Anda di halaman 1dari 10

Hakikat Ilmu Kesehatan Masyarakat

Terdapat beberapa pengertian kesehatan secara umum, seperti dalam UU Kesehatan nomor 23
tahun 1992, bab I pasal 1 ayat 1, kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial
yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi.(UU-RI No. 23,
1992 : 5).

WHO (Wordl Health Organization) mendefinisikan : “health is defined as a state of complete


physical, mental, and social wellbeing and not merely the absence of desease or infirmity”
(artinya sehat adalah suatu keadaan yang sempurna dari badan, jiwa, dan sosial, bukan hanya
keadaan yang bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan.(Hanlon, 1969 dan MUI, 1995 : 12 dan
Al-Fanjari, 1996 : 4)
Sedangkan dalam konstitusi Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) tahun 1948 disepakati antara
lain bahwa diperolehnya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya adalah suatu hak yang
fundamen bagi setiap orang tanpa membedakan ras, agama, politik yang dianut dan tingkat sosial
ekonominya. (Depkes. RI, 1999 : 31)
Adapun pengertian kesehatan dalam pandangan Islam tercermin dalam sebuah hadits yang
diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Ibnu Majah :
“Rasulullah S.a.w. bersabda : “Barang siapa sehat badannya, damai hatinya (jiwa) dan punya
makanan untuk sehari-harinya (sosial ekonomi), maka seolah-olah dunia seisinya dianugerahkan
kepadanya”. (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Bila diamati hadits ini dengan definisi kesehatan di atas, sebenarnya mengandung arti yang
sama. Sehingga pengertian sehat atau kesehatan dalam Islam adalah suatu keadaan yang
sempurna dan sejahtera pada badan, jiwa, social dan ekonomi yang menjadikan dirinya produktif
memelihara kehidupan dunia dan akhirat.

Islam merupakan agama yang sangat sempurna, islam berbeda dengan agama yang datang
sebelumnya. Islam datang sebagai agama untuk kepentingan duniawi dan ukhrawi secara
menyeluruh. Tidak terbatas jalur hubungan antara hamba dengan Tuhannya (horisontal) saja
tetapi Islam juga mengatur hubungan secara vertikal. Islam sangat memperhatikan kondisi
kesehatan sehingga dalam Al Quran dan Hadits ditemui banyak referensi tentang sehat. Misalnya
Hadits Bukhari yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, Rasulullah bersabda. “Dua nikmat yang
sering tidak diperhatikan oleh kebanyakan manusia yaitu kesehatan dan waktu luang.”

Kosa kata “sehat wal afiat” dalam Bahasa Indonesia mengacu pada kondisi ragawi dan bagian-
bagiannya yang terbebas dari virus penyakit. Sehat Wal Afiat ini dapat diartikan sebagai
kesehatan pada segi fisik, segi mental maupun kesehatan masyarakat.

Sesuai dengan Sunnah Nabi inilah maka umat Islam diajarkan untuk senantiasa mensyukuri
nikmat kesehatan yang diberikan oleh Allah SWT. Bahkan bisa dikatakan Kesehatan adalah
nikmat Allah SWT yang terbesar yang harus diterima manusia dengan rasa syukur. Bentuk
syukur terhadap nikmat Allah karena telah diberi nikmat kesehatan adalah senantiasa menjaga
kesehatan. Firman Allah dalam Al Quran, “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu
memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat)
kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat
pedih” (Surah Ibrahim [14]:7).
Berdasarkan Hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Jabir dari Nabi SAW bersabda: Setiap penyakit
pasti ada obatnya, apabila obatnya itu digunakan untuk mengobatinya, maka dapat memperoleh
kesembuhan atas izin Allah SWT (HR. Muslim). Bahkan Allah SWT tidak akan menurunkan
penyakit kecuali juga menurunkan obatnya, sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh  Abu
Hurairah RA dari Nabi SAW bersabda: Allah SWT tidak menurunkan sakit, kecuali juga
menurunkan obatnya (HR  Bukhari).

Menurut Aswadi Syuhadak dari UIN Sunan Ampel Surabaya, indikasi sakit, sembuh dan sehat
dalam bahasa Al-Qur’an, secara berurutan dapat didasarkan pada kata maradl, syifa’ dan salim.
Kata maradl dan syifa’ secara berdampingan diungkapkan

ْ ‫ين َوِإ َذا َم ِر‬


(QS.al-Syu`ara’ [26/47]: 80 )                           ‫ضتُ فَ ُه َو‬ ِ ِ‫شف‬
ْ ‫َي‬

  “Apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku“.

Pada ayat ini tampak dengan jelas bahwa term sakit-maradl dikaitkan dengan manusia,
sedangkan syifa’ maupun kesembuhan yang diberikan pada manusia adalah disandarkan pada
Allah SWT. Kandungan makna demikian ini juga mengantarkan pada sebuah pemahaman bahwa
setiap ada penyakit pasti ada obatnya, dan apabila obatnya itu sesuai penyakitnya akan
memperoleh kesembuhan, dan kesembuhannya itu adalah atas izin dari Allah SWT.

Kata salim, dapat dijadikan  rujukan bahwa makna kesehatan menunjukkan kebersihan dan
kesucian dalam diri manusia, baik jasmani maupun ruhani, lahir maupun batin, baik tauhid
rububiyah (insaniyah) maupun uluhiyah (ilahiyah) sejak dari awal kehidupan hingga di hari
kebangkitan. Istilah kesehatan jasmani dalam kajian ini lebih difokuskan pada perilaku amal
shalih dan bukan sekedar berorientasi pada bentuk jasadiyah, badaniyah maupun harta
kekakayaan, tetapi sekali lagi bahwa kesehatan jasmani di sini lebih mengarah pada amal
perbuatan yang didasarkan pada nilai-nilai ruhaniyah uluhiyah maupun rububiyyah.

Kesehatan amaliyah inilah yang dapat bertahan hingga hari kebangkitan. Sedangkan kesehatan
jasadiyah, badaniyah maupun ekonomi dapat dipahami sebagai raga, alat atau media yang dapat
dimanfaatkan dalam mencapai kebersihan amal dengan melalui pertimbangan tauhid rububiyah
maupun uluhiyah.

Dalam konteks masyarakat muslim modern, masalah kesehatan telah menjadi urusan publik
maka terkait dengan kebijakan negara. Upaya mewujudkan perilaku sehat warga masyarakat
dalam perspektif kebijakan kesehatan antara lain: kebijakan penurunan angka kesakitan dan
kematian dari berbagai sebab dan penyakit; kebijakan peningkatan status gizi masyarakat
berkaitan dengan peningkatan status sosial ekonomi masyarakat; kebijakan peningkatan upaya
kesehatan lingkungan terutama penyediaan sanitasi dasar yang dikembangkan dan dimanfaatkan
oleh masyarakat untuk meningkatkan mutu lingkungan hidup; Kebijakan dalam mengatasi
masalah kesehatan masyarakat melalui upaya peningkatan pencegahan, penyembuhan penyakit
dan pemulihan kesehatan terutama untuk ibu dan anak; dan kebijakan peningkatan kemampuan
masyarakat untuk hidup sehat. Beberapa bahasan kesehatan masyarakat dakam perspektif islam
akan dibahas dibagian selanjutnya.

https://tausyah.wordpress.com/2010/06/01/hakikat-kesehatan-dalam-islam/

1. Prinsip prinsip Kesehatan Masyarakat

Agar usaha kesehatan masyarakat dapat terlaksana dengan baik maka ada beberapa prinsip
pokok yang harus terpenuhi, yaitu:

1. Usaha Kesehatan Masyarakat lebih mengutamakan tindakan pencegahan (preventif)


daripada pengobatan (kuratif).
2. Dalam melaksanakan tindakan pencegahan selalu menggunakan cara-cara yang ringan
biaya dan berhasil guna.
3. Dalam melaksanakan kegiatannya lebih menitikberatkan pada masyarakat, baik sebagai
pelaku (subyek) dan sasaran (obyek) atau dengan kata lain suatu usaha dari, oleh dan
untuk masyarakat.
4. Dalam melibatkan masyarakat sebagai pelaku maka sasaran yang diutamakan adalah
masyarakat yang terorganisir.
5. Ruang lingkup usaha lebih mengutamakan masalah-masalah kesehatan kemasyarakatan
daripada kesehatan perorangan karena bila tidak ditanggulangi dengan segera dapat
mengancam kesehatan dan keselamatan masyarakat luas.

2. Menurut Prayitno (1994) dalam pandangan yang sempit mungkin dapat dikatakan bahwa
Ilmu Kesehatan Masyarakat itu adalah ilmu yang mempelajari sehat dan sakit saja, dan
dalam arti yang luas ternyata Ilmu Kesehatan Masyarakat adalah ilmu yang lebih
menitikberatkan penanganan kasus-kasus pada upaya-upaya pencegahan, bukan pada
upaya kuratif, sebab dalam IKM dikenal adanya 5 tahap pencegahan (The Five Level of
Prevention) yang terdiri atas :
3. Upaya Promotive (meningkatkan pemahaman kesehatan)
4. Upaya Preventive (miningkatkat upaya pencegahan penyakit)
5. Upaya Protective (meningkatkan perlindungan terhadap penyakit)
6. Upaya Curative (upaya penyembuhan terhadap penyakit)
7. Upaya Rehabilitative (upaya pemulihan)

Dengan demikian bila menyimak 5 tahap tersebut di atas, maka terlihat bahwa sebenarnya yang
diutamakan adalah upaya-upaya non kuratif atau upaya non medik, sebagai contoh adalah upaya
promotif yang secara nyata lebih mudah, lebih murah dan dapat dilakukan oleh siapa saja,
artinya tidak memerlukan dokter.

Kedua, upaya preventif atau upaya pencegahan, sebagai contoh adalah anjuran mencuci tangan
sebelum makan, anjuran mandi 2 kali sehari, anjuran mengurangi konsumsi kolesterol pada
penderita Hiperkolesterol, dan sebagainya, maka terlihat adanya perbedaan yang nyata antara
upaya promotif dan preventif.
Ketiga, upaya protektif, adalah upaya perlindungan terhadap risiko yang mengancam status
kesehatan, diantaranya adalah pemakaian sabuk pengaman, masker, baju kerja, celana kerja,
helm atau topi kerja, dan sejenisnya.

Keempat, Curative atau kuratif atau upaya pengobatan. Sebenarnya terkait dalam hal-hal ini
adalah istilah Early Detection and Prompt Treatment yaitu deteksi dini terhadap adanya penyakit
dan adanya penanganan atau pengobatan yang setepat-tepatnya. Dengan demikian dalam hal ini
yang diharapkan adalah perlunya monitoring terhadap pekerja atau penduduk atau calon
penderita yang dilakukan jauh sebelum yang bersangkutan menderita sakit secara klinis,
sehingga penanganan terhadap penyakit yang disandangnya itu tidak perlu diberikan saat
penderita telah parah penderitaannya.

Kelima, Rehabilitative atau rehabilitatif atau upaya pemulihan adalah upaya tertentu yang
dilakukan agar penderita dimungkinkan meng-alami tahap kembali seperti semula sebelum
menderita penyakit dan dimungkinkan untuk dikembalikan ketengah-tengah masyarakat lagi,
contoh untuk tahap rehabilitasi adalah :

1. Lembaga Pemasyarakatan (Pembinaan Khusus untuk Narapidana)


2. Lokalisasi Wanita Tuna Susila (Pembinaan Khusus untuk Wanita dengan Risiko Penyakit
Menular Seksual)
3. Pembinaan ODHA (Pembinaan Khusus untuk Orang Dengan HIV/AIDS)
4. Rumah Sakit Lali Jiwa, Pakem Yogyakarta (Pembinaan Khusus untuk Penderita Sakit
Jiwa) dan sejenisnya.

“Kesehatan merupakan salah satu hak bagi tubuh manusia”, demikian sabda Nabi Muhammad

SAW. Karena kesehatan merupakan hak asasi manusia, sesuatu yang sesuai dengan fitrah

manusia, maka islam menegaskan perlunya istiqamah memantapkan dirinya dengan

menenggakkan agama islam. Satu-satunya jalan dengan melaksanakan perintah-perintah-Nya

dan meninggalkan larangannya.

Allah berfirman:

Artinya: “hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan

penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi

orang-orang yang beriman.” (Q.S.Yunus: 57)

Imam al-syatibhi dalam kitabnya fi ushul Al-Ahkam, mengatakan bahwa tujuan kehadiran agama

Islam dalam rangka menjaga agama, jiwa, akal, jasmani, harta dan keturunan.
Guna melaksanakan lima tujuan Islam tersebut, maka kesehatan memegang peranan penting.

Tanpa adanya kondisi sehat dalam badan, maka berbagai upaya untuk memenuhi kewajiban

pokok akan sulit dilaksanakan. Dengan demikian kita dapat mengatakan bahwa kesehatan

merupakan modal pokok dan utama dalam mencapai tujuan agama. Oleh karena itu, Islam

memberikan petunjuk yang jelas, utuh, komprehensif, dan integrated tentang cara-cara

memelihara kesehatan.

Tujuan islam mengajarkan hidup yang bersih dan sehat adalah menciptakan individu dan

masyarakat yang sehat jasmani, rohani dan sosial sehingga umat manusia mampu menjadi umat

yang pilihan.

Dalam Islam dikatakan sehat apabila memenuhi tiga unsur, yaitu kesehatan jasmani, kesehatan

rohani dan kesehatan sosial. Kesehatan jasmani merupakan bentuk dari keseimbangan manusia

dengan alam. Kesehatan rohani dimana ada keseimbangan dan hubungan yang baik secara

spiritual antara Khalik atau pencipta yang diwujudkan dari aktivitas makhluk dalam memenuhi

semua perintah Sang Khalik. Yang terakhir adalah kesehatan sosial, dimana kesehatan yang

bersifat psikologis. Dimana ada keharmonisan antara sebuah individu dengan individu lain

maupun denga sistem yang berlaku pada sebuah tatanan masyarakat. Bila ketiga unsur ini

terpenuhi maka akan tercipta sebuah keadaan baik fisik, mental, maupun spiritual yang prodiktif

dan sempurna untuk menjalankan aktivitas kemakhlukan.

Islam dan seluruh ajarannya, memberikan sebuah pandangan yang tegas mengenai kesehatan.

Kesehatan bukan hanya sebuah anjuran tetapi juga merupakan kewajiban. Semua ibadah-ibadah

dalam Islam mengandung ajaran tentang pentingnya menjaga kesehatan. Karena penelitian

terbaru mengungkapkan bahwa sebuah kondisi akan dikatakan sehat bila lingkungan di

sekitarnya bersih. Oleh karena itu, Nabi mengatakan “kebersihan sebagian dari pada iman”.
Kemudian Nabi Muhammad mengajarkan kepada kita mengenai kesehatan, tidak sedikit dari

ucapannya mengandung unsur medis yang mutakhir. Dari ajaran beliau mengenai perihal orang

sakit ialah:

a.    Perintah untuk berobat

Kewajiban bagi setiap muslim yang sakit untuk berobat.

b.    Setiap penyakit ada obatnya, seperti:

1)   Karantina penyakit, Nabi bersabda “jauhkanlah dirimu sejauh satu atau dua tombak dari

orang yang berpenyakit lempra.

2)   Islam juga mengajarkan prinsip-prinsip dasar dalam penagulangan berbagai penyakit infeksi

yang membahayakan masyarakat. Sabda Nabi yang berbunyi “janganlah engkau masuk ke dalam

suatu daerah yang sedang terjangkit wabah, dan bila dirimu berada di dalamnya janganlah pergi

meninggalkannya”

3)   Islam menganjurkan umatnya untuk melakukan upaya proteksi diri (ikhtiar) dari berbagai

penyakit infeksi, misalnya dengan imunisasi.

c.    Menyembuhkan orang sakit

Merupakan suatu keharusan dalam agama. Hal ini mengindikasikan betapa pentingnya

kesehatan.

Kesehatan merupakan hal yang mutlak dalam menjalani aktivitas kehidupan manusia, bila tubuh

manusia dalam keadaan sehat mereka bisa melakukan aktivitas ibadah (hubungan manusia

dengan Tuhannya), aktivitas sosial (hubungan manusia dengan manusia), serta aktivitas dunia

(hubungan manusia dengan alam).

Oleh karena itu, dibutuhkanlah sebuah metode untuk menjaga kesehatan manusia, maka Allah

memberikan petunjuk melalui perantara Nabi dengan segala aktivitas dan ucapan-ucapan Nabi
yang telah dirancang sedemikian rupa untuk bisa diikuti manusiawi secara utuh dan mempunyai

sifat yang eternaliabel.

Beberapa bentuk kesehatan antara lain:

1.    Kesehatan jasmani

Manusia adalah makhluk yang selalu ingin memenuhi seluruh kebutuhannya, keinginan manusia

yang tidak terbatas kadang membuat manusia menjadi rakus. Makan berlebih, pola hidup yang

tidak baik, penggundulan hutan untuk bahan bangunan, eksploitasi laut yang tidak bertanggung

jawab, semuanya itu akan membuat keseimbangan alam terganggu.

Disadari maupun tidak, manusia merupakan bagian dari alam, badan kesisteman yang berlaku.

Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa kesehatan jasmani berhubungan dengan alam.

Nabi pernah bdersabda “sesungguhnya badanmu mempunyai hak atas dirimu”.

Kesehatan fisik merupakan keadaan yang sangat penting dalam mendukung aktivitas lainnya.

Hal ini di sebabkan karena dalam perintah Allah pada manusia banyak yang berupa aktivitas

fisik yang memerlukan kondisi yang prima, seperti shalat, puasa, ibadah haji dan ibadah lainnya.

Ajaran islam untuk menjaga kesehatan fisik terlihat dalam beberapa perintah Allah, seperti shalat

yang mampun meregangkan otot. Karena setiap gerakan shalat seperti mempunyai kunci tubuh,

sehingga sendi-sendi bisa lentur dan menyehatkan. Wudhu yang menurut penelitian bisa

merangsang saraf-saraf pada daerah yang terusap air wudhu, puasa yang menyehatkan, ibadah

haji yang merupakan puncak dari ibadah yang membuat tubuh kuat, karena rukun-rukunnya yang

melatih kondisi stamina tubuh.

Dengan demikian tampaklah jelas ajaran Islam yang sangat mementing kesehatan jasmani dan

fisik yang dilakukan dengan cara menjaga kebersihan, olahraga, menjaga asupan makanan. Dan
semuanya terintegrasi dalam setiap aktivitas ibadah. Hal ini agar menjadi kebiasaan yang tidak

disadari untuk umat Islam dan merupakan bentuk pendidikan dari Allah.

2.    Kesehatan rohani

Firman Allah :

Artinya: “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat

Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram. (Q.S. Al-Ra’d: 28)

Menurut Prof Dr. Nasaruddin Umar M.A, Guru besar UIN Syarif hidayatullah Jakarta

mengatakan manusia ada tiga unsur, yaitu unsur jasad (jasadiyyah), unsur nyawa, dan unsur ruh

yang dalam Al-Qur’an di sebut Khalqan Akhar. Seseorang baru disebut manusia jika memiliki

ketiga unsur ini.

Hubungan antara makhluk dengan Tuhannya akan berjalan baik bila sang makhluk mentaati apa

yang diperintahkan Allah, ada kalanya manusia melanggar nilai-nilai keseimbangan antara

Khalik-makhluk. Namun selain itu, ada pula ciri-ciri jiwa yang sehat yang dalam Al-Qur’an

disebut Qalbun Salim, seperti hati yang selalu bertobat (at-taqwa), hati yang selalu menjaga dari

hal-hal keduniaan (al-zuhd), hati yang selalu ada manfaatnya (al-shumi), hati yang selalu butuh

pertolongan Allah (al-faqir).

3.    Kesehatan sosial

Hidup bermasyarakat dalam arti yang seluas-luasnya adalah merupakan salah satu naluri

manusia. Menurut Aristoteles menyebutkan manusia adalah Zoon Polition, yaitu manusia yang

selalu membutuhkan kehadiran orang lain. Oleh karena itulah, dalam Islam dikenal istilah

Ukhuwah (persaudaraan). Dalam konsep Islam, manusia diikat dalam sebuah persaudaraan yang

akan mendatangkan muamalah (saling menguntungkan), hal ini memungkinkan rasa

persaudaraan lebih tinggi.


Firman Allah :

Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan

seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu

saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu disisi Allah ialah

orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha

Mengenal. (Q.S. Al-Hujarat: 13)

Ajaran islam tentang perlunya membangun kesehatan masyarakat yang sehat terdapat pada

hampir seluruh misi, semuanya dapat terlihat dalam ajaran Islam. Pada zaman Rasulullah SAW,

telah ada piagam Madinah. Dalam piagam itu ditegaskan orang harus menjaga hubungan baik

dengan masyarakat.

4.    Kesehatan seksual

Kehidupan seksual merupakan pokok bahasan yang penting bagi orang muslim, karena sangat

berpengaruh bagi kesehatan dan perilaku manusia.

Adapun poin-poinnya, yaitu:

a.    menjaga kebersihan dan kesucian organ-organ seksualitas, misalnya bersuci setelah buang air

besar dan buang air kecil.

b.    larangan berhubungan seksual ketika istri sedang haid.

c.    berhubungan badan melalui dubur.

d.   membersihkan alat kelamin setelah berhubungan badan dan setelah datang bulan.

Beberapa tokoh muslim dalam ilmu kesehatan sebagai berikut:

a.    Hunain Ibnu Ishaq


Beliau dilahirkan pada tahun 809 M dan meninggal pada tahun 874 M. Beliau ialah spesialis

mata. Hasil karyanya ialah buku-buku yang membicarakan berbagai penyakit. Beliau banyak

menerjemahkan buku-buku kedokteran yang berbahasa Yunani ke dalam bahasa Arab.

b.    Abu Bakar Muhammad ibnu Zakaria Ar Razi

Beliau dilahirkan pada tahun 866 M dan meninggal pada tahun 909 M. Buku karangannya

tentang kedokteran dijadikan buku pegangan di Fakultas Kedokteran. Bukunya diberi nama Al

Hawi (menyeluruh). Ia yang menemukan penyakit cacar, kemudian membaginya menjadi cacar

air (variola) dan cacar merah (rovgella), menemukan terapi tekanan darah tinggi atau hipertensi

dan masih banyak lagi penemuannya yang lain.

c.    Ibnu Sina

Ibnu Sina, dilahirkan di Afsara (asia tengah) pada tahun 980 H/ 1593 M dan meninggal di

Isfahan pada tahun 1037 H/1650 M. Bukunya yang sangat terkenal di bidang kedokteran adalah

Al Qanun Fi Al Thib, dijadikan buku pedoman kedokteran, baik di Universitas-universitas Eropa

maupun Negara Islam.

d.   Abu Mawar Abdul Malik ibnu Abil ‘Ala Ibnu Zuhur

Beliau lahir pada tahun 1091 M dan meninggal pada tahun 1162 M. Beliau sebagai dokter

spesialis penyakit dalam atau internis.

Anda mungkin juga menyukai