Anda di halaman 1dari 20

kurniaa sarii_wika

Jumat, 10 Mei 2013

MMD / MUSYAWARAH MASYARAKAT DESA keperawatan komunitas

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam suatu tempat, saling berinteraksi satu sama lain,
saling mengenal serta mempunyai minat dan interest yang sama (WHO). Komunitas adalah kelompok
dari masyarakat yang tinggal di suatu lokasi yang sama dengan dibawah pemerintahan yang sama, area
atau lokasi yang sama dimana mereka tinggal, kelompok sosial yang mempunyai interest yang sama
(Riyadi, 2007). Dalam rangka mewujudkan kesehatan masyarakat yang optimal maka dibutuhkan
perawatan kesehatan masyarakat, dimana perawatan kesehatan masyarakat itu sendiri adalah bidang
keperawatan yang merupakan perpaduan antara kesehatan masyarakat dan perawatan yang didukung
peran serta masyarakat dan mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan
tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh, melalui proses keperawatan
untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal sehingga mandiri dalam upaya kesehatan.
Peningkatan peran serta masyarakat bertujuan meningkatkan dukungan masyarakat dalam berbagai
upaya kesehatan serta mendorong kemandirian dalam memecahkan masalah kesehatan.

Peran serta masyarakat diperlukan dalam hal perorangan. Komunitas sebagai subyek dan obyek
diharapkan masyarakat mampu mengenal, mengambil keputusan dalam menjaga kesehatannya.
Sebagian akhir tujuan pelayanan kesehatan utama diharapkan masyarakat mampu secara mandiri
menjaga dan meningkatkan status kesehatan masyarakat (Mubarak, 2005).

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)?


2. Bagaimana intervensi pada asuhan keperawatan komunitas?

3. Bagaimana implementasi pada asuhan keperawatan komunitas?

4. Bagaimana evaluasi tindakan keperawatan komunitas?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui penjelasan Musyawarah Masyarakat Desa (MMD).

2. Untuk mengetahui intervensi pada asuhan keperawatan komunitas.

3. Untuk mengetahui implementasi pada asuhan keperawatan komunitas.

4. Untuk mengetahui evaluasi tindakan keperawatan komunitas

BAB II

PEMBAHASAN

A. MUSYAWARAH MASYARAKAT DESA (MMD)

Musyawarah masyarakat desa (MMD) adalah pertemuan seluruh warga desa untuk membahas hasil
survey Mawas Diri dan merencanakan penanggulangan masalah kesehatan yang diperoleh dari survey
mawas diri (Depkes RI, 2007). Tujuan dari MMD ini adalah sebagai berikut:

a. Masyarakat mengenal masalah kesehatan di wilayahnya.

b. Masyarakat sepakat untuk menanggulangi masalah kesehatan.

c. Masyarakat menyusun rencana rencana kerja untuk menanggulangi masalah kesehatan.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan MMD adalah sebagai berikut :

a. Musyawarah Masyarakat desa harus dihadiri oleh pemuka masyarakat desa, petugas puskesmas,
dan sector terkaitdi kecamatan, (seksi pemerintahan dan pembangunan, BKKBN, pertanian, agama, dan
lain-lain).
b. Musyawarah Masyarakat desa dilaksanakan dibalai desa atau tempat pertemuan lainnya yang ada
didesa.

c. Musyawarah Masyarakat desa dilaksanakan segera setelah SMD dilakukan.

Cara melakukan Musyawarah Masyarakat desa adalah sebagai berikut :

a. Pembukaan dengan menguraikan maksud dan tujuan MMD dipimpin oleh kepala Desa.

b. Pengenalan maslah kesehatan oleh masyarakat sendiri melalui curah pendapat dengan
mempergunakan alat peraga, poster, dan lain-lain dengan dipimpin oleh ibu desa.

c. Penyajian hasil SMD oleh kelompok SMD

d. Perumusan dan penentuan prioritas maslah kesehatan atas dasar pengenalan masalah dan hasil
SMD,dilanjutkan dengan rekomendasi teknis dari petugas kesehatandi desa atau perawat komunitas.

e. Penyusunan rencanapenanggulangan masalah kesehatan dengan dipimpin oleh kepala desa.

f. Penutup.

(Ferry Efendi, 2009)

B. PERENCANAAN

Tahap kedua dari proses keperawatan merupakan tindakan menetapkan apa yang harus dilakukan untuk
membantu sasaran dalam upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitative. Langkah pertama dalam
tahap perencanaan adalah menetapkan tujuan dan sasaran kegiatan untuk mengatasi masalah yang
telah ditetapkan sesuai dengan diagnosis keperawatan . Dalam menentukan tahap berikutnya yaitu
rencana pelaksanaan kegiatan untuk mengatasi masalah yang telah ditetapkan sesuai dengan diagnosis
keperawatan . Dalam menentukan tahap berikutnya yaitu rencana pelaksanaan kegiatan maka ada dua
factor yang mempengaruhi dan dipertimbangkan dalam menyusun rencana tersebut yaitu sifat masalah
dan sumber/potensi masyarakat seperti dana, sarana, tenaga yang tersedia. Dalam pelaksanaan
pengembangan masyarakat dilakukan melalui tahapan sebagai berikut :

a. Tahap Persiapan

Dengan dilakukan pemilihan daerah yang menjadi prioritas menentukan cara untuk berhubungan
dengan masyarakat, mempelajari dan bekerjasama dengan masyarakat

b. Tahap Pengorganisasian

dengan persiapan pembentukan kelompok kerja kesehatan untuk menumbuhkan kepedulian terhadap
kesehatan dalam masyarakat . kelompok kerja kesehatam (pokjakes) adalah suatu wadah kegiatan yang
dibentuk oleh masyarakat secara bergotong royong untuk menolong diri mereka sendiri dalam mengenal
dan memecahkan masalah atau kebutuhan kesehatan dan kesejahteraan, meningkatkan kemampun
masyarakat berperan serta dalam pembangunan kesehatan di wilayahnya.

c. Tahap Pendidikan Dan Pelatuhan

· Kegiatan pertemuan teratur dengan kelompok masyarakat

· Melakukan pengkajian

· Membuat program berdasarkan masalah atau diagnose keperawatan

· Melatih kader

· Keperawatan langsung terhadap individu , keluarga dan masyarakat

d. Tahap Formasi Kepemimpinan

e. Tahap Koordinasi Intersektoral

f. Tahap Akhir

Dengan melakukan supervise atau kunjungan bertahap untuk mengevaluasi serta memberikan umpan
balik untuk perbakan kegiatan kelompok kerja kesehatan lebih lanjut

Untuk lebih singkatnya perencanaan dapat diperoleh dengan tahapan sebagai berikut :

· Pendidikan kesehatan tentang gangguan nutrisi

· Demonstrasi pebgolahan dan pemilihan makanan yang baik

· Melakukan deteksi dini tanda-anda gangguan kurang gizi melalui pemeriksaan fisik dan
laboratorium

· Bekerjasama dengan aparat pemda setempat untuk mengamankan lingkungan atau komunitas bila
stressor dari lingkungan

· Rujukan kerumah sakit bila diperlukan

(Fallen. R & R. Budi Dwi K, 2010)

Tahap setelah merumuskan diagnosis keperawatan komunitas adalah melakukan perencanaan.


Perencanaan diawali dengan merumuskan tujuan yang ingin dicapai serta rencana tindakan untuk
mengatasi masalah yang ada. Tujuan dirumuskan untuk mengatasi atau meminimalkan stresor dan
intervensi dirancang berdasarkan tiga tingkat pencegahan. Pencegahan primer untuk memperkuat garis
pertahanan fleksibel, pencegahan sekunder untuk memperkuat pencegahan normal, pencegahan tersier
untuk memperkuat garis pertahanan resisten.

Tujuan terdiri atas tujuan pendek dan tujuan panjang. Penetapan tujuan jangka panjang (tujuan
umum/TUM) mengacu pada bagaimana mengatasi problem/masalah (P) dikomunitas, sedangkan
penetapan tujuan jangka pendek (tujuan khusus/TUK) mengacu pada bagaimana mengatasi etiologi (E).
Tujuan jangka pendek harus SMART ( S=Spesifik, M = Measurable/ dapat diukur, A= Achievable/ dapat
dicapai, R=Reality, T=Time limited/punya limit waktu). Contoh penetapan tujuan tertera dalam contoh
berikut :

Diagnosis keperawatan komunitas

TUM

TUK

Resiko meningkatnya kejadian infertilitas pada agregat remaja putri di wilayah........ berhubungan dengan
tingginya kejadian gangguan organ reproduksi remaja dan kurangnya kebiasaan perawatan organ remaja

Tidak terjadi infertilitas pada agregat remaja putri di ....

1) Pengetahuan remaja terkait kesehatan reproduksi meningkat dari ...% menjadi ...%

2) Menurunnya jumlah siswi yang mengalami keputihan dari ...% menjadi ..%

3) Terjadi peningkatan perilaku remaja terkait kebiasaan perawatan organ reproduksi sehari-hari
dari ...% menjadi ...%

4) Remaja sudah memanfaatkan layanan UKS untuk membantu mengatasi masalah remaja

Tingginya angka TB di wilayah ... yang berhubungan dengan tidak adekuatnya pengunaan fasilitas
pelayanan kesehatan untuk menanggulangan TB dan keterbatasan kualitas sarana pelayanan TB

Meningkatnya kemandirian masyarakat di... dalam menolong dirinya sendiri agar terhindar dari
penyebaran TB

1) Terjadi peningkat pengetahuan keluarga tentang penanggulangan TB dari ...% menjadi ...%

2) Peningkatan kualitas sarana kesehatan untuk penanggulangan TB

3) Penemuan kasus TB secara mandiri oleh masyarakat.


Rencana kegiatan yang akan dilakukan bersama masyarakat dijabarkan secara operasional dalam
planning of action (POA) yang disusun dan disepakati bersama masyarakat saat MMD atau lokakarya
mini masyarakat. POA disusun dalam bentuk matrik.

Diagnosis keperawatan komunitas

TUM

TUK

Rencana kegiatan

Evaluasi

Tingginya angka TB di wilayah .... yang berhubungan dengan tidak adekuatnya penggunaan fasilitas
layanan kesehatan untuk penanggulangan TB dan keterbatasan kualitas sarana pelayanan Tb

Meningkatnya kemandirian masyarakat di.... dalam menolong diri sendiri agar terhindar dari penyebaran
TB

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama satu bulan, diharapkan :

1) Terjadi peningkatan pengetahuan keluarga tentang penanganan TB dari ..% menjadi ...%

2) Terjadi peningkatan kualitas sarana kesehatan untuk penanggulangan TB

3) Penemuan kasus TB secara mandiri oleh masyarakat

1) Beri penyuluhan tentang TB dan perawatannya.

2) Ajarkan masyarakat keterampilan dalam menangani gejala TB, melakukan tindakan pencegahan
penularan TB.

3) Deteksi kasus TB dimasyarakat melalui skrining.

4) Bagikan leaflet setelah penyuluhan TB

5) Lakukan pebinaan kader dalam kemampuan penemuan kasus dan penanganan TB

6) Lakukan kerja sama dengan institusi pendidikan formal dan informal untuk melaksanakan program
terkait pencegahan dan penanggulangan TB

Kriteria evaluasi : pengetahuan masyrakat tentang TB meningkat .

Standar Evaluasi :
1) 70% keluarga mampu menyebutkan pengertian, tanda/gejala. Dan penyebab TB

2) 75% keluarga mampu melakukan tindakan pencegahan TB

3) 75% kadeer mampu menemukan kasus Tb dan melakukan penanganan TB

Planning of action

Masalah keperawatan

Tujuan

kegiatan

sasaran

waktu

tempat

Sumber dana

media

PJ

Resiko meningkatnya kejadian infertilitas pada agregat remaja putri di wilayah....

TUM :

1) Tidak terjadi gangguan infertilitas pada agregat remaja putri di wilayah..


TUK :

1) Pengetahuan remaja terkait kesehatan reproduksi meningkat dari ...% menjadi ...%

2) Jumlah siswa yang mengalami keputihan menurun dari ..% menjadi ..%

3) Perilaku remaja terkait kebiasaan perawata organ reproduksi sehari-hari meningkat dari ...%
menjadi ...%

1) Melakukan pendidikan kesehatan reproduksi kepada remaja terkait materi kesehatan reproduksi
dan pemeliharaannya

2) Bekerja sama dengan guru BP dalam memberikan materi kesehatan reproduksi

Remaja di RW
Guru BP sekolah

Minggu pertama

Minggu kedua
Balai warga

Sekolah....

Swadaya
Dana Sekolah

Leaflet, booklet, poster

Leaflet, poster
Resiko meningkatnya kasus TB di wilayah....

TUK :

1) Pengetahuan kader tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala, akibat dan penanggulangan
TB meningkat dari ...% menjadi ...%

Pelatihan dan penyegaran kader

Kader di RW

Minggu ke empat

RW ...

Swadaya

Lembar balik, poster, leafet

(Henny Achjar, Komang Ayu, 2012)

C. IMPLEMENTASI

Perawat bertanggung jawab untuk melaksanakan tindakan yang telah direncanakan yang sifatnya :
a. Bantuan dalam upaya mengatasi masalah-masalah kurang nutrisi, mempertahankan kondisi
seimbang atau sehat dan meningkatkan kesehatan

b. Mendidik komunitasi tentang perilaku sehat untuk mencegah kurang gizi

c. Sebagai advocate komunitas, untuk sekaligus memfasilitasi terpenuhinya kebutuhan komunitas.

Pada kegiatan praktik keperawatan komunitas focus pada tingkat pencegahan, yaitu :

a. Pencegahan primer, yaitu pencegahan sebelum sakit dan difokuskan pada populasi sehat,
mencakup pada kegiatan kesehatan secara umum serta perlindungan khusus terhadap penyakit, contoh:
imunisasi, penyuluhan, gizi, simulasi dan bimbingan dini dalam kesehatan keluarga

b. Pencegahan sekunder, yaitu kegiatan yang dilakukan pada saat terjadinya perubahan derajat
kesehatan masyarakat dan ditemukan masalah kesehatan. Pencegahan sekunder ii menekankan pada
diagnose dini dan tindakan untik enghambat proses penyakit. Contoh : mengkaji keterbelakangan
tumbuh kembang anak, memotivasi keluarga untuk melakukan pemeriksaan kesehatan seperti mata,
gigi, telinga, dan lain-lain.

c. Pencegahan tertier yaitu kegiatan yang menekankan pengembalian individu pada tingkat
berfungsinya secara optimal dari ketidakmampuan keluarga. Contoh: membantu keluarga yang
mempunyai anak dengan resiko gangguan kurang gizi untuk melakukan pemeriksaan secara teratur ke
posyandu .

(Fallen. R & R. Budi Dwi K, 2010)

Implementasi merupakan langkah yang dilakukan setelah perencanaan program. Program dibuat untuk
menciptakan keinginan berubah masyarakat. Seringkali, perencanaan program yang sudah dibuat baik
tidak diikuti dengan waktu yang cukup untuk merencanakan implementasi melibatkanaktivitas tertentu
sehingga program yang ada dapat dilaksanakan, diterima dan direvisi jika tidak berjalan. Implementasi
keperawatan dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan komunitas menggunakan strategi proses
kelompok, pendidikan kesehatan kemitraan (partnership), dan pemberdayaan masyarakat
(empowerment). Perawat komunitas menggali dan meningkatkan potensi komunitas untuk dapat
mandiri dalam memelihara kesehatannya.

Tujuan akhir setiap program di masyarakat adalah melakukan perubahan masyarakat. Program dibuat
untuk menciptakan keinginan berubah dari anggota masyarakat. Perubahan nilai dan norma
dimasyarakat dapat disebabkan oleh faktor eksternal, seperti adanya undang-undang, situasi politik, dan
kejadian kritis eksternal masyarakat. Dukungan eksternal ini juga dapat dijadikan daya pendorong bagi
tindakan kelompok untuk melakukan perubahan perilaku masyarakat. Organisasi eksternal dapat
menggunakan model social planning dan localing development untuk melakukan perubahan,
menggalakan kemitraan dengan memanfaatkan sumber daya internal dan sumber daya eksternal.

Perawat komunitas harus memiliki pengetahuan yang memadai agar dpaat memfasilitasi perubahan
dengan baik, termasuk pengetahuan tentang teori dan model berubah. Perubahan yang terjadi
dimasyarakat sebaiknya dimulai dari tingkat individu, keluarga, masyarakat, dan sistem di masyarakat.
Ada beberapa model berubah (Erwin, 2002) yaitu :

1. Model berubah Kurt Lewin

Proses berubah terjadi pada saat individu, keluarga dan komunitas tidak lagi nyaman dengan kondisi
yang ada. Model ini terdiri dari :

a. Unfreezing, bila ada perasaan butuh untuk berubah baru implementasi dilakukan dnegan tujuan
membantu komunitas menjadi siap untuk melakukan perubahan.

b. Change, yaitu intervensi mulai diperkenalkan kepada kelompok.

c. Refreezing, meliputi bagaimana membuat suatu program menjadi stabil, melalui pemantauan dan
evalausi.

Contoh : pada kasus flu burung, saat unfreezing berubah menjadi refreezing, perawat komunitas perlu
mempertahankan kondisi yang ada dengan melakukan kemitraan tentang bagaimana kebiasaan
masyarakat yang sudah bagus dapat dipertahankan dan kebiasaan masyarakat yang kurang mendukung
kesehatan tidak lagi terjadi, seperti kebiasaan tidak menuci tangan dan sebaginya.

2. Strategi berubah Chin & Benne

Strategi berubab ini sangat cocok digunakan oleh perawat komunitas dalam mengkaji status individu,
kelompok, dan amsyarakat dalam membuat keputusan untuk berubah. Strategi ini merupakan strategi
untuk melakukan perubahan di komunitas, bukan tahap proses berubah. Menurut model ini, untuk
melakukan perubahan diperlukan strategi perubahan, yaitu :

a. Rational Empiris, dikatakan bahwa untuk melakukan perubahan di komunitas, perlu terdapat fakta
dan pertimbangan tentang seberapa bear keuntungan yang diperoleh dengan adanyaperubahan
tersebut. Contoh : adanya kebiasaan merokok yang banyak terjadi di masyarakat, terutama remaja,
diperlukan peran perawat komunitas utnuk memfasilitasi perubahan dengan memberikan promosi
kesehatan bahaya merokok melalui media, seperti poster, leaflet, modul data kejadian kesakitan dan
kematian akibat merokok atau mengajak melihat langsung kondisi korban akibat rokok. Dnegan adanya
fakta, diharapkan terjadi perubahan pada individu.
b. Normative reedukatif, yaitu ertimbangan tentang keselarasan perubahan dengan norma yang ada
dimasyarakat.

c. Power coercive yaitu strategi perubahan yang menggunakan sanksi baik poltik maupun sanksi
ekonomi. Misalnya sanksi terhadap perokok yang merokok ditempat umum berupa denda atau
kurungan.

3. First order and second order change

Menurut model ini, first order bertujuan mengubah substansi atau isi di dalam sistem, sedangkan pada
second order, perubahan ditujukan pada sistemnya.

Contoh :

Adanya risiko pergaulan bebas yang saat ini marak di kalangan remaja, perawat komunitas perlu
mengubah substansi yang ada dalam system (first order), seperti membentuk dan melatih kader
kesehatan remaja (KKR) di sekolah dan di masyarakat, melakukan promosi kesehatan kepada sisa, guru,
orang tua, dan masyarakat, melakukan dukungan lintas-sektor dan lintas-program kepada aparat terkait
program melalui jaringan kemitraan, dsb. Selain itu, diperlukan juga perubahan pada sistem (second
order) termasuk fasilitas yang ada, seperti penyediaan klinik remaja, revitalisasi UKS di sekolah ,
kebijakan pemerintah terkait remaja, dan sebaganya.

Mengukur adanya perubahan masyarakat pada tingkat individu, dapat diketahui dari tingkat kesadaran
individu terhadap perubahan, bagaimana individu mengerti tentang masalah yang dihadapi, tingkat
partisipasi individu, dan adanya perubahan dalam bentuk tingkah laku yang ditampilkan. Adanya role
model yang ada di masyarakat dapat dijadikan pendorong untuk mengubah norma dan praktik individu
dalam perubahan masyarakat.

Pada tingkat masyarakat, perubahan lebih difokuskan pada kelompok dan organisasi, termasuk adanya
perubahan kebijakan yang berhubungan dengan masalah yang terjadi di masyarakat, adanya dukungan
dan partisipasi dalam kegiatan masyarakat serta aktivitas lain yang dapat dievaluasi melalui
perkembangan koalisi, partisipasi masyarakat dalam dukungan untuk mencapai tujuan, dan perubahan
nilai dan norma yang berlaku di masyarakat.

Setiap akan melakukan kegiatan di masyarakat/implementasi program, sebaiknya dibuat dahulu laporan
pendahuluan (LP) kegiatan asuhan keperawatan komunitas, yang meliputi :

1. Latar belakang, yang berisikriteria komunitas, data yang perlu dikaji lebih lanjut terkait
implementasi yang akan dilakukan, dan masalah keperawatan komunitas yang terkait dengan
implementasi saat ini.

2. Proses keperawatan komunitas, yang berisii diagnosis keperawatan komunitas, tujuan umum, dan
tujuan khusus
3. Implementasi tindakan keperawatan yang berisi, metode, strategi kegiatan, metode, dan alat bantu
yang dipergunakan, waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan, pengorganisasian petugas kesehatan
beserta tugas, susunan acara, setting tempat acara.

4. Kriteria evaluasi, yang berisi evaluasi struktur, evaluasi proses, dan evaluasi hasil dengan
menyebutkan target presentase pencapaian hasil yang diinginkan.

Pelaksanaan kegiatan puskesmas, dilakukan berdasarkan POA perkesmas yang telah disusun.
Pemantauan kegiatan perkesmas secara berkala dilaksanakan oleh Kepala Puskesmas dan koordinator
perkesmasdengan melakukan diskusi tentang permasalahan yang dihadapi terkait pelaksanaan
perkesmas serta melakukan penilaian setiap akhir tahun dengan membandingkan hasil pelaksanaan
kegiatan dengan rencana yang telah disusun. Pembahasan masalah perkesmas dapat dilakukan dengan
cara mengadakan :

1. Lokakarya Mini Bulanan

Lokakarya mini bulanan dilakukan setiap bulan di puskesmas, dihadiri oleh staf puskesmas dan unit
penunjangnya untuk membahas kinerja internal puskesmas termasuk cakupan, mutu, pembiayaan,
masalah, dan hambatan yang ditemui termasuk pelaksanaan perkesmas dan kaitannya dengan masalah
lintas program lainnya.

2. Lokakarya Mini Tribulanan

Lokakarya Mini Tribulanan dilakukan setiap 3 bulan sekali, dipimpin oleh camat dan dihadiri oleh staf
puskesmas dan unit penunjangnya, instansi lintas-sector tingkat kecamatan untuk membahas masalah
dalam pelaksanaan puskesmas termasuk perkesmas terkait dengan lintas-sektor dan permasalahan yang
terjadi untuk mendapatkan penyelesaiannya.

3. Refleksi Diskusi Kasus (RDK)

Refleksi Diskusi Kasus (RDK) merupakan metode yang digunakan dalam merefleksikan pengalaman
dalam satu kelompok diskusi untuk berbagai pengetahuan dan pengalaman yang didasarkan atas standar
yang berlaku. Proses diskusi ini memberikan ruang dan waktu bagi peserta diskusi untuk merefleksikan
pengalaman masing-masing serta kemampuannya tanpa tekanan kelompok, terkondisi, setiap peserta
saling mendukung, memberi kesempatan belajar terutama bagi peserta yang tidak terbiasa dan kurang
percaya diri dalam menyampaikan pendapat (WHO, 2003). RDK dilakuakan minimal seminggu sekali,
dihadiri oleh perawat perkesmas di puskesmas untuk membahas masalah teknis perkesmas dalam
pemberian asuhan keperawatan komunitas kepada individu/keluarga / kelompok dan masyarakat agar
pemahaman dan keterampilan perawat komunitas lebih meningkat. Adapun persyaratan metode RDK
adalah :

a. Kelompok terdiri atas 5-8 orang


b. Salah satu anggota kelompok berperan sebagai penyaji, dan sisanya sebagai peserta

c. Posisi fasilitator, penyaji , dan peserta lain dalam diskusi setara (equal)

d. KAsus yangdisajikan oleh penyaji merupakan pengalaman yang terkait asuhan keperawatan di
komunitas yang menarik untuk dibahas dan didiskusikan, perlu penanganan dan pemecahan masalah.

e. Posisi duduk sebaiknya melngkar tanpa dibatasi oleh meja atau benda lainnya agar setiap peserta
dapat saling bertatapan dan berkomunikasi secara bebas

f. Tidak boleh ada interupsi dan hanya satu orang saja yang berbicara dalam satu saat, pesrta lainnya
memperhatikan dan mendengarkan.

g. Tidak diperkenankan ada dominasi, kritik yang dapat mmojokkan peserta lainnya.

h. Peserta berbagi (sharing ) pengalaman selama 1 jam dan dilakukan secara rutin.

i. Setiap anggota secara bergiliran mendapatkan kesempatann sebagai fasilitator, penyaji, dan
anggota peserta diskusi.

j. Selama diskusi diusahakan agar tidak ada peserta yang tertekan / terpojok. Yang diharapkan justru
dorongan dan dukungan dari setiap peserta agar terbiasa menyampaikan pendapat mereka masing-
masing.

(Henny Achjar, Komang Ayu, 2012)

D. EVALUASI

Evaluasi merupakan tahap akhir proses keperawatan. Evaluasi merupakan sekumpulan informasi
yang sistematik berkenaan dengan program kerja dan efektifitas dari serangkaian program yang
digunakan masyarakat terkait program kegiatan, karakteristik, dan hasil yang telah dicapai ( Patton, 1986
dalam Helvie 1998). Program evaluasi dilakukan untuk memberikan informasi kepada perencana
program dan pengambil kebijakan entang efektivitas dan efisiensi program. Evaluasi merupakan
sekumpulan metode dan keterampilan untuk menentukan apakah program sudah sesuai dengan
rencana dan tuntutan masyarakat. Evaluasi diguanakan untuk mengetahui seberapa tujuan yang
ditetapkan telah tercapai dan apakah intervensi yang dilakukan efektif untuk masyarakta setempat sesuai
dengan psiyuasi dan kondisi masyarakat, apakah sesuai dengan rencana atau apakah dapat mengatasi
masalah masyarakat. Evaluasi ditujukan untuk menjawab apa yang menjadi kebutuhan masyarakat dan
program apa yang dibutuhkan masyarakat, apakah media yang digunakan tepat, ada tidaknya program
perencanaan yang dapat diimplementasikan, apakah program dapat menjangkau masyarakat , siapa
yang menjadi target sasaran program, apakah program yang dilakukan dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat. Evaluasi juga bertujuan mnegidentifikasi masalah dalam perkembangan program dan
penyelesaiannya. Program evaliasi dilaksanakan untuk memastikan apakah hasil program sudah sejalan
dengan sasaran dan tujuan, memastikan biaya program, sumber daya dan waktu pelaksanaan program
yang telah dilakukan. Evaluasi juga diperlukan untuk memastikan apakah prioritas program yang disusun
sudah memenuhi kebutuhan masyarakat, dengan membandingkan perbedaan program terkait
keefektifannya.

Evaluasi dapat berupa evaluasi struktur , proses dan hasil. Evaluasi program merupakan proses
mendapatkan dan menggunakan informasi sebagai dasar proses pengambilan keputusan, dengan
meningkatkn upaya pelayanan kesehatan. Evaluasi proses, difokuskan pada urutan kegiatan yang
dilakukan untuk mendapatkan hasil. Evaluasi hasil dapat diukur melalui perubahan pengetahuan
(knowledge), sikap (attitude), dan perubahan perilaku masyarakat.

Evaluasi terdiri atas evaluasi formatif, menghasilkan informasi untuk umpan balik selama program
berlangsung. Sementara itu, evaluasi sumai dilakukan setelah program selesai dan mendapatkan
informasi tentang efektifitas pengambilan keputusan. Pengukuran efektifitas program dapat silakukan
dengan cara mengevaluasi kesuksesan dalam pelaksanaan program . pengukuran efektivitas program di
komunitas dapat dilihat berdasarkan :

1. Pengukuran komunitas sebagai klien

Pengukuran ini dilakukan dengan cara mengukur kesehatan ibu dan anak , mengukur kesehatan
komunitas

2. Pengukuran komunitas sebagai pengalaman mebina hubungan.

Pengukuran dilakukan dengan cara melakukan pengukuran social dari determinan kesehatan

3. Pengukuran komunitas sebagai sumber

Ini dilakukan dengan mengukur tingkat keberhasilan pada keluarga atau masyarakat sebagai sumber
informasi dan sumber intervensi kegiatan.

Evaluasi merpakan penilaian terhadap program yang telah dilaksanakan dibandingkan dengan tujuan
semula dan dijadikan dasar untuk memodifikasi rencana berikutnya. Evaluasi proses dan evaluasi akhir.
SEdangkan focus dari evaluasi pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas adalah :

a. Relevansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan target pelaksanaan

b. Perkembangan atau kemajuan proses : kesesuaian dengan perencanaan, peran staf atau pelaksana
tindakan, fasilitas dan jumlah peserta

c. Efisiensi biaya. Bagaimanakah pencarian sumber dana dan penggunaannya dan keuntungan
program

d. Efektivitas kerja. Apakah tujuan tercapai dan apakah klien atau masyarakat puas terhadap tindakan
yang dilaksanakan

e. Dampak. Apakah status kesehatan meningkat setelah dilaksanakan tindakan, apa perubahan yang
terjadi dalam 6 bulan atau 1 tahun
(Henny Achjar, Komang Ayu, 2012)

DAFTAR PUSTAKA

Nursalam. 2001. Proses dan Dokumentasi Keperawatan: Konsep dan Praktik/Nursalam. Edisi pertama.
Jakarta : Salemba Medika

Smith, Claudia and Maurer, Frances. 1995. Community Health Nursing : theory and practice. USA : W.B
Saunders Company

Anderson, Elizabeth T. 2006. Buku Ajar Keperawatan Komunitas : teori dan praktek. Edisi 3. Jakarta : EGC

Stanhope, Marcia and Knollmueller RN. 1990. Buku Saku Keperawatan Komunitas dan Kesehatan Rumah.
Perangkat Pengkajian, Intervensi dan Penyuluhan. Jakarta : EGC

Effendy, Nasrul. 1998. Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Edisi 2. Jakarta : EGC

Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil
NOC. Edisi 7. Jakarta : EGC
kurniaa sarii_wika di 20.54

Berbagi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beranda

Lihat versi web

Mengenai Saya

kurniaa sarii_wika

Mahasiswa Keperawatan STIKES Wira Medika PPNI Bali

Lihat profil lengkapku

Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai