Anda di halaman 1dari 62

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA SEJAHTERA

DOSEN PENGAMPU : Ns. SULIATIYANI M.Kep

DISUSUN OLEH

NAMA : ELA LUQFIYANTI

NIM : 20170811024078

SEMESTER : VI / REGULAR

KELAS : A

UNIVERSITAS CENDERAWASIH

FAKULTAS KEDOKTERAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini ditujukan untuk
memenuhi tugas Keperawatan Keluarga. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar
dapat terciptanya karya yang lebih baik lagi untuk selanjutnya. Penulis mengucapkan terima
kasih untuk semua pihak yang turut membantu menyelesaikan makalah ini secara langsung
maupun tidak langsung. Harapan penulis, mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.

Jayapura, 1 mei 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Konsep Teori
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

BAB II KONSEP TEORI

A. Teori Friendman
B. Struktur peran
C. Struktur kekuatan
D. Nilai-nilai keluarga
E. Konsep Keluarga Sejahtera
a. Definisi Keluarga
b. Bentuk Keluarga
c. Struktur dan fungsi keluarga
d. Tumbuh kembang keluarga
e. Istilah dalam keluarga
f. Penatalaksanaan pembangunan keluarga sejahtera
g. Peran perawat keluarga

BAB III STUDI KASUS


ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA SEJAHTERA
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Konsep Keluarga
Keluarga merupakan unit pelayanan kesehatan yang terdepan dalam meningkatkan
derajat kesehatan komunitas. Apabila setiap keluarga sehat akan tercipta komunitas keluarga
yang sehat. Masalah kesehatan yang dialami oleh salah satu anggota keluarga dapat
mempengaruhi anggota keluarga yang lain. Masalah kesehatan yang dialami oleh sebuah
keluarga dapat mempengaruhi system keluarga tersebut dan mempengaruhi komunitas
setempat, bahkan komunitas global. Sebagai contoh, apabila ada seorang anggota keluarga
yang menderita penyakit demam berdarah, nyamuk sebagai factor penyebab dapat menggigit
keluarga tetangganya. Hal tersebut dapat mempengaruhi komunitas tempat keluarga tersebut
menetap. Sehat seharusnya dimulai dengan membangun keluarga sehat sesuai dengan budaya
keluarga.
Perawat keluarga sangat dibutuhkan oleh keluarga untuk membangun keluarga sehat
sesuai dengan budayany. Perawat berperan sebagai pemberi asuhan keperawatan, konselor,
pendidik, atau peneliti agar keluarga dapat mengenal tanda bahaya dini gangguan kesehatan
pada anggota keluarganya. Dengan demikian, apabila keluarga tersebut mempunyai masalah
kesehatan, mereka tidak datangke pelayanan kesehatan dalam kondisi yang sudah kronis.
Perawat keluarga memiliki peran yang sangat strategis dalam pemberdayaan kesehatan
keluarga ssehingga tercapai Indonesia sehat.
Program pemerintah dalam pemberdayaan keluarga di bidang kesehatan belum
mengikutsertakan perawat keluarga secara optimal. Oleh karena itu, kita perlu
mempertimbangkan adanya satu orang perawat keluarga dalam satu kelurahan atau desa
dalam membangun keluarga sehat. Asuhan keperawatan tersebut tentunya dilaksanakan
dengan melibatkan peran serta aktif keluarga.
BAB II

KONSEP TEORI

A. Teori Friendman

Model konsep keperawatan friedman merupakan integrasi dari teori sistem ,teori
perkembangan keluarga dan teori struktural fungsional sebagai teori-teori utama yang merupakan
dasar dari model dan alat pengkajian keluarga.Teori-teori lain yang ikut berperan kedalam
dimensi struktural dan fungsional adalah teori komunikasi,peran kedalam dimensi struktural dan
fungsional adalah teori komunikasi,peran dan stress serta koping.

Dalam teori sistem,keluarga dipandang sebagai suatu sistem terbuka dengan batas-
batasnya.Sebuah sistem didefenisikan sebagai suatu unit kesatuan yang diarahkan pada
tujuan,dibentuk dari bagian-bagian yang berinteraksi dan dan bergantungan satu dengan yang
lainnya dan yang dapat bertahan dalam jangka waktu tertentu. Teori sistem merupakan suatu cara
untuk menjelaskan sebuah unit keluarga sebagai sebuah unit yang berkaitan dan berinteraksi
dengan sistem yang lain. 
Pendekatan perkembangan keluarga didasarkan pada observasi bahwa keluarga adalah
kelompok berusia panjang dengan suatu sejarah alamiah, atau siklus kehidupan, yang perlu dikaji
jika dinamika kelompok diinterpretasikan secara penuh dan akurat (Duvall, dan Miller, 1985).
Teori perkembangan keluarga menguraikan perkembangan keluarga dari waktu ke waktu dengan
membaginya ke dalam satu seri tahap perkembangan yang diskrit. Konsep tentang tahap-tahap
siklus kehidupan keluarga terdapat saling ketergantungan yang tinggi antara anggota keluarga;
keluarga dipaksa untuk berubah setiap kali ada penambahan atau pengurangan anggota keluarga.
Sedangkan dalam teori struktural fungsional keluarga dipandang sebagai sistem sosial, tapi
lebih berorientasi pada hasil daripada proses, yang lebih merupakan karakteristik teori sistem.
Perspektif struktural fungsional yang diterapkan pada keluarga bersifat komprehensif dan
mengakui pentingnya interaksi antara keluarga dan lingkungan eksternal dan internal.
1.      Menurut Friedman (1988) struktur keluarga terdiri atas:
a.      Pola dan Proses Komunikasi
Komunikasi dalam keluarga ada yang berfungsi dan ada yang tidak, hal ini bisa disebabkan oleh
beberapa faktor yang ada dalam komponen komunikasi seperti : pengirim, media, pesan,
lingkungan dan penerima.
Komunikasi dalam keluarga yang berfungsi adalah:
1)        Karakteristik pengirim yang berfungsi

 Yakin ketika menyampaikan pendapat


 Jelas dan berkualitas
 Meminta feedback
 Menerima feedback

2)        Pengirim yang tidak berfungsi

 Lebih menonjolkan asumsi (perkiraan tanpa menggunakan dasar/data yang obyektif)


 Ekspresi yang tidak jelas (contoh: marah yang tidak diikuti ekspresi wajahnya)
 Jugmental exspressions, yaitu ucapan yang memutuskan/menyatakan sesuatu yang tidak
didasari pertimbangan yang matang. Contoh ucapan salah benar, baik/buruk, normal/tidak
normal, misal: ”kamu ini bandel…”, ”kamu harus…”
 Tidak mampu mengemukakan kebutuhan
 Komunikasi yang tidak sesuai

3)        Karakteristik penerima yang berfungsi

 Mendengarkan dengan baik


 Memberikan feedback (klarifikasi, menghubungkan dengan pengalaman)
 Memvalidasi

4)        Penerima yang tidak berfungsi

 Tidak bisa mendengar dengan jelas/gagal mendengar


 Diskualifikasi, contoh : ”iya dech…..tapi….”
 Offensive (menyerang bersifat negatif)
 Kurang mengeksplorasi (miskomunikasi)
 Kurang memvalidasi

5)        Pola komunikasi di dalam keluarga yang berfungsi


 Menggunakan emosional : marah, tersinggung, sedih, gembira
 Komunikasi terbuka dan jujur
 Hirarki kekuatan dan peraturan keluarga
 Konflik keluarga dan penyelesaiannya

6)        Pola komunikasi di dalam keluarga yang tidak berfungsi

 Fokus pembicaraan hanya pada sesorang (tertentu)


 Semua menyetujui (total agreement) tanpa adanya diskusi
 Kurang empati
 Selalu mengulang isu dan pendapat sendiri
 Tidak mampu memfokuskan pada satu isu
 Komunikasi tertutup
 Bersifat negatif
 Mengembangkan gosip

B. Struktur peran

Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang
diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status adalah posisi individu dalam masyarakat,
misalnya status sebagai istri/suami atau anak.

- Peranan ayah : pencari nafkah, pelindung dan pemberi rasa aman, kepala keluarga, sebagai
anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
- Peranan ibu : mengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan
sebagai salah satu anggota kelompok dari peranan sosialnya, sebagai anggota masyarakat dari
lingkungannya, serta bisa berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarga.
- Peranan anak : melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik
fisik, mental, sosial dan spiritual.

C. Struktur kekuatan

Kekuatan merupakan kemampuan (potensial atau aktual) dari individu untuk mengendalikan
atau mempengaruhi untuk merubah perilaku orang lain ke arah positif.
Tipe struktur kekuatan:

- Legitimate power/authority (hak untuk mengontrol, seperti orang tua terhadap anak)
- Referent power (seseorang yang ditiru)
- Resource or expert power (pendapat ahli)
- Reward power (pengaruh kekuatan karena adanya reward yang akan diterima)
- Coercive power (pengaruh yang dipaksakan sesuai keinginannya)
- Informational power (pengaruh yang dilalui melalui proses persuasi)
- Affective power (pengaruh yang diberikan melalui manipulasi dengan cinta kasih misalnya
hubungan seksual).

D. Nilai-nilai keluarga

Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara sadar atau tidak,
mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga juga merupakan suatu
pedoman perilaku dan pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan. Norma adalah pola
perilaku yang baik, menurut masyarakat berdasarkan sistem nilai dalam keluarga. Budaya adalah
kumpulan dari pola perilaku yang dapat dipelajari, dibagi dan ditularkan dengan tujuan untuk
menyelesaikan masalah.
1.      Fungsi Keluarga
Friedman (1992) menggambarkan fungsi sebagai apa yang dilakukan keluarga. Fungsi
keluarga berfokus pada proses yang digunakan oleh keluarga untuk mencapai tujuan keluarga
tersebut. Proses ini termasuk komunikasi diantara anggota keluarga, penetapan tujuan, resolusi
konflik, pemberian makanan, dan penggunaan sumber dari internal maupun eksternal.
Tujuan yang ada dalam keluarga akan lebih mudah dicapai apabila terjadi komunikasi yang
jelas dan secara langsung. Komunikasi tersebut akan mempermudah menyelesaikan konflik dan
pemecahan masalah.
Fungsi keluarga menurut Friedman (1992) adalah:
a.      Fungsi afektif dan koping
Keluarga memberikan kenyamanan emosional anggota, membantu anggota dalam membentuk
identitas dan mempertahankan saat terjadi stress.
b.      Fungsi sosialisasi
Keluarga sebagai guru, menanamkan kepercayaan, nilai, sikap, dan mekanisme koping,
memberikan feedback, dan memberikan petunjuk dalam pemecahan masalah.
c.       Fungsi reproduksi
Keluarga melahirkan anak, menumbuh-kembangkan anak dan meneruskan keturunan.
d.      Fungsi ekonomi
Keluarga memberikan finansial untuk anggota keluarganya dan kepentingan di masyarakat
e.       Fungsi fisik
Keluarga memberikan keamanan, kenyamanan lingkungan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan,
perkembangan dan istirahat termasuk untuk penyembuhan dari sakit

E. Konsep Keluarga Sejahtera

A. Definisi Keluarga
Menurut Departemen Kesehatan (1998), keluarga adalah unit terkecil dari
masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga serta beberapa orang yang berkumpul dan
tinggal di satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Bailon dan Maglaya (1978) mendefinisikan keluarga sebagai dua atau lebih
individu yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka hidup
dalam rumah tangga, melakukan interaksi satu sama lain menurut peran masing-masing,
serta menciptakan dan mempertahankan suatu budaya. Menurut Friedman (1998),
definisi keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena ikan tertentu
untuk saling membagi pengalaman dan melakukan pendekatan emosional, seta
mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari keluarga. Menurut BKKBN (1999),
keluarga adalah dua orang atau lebih yang dibentuk berdasarkan ikatan perkawinan yang
sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materiil yang layak, bertaqwa
kepada Tuhan, memiliki hubungan yang selaras dan seimbang antara anggota kelurga dan
masyarakat serta lingkungannya.

B. Bentuk Keluarga
Beberapa bentuk keluarga adalah sebagai berikut.
1. Keluarga inti (nuclear family)
Adalah keluarga yang dibentuk karena ikatan perkawinan yang direncanakan yang
terdiri dari suami, istri, dan beberapa orang anak, baik karena kelahiran natural
maupun adopsi.
2. Keluarga asal (family of origin)
Merupakan satu unit kelurga tempat asal seseorang dilahirkan.
3. Keluarga besar (Extended family)
Keluarga inti ditambah keluarga yang lain (karena hubungan darah), misalnya kakek,
nenek, bibi, paman, sepupu termasuk keluarga modern, seperti orang tua tunggal,
keluarga tanpa anak, serta keluarga pasangan sejenis (guy/lesbian families).
4. Keluarga berantai (social family)
Keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan
merupakan suatu keluarga inti.
5. Keluarga duda atau janda
Keluarga yang terbentuk karena perceraian dan/atau kematian pasangan yang dicintai.
6. Keluarga komposit (composite family)
Keluarga dari perkawinan poligami dan hidup bersama.
7. Keluaga kohabitasi (cohabitation)
Dua orang menjadi satu keluarga tanpa pernikahan, bisa memiliki anak atau tidak. Di
Indonesia bentuk keluarga ini tidak lazim dan bertentangan dengan budaya timur.
Namun, lambat laun keluarga kohabitasi mulai dapat diterima.
8. Keluarga inses (incest family)
Seiring dengan masuknya nilai-nilai global dan pengaruh informasi yang sangat
dahsyat, dijumpai bentuk keluarga yang tidak lazim, misalnya anak perempuan
menikah dengan ayah kandungnya, ibu menikah dengan anak kandung laki-laki,
paman menikah dengan keponakannya, kakak menikah dengan adik dari satu ayah
dan satu ibu, dan ayah menikah dengan anak perempuan tirinya. Walaupun tidak
lazim dan melanggar nilai-nilai budaya, jumlah keluarga inses semakin hari semakin
besar. Hal tersebut dapat kita cermati melalui pemberitaan dari berbagai media cetak
dan elektronik.
9. Keluarga tradisional dan nontradisional
Dibedakan berdasarkan ikatan perkawinan. Keluarga tradisional diikat oleh
perkawinan, sedangkan keluarga nontradisional tidak diikat oleh perkawinan. Contoh
keluarga tradisional adalah ayah-ibu dan anak dari hasil perkawinan atau adopsi.
Contoh keluarga nontradisional adalah sekelompok orang tinggal disebuah asrama.

C. Struktur dan fungsi keluarga


Setiap keluarga mempunyai struktur peran formal dan informal. Misalnya, ayah
mempunyai peran formal sebagai kepala keluarga an pencari nafkah. Peran informal ayah
adala sebagai panutan dan pelindung keluarga. Struktur kekuatan keluarga meliputi
kemampuan berkomunikasi, kemampuan keluarga untuk saling berbagi, kemampuan
system pendukung di antara anggota keluarga, kemampuan perawatan diri, dan
kemampuan menyelesaikan masalah.
Menurut Friedman (1999), lima fungsi dasar keluarga adalah sebagai berikut.
1. Fungsi afektif, adalah fungsi internal keluarga untuk pemenuhan kebutuhan
psikososial, saling mengasuh dan memberkan cinta kasih, serta saling menerima dan
mendukung.
2. Fungsi sosialisasi, adalah proses perkembangan dan perubahan individu keluarga,
tempat anggota keluarga berinteraksi social dan belajar berperan di lingkungan social.
3. Fungsi reproduksi, adalah fungsi keluarga meneruskan kelangsungan keturunan dan
menambah sumber daya manusia.
4. Fungsi ekonomi, adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga,
seperti sandang, pangan, dan papan.
5. Fungsi perawatan kesehatan, adalah kemampuan keluarga untuk merawat anggota
keluarga yang mengalami masalah kesehatan.

D. Tumbuh kembang keluarga


Menurut Duval (1997), daur atau siklus kehidupan keluarga terdiri dari delapan tahap
perkembangan yang mempunyai tugas dan resiko tertentu pada tiap tahap perkembangan.
1. Tahap 1, pasangan baru menikah (keluarga baru). Tugas perkembangan keluarga
pada tahap ini adalah membina hubungan perkawinan yang saling memuaskan,
membina hubungan yang harmonis dengan saudara dan kerabat, dan merencanakan
keluarga (termasuk merencanakan jumlah anak yang diinginkan).
2. Tahap 2, menanti kelahiran (child bearing family) atau anak tertua adalah bayi
berusia kurang dari 1 bulan. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah
menyiapkan anggota keluarga yang baru (bayi dalam keluarga), membagi waktu
untuk individu, pasangan, dan keluarga.
3. Tahap 3, keluarga dengan anak prasekolah atau anak tertua 2,5 tahun sampai dengan
6 tahun. Tugas perkemmbangan keluarga pada tahap ini adalah menyatukan
kebutuhan masing-masing anggota keluarga, antara lain ruang atau kamar pribadi dan
keamanan, mensosialisasikan anak-anak, menyatukan keinginan anak-anak yang
berbeda, dan mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga.
4. Tahap 4, keluarga dengan anak sekolah atau anak tertua berusia 7 sampai 12 tahun.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah mensosialisasikan anak-anak
termasuk membantu anak-anak membina hubungan dengan teman sebaya,
mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan, dan memenuhi kebutuhan
kesehatan masing-masing anggota keluarga.
5. Tahap 5, keluarga dengan remaja atau dengan anak tertua berusia 13 sampai 20
tahun. Tugas perkembangan pada tahap ini adalah mengimbangi kebebasan remaja
dengan tanggung jawab yang sejalan dengan maturitas remaja, memfokuskan kembali
hubungan perkawinan, dan melakukan komunikasi yang terbuka diantara orangtua
dengan anak-anak remaja.
6. Tahap 6, keluarga dengan anak dewasa (pelepasan). Tugas perkembangan keluarga
pada tahap ini adalah menambah anggota keluarga dengan kehadiran anggota
keluarga yang baru melalui pernikahan anak-anak yang telah dewas, menata kembali
hubungan perkawinan, menyiapkan datangnya proses penuaan, termasuk timbulnya
masalah-masalah kesehatan.
7. Tahap 7, keluarga usia pertengahan. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini
adalah mempertahankan kontak dengan anak dan cucu, memperkuat hubungan
perkawinan, dan meningkatkan usaha promosi kesehatan.
8. Tahap 8, keluarga usia lanjut. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah
menata kembali kehidupan yang memuaskan, menyesuaikan kehidupan dengan
penghasilan yang berkurang, mempertahankan hubungan perkawinan, menerima
kehilangan pasangan, mempertahankan kontak dengan masyarakat, dan menemukan
arti hidup.

E. Istilah dalam keluarga


1. Keluarga Sejahtera
Keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi
kebutuhan hidup spiritual dan material yang layak, bertakwa kepada TYME, memiliki
hubungan serasi, selaras, dan seimbang antar anggota dan antarkeluarga dengan
masyarakat dan lingkungan.
Menurut Kantor Menteri Negara Kependudukan/BKKBN (1996), tahapan keluarga
sejahtera terdiri dari:
a. Keluarga Prasejahtera
Keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal atau
belum seluruhnya terpenuhi seperti:spiritual, pangan, sandang, papan, kesehatan
dan KB
b. Keluarga Sejahtera I
Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi
belum dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya seperti kebutuhan akan
pendidikan, KB, interaksi dalam keluarga, interaksi lingkungan tempat tinggal,
dan transportasi.
c. Keluarga Sejahtera II
Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya dan kebutuhan social
psikologisnya tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan pengembangan, seperti
kebutuhan untuk menabung dan memperoleh informasi.
d. Keluarga Sejahtera III
Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, sosial psikologis dan
pengembangan, tetapi belum dapat memberikan sumbangan yang teratur bagi
masyarakat atau kepedulian sosialnya belum terpenuhi seperti sumbangan materi,
dan berperan aktif dalam kegiatan masyarakat
e. Keluarga Sejahtera III plus
Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, sosial psikologis dan
pengembangan, dan telah dapat memberikan sumbangan yang teratur dan
berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan atau memiliki kepedulian social
yang tinggi.
2. Keluarga Berencana
Upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia
perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan
kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.
3. Kualitas keluarga
Kondisi keluarga yang mencakup aspek pendidikan, kesehatan, ekonomi, social
budaya, kemandirian keluarga, dan mental spiritual serta nilai-nilai agama yang
merupakan dasar untuk mencapai keluarga sejahtera.
4. Kemandirian keluarga
Sikap mental dalam hal berupaya meningkatkan kepedulian masyarakat dalam
pembangunan, mendewasakan usia perkawinanan, membina dan meningkatkan
ketahanan keluarga, mengatur kelahiran dan mengembangkan kualitas dan
keejahteraan keluarga, berdasarkan kesadaran dan tanggungjawab.
5. Ketahanan Keluarga
Kondisi dinamik sebuah keluarga yang memiliki keuletan dan ketangguhan serta
mengandung kemampuan fisik-material dan psikis-mental spiritual guna hidup
mandiri dan mengembangkan diri dan keluarganya untuk hidup harmonis dalam
meningkatkan kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin.
6. NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera)
Suatu nilai yang sesuai dengan nilai-nilai agama dan sosial budaya yang membudaya
dalam diri pribadi, keluarga, dan masyarakat, yang berorientasi kepada kehidupan
sejahtera dengan jumlah anak ideal untuk mewujudkan kesejahteraan lahir dan
kebahagiaan batin.
Indikator-indikator keluarga sejahtera adalah sebagai berikut.
a. Keluarga prasejahtera
Keluarga ini belum mampu untuk melaksanakan indicator sebagai berikut.
1. Keluarga melaksanakan ibadah menurut agama yang dianut masing-masing.
2. Keluarga makan dua kali sehari atau lebih.
3. Keluarga menggunakan pakaian yang berbeda untuk berbagai keperluan.
4. Keluarga mempunyai rumah yang sebagian besar berlantai bukan dari tanah.
5. Keluarga memeriksakan kesehatan ke petugas atau sarana kesehatan (bila
anak sakit atau PUS ingin ber-KB).
b. Keluarga sejahtera 1
Keluarga ini sudah mampu melaksanakan indicator 1 sampai 5 tetapi belum
mampu melaksanakan indicator sebagai berikut.
6. Keluarga melaksanakan ibadah secara teratur menurut agama yang dianut.
7. Keluarga makan daging, ikan, atau telur sebagai lauk-pauk sekurang-
kurangnya sekali dalam seminggu.
8. Keluarga memperoleh pakaian baru dalam satu tahun terakhir.
9. Setiap anggota keluarga mempunyai ruang kamar yang luasnya 8 m2.
10. semua anggota keluarga sehat dalam tiga bulan terakhir sehingga dapat
melaksanakan fungsi mereka masing-masing.
11. Paling sedikit satu anggota keluarga yang berumur 15 tahun ke atas memiliki
penghasilan yang tetap.
12. Seluruh anggota keluarga yang berusia 10 sampai 60 tahun mampu membaca
dan menulis latin.
13. Anak usia sekolah (7 sampai 15 tahun) dapat bersekolah.
14. Keluarga yang masih pasangan usia subur memakai kontrasepsi dan
mempunyai dua anak atau lebih yang hidup.
c. Keluarga sejahtera II
Keluarga ini sudah mampu melaksanakan indicator 1 sampai 14, tetapi belum
mampu melaksanakan indicator-indikator sebagai berikut.
15. Keluarga berusaha meningkatkan atau menambah pengetahuan agama.
16. Keluarga mempunyai tabungan
17. Keluarga makan bersama paling sedikit sekali sehari.
18. Keluarga ikut serta dalam kegiatan masyarakat.
19. Keluarga melakukan rekreasi bersama/penyegaran paling kurangsekali dalam
6 bulan.
20. Keluarga memperoleh berita dari surat kabar, majalah, radio, dan televise.
21. Keluarga mampu menggunakan sarana transportasi.
d. Keluarga sejahtera III
Keluarga ini sudah mampu melaksanakan indicator 1 sampai 21, tetapi belum
mampu melaksanakan indicator sebagai berikut.
22. Keluarga memberikan sumbangan secara teratur (waktu tertentu) dan sukarela
dalam bentuk material kepada masyarakat.
23. Keluargaaktif sebagai pengurus yayasan atau institusi masyarakat.
e. Keluarga sejahtera III plus
Sebuah keluarga dapat disebut keluarga sejahtera plus bila sudah mampu
melaksanakan semua indicator (23).

F. Penatalaksanaan pembangunan keluarga sejahtera


Peraturan pemerintah No. 21 tahun 1994 pasal 2, menyatakan bahwa penyelenggaraan
pembangunan keluarga sejahtera diwujudkan melalui pengembangan kualitas keluarga
dan keluarga berencana yang diselenggarakan secara menyeluruh dan terpadu oleh
pemerintah, masyarakat, dan keluarga.
Tujuan : mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera, bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, sehat, produktif, mandiri, dan memiliki kemampuan untuk membangun
diri sendiri dan lingkungan.
Pokok-pokok kegiatan :
1. Pembinaan ketahanan fisik keluarga adalah kegiatan pertumbuhan dan pengembangan
perilaku usaha dan tenaga terampil sehingga dapat melakukan usaha ekonomi
produktif untuk mewujudkan keluarga kecil, behagia, dan sejahtera.
Bentuk kegiatan pembinaan ketahan fisik keluarga adalah sebagai berikut.
a. Penumbuhan dan pengembangan pengetahuan, sikap perilaku usaha, dan
keterampilan keluarga melalui penyuluhan, pelatihan magang, studi banding, dan
pendampingan.
b. Penumbuhan dan pengembangan kelompok usaha, melalui kelompok Usaha
Peningkatan Pendapatan Keluarga sejahtera (UPPKS)
c. Pembinaan permodalan, melalui tabungan, takesra (tabungan keluarga sejahtera),
Kukesra (Kredit keluarga sejahtera)
d. Pembinaan pemasaran, melalui kerja sama dengan para pengusaha dan sector
terkait.
e. Pembinaan produksi, melalui bimbingan dalam memilih dan memanfaatkan alat
teknologi tepat guna yang diperlukan dalam proses produksi.
f. Pembinaan kemitrausahaan, dengan para pengusaha dari sector terkait koperasi.
g. Pengembangan jaringan usaha, khususnya bekerja sama dengan departemen
koperasi dan PPKM.
2. Pembinaan ketahanan nonfisik keluarga.
Tujuan : peningkatan kualitas anak, pembinaan kesehatan reproduksi remaja, dan
peningkatan keharmonisan keluarga, keimanan, dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa.
Bentuk kegiatan ketahanan nonfisik keluarga adalah sebagai berikut.
a. Bina Keluarga Balita
Pembinaan terhadap orang tua anak balita agar pertumbuhan dan perkembangan
anaknya optimal secara fisik dan mental melalui kelompok dengan bantuan alat
permainan edukatif ( APE)
b. Pembinaan kesehatan reproduksi remaja dilakukan melalui.
1) Pusat-pusat konsultasi remaja
2) Penyuluhan konseling di sekolah dan pesantren, kelompok-kelompok.
3) Remaja, karang taruna, remaja masjid, pramuka, dan lain-lain.
4) Kelompok Bina Keluarga Remaja ( BKR), dan penyuluhan melalui media
massa.
c. Pembinaan keluarga lansia melalui kelompok Bina Keluarga lansia
(BKL).
d. Kegiatan-kegiatan lain adalah sebagai berikut.
1) Gerakan Keluarga Sejahtera Sadar Buta Aksara
2) Beasiswa supersemar.
3) Satuan Karya Pramuka Keluarga Berencana (Saka Kencana) kegiatan lomba-
lomba.
3. Pelayanan Keluarga Berencana
a. Kegiatan Komunikasi Informasi Edukasi (KIE)
Kegiatan ini meningkatkan kesadaran, pengetahuan, dan perubahan perilaku
masyarakat dalam pelaksanaan KB.
b. Pelayanan kesehatan reproduksi meliputi pelayanan kontrasepsi, pelayanan
kesehatan reproduksi bagi ibu, serta pelayanan lain yang ada hubungannnya
dengan reproduksi.
4. Pendataan Keluarga Sejahtera
Dalam rangka mengevaluasi pelaksanaan Gerakan Keluarga Sejahtera setiap tahun,
antara bulan Januari sampai Maret., dilakukan pendataan keluarga untuk mengetahui
pencapaian keluarga berencana dan tahapan keluarga sejahtera.
Friedman (1981) membagi lima tugas kesehatan yang harus dilakukan oleh keluarga,
yaitu :
a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggotanya.
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat.
c. Memberikan tindakan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit dan
yang tidak dapat membantu dirinya sendiri.
d. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan kepribadian annggota keluarga.
e. Mempertahankan hubungan timbal-balik antara keluarga lembaga-lembaga
kesehatan yang menunjukkan manfaat fasilitas kesehatan dengan baik.

G. Peran perawat keluarga


Dalam melaksanakan asuhan keperawatan keluarga, perawat keluarga perlu
memperhatikan prinsip-prinsip berikut: (a) melakukan kerja bersama keluarga secara
kolektif, (b) memulai pekerjaan dari hal yang sesuai dengan kemampuan keluarga, (c)
menyesuaikan rencana asuhan keperawatan dengan tahap perkembangan keluarga, (d)
menerima dan mengakui struktur keluarga, dan (e) menekankan pada kemampuan
keluarga.
Peran perawat keluarga adalah sebagai berikut.
1. Sebagai pendidik, perawat bertanggung jawab memberikan pendidikan kesehatan
kepada keluarga, terutama untuk memandirikan keluarga dalam merawat anggota
keluarga yang memiliki masalah kesehatan.
2. Sebagai coordinator pelaksana pelayanan keperawatan, perawat bertanggung
jawab memberikan pelayanan keperawatan yang komprehensif. Pelayana
keperawatan yang bersinambungan diberikan untuk menghindari kesenjangan antara
keluarga dan unit pelyananan kesehatan (Puskesmas dan Rumah Sakit)
3. Sebagai pelaksana pelayanan perawatan, pelayanan perawatan dapat diberikan
kepada keluarga melalui kontak pertama dengan anggota keluarga yang sakit yang
memiliki masalah kesehatan. Dengan demikian anggota keluarga yang sakit dapat
dapat menjadi “entry point” bagi perawat untuk memberikan asuhan keperawatan
keluarga secara komprehensif.
4. Sebagai supervisor pelayanan keperawatan, perawat melakukan supervise ataupun
pembinaan terhadap keluarga melalui kunjungan rumah secara teratur, baik terhadap
keluarga berisiko tinggi maupun yang tidak. Kunjungan rumah tersebut dapat
direncanakan terlebih dahulu atau secara mendadak.
5. Sebagai pembela (advokat), perawat berperan sebagai advokat keluarga untuk
melindungi hak-hak keluarga sebagai klien.perawat diharapakan mampu mengetahui
harapan serta memodifikasi system pada perawatan yang diberikan untuk memenuhi
hak dan kebutuhan keluarga.
6. Sebagai fasilitator, perawat dapat menjadi tempat bertanya individu, keluarga, dan
masyarakat untuk memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang mereka
hadapi sehari-hari serta dapat memberikan jalan keluar dalam mengatasi masalah.
7. Sebagai peneliti, perawat keluarga melatih keluarga untuk dapat memahami
masalah-masalah kesehatan yang dialami oleh anggota keluarga
BAB III

ANALISA KASUS

Kasus

Seorang perempuan berumur 46 tahun tinggal bersama keluarganya, klien mengalami anemia
selama 6 bulan. Hasil pengkajian perawat yang datang berkunjung ke rumah klien di dapatkan
data ……

Lingkungan rumah tampak……. Keluarga mengatakan klien……, semua aktivitas ingin


dilakukan secara mandiri.

I. Pengkajian (Friedman)
a. Data Umum
1. Nama Kepala Keluarga (KK) : Ny. I
2. Usia Kepala Keluarga : 46 Tahun
3. Alamat : Jl Moh. Hatta Kurik. Merauke
4. Pendidikan Kepala Keluarga : SMP
5. Pekerjaan Kepala Keluarga : Wirausaha
6. Komposisi Keluarga :

No Nama Jenis Hubunga Usia Pendidik Pekerjaa


Kelamin n dengan an n
1 Tn. S Laki-laki Ayah 56 th SMP Wirausah
a
2 Ny. I Perempua Ibu 46 th SMP Wirausah
n a
3 An. A Laki-laki Anak 29 th Pelayaran -
4 An. E Perempua Anak 21 th SMA Mahasisw
n a
7. Tipe Keluarga
Keluarga inti (ayah, ibu, anak)
8. Suku
Keluarga Tn. S berasal dari suku jawa. Saat ini Ny. I menempati rumahnya
bersama keluarga. Tn. S sekaligus bertanggung jawab merawat Ny. I di rumah. Tn.
S dan keluarga biasanya menggunakan bahasa Jawa saat berkomunikasi dengan
orang lain. Akan tetapi, Ny. I sendiri bisa berbahasa Indonesia karena banyak
pembeli yang berbelanja di warungnya.
9. Agama
Kepercayaan yang dianut keluarga Tn. S adalah Islam sehingga nilai-nilai yang
diyakini dalam keluarga ini adalah nilai-nilai islam. Ny. I biasanya melaksanakan
ibadah di rumah.
10. Status Sosial Ekonomi Keluarga.
Tn. S bekerja di warung dirumahnya setiap hari, Ny. I membuka warung dan
menjual makanan dan berbagai sembako. Rumah yang keluarga tempati sekarang
ini adalah rumah keluarga sendiri. Oleh karena itu, keluarga tidak ingin berpindah
tempat tinggal karena ini dianggap bisa mengurangi biaya hidup keluarga dan bisa
berfokus pada biaya pendidikan An. E.
a. Aktivitas Rekreasi Keluarga.
Keluarga biasanya suka menonton TV di rumah untuk menghibur diri
atau mengurangi kepenatan yang dialami oleh masing-masing
keluarga. Komunikasi keluarga selama ini berjalan cukup baik dan
terbuka antar anggota keluarga. Riwayat dan Tahap Perkembangan
Keluarga

b. Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini: Keluarga berada pada tahap


perkembangan keluarga dengan dewasa.
c. Tahap Perkembangan Keluarga yang belum terpenuhi:
Menurut Friedman (1998), tugas perkembangan yang ditempuh keluarga
adalah:
a) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan.
Ny. I masih melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri. Menurut
keluarga, Tn. S beberapa kali terlihat merasa lemas dan pucat. Namun,
keluarga tetap membiarkan Ny. I melakukan aktivitasnya seperti
memasak, menyuci, dan menyapu sendiri karena Ny. I tidak mau hanya
diam di rumah dan ingin melakukan semua aktivitas secara mandiri.
b) Penyesuaian terhadap pendapatan yang menurun
Ny. I masih memiliki penghasilan sejak memiliki warung dirumahnya
selama 4 tahun.
d. Mempertahankan hubungan perkawinan
Ny. I masih memiliki suami. Ny. I focus untuk membiayai kuliah anaknya.
e. Pemeliharaan ikatan keluarga antargenerasi
Hubungan Ny. I dengan keduanya masih terjalin dengan baik. Anak kedua
Ny. I sering datang menjenguk ibunya walaupun anak keduanya tinggal di
rumah yang terpisah.
f. Riwayat Keluarga Sebelumya (Pihak Suami dan Istri)
Menururt Ibu I, riwayat keluarga dari Bapak S atau dari Ibu I sebelumnya
tidak pernah ada penyakit yang serius.
g. Lingkungan
a. Karakteristik Rumah.
Rumah Bapak S yang ditempati adalah rumah pribadi pada lahan
berukuran 10 m x 30 m. Rumah ini terdiri dari beberapa ruangan, yaitu
ruang tamu, ruang keluarga, tiga kamar tidur, toilet dan dapur. Lingkungan
rumah tampak berantakan dan gelap. Sumber api yang digunakan sehari-
hari berasal dari tabung gas. Sumber air yang digunakan berasal dari
sumur. Jarak sumur dengan septikteng lebih dari 10 meter. Di depan
rumah Bapak S terdapat jalan yang cukup ramai. Di kampung ini, antara
rumah penduduk tidak memiliki jarak sehingga saling menempel.

b. Karakteristik Tetangga dan Komunitas.


Rumah keluarga Bapak S terletak di pemungkiman yang agak padat.
Antara rumah penduduk tidak ada jarak dan menempel antara rumah.
Warga biasanya menggunakan fasilitas kesehatan seperti puskesmas untuk
berobat atau ke rumah sakit langganannya.
e. Mobilitas Geografis Keluarga.
Keluarga Bapak S memiliki 3 motor. Kedua motor tersebut digunakan
Bapak S untuk bekerja dan digunakan oleh Ibu I untuk membeli barang
dagangan di pasar.
II. Struktur Keluarga
1. Pola Komunikasi Keluarga.
Masing-masing anggota keluarga dapat dengan bebas berkomunikasi satu dengan yang
lain, tanpa perlu menunggu waktu tertentu. Antar anggota keluarga terbina hubungan
yang harmonis, dalam menghadapi suatu permasalahan biasanya dilakukan semacam
musyawarah kecil sebelum memutuskan suatu permasalahan. Komunikasi dilakukan
dengan terbuka. Keluarga biasanya menggunakan bahasa jawa/indonesia saat
berkomunikasi didalam keluarga. Hal ini dikarenakan seluruh anggota keluarga berasal
dari suku jawa asli.
2. Struktur Kekuatan Keluarga.
Pengambil keputusan dalam keluarga ini adalah Ibu I. Namun Ibu K juga sering terlebih
dahulu menceritakan hal-hal yang perlu keputusan tersebut kepada Bapak S dan Bapak S
biasanya akhirnya sepakat dengan keputusan yang diambil Ibu I.
3. Struktur Peran (Formal dan Informal)
a. Bapak S berperan sebagai kepala keluarga, pencari nafkah, dan
pengambil keputusan.
b. Ibu I berperan sebagai pencari nafkah, pengambil keputusan, dan
pengatur rumah tangga.
4. Nilai atau Norma Keluarga.
Nilai dan norma budaya keluarga ini sesuai dengan nilai dari suku dan agama yang
mereka anut. Selain itu sesuai juga dengan nilai dan norma masyarakat sekitarnya.
Peraturan-peraturan yang terdapat dalam keluarga ini, diantaranya adalah adanya acara
berkumpul bersama di malam hari dan adanya peraturan untuk anak terkait dengan jam
keluar malam.

III. Fungsi Keluarga


1. Fungsi Afektif.
Keluarga cukup rukun. Ibu I tampak sangat memperhatikan keseluruhan kondisi
keluarga. Masing-masing anggota keluarga saling memperhatikan kebutuhan anggota
yang lain.
2. Fungsi Sosialisasi.
Fungsi sosialisasi dalam keluarga Bapak S berjalan dengan baik. Bapak S dan keluarga
sering mengikuti kegiatan yang dibuat oleh RT setempat. Keluarga ini juga merupakan
orang yang senang mengobrol dengan tetangga-tetangganya. Adik Ibu K sering datang
berkunjung ke rumah Ibu I.

IV. Stres dan Koping Keluarga


1. Stressor yang Dimiliki.
Stressor yang dimiliki Ny. I adalah kondisinya kakinya yang membuat Ny. I kesulitan
melakukan segala hal.
a. Kemampuan Keluarga Berespons terhadap Situasi/Stresor. Keluarga memiliki
kemampuan yang baik untuk merespon berbagai masalah yang terjadi di
rumahnya. Keluarga memiliki empati yang besar antara satu anggota keluarga
dengan anggota keluarga lainnya. Menurut Keluarga, mereka sudah menasehati
Ny. I untuk mengurangi aktivitasnya namun Ny. I tetap tidak mau hanya diam
saja di rumah. Maka keluarga hanya membiarkan Ny. I melakukan aktivitas
sesuai keinginannya.
2. Strategi Koping yang Digunakan.
Anak Ny. I merasa kondisi Ny. I ini merupakan kondisi yang alami sehingga anak Ny. I
membiarkan kondisi tersebut. Keluarga akan mengantarkan Ny. I berobat ke dokter
3. Strategi Adaptasi Disfungsional: Tidak ditemukan adanya cara-cara penyelesaian
masalah yang maladaptif.

V. Harapan Keluarga
Dengan hadirnya perawat, keluarga berharap dapat lebih tahu tentang kesehatan, dan anggota
keluarganya bisa lebih sehat dengan berperilaku sehat.

3.2 Pemeriksaan fisik

1. Pemeriksaan Fisik (tiap anggota keluarga dengan pendekatan “head to toe”


terutama yg diidentifikasi sebagai klien/sasaran askep keluarga)
Tanggal Pemeriksaan Fisik : 29 Maret 2015

PEMERIKSAA NAMA ANGGOTA KELUARGA (Inisial)

N FISIK Ny.I
Tn.S An.A An.E
KEPALA :
Rambut Hitam, lurus Hitam, lurus Hitam, lurus Hitam, lurus

Mata
Conjungtifa tdak pucat
Conjungtifa Conjungtifa Conjungtifa
Hidung tdak pucat tdak pucat tdak pucat Tdk ada sinusitis

Tdk ada Tdk ada Tdk ada Tidk ada serumen


Telinga
sinusitis sinusitis sinusitis
Bersih, ada caries
Gigi – mulut Tidk ada Tidk ada Tidk ada
serumen serumen serumen
Bersih, Tidak Bersih, sedikit Bersih, gigi
ada caries caries kuning

LEHER :
Tonsil Tdak ad
Tdak ad Tdak ad Tdak ad tonsilitis
tonsilitis
tonsilitis tonsilitis
Tidak terjdi pembesran
Tidak terjdi
kelenjar Tidak terjdi Tidak terjdi kelenjar
pembesran
pembesran pembesran
kelenjar
kelenjar kelenjar

DADA :
Bentuk dada Simetris Simetris Simetris Simetris

Jantung Normal Normal Normal Normal

Paru Bunyi Bunyi resonan Bunyi resonan Bunyi resonan


resonan
Simetris Simetris
Gerakan Simetris Simetris

PERUT :
Bising usus (+) (+) (+) (+)

Nyeri tekan (-) (-) (-) (-)

EXTREMITAS
Gerakan
Bebas utk Bebas bergerak Bebas bergerak Bebas bergerak
bergerak
Keram (+) (-) (-)
Kelainan
(-)

LAIN – LAIN :
Tekanan 100/80mmHg -
130/80 120/80 mmHg
Darah
Nadi mmHg 80x/mnt 80 x/mnt
Respirasi
80 x/mnt 24x/mnt 24 x/mnt 90 x/mnt
Suhu
Berat badan 20 x/mnt 36,5oC 37oC 24 x/mnt
60 Kg 55 Kg
36,5oC 36,7oC
65 Kg 50 Kg

II. Diagnosis Keperawatan


1. Ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga
III. Intervensi
NOC NIC
N
Diagnosa Ko Kod
o Hasil Hasil
de e

1 Domain 1 Domain 4 – pengetahuan tentang Domain 3 – perilaku (lanjutan)


kesehatan dan perilaku Perawatan yang mendukung fungsi psikososial dan
Kelas 2 Outcames yang menggambarkan memfasilitasi perubahan gaya hidup
sikap, pemahaman dan tindakan
Ketidakefektifa terhadap menghargai kesehatan dan Level 2
n manajemen penyakit Kelas S – Pendidikan pasien
kesehatan Intervensi intervensi untuk memfasilitasi
keluarga (Kode Level 2 pembelajaran
00080) Kelas S – pengetahuan tentang
kesehatan Level 3
Outcames yang menggambarkan 560 Intervensi
pemahaman individu dalam 2 Pengajaran: proses penyakit
mengaplikasikan informasi untuk  Kaji tingkat pengetahuan pasien terkait
meningkatkan, memelihara dan dengan proses penyakit yang spesifik
menjaga kesehatan  Review pengetahuan pasien mengenai
kondisinya
Level 3  Kenali pengetahuan pasien mengenai
180 Outcomes kondisinya
3 Pengetahuan: proses penyakit  Jelaskan mengenai proses penyakit, sesuai
 [180303] factor- factor penyebab kebutuhan
dan factor yang berkontribusi  Identifikasi kemungkinan penyebab sesuai
1. Tidak ada pengetahuan kebutuhan
2. Pengetahuan terbatas
3. Pengetahuan sedang Pengajaran: individu
4. Pengetahuan banyak 560  Nilai kemampuan atau ketidakmampuan
5. Penyetahuan sangat banyak 5 pasien secara kognitif, psikomotor, dan afektif
 [180304] factor resiko  Nilai tingkat pengetahuan dan pemahaman
pasien saat ini
1. Tidak ada pengetahuan  Nilai tingkat Pendidikan pasien
2. Pengetahuan terbatas  Identifikasi tujuan yang diperlukan untuk
3. Pengetahuan sedang mencapai tujuan pembelajaran
4. Pengetahuan banyak  Pilih material Pendidikan yang sesuai
5. Penyetahuan sangat banyak

Pengajaran: kelompok
 [180305] efek fisiologis penyakit  Sediakan lingkungan yang kondusif untuk
560
belajar
1. Tidak ada pengetahuan 4
 Libatkan keluarga atau orang terdekat pasien
2. Pengetahuan terbatas jika dibutuhkan
3. Pengetahuan sedang
 Tuliskan tujuan program
4. Pengetahuan banyak
 Tuliskan tujuan pembelajaran
5. Penyetahuan sangat banyak  Tuliskan deskripsi kerja dari coordinator yang
bertanggung jawab terhadap edukasi pasien
 [180308] strategi untuk
meminimalkan perkembangan
penyakit

1. Tidak ada pengetahuan


2. Pengetahuan terbatas
3. Pengetahuan sedang
4. Pengetahuan banyak
5. Penyetahuan sangat banyak

 [180310] tanda dan gejala


komplikasi penyakit

1. Tidak ada pengetahuan


2. Pengetahuan terbatas
3. Pengetahuan sedang
4. Pengetahuan banyak
5. Penyetahuan sangat banyak
Pengetahuan: pengobatan
180  [180802] nama obat yang benar
8
1. Tidak ada pengetahuan
2. Pengetahuan terbatas
3. Pengetahuan sedang
4. Pengetahuan banyak
5. Penyetahuan sangat banyak

 [180810] penggunaan yang benar


dari obat yang diresepkan

1. Tidak ada pengetahuan


2. Pengetahuan terbatas
3. Pengetahuan sedang
4. Pengetahuan banyak
5. Penyetahuan sangat banyak

 [180812] penyimpanan obat yang


benar

1. Tidak ada pengetahuan


2. Pengetahuan terbatas
3. Pengetahuan sedang
4. Pengetahuan banyak
5. Penyetahuan sangat banyak

 [180824] strategi untuk


memperoleh obat-obatan yang
dibutuhkan

1. Tidak ada pengetahuan


2. Pengetahuan terbatas
3. Pengetahuan sedang
4. Pengetahuan banyak
5. Penyetahuan sangat banyak

 [180817] pentingnya
menggunakan identifikasi
penanda medis

1. Tidak ada pengetahuan


2. Pengetahuan terbatas
3. Pengetahuan sedang
4. Pengetahuan banyak
5. Penyetahuan sangat banyak

Kelas Q ; Perilaku sehat


160 Partisipasi dalam dalam keputusan
6 perawatan kesehatan
 [160601] menuntut tanggung
jawab untuk membuat keputusan
1. Tidak pernah menunjukkan
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang-kadang
menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Selalu konsisten
menunjukkan
 [160605] menentukan pilihan
yang diharapkan terkait dengan
outcome kesehatan

1. Tidak pernah menunjukkan


2. Jarang menunjukkan
3. Kadang-kadang
menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Selalu konsisten
menunjukkan

 [160606] identifikasi prioritas


outcome kesehatan

1. Tidak pernah menunjukkan


2. Jarang menunjukkan
3. Kadang-kadang
menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Selalu konsisten
menunjukkan

 [160608] menggunakan Teknik


penyelesaian masalah untuk
mencapai outcome yang
diinginkan
1. Tidak pernah menunjukkan
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang-kadang
menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Selalu konsisten
menunjukkan

 [160612] negosiasi perawatan


yang diinginkan

1. Tidak pernah menunjukkan


2. Jarang menunjukkan
3. Kadang-kadang
menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Selalu konsisten
menunjukkan

 [160613] identifikasi tingkat


pencapaian outcome
1. Tidak pernah menunjukkan
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang-kadang
menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Selalu konsisten
menunjukkan
VI. Implementasi
Implementasi pada asuhan keperawtan keluarga dapat dilakukan pada individu dalam
keluarga dan pada anggota keluarga lainnya. Implementasi yang ditunjukkan pada individu
meliputi:
c. Tindakan keperawatan langsung
d. Tindakan kolaboratif dan pengobatan dasar
e. Tindakan observasi
f. Tindakan pendidikan kesehatan
Implementasi keperawatan yang ditujukkan pada keluarga meliputi:
a. Meningkatkan kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan kebutuhan
kesehatan dengan cara memberikan informasi, mengidentifikasi kebutuhan dan harapan
tentang kesehatan, mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah
b. Membantu keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat untuk individu dengan
cara mengidentifikasi konsekuensi jka tidak melakukan tindakan, mengidentifikasi
sumber-sumber yang dimiliki keluarga, mengdiskusikan tentang konsekuensi tiap
tindakan
c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit dengan cara
mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan alat dan fasilitas yang ada dirumah,
mengawasi keluarga, melakukan perawatan
d. Membantu keluarga menemukan cara bagaimana membuat lingkungan menjadi sehat,
dengan cara menemukkan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga, melakukan
perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin
e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada dengan cara
mengenalkan fasilitas yang ada di lingkungan keluarga, membantu keluarga
menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.

V. Evaluasi
Sesuai dengan rencana tindakan yang telah diberikan, penilaian dan evaluasi diperlukan
untuk melihat keberhasilan. Bila tidak atau belum berhasil, perlu disusun rencana baru yang
sesuai. Semua tindakan keperawatan mungkin tidak dapat dilaksanakan dalam satu kali
kunjungan keluarga, untuk itu dapat dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan waktu dan
kesedihan klien/ keluarga. Tahapan evaluasi dapat dilakukan selama proses asuhan
keperawatan atau pada akhir pemberian asuhan. Perawat bertanggung jawab untuk
mengevaluasi status dan kemajuan klien dan keluarga terhadapa pencapaian hasil dari tujuan
keperawatan yang ditetapkan sebelumnya. Kegiatan evaluasi melipati megkaji kemajuan
status kesehatan individu dalam konteks keluarga, membandingkan respon individu dan
keluarga dengan kritaria hasil dan menyimpulkan hasil kemajuan masalah serta kemajuan
pencapaian tujuan keperawatan.
BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIL

J. Pengkajian (Friedman)
b. Data Umum
11. Nama Kepala Keluarga (KK) : Ny. I
12. Usia Kepala Keluarga : 46 Tahun
13. Alamat : Jl Moh. Hatta Kurik. Merauke
14. Pendidikan Kepala Keluarga : SMP
15. Pekerjaan Kepala Keluarga : Wirausaha
16. Komposisi Keluarga :

No Nama Jenis Hubunga Usia Pendidik Pekerjaa


Kelamin n dengan an n
1 Tn. S Laki-laki Ayah 56 th SMP Wirausah
a
2 Ny. I Perempua Ibu 46 th SMP Wirausah
n a
3 An. A Laki-laki Anak 29 th Pelayaran -
4 An. E Perempua Anak 21 th SMA Mahasisw
n a

17. Tipe Keluarga


Keluarga inti (ayah, ibu, anak)
18. Suku
Keluarga Tn. S berasal dari suku jawa. Saat ini Ny. I menempati rumahnya
bersama keluarga. Tn. S sekaligus bertanggung jawab merawat Ny. I di rumah. Tn.
S dan keluarga biasanya menggunakan bahasa Jawa saat berkomunikasi dengan
orang lain. Akan tetapi, Ny. I sendiri bisa berbahasa Indonesia karena banyak
pembeli yang berbelanja di warungnya.
19. Agama
Kepercayaan yang dianut keluarga Tn. S adalah Islam sehingga nilai-nilai yang
diyakini dalam keluarga ini adalah nilai-nilai islam. Ny. I biasanya melaksanakan
ibadah di rumah.
20. Status Sosial Ekonomi Keluarga.
Tn. S bekerja di warung dirumahnya setiap hari, Ny. I membuka warung dan
menjual makanan dan berbagai sembako. Rumah yang keluarga tempati sekarang
ini adalah rumah keluarga sendiri. Oleh karena itu, keluarga tidak ingin berpindah
tempat tinggal karena ini dianggap bisa mengurangi biaya hidup keluarga dan bisa
berfokus pada biaya pendidikan An. E.
a. Aktivitas Rekreasi Keluarga.
Keluarga biasanya suka menonton TV di rumah untuk menghibur diri
atau mengurangi kepenatan yang dialami oleh masing-masing
keluarga. Komunikasi keluarga selama ini berjalan cukup baik dan
terbuka antar anggota keluarga. Riwayat dan Tahap Perkembangan
Keluarga

b. Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini: Keluarga berada pada tahap


perkembangan keluarga dengan dewasa.
c. Tahap Perkembangan Keluarga yang belum terpenuhi:
Menurut Friedman (1998), tugas perkembangan yang ditempuh keluarga
adalah:
c) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan.
Ny. I masih melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri. Menurut
keluarga, Tn. S beberapa kali terlihat merasa lemas dan pucat. Namun,
keluarga tetap membiarkan Ny. I melakukan aktivitasnya seperti
memasak, menyuci, dan menyapu sendiri karena Ny. I tidak mau hanya
diam di rumah dan ingin melakukan semua aktivitas secara mandiri.
d) Penyesuaian terhadap pendapatan yang menurun
Ny. I masih memiliki penghasilan sejak memiliki warung dirumahnya
selama 4 tahun.
d. Mempertahankan hubungan perkawinan
Ny. I masih memiliki suami. Ny. I focus untuk membiayai kuliah anaknya.
e. Pemeliharaan ikatan keluarga antargenerasi
Hubungan Ny. I dengan keduanya masih terjalin dengan baik. Anak kedua
Ny. I sering datang menjenguk ibunya walaupun anak keduanya tinggal di
rumah yang terpisah.
f. Riwayat Keluarga Sebelumya (Pihak Suami dan Istri)
Menururt Ibu I, riwayat keluarga dari Bapak S atau dari Ibu I sebelumnya
tidak pernah ada penyakit yang serius.
g. Lingkungan
a. Karakteristik Rumah.
Rumah Bapak S yang ditempati adalah rumah pribadi pada lahan
berukuran 10 m x 30 m. Rumah ini terdiri dari beberapa ruangan, yaitu
ruang tamu, ruang keluarga, tiga kamar tidur, toilet dan dapur. Lingkungan
rumah tampak berantakan dan gelap. Sumber api yang digunakan sehari-
hari berasal dari tabung gas. Sumber air yang digunakan berasal dari
sumur. Jarak sumur dengan septikteng lebih dari 10 meter. Di depan
rumah Bapak S terdapat jalan yang cukup ramai. Di kampung ini, antara
rumah penduduk tidak memiliki jarak sehingga saling menempel.

b. Karakteristik Tetangga dan Komunitas.


Rumah keluarga Bapak S terletak di pemungkiman yang agak padat.
Antara rumah penduduk tidak ada jarak dan menempel antara rumah.
Warga biasanya menggunakan fasilitas kesehatan seperti puskesmas untuk
berobat atau ke rumah sakit langganannya.
f. Mobilitas Geografis Keluarga.
Keluarga Bapak S memiliki 3 motor. Kedua motor tersebut digunakan
Bapak S untuk bekerja dan digunakan oleh Ibu I untuk membeli barang
dagangan di pasar.
II. Struktur Keluarga
4. Pola Komunikasi Keluarga.
Masing-masing anggota keluarga dapat dengan bebas berkomunikasi satu dengan yang
lain, tanpa perlu menunggu waktu tertentu. Antar anggota keluarga terbina hubungan
yang harmonis, dalam menghadapi suatu permasalahan biasanya dilakukan semacam
musyawarah kecil sebelum memutuskan suatu permasalahan. Komunikasi dilakukan
dengan terbuka. Keluarga biasanya menggunakan bahasa jawa/indonesia saat
berkomunikasi didalam keluarga. Hal ini dikarenakan seluruh anggota keluarga berasal
dari suku jawa asli.
5. Struktur Kekuatan Keluarga.
Pengambil keputusan dalam keluarga ini adalah Ibu I. Namun Ibu K juga sering terlebih
dahulu menceritakan hal-hal yang perlu keputusan tersebut kepada Bapak S dan Bapak S
biasanya akhirnya sepakat dengan keputusan yang diambil Ibu I.
6. Struktur Peran (Formal dan Informal)
c. Bapak S berperan sebagai kepala keluarga, pencari nafkah, dan
pengambil keputusan.
d. Ibu I berperan sebagai pencari nafkah, pengambil keputusan, dan
pengatur rumah tangga.
5. Nilai atau Norma Keluarga.
Nilai dan norma budaya keluarga ini sesuai dengan nilai dari suku dan agama yang
mereka anut. Selain itu sesuai juga dengan nilai dan norma masyarakat sekitarnya.
Peraturan-peraturan yang terdapat dalam keluarga ini, diantaranya adalah adanya acara
berkumpul bersama di malam hari dan adanya peraturan untuk anak terkait dengan jam
keluar malam.

III. Fungsi Keluarga


3. Fungsi Afektif.
Keluarga cukup rukun. Ibu I tampak sangat memperhatikan keseluruhan kondisi
keluarga. Masing-masing anggota keluarga saling memperhatikan kebutuhan anggota
yang lain.
4. Fungsi Sosialisasi.
Fungsi sosialisasi dalam keluarga Bapak S berjalan dengan baik. Bapak S dan keluarga
sering mengikuti kegiatan yang dibuat oleh RT setempat. Keluarga ini juga merupakan
orang yang senang mengobrol dengan tetangga-tetangganya. Adik Ibu K sering datang
berkunjung ke rumah Ibu I.

IV. Stres dan Koping Keluarga


4. Stressor yang Dimiliki.
Stressor yang dimiliki Ny. I adalah kondisinya kakinya yang membuat Ny. I kesulitan
melakukan segala hal.
a. Kemampuan Keluarga Berespons terhadap Situasi/Stresor. Keluarga memiliki
kemampuan yang baik untuk merespon berbagai masalah yang terjadi di
rumahnya. Keluarga memiliki empati yang besar antara satu anggota keluarga
dengan anggota keluarga lainnya. Menurut Keluarga, mereka sudah menasehati
Ny. I untuk mengurangi aktivitasnya namun Ny. I tetap tidak mau hanya diam
saja di rumah. Maka keluarga hanya membiarkan Ny. I melakukan aktivitas
sesuai keinginannya.
5. Strategi Koping yang Digunakan.
Anak Ny. I merasa kondisi Ny. I ini merupakan kondisi yang alami sehingga anak Ny. I
membiarkan kondisi tersebut. Keluarga akan mengantarkan Ny. I berobat ke dokter
6. Strategi Adaptasi Disfungsional: Tidak ditemukan adanya cara-cara penyelesaian
masalah yang maladaptif.

V. Harapan Keluarga
Dengan hadirnya perawat, keluarga berharap dapat lebih tahu tentang kesehatan, dan anggota
keluarganya bisa lebih sehat dengan berperilaku sehat.

3.2 Pemeriksaan fisik


1. Pemeriksaan Fisik (tiap anggota keluarga dengan pendekatan “head to toe”
terutama yg diidentifikasi sebagai klien/sasaran askep keluarga)
Tanggal Pemeriksaan Fisik : 29 Maret 2015

PEMERIKSAA NAMA ANGGOTA KELUARGA (Inisial)

N FISIK Ny.I
Tn.S An.A An.E
KEPALA :
Rambut Hitam, lurus Hitam, lurus Hitam, lurus Hitam, lurus

Mata
Conjungtifa tdak pucat
Conjungtifa Conjungtifa Conjungtifa
Hidung tdak pucat tdak pucat tdak pucat Tdk ada sinusitis

Tdk ada Tdk ada Tdk ada Tidk ada serumen


Telinga
sinusitis sinusitis sinusitis
Bersih, ada caries
Gigi – mulut Tidk ada Tidk ada Tidk ada
serumen serumen serumen

Bersih, Tidak Bersih, sedikit Bersih, gigi


ada caries caries kuning

LEHER :
Tonsil Tdak ad
Tdak ad Tdak ad Tdak ad tonsilitis
tonsilitis
tonsilitis tonsilitis
Tidak terjdi pembesran
Tidak terjdi
kelenjar Tidak terjdi Tidak terjdi kelenjar
pembesran
pembesran pembesran
kelenjar
kelenjar kelenjar

DADA :
Bentuk dada Simetris Simetris Simetris Simetris
Jantung Normal Normal Normal Normal

Paru Bunyi Bunyi resonan Bunyi resonan Bunyi resonan


resonan
Simetris Simetris
Gerakan Simetris Simetris

PERUT :
Bising usus (+) (+) (+) (+)

Nyeri tekan (-) (-) (-) (-)

EXTREMITAS
Gerakan
Bebas utk Bebas bergerak Bebas bergerak Bebas bergerak
bergerak
Keram (+) (-) (-)
Kelainan
(-)

LAIN – LAIN :
Tekanan 100/80mmHg -
130/80 120/80 mmHg
Darah
mmHg 80 x/mnt
Nadi 80x/mnt
Respirasi 80 x/mnt 24 x/mnt 90 x/mnt
24x/mnt
Suhu
20 x/mnt o
37oC 24 x/mnt
Berat badan 36,5 C
55 Kg
36,5oC 60 Kg 36,7oC
65 Kg 50 Kg

IV. Diagnosis Keperawatan


1. Ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga
V. Intervensi
NOC NIC
N
Diagnosa Ko Kod
o Hasil Hasil
de e

1 Domain 1 Domain 4 – pengetahuan tentang Domain 3 – perilaku (lanjutan)


kesehatan dan perilaku Perawatan yang mendukung fungsi psikososial dan
Kelas 2 Outcames yang menggambarkan memfasilitasi perubahan gaya hidup
sikap, pemahaman dan tindakan
Ketidakefektifa terhadap menghargai kesehatan dan Level 2
n manajemen penyakit Kelas S – Pendidikan pasien
kesehatan Intervensi intervensi untuk memfasilitasi
keluarga (Kode Level 2 pembelajaran
00080) Kelas S – pengetahuan tentang
kesehatan Level 3
Outcames yang menggambarkan 560 Intervensi
pemahaman individu dalam 2 Pengajaran: proses penyakit
mengaplikasikan informasi untuk  Kaji tingkat pengetahuan pasien terkait
meningkatkan, memelihara dan dengan proses penyakit yang spesifik
menjaga kesehatan  Review pengetahuan pasien mengenai
kondisinya
Level 3  Kenali pengetahuan pasien mengenai
180 Outcomes kondisinya
3 Pengetahuan: proses penyakit  Jelaskan mengenai proses penyakit, sesuai
 [180303] factor- factor penyebab kebutuhan
dan factor yang berkontribusi  Identifikasi kemungkinan penyebab sesuai
6. Tidak ada pengetahuan kebutuhan
7. Pengetahuan terbatas
8. Pengetahuan sedang Pengajaran: individu
9. Pengetahuan banyak 560  Nilai kemampuan atau ketidakmampuan
10. Penyetahuan sangat banyak 5 pasien secara kognitif, psikomotor, dan afektif
 [180304] factor resiko  Nilai tingkat pengetahuan dan pemahaman
pasien saat ini
6. Tidak ada pengetahuan  Nilai tingkat Pendidikan pasien
7. Pengetahuan terbatas  Identifikasi tujuan yang diperlukan untuk
8. Pengetahuan sedang mencapai tujuan pembelajaran
9. Pengetahuan banyak  Pilih material Pendidikan yang sesuai
10. Penyetahuan sangat banyak

Pengajaran: kelompok
 [180305] efek fisiologis penyakit  Sediakan lingkungan yang kondusif untuk
560
belajar
6. Tidak ada pengetahuan 4
 Libatkan keluarga atau orang terdekat pasien
7. Pengetahuan terbatas jika dibutuhkan
8. Pengetahuan sedang
 Tuliskan tujuan program
9. Pengetahuan banyak
 Tuliskan tujuan pembelajaran
10. Penyetahuan sangat banyak  Tuliskan deskripsi kerja dari coordinator yang
bertanggung jawab terhadap edukasi pasien
 [180308] strategi untuk
meminimalkan perkembangan
penyakit

6. Tidak ada pengetahuan


7. Pengetahuan terbatas
8. Pengetahuan sedang
9. Pengetahuan banyak
10. Penyetahuan sangat banyak

 [180310] tanda dan gejala


komplikasi penyakit

6. Tidak ada pengetahuan


7. Pengetahuan terbatas
8. Pengetahuan sedang
9. Pengetahuan banyak
10. Penyetahuan sangat banyak
Pengetahuan: pengobatan
180  [180802] nama obat yang benar
8
6. Tidak ada pengetahuan
7. Pengetahuan terbatas
8. Pengetahuan sedang
9. Pengetahuan banyak
10. Penyetahuan sangat banyak

 [180810] penggunaan yang benar


dari obat yang diresepkan

6. Tidak ada pengetahuan


7. Pengetahuan terbatas
8. Pengetahuan sedang
9. Pengetahuan banyak
10. Penyetahuan sangat banyak

 [180812] penyimpanan obat yang


benar

6. Tidak ada pengetahuan


7. Pengetahuan terbatas
8. Pengetahuan sedang
9. Pengetahuan banyak
10. Penyetahuan sangat banyak

 [180824] strategi untuk


memperoleh obat-obatan yang
dibutuhkan

6. Tidak ada pengetahuan


7. Pengetahuan terbatas
8. Pengetahuan sedang
9. Pengetahuan banyak
10. Penyetahuan sangat banyak

 [180817] pentingnya
menggunakan identifikasi
penanda medis

6. Tidak ada pengetahuan


7. Pengetahuan terbatas
8. Pengetahuan sedang
9. Pengetahuan banyak
10. Penyetahuan sangat banyak

Kelas Q ; Perilaku sehat


160 Partisipasi dalam dalam keputusan
6 perawatan kesehatan
 [160601] menuntut tanggung
jawab untuk membuat keputusan
1. Tidak pernah menunjukkan
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang-kadang
menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Selalu konsisten
menunjukkan
 [160605] menentukan pilihan
yang diharapkan terkait dengan
outcome kesehatan

6. Tidak pernah menunjukkan


7. Jarang menunjukkan
8. Kadang-kadang
menunjukkan
9. Sering menunjukkan
10. Selalu konsisten
menunjukkan

 [160606] identifikasi prioritas


outcome kesehatan

6. Tidak pernah menunjukkan


7. Jarang menunjukkan
8. Kadang-kadang
menunjukkan
9. Sering menunjukkan
10. Selalu konsisten
menunjukkan

 [160608] menggunakan Teknik


penyelesaian masalah untuk
mencapai outcome yang
diinginkan
6. Tidak pernah menunjukkan
7. Jarang menunjukkan
8. Kadang-kadang
menunjukkan
9. Sering menunjukkan
10. Selalu konsisten
menunjukkan

 [160612] negosiasi perawatan


yang diinginkan

6. Tidak pernah menunjukkan


7. Jarang menunjukkan
8. Kadang-kadang
menunjukkan
9. Sering menunjukkan
10. Selalu konsisten
menunjukkan

 [160613] identifikasi tingkat


pencapaian outcome
6. Tidak pernah menunjukkan
7. Jarang menunjukkan
8. Kadang-kadang
menunjukkan
9. Sering menunjukkan
10. Selalu konsisten
menunjukkan
VI. Implementasi
Implementasi pada asuhan keperawtan keluarga dapat dilakukan pada individu dalam
keluarga dan pada anggota keluarga lainnya. Implementasi yang ditunjukkan pada
individu meliputi:
c. Tindakan keperawatan langsung
d. Tindakan kolaboratif dan pengobatan dasar
e. Tindakan observasi
f. Tindakan pendidikan kesehatan
Implementasi keperawatan yang ditujukkan pada keluarga meliputi:
f. Meningkatkan kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan kebutuhan
kesehatan dengan cara memberikan informasi, mengidentifikasi kebutuhan dan
harapan tentang kesehatan, mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah
g. Membantu keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat untuk individu
dengan cara mengidentifikasi konsekuensi jka tidak melakukan tindakan,
mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga, mengdiskusikan tentang
konsekuensi tiap tindakan
h. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit dengan
cara mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan alat dan fasilitas yang ada
dirumah, mengawasi keluarga, melakukan perawatan
i. Membantu keluarga menemukan cara bagaimana membuat lingkungan menjadi sehat,
dengan cara menemukkan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga, melakukan
perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin
j. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada dengan cara
mengenalkan fasilitas yang ada di lingkungan keluarga, membantu keluarga
menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.

VI. Evaluasi
Sesuai dengan rencana tindakan yang telah diberikan, penilaian dan evaluasi
diperlukan untuk melihat keberhasilan. Bila tidak atau belum berhasil, perlu disusun
rencana baru yang sesuai. Semua tindakan keperawatan mungkin tidak dapat
dilaksanakan dalam satu kali kunjungan keluarga, untuk itu dapat dilaksanakan secara
bertahap sesuai dengan waktu dan kesedihan klien/ keluarga. Tahapan evaluasi dapat
dilakukan selama proses asuhan keperawatan atau pada akhir pemberian asuhan. Perawat
bertanggung jawab untuk mengevaluasi status dan kemajuan klien dan keluarga
terhadapa pencapaian hasil dari tujuan keperawatan yang ditetapkan sebelumnya.
Kegiatan evaluasi melipati megkaji kemajuan status kesehatan individu dalam konteks
keluarga, membandingkan respon individu dan keluarga dengan kritaria hasil dan
menyimpulkan hasil kemajuan masalah serta kemajuan pencapaian tujuan keperawatan.

 HASIL DAN PEMBAHASAN


Dari hasil pengkajian yang didapatkan yaitu didapatkan data keluarga
Tn.S Dan Ny,I .berjumlah 4 Orang, dan merupakan keluarga dengan tipe keluarga
inti. Dan tahap perkembangan dengan dewasa. Keluarga berasal dari suku jawa Dan
menggunakan bahasa jawa. Keluarga memiliki kepercayaan/agama islam . Ny. I/Tn.S
aktif mengikuti kegiatan keagamaan/organisasi. Riwayat penyakit keluarga
sebelumnya yairu ada. Dari pihak suami tidak ada dari pihak istri darah tinggi.
Lingungan rumah tampak bersih., karakteristik rumah keluarga nyaman., terdiri dari
ruang tamu, 3 kamar tidur, 2 kamar mandi, dan dapur, sumber api dari kompor.
sumber air yang digunakan dari sumur Didepan rumah terdapat warung makan. dan
kondisi jalan ramai. Rumah keluarga terletak di pemukiman yang ramai Warga
biasanya menggunakan fasiolitas kesehatan seperti pukesmas dan apotek. Untuk
mobilitas geografis keluarga memiliki kendaraan motor yang digunakan untuk
bekerja, Perkumpulan keluarga biasanya dilakukan pada setiap hari. Untuk struktur
keluarga di bagian pola komunikasi antar anggota keluarga, masing-masing anggota
keluarga Masing-masing anggota keluarga dapat dengan bebas berkomunikasi satu
dengan yang lain, tanpa perlu menunggu waktu tertentu. Antar anggota keluarga
terbina hubungan yang harmonis, dalam menghadapi suatu permasalahan biasanya
dilakukan semacam musyawarah kecil sebelum memutuskan suatu permasalahan.
Komunikasi dilakukan dengan terbuka. Keluarga biasanya menggunakan bahasa
jawa/indonesia saat berkomunikasi didalam keluarga. Hal ini dikarenakan seluruh
anggota keluarga berasal dari suku jawa asli. Tn.S Sebagai pengambil keputusan.
Struktur peran keluarga, Ayah berperan sebagai Kepala keluarga. Ibu berperan
sebagai istri.
Nilai atau norma keluarga keluarga ini yaitu Nilai dan norma budaya
keluarga ini sesuai dengan nilai dari suku dan agama yang mereka anut. Selain itu
sesuai juga dengan nilai dan norma masyarakat sekitarnya. Peraturan-peraturan yang
terdapat dalam keluarga ini, diantaranya adalah adanya acara berkumpul bersama di
malam hari dan adanya peraturan untuk anak terkait dengan jam keluar malam.
Fungsi keluarga yaitu fungsi afektif keluarga ini berlangsung Keluarga cukup rukun.
Ibu I tampak sangat memperhatikan keseluruhan kondisi keluarga. Masing-masing
anggota keluarga saling memperhatikan kebutuhan anggota yang lain.
Fungsi sosialisasi dalam keluarga Bapak S berjalan dengan baik. Bapak S dan
keluarga sering mengikuti kegiatan yang dibuat oleh RT setempat. Keluarga ini juga
merupakan orang yang senang mengobrol dengan tetangga-tetangganya. Adik Ibu K
sering datang berkunjung ke rumah Ibu I.
Harapan keluarga ini adalah Dengan hadirnya perawat, keluarga
berharap dapat lebih tahu tentang kesehatan, dan anggota keluarganya bisa lebih sehat
dengan berperilaku sehat. Diagnosa yang ditemukan dari hasil pengkajian di keluarga
ini yaitu Ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga Dikarenakan orangtua
berada jauh di daerah asal saya belum bisa melakukan Implementasi secara langsung
dan evaluasi, maka dari itu belum ada pembahasan serta dokumentasi yang saya
cantumkan di makalah
DAFTAR PUSTAKA

Setiawati, santun. 2008. Penuntun praktis : asuhan keperawatan keluarga Ed.2.Jakarta: Trans
info media

Sri, setyowati. 2008.asuhan keperawatan keluarga : konsep dan aplikasi kasus


Cet.2.Jogjakarta : mitra cendika

Suprajitno.2004.asuhan keperawatan keluarga Cet.1.jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai