Anda di halaman 1dari 50

PROPOSAL

TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI DI RUANG


RAWAT INAP RSUD KOTA MATARAM

OLEH :

SITI ROSTIKA DEWI


NIM: 16.9.1.029

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN (DIII)


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL WATHAN MATARAM
TAHUN 2019
LEMBAR PERSETUJUAN

PROPOSAL

TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI DI RUANG


RAWAT INAP RSUD KOTA MATARAM

Proposal ini telah disetujui, diperiksa dan siap diujikan dihadapan


Tim Penguji Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Nahdlatul Wathan Mataram

Pembimbing I Pembimbing II

(SITI AISYAH, SST., M. Kes) (Ns. EVA ZULFA., S.Kep)


NIDN : 0818118301 NIDN : 0808098301

Mengetahui
Ketua Prodi D III Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan UNW Mataram

(Ns. GOZIYAN, MMR)


NIDN :0805018701
LEMBAR PENGESAHAN

PROPOSAL

TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI DI RUANG


RAWAT INAP RSUD KOTA MATARAM

Telah Diuji dan Dipertahankan Pada :

Oleh Tim Penguji :

Ketua Penguji

(SITI AISYAH, SST., M.Kes)


NIDN :0818118301

Penguji I

(Ns. DINI KUSUMA WARDANI, M. Kep)


NIDN :

Penguji II

(Ns. EVA ZULFA., S.Kep)


NIDN : 0808098301

Mengetahui
Fakultas Ilmu Kesehatan UNW Mataram
Dekan,

(Hj. LALE SYIFAUN NUFUS M.Farm., Apt)


NIDN : 0831126517
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas Segala Limpahan,

Karunia, Taufik serta Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya

Tulis Ilmiah ini dengan Judul “FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB

KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI DI RUANG RAWAT INAP

RSUD KOTA MATARAM”

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis telah banyak mendapat

bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati,

penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada :

1. Bapak TGH L. Gde M. Ali Wirasakti Amir Murni, Lc, MA, Selaku Rektor

Universitas Nahdlatul Wathan Mataram

2. Ibu Hj. Wilya Isnaeni, SKM.MM, Selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Nahdlatul Wathan Mataram

3. Ibu Kurniatun, SST, MM.Kes, Selaku Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Nahdlatul Wathan Mataram.

4. Ibu Hj. Lale Syifaun Nufus, S.Farm, Selaku Wakil Dekan II Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas Nahdlatul Wathan Mataram

5. Bapak Ns. Sofian Hadi, S.Kep, Selaku Wakil Dekan III Sekaligus Koordinator

Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Nahdlatul Wathan

Mataram.

6. Bapak Ns. Goziyan ,S.Kep., MMR Selaku Ketua Program Studi Keperawatan

DIII Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Nahdlatul Wathan Mataram.


7. Ibu Siti Aisyah, SST., M. Kes Selaku Pembimbing Pertama Yang

Memberikan Pengarahan, Bimbingan, Dan Motivasi.

8. Ibu Ns. Eva Zulfa., S.Kep Pembimbing Kedua Yang Memberikan Pengarahan,

Bimbingan Dan Motivasi.

9. Bapak, Ibu Dosen Di Fakultas Ilmu Kesehatan Khususnya Program Studi

Keperawatan Yang Telah Memberikan Bekal Ilmu Dan Bimbingan Kepada

Penulis.

10. Kepada Direktur Rumah Sakit Umum Derah Kota Mataram yang telah

memberikan kesempatan kepada penyusun untuk mengambil data sekaligus

untuk melakukan penelitian.

11. Wali Tingkat, Ibu Ns. Nirmala Endang Elis,S.Kep Yang Sudah Memberikan

Bimbingan Untuk Terus Semangat Dalam Perkuliahan.

12. Orang Tua Tercinta, Yang Telah Memberikan Dukungan, Semangat Dan

Motivasi Untuk Terus Berusaha Dan Bekerja Keras Dalam Menggapai Apa

Yang Diinginkan, Karya Ini Sepenuhnya Saya Dedikasikan Untuk KeDua

Orang Tua Tercinta.

13. Seseorang Sahabat Yang Selalu Ada Untuk Memberikan Dukungan,

Semangat Dan Motivasi, Terimakasih Untuk Susah Dan Senangnya Selama

Tiga Tahun Di Bangku Perkuliahan Dan Selama Diluar Perkuliahan

14. Seluruh Teman-Teman Prodi Keperawatan Angkatan 2016/2019 Khususnya

Teman-Teman Sekelas. Terimakasih Atas Kesan Dan Pesan Yang Kalian

Berikan Sampai Saat Ini.


Akhir Kata Penulis Mengucapkan Terima Kasih Semoga Bermanfaat

Bagi Para Mahasiswa Khususnya Serta Pembaca Pada Umumnya. Dan

Semoga Kebaikan Semua Pihak Yang Telah Membantu Penyusunan Ini

Mendapatkan Imbalan Yang Setimpal Dari Tuhan Yang MahaEsa.

Mataram, September 2019

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i


LEMBAR PERSETUJUAN ......................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ......................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................ 4
1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................... 5
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Kerangka Teoritis ....................................................................... 6
2.1.1 Pengertian Kecemasan .................................................... 6
2.1.2 Tingkat kecemasan ......................................................... 6
2.1.3 Tingkat Panik ................................................................. 7
2.1.4 Penyebab kecemasan ..................................................... 8
2.1.5 Faktor Utama Penyebab Timbulnya Kecemasan .......... 9
2.1.6 Faktor-Faktor Penyebab Kecemasan .............................. 10
2.1.7 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan .......... 12
2.1.8 Faktor-Faktor Lain Yang Mempengaruhi Kecemasan .. 15
2.1.9 Cara Mengukur Tingkat Kecemasan ............................. 17
2.2 Pre Operasi.................................................................................. 19
2.2.1 Pengertian ...................................................................... 19
2.2.2 Jenis Dan Tujuan Tindakan Operasi .............................. 21
2.2.3 Faktor Resiko ................................................................. 22
2.2.4 Persiapan Sebelum Operasi ............................................ 22
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep ........................................................................ 25
3.2 Definisi Operasional ................................................................... 26
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian ........................................................................ 27
4.2 Waktu dan Lokasi Penelitian ...................................................... 27
4.2.1 Lokasi Penelitian ............................................................ 27
4.2.2 Waktu Penelitian............................................................. 27
4.3 Populasi dan Sampel ................................................................... 28
4.3.1 Populasi .......................................................................... 28
4.3.2 Sampel ............................................................................ 28
4.4 Kriteria Sampel ........................................................................... 28
4.5 Teknik Pengambilan Sampel ...................................................... 29
4.6 Instrumen Penelitian ................................................................... 29
4.7 Prosedur Pengambilan Data ....................................................... 30
4.8 Pengumpulan Data ..................................................................... 31
4.9 Teknik Pengolahan Data ............................................................ 31
4.10 Analisis Data ............................................................................... 32
4.11 Etika Penelitian ........................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Rentang Respon Ansietas .............................................................. 8


Gambar 3.1 Kerangka Konsep ........................................................................ 25
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional ....................................................................... 26


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kecemasan merupakan perasaan ketidaknyamanan, takut dan

memiliki firasat buruk yang akan terjadi pada dirinya. Seseorang yang

merasa cemas tidak mengerti mengapa emosi tersebut muncul (Videbeck,

2008). Seseorang yang mengalami kecemasan ada pada kondisi

kegelisahan mental, keprihatanan, ketakutan, firasat atau keputusaan

karena situasi yang mengancam akan karena tidak dapat diidentifikasi

terhadap diri sendiri(Koizer, Glenora, Berman, & Snider, 2010).

Kecemasan merupakan suatu kondisi yang setiap individu dapat

mengalaminya. Timbulnya kecemasan terjadi karena adanya faktor-faktor

atau sumber yang dianggap sebagai ancaman atau membahayakan

individu itu sendiri. Jika perasaan cemas yang dialami sesorang

berlebihan maka dapat menggangu sebagian sistem tubuh dan dapat

membahayakan orang tersebut. Umumnya individu akan merasa cemas

ketika akan menjalani tindakan medis karena tindakan medis merupakan

prosedur yang dapat menimbulkan komplikasi yang kemungkinan dapat

merugikan individu tersebut. Apabila seseorang atau individu yang akan

menjalani tindakan medis seperti tindakan pembedahan maka kecemasan


yang dialaminya harus ditangani terlebih dahulu(Koizer, Glenora,

Berman, & Snider, 2010).

Kecemasan pre operasi disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu

takut terhadap nyeri, kematian, takut tentang ketidaktahuan, takut akan

terjadi kecacatan dan ancaman lain yang dapat berdampak pada citra

tubuh (Muttaqin & Sari, 2009). Kecemasan didapatkan paling tinggi pada

pasien pre operasi mayor, sedangkan paling rendah didapatkan pada

pasien pre operasi minor (Wardani, 2012). Persiapan pasien di bangsal

dengan waktu yang semakin lama maka semakin baik pasien untuk

menyesuaikan diri dengan stress fisiologis dari operasi. Seperti pada

pasien dengan rasa takut akan timbulnya nyeri baik pada saat operasi

maupun setelah operasi. Penjelasan mengenai pembiusan saat operasi dan

obat-obat yang akan diberikan setelah operasi selesai, serta tekhnik-

tekhnik untuk mengurangi atau mengatasi rasa nyeri dapat mengurangi

rasa cemas pasien pre operasi(Digiulio, 2007).

Faktor lain yang dapat mempengaruhi kecemasan yaitu yaitu,

faktor internal diantaranya yaitu, usia, jenis kelamin, tingkat

pengetahuan, tipe kepribadian A dan B, lingkungan dan dituasi (Elina

RaharistiRufaidah, 2009).

Kecemasan pada pasien sebelum operasi dapat mengakibatkan

operasi tidak terlaksana atau dibatalkan, selain itu kecemasan dapat

meningkatkan tekanan darah pasien. Apabila tekanan darah pasien naik

dan tetap dilakukan operasi dapat mengganggu efek dari obat anastesi
dan dapat menyebabkan pasien terbangun kembali ditengah-tengah

operasi (Fadillah, 2014).

Data dari World Health Organization (WHO) tahun 2012 dalam

Sartika (2013), jumlah pasien dengan tindakan operasi dari tahun ke

tahun mengalami peningkatan. Tahun 2012 terdapat 148 juta jiwa pasien

diseluruh Rumah Sakit di dunia pasien dengan tindakan operasi,

sedangkan di Indonesia tindakan pembedahan menempati urutan ke-11

dari 50 pertama penanganan penyakit di Rumah Sakit se Indonesia

dengan pasien operasi sebanyak 1,2 juta jiwa. Pada tahun 2015

diperkiraan 11% dari beban penyakit di dunia dapat di tanggulangi

dengan pembedahan dan WHO menyatakan bahwa kasus bedah adalah

masalah kesehatan bagi masyarakat (Kementrian Kesehatan Republik

Indonesia, 2015).

Berdasarkan hasil data RSUD Kota Mataram tahun 2019, jumlah

pasien operasi pada bulan Januari (455 orang), Februari (371 orang),

Maret (437 orang), April (457 orang), Mei (447 orang), Juni (438 orang),

Juli (525 orang), Agustus (539 orang), September (353 orang).

Berdasarkan hasil wawncara dengan pasien pre operasi di Ruang

Rawat Inap RSUD Kota Mataram menunjukkan bahwa dari 5 orang

pasien didapatkan hasil dengan rata-rata pasien tersebut mengalami

kecemasan sebelum masuk ruang operasi. Hal ini disebabkan karena

beberapa faktor diantaranya: baru pertama kali melakukan operasi,

kurangnya pengetahuan operasi yang akan dijalani. Hal ini berakibat ke


psikologi pasien, dimana pasien merasa ketakutan, kecemasan yang

berlebih, ketegangan, sampai gangguan tidur.

Berdasarkan masalah tersebut, peneliti tertarik melakukan kajian

tentang Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi di Ruang Rawat

Inap RSUD Kota Mataram Tahun 2019.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, adapun rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah Tingkat Kecemasan

Pada Pasien Pre Operasi di Ruang Rawat Inap RSUD Kota Mataram

Tahun 2019”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi di

Ruang Rawat Inap RSUD Kota Mataram Tahun 2019.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi karakteristik responden berdasarkan: Jenis

kelamin dan usia.

2. Mengetahui Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi di

Ruang Rawat Inap RSUD Kota Mataram.


1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Penulis

Sebagai awal pembelajaran untuk melakukan penelitian

selanjutnya yang lebih baik dan memperoleh tambahan

pengetahuan berupa pengalaman dalam pengembangan

kemampuan ilmiah khususnya penelitian tentang Tingkat

Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi.

1.4.2 Bagi Rumah Sakit

Memberikan informasi yang dapat digunakan sebagai

umpan balik dalam peningkatan pelayanan keperawatan pada

pasien dengan pre operatif.

1.4.3 Bagi Perawat

Menambah pengetahuan dalam upaya peningkatan kualitas

personal perawat dan sebagai sarana untuk meningkatkan

pengetahuan dan keterampilan aplikasi pencegahan kecemasan

pasien pre operatif serta sebagai masukan agar perawat lebih

meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan

secara menyeluruh pada pasien.

1.4.4 Bagi Institusi Pendidikan

Dapat menjadi bahan untuk menentukan metode

pembelajaran terutama yang berkaitan dengan Tingkat Kecemasan

Pada Pasien Pre Operasi.


BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Kerangka Teoritis

2.1.1 Pengertian Kecemasan

1) Ansietas (kecemasan) adalah kekhawatiran yang tidak jelas

dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan

tidak berdaya. Keadaan emosional ini tidak memiliki objek

yang spesifik (Gail W. Stuart, 2010).

2) Kecemasan dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan

perasaan keprihatinan, rasa gelisah, ketidak tentuan, atau takut

dari kenyataan atau persepsi ancaman sumber aktual yang

tidak diketahui atau dikenal (Stuart, 2010).

3) Kecemasan menurut (Kusuma, 2008) adalah suatu keadaan

yang ditandai dengan perasaan ketakutan yang disertai dengan

tanda somatik yang menyatakan terjadinya hiperaktifitas

sistem syaraf otonom. Kecemasan adalah gejala yang tidak

spesifik yang sering ditemukan dan seringkali merupakan

suatu emosi yang normal.

2.1.2 Tingkat Kecemasan

Menurut Gail W. Stuart, 2008 tingkat kecemasan dibagi

menjadi tiga tingkatan, yaitu:


1) Ansietas Ringan

Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan

sehari-hari, ansietas ini menyebabkan individu menjadi

waspada dan meningkatkan lapang persepsinya. Ansietas ini

dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan

serta kreativitas.

2) Ansietas Sedang

Memungkinkan individu untuk berfokus pada hal yang

penting dan mengesampingkan yang lain. Ansietas ini

mempersempit lapang persepsi individu. Dengan demikian

individu mengalami tidak perhatian yang selektif namun dapat

berfokus pada banyak area jika diarahkan untuk

melakukannya.

3) Ansietas Berat

Sangat mengurangi lapang persepsi individu. Individu

cendrung berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta

tidak berfikir tentang hal lain. Semua perilaku di tujukan

untuk mengurangi ketegangan. Individu tersebut memerlukan

banyak arahan untuk berfokus pada area lain.

2.1.3 Tingkat Panik

Berhubungan dengan terpengarah, ketakutan, dan teror. Hal

yang rinci terpecah dari proporsinya. Karena mengalami

kehilangan kendali, individu yang mengalami panik tidak mampu


melakukan sesuatu walaupun dengan arahan. Panik mencakup

disorganisasi kepribadian dan menimbulkan peningkatan aktivitas

motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan

orang lain, persepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran

yang rasional. Tingkat ansietas tidak sejalan dengan kehidupan,

jika berlangsung terus dalam waktu yang lama, dapat terjadi

kelelahan dan kematian.

Gambar 1. Rentang Respon Ansietas

RENTANG RESPON ANSIETAS

Respon Adatif Respon Maladatif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

Sumber: Gail W. Stuart, 2008

2.1.4 Penyebab Kecemasan

Menurut (Sumati, 2009) kecemasan dapat disebabkan karena:

1) Adanya perasaan takut tidak diterima dalam satu

lingkungan tertentu.

2) Adanya pengalaman traumatis, seperti trauma akan

perpisahan, kehilangan atau bencana.


3) Adanya rasa frustasi akibat kegagalan dalam mencapai

tujuan.

4) Adanya ancaman terhadap integritas diri, meliputi

ketidakmampuan fisiologi atau gangguan terhadap

kebutuhan dasar.

5) Adanya ancaman terhadap konsep diri.

2.1.5 Faktor Utama Penyebab Timbulnya Kecemasan

Menurut Collins dalam Susabda (2010) bahwa kecemasan

timbul karena adanya:

1) Threat (ancaman) baik ancaman terhadap tubuh, jiwa atau

psikisnya (seperti kehilangan kemerdekaan, kehilangan arti

kehidupan) maupun ancaman terhadap eksistensinya (seperti

kehilangan hak).

2) Conflik (pertentangan) yaitu karena adanya dua keinginan

yang keadaannya bertolak belakang, hampir setiap dua

konflik, dua alternatif atau lebih yang masing-masing

mempunyai sifat approach dan avoidance.

3) Fear (ketakutan) kecemasan sering timbul karena ketakutan

akan sesuatu, ketakutan akan kegagalan menimbulkan

kecemasan, misalnya ketakutan akan kegagalan dalam

menghadapi ujian atau ketakutan akan penolakan

menimbulkan kecemasan setiap kali harus berhadapan dengan

orang baru.
4) Unfulled Need (kebutuhan yang tidak terpenuhi)

kebutuhan manusia begitu kompleks dan bila ia gagal untuk

memenuhinya maka timbullah kecemasan.

2.1.6 Faktor-faktor Penyebab Kecemasan

a. Faktor Kognitif

McMahon (2009) menyatakan bahwa kecemasan dapat

timbul sebagai akibat dari antisipasi harapan akan situasi

yang menakutkan dan pernah menimbulkan situasi yang

menimbulkan rasa sakit, maka apabila ia dihadapkan pada

peristiwa yang sama ia akan merasakan kecemasan sebagai

reaksi atas adanya bahaya.

b. Faktor Lingkungan

Menurut Slavson (2009) salah satu penyebab munculnya

kecemasan adalah dari hubungan-hubungan dan ditentukan

langsung oleh kondisi-kondisi, adat istiadat, dan nilai-nilai

dalam masyarakat. Kecemasan dalam kadar terberat

dirasakan sebagai akibat dari perubahan sosial yang amat

cepat, dimana tanpa persiapan yang cukup, seseorang tiba-

tiba saja sudah dilanda perubahan dan terbenam dalam

situasi-situasi baru yang terus menerus berubah. Dimana

perubahan ini merupakan peristiwa yang mengenai seluruh

lingkungan kehidupan, maka seseorang akan sulit

membebaskan diri dari pengalaman yang mencemaskan ini.


c. Faktor Proses Belajar

Menurut Mowrer (dalam Goldstein & Krasner, 2009)

kecemasan timbul sebagai akibat dari proses belajar. Manusia

mempelajari respon terhadap stimulus yang memperingatkan

adanya peristiwa berbahaya dan menyakitkan yang akan

segera terjadi.

Green Berger & Padesky (2010) menyatakan bahwa

kecemasan berasal dari dua aspek, yakni aspek kognitif dan

aspek kepanikan yang terjadi pada seseorang, diantaranya

adalah:

1) Aspek Kognitif

a) Kecemasan disertai dengan persepsi bahwa

seseorang sedang berada dalam bahaya atau

terancam atau rentan dalam hal tertentu, sehingga

gejala fisik kecemasan membuat seseorang siap

merespon bahaya atau ancaman yang menurutnya

akan terjadi.

b) Ancaman tersebut bersifat fisik, mental atau sosial,

diantaranya adalah:

o Ancaman fisik terjadi ketika seseorang percaya

bahwa ia akan terluka secara fisik.


o Ancaman mental terjadi ketika sesuatu

membuat khawatir bahwa dia akan menjadi

gila atau hilang ingatan.

o Ancaman sosial terjadi ketika percaya bahwa

ia akan ditolak, dipermalukan, merasa malu

atau dikecewakan.

c) Persepsi ancaman berbeda-beda untuk setiap orang.

d) Sebagian orang, karena pengalaman mereka bisa

terancam dengan begitu mudahnya dan akan lebih

sering cemas. Orang lain mungkin akan memiliki

rasa aman dan keselamatan yang lebih besar.

2) Aspek Kepanikan

Panik merupakan perasaan cemas atau takut yang

ekstrem. Rasa panik terdiri atas kombinasi emosi dan

gejala fisik yang berbeda. Seringkali rasa panik ditandai

dengan adanya perubahan sensasi fisik atau mental,

dalam diri seseorang yang menderita gangguan panik,

saat gejala-gejala fisik, emosi, dan pemikiran saling

berinteraksi dan meningkat dengan cepat. Pemikiran ini

menimbulkan ketakutan dan kecemasan serta

merangsang keluarnya adrenalin.

2.1.7 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan


Fakto-faktor yang mempengaruhi kecemasan (Gail W. Stuart,

2008) yaitu:

1) Faktor Predisposisi

a. Dalam Pandang Psikoanalitas

Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antar

dua elemen kepribadian: Id dan superego. Id mewakili

dorongan insting dan implus primitive, sedangkan

superego mencerminkan hati nurani dan dikendalikan

oleh norma budaya. Ego atau aku, berfungsi menengahi

tuntutan dari elemen yang bertentangan tersebut, dan

fungsi ansietas adalah meningkatkan ego bahwa ada

bahaya.

b. Menurut Pandangan Interpersonal

Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap

ketidaksetujuan dan penolakan interpersonal. Ansietas

juga berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti

perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan

kerentanan tertentu. Individu dengan harga diri rendah

terutama rentan mengalami ansietas yang berat.

c. Menurut Pandangan Perilaku

Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala

sesuatu yang mengganggu kemampuan individu untuk

mencapaitujuan yang diinginkan. Ahli teori perilaku lain


menganggap ansietas sebagai suatu dorongan yang

dipelajari berdasarkan keinginan dari dalam diri untuk

menghindari kepedihan. Ahli teori pembelajaran mayakini

bahwa individu yang terbiasa sejak kecil dihadapkan pada

ketakutan yang berlebihan lebih sering menunjukkan

ansietas pada kehidupan selanjutnya. Ahli teori konflik

memandang ansietas sebagai pertentangan antara dua

kepentingan yang berlawanan. Mereka meyakini adanya

hubungan timbal balik antar konflik ansietas yakni:

konflik menimbulkan ansietas, dan ansietas menimbulkan

perasaan tidak berdaya, yang pada gilirannya

meningkatkan konflik yang dirasakan.

d. Kajian Keluarga

Menunjukkan bahwa gangguan ansietas biasanya

terjadi dalam keluarga. Gangguan ansietas juga tumpang

tindih antara gangguan ansietas dengan depresi.

e. Kajian Biologis

Menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor

khusus untuk benzodiazepin, obat-obatan yang

meningkatakan neuroregulator inhibisi asam gama-

aminobutirat (GABA), yang berperan penting dalam

mekanisme biologis yang berhubungan dengan ansietas.

Selain itu, kesehatan umum individu dan riwayat ansietas


pada keluarga memiliki efek nyata sebagai predisposisi

ansietas. Ansietas mungkin disertai dengan gangguan

fisik dan selnjutnya menurunkan kemampuan individu

untuk mengatasi stressor.

2) Faktor Presiptasi

Stressor pencetus dapat berasal dari sumber internal dan

eksternal. Stressor pencetus dapat dikelompokkan dalam dua

kategori:

a. Ancaman Terhadap Integritas Fisik

Meliputi disabilitas fisiologi yang akan terjadi atau

penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas hidup

sehari-hari.

b. Ancaman Terhadap Sistem Diri

Dapat membahayakan identitas, harga diri, dan fungsi

sosial yang terintegritas pada individu.

2.1.8 Faktor-faktor Lain Yang Mempengaruhi Kecemasan

1) Faktor Internal

a. Pengalaman

Menurut Horney dalam Trismiati (2009), sumber-

sumber ancaman yang dapat menimbulkan kecemasan

tersebut bersifat lebih umum. Penyebab kecemasan

menurut Horney, dapat berasal dari berbagai kejadian di

dalam kehidupan atau dapat terletak di dalam diri


seseorang, misalnya seseorang yang memiliki pengalaman

dalam menjalani suatu tindakan maka dalam dirinya akan

lebih mampu beradaptasi atau kecemasan yang timbul

tidak terlalu besar.

b. Jenis kelamin

Berkaitan dengan kecemasan pada pria dan wanita,

Myers (2009) dalam Trismiati (2009) mengatakan bahwa

wanita lebih cemas akan ketidakmampuannya dibanding

dengan pria, pria lebih aktif, eksploratif, sedangkan wanita

lebih sensitif. Penelitian lain menunjukkan bahwa pria

lebih rileks dibanding wanita.

c. Usia

Menurut Elisabeth BH yang dikutip Nursalam (2011),

usia adalah umur individu yang dihitung mulai saat

kelahiran sampai saat ulang tahun. Sedangkan menurut

Huclok (2011), semakin cukup umur tingkat kematangan

dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir

dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang

lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi

kedewasaannya. Hal ini adalah sebagian dari pengalaman

dan kematangan jiwa.

2) Faktor Eksternal

a. Dukungan Keluarga
Adanya dukungan keluarga akan menyebabkan

seorang lebih siap dalam menghadapi permasalahan, hal

ini dinyatakan oleh Kasdu (2008).

b. Kondisi Lingkungan

Kondisi lingkungan sekitar itu dapat menyebabkan

seseorang menjadi lebih kuat dalam menghadapi

permasalahan, misalnya lingkungan pekerjaan atau

lingkungan bergaul yang tidak memberikan cerita negatif

tentang efek negatif suatu permasalahan menyebabkan

seseorang lebih kuat dalam menghadapi permasalahan, hal

ini dinyatakan oleh (Bas0, 2009).

2.1.9 Cara Mengukur Tingkat Kecemasan

Cara pengukuran penelitian ini menggunakan Skala HARS

Menurut Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) YANG

DIKUTIP Nursalam (2010) penilaian kecemasan terdiri dari 14

item, meliputi:

1) Perasaan : Cemas, firasat buruk, takut akan

pikiran sendiri, mudah tersinggung.

2) Ketegangan : Merasa tegang, gelisah, gemetar,

mudah terganggu dan lesu, tidak bisa istirahat tenang, mudah

terkejut, mudah menangis.


3) Ketakutan : Takut terhadap gelap, terhadap

orang asing, bila tinggal sendiri dan takut pada binatang

besar, pada kerumunan orang banyak.

4) Gangguan tidur : Sukar memulai tidur, terbangun

pada malam hari, tidur tidak pulas dan mimpi buruk, banyak

mimpi-mimpi menakutkan.

5) Gangguan kecerdasan : Penurunan daya ingat, mudah lupa

dan sulit konsentrasi.

6) Perasaan depresi : Hilangnya minat, berkurangnya

kesenangan pada hoby, sedih, perasaan tidak menyenangkan

sepanjang hari.

7) Gejala somatik : Nyeri pada otot-otot dan kaku, gigi

gemerutuk, suara tidak stabil.

8) Gejala sensorik : Perasaan ditusuk-tusuk, penglihatan

kabur, muka merah dan pucat serta merasa lemah.

9) Gejala kardiovaskuler : Takikardi, nyeri di dada, denyut

nadi mengeras dan detak jantung hilang sekejap.

10) Gejala pernapasan : Rasa tertekan di dada, perasaan

tercekik, sering menarik napas panjang dan merasa napas

pendek.

11) Gejala gastrointestinal : Sulit menelan, konstipasi, berat

badan menurun, mual dan muntah, nyeri lambung sebelum


dan sesudah makan, perasaan panas di perut, buang air besar

lembek, rasa penuh dan kembung.

12) Gejala urogenital : Sering kencing, tidak dapat

menahan kencing, aminorea, darah haid sangat sedikit, masa

haid berkepanjangan, masa haid sangat pendek, haid beberapa

kali dalam sebulan, menjadi dingin, ejakulasi dini, ereksi

lemah atau impotensi.

13) Gejala autonom : Mulut kering, mudah berkeringat,

muka merah, bulu-bulu berdiri, pusing atau sakit kepala,

mudah berkeringat.

14) Tingkah laku saat wawancara : Gelisah, jari-jari gemetar,

mengkerutkan dahi atau kening, muka tegang, tonus otot

meningkat, napas pendek dan cepat.

Cara penilaian kecemasan adalah dengan memberikan niali

dengan kategori:

a. Nilai 0 = Tidak ada gejala atau keluhan

b. Nilai 1 = Gejala ringan

c. Nilai 2 = Gejala sedang

d. Nilai 3 = Gejala berat

e. Nilai 4 = Gejala berat sekali

Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlahkan

nilai skor dari item 1-14 dengan hasil:

1) Skor kurang dari 14 = Tidak ada kecemasan


2) Skor 14-20 = Kecemasan ringan

3) Skor 21-27 = Kecemasan sedang

4) Skor 28-41 = Kecemasan berat

5) Skor 42-56 = Kecemasan berat sekali

2.2 Pre Operasi

2.2.1 Pengertian Pre Operasi

Perawatan perioperatif adalah periode sebelum, selama

dan sesudah operasi berlangsung. Keperawatan perioperatif

adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan keragaman

fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman

pembedahan pasien. Keperawatan perioperatif adalah fase

penatalaksanaan pembedahan yang merupakan pengalaman yang

unik bagi pasien. Keperawatan perioperatif merupakan tahapan

awal dari keperawatan perioperatif. Kesuksesan tindakan

pembedahan secara keseluruhan sangat tergantung pada fase ini.

Hal ini disebabkan fase ini merupakan awalan yang

menjadi landasan untuk kesuksesan tahapan-tahapan berikutnya.

Kesalahan yang dilakukan pada tahap ini akan berakibat fatal

pada tahap berikutnya. Pengkajian secara integral dari fungsi

pasien meliputi fungsi fisik biologis dan psikologis sangat

diperlukan untuk keberhasilan dan kesuksesan suatu operasi.

Keperawatan perioperatif adalah istilah yang digunakan untuk

menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan


dengan pengalaman pembedahan pasien (Keperawatan Medikal

Bedah : 2010).

Pada fase pre operatif, merupakan ijin tertulis yang

ditanda tangani oleh pasien untuk melindungi dalam proses

operasi yang akan dilakukan. Prioritas dalam prosedur

pembedahan yang utama adalah inform consent yaitu pernyataan

persetujuan pasien dan keluarga tentang tindakan yang akan

dilakukan yang berguna untuk mencegah ketidaktahuan pasien

tentang prosedur yang akan dilaksanakan dan juga menjaga

rumah sakit serta petugas kesehatan dari pasien dan keluarganya

mengenai tindakan tersebut. Pada periode pre operatif yang lebih

diutamakan adalah persiapan psikologis dan fiisik sebelum

operasi.

Pre operasi dimulai ketika keputusan tindakan

pembedahan diambil, dan berakhir ketika pasien dipindahkan ke

kamar operasi. Dalam fase pre operasi ini dilakukan pengkajian

pre operasi awal, merencanakan penyuluhan dengan metode

yang sesuai dengan kebutuhan pasien, melibatkan keluarga atau

orang terdekat dalam wawancara, memastikan kelengkapan

pemeriksaan pre operasi, mengkaji kebutuhan pasien dalam

rangka perawatan post operasi.


Pre operasi adalah fase dimulai ketika keputusan untuk

menjalani operasi atau pembedahan dibuat dan berakhir ketika

pasien dipindahkan ke meja operasi (Smeltzer and Bare, 2010).

2.2.2 Jenis Dan Tujuan Tindakan Operasi

1) Diagnostik, yaitu jenis operasi yang dilakukan untuk

memperoleh informasi dalam menegakkan diagnosis pasti

dari suatu penyakit.

2) Paliatif, yaitu tindakan operasi yang dilakukan untuk

menurunkan atau mengurangi nyeri atau gejala penyakit dan

tidak menyembuhkan.

3) Ablatif, yaitu tindakan pembedahan yang dilakukan dengan

cara pengangkatan bagian tubuh yang berpenyakit untuk

proses penyembuhan, contoh: amputasi.

4) Konstruktif, yaitu tindakan pembedahan yang dilakukan

untuk memperbaiki fungsi atau penampilan yang telah hilang

atau menurun, contoh: implantasi payudara, dagu, hidung,

dll.

5) Transplantasi, yaitu tindakan pembedahan yang mengganti

struktur tubuh yang tidak berfungsi, contoh: transplantasi

ginjal.

2.2.3 Faktor Resiko

Tindakan operasi dapat menimbulkan sedikit resiko jika

keadaan umum pasien baik. Masalah kesehatan umum yang


dapat meningkatkan resiko dan dapat menjadi faktor penyebab

ditundanya suatu tindakan operasi adalah malnutrisi, stres,

obesitas, hipertensi, gangguan fungsi jantung, diabetes melitus,

gangguan pada pembekuan darah, dan penyakit lain yang

menjadi kontra indikasi tindakan operasi.

2.2.4 Persiapan Sebelum Operasi

1) Formulir Persetujuan/ Informed Consent

Informed consent merupakan formulir persetujuan yang

membuktikan bahwa pasien dan keluarga benar

membutuhkan tindakan operasi, dan bersedia untuk

dilakukan tindakan operasi terhadap pasien. Formulir ini

disediakan oleh pihak rumah sakit, dan ditanda tangani jika

pasien dan keluarga telah mendapat penjelasan yang jelas

dari petugas (Dokter atau Perawat) tentang tindakan operasi

yang akan dilakukan.

2) Hasil Pemeriksaan Penunjang

Hasil pemeriksaan laboraturium pre operasi seperti

pemeriksaan darah, urin, dahak, dll. Yang harus

menunjukkan hasil yang normal. Hasil pemeriksaan lain

seperti: foto rontgen, USG, EKG, dll. juga harus disiapkan

sebelum tindakan operasi dilakukan.

3) Persiapan Khusus
Pemeriksaan golongan darah anggota keluarga

merupakan persiapan yang sangat penting untuk

mempersiapkan kebutuhan darah bagi pasien, jika pasien

membutuhkan transfusi darah pasca tindakan.

4) Persiapan Psikologis

Empat dimensi tindakan perawatan sebelum operasi

yang mampu mengatasi kebutuhan psikologis pasien adalah:

a. Informasi

Informasi yang jelas tentang persiapan operasi

merupakan kebutuhan utama yang dapat mengatasi

kecemasan pasien.

b. Dukungan Psikososial

Keberadaan orang terdekat selama perawatan pre

operasi sangat penting dalam upaya mengatasi

kecemasan pasien. Keberadaan petugas kesehatan

(Dokter atau Perawat) juga merupakan dukungan sosial

yang penting, yang sangat dibutuhkan pasien selama

perawatan pre operasi.

c. Peran Pasien Dan Keluarga

Peran pasien dan keluarga meliputi melaksanakan

semua peraturan pre operasi dan bertanya kepada

perawat atau dokter yang merawat jika mengalami

kesulitan dan membutuhkan bantuan informasi.


d. Pelatihan Keterampilan

Pelatihan keterampilan sangat penting dilakukan

untuk mengatasi kecemasan pasien pasca tindakan

operasi yang dialami. Pelatihan keterampilan ini

meliputi mobilisasi dini pasca operasi, latihan napas

dalam, latihan batuk efektif, cara menyokong luka

operasi yang benar.


BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI
OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep


Kerangka konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat

dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan

ketertarikan antar variabel (baik variabel yang diteliti maupun yang tidak

diteliti).

(Nursalam, 2011).

Input Output

Mengidentifikasi Skor Skala HARS


tingkat kecemasan
pada pasien pre 1) Skor ≤ 14 = Tidak ada kecemasan
2) Skor 14-20 = Kecemasan ringan
operasi
3) Skor 21-27 = Kecemasan sedang
4) Skor 28-41 = Kecemasan berat
5) Skor 42-56 = Kecemasan berat sekali

Keterangan:

: Di teliti

Gambar 3.1: Kerangka Konsep Penelitian Tingkat Kecemasan Pada

Pasien Pre Operasi. Sumber: (teori Soekidjo Notoatmodjo, 2010).


3.2 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang

dimaksud, atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan

(Notoatmodjo, 2012).

Tabel 3.1: Tabel Definisi Operasional

Definisi Skala
Variabel Alat ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur
Tingkat Keadaan Kuesioner Skor HARS Ordinal
kecemasan emosional Skala 1) ≤ 14 : Tidak ada kecemasan
pada ditandai HARS 2) 14-20: Kecemasan ringan
pasien pre dengan 3) 21-27: Kecemasan sedang
operasi perasaan yang 4) 28-41: Kecemasan berat
tidak pasti 5) 42-56: Kecemasan berat sekali
seperti: rasa
ketakutan,
kekhawatiran
yang
dirasakan
sebelum
proses
pembedahan
berlangsung.
BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan strategi penelitian dalam

mengidentifikasi permasalahan sebelum perencanaan akhir pengumpulan

data. Desain penelitian digunakan untuk mengidentifikasi struktur dimana

penelitian dilaksanakan, (Nursalam, 2013).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu survey deskriptif

dilakukan terhadap sekumpulan objek yang biasanya bertujuan untuk

melihat gambaran fenomena (termasuk kesehatan) yan terjadi dalam

populasi tertentu. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini akan

melakukan penelitian secara bersamaan, (Notoadmodjo, 2012).

4.2 Waktu dan Lokasi Penelitian

4.2.1 Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan 14-18 Oktober

2019.

4.2.2 Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Ruang Rawat Inap

RSUD Kota Mataram.


4.3 Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek peneliti atau

objek yang diteliti, (Notoadmodjo, 2012). Populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh pasien pre operasi pada

bulan Oktober yang berada di Ruang Rawat Inap RSUD

Kota Mataram.

4.3.2 Sampel

Sampel penelitian adalah sebagian yang diambil dari

keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili

seluruh populasi, (Notoadmodjo, 2012). Sampel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah semua pasien yang

pre operasi pada bulan Oktober yang berada di Ruang

Rawat Inap RSUD Kota Mataram.

4.4 Kriteria Sampel

Penentuan kriteria sampel sangat membantu peneliti untuk

mengurangi bias hasil penelitian, khususnya jika terhadap variabel-

variabel kontrol nyata mempunnyai pengaruh terhadap variabel yang kita

teliti. (Nursalam, 2013). Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini

adalah:

1) Kriteria Inklusi

Adalah karakteristik umum subyek penelitian dari suatu populasi

target yang terjangkau yang akan diteliti. (Nursalam, 2013).


Kriteria Inklusi:

a. Paisen pre operasi yang akan menjalani operasi H -1

b. Pasien pre operasi yang mau menjadi responden

c. Pasien pre operasi bisa membaca dan menulis

2) Kriteria Eksklusi

Adalah menghilangkan atau mengeluarkan subyek yang memenuhi

kriteria eksklusi dari studi karena berbagai sebab, (Nursalam, 2013).

Kriteria Eksklusi:

a. Pasien pre operasi yang tidak mau menjadi responden

b. Pasien pre operasi dengan penurunan kesadaran

4.5 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

yaitu menggunakan teknik Accidental sampling yang merupakan suatu

teknik penetapan sampel dengan penemuan sampel secara kebetulan.

(Nursalam, 2013). Jadi semua pasien pre operasi yang berada di Ruang

Rawat Inap RSUD Kota Mataram akan menjadi sampel penelitian sesuai

dengan waktu yang telah ditentukan.

4.6 Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat-alat yang akan digunakan untuk pengumpulan

data. Instrumen penelitian ini dapat berupa kuesioner (daftar pertanyaan),

formulir observasi, formulir-formulir lain yang akan berkaitan dengan

pencatatan data dan sebagainya, (Notoadmodjo, 2012).


Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

kuesioner skala HARS model skor, dimana jawaban diberikan skala nilai

0-4. Dengan jumlah pertanyaan sebanyak 14. Kemudian dijumlahkan

hasilnya lalu dibandingkan dengan jumlah skor maksimal kemudian

diukur menggunakan skala HARS (Nursalam, 2010).

4.7 Prosedur Pengambilan Data

Dalam pengambilan data, langkah-langkah yang harus dilakukan adalah:

1) Tahap Persiapan

a. Meminta izin pengambilan data dan penelitian dari Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas Nahdlatul Wathan Mataram.

b. Membawa surat izin pengambilan data dari Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas Nahdlatul Wathan Mataram untuk di

tembuskan ke Direktur dan Kepala Ruangan.

c. Meminta data tentang jumlah pasien pre operasi tahun 2019 (per

bulan) di RSUD Kota Mataram

d. Melakukan pendekatan dengan responden.

2) Tahap Pelaksanaan

a. Menjelaskan kepada responden tujuan dan manfaat dilakukannya

penelitian.

b. Memberikan lembar persetujuan, apakah responden bersedia

diteliti atau tidak.

c. Memberikan lembar kuesionr kepada responden untuk diisi.


d. Lembar kuesioner yang telah diisi dikembalikan lagi kepada

peneliti.

e. Melakukan pemerikasaan kelengkapan jawaban ditempat

penelitian.

f. Melakukan tabulasi data.

g. Memasukkan data yang sudah ditabulasi dihasil dan pembahasan

Karya Tulis Ilmiah.

4.8 Pengumpulan Data

Data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data primer

dan data sekunder. Adapun data primer dan data sekunder dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh dari responden dan

dikumpulkan secara khusus untuk menjawab pertanyaan peneliti ini,

meliputi:

a. Data tentang identitas responden meliputi: nama, usia, dan jenis

kelamin.

b. Data tentang tingkat kecemasan dikumpulkan dengan kuesioner.

2) Data Sekunder

Data sekunder merupakan data-data yang mendukung penelitian,

data sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber, diantaranya

yaitu instansi yang terkait dengan penelitian, buku-buku, dan artikel.


4.9 Teknik Pengolahan Data

1) Pengolahan Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan kuesioner Skala

HARS. Untuk nilai 0 tidak ada gejala atau keluhan, nilai 1 gejala

ringan, nilai 2 gejala sedang, nilai 3 gejala berat dan niali 4 gejala

berat sekali (Nursalam, 2010).

2) Jenis Kelamin

Dalam penelitian ini, peneliti hanya membedakan antara jenis

kelamin pria dan wanita.

3) Usia

Dalam penelitian ini peneliti hanya mengetahui umur

responden yang dimana umur 20-35 tahun diberi skor 1, dan umur

>35 tahun diberi skor 2 (Friedman, 2009).

4.10 Analisis Data

Analisa data merupakan suatu proses atau analisa yang

dilakukan secara sistematis terhadap data yang telah dikumpulkan

dengan tujuan supaya trens dan realtionship bisa dideteksi (Nursalam,

2013). Dalam penelitian ini analisis yang digunakan sebatas distribusi

frekuensi dan persentase.

1) Persiapan

Langkah persiapan bertujuan untuk merapikan data agar bersih,

rapi dan tinggal mengadakan pengolahan lanjutan atau menganalisis

(Arikunto, 2010). Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini meliputi:


a. Mengecek nama dan kelengkapan identitas pengisi untuk

menghindari kesalahan ataupun kekurangan data identitas sampel.

b. Mengecek kelengkapan data yaitu memeriksa isi instrumen

pengumpulan data (termasuk mengecek kelengkapan lembar

instrumen barang kali ada yang terlepas atau robek).

c. Mengecek macam isian data untuk menghindari ketidaktepatan

pengisian oleh sampel.

Data dianggap memenuhi syarat bilamana:

a) Seluruh data terisi lengkap dan jelas

b) Responden pengisi data terkontrol dan tidak dipengaruhi

orang lain.

c) Tidak terdapat faktor perancu data: tambahan informasi dari

orang lain, adanya kondisi kelelahan.

2) Tabulasi Data

Tabulasi data merupakan suatu kegiatan untuk mengelompokkan

data sesuai dengan item yang ditentukan oleh peneliti, (Arikunto,

2010).

Adapun kegiatan yang dilakukan dalam langkah tabulasi data

adalah:

a. Memberikan skor (scoring) terhadap item-item yang perlu

diberi skor sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam

definisi operasional.
b. Mengubah jenis data bila diperlukan, disesuaikan atau

dimodifikasi dengan teknik analisis yang akan digunakan.

3) Analisa Data Sesuai Dengan Pendekatan Penelitian

Analisis dekriptif adalah suatu prosedur pengolahan data dengan

menggambarkan data meringkas, data secara ilmiah dalam bentuk

tabel dan grafik. Data-data yang disajikan meliputi frekuensi,

proporsi dan rasio, ukuran-ukuran kecendrungan pusat (rata-rata

hitung, median, modus), maupun ukuran-ukuran variasi (simpangan

baku, variansi, rentang, dan kuartil). Salah satu pengamatan yang

dilakukan pada tahap analisis deskriptif adalah pengamatan terhadap

tabel frekuensi. Tabel frekuensi terdiri dari kolom-kolom yang

memuat frekuensi dan persentase untuk setiap karegori, (Nursalam,

2013).

4.11 Etika Penelitian (Ethical Clearance)

Penelitian yang menggunakan manusia sebagai subjek tidak

boleh bertentangan dengan etik. Tujuan penelitian harus etis dalam arti

hak responden harus dilindungi. Pada penelitian ini peneliti

mendapatkan pengantar dari FIK UNW Mataram yang akan diberikan

kepada Direktur RSUD Kota Mataram, untuk mendapatkan persetujuan

penelitian serta pengambilan data jumlah pasien pre operasi tahun 2019

(perbulan). Pada saat melakukan penelitian, peneliti akan menyerahkan

surat ijin yang berasal dari FIK UNW Mataram ke Direktur RSUD Kota

Mataram, peneliti akan mendapatkan surat rekomendasi untuk


melakukan penelitian langsung ke ruangan atau dan sebelum di teliti

mendapatkan persetujuan, peneliti akan melakukan penelitian dengan

menekankan masalah etika meliputi:

1) Informend Consent (persetujuan)

Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang akan diteliti,

dengan tujuan agar responden mengetahui maksud dan tujuan

penelitian, responden yang bersedia diteliti diminta

menandatangani lembar persetujuan tersebut, responden yang tidak

diteliti tetap dihormati haknya.

2) Anonimy (tanpa nama)

Untuk mengetahui kerahasian identitas responden, peneliti tidak

akan mencantumkan responden pada lembar pengumpulan data

(kuesioner) yang diisi oleh responden, lembar tersebut hanya diberi

nomer kode tertentu oleh peneliti.

3) Confidentialy (kerahasian)

Kuesioner telah diisi oleh responden dijamin kerahasiannya oleh

peneliti, hanya kelompok data saja yang akan disajikan atau

dilaporkan pad peneliti.


KUESIONER TINGKAT KECEMASAN HARS

(Hmilton Anxiety Rating Scale)

TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI


DIRUANG RAWAT INAP RSUD KOTA MATARAM

A. KUESIONER KARAKTERISTIK RESPONDEN

Jawablah pertanyaan yang disediakan dibawah ini dengan tanda (√) sesuai
dengan keadaan anda saat ini.

1. Usia
18-25 tahun
26-45 tahun
46-60 tahun

2. Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan

B. KUESIONER TINGKAT KECEMASAN

1. Penilaian:
0: Tidak ada gejala (tidak ada keluhan sama sekali)
1: Gejala ringan (satu dari gejala yang ada)
2: Gejala sedang (separuh dari gejala yang ada)
3: Gejala berat (lebih dari separuh gejala yang ada)
4: Gejala berat sekali (semua gejala ada)
2. Penilaian tingkat kecemasan
Total skor: < 14 : Tidak cemas
14 – 20 : Kecemasan ringan
21 – 27 : Kecemasan sedang
28 – 41 : Kecemasan berat
42 – 56 : Kecemasan berat sekali
3. Berilah tanda check list (√) pada kolom sesuai dengan keadaan anda.
1) Perasaan Cemas
Cemas Nilai
Firasat buruk
Takut akan pikiran sendiri
Mudah tersinggung
2) Ketegangan
Merasa tegang
Lesu Nilai
Tidak bisa istirahat tenang
Mudah terkejut
Mudah menangis
Gemetar
Gelisah
3) Ketakutan
Pada gelap
Pada orang asing Nilai
Ditinggal sendiri
Pada binatang besar
Pada keramaian atau lalu lintas
Pada kerumunan orang banyak
4) Gangguan Tidur
Terbangun malam hari
Tidur tidak nyenyak Nilai
Bangun dengan lesu
Banyak mimpi
Mimpi buruk
Mimpi menakutkan
5) Gangguan Kecerdasan
Sukar konsentrasi Nilai
Daya ingat menurun
Daya ingat buruk
6) Perasaan Depresi (Murung)
Hilangnya minat
Nilai
Berkurangnya kesenangan pada hobi
Sedih
Bangun dini hari
7) Gejala Somatik/Fisik (Otot)
Sakit dan nyeri di otot-otot Nilai
Kaku
Kedutan otot
Gigi gemeletuk
Suara tidak stabil
8) Gejala Somatik/Fisik (Sensorik)
Tinitus (telinga berdengin) Nilai
Penglihatan kabur
Muka merah atau pucat
Perasaan ditusuk-tusuk
9) Gejala Kardiovaskuler
Takikardi (nadi cepat)
Berdebar-debar Nilai
Nyeri di dada
Denyut nadi mengeras
Rasa lesu/lemas seperti mau pingsan
Detak jantung menghilang (berhenti sekejap)
10) Gejala Respiratori (Pernapasan)
Rasa tertekan atau sempit di dada Nilai
Rasa tercekik
Sering menarik nafas
Nafas pendek/sesak
11) Gejala Gastrointestinal (Pencernaan)
Sulit menelan
Perut melilit
Gangguan pencernaan
Nyeri sebelum dan sesudah makan Nilai
Perasaan terbakar diperut
Rasa penuh atau kembung
Mual
Muntah
Buang air besar lembek
Sukar buang air besar (konstipasi)
Kehilangan berat badan
12) Gejala Urogenital (Perkemihan dan Kelamin)
Sering buang air kecil
Tidak dapat menahan air seni Nilai
Tidak datang bulan
Darah haid berlebihan
Darah haid amat sedikit
Masa haid berkepanjangan dalam sebulan
Menjadi dingin (frigid)
Ejekuasi dini
Ereksi melemah
Ereksi hilang
13) Gejala Autoimun
Mulut kering
Muka merah Nilai
Mudah berkeringat kepala pusing
Kepala terasa berat
Kepala terasa sakit
Bulu-bulu berdiri
14) Tingkah Laku (Sikap) pada Wawancara
Gelisah
Tidak tenang
Jari gemetar Nilai
Kerut kening
Muka tegang
Otot tegang/mengeras
Nafas pendek dan cepat
Muka merah

JUMLAH SKOR:

Tingkat Kecemasan: Tidak cemas

Cemas ringan

Cemas sedang

Cemas berat

Cemas berat sekali (panik)

Anda mungkin juga menyukai