Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH SEHAT DAN SAKIT DALAM PANDANGAN ISLAM

SYUKUR SABAR ISTIGFAR DAN TAUBAT

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4

1. JUMRATI FITRATUH
2. EVA YUNIA
3. IMAM SATRIA DESA
4. HALSABILAH ALFISYAHRIN
5. SITI ROSTIKA DEWI

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN JENJANG S1
T.A. 2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Islam merupakan agama yang mengatur seluruh aspek kehid upan manusia, untuk  mengatur kemakmuran
menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Salah satu  penunjang kebahagian tersebut adalah dengan men1iliki tubuh
yang sehat, sehingga dengannya kita dapat beribadah dengan lebih baik kepada Allah. Agama Islam sangat
mengutamakan kesehatan (lahir dan batin) dan menempatkannya sebagai kenikmatan kedua setelah Iman. Dalam
perjalanan hidupnya didunia, manusia menjalani tiga keadaan  penting: sehat, sakit atau mati.
Kehidupan itu sendiri selalu diwarnai oleh hal-hal yang saling bertentangan, yang saling berganti mengisi hidup
ini tanpa pernah kosong sedikit pun .Sehat dan sakitmerupakan warna dan rona abadi yang selalu melekat dalam
diri manusia selama dia masih hidup. Tetapi kebanyakan manusia memperlaku kan sehat dan sakit secara tidak adil.
Kebanyakan mereka menganggap sehat itu saja yang mem punyai makna. Sebaliknya sakit hanya dianggap sebagai
beban dan  penderitaan, yang tidak ada maknannya sama sekali. Orang yang  beranggapan demiikian jelas
melakukan kesalahan besar, sebab Allah SWT selalu menciptakan sesuaru atau memberikan suatu ujian kepada
hambanya pasti ada hikmah atau pelajaran dibalik itu semua. (Q.S. Shaad :27)
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sehat dan sakit secara medis?
2. Bagaimana konsep sehat menurut islam ?
3. Upaya apa yang harus kita lakukan untuk mempertahankan kesehatan menurut agama islam?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi konsep sehat sakit secara medis


Sehat merupakan sebuah keadaan yang tidak hanya terbebas dari  penyakit akan tetapi  juga meliputi seluruh
aspek kehidupan manusia yang meliputi aspek fisik, emosi, sosial dan spiritual. Menrut WHO (1947) Sehat itu
sendiri dapat diartikan bahwa suatu keadaan yang sempurna  baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya
bebas dari  penyakit atau kelemahan (WHO, 1947) tentang Kesehatan menyatakan bahwa: Kesehatan adalah
keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif  secara sosial dan ekonomi.
Dalam pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur-unsur fisik,
mental dan sosial dan di dalamnya. Kesehatan jiwa merupakan bagian integral kesehatan.
Dalam pengertian yang paling luas sehat merupakan suatu keadaan dimana individu menyesuaikan diri
dengan  perubahan- perubahan lingkungan internal (psikologis, intelektual, spiritual dan penyakit) dan eksternal
(lingkungan fisik, social,dan ekonomi) dalam mempertahankan kesehatannya. Istilah sehat dalam kehidupan sehari-
hari sering dipakai untuk menyatakan bahwa sesuatu dapat  bekerja secara normal. Kebanyakan orang mengatakan
sehat jika badannya merasa segar dan nyaman. Bahkan seorang dokterpun akan menyatakan pasienn ya sehat
manakala menurut hasil pemeriksaan yang dilakukannya mendapatkan seluruh tubuh pasien berfungsi secara
nomal.
Namun demikian, pengertian sehat yang sebenarnya tidaklah seperti itu.Pengertian sehat menurut UU Pokok
Kesehatan No. 9 tahun 1960, Bab I Pasal 2 adalah keadaan yang meliputi kesehatan badan (jasmani), rohani
(mental), dan sosial, serta bukan hanya keadaan  bebas dari penyakit, cacat, dan kelemahan. Batasan kesehatan
tersebut di atas sekarang telah diperbaharui bila batasan kesehatan yang terdahulu itu hanya mencakup tiga dimensi
atau aspek, yakni: fisik, mental, dan sosial, maka dalam Undang- Undang  NO. 23 Tahun 1992, kesehatan
mencakup 4 aspek, yakni: fisik (badan), mental (jiwa), sosial, dan ekonomi. Batasan kesehatan menurut WHO yang
paling baru.Pengertian kesehatan saat ini memang lebih luas dan dinamis dibandingkan dengan batasan
sebelumnya.
Pengertian Sakit Setelah kemarin kita mengetahui akan pengertian sehat maka kali ini akan memposting
berkaitan dengan hal yang disebut dengan  pengertian sakit. Langsung saja menuju kepada apa yang disebut dengan
pengertian sakit. Beberapa pengertian sakit dan diantara pengertian sakit ini adalah sebagai berikut :
1. Sakit adalah gangguan dalam fungsi nomal individu sebagai totalitas termasuk keadaan organisme sebagai
sistem  biologis dan  penyesuaian sosialnya
2. Sakit adalah sebagai suatu keadaan yang tidak menyenangkan yang memmpa seseorang sehingga seseorang
menimbulkan gangguan aktivitas sehari-hari baik itu dalam aktivitas jasmani, rohani dan sosial.
3. Sakit sebagai suaru k eadaan dari badan atau sebagian dari organ  badan dimana fungsinya terganggu atau
menyimpang.
2.2 Definisi konsep sehat sakit menurut agama islam
a. Mukadimah Sakit dan  penyakit merupakan suatu peristiwa yang selalu menyertai hidup manusia sejak   jaman
Nabi Adam a.s.. Kita memahan1i apapun yang meni mpa manusia adalah takdir, sakitpun merupakan takdir.
Lantas kalau sakit merupakan takdir, kalau kita sakit kenapa harus mencari sehat/kesembuhan? Lantas buat apa
dan apa manfaat berobat? Dari sinilah landasan kita berpijak dalam memahan1i sehat, sakit, obat dan
upaya pengobatan.
b. Sehat dan Sakit Pandangan al-Qur an
" Dan (ingatlah kisah) Ayyub, ketika ia menyeru Tuhann ya: "( Ya Tuhanku ),  sesungguhnya aku telah ditimpa
penyakit dan Engkau adalah Tuhan yang  maha Penyayang di antara  semua  Penyayang".  Maka Kamipun
memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit  yang ada padanya dan Kami kembalikan
keluarganya kepadanya, dan Kami lipat   gandakan bilangan mereka,  sebagai suatu rahmat dari  sisi  Kami dan
untuk menjadi  peringatan bagi semua yang menyembah Allah". (QS al-Anbiya', 21: 83-84)
Ayat di atas mengisahkan bahwa Nabi Ayyub a.s. yang ditimpa penyakit, kehilangan harta dan anak-
anaknya. Dari seluruh tubuhnya hanya hati dan lidahnya yang tidak tertimpa  penyakit, karena dua organ inilah
yang dibiarkan Allah tetap baik dan digunakan oleh Nabi Ayyub a.s. untuk berdzikir dan memohon keridhaan
Allah, dan Allah pun mengabulkan doanya, hingga akhirnya Nabi Ayyub a.s. sembuh dan dikembalikan harta
dan keluarganya. Dari sini dapat diambil pelajaran agar manusia tidak berprasangka buruk kepada Allah, tidak   
berputus asa akan rahmat Allah serta bersabar dalam menerima takdir Allah. Karena kita sebagai manusia perlu
meyakini bahwa apabila Allah menakdirkan sak:it maka kita akan sakit, begitu pula apabila Allah menakdirkan
kesembuhan, tiada daya upaya kecuali dengan izin- Nya kita sembuh.
"(Yaitu Tuhan)  yang telah menciptakanku, maka Dialah  yang memberi petunjuk kepadaku.  Dan
Tuhanku, yang  Dia memberi makan dan minum kepadaku. Dan apabila aku  sakit.  Dialah  yang
menyembuhkanku. Dan  yang akan mematikan aku, kemudian akan menghidupkanku (kembali). Dan  yang amat
kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari kiamat ". (QS asy-Syu'ara' 26: 78-82)
1. Konsep Sehat Allah dan Rasul- Nya (Nabi Muhan1mad s.a.w.) melalui ayat-ayat al-Quran dan sunnah
Rasulullah s.a.w. memberi perhatian yang serius terhadap kesehatan manusia. Nabi Muhammad s.a.w.
bahkan menganggap keselamatan dan kesehatan sebagai nikmat Allah yang terbesar yang harus diterima
dengan rasa syukur.
Firman Allah dalam QS  Ibrahim, 14:7, "
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: "sesungguhnya jika kamu bersyukur,  pasti  Kami akan
menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku ), maka sesungguhnya azab-Ku
sangat pedih ".
Bentuk syukur terhadap nikmat Allah melalui kesehatan adalah senantiasa menjaga kesehatan sesuai
dengan sunnatullah. Rasulullah s.a.w. bersabda:
" Dua nikmat yang sering tidak diperhatikan oleh kebanyakan manusia ya itu kesehatan dan waktu luang.
"(Hadis Riwayat al-Bukhari dari l bnu Abbas)
Kesehatan Dalam Perspektif Islam
"Diharamkan  bagimu (memakan)  bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas
nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas,
kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharmkan  bagimu ) yang disembelih untuk berhala. Dan
(diharam kan juga) mengundi nasib dengan anak   panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah
kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu
janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah kusempurnakan untuk
kamu agamamu , dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama
bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja  berbuat dosa, sesungguhnya Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang"(QS.Al Maa'idah, 5: 3).
Islam memiliki perbedaan yang nyata dengan agama-agama lain di muka bumi ini. Islam sebagai agama
yang sempuma tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Sang Khalik -nya dan alam syurga, namun
Islam men1iliki aturan dan tuntunan yang  bersifat komprehensif, harmonis,  jelas dan logis. Salah saru
kelebihan Islam yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah perihal perspektif Islam dalam mengajarkan
kesehatan bagi individu maupun masyarakat. Kesehatan merupakan salah satu hak bagi tubuh manusia den
demikian sabda Nabi Muhanmmad SAW. Karena kesehatan merupakan hak asasi manusia, sesuatu yang
sesuai dengan fitrah manusia, maka Islam menegaskan  perlunya istiqomah memantapkan dirinya dengan
menegakkan agama Islam. Satu-satunya  jalan dengan melaksanakan  perintah perintah- Nya dan
meninggalkan larangannya. Allah berfiman: "Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu  pelajaran
dari Tuhanmu dan  penyembuh- penyembuh bagi penyakit- penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk
dan rahmat bagi orang-orangnya yang beriman" (QS:Yu nus 57).
Sehat menurut  batasan World Health Organization (WHO) adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa,
dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Tujuan Islam
mengajarkan hidup yang bersih dan sehat adalah menciptakan individu dan masyarakat yang sehat jasmani,
rokhani, dan sosial sehingga umat manusia mampu menjadi umat yang pilihan . Beberapa Hadist yang
berkaitan dengan kesehatan
1. Dari Abu Hurairah radhiallahu'anhu,  bahwa Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam  bersabda:
"Tidaklah Allah menurunkan sebuah penyakit melainkan menurunkan pula obatnya ." (HR. Al-Bukhari
dan Muslim)
2. Dari Ibnu Mas'ud radhiallahu'anhu,  bahwa Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam  bersabda:
"Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala tidaklah menurunkan sebuah penyakit melainkan
menurunkan pula obatnya. Obat itu diketahui oleh orang yang bisa mengetahuinya dan tidak diketahui
oleh orang yang tidak bisa mengetahuinya." (HR. Ahmad, Ibnu Majah, dan Al-Hakin1,  beliau
menghadiskan dan disepakati oleh Adz-Dzahabi. Al-Bushiri menghadishkan hadits ini dalam Zawa'id-
nya. Lihattakhrij Al-Arnauth atas Zadul Ma 'ad, 4112-13)
3. Penegasan Rasulullahu'alaihi wa sallam dalam sabdanya: "Sesungguhnya Allah telah menurunkan
penyakit dan obatnya, demikian pula Allah menjadikan bagi setiap penyakit ada obatnya.
Maka berobatlah kalian dan janganlah  berobat dengan yang haram." (HR. Abu Dawud dari Abud Darda'
radhiallahu 'anhu)
4. 'Aisyah radhiallahu'anha,  beliau berkata: "Dahulu bila salah seorang dari kami mengeluhkan rasa sakit
maka beliau Shallallahu'alaihi wa sallam mengusapnya dengan tangan kanan beliau dan membaca: "Ya
Allah, Rabb sekalian manusia, yang menghilangkan segala petaka, sembuhkanlah, Engkaulah Yang
Maha Penyembuh, tak ada yang bisa menyembuhkan kecuali Engkau, sebuah kesembuhan yang tidak
meninggalkan penyakit."(HR Al-Bu khari).
5. Dari 'Abdullah  bin 'Abbas radhiallahu'anhuma, dari  Nabi Shallallahu'alaihi wasallam,  bahwa beliau
bersabda: "Barangsiapa mengunjungi orang sakit selama belum datang ajalnya, lalu dia  bacakan di
sisinya sebanyak tujuh kali: "Aku memohon kepada Allah Yang Maha Agung, Pemilik 'Arsy yang besar,
semoga menyembuhkanmu, 'niscaya Allah akan menyembuhkannya dari  penyakit itu." (HR. Abu
Dawud , At-Turmud zi, dan dihasankan oleh Al-Hafizh dalam Takhrij Al-Adzkar)
6. Dari Sa'd bin Abi Waqqash radhiallahu'anhu, beliau berkata: "Nabi Shallallahu'alaihi wa sallam
mengunjungiku (ketika aku sakit) dan beliau membaca
"Ya Allah, sembuhkanlah Sa'd Ya Allah, sembuhkanlah Sa'd. Ya Allah, sembuhkanlah Sa'd."(HR
Muslim)
7. Hadits Abdullah bin Mas'ud radhiallahu'anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam
bersabda: "Tidaklah seorang muslim ditimpa gangguan berupa sakit atau lainnya, melainkan Allah
menggugurkan kesalahan-kesalahannya sebagaimana pohon menggugurkan daun-daunnya." (HR. Al-
Bukhari no. 5661 dan Muslim no. 6511)
2. Konsep Sakit
Di hadapan Allah, orang sakit bu kanlah orang yang hina. Mereka justru memiliki kedudukan yang
sangat mulia.
"Tidaklah hanya seorang muslim tertimpa suatu penyakit dan keletihan, kehawatiran dan kesedihan, dan
tidak juga gangguan dan kesusahan bahkan duri yang melukainya melainkan  Allah akan menghapus
kesalahan-kesalahannya". (Hadis Riwayat al-Bukhari dari Abu Hurairah)
Bahkan Allah menjanji kan kepada orang yang sakit apabila ia bersabar dan berikhtiar dalam sakitnya,
Allah akan menghapus dosa-dosanya.
"Tidaklah seorang muslim tertimpa derita dari penyakit kecuali Allah hapuskan dengannya (dari sakit
tersebut) kejelekan-kejelekannya (dosa-dosanya) sebagaimana gugurnya dedaunan sebuah pohon ". (Hadis
Riwayat al-Bukhari dari Abdullah bin Mas'ud)Sakit sebagai salah satu ciptaan Allah SWT yang ditimpakan
kepada manusia  juga  pasti ada maksudnya. Salah satu hikmah Allah SWT kepada hamba- Nya adalah
sebagai ujian dan cobaan untuk membuktikan siapa-siapa saja yang benar -benar beriman. Firman Allah
SWT : Artinya :214- Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang
kepadamu (cobaan) sebagairnana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpah oleh
malapetaka dan kesengsaraan, serta diguncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga  berkatalah
Rasul dan orang-orang yang  beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah,
sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. (Q.S. Al Baqarah :214)
Demikianlah Allah SWT akan menguji hamba-hamba- Nya dengan kebaikan dan keburukan. Dia
menguji manusia berupa kesehatan, agar mereka bersyukur dan mengetahui keutamaan Allah SWT serta
kebaikan- Nya kepada mereka. Kemudian Allah SWT juga akan menguji manusia dengan keburukan seperti
sakit dan miskin, agar mereka bersabar dan memohon perlindungan serta ber do'a kepada- Nya.
Amat banyak orang yang tidak memahami kenapa ia harus sakit, sehingga secara tidak sadaria
menganggap bahwa penyakit yang dideritanya tersebut sebagai malapetaka atau kutukan Allah yang
dijatuhkan kepadanya. Tidak sedikitpun orang yang tatkala ditimpa  penyakit menjadi putus asa, kehilangan
pegangan,  bahkan berburuk sangka kepada Allah SWT. Lalu timbul rasa tidak puas kepada Allah SWT,
merasa bahwa dengan sakitnya itu Allah bersikap tidak adil, sehingga ia tidak lagi menjalankan kewajiban-
kewajiban- Nya sebagai hamba Allah. Padahal di waktu sehat ia selalu mengucapkan dalam salatnya :
Artinya : "Sesungguhnya salat, ibadah, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam " (Q.S.
Al An'am : 162).
Dalam pandangan Islam, penyakit merupakan cobaan yang diberikan Allah SWT kepada hamba- Nya
untuk menguji keirnanannya. Ketika seseorang sakit disana terkandung pahala, ampunan dan akan
mengingatkan orang sakit kepada Allah SWT. Aisyah  pernah meriwayatkan, bahwa Rasulullah SAW
bersabda : Tidak ada musibah yang menimpa diri  seorang muslim, kecuali Allah mengampuni dosa-
dosanya,  sampai- sampai  sakitnya karena tertusuk duri sekalipun"(H.R.Buchari) Sabda Rasulullah SAW:)
Artinya : Dan sesungguhnya  bila Allah SWT menci ntai suatu kaun1, dicobanya dengan  ber bagai cobaan.
Siapa yang ridha menerimanya, maka dia akan memperoleh keridhoan Allah. Dan barang siapa yang murka
(tidak ridha) dia akan memperoleh kemurkaan Allah SWT.(H.R.I bnu Majah dan AtTurmud zi)
Dari Abu Hurairah r.a. Nabi Muhammad SAW. Bersabda : Tidaklah seorang muslim ditimpa musibah,
kesusahan, kesedihan, penyakit, gangguan menumpuk pada dirinya kecuali Allah SWT hapuskan akan dosa-
dosanya (H.R. Bukharim dan Muslim). Allah SWT menciptakan cobaan antara lain untuk mengingatkan
manusia terhadap rahmat-rahmat yang telah diberikan- Nya. Allah SWT memberikan  penyakit agar setiap
insan dapat menyadari  bahwa selama ini dia telah diberi rahmat sehat yang begitu banyak. Namun kesehatan
yang dimilikinya itu sering kali di abaikan, bahkan mungkin disia-siakan. Padahal ia mempunyai harga yang
sangat bernilai tiada tolak ukur dan bandingannya. Disamping itu, sakit juga digunakan oleh Allah SWT
untuk memperingatkan manusia atas segala dosa-dosa dan  perbuatan jahatnya selama hidup di dunia. Kalau
dahulu seorang insan yang banyak berbuat kesalahan tidak ber fikir tentang dosa dan pahala, maka disaat
sakit biasanya manusia teringat akan dosa-dosanya sehingga ia berusaha untuk bertaubat dan memohon
ampunan kepada Allah SWT.
2.3 Upaya-upaya mempertahankan kesehatan menurut agama islam
Beberapa contoh pengobatan Nabawi (pengobatan dalam islam pada zaman Rasullulah SAW)
1. Pengobatan dengan meminum madu.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman tentang madu yang keluar dari perut lebah: "Dari perut lebah itu
keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi
manusia." (An- Nahl:69) Madu dapat digunakan untuk mengobati berbagai jenis penyakit dengan izin Allah
Subhanahu wa Ta'ala. Di antaranya untuk mengobati sakit perut, seperti ditunjukkan dalam hadits berikut ini:
"Ada seseorang menghadap Nabi Shallallahu'alaihi wa sailam, ia berkata : 'Saudaraku mengeluhkan sakit pada
perutnya.' Nabi berkata : 'Minumkan ia madu.' Kemudian orang itu datang untuk kedua kalinya, Nabi berkata:
'Minumkan ia madu.' Orang itu datang lagi pada kali yang ketiga, Nabi tetap berkata: 'Miminumkan ia madu.'
Setelah itu, orang itu datang lagi dan menyatakan: 'Aku telah melakukannya (namun belum sembuh juga malah
bertambah mencret).' Nabi bersabda: 'Allah Maha benar dan perut saudaramu itu dusta. Minumkan lagi madu.'
Orang itu meminumkannya lagi, maka saudaranya pun sembuh." (HR Al-Bukhari no. 5684 dan Muslin1no.
5731)
2. Pengobatan dengan habbah sauda' (jintan hitam)
Nabi Shallallahu'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya habbah sauda' ini merupakan obat dari semua
penyakit, kecuali daripenyakit as-samu". Aku (yakni'Aisyah radhiallahu 'anha) bertanya: "Apakah as-samu itu?"
Beliau menjawab: "Kematian."(HR. Al-Bukhari no. 5687 dan Muslin1no. 5727)
Jinten hitam atau al Habbah as Sauda ini dikenal juga sebagai Syuwainiz dalam bahasa Persia, disebut
juga dengan biji al Barakah. Dari  biji ini  bisa dibuat minyak yang berkhasiat mengobati  batuk, membantu
pencernaan, menghilangkan masuk angm dan sejenisnya.  Namun saat ini,  biasanya jinten hitam ini dikonsumsi
dalam bentuk pil. Imam Ibnu Qayyim al Jauziyah berkata, "Jinten hitam memiliki  banyak sekali khasiat. Arti
sabda Nabi, 'obat dari segala jenis  penyakit', seperti firman Allah, 'Menghancurkan segala sesuatu dengan
perintah Rabb-nya, yakni segala sesuatu yang bisa hancur. Banyak lagi ungkapan-ungkapan sejenis. Jinten hitam
memang berkkhasiat mengobati segala jenis penyakit dingin,  bisa juga membantu kesembuhan ber bagai
penyakit  panas karena faktor temporal" (Metode Pengobatan Nabi Shallallahu'alaiHi wa sallam, hal. 365)
3. Pengobatan dengan meminum susu dan air kencing unta
Anas radhiallahu'arihu menceritakan: "Ada sekelompok orang 'Urainah dari penduduk  Hijaz menderita
sakit (karena kelaparan atau keletihan). Mereka berkata : 'Wahai Rasulullah,  berilah tempat kepada kami
dan berilah kami makan.' Ketika telah sehat, mereka berkata: 'Sesungguhnya udara kota Madinah tidak cocok
bagi kami (hingga kami menderita sakit).' Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam pun menempatkan mereka di
Harrah, di dekat tempat  pemeliharaan unta-unta beliau (yang berjumlah 3-30 ekor). Beliau berkata: 'Minumlah
dari susu dan kencing unta-unta itu.'Tatkala mereka telah sehat, mereka  justru membunuh  penggembala unta-
unta  Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam (setelah sebelumnya mereka mencungkil matanya) dan menggiring unta-
unta tersebut (dalam keadaan mereka juga murtad dari Islam). Nabi Shallallahu'alaihi wa sallam pun mengirim
utusan untuk mengejar mereka, hingga mereka tertangkap dan diberi hukuman dengan dipotong tangan dan kaki-
kaki mereka serta dicungkil mata mereka."(HR. Al-Bukhari no. 5685, 5686 dan Muslim no. 4329)
4. Pengobatan dengan berbekam (hijamah)
Ibnu 'Abbas radhiallahu'an huma mengabarkan "Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam
berbekam pada bagian kepalanya dalam keadaan beliau sebagai muhrim (orang yang berihram) karena sakit pada
sebagian kepalanya."(HR Al-Bukhari no. 5701) Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam juga bersabda: "Obat
kesembuhan itu (antara lain) dalam tiga (cara pengobatan): minum madu, berbekam dan dengan kay, namun aku
melarang umatku dari kay."11 (HR.Al-Bukhari.No.5680)
2.4 Syukur
1. Pengertian Syukur
Kata syukur yang dikutip oleh ida Fitria Shohibah dalam kamus kontemporer Arab-Indoneisia, berasal
dari bahasa arab dengan kata dasar “Syakara” yang artinya berterima kasih, bentuk masdar dari kalimat ini
adalah syukr, syukraan yang artinya rasa terima kasih. Secara bahasa syukur adalah pujian kepada yang telah
berbuat baik atas apa yang dilakukan kepadanya. Syukur adalah kebalikan dari kufur. Hakikat syukur adalah
menampakkan nikmat, sedangkan hakikat ke-kufur-an adalah menyembunyikannya. Menampakkan nikmat
antara lain berarti menggunakannya pada tempat dan sesuai dengan yang dikehendaki oleh pemberinya, juga
menyebut-nyebut nikmat dan pemberinya dengan lisan. Menurut sebagian ulama, syukur berasal dari kata
“syakara”, yang artinya membuka atau menampakkan. Jadi, hakikat syukur adalah menampakkan nikmat Allah
yang dikaruniakan padaNya, baik dengan cara menyebut nikmat tersebut atau dengan cara mempergunakannya
di jalan yang dikehendaki oleh Allah SWT.
Kebersyukuran merupakan kontruksi kognitif, emosi, dan perilaku. Kebersyukuran sebagai kontruksi
positif ditunjukkan dengan mengakui adanya kemurahan dan kebaikan hati atas berkah yang telah diterimanya
dan fokus terhadap hal positif di dalam dirinya saat ini. Sebagai konstruksi emosi, kebersyukuran ditandai
dengan kemampuan mengubah respon emosi terhadap suatu peristiwa sehingga menjadi lebih bermakna.
2. Hakikat Syukur
Imam Ghazali menjelaskan bahwa syukur tersusun atas tiga perkara, yakni :
a. Ilmu, yaitu pengetahuan tentang nikmat dan pemberinya, serta meyakini bahwa semua nikmat berasal dari
Allah SWT dan yang lain hanya sebagai perantara untuk sampainya nikmat, sehingga akan selalu memuji
Allah SWT dan tidak akan muncul keinginan memuji yang lain. Sedangkan gerak lidah dalam memujinya
hanya sebagai tanda keyakinan
b. Hal (kondisi spiritual), yaitu karena pengetahuan dan keyakinan tadi melahirkan jiwa yang tentram.
Membuatnya senantiasa senang dan mencintai yang memberi nikmat, dalam bentuk ketundukan, kepatuhan.
Mensyukuri nikmat bukan hanya dengan menyenangi nikmat tersebut, melainkan juga dengan mencintai
yang memberi nikmat yaitu Allah SWT.
c. Amal perbuatan, ini berkaitan dengan hati, lisan, dan anggota badan, yaitu hati yang berkeinginan untuk
melakukan kebaikan, lisan yang menampakkan rasa syukur dengan pujian kepada Allah SWT dan anggota
badan yang menggunakan nikmat-nikmat Allah SWT dengan melaksanakan perintah Allah SWT dan
menjauhi larangan-Nya.
3. Aspek-aspek dalam Bersyukur
Menurut McCullough mengungkapkan aspek-aspek bersyukur terdiri dari empat unsur, yaitu :
a. Intensity, seseorang yang bersyukur ketika mengalami peristiwa positif diharapkan untuk merasa lebih intens
bersyukur.
b. Frequency, seseorang yang memiliki kecenderungan bersyukur akan merasakan banyak perasaan bersyukur
setiap harinya dan syukur bisa menimbulkan dan mendukung tindakan dan kebaikan sederhana atau
kesopanan,
c. Span, maksudnya adalah dari peristiwa-peristiwa kehidupan bisa membuat seseorang merasa bersyukur,
misalnya merasa bersyukur atas keluarga, pekerjaan, kesehatan, dll.
d. Density, maksudnya adalah orang yang bersyukur diharapkan dapat menuliskan lebih banyak nama-nama
orang yang dianggap telah membuatnya bersyukur, termasuk orang tua, teman, keluarga, dll. Al-Munajjid
menjelaskan bahwa syukur dapat muncul dikarenakan 3 aspek, yaitu :
a. Mengenal Nikmat
Menghadirkan dalam hati, menyadari dan meyakinkan bahwa segala sesuatu dan keajaiban yang kita
miliki dan lalui merupakan nikmat Allah SWT.
b. Menerima Nikmat
MenyebutNya dengan memperlihatkan kefakiran kepada yang memberi nikmat dan hajat kepada-Nya,
karena memahami bahwa nikmat itu bukan karena keberkahan kita mendapatkannya akan tetapi karena
itu bentuk karunia dan kemurahan Tuhan.
c. Memuji Allah atas Pemberian Nikmat
Pujian yang berkaitan dengan nikmat itu ada 2 macam, yang pertama bersifat umum yaitu dengan
memujiNya bersifat dermawan, pemurah, baik, luas pemberianNya dan sebagainya. Sedangkan yang
kedua adalah bersifat khusus yaitu membicarakan nikmat yang diterima itu dengan lisan dan
menggunakan nikmat tersebut untuk hal-hal yang diridhainya.
4. Perwujudan rasa syukur
Al-Fauzan mengatakan bahwa orang yang bersyukur, menggunakan lidah, hati dan anggota badannya
untuk mencintai Allah, tunduk pada-Nya, dan menggunakan nikmat-nikmat-Nya di jalan yang di Ridhai-Nya.
Adapun rincian dari ketiga hal tersebut, diantaranya :
a. Bersyukur dengan hati
Merupakan bentuk pengakuan dengan hati bahwa semua nikmat datangya dari Allah, sebagai kebaikan dan
karunia Sang pemberi nikmat kepada hamba-Nya. Syukur dengan hati akan membuat seseorang merasakan
keberadaan nikmat itu pada dirinya, hingga ia tidak akan lupa kepada Allah Pemberinya.
b. Bersyukur dengan lidah
Adalah menyanjung dan memuji Allah atas nikmat-Nya dengan penuh kecintaan, serta menyebut-nyebut
nikmat itu sebagai pengakuan atas karunia-Nya dan kebutuhan terhadapnya, bukan karena riya, pamer atau
sombong,. Mengucapkan nikmat Allah merupakan salah satu sendi syukur. Seorang hamba yang
mengucapkan rasa syukur, maka ia akan teringat kepada pemberinya dan mengkaui kelemahan dirinya
c. Bersyukur dengan anggota tubuh
Artinya anggota tubuh digunakan untuk beribadah kepada Allah Tuhan Semesta Alam, karena masin-masing
anggota tubuh memiliki kewajiban beribadah. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah sujud syukur,
yaitu dengan cara sujud dihadapan Allah dengan meletakkan anggota tubuhnya yang paling mulia di atas
tanah, lalu dalam keadaan tersebut diiringi dengan berbagai macam dzikir seperti bersyukur, bertasbih,
berdoa, mohon ampunan, dsb.
5. Manfaat syukur
Manfaat syukur itu kembali pada orang yang bersyukur, kebaikan yang ada kembali pada mereka yang
bersyukur, sebagaimana dalam surat An-Naml ayat 40. Sayyid Quthub yang dikutib oleh Ahmad Yani,
menyatakan empat manfaat bersyukur yakni :
a. Menyucikan jiwa : Bersyukur dapat menjaga kesucian jiwa, sebab menjadikan orang dekat dan terhindar dari
sifat buruk, seperti sombong atas apa yang diperolehnya.
b. Mendorong jiwa untuk beramal shalih : Bersyukur yang harus ditunjukkan dengan amal sholih membuat
seseorang, selalu terdorong untuk memanfaatkan apa yang diperolehnya untuk berbagai kebaikan. Semakin
banyak kenikmatan yang diperoleh semakin banyak pula amal sholih yang dilakukan.
c. Menjadikan orang lain Ridha : Dengan bersyukur, apa yang diperolehnya akan berguna bagi orang lain dan
membuat orang lain ridho 10 kepadanya. Karena menyadari bahwa nikmat yang diperoleh tidak harus
dinikmati sendiri tapi juga harus dinikmati oleh orang lain, sehingga hubungan dengan orang lain pun
menjadi baik.
d. Memperbaiki dan memperlancar interaksi sosial : Dalam kehidupan bermasyarakat, hubungan yang baik dan
lancar merupakan hal yang amat penting. Hanya orang yang bersyukur yang bisa melakukan upaya
memperbaiki dan memperlancar hubungan sosial karena tidak ingin menikmati sendiri apa yang telah
diperolehnya.
Manfaat syukur lainnya, disebutkan oleh Aura Husna sebagai berikut :
a. Menuntun hati untuk ikhlas
Karena syukur menuntun kita untuk tetap berbaik sangka pada Allah SWT dalam segala hal yang terjadi
dalam kehidupan ini, maka syukur mampu menggerakkan hati untuk ikhlas menerima ketetapan Allah
SWT.
b. Menumbuhkan optimisme
Syukur mengandung arti mengenali sebuah nikmat yang telah Allah SWT karuniakan, termasuk
didalamnya yakni dengan menggali potensi-potensi yang Allah SWT anugrahkan kepada kita, yang
nantinya akan menumbuhkan optimisme.
c. Memperbaiki kualitas hidup
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Robert Emmons, menunjukkan bahwa oang yang bersyukur
mengalami perubahan kualitas hidup lebih baik. Sikap-sikap positif seperti semngat hidup, perhatian,
kasih sayang, dan daya juang berkembang dengan baik pada mereka yang terbiasa mengungkapkan rasa
syukurnya setiap hari.
d. Membentuk hubungan persahabatan yang lebih baik
Orang-orang yang diselimuti rasa syukur lebih muda berempati dermawan, dan ringan tangan membantu
sesame sehingga mudah diterima dalam masyarakat karena pada dirinya tersimpan sifat-sifat yang
disenangi oleh orang lain, yaitu ringan berbgai, memiliki sifat materialistis yang rendah, tidak mendengki
terhadap sikap orang lain dan mampu menyampingkan ego pribadi
e. Mendatangkan pertologan Allah SWT
Nikmat Allah SWT memang diberikan secara umum kepada seluruh manusia, namun pertolongan Allah
SWT hanya diberikan kepada hamba-hamba Allah SWT yang dikehendakinya
2.5 Sabar
Secara etimologis, sabar berasal sabar berasal dari bahasa dari bahasa Arab shabara, “shbara” yang arti dasarnya
menahan (al-habs), seperti habs al-hayawan (mengurung hewan), menahan diri,dan mengendalikan jiwa
mengendalikan jiwa. Secara istilah, definisi sabar adalah : Menahan diri Secara istilah, definisi sabar adalah :
Menahan dirii dalam melakukan sesuatu atau meninggalkan meninggalkan sesuatu untuk sesuatu untuk mencari
keridhaan mencari keridhaan Allah.
Sabar dalam pengertian lughawi (bahasa) adalah “menahan atau bertahan”. Jadi, Sabar adalah menahan diri dari
rasa gelisah, cemas, marah, menahan lidah, dari keluh kesah serta menahan anggota tubuh dari kekacauan. Secara
psikologi, sabar disebut dengan kontrol diri. Yaitu menjaga dan enjaga dan menahan emosi dalam menghadapi suatu
keadaan. Pengertian sabar menurut beberapa ahli :
1. Calhoun dan Acocella
pengaturan proses-proses proses-proses fisik, fisik, psikologis, psikologis, dan dan perilaku perilaku seseorang;
seseorang; dengan dengan kata kata lain serangkaian proses yang membentuk dirinya sendiri.
2. Goldfried dan Merbaum (dalam Lazarus, 1976)
suatu kemampuan untuk menyusun, membimbing, mengatur suatu kemampuan untuk menyusun, membimbing,
mengatur dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa individu ke arah konsekuensi positif.
3. Bandura dan Mischel
kemampuan individu dalam merespon suatu situasi.
4. Hurlock (1984)
bagaimana individu mengendalikan emosi serta dorongan-dorongan yang terdapat terdapat dalam dirinya. Jadi
kesimpulannya, sabar adalah menerima apa yang diberikan Allah baik yang berupa nikmat maupun penderitaan.
a. Penjelasan sabar menurut kajian Ilmu menurut psikologi
Kesabaran merupakan sesuatu yang berkembang menuju kesempurnaan. Secara psikologis, tingkat
perkembangan orang sabar dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
1. Orang yang sanggup meninggalkan dorongan sahwat. Mereka termasuk reka termasuk katagori orang-orang
yang bertaubat (al-ta’ibin).
2. Orang yang ridha (senang atau puas) menerima apaun yang ia terima dari Tuhan, mereka yang ia terima dari
Tuhan, mereka termasuk katagorizahid.
3. Orang yang mencintai apa pun yang mencintai apa pun yang diperbuat Tuhan untuk diperbuat Tuhan untuk
dirinya, mereka termasuk kata dirinya, mereka termasuk katagori shiddiqin.
Dalam kaitannya dengan psikolog kaitannya dengan psikologi, sabar (kontrol diri) da i, sabar (kontrol
diri) dapat digambarkan juga teori dari Psikoanalisis Sigmund Freud dan dianalogikan sebagai “ super ego “.
Seperti yang kita ketahui bersama teori Psikoanalisis Freud menjelaskan mengenai tiga aspek pemunculan
perilaku, diantaranya : id, ego, superego.Walaupun pengertian sabar mencakup hal yang lebih luas, sabar
dapat dikatakan salah satu bentuk perilaku pertahanan diri.Namun sabar memiliki karakter yang berbeda
dengan respons pertahanan psikologis pada umumnya. Sabar merupakan respons positif dari masalah yang
dihadapi seseorang. Orang yang sabar mampu mengumpulkan sumber daya yang ia miliki sehingga ia
memiliki kekuatan atau daya tahan dalam menghadapi masalah. Orang yang sabarmampu mencegah atau
menahan diri dari tindakan yang keliru dalam memecahkan masalahatau tekanan yang ia hadapi. Sabar
merupakan mekanisme yang baik dari reaksi pertahan psikologis, yang tidak terlepas dari dimensi spiritual
Bagi orang-orang yang tidak memiliki “ ketahanan diri” dalam bentuk kesabaran, maka kesedihan dan
kemarahan yang timbul akan sangat tidak terkendali, sehingga bisa merusak diri sendiri, bahkan orang lain.
Dalam keadaan seperti itulah kesabaran tidak lain sebagai mekanisme “ketahanan diri” yang sangat anggun,
dimana potensi kesedihan dan kemarahan (hawa nafsu) dikendalikan secara efektif. Kemampuan inilah yang
membedakan sekaligus mengistimewakan manusia, seperti kata Al-Ghazali, dari mahluk Allah yang lain
(hewan). Dalam hidup keseharian, sabar biasanya hanya dipersepsi sebagai sikap menghidari ketegasan,
yakni bertindak secara berhati-hati yang dengan tindakan yang dilakukan perlahan-lahan. Biasa juga
diasosiasika. dengan sikap ”sanggup menunggu”, dengan kata lain, akomodatif terhadap dimensi waktu.
Dalam menerangkan psikoanalisisnya tentang sabar, menjelaskan tiga dimensi psikologi manusia yaitu,
Id, Ego, Superego. menjelaskan superego sebagai suatu sistem nilai hati nurani individu. Superego bukanlah
bawaan sejak lahir, tetapi ia dipelajari karena ia berhubungan dan berkaitan berkaitan kepada kebudayaan
(peradaban), sedangkan Id adalah bawaan sejak lahir, dengan beberapa proses terjadi pada tingkatan yang
tidak disadari. Dan dimensi ketiga dari stuktur kepribadian manuusia adalah ego, yaitu sebagai mediator
(pendamaian) terhadap superego dan Id.
a. Id
Pada bagian inti dari kepribadian manusia tentang sabar yang sepenuhnya tak disadari adalah wilayah
psikis yang disebut sebagai id, yaitu istilah yang diambil dari dari kata ganti untuk “sesuatu” atau ”itu”
(the it) atau komponen y he it) atau komponen yang tak sepenuhnya diakui ole ang tak sepenuhnya diakui
oleh kepribadian sabar seseorang. Id tidak punya kontak dengan cara memuaskan hasrat-hasrat dasar. Ini
dikarenakan satu-satunya fungsi id adalah untuk memperoleh kepuasan dalam bersabar sehingga kita
menyebutnya sebagai prinsip kesenanga (pleasure principle).
Menurut Freud, id merupakan bagian aspek kepribadian instingtif yang bersumber dari energi fisikal atas
dasar prinsip kesenangan . Id dalam pemahaman Freud merupakan bagian dari naluri primitif, bagian
bawah sadar manusia. mempunyai muatan yang berisikan dorongan-dorongan yang paling dasar dari
keperibadian manusia. Id adalah kumpulan ketaksadaran yang bersifat impulsif dan mendorong ekspresi
dan tarik-menarik tanpa memperdulikan apa akibatnya, tanpa pertimbangan pemikiran yang berarti Oleh
karena sifatnya yang tidak realistis dan mencari kesenangan, id ini tidak logis maupun memuaskan
pikiran-pikiran yang saling bertentangan satu dengan yang lainnya. Seluruh energi id dicurahkan demi
satu tujuan semata mencari kesenanagan tanpa peduli dampak kesenangan tersesebut sesuai atau tidak
untuk ditampilkan. Id mempunyai wilayah yang primitif, kacau balau, dan tak terjangkau oleh alam
sadar. Dalam id juga tidak bisa diubah, moral, tidak logis, tak bisa diatur, dan penuh energi yang datang
dari dorongan-dorongan dasar serta dicurahkan semata-semata untuk memuaska dasar serta dicurahkan
semata-semata untuk memuaskan prinsip kesenangan.
Sebagai wilayah bagi dorongan-dorongan dasar (dorongan utama), id beroprasi berdasarkan proses
pertama (primary p (primary process). rocess). Oleh karena id menggunakan kacamata kuda upayanya
memenuhi prinsip kesenangan , maka id bertahan dengan cara bergantung pada pengembangan proses
(secondary process) yang yang membuat membuat dapat berhubung dengan dunia luar. Fungsi proses
sekunder si proses sekunder ini dijalankan oleh ego. ini dijalankan oleh ego.
b. Ego
Ego, atau saya, adalah satu-satunya wilayah adalah satu-satunya wilayah pikiran yang memiliki pikiran
yang memiliki kontak dengan ontak dengan relita. Ego dikendalikan oleh prinsip kenyataan (reality
principle), yang berusaha menggantikan prinsip kesenangan milik. id Sebagai satu-satunya wilayah
wilayah dari pikiran yang yang berhubungan dengan dunia luar, maja ego pun mengambilperan eksekutif
atau pengambilan keputusan dari kepribadian. Sumber energi ego berasal dari id. Dalam perkembangan
selanjutnya, ego akan bediri sendiri, terpisah dari id, tetapi tetapi sumber energinya tetap berasal dari id.
Fungsi utama tetap berasal dari id. Fungsi utama ego adalahmenghadapi realitas dan menerjemahkan
untuk id. Oleh karena itu, dikatakan bahwa ego berfungsi atas dasar prinsip realitas (reality principle)
c. Superego
Dalam psikologi Freudian, superego mewakili aspek-aspek moral dan ideal dari kepribadian serta
dikendalikan oleh prinsip-prinsip moralitas dan idealis yang berbeda dengan prinsip kesenangan dari id
dan realitis dari ego. Super ego memiliki dua sistem yaitu suara hati dan ego ideal. Fruid tidak
membedakan kedua fungsi ini secara jelas tetapi secara umum suara hati lahir dari pengalaman-
pengalaman mendapatkan hukuman atas perilaku yang tidak pantas dan mengajari kita tentang hal-hal
yang sebaliknya tidak dilakukan dengan ego ideal dengan berkembang pengalaman mendapatkan imbalan
atas perilaku yang tepat dan mengarahkan kita pada hal-hal yang sebaiknya dilakukan
2.6 Taubat
a. Pengertian taubat
Merupakan istilah yang sangat mudah diucapkan bagi manusia, akan tetapi pada kenyataannya banyak
orang yang hanya melafalkan taubat itu sendiri tanpa merealisasikannya. Bahkan ada pula orang yang telah
bertaubat namun ia kembali terjerumus pada kesalahan yag sama. Keadaan seperti itu membuat hubungan
manusia dan Allah swt. menjadi buruk akibat dosa yang terus-menerus dilakukan, hubungan manusia dan
Tuhan-Nya menjadi jauh. Taubat berarti kembali, pulang, menyesal. Taubat merupakan manifestasi rasa
ketakutan di dalam hati untuk mendorong agar kembali kepada Allah swt.1 selain itu, taubat merupakan etika
manusia terhadap Allah swt. juga dipandang sebagai akhlak sekaligus kewajiban bagi setiap manusia, karena
pada dasarnya manusia adalah makhluk yang tidak luput dari dosa. Oleh karena itu, taubat diwajibkan untuk
membersihkan diri dari dosa danmaksiat.
Pada dasarnya taubat tebagi menjadi dua yaitu, taubatnya orang awwa (taubatal-am) dan taubatnya orang
khawwas{(taubatal-kha). Taubatal-‘Am adalah berhentinya seorang hamba dari berbuat dosa dengan
menjalankan ketaan; dari sifat tercela kepada sifat terpuji; dari jalan neraka ke jalan surga; dari mengakui
kemauan jasad kembali melatih diri dengan dzikir dan melakukan perjalalanan ‘ubudiyah sekuat-kuatnya.
Adapun taubat al-Kha adalah taubatnya seorang hamba setelah mampu menjalalankan taubat al-‘Am, yaitu
taubat dengan meninggalkan amal- amal baik ke amal-amal tingkat ma’rifat; meninggalkan amalan derajat
kepada amalan al-Qurbah; dari kenikmatan jasmani kepada kenikmatan ruhani. Hakikat taubat adalah
kembali kepada Allah swt. disertai keteguhan melaksanakan apa yang diperintahkan dan meninggalkan apa
yang dilarang. Kembali dari kemaksiatan darn keburukan kepada kebaikan, dari jalan setan kepada jalan Allah
swt.4 Taubat bukan hanya dilakukan bagi mereka yang telah melakukan perbuatan dosa. Akan tetapi taubat
dilakukan manakala telah meninggalkan kebaikan yang diperintahkan merupakan suatu kewajiban.5 Maka
taubat adalah salah satu perintah agama yang harus dilakukan oleh manusia. Sebagaimana dalam Alquran
terdapat banyak ayat-ayat tentang perintah untuk bertaubat, diantaranya terdapat dalam QS. at-Tahrim :
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuha
(taubat yang semurni-murninya). Mudah- mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesahanmu dan
memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir dibawahnya sungai- sungai, pada hari ketika Allah tidak
menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia sedang cahaya mereka memancar dihadapan
dan disebelah kanan mereka, sambil mengatakan:“Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan
ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” [QS. at-tahrim (66) )
Dalam menjalankan perintah untuk bertaubat, manusia harusnya mengetahui konsep taubat itu sendiri
secara komprehensif, karena dalam realita kehidupan manusia, banyak terjadi pelaksanaan taubat secara
tidakoptimal. Kata taubat sering diulang dalam Alquran, sebagaimana tercatat dalam Mu’jam al-Mufahros li
al-Faz Alquran menyebutkan bahwalafadz taubat ini diulang dalam Alquran sebanyak 87 kali dalam 27 surat.
Sedangkan dalam kitan Faturrahman menyebutkan bahwa kata taubat diulang dalam Alquran sebanyak 84 kali.
Oleh karena begitu pentingnya taubat sebagaimana Allah telah memerintahkan hambanya untuk selalu
bertaubat, maka tidak diherankan banyak ulama bahkan mufassir yang mengkaji makna taubat ini. Diantara
mufassir yang mengkaji taubat dengan corak tasawuf ini adalah Sa’idH (awwadalamtafsiral-AsaFi>al- Tafsi Kata
taubat sering disandingkan dengan istighfar, taubat dengan istighfar adalah dua rangkaian kata yang jika
dipisah bersatu dan jika disatukan terpisah, maksudnya jika suatu kalimat hanya mengandung kata istighfar
saja, tidak mengandung kata taubat, maka kata istighfar juga bermakna taubat sekaligus. Seseorang yang
beristighfar mengharapkan agar Allah mengampuni dosa-dosanya dan kesalahanya. Dalam QS. Hud ayat 3
Allah memerintahkan untuk bertaubat dan beristighfar (memohon ampunan) kepada Allah swt.
2.7 Istigfar
A. Pengertian istigfar
Secara etimologi istigfar berasal dari kata arab ghafara-yaghfiru-ghubran yang berarti malibasu yasunahu ani al
danasi (pakaian yang bersih dari kotoran). Kata yang semakna dengan ghubran adalah maghfiroh, yang artinya
penutupan atau pengampunan yang di berikan Allah SWT terhadap kejahatan yang dilakukan oleh manusia.
Sedangkan secara terminology istigfar adalah memohon ampun. Ampunan bukan hanya untuk
menghapuskan doa tetapi sebagai pemeliharaan dari kejahatan dan dosa. Menurut al raghib al asfahani kata
istigfar adalah meminta ampunan dengan ucapan dan perbuatan, karena apabila istigfar hanya sekedar ucapan
saja tanpa diiringi perbuatan yang baik maka hal tersebut termasuk pekerjaan dusta
B. Syarat – Syarat Dan Manfaat Istigfar
a. Syarat –syarat istigfar
Istigfar yang diterima oleh Allah SWT harus memenuhi syarat-syaratnya. Menurut yusuf al qardawi syarat-
syarat istigfar, antara lain ;
 Niat yang bener dan ikhlas semata ditujukan kepada Allah SWT. Karena Allah SWT tidak menerima
amal perbuatan manusia kecuali jika amal itu dilakukan dengan ikhlas semata untuk-Nya.
 Hati dan lidah secara bersamaan melakukan istigfar. Sehingga tidak hanya lidahnya yang berkata
“aku beristigfar kepada Allah” sementara hatinya ingin terus melakukan maksiat.
b. Manfaat Beristigfar
Ibnu al Qayyim mengatakan bahwa memohon ampun memiliki pengaruh yang luar biasa untuk
menghilangkan penderitaan, ketakutan, kesedihan, kesulitan dan penyakit hati. Orang-orang yang biasa
melakukan dosa pada gilirannya akan merasakan kebosanan dan pada saat itulah ada keinginan untuk
melakukan dosa-dosa yang lain. Cara menghilangkannya adalah dengan memohon ampun kepada Allah
SWT dan bertaubat kepada-Nya.
Kalimat istigfar diucapkan dengan penuh keikhlasan untuk memohon ampunan dan bertaubat kepada
Allah SWT. Rasulullah SAW meganjurkan untuk membaca istigfar setiap saat, agar selalu didekatkan
kepada Allah SWT. Apabila mengucapkan istigfar dengan hati ikhlas, walaupun hanya satu kali, maka Allah
SWT akan mengampuni pembacanya. Allah SWT selalu mengampuni dosa-dosa hamba-Nya betapapun
besar dan banyaknya selama hambaNya mau meninta ampunan kepadaNya. Rasulullah SAW menjelaskan
fadhilah membaca istigfar diantaranya ;
 Mendapat pengampunan dari Allah SWT dan rizki yang tidak terduga
 Menenangkan diri ketika marah
 Mendapatkan jalan keluar dari kesusahan dan kesempitan
 Istigfar tempat berlindung kaum mukminin saat muncul tanda-tanda ancaman Allah SWT yang
diciptakan-Nya untuk menakut nakuti hamba-hambaNya seperti gerhana.
 Istigfar merupakan obat kekeringan, kemandulan, dan kemiskinan.
 Istigfar sifat kaum mukmin yang mendapat sanjungan Allah SWT
 Istigfar akan mendapatkan keturunan yang baik
 Istigfar termasuk satu dari dua hal yg dapat membinasakan setan
 Dengan membaca istigfar seorang hamba akan menjadi sebaik baiknya manusia
 Istigfar anak akan meningkatkan kedudukam orang tua
 Istigfar ajan menghapuskan kenistaan- kenistaan lisan dan menyelamtkan dari sifat riya
 Istigfar akan membantu dalam menghafalkan al-Qur’an.
DAFTAR PUSTAKA

http://azzan1herbal.wordpress.com/2011/12/07/konsep-sehat-dan-sakit-menurut-islam/
http://qurandansunnah.word press.com/2009/10/12/tata-cara-pengobatan-rasulullahshallallahu
%E2%80%98alaihi-wassalam/
http://www.elitha-eri.net/2007I11121/petunjuk-al-quran-tentang- pengobatan/
http://fuadamsyari.word press.com/2010/06/08/hidup-sehat-cara-nabi-vs- pengobatan-ala-nabi-thibbun-nabawi-
sebagai-muslim jangan-lupa-hidup-sehat/
http: /an-naba.com/kesehatan-dalam-pandangan-islam
Ida Fitri Shohibah, “Dinamika syukur pada Ulama Yogyakarta”, Skripsi (Yogyakarta : Fakultas Ilmu Sosial dan
Humaniora UIN Sunan Kalijaga, 2013), hal.23
Emmons, R. A., “Thanks! How the new science of gratitude can make you happier”, ( Boston New York :
Houghton Mifflin Company, 2007), hal. 45
Alfin Nadhiroh, “Hubungan Kebersyukuran dengan Kebermaknaan Hidup Orang Tua yang Memiliki Anak
Autis”, Skripsi (Malang : Fakultas Psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim, 2012), hal.15-16
Sudirman Tebba, “Tasawuf Positif “, (Jakarta : Prenada Media, 2003), hal. 48
Aliah B. purwakni, pengantar psikologi kesehatan islam, rajawali pers, Jakarta 2008

Anda mungkin juga menyukai