Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

P DENGAN
MENINGITIS
Stase Keperawatan Medikal Bedah (KMB)

Penyusun:

Nama : Nurwahyudin

NIM : 20310190

PROGRAM STUDI PROFESI KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YOGYAKARTA


Kasus :
Tn.P (30) datang ke RS. Respati diantar keluarga Tanggal 20 November 2020/
20.00 WIB dengan keluhan sakit kepala (pada bagian frontal), kaku leher dan
demam tinggi sejak satu minggu yang lalu .Istri klien mengatakan bahwa klien
sering mengalami kejang-kejang kurang lebih 30 detik. Istri klien juga
mengatakan suaminya juga sering mengeluh sulit tidur ketika hendak tidur. Hal
ini membuat klien terlihat lemah dan juga lemas .

Dari hasil pemeriksaan fisik terdapat tanda krenik (+), tanda brudnizki (+).
Ekstrimitas teraba dingin dan terdapat benjolan pada leher bagian dextra TD:
150/80 mmHg S: 38,90C , N : 60x/mnt RR: 28x/mnt. Pada hasil CT scan
menunjukan terdapat edema kepala pada bagian parietal. Setelah dilakukan
pemeriksaan darah lengkap dan juga lumbal pungsi, dokter menyatakan bahwa
pasien mengalami Meningitis

A. Identitas Klien

Nama : Tn. P

Umur : 30 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Yogyakarta

Pekerjaan : PNS

Pendidikan : S1

Agama : Islam

Diagnosa Medis : Meningitis


B. Riwayat Kesehatan

Keluhan Utama : Nyeri kepala, tampak meringis, memegangi area nyeri,


pengkajian nyeri didapati :
P: Nn.H mengatakan nyerinya muncul terus menerus
Q: Kualitas nyeri klien tajam seperti ditusuk tusuk
R: Nyeri dirasakan di area kepala bagian frontalis
S: Skala nyeri 8 (antara 1-10)
T: Nyeri muncul secara tiba-tiba dengan durasi ± 30 detik

1. Riwayat Kesehatan Sekarang


Klien mengatakan bahwa sudah satu minggu mengalami nyeri dibagian
kepala, selain itu juga terasa kaku dibagian leher klien. Klien juga sudah
demam selama satu minggu. Sebelumnya klien sudah minum obat untuk
menurunkan demamnya tapi demamnya tidak mau turun. Suhu klien saat
diperiksa 38.90C. istri klien juga mengatakan bahwa klien sering mengeluh
sulit tidur karena nyeri yang sering ia rasakan. Istri klien mengatakan bahwa
di bagian leher kiri klien terdapat benjolan yang sudah lama (± 1 bulan)
awalnya klien merasa biasa saja dengan benjolannya, namun lama kelamaan
klien merasa risih dengan benjolannya. Ukuran benjolan ± 4 cm . akhirnya
klien dibawa ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan.
2. Riwayat Kesehatan Masa lalu
Klien tidak pernah di rawat di rumah sakit sebelumnya
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak ada
4. Genogram

Keterangan :
: Meninggal dunia
: Pasien
: Tinggal satu rumah

C. Pemeriksaan Fisik Head To Toe


Keadaan umum: klien tampak sakit lemah.
Tanda-tanda vital
1. Kesadaran : Apatis
Glasgow Coma Scale (GCS): Motorik: 4, Bicara (Verbal): 3, Pembukaan
Mata: 3. Total GCS = 10. TD: 150/80 mmHg S: 38,90C , N : 60x/mnt RR:
28x/mnt
2. Kepala
- Kulit kepala : Bentuk kepala mesosepalus, terdapat
pembengkakan di daerah parietal
- Rambut : Warna rambut hitam merata, rambut sedikit rontok
- Muka : Bentuknya simetris, tidak ada kelainan bentuk
wajah.
- Mata : Konjungtiva anemis, sclera normal, pupil isokor,
palpebra normal
- Hidung : Bentuk simetris, tidak ada septum deviasi, tidak
terdapat polip, Keadaan hidung bersih
- Mulut : Keadaan mulut bersih, tidak ada karies gigi
ataupun gigi tanggal
- Telinga : Simetris, tidak ada serumen dan luka

3. Leher
bentuk tidak simetris krena terdapat pembesaran kelenjar limfe bagian
dekstra
4. Thoraks
bentuk simetris, tidak terdapat pembesaran liver atau splenomegali
a) Pulmo : Inspeksi : Tidak terdapat pembengkakan ataupun bekas luka.
Palpasi : fremitus taktil tidak seirama seirama
Perkusi : bunyi sonor
Auskultasi : trakelal
b) Cor : Inspeksi : Tidak terdapat pembengkakan, bekas luka.
Palpasi : ictus cordis : ICS V midclavicle sinistra
Perkusi : suara pekak
Auskultasi : S1, S2 tunggal
5. Abdomen
Inspeksi : Warna kulit sama dengan warna kulit sekitar, tidak terdapat lesi
atau namun terdapat splenomegali pada abdomen kuadran III
Palpasi : Tidak terdapat asites, terdapat nyeri tekan.
Perkusi : Bunyi timpani dan redup pada kuadran III
Auskultasi: Peristaltic usus 12x/mnt
6. Genitalia
Tidak dilakukan pemeriksaan
7. Anus
Tidak dilakukan pemeriksaan
8. Ekstremitas
Inspeksi: warna kulit sawo matang, klien dapat mengikuti perintah saat
diberikan instruksi oleh perawat.
Palpasi: tidak adanya edema pada daerah ekstremitas atas dan bawah.
Kekuatan Otot Ekstremitas : 4

4 4
4 4

D. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium Darah

Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal

Haemoglobin P 9 g/gL g/dL 12-16

Leukosit H 13,5 103/ul 4-10/ul

Hematokrit L 35 % 36-47%

Eritrosit 4,5 106/ul 4,40 – 5, 90

Trombosit H 15 103/ul 150 – 400

Eusinofil 250 % 1–4

Basofil 0,30 % 0–1

Netrofil 67,50 % 50 – 70

Limfosit L 36,17 % 22 – 40

Monosit H 10,90 % 4–8

Ureum 17 Mg/dl 10-50

Kreatinin L 0,70 Mg/dl 0,6-1,10

SGOT 45 u/L 0-50

SGPT 27 u/L 0-50

HbsAg Rapid Non Reaktif Non reaktif


D. Terapi
Jenis terapi Nama obat Dosis Implikasi keperawatan
Tarapi untuk mengatasi dehidrsi cairan
Cairan IV Ringer Laktat 500 ml/inj
tubuh
Membantu mengurangi rasa gatal
Dexametason 40 mg diakibatkan oleh berbagai kondisi
alergi pada kulit dan mukosa
.
Diazepam 0,2-0,5 mgkgBB/dosis Obat untuk mengurangi kejang-kejang
Oksigen
5 liter (canul nasal) Untuk mengurangi hipoksia
Parasetamol 10 mg/kgBB/dosis Terapi untuk menurunkan demam
150-200 mg/kgBB/24
Amfisilin Antibiotik
jam

E. Analisa Data

SYMPTOM ETIOLOGI PROBLEM


Data Subjektif Agen cedera Nyeri Akut
- Klien mengeluh nyeri biologis : Inflamasi
Data Ojektif
- Klien tampak meringis
- Klien tampak memegangi area nyeri
P: klien mengatakan nyerinya
muncul terus menerus
Q: Kualitas nyeri klien tajam
seperti ditusuk tusuk
R: Nyeri dirasakan di area kepala
bagian frontalis
S: Skala nyeri 8 (antara 1-10)
T: Nyeri muncul secara tiba-tiba
dengan durasi ± 30 detik
Data Subjektif Proses Infeksi Hipertermia
- Klien mengatakan demam sejak 1 penyakit
minggu yang lalu
Data Objektif
- Kulit klien teraba panas
- Hasil pengukuran suhu 38,9o C

A. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (Inflamasi) ditandai
dengan
Data Subjektif
- Klien mengeluh nyeri kepala

Data Ojektif
- Klien tampak meringis
- Klien tampak memegangi area nyeri
P: klien mengatakan nyerinya muncul terus menerus
Q: Kualitas nyeri klien tajam seperti ditusuk tusuk
R: Nyeri dirasakan di area kepala bagian frontalis
S: Skala nyeri 8 (antara 1-10)
T: Nyeri muncul secara tiba-tiba dengan durasi ± 30 detik
2. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi penyakit ditandai dengan
Data Subjektif
- Klien mengatakan demam sejak seminggu yang lalu
Data Objektif
- Kulit klien teraba panas
- Hasil pengukuran suhu 38,9o C

B. Perencanaan dan intervensi Keperawatan

No Diagnosa
NOC NIC
Keperawatan
1 Nyeri akut Setelah dilakukan Pain Management
tindakan keperawatan 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
selama 1x24 jam komprehensif termasuk lokasi,
diharapkan nyeri karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
berkurang atau hilang dan faktor presipitasi
dengan Kriteria Hasil : 2. Observasi reaksi nonverbal dari
- Mampu mengontrol ketidaknyamanan
nyeri (tahu penyebab 3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik
nyeri, mampu untuk mengetahui pengalaman nyeri
menggunakan tehnik pasien
nonfarmakologi untuk 4. Kontrol lingkungan yang dapat
mengurangi nyeri, mempengaruhi nyeri seperti suhu
mencari bantuan) ruangan, pencahayaan dan kebisingan
- Melaporkan bahwa 5. Kurangi faktor presipitasi nyeri
nyeri berkurang 6. Pilih dan lakukan penanganan nyeri
dengan menggunakan (farmakologi, non farmakologi dan inter
manajemen nyeri personal)
- Mampu mengenali 7. Ajarkan tentang teknik non farmakologi
nyeri (skala, intensitas, 8. Berikan analgetik untuk mengurangi
frekuensi dan tanda nyeri
nyeri) 9. Tingkatkan istirahat
- Menyatakan rasa 10. Kolaborasikan dengan dokter jika ada
nyaman setelah nyeri keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
berkurang
- Tanda vital dalam Analgesic Administration
rentang normal
11. Berikan analgesik tepat waktu terutama
saat nyeri hebat
12. Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan
gejala (efek samping)
2 Hipertermia Thermoregulation Fever Treatment
1. Monitor suhu sesering mungkin
Kriteria Hasil: 2. Monitor warna dan suhu kulit
- Suhu tubuh dalam 3. Monitor tekanan darah, nadi dan RR
rentang normal 4. Berikan anti piretik
- Nadi dan RR dalam 5. Berikan pengobatan untuk mengatasi
rentang normal penyebab demam
- Tidak ada perubahan 6. Selimuti pasien
7. Kolaborasi pemberian cairan intravena
warna kulit dan tidak
8. Kompres pasien pada lipat paha dan
ada pusing
aksila

Temperature regulation
9. Monitor suhu minimal tiap 2 jam
10. Monitor tanda-tanda hipertermi dan
hipotermi
11. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
12. Diskusikan tentang pentingnya
pengaturan suhu dan kemungkinan efek
negatif dan kedinginan
13. Ajarkan indikasi dan hipotermi dan
penanganan yang diperlukan

Vital sign Monitoring

14. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR


15. Catat adanya fluktuasi tekanan darah
C. Implementasi dan Evaluasi

No TGL TINDAKAN
DIAGNOSA EVALUASI PARAF
WAKTU KEPERAWATAN
1 Nyeri akut 20 1. Melakukan pengkajian nyeri secara 20 November 2020/ jam 00.00 wib
November komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
2020/ 20.00 durasi, frekuensi, kualitas dan faktor S : Pasien mengatakan masih nyeri
presipitasi O:
WIB
2. Mengobservasi reaksi nonverbal dari - Pasien tampak meringis
ketidaknyamanan - Pasien tampak memegangi area
3. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi
nyeri
nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
kebisingan Pengkajian Nyeri
4. Melakukan penanganan nyeri (farmakologi,
- P : Nyeri muncul terus menerus
non farmakologi dan inter personal)
5. Mengajarkan teknik non farmakologi - Q : Nyeri seperti ditusuk-tusuk
6. Memberikan analgetik untuk mengurangi - R : Nyeri menjalar ke punggung
nyeri - S : Skala nyeri 8
7. Menganjurkan untuk meningkatkan istirahat
- T : Nyeri terus menerus
8. Mengevaluasi efektivitas analgesik, tanda dan
gejala (efek samping)
Tanda-tanda Vital
- TD = 150/80 mmHg
- N = 60 x/menit
- RR = 28 x/menit
- S = 38,9 º C

A: masalah belum teratasi


P : Lanjutkan Intervensi 1, 2, 3, 4, 8

2 Kecemasan 20 1. Monitor suhu sesering mungkin 20 November jam 22.00 wib


November 2. Monitor warna dan suhu kulit
2020/ 11.30 3. Monitor tekanan darah, nadi dan RR S : Pasien badannya masih panas
WIB
4. Berikan anti piretik O : Kulit pasien masih teraba panas
5. Berikan pengobatan untuk mengatasi Tanda-tanda Vital
penyebab demam - TD = 150/80 mmHg
6. Selimuti pasien - N = 80 x/menit
7. Kolaborasi pemberian cairan intravena
8. Kompres pasien pada lipat paha dan aksila - RR = 24 x/menit
9. Monitor suhu minimal tiap 2 jam - S = 38,5 º C
10. Monitor tanda-tanda hipertermi dan hipotermi
11. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi A: masalah belum teratasi
12. Diskusikan tentang pentingnya pengaturan
suhu dan kemungkinan efek negatif dan P : Lanjutkan Intervensi 1, 2, 3, 4, 6, 8,
kedinginan 9, 10, 14, 15
13. Ajarkan indikasi dan hipotermi dan
penanganan yang diperlukan
14. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
15. Catat adanya fluktuasi tekanan darah
ANALISIS JURNAL

Judul
Terapi Pada Meningitis Bakterial

Pengarang :
Eka Gunadi

Metode :
Penulisan artkel ini dilakukan dengan menggunakan literature review. Penulisan ini
menggunakan sebanyak 14 artikel dari jurnal internasional, 4 buku, dan 1 tesis yang
dipublikasikan dalam rentang tahun 2009-2020 sebagai sumber referensi. Referensi yang
digunakan didapatkan dengan melakukan literature searching dari database NCBI dan
Google Scholar dengan kata kunci meningitis bacterial, epidemiology, dan therapy. Sumber
bacaan yang digunakan kemudian dianalisis dengam metode systemic literature review yang
meliputi aktivitas pengumpula, evaluasi, dan pengembangan penelitian dengan focus tertentu.

Hasil dan pembahasan :


Pasien yang tiba di rumah sakit dengan suspek meningitis harus segera diisolasi untuk
mencegah penyebaran pathogen lewat droplet hingga pasien mendapat terapi antibiotik yang
sesuai. Pastikan pasien tidak mengalami gangguan jalan napas atau sirkulasi (misal karena
terjadi sepsis). Sebelum dilakukan pungsi lumbal, ketahui apakah pasien memiliki indikasi
dilakukan CT scan terlebih dahulu. Setelah hasil CT scan ditemukan normal, maka segera
lakukan lumbal puncture dan lanjutkan terapi sesuai patogen yang telah teridentifikasi.

Pemberian dexamethasone secara rutin semakin banyak dilakukan oleh praktisi. Belum ada
konfirmasi dari khasiat pemberian steroid pada infeksi N. meningitidis dan H. influenza
untuk meningitis bakterial. Hal ini terjadi karena sedikitnya kasus yang terjadi atau karena
kurangnya populasi yang terlibat dalam penelitian terkait. Keuntungan Pemberian steroid
dapat terlihat saat meningitis bakterial akibat infeksi S. pneumoniae, pada pasien dengan nilai
Glasgow Coma Scale (GCS) 8-11, jumlah white blood cells (WBC) yang rendah
(<1000/mm3) pada analisis CSF, dan pada kelompok anak-anak berupa penurunan angka
kerusakan kemampuan mendengar akibat infeksi H. influenzae (Cornelis & Hachimi-Idrissi,
2011; Hersi et al., 2020).

Kesimpulan :
Terapi meningitis harus diberikan secepatnya. Pemberian antibiotic memegang peran penting
dalam penentuan prognosis. Pemberian dexamethasone terbukti memberikan keuntungan
pada beberapa kasus. Selain pengobatan meningitis, investigasi dan penanganan sumber
infeksi mungkin diperlukan seperti pada kasus meningitis pneumokokkal.

Sumber :
Jurnal Penelitian Perawat Profesional Vol. 2 No. 3, e-ISSN 2715-6885, p-ISSN 2714-9757

Anda mungkin juga menyukai