Dosen : Dr.Yusriani.,SKM,.M.Kes
Jurusan : PromosiKesehatan
HERVINA SURAHMAN
001710112019
2020
KATA PENGANTAR
Pertama – tama sebagai insan yang beragama maka patutlah kita mengucapkan
puji syukur kehadirat tuhan yang maha kuasa karna atas berkat rahmat serta
hidayahnya sehingga penulisan makalah yang berjudul nilai dan norma social dapat
terselesaikan. Penulis menyadari tiada gading yang tak retak, tak ada ilmu yang
sempurna. Oleh karena itu bila dimungkinkan ada kesalahan dan kekurangan
mohon dimaklumi, kritik dan saran yang positif sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI
SAMPUL...................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................ 2
BAB II PEMBAASAN
Kesimpulan…………………………………………………………………6
Saran………………………………………………………………………..7
Daftar Pustaka……………………………………………………………..8
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rendahnya utilitas (penggunaan) fasilitas kesehatan seperti Puskesmas, Rumah
Sakit, dan sebagainya, kesalahan atau penyebabnya sering dilemparkan kepada jarak
antara fasilitas tersebut dengan masyarakat terlalu jauh (baik jarak secara fisik maupun
jarak secara total), tarif yang tinggi, pelayanan yang tidak memuaskan dan sebagainya.
Kita sering melupakan faktor persepsi atau konsep masyarakat itu sendiri tentang sakit.
Pada kenyataannya, di dalam masyarakat itu sendiri terdapat beraneka ragam
konsep sehat-sakit, yang tidak sejalan dan bahkan bertentangan dengan konsep sehat-
sakit yang diberikan oleh pihak provider atau penyelengaraan pelayanan kesehatan.
Timbulnya perbedaan konsep sehat-sakit yang dianut oleh masyarakat dengan konsep
sehat-sakit yang diberikan oleh penyelenggara pelayanan kesehatan disebabkan karena
persepsi sakit yang berbeda antara masyarakat dan kita sebagai provider. Dengan kata
lain adanya perbedaan yang berkisar antara penyakit (disease) dengan illness (rasa sakit).
Sehat dan sakit seseorang berhubungan dengan perilaku manusia. Oleh karena itu
sebelum membahas tentang perilaku kesehatan, maka kita harus mengetahui definisi
tentang perilaku manusia itu sendiri. Menurut Skinner (1938) seorang ahli perilaku
mengemukakan bahwa perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang
(stimulus) dan tanggapan dan respons. Ia membedakan adanya dua respons, yakni :
1. Respondent respons (reflexive respons), ialah respons yang ditimbulkan oleh
rangsangan-rangsangan tertentu.
2. Operant respons (instrumental respons), ialah respons yang timbul dan
berkembangnya diikuti oleh perangsang tertentu.
Perilaku manusia pada hakekatnya adalah proses interaksi individu dengan
lingkungannya sebagai manifestasi hayati bahwa dia adalah makhluk hidup. Definisi ini
memberikan pengertian bahwa manusia merupakan kesatuan jiwa raga yang tidak
terpisahkan, memiliki dorongan yang bersumber dari kebutuhan dasarnya sebagai daya
penggerak untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dengan berinteraksi dengan
lingkungan dimana terdapat sumber-sumber yang mampu memenuhi kebutuhan
dasarnya. Ada berbagai disiplin ilmu yang terkait dengan perilaku manusia, yaitu :
psikologi, sosiologi, dan antropologi.
Rumusan Masalah
1. Apa pengertian sehat dan sakit?
2. Apa itu determinan kesehatan
3. Apa peran promosi kesehatan
Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan sehat dan sakit..
2. Untuk mengetahui determinan kesehatan
3. Untuk mengetahui peran promosi kesehatan
Manfaat Penulisan
Menambah pengetahuanmahasiswa tentang sehat dan sakit, relevansi sehat dan sakit bagi
studi kesehatan, perilaku sehat dan sakit serta peranan sakit.
BAB II
PEMBAHASAN
A. SEHAT
1. Pengertian Sehat (Health)
Pada hakekeatnya sehat atau kesehatan dapat diartikan sebagai kondisi yang
normal dari kehidupan manusia. Kesehatan adalah hak azasi setiap manusia yang
dibawa sejak lahir. Hidup sehat adalah hidup yang mengikuti hukum alam atau
cara-cara alamiah (kebutuhan udara segar, istirahat, relaksasi, tidur, kebersihan,
sikap mental, (attitudes of mind) yang baik, kebiasaan yang baik dan pola hidup
(pattern of living) yang baik, dan lain-lain), baik dari segi fisik, kejiwaan, dan
lingkungan hidupnya. Kata sehat merupakan Indonesianisasi dari bahasa Arab
“ash-shihhah” yang berarti sembuh, sehat, selamat dari cela, nyata,
benar, dan sesuai dengan kenyataan. Kata sehat dapat diartikan pula :
(1) dalam keadaan baik segenap badan serta bagian-bagiannya (bebas dari sakit),
waras,
B. SAKIT
2 . Pengertian Sakit (Illness)
Sakit dan penyakit tidaklah sama. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tidak
membuat definisi tentang ‘penyakit’, tetapi merumuskan definisi ‘sehat’. Penyakit
(disease) adalah suatu bentuk reaksi biologis, terhadap suatu organisme, benda
asing atau luka (injury). Sakit (illness) adalah penilaian seseorang terhadap
penyakit tersebut dalam arti penganlaman dia langsung. Sebagai contoh pasien
dengan Leukemia yang sedang menjalani pengobatan mungkin akan mampu
berfungsi seperti biasanya, sedangkan pasien lain dengan kanker payudara yang
sedang mempersiapkan diri untuk menjalani operasi mungkin akan merasakan
akibatnya pada dimensi lain, selain dimensi fisik.
Perbedaan konsep sehat dan sakit ini antara orang sakit dengan petugas kesehatan
merupakan tantangan utama bagi petugas kesehatan. Maka diperlukannya
pembekalan sejak dini tentang pemahaman tentang sehat-sakit bagi para calon
tenaga kesehatan, baik perawat, bidan, dokter, rekam medis, dan lain-lain melalui
proses pembelajaran di kampus, sehingga mereka dapat meminimalkan
kesalahpahaman masyarakat dalam pendefinisian sehat dan sakit.
4 Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan adalah tanggapan seseorang terhadap rangsangan yang
berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, dan
lingkungan. Respons atau reaksi organisme dapat berbentuk pasif (respons yang
masih tertutup, misalnya pengetahuan, persepsi, dan sikap) dan aktif (respon
terbuka, tindakan yang nyata atau practive/psychomotor). Perilaku sehat (health
life style) adalah perilaku orang yang sehat untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan mereka. Oleh sebab perilaku ini secara rinci mencakup tindakan atau
perilaku :
1. Mencegah dari sakit, kecelakaan, dan masalah kesehatan yang lain (preventif).
2. Meningkatkan derajat kesehatannya ( promotif ), yakni perilaku-perilaku yang
terkait dengan peningkatan kesehatan.
Perilaku orang sehat supaya tetap (terhindar dari penyakit) dan bahkan lebih
meningkatkan kesehatannya, sekurang-kurangnya mencakup hal berikut :
C. Determinan kesehatan
Dalam teori eko-sosial kesehatan, Dahlgren dan Whitehead (1991)
menjelaskan bahwa kesehatan/ penyakit yang dialami individu
dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terletak di berbagai lapisan
lingkungan, sebagian besar determinan kesehatan tersebut sesungguhnya
dapat diubah (modifiable factors). Gambar 1 memeragakan, individu yang
kesehatannya ingin ditingkatkan terletak di pusat, dengan faktor
konstitusional (gen), dan sistem lingkungan mikro pada level sel/ molekul.
Lapisan pertama (level mikro, hilir/ downstream) determinan kesehatan
meliputi perilaku dan gaya hidup individu, yang meningkatkan ataupun
merugikan kesehatan, misalnya pilihan untuk merokok atau tidak
merokok. Pada level mikro, faktor konstitusional genetik berinteraksi
dengan paparan lingkungan dan memberikan perbedaan apakah individu
lebih rentan atau lebih kuat menghadapi paparan lingkungan yang
merugikan. Perilaku dan karakteristik individu dipengaruhi oleh pola
keluarga, pola pertemanan, dan norma-norma di dalam komunitas.
Lapisan kedua (level meso) adalah pengaruh sosial dan komunitas, yang
meliputi norma komunitas, nilai-nilai sosial, lembaga komunitas, modal
sosial, jejaring sosial, dan sebagainya. Faktor sosial pada level komunitas
dapat memberikan dukungan bagi anggota-anggota komunitas pada
keadaan yang menguntungkan bagi kesehatan. Sebaliknya faktor yang ada
pada level komunitas dapat juga memberikan efek negatif bagi individu
dan tidak memberikan dukungan sosial yang diperlukan bagi kesehatan
anggota komunitas.
Pada tahun 1986, WHO dalam Piagam Ottawa untuk Promosi Kesehatan
(the Ottawa Charter for Health Promotion) menegaskan bahwa kesehatan
merupakan hak azasi manusia (human right). Di samping itu, sesuai
dengan model kesehatan Dahlgren dan Whitehead (1991), Piagam Ottawa
menegaskan bahwa untuk menciptakan kesehatan individu dan populasi
dibutuhkan sejumlah prasyarat. Prasyarat tersebut meliputi perdamaian,
sumberdaya ekonomi yang cukup, pangan dan papan yang cukup,
ekosistem yang stabil, serta penggunaan suberdaya yang berkelanjutan.