalam interaksi sosial baik dalam timbal balik dan dalam pola komunikasi
(Maslim,2005). Menurut Sunu (2012) autis merupakan salah satu gangguan tumbuh
kembang anak yang berupa sekumpulan gejala akibat adanya kelainan syaraf tertentu yang
menyebabkan fungsi otak tidak dapat bekerja secara normal sehingga mempengaruhi
tumbuh kembang serta kemampuan komunikasi, perilaku, kognitif dan interaksi sosial.

C. Jenis Autisme
1. Autismee Klasik
Adanya kerusakan saraf sejak lahir, karena sewaktu mengandung, ibu terinfeksi virus,
seperti rubella, atau terpapar logam berat berbahaya seperti merkuri dan timbal yang
berdampak menagacaukan proses pembentukan sel-sel saraf di otak janin.
2. Autismee Regresif
Autismee regresif muncul saat anak berusia antara 12 sampai 24 bulan. Sebelumnya
perkembangan anak relatif normal, namun tiba-tiba saat usia anak meninjak 2 tahun
kemampuan anak merosot. Yang tadinya sudah bisa membuat kalimat 2 sampai 3 kata
berubah diam dan tidak lagi berbicara. Kesimpulan yang beredar di klangan ahli menyebutkan
autismee regresif muncul karena anak terkontaminasi langsung oleh faktor pemicu. Yang
paling disorot adalah paparan logam berat terutama merkuri dan timbal dari lingkungan.

D. Penyebab Autisme
1. Gangguan neurobiologis yang mempengaruhi fungsi otak sedemikian rupa sehingga anak
tidak mampu berinteraksi dan berkomunikasi dengan dunia luar secara efektif.
2. Faktor genetik
3. Gangguan kekebalan

E. Karakteristik Autisme
1. Berkeinginan dan senang melakukan kegiatan yang mengulang-mengulang
2. Sangat sedikit sekali berbicara sebagai media komunikasi
3. Selalu melakukan keasyikan melalui benda-benda tertentu yang menunjukkan bahwa
seolah-olah hanya itu kegiatan yang ia lakukan
4. Senang tidur bermalas-malasan atau duduk menyendiri dengan tampak acuh, muka pucat,
dan mata sayu dan selalu memandang ke bawah.
5. Selalu diam sepanjang waktu
6. Jika ada pertanyaan terhadapnya, jawabannya sangat pelan dengan nada monoton, kemudian
dengan suara yang aneh ia akan mengucapkan atau menceritakan dirinya dengan beberapa
kata, kemudian diam menyendiri lagi
7. Tidak pernah bertanya, tidak menunjukkan rasa takut, tidak punya keinginan yang
bemacam-macam serta tidak menyenangi sekelilingnya
8. Tidak tampak ceria
9. Tidak peduli terhadap lingkungannya kecuali pada benda yang disukainya misalnya boneka.
10. Tidak mau dipeluk
11. Hambatan dalam komunikasi verbal dan non-verbal
12. Secara fisik terlalu aktif atau sama sekali kurang aktif
13. Anak autis mengalami keterlambatan berbicara, mungkin menggunakan bahasa dengan cara
yang aneh atau tidak mampu bahkan tidak mau berbicara sama sekali.

F. Deteksi Dini Autisme


Untuk dapat mengetahui gejala autismee sejak dini, telah dikembangkan suatu checklist
yang dinamakan M-CHAT (Modified Checklist for Autisme in Toddlers). Berikut adalah
pertanyaan penting bagi orangtua:
1. Apakah anak anda tertarik pada anak-anak lain?
2. Apakah anak anda dapat menunjuk untuk memberitahu ketertarikannya pada sesuatu?
3. Apakah anak anda pernah membawa suatu benda untuk diperlihatkan pada orangtua?
4. Apakah anak anda dapat meniru tingkah laku anda?
5. Apakah anak anda berespon bila dipanggil namanya?
6. Bila anda menunjuk mainan dari jarak jauh, apakah anak anda akan melihat ke arah mainan
tersebut?
7. Bila jawaban anda TIDAK pada 2 pertanyaan atau lebih, maka anda sebaiknya berkonsultasi
dengan profesional yang ahli dalam perkembangan anak dan mendalami bidang autismee.
G. Terapi Autisme di Rumah
1. Dimulai dari sering mengajak anak berbicara, membantu memfokuskan pembicaraan,
sampai meminta mengarahkan wajah saat kita atau anak tengah berbicara. Bangun pula
suasana menyenangkan dalam berkomunikasi, seperti dengan menghadirkan aneka
permainan berwarna-warni, buku cerita bergambar, atau permainan-permainan yang
disukainya.
2. Setiap anak mengharapkan pujian, dan pada anak autis pujian dapat berguna sebagai
petunjuk 'jalan yang benar'. Berikan pujian lewat perkataan atau tunjukkan kasih sayang
Anda jika anak dapat menjawab dengan baik.
3. Melakukan senam atau gerakan-gerakan sederhana seperti permainan menggerakkan
anggota tubuh. Memiringkan kepala beberapa kali, memutar badan ke kanan dan kiri,
mengangkat tangan tinggi-tinggi, dll. Seluruh gerakan ini akan mendukung terciptanya
latihan motorik pada otak anak, sehingga terapi akan lebih mudah dijalankan.
4. Senantiasa menyiapkan diri tetap sabar berkomunikasi dengan anak. Tentu bukan hal mudah
dibanding memberikan kasih sayang pada anak normal, tetapi sebagai titipan Tuhan dan
buah cinta kita, sudah semestinya mereka tetap mendapat belaian kasih sayang sesuai
kebutuhannya.
Daftar Pustaka

http://forbetterhealth.wordpress.com/2009/01/19/merawat-anak-autis/selasa, 12 Juni 2012 jam 19.19


http:// id.wikipedia.org/wiki/Autisme. Selasa 12 Juni 2012 jam 19.22
www.autis.info/index.php/tentang-autisme/apa-itu-autisme

Sasanti, Yuniar, (2003), Masalah Perilaku pada Gangguan Spektrum Autism (GSA) , Jakarta:
Konferensi Nasional Autisme-I

Damayanti, M. (2008). Komunikasi Teraupetik Dalam Praktik Keperawatan. Bandung. PT refika


Adama.

Ramdhana, Ricky. Posted on 2014. https://www.scribd.com/doc/213310897/SAP-AUTIS. Di akses


pada tanggal 05 Februari 2019 pukul 13.42 wita.

Ramadhan, Purna Akbar. Posted on 2017. https://www.scribd.com/document/343067907/Satuan-


Acara-Penyuluhan-Autisme. Di akses pada tanggal 05 Februari 2019 pukul 12.32 wita.

Anda mungkin juga menyukai