E YANG
MENGALAMI ABSES FEMUR DEXTRA DI RUANGAN DAHLIA
NIM : P180752
Di Susun Oleh:
Menyetujui,
NIK : 1130728311023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Abses (Latin: abscessus) merupakan kumpulan nanah (netrofil yang telah mati) yang
terakumulasi di sebuah kavitas jaringan karena adanya proses infeksi (biasanya oleh bakteri
atau parasit) atau karena adanya benda asing (misalnya serpihan, luka peluru, atau jarum
suntik). Proses ini merupakan reaksi perlindungan oleh jaringan untuk mencegah
penyebaran/perluasan infeksi ke bagian lain dari tubuh. Macam-macam abses tergantung
dari posisi atau lokasinya, diantaranya abses abdomen, abses otak, abses gusi, abses femur
dan lain-lain. Abses femur yaitu adanya kumpulan pus pada femur karena infeksi bakteri.
Ada dua jenis abses, septik dan steril. Kebanyakan abses adalah septik, yang berarti
bahwa mereka adalah hasil dari infeksi. Septic abses dapat terjadi di mana saja di tubuh.
Hanya bakteri dan respon kekebalan tubuh yang diperlukan. Sebagai tanggapan terhadap
bakteri, sel-sel darah putih yang terinfeksi berkumpul di situs tersebut dan mulai
memproduksi bahan kimia yang disebut enzim yang menyerang bakteri dengan terlebih
dahulu tanda dan kemudian mencernanya. Enzim ini membunuh bakteri dan
peredaran darah sebelum menjadi dihilangkan dari tubuh. Namun, bahan kimia ini juga
mencerna jaringan tubuh. Dalam kebanyakan kasus, bakteri menghasilkan bahan kimia
yang serupa. Hasilnya adalah tebal, cairan-nanah kuning yang mengandung bakteri mati,
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum :
Dapat melaksanakan asuhan keperawatan pada Ny. E dengan Abses Femur Dextra di
2. Tujuan khusus :
a) Dapat melaksanakan pengkajian keperawatan pada pasien dengan Abses Femur
benar.
f) Membahas kesenjangan yang ada dalam melaksanakan asuhan keperawatan
TINJAUAN TEORI
A. Definisi Abses
Abses adalah infeksi bakteri setempat yang ditandai dengan pengumpulan pus
(bakteri,jaringan nekrotik dan sel darah putih) (Smelltzer at.al, 2001: 496).
Abses adalah kumpulan nanah (netrofil yang telah mati yang terakumulasi disebuah
kavitas jaringan karena adanya proses infeksi). Proses ini merupakan reaksi perlindungan
oleh jaringan untuk mencegah penyebaran/perluasan infeksi kebagian lain dari tubuh.
(http://id.wikipedia.org/wiki/abses).
B. Etiologi
Sebagian besar abses disebabkan karena infeksi, baik karena mikroba (bakteri, parasit,
jamur) atau karena benda asing misalnya adanya serpihan benda tajam yang tertanam di
bawah kulit. Abses steril kadang-kadang bentuk yang lebih ringan dari proses yang sama
bukan disebabkan oleh bakteri, tetapi oleh non-hidup iritan seperti obat-obatan. Jika
menyuntikkan obat seperti penisilin tidak diserap, itu tetap tempat itu disuntikkan dan
dapat menyebabkan iritasi yang cukup untuk menghasilkan abses steril. Seperti abses steril
karena tidak ada infeksi yang terlibat. Abses steril cukup cenderung berubah menjadi keras,
padat benjolan karena mereka bekas luka, bukan kantong-kantong sisa nanah.
Banyak agen yang berbeda menyebabkan abses. Yang paling umum adalah
penyebab umum abses di bawah kulit. Abses di dekat usus besar, terutama di sekitar anus,
dapat disebabkan oleh bakteri yang banyak ditemukan dalam usus besar. Abses otak dan
abses hati dapat disebabkan oleh organisme yang dapat berjalan di sana melalui aliran
darah. Bakteri, amuba, dan jamur tertentu dapat melakukan perjalanan dengan cara ini.
Abses di bagian lain dari tubuh disebabkan oleh organisme yang biasanya menghuni
Suatu infeksi bakteri dapat menyebabkan abses melalui beberapa cara, yaitu:
Bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka yang berasal dari tusukan jarum yang
tidak steril.
Bakteri menyebar dari suatu infeksi di bagian tubuh lain secara limfatogen atau
hematogen.
Bakteri yang dalam keadaan normal hidup di dalam tubuh manusia atau tidak
dengan cara mengeluarkan toksin. Bakteri melepaskan eksotoksin yang spesifik (sintesis),
kimiawi yang secara spesifik mengawali proses peradangan atau melepaskan endotoksin
yang ada hubunganya dengan dinding sel. Reaksi hipersensitivitas terjadi bila ada
perubahan kondisi respon imunologi mengakibatkan perubahan reaksi imun yang merusak
jaringan. Agent fisik dan bahan kimia oksidan dan korosif menyebabkan kerusakan
jaringan,kematian jaringan menstimulus untuk terjadi infeksi. Infeksi merupakan salah
penyebab dari peradangan, kemerahan merupakan tanda awal yang terlihat akibat dilatasi
arteriol akan meningkatkan aliran darah ke mikro sirkulasi kalor terjadi bersamaan dengan
terjadi perubahan diameter pembuluh darah mengalir keseluruh kapiler, kemudian aliran
darah kembali pelan. Sel-sel darah mendekati dinding pembuluh darah didaerah zona
plasmatik. Leukosit menempel pada epitel sehingga langkah awal terjadi emigrasi kedalam
ruang ekstravaskuler lambatnya aliran darah yang mengikuti Fase hyperemia meningkatkan
permiabilitas vaskuler mengakibatkan keluarya plasma kedalam jaringan, sedang sel darah
tertinggal dalam pembuluh darah akibat tekanan hidrostatik meningkat dan tekanan
osmotik menurun sehingga terjadi akumulasi cairan didalam rongga ekstravaskuler yang
merupakan bagian dari cairan eksudat yaitu edema. Regangan dan distorsi jaringan akibat
edema dan tekanan pus dalam rongga abses menyebabkan rasa nyeri. Mediator kimiawi,
Inflamasi terus terjadi selama, masih ada pengrusakan jaringan bila penyabab
kerusakan bisa diatasi, maka debris akan difagosit dan dibuang oleh tubuh sampai terjadi
resolusi dan kesembuhan. Reaksi sel fagosit yang berlebihan menyebabkan debris
terkumpul dalam suatu rongga membentuk abses di sel jaringan lain membentuk flegmon.
Trauma yang hebat menimbulkan reaksi tubuh yang berlebihan berupa fagositosis debris
yang diikuti dengan pembentukan jaringan granulasi vaskuler untuk mengganti jaringan
yang rusak (fase organisasi), bila fase destruksi jaringan berhenti akan terjadi fase
penyembuhan melalui jaringan granulasi fibrosa. Tapi bila destruksi jaringan berlangsung
terus akan terjadi fase inflamasi kronik yang akan sembuh bila rangsang yang merusak
hilang.
Abses yang tidak diobati akan pecah dan mengeluarkan pus kekuningan sehingga
terjadi kerusakan Integritas kulit. Sedangkan abses yang diinsisi dapat mengakibatkan
D. Manifestasi Klinis
Karena abses merupakan salah satu manifestasi peradangan, maka manifestasi lain
yang mengikuti abses dapat merupakan tanda dan gejala dari proses inflamasi, yakni:
kemerahan (rubor), panas (calor), pembengkakan (tumor), rasa nyeri (dolor), dan hilangnya
fungsi organ. Abses adalah tahap terakhir dari suatu infeksi jaringan yang diawali dengan
proses yang disebut peradangan. Awalnya, seperti bakteri mengaktifkan sistem kekebalan
tubuh, beberapa kejadian terjadi:
Wilayah membengkak akibat akumulasi air, darah, dan cairan lainnya (tumor).
Ternyata merah (rubor).
Rasanya sakit, karena iritasi dari pembengkakan dan aktivitas kimia (dolor).
Suatu abses yang terbentuk tepat di bawah kulit biasanya tampak sebagai suatu
benjolan. Jika abses akan pecah maka daerah pusat benjolan akan lebih putih karena kulit
atasnya menipis. Suatu abses dalam tubuh sebelum menimbulkan gejala sering kali terlebih
dahulu tumbuh menjadi lebih besar. Abses dalam lebih memungkinkan menyebarkan infksi
ke seluruh tubuh.
E. Komplikasi
Komplikasi mayor abses adalah penyebaran abses ke jaringan sekitar atau jaringan
yang jauh dan kematian jaringan setempat yang ekstensif (gangren). Suatu abses dapat
menimbulkan konsekuensi yang fatal (meskipun jarang) apabila abses tersebut mendesak
struktur yang vital, misalnya abses leher dalam yang dapat menekan trakhea.
F. Pemeriksaan Penunjang
Abses di kulit atau di bawah kulit sering kali mudah dikenali. Termasuk abses femur.
Pada penderita abses biasanya ditemukan peningkatan jumlah sel darah putih. Untuk
menentukkan ukuran dan lokasi abses dalam bisa dilakukan pemeriksaan rontgen, USG,CT
scan atau MRI.
G. Penatalaksanaan
1. Pembedahan
Pada umumnya abses memerlukan tindakan pembedahan, debridement dan
asing tersebut harus diambil terlebih dahulu. Bila tidak maka cukup diambil absesnya
atau dikeluarkan pusnya bersamaan dengan pemberian obat analgesic dan mungkin
antibiotic.
abses telah berkembang dari peradangan serosa yang keras menjadi tahap nanah
yang lebih lunak. Apabila menimbulkan resiko tinggi, misalnya pada area-area yang
kritis maka tindakan ini dijadikan sebagai alternative terakhir.
2. Konservatif
didapat melalui komunitas, maka antibiotic biasa tersebut menjadi tidakefektif. Untuk
jika klien terasa nyeri dengan adanya abses atau pembedahan yang ada.
Hal yang perlu diperhatikan adalah penanganan dengan antibiotic saja tanpa
drainase pembedahan merupakan tidakan yang tidak efektif.hal ini karena antibiotic
sering tidak mampu masuk ke dalam abses dan antibiotic sering kali tidak dapat
kulit karena lebih cepat jalannya bekerja di tempat lain. Karena bahan-bahan kimia
bekerja lebih cepat pada temperatur lebih tinggi, aplikasi kompres panas pada kulit di
atas abses akan mempercepat pencernaan kulit dan hasil akhirnya dalam merobohkan
dan pelepasan spontan nanah. Perawatan ini terbaik dicadangkan untuk abses yang
lebih kecil di daerah kurang sensitif dari tubuh seperti tungkai, batang, dan belakang
leher. Hal ini juga berguna untuk semua dangkal abses dalam tahap awal. Ini akan
“mematangkan” mereka. Kontras hidroterapi, bolak-balik kompres panas dan dingin,
H. Prognosis
Setelah abses benar-benar dikeringkan, prognosis sangat baik untuk kondisi itu
sendiri. Alasan untuk abses (penyakit lain seorang individu mempunyai) akan menentukan
hasil keseluruhan. Jika, di sisi lain, abses pecah agen yang menular tumpah ke dalam aliran
darah dapat menjadi masalah yang serius atau mungkin berakibat fatal.
BAB III
A. Pengkajian
1. Anamnesa
a) Identitas
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, tanggal atau jam masuk rumah
sakit, nomor register, diagnosa, nama orang tua, alamat, umur pendidikan,
pekerjaan, pekerjaan orang tua, agama dan suku bangsa.
Meliputi penyakit apa yang pernah diderita oleh klien seperti hipertensi, operasi
abdomen yang lalu, apakah klien pernah masuk rumah sakit, obat-abatan yang
pernah digunakan apakah mempunyai riwayat alergi dan imunisasi apa yang
pernah diderita.
gangguan jiwa atau penyakit kronis lainnya uapaya yang dilakukan dan
bagaimana genogramnya .
luka.
a) Pemeriksaan Fisik
- Kepala dan Leher. Ekspresi wajah kesakitan pada konjungtiva lihat apakah ada
warna pucat.
- Torax dan Paru . Apakah bentuknya simetris, ada tidaknya sumbatan jalan nafas,
gerakan cuping hidung maupun alat Bantu nafas frekwensi pernafasan biasanya
- Abdomen
Pada post operasi biasanya sering terjadi ada tidaknya pristaltik pada usus
ditandai dengan distensi abdomen, tidak flatus dan mual, apakah bisa kencing
spontan atau retensi urine, distensi supra pubis, periksa apakah produksi urine
cukup, keadaan urine apakah jernih, keruh atau hematuri jika dipasang kateter
periksa apakah mengalir lancar, tidak ada pembuntuan serta terfiksasi dengan
baik.
- Ekstremitas. Apakah ada keterbatasan dalam aktivitas karena adanya nyeri yang
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut
2. Hipertermi
3. Ansietas
4. Resiko Infeksi
C. Intervensi Keperawatan
Infection Protection
(proteksi terhadap infeksi)
- Monitor tanda dan
gejala infeksi sistemik dan
lokal
- Monitor hitung
granulosit, WBC
- Monitor kerentanan
terhadap infeksi
- Inspeksi kulit dan
membran mukosa terhadap
kemerahan, panas, drainase
- Ispeksi kondisi luka /
insisi bedah
- Laporkan kecurigaan
infeksi
DAFTAR PUSTAKA