Anda di halaman 1dari 18

UPAYA MENINGKATKAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM

PROGRAM PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK


(STUDI DI KELURAHAN KOTA BAMBU SELATAN, DKI JAKARTA)

Tri Saputra Sakti dan Kusnar Budi

Departemen Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, Depok, 16140

E-mail: tsamusand@yahoo.com, budikusnar@yahoo.co.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis upaya yang dilakukan oleh sektor pemerintahan
yang terkait dengan program Pemberantasan Sarang Nyamuk di Kelurahan Kota Bambu
Selatan dalam mencegah penyakit Demam Berdarah Dengue. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kualitatif. Upaya yang dilakukan sektor pemerintahan yang terkait
dengan program Pemberantasan Sarang Nyamuk di Kelurahan Kota Bambu Selatan sudah
cukup baik di antaranya dengan membuat produk hukum yang masih terkait dengan program
tersebut, kerjasama dengan pihak swasta, mengadakan sosialisasi masal, mengadakan lomba
bebas jentik, inovasi adanya reward dan punishment untuk warga, dan pengadaan anggaran
untuk program pemberantasan sarang nyamuk. Selain itu juga dilihat dari adanya upaya sektor
pemerintahan yang terkait dengan progam ini membuat partisipasi masyarakat Kelurahan
Kota Bambu Selatan cukup tinggi dengan pemahaman dan kesadaran yang dimiliki.

Kata Kunci : Demam Berdarah Dengue; Upaya; Partisipasi Masyarakat; Program


Pemberantasan Sarang Nyamuk.

Efforts to Intensifying Public Participation on Mosquito’s Nest Extermination Program


(Study at Kelurahan Kota Bambu Selatan, DKI Jakarta)

Abstract

The purpose of this research is to analyze effort to intensifying public participation on


Mosquito’s Nest Extermination Program at Kelurahan Kota Bambu Selatan to prevent
Dengue Fever. The method use for the research is qualitative. Efforts made by the government
sector related Mosquito’s Nest Extermination program in Kelurahan Kota Bambu Selatan has
been good enough, they make laws that are still associated with the program, cooperation with
the private sector, held a mass socialization, free competitions held larvae, the presence of
reward innovation and punishment for citizens, and procurement budgets for Mosquito’s Nest
Extermination program. It is also seen from the government sector efforts associated with this
program makes participation in Kelurahan Kota Bambu Selatan is quite high with an
understanding and awareness which they owned.

Keywords : Dengue Fever; Efforts; Mosquito’s Nest Extermination Program; Public


Participation.  

Upaya meningkatkan…, Tri Saputra Sakti, FISIP UI, 2014


Pendahuluan

Penyakit DBD adalah penyakit menular yang sampai saat ini masih menjadi salah satu
masalah kesehatan masyarakat yang menimbulkan dampak sosial dan ekonomi. Indonesia
menempati urutan nomor tiga terbanyak di dunia untuk jumlah angka penderita DBD, dengan
Brazil sebagai jumlah penderita terbanyak sedunia (Bekti, 2013). Sepanjang 2012,
Kementrian Kesehatan RI mencatat 90.245 penderita. Hingga pertengahan tahun 2013, kasus
demam berdarah terjadi di tiga puluh satu provinsi dengan penderita 48.905 orang, 376 di
antaranya meninggal dunia (Kurniati, 2013). Dengan demikian, tentu merupakan langkah
tepat jika pemerintah merumuskan suatu kebijakan untuk menanggulangi penyakit DBD di
Indonesia mengingat kasus yang terjadi. Kasus DBD di Indonesia paling banyak terjadi di
kota besar (Anna, 2011) dan   persebarannya dari tahun ke tahun meningkat tajam, namun
sampai pada tahun 2013, terdapat lima provinsi yang memiliki angka insiden DBD tertinggi,
yaitu Bali, DKI Jakarta, Kalimantan 1  Timur, Sulawesi Tengah, dan DI Yogyakarta
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014)    
Pemerintah berupaya menghasilkan kebijakan mengenai penanggulangan penyakit
demam berdarah, termasuk Pemprov DKI Jakarta. Pada tahun 2007, Pemprov DKI Jakarta
mengeluarkan kebijakan Peraturan Daerah Nomor 6 tentang Pengendalian Penyakit Demam
Berdarah. Pasal 3 dari Perda tersebut menyebutkan bahwa pencegahan penyakit DBD
merupakan tanggung jawab pemerintah daerah dan masyarakat yang dapat dilakukan melalui
penggalakkan upaya dalam program PSN melingkupi PSN-3M PLUS, PJB, Surveilans, dan
Sosialisasi. Salah satu program pemerintah untuk menanggulangi dan memperkecil angka
pengidap penyakit DBD adalah program PSN yang memerlukan partisipasi masyarakat untuk
menciptakan lingkungan yang bersih dan bebas dari jentik nyamuk. Program PSN
didefinisikan sebagai kegiatan untuk memberantas tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes
aegypti dan Aedes aibopictus. Selain itu terdapat pula Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB)
yakni pemeriksaan tempat penampungan air dan tempat perkembangbiakan nyamuk dan
jentik nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus oleh Petugas Kesehatan untuk mengetahui
ada atau tidaknya jentik nyamuk pada tatanan masyarakat. Dalam pelaksanaannya, terdapat
beberapa warga atau masyarakat yang dilatih dan dididik sebagai Juru Pemantau Jentik untuk
melakukan proses edukasi dan memantau pelaksanaan PSN oleh masyarakat. Dapat dikatakan
bahwa program ini memang tidak lepas dari partisipasi masyarakat dalam mencapai
keberhasilannya, dan kader Jumantik dalam me-monitoring program ini.
Program PSN sendiri dilakukan oleh warga yang disosialisasikan oleh kelurahan

Upaya meningkatkan…, Tri Saputra Sakti, FISIP UI, 2014


sehingga tiap keluarga ikut turut serta melaksanakan program PSN tanpa terkecuali. Salah
satu kelurahan yang memiliki kondisi lingkungan yang dapat dikatakan rawan dalam penyakit
DBD di Kecamatan Palmerah adalah Kelurahan Kota Bambu Selatan. Hal ini dikarenakan
Kelurahan Kota Bambu Selatan dilewati oleh sebuah kanal yang dangkal dan sering meluber
ke aspal ketika hujan terjadi sehingga menyebabkan banjir. Kelurahan Kota Bambu Selatan
termasuk di dalam kawasan menengah ke bawah sehingga belum memiliki kesadaran penuh
akan penerapan PHBS.   Dalam tingkat kelurahan, program PNS merupakan tingkat yang
paling menentukan karena secara teknis dilaksanakan tiap-tiap warga yang ada di dalam satu
Rukun Warga (RW) yang akan diakomodir oleh koordinator kelurahan. Kelurahan ini
memiliki riwayat baik di Kecamatan Palmerah adalah Kelurahan Kota Bambu Selatan.
Kelurahan Kota Bambu Selatan pernah mendapat penghargaan sebagai juara ketiga lomba
penerapan PSN se-Jakarta Barat pada tahun 2013 yang kontradiktif dengan prevalensi paling
tinggi penyakit DBD di Kecamatan Palmerah. Hal ini tertuang dalam Surat Keputusan
Walikota yang menetapkan pemenang lomba RW bebas jentik yang terdapat di RW 09
Kelurahan Kota Bambu Selatan sebagai perwakilan dari Kecamatan Palmerah.
Berdasarkan dari penjabaran di atas, mengingat betapa pentingnya peran instansi
terkait dan partisipasi masyarakat terhadap implementasi sebuah program, maka penelitian ini
akan membahas mengenai upaya instansi pemerintah terkait dalam meningkatkan partisipasi
masyarakat terhadap program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) di Kelurahan Kota
Bambu Selatan, Kecamatan Palmerah, Provinsi DKI Jakarta serta bagaimana partisipasi
masyarakat dalam program PSN di Kelurahan Kota Bambu Selatan, DKI Jakarta setelah
dilakukan upaya sektor yang terkait dalam program tersebut.

Tinjauan Teoritis

Terdapat beberapa konsep dalam penelitian ini, di antaranya adalah partisipasi, partisipasi
masyarakat, dan pencegahan penyakit menular. Jalal dan Supradi (2001: 19) mendefinisikan
partisipasi sebagai suatu keadaan yang mana pembuat keputusan menyarankan kelompok atau
masyarakat terlibat dalam bentuk penyampaian saran dan pendapat, barang, keterampilan,
bahan, dan jasa. Partisipasi sebagai proses dimana pemangku kepentingan mempengaruhi dan
berbagai pengawasan atas inisiatif dan keputusan pembangunan serta sumber daya yang
berdampak pada mereka. Dari sudut pandang ini partisipasi dilihat pada tataran konsultasi

Upaya meningkatkan…, Tri Saputra Sakti, FISIP UI, 2014


atau pengambilan keputusan dalam semua tahapan siklus proyek, dari evaluasi kebutuhan,
penilaian, implementasi, pemantauan dan evaluasi.
Bentuk partisipasi menurut Effendi (dalam Dwiningrum, 2011: 58), terbagi atas:
a. Partisipasi Vertikal
Partisipasi vertikal terjadi dalam bentuk kondisi tertentu masyarakat terlibat atau
mengambil bagian dalam suatu program pihak lain, dalam hubungan yang mana
masyarakat berada sebagai status bawahan, pengikut, atau klien.
b. Partisipasi Horizontal
Partisipasi horizontal, masyarakat mempunyai prakarsa yang mana setiap
anggota atau kelompok masyarakat berpartisipasi horizontal satu dengan yang
lainnya.

Berbeda dengan partisipasi, Chapman dan Kirk (2001: 3) menyebutkan bahwa


partisipasi masyarakat adalah bagaimana keterlibatan masyarakat terkait dengan adanya tugas
dan kerjasama, pengambilan keputusan, pelaksanaan proyek, dan perwakilan dalam struktur
kerjasama formal. James Midgley (dalam Muluk, 2009: 83) kemudian menegaskan bahwa
partisipasi masyarakat disebut tercapai apabila program yang diinginkan dan dimanfaatkan
oleh masyarakat secara efektif terpelihara oleh mereka setelah semua dukungan eksternal
berakhir. Pandangan ini secara praktik dianggap lebih relevan karena mempertimbangkan
kapasitas masyarakat dan mengakui adanya kebutuhan akan bantuan eksternal dalam
pengembangan partisipasi masyarakat. Dalam upaya untuk mendorong dialog yang lebih
tercerahkan, Sherry Arnstein (dalam Burns, 1994: 156) menetapkan sebuah tipologi atau
tangga partisipasi masyarakat yang ditunjukkan pada gambar 2.1. Tipologi Sherry Arnstein
mengidentifikasi delapan tingkat partisipasi, dengan masing-masing jenjang pada tangga
sesuai dengan tingkat kekuasaan warga negara dalam menentukan produk akhir.
Karakteristik dari delapan tingkatan tersebut yaitu:
1. Manipulation (Manipulasi). Tingkat ini bukanlah tingkat partisipasi masyarakat yang
murni, karena telah diselewengkan dan dipakai sebagai alat publikasi oleh pihak
penguasa.
2. Therapy (Terapi atau Pengobatan). Di tingkat ini, pemegang kekuasaan menganggap
ketidakberdayaan sebagai penyakit mental.
3. Information (Pemberian Informasi). Memberikan informasi kepada masyarakat akan
hak, tanggung jawab, dan pilihan mereka merupakan langkah awal yang sangat
penting dalam menuju partisipasi masyarakat.

Upaya meningkatkan…, Tri Saputra Sakti, FISIP UI, 2014


4. Calculation (Konsultasi). Pada tingkat ini, masyarakat diminta pendapat sehingga
dapat dianggap merupakan langkah logis menuju partisipasi penuh.
5. Placation (Penempatan). Pada tahap ini masyarakat sudah memiliki beberapa
pengaruh meskipun dalam beberapa hal pengaruh tersebut tidak memiliki jaminan
akan diperhatikan.
6. Partnership (Kerja Sama). Pada tingkat ini, kekuasaan disalurkan melalui negosiasi
antara pemegang kekuasaan dan masyarakat. Pemegang kekuasaan dan masyarakat
sepakat untuk memikul tanggung jawab dalam perencanaan dan pengambilan
keputusan.
7. Delegated Power (Pendelegasian Kekuasaan). Negosiasi antara masyarakat dengan
pejabat pemerintah bisa mengakibatkan terjadinya dominasi kewenangan pada
masyarakat terhadap rencana atau program tertentu.
8. Citizen Control (Kontrol Masyarakat) Pada tingkat ini, masyarakat menginginkan
adanya jaminan akan kewenangan untuk mengatur program atau kelembagaan
diberikan pada mereka, bertanggung jawab penuh terhadap kebijakan dan aspek-
aspek manajerial dan bisa mengadakan negosiasi apabila ada pihak ketiga yang akan
mengadakan perubahan.

Berkaitan dengan partisipasi masyarakat, nilai publik harus diciptakan agar masyarakat
berperan aktif dalam sebuah program maupun instrument kebijakan. Bozeman (2007: 18)
menyebutkan bahwa nilai publik merupakan konsensus normatif tentang (1) hak-hak dan
manfaat dan prerogatif yang dimiliki publik terhadap kebijakan dan program; (2) kewajiban
akan adanya hubungan masyarakat dan negara satu sama lain; dan (3) prinsip-prinsip yang
harus dijadikan pegangan oleh dalam membuat kebijakan. Moore (2005: 26) mengatakan
bahwa penciptaan nilai publik terdiri dari 3 (tiga) isu utama, yaitu: peran pemerintah dalam
masyarakat, peran manajer pemerintah, dan teknik yang dibutuhkan oleh manajer publik.
Nilai publik pada dasarnya merupakan sebuah pemikiran dan tindakan strategis oleh para
pembuat kebijakan publik dan manajer, dalam menghadapi kompleksitas dan penghematan.
Nilai publik dapat diartikan sebagai sebuah pemikiran dan tindakan strategis oleh
para pembuat kebijakan publik dan manajer, dalam menghadapi kompleksitas dan
penghematan atau sebuah sarana populer untuk mengevaluasi efektivitas dan efisiensi
pelayanan publik (Moore, 2005: 27).

Metode Penelitian

Upaya meningkatkan…, Tri Saputra Sakti, FISIP UI, 2014


Metode penelitian merupakan bagian yang penting dalam sebuah penelitian.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Karakteristik penelitian kualitatif fleksibel
sehingga dengan jalannya penelitian dapat berubah-ubah sesuai dengan situasi dan kondisi
yang ada (Herdiansyah, 2010: 46-47). Ada pun penelitian ini akan menganalisis fenomena
sosial, yaitu upaya meningkatkan partisipasi masyarakat dalam program PSN di Kelurahan
Kota Bambu Selatan, DKI Jakarta. Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah
studi lapangan dan studi kepustakaan. Peneliti melakukan studi lapangan melalui wawancara
mendalam dan observasi, sedangkan studi kepustakaan dilakukan dengan melakukan studi
terhadap bahan-bahan kepustakaan, seperti buku, jurnal, internet, serta dokumen-dokumen
instansi yang terkait dengan upaya meningkatkan partisipasi masyarakat dalam program PSN
di Kelurahan Kota Bambu Selatan, DKI Jakarta.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan coding dalam melakukan analisis data
mengenai upaya meningkatkan partisipasi masyarakat dalam program PSN di Kelurahan Kota
Bambu Selatan. Teknik analisis data yang digunakan peneliti adalah open coding, axial
coding dan selective coding. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan strategi analisis data
kualitatif yaitu metode ilustratif. Metode ilustratif menerapkan teori untuk situasi historis atau
latar sosial konkret dan mengorganisir data berdasarkan teori.

Hasil dan Pembahasan

Bagian ini akan menjelaskan mengenai manfaat program PSN, upaya yang dilakukan sektor
terkait untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam program PSN, serta partisipasi
masyarakat Kelurahan Kota Bambu Selatan.

Manfaat Program
Status gawat penyakit DBD dalam suatu wilayah dilihat dari angka prevalensi. Secara umum
prevalensi adalah bagian dari studi epidemiologi yang membawa pengertian jumlah orang
dalam populasi yang mengalami penyakit, gangguan atau kondisi tertentu pada suatu tempo
waktu dihubungkan dengan besar populasi dari mana kasus itu berasal. Pada tahun 2013,
Kecamatan Palmerah menjadi kecamatan dengan angka prevalensi tertinggi di DKI Jakarta.
Dengan status tersebut, Kecamatan Palmerah sudah sepantasnya melakukan pencegahan dan
penanggulangan di wilayahnya dan melakukan penyuluhan program PSN. Pada tahun yang
sama Kelurahan Kota Bambu Selatan mendapat juara ketiga lomba RW bebas jentik se-
Jakarta Barat mewakili Kecamatan Palmerah. Adanya kontradiktif penghargaan dan jumlah

Upaya meningkatkan…, Tri Saputra Sakti, FISIP UI, 2014


pengidap penyakit DBD menjadi sebuah tanda tanya mengenai keberhasilan program PSN
yang memiliki outcome berupa masyarakat yang berpartisipasi dalam program tersebut dan
akhirnya memiliki angka bebas jentik yang tinggi. Artinya, unit pemerintahan yang berkaitan
dengan program PSN memiliki upaya yang tinggi terhadap peningkatan partisipasi
masyarakat di kelurahan ini sehingga dapat menjadikan kelurahan tersebut memiliki ABJ
yang tinggi dan berada pada urutan ketiga dalam perlombaan yang diadakan oleh Pemkot
Administrasi Jakarta Barat.
Di antara seluruh program yang dicanangkan pemerintah untuk mencegah dan
menanggulangi penyakit DBD, program PSN menjadi progam unggulan yang menjadi ujung
tombak dalam pemutus penyebaran penyakit DBD, selain juga karena mudah dan murah
dilakukan. Hal ini dikarenakan sampai sekarang belum terdapat obat yang dapat
menyembuhkan penyakit DBD. Program PSN sebagai program pemerintah dalam mencegah
adanya perkembangan vektor nyamuk penyebab penyakit DBD. Dengan berjalannya program
PSN yang baik dan diterima oleh masyarakat secara luas tentu akan berimplikasi pada
menurunnya tersangka dan pengidap penyakit DBD di dalam wilayah yang masyarakatnya
mendukung program tersebut. Sehingga dalam pelaksanaannya, diperlukan partisipasi aktif
masyarakat untuk melakukan kegiatan PSN. Manfaat dari program ini dapat dirasakan jika
seluruh elemen masyarakat mendukung dan turut berpartisipasi aktif dalam implementasinya.
Manfaat adanya program ini juga dirasakan bagi masyarakat Kelurahan Kota Bambu Selatan,
yakni dengan menurunnya pengidap penyakit DBD serta ABJ yang tinggi.

Upaya Meningkatkan Partisipasi Masyarakat dalam Program PSN


1. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
Dalam level pemerintah provinsi, keseriusan yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta mengenai penanggulangan penyakit Demam Berdarah Dengue adalah dengan
merespons kebijakan nasional yang tertuang di dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984
tentang Wabah Penyakit Menular, yaitu membuat Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2007
tentang Pengendalian Penyakit Demam Berdarah Dengue. Hal ini juga diikuti oleh terbitnya
Peraturan Gubernur Nomor 63 Tahun 2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah
Nomor 6 Tahun 2007 Tentang pengendalian Penyakit Demam Berdarah Dengue. Peraturan
Gubernur tersebut memaparkan secara jelas mengenai petunjuk pelaksanaan program-
program yang tertuang di dalam Peraturan Daerah Nomor 6 tahun 2007, dengan sorotan
utama dana yang dialokasikan dalam program. Hal ini menjadi upaya dari Pemprov DKI
Jakarta agar tiap organisasi pemerintah yang berhubungan langsung dengan program-program

Upaya meningkatkan…, Tri Saputra Sakti, FISIP UI, 2014


yang tertuang dalam Perda tersebut semakin memiliki komitmen dalam pelaksanaannya. Pada
tahun 2012, muncul Peraturan Gubernur Nomor 18 Tahun 2012 yang berisi Perubahan Atas
Peraturan Gubernur Nomor 63 Tahun 2011 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah
Nomor 6 Tahun 2007 Tentang Pengendalian Penyakit Demam Berdarah Dengue. Perubahan
dalam peraturan gubernur tersebut hanya pada pasal 20 yang menyebutkan perubahan dalam
pengalokasian anggaran APBD. Selain itu, adanya sanksi yang juga tertuang pada Peraturan
Daerah Nomor 7 Tahun 2006 tentang Pengendalian Penyakit Demam Berdarah Dengue Pasal
21 belum sepenuhnya diterapkan bagi mereka yang rumahnya ditemukan jentik (pada
monitoring program PSN). Sanksi yang tertuang di dalam perda tersebut menyebutkan bahwa
akan dilakukan secara berjenjang, mulai dari teguran halus, teguran tertulis, lalu denda dan
pidana. Pelaksanaan sanksi bagi mereka yang lalai hanya sebatas kebijakan yang tidak berarti
bagi masyarakat, termasuk di Kelurahan Kota Bambu Selatan.
Program PSN yang digalakkan oleh pemerintah lebih banyak menyoroti tingkah laku
orang dewasa. Padahal juga harus diperhatikan bahwa penyakit DBD juga riskan terjadi pada
anak-anak dan terjadi penyebarannya di sekolah. Dari sini, pemerintah juga harus tanggap dan
aktif dalam penanganan kasus yang terjadi di sekolah. Hal ternyata menjadi salah satu pemicu
keikutsertaan pemangku kepentingan lain yang ingin bekerjasama dalam melawan penyakit
DBD di lingkungan sekolah, yaitu SC Johnson dan Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat
Indonesia (IAKMI) yang bekerjasama untuk membuat sebuah pelatihan Jumantik Cilik pada
200 siswa yang melibatkan 50 Sekolah Dasar (SD) di lima area yang memiliki tingkat
prevalensi yang tinggi, salah satunya adalah Kecamatan Palmerah. Kerjasama dengan
pemangku kepentingan yang lain seperti pihak swasta dan membuat sebuah program turunan
dari program PSN ini menjadi sebuah upaya dari Pemprov DKI Jakarta yang beriringan
dengan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta dalam menggalakkan dan meningkatkan
partisipasi masyarakat dalam program PSN. Outcome yang diinginkan dengan
diberlakukannya Jumantik Cilik lewat Jambore Jumantik Cilik tersebut adalah mereka dapat
mensosialisasikan bagaimana mencegah DBD dengan berbagai cara serta melakukan program
PSN secara rutin. Program turunan dari PSN yang merupakan inovasi ini juga sudah
dirasakan manfaatnya pada wilayah Kelurahan Kota Bambu Selatan.
Selain itu yang perlu diperhatikan lagi adalah pemantauan yang dilakukan oleh Dinas
Kesehatan Provinsi DKI Jakarta terkait program PSN. Pemantauan yang dilakukan di level
Rukun Warga (RW) ini menghasilkan catatan berupa angka bebas jentik, pelaporan tersangka
dan pengidap penyakit DBD, beserta angka prevalensi dalam suatu wilayah, yang nantinya
dilaporkan dengan prosedur sampai ke Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. Dalam

Upaya meningkatkan…, Tri Saputra Sakti, FISIP UI, 2014


kaitannya dengan pemantauan, masyarakat juga dapat melihat pencatatan surveilens yang
seharusnya mudah didapatkan oleh publik, hal ini tidak terlihat. Hal tersebut dapat dilihat dari
belum update-nya data yang tersaji dalam situs resmi Surveilans Dinas Kesehatan Provinsi
DKI Jakarta yaitu surveilans-dinkesdki.net/.

2.Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Barat


Walikota Jakarta Barat bersama dengan Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta
Barat sudah sewajarnya menggalakkan program PSN untuk menekan laju penyakit DBD. Hal
ini dikarenakan status yang kerapkali didapatkan oleh Kota Administrasi Jakarta Barat terkait
dengan penyakit DBD, yakni angka prevalensi tertinggi. Pemkot Administrasi Jakarta Barat
melaksanakan peraturan daerah yang dibuat oleh Pemprov DKI Jakarta, selain itu juga
membuat gebrakan-gebrakan mengenai penggalakkan program PSN agar lebih adaptif dan
dapat diterima oleh masyarakat Jakarta Barat. Walikota Jakarta Barat dalam hal ini
didampingi oleh Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat berperan sebagai
pemimpin pembangunan kesehatan dalam masyarakat dengan melakukan pendekatan-
pendekatan, baik formal maupun informal. Formal dalam artian resmi dan tertuang dalam
kebijakan berupa Surat Keputusan Walikota Jakarta Barat, dan informal dalam artian tidak
tertuang dalam kebijakan namun tetap menjadi support system dalam penggalakkan program
PSN. Hal tersebut juga bertujuan agar kebijakan yang nantinya keluar untuk mendukung
program ini sesuai dengan kondisi lapangan warga Jakarta Barat. Salah satu upaya yang
dilakukan Pemkot Administrasi Jakara Barat adalah penggalakkan program PSN lewat lomba
RW bebas jentik yang diselenggarakan serentak di Jakarta Barat. Lomba bebas jentik yang
diselenggarakan tiap tahunnya ini secara langsung membuat sebuah kompetisi sehat dalam
penyampaian sosialisasi sehingga terjadi peningkatan partisipasi masyarakat dalam program
PSN di tiap Rukun Warga (RW) yang ada di Jakarta Barat. Kelurahan Kota Bambu Selatan
merupakan salah satu kelurahan yang termotivasi untuk melakukan penyuluhan dan
sosialisasi lebih gencar. Adanya lomba RW bebas jentik yang diadakan oleh Pemerintah Kota
Administrasi Jakarta Barat diapresiasi positif bagi para kader dan koordinator Jumantik
Kelurahan Kota Bambu Selatan dalam mensosialisasikan program PSN.
Dalam penanggulangan penyakit DBD, Walikota Jakarta Barat sudah cukup serius,
dan hal tersebut menjadi prioritas dalam penanggulangan penyakit. Hal ini terlihat dalam
Surat Keputusan Walikota Administrasi Jakarta Barat No.1603/2012 tentang pembentukan
Tim Pembina dan Penanggungjawab Tatanan Kota Sehat Kota Administrasi Jakarta Barat
yang menyebutkan bahwa dalam pelaksanaannya, PSN menjadi salah satu fokus utama dalam

Upaya meningkatkan…, Tri Saputra Sakti, FISIP UI, 2014


pembangunan kesehatan di wilayah Jakarta Barat. Keseriusan tersebut juga tertuang dalam
kebijakan berupa Keputusan Walikota Jakarta Barat Nomor 1 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Tim Koordinasi dan Monitoring Pelaksanaan Pemberantasan Sarang Nyamuk
Demam Berdarah Dengue (PSN) Wilayah Kota Administrasi Jakarta Barat yang
mencantumkan bahwa anggota tim kordinasi dan monitoring pelaksanaan program PSN.
Masih terkait program PSN, tentunya masyarakat akan lebih tertarik mengikuti
sebuah program jika pimpinannya juga mau turun serta dalam pelaksanaannya. Hal ini juga
dilakukan oleh Walikota Jakarta Barat dengan melakukan Grebek PSN. Pemantauan yang
dilakukan oleh Walikota Jakarta Barat menjadi sebuah aksi dalam meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam program PSN. Hal ini dijadikan momentum bagi Walikota Jakarta Barat
agar warganya juga makin berperan aktif dalam program tersebut.

3. Aparatur Kecamatan Palmerah


Para camat yang ada di Jakarta Barat berperan sebagai frontliner segala kebijakan dan
program yang dijalankan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta maupun Pemerintah Kota
Administrasi Jakarta Barat. Tanpa terkecuali program PSN. Meski aparatur kecamatan tidak
benar-benar langsung memantau aktivitas program PSN, garis koordinasi antara kecamatan
dan kelurahan-kelurahan yang ada di bawahnya menjadi sangat penting. Puskesmas
Kecamatan Palmerah juga bertanggung jawab dalam mengingkatkan angka prevalensi yang
terjadi di wilayahnya karena hal tersebut juga terkait dalam pembangunan kesehatan yang
seharusnya dilakukan oleh Puskesmas. Pada tahun 2013, ketika Kecamatan Palmerah menjadi
wilayah yang paling tinggi angka prevalensi pengidap penyakit DBD, Puskesmas Kecamatan
mengambil tindakan proaktif dalam merespons hal ini yakni membuat koordinator wilayah.
Koordinator Wilayah (korwil) bukan hal baru dalam memonitor program PSN. Hal tersebut
sudah dicanangkan oleh Pemkot Administrasi Jakarta Barat, dan Puskesmas Kecamatan
Palmerah merasakan hal tersebut perlu dilakukan juga dalam lini kelurahan dan bahkan
langsung ke tataran Rukun Warga (RW) dan Rukun Tetangga (RT). Sebelum akhirnya
disetujui oleh Kepala Camat Palmerah, pihak dari Puskesmas sudah berinisiatif lebih dulu
bekerja sama dengan Puksesmas-Puskesmas kelurahan untuk melakukan pembagian tim
korwil di kelurahan. Keseriusan pihak Kecamatan Palmerah juga dirasakan oleh masyarakat
Kelurahan Kota Bambu Selatan dalam program PSN. Dalam pelaksanaannya di lapangan,
Kepala Camat Palmerah juga melakukan aksi yang sama dengan Walikota Jakarta Barat, yaitu
melakukan Grebek PSN untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan PSN di wilayahnya, yakni
Grebek PSN yang ada pada level kecamatan.

Upaya meningkatkan…, Tri Saputra Sakti, FISIP UI, 2014


4. Aparatur Kelurahan Kota Bambu Selatan
Kelurahan Kota Bambu Selatan merupakan unit pemerintahan terkecil yang secara langsung
berhadapan dengan masyarakat dalam program PSN. Hal tersebut membuat pihak Kelurahan
Kota Bambu Selatan melakukan aksi dan upaya dalam pencegahan dan penanggulangan
penyakit DBD dan tentunya sesuai dengan karakteristik masyarakat di sana. Pihak Kelurahan
Kota Bambu Selatan memiliki awareness yang cukup baik dalam melihat program PSN. Hal
tersebut juga tercetus dalam upaya yang responsif terhadap status penyakit DBD di Kelurahan
Kota Bambu Selatan. Sosialisasi untuk mendapatkan pemahaman dari masyarakat merupakan
salah satu cara ampuh yang mampu meningkatkan partisipasi masyarakat dalam program
tersebut. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan jumlah kasus penderita DBD di Kelurahan
Kota Bambu Selatan yang menunjukkan penurunan. dalam pelaksanaan program PSN di
Kelurahan Kota Bambu Selatan memiliki garis kordinasi yang baik dan saling menopang
untuk keberhasilan program. Hal ini juga berdampak pada angka pengidap penyakit DBD
yang menurun.
Salah satu upaya yang dilakukan kelurahan ini adalah mengadakan evaluasi
mingguan program PSN yang mana seharusnya evaluasi dilakukan dalam satu bulan satu kali.
Adanya evaluasi per minggu ini diharapkan bahwa hambatan dan kendala pelaksanaan
program PSN dapat diatasi dan terjawab pada hari itu juga. Program PSN sendiri akan
berhasil jika pemahaman masyarakat mengenai program dan urgensi akan keberadaan
program ini tersampaikan dengan baik. Di sini yang menjadi ujung tombak dalam transfer of
knowledge adalah para kader Jumantik karena yang langsung turun melihat pelaksanaan
program PSN di rumah-rumah warga. Tugas kader Jumantik adalah memantau jentik tiap
minggu pada hari Jumat, memberikan peringatan kepada kepala keluarga apabila ketika
dipantau ditemukan jentik, menghitung ABJ, dan melaporkan kepada Puskesmas apabila
ditemukan kasus DBD. Peran pihak Kelurahan Kota Bambu Selatan di sini adalah menjaga
ritme performa kader Jumantik agar dalam pelaksanannya di lapangan, selain memeriksa dan
memonitor program ini, juga dapat mensosialisasikan dan memberikan pemahaman yang baik
pada tiap warga. Pengarahan yang diberikan oleh pihak Kelurahan Kota Bambu Selatan
khususnya pada bidang Kesejahteraan Masyarakat, menjadi hal yang perlu dilakukan untuk
tetap memotivasi kader Jumantik. Sesuai dengan observasi yang dilakukan oleh peneliti,
Kepala Lurah Kota Bambu Selatan selalu mengingatkan para kader dan koordinator Jumantik
untuk melaksanakan tugas mereka dengan baik karena hal ini menyangkut pembangunan
kesehatan yang ada di lingkungan mereka sendiri.

Upaya meningkatkan…, Tri Saputra Sakti, FISIP UI, 2014


Dalam pelaksanaannya pun, dalam tataran RW, pihak Kelurahan Kota Bambu
Selatan juga membiarkan Rukun Warga (RW) yang ada di bawah garis kepemimpinannya
memiliki inovasi terkait program PSN. Salah satunya adalah RW 07 yang membuat sebuah
denda berupa pembelian pot bunga dan tanamannya jika di rumahnya ditemukan jentik oleh
Jumantik. Sedangkan bagi rumah yang kerapkali bebas jentik, akan diberikan hadiah berupa
pot bunga yang menjadi denda dari warga yang rumahnya terdapat jentik tersebut. Begitu pula
pada RW 06 yang mana jika ditemukan jentik di rumahnya akan mendapatkan stiker dengan
asumsi efek jera pada warga yang rumahnya terdapat jentik.
Selain itu, pihak Kelurahan Kota Bambu Selatan juga mencanangkan adanya
Jumantik Cilik yang diadaptasi dari kerjasama antara Pemkot Administrasi Jakarta Barat
dengan SC Johnson dan IAKMI. Salah satu Jumantik Cilik yang direkrut terdapat di
Kelurahan Kota Bambu Selatan. Pihak Kelurahan Kota Bambu Selatan menginginkan lebih
banyak lagi Jumantik Cilik yang ada di lingkungan tersebut karena dapat meningkatkan
partisipasi masyarakat dalam program PSN karena dimonitor langsung oleh para Jumantik
Cilik. Selanjutnya, pihak Kelurahan Kota Bambu Selatan ingin mengadakan kerjasama
dengan pemangku kepentingan yang lain jika membuat acara besar mengenai PSN. Dua hal
tersebut memang belum dijalankan oleh pihak kelurahan.

Partisipasi Masyarakat Kelurahan Kota Bambu Selatan dalam Program PSN


Partisipasi masyarakat mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat
dalam upaya meningkatkan proses belajar masyarakat; mengarahkan masyarakat menuju
masyarakat yang bertanggung jawab; mengeliminasi perasaan terasing sebagian masyarakat
serta; menimbulkan dukungan dan penerimaan dari pemerintah. Begitu pula pada program
PSN, partisipasi memiliki peran penting karena merupakan proses belajar masyarakat dalam
pembangunan kesehatan. Partisipasi masyarakat Kelurahan Kota Bambu Selatan dalam
program PSN tergolong pada partisipasi vertikal sesuai dengan bentuk partisipasi yang
dijabarkan oleh Effendi (dalam Dwiningrum, 2011). Hal ini disebabkan dalam program PSN,
petunjuk pelaksanaannya sudah tertuang di dalam Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta
Nomor 6 Tahun 2007 tentang Pencegahan Penyakit DBD yang mana secara jelas program ini
sudah memiliki aturan baku dari segi pelaksanaannya sehingga masyarakat berada dalam
status bawahan, pengikut, atau klien dalam program PSN.
Sama halnya dengan program dan kebijakan yang dituangkan oleh pemerintah,
partisipasi masyarakat dalam program PSN dipengaruhi oleh pengetahuan yang dimiliki
mengenai program PSN itu sendiri. Sebelumnya, masyarakat Kota Bambu Selatan tidak

Upaya meningkatkan…, Tri Saputra Sakti, FISIP UI, 2014


memiliki kesadaran yang penuh akan pentingnya program PSN ini. Dapat dikatakan bahwa
pendidikan dan ekonomi rendah yang masih terdapat di Kelurahan Kota Bambu Selatan masih
mengindikasikan adanya ketidakpedulian terhadap program PSN ini.
Melihat frame yang digunakan oleh Sherry Arstein, posisi partisipasi masyarakat
dalam program PSN dapat dikatakan berada dalam degrees of tokenism. Degrees of tokenism
sendiri terdiri dari information, consultation, dan placation. Fakta di lapangan
mengindikasikan bahwa partisipasi masyarakat Kelurahan Kota Bambu Selatan berada pada
tahap calculation yang mana masyarakat diminta pendapatnya. Pendapat masyarakat ini
dianggap sebagai langkah menuju partisipasi penuh dan dilakukan dalam bentuk rapat formal
yang diselenggarakan oleh pihak kelurahan maupun rapat informal yang dilaksanakan pada
tingkat RT maupun RW, yaitu dalam pertemuan warga yang mana terkadang didatangi oleh
pihak kelurahan untuk didengar langsung. Pendapat yang dikemukakan oleh masyarakat
terkait program PSN ditampung untuk pelaksanaan program tersebut ke depannya yang
dilaksanakan secara gradual per minggu. Meski demikian, partisipasi masyarakat Kelurahan
Kota Bambu Selatan dalam program PSN ini tidak sepenuhnya berada dalam tangga
calculation. Hal ini terlihat dalam pemantauan pelaksanaan progam yang dilakukan tiap hari
Jumat dimana program ini memerhatikan abstraksi statistik akan pelibatan masyarakat lewat
formulir yang dimiliki oleh para kader Jumantik yang nantinya akan dilaporkan pada pihak
kelurahan dan Puskesmas. Secara teknis, abstraksi statistik menjadi suatu yang dilihat dan
diukur dalam pelaksanaan program PSN, yaitu tanda tangan warga yang diminta oleh kader
Jumantik. Dari sini, dilihat bahwa pihak kelurahan dan kader Jumantik memiliki bukti dalam
rangkaian pelibatan masyarakat dalam program PSN. Fakta ini mengacu pada tahap
calculation pada tangga partisipasi Sherry Arstein.
Kenyataan di lapangan, partisipasi masyarakat dalam program PSN memperlihatkan
bahwa bukan hanya pada tahap calculation, tapi juga dalam tahap placation. Masyarakat juga
memiliki beberapa pengaruh terhadap pelaksanaan program PSN meski tidak menjadi
jaminan apakah pendapat mereka akan didengar. Dalam pelaksanaan program PSN,
masyarakat memberikan masukan lewat kader Jumantik yang sedang memantau dan masukan
itu diteruskan pada Kesmas Kelurahan Kota Bambu Selatan juga Puskesmas Kelurahan. Hal
tersebut mengindikasikan bahwa masyarakat Kelurahan Kota Bambu Selatan diperbolehkan
untuk memberikan pendapat dan masukan terkait dalam program PSN, tetapi keputusan tetap
diambil oleh pihak kelurahan. Hal ini sesuai dengan karakteristik placation, tangga partisipasi
Sherry Arstein yang berada di atas calculation. Fakta yang ada di lapangan menggambarkan
bahwa partisipasi masyarakat Kelurahan Kota Bambu Selatan dalam program PSN masih

Upaya meningkatkan…, Tri Saputra Sakti, FISIP UI, 2014


dalam tahap degrees of tokenism yakni pada tangga calculation dan placation. Selanjutnya,
seperti yang dikatakan oleh Darjono bahwa partisipasi masyarakat memiliki tiga bentuk, yaitu
dalam proses perencanaan, pelaksanaan program, dan evaluasi atau pemantauan program.

1. Partisipasi Masyarakat dalam Tahap Perencanaan


Setiap kebijakan atau program akan terasa bermanfaat jika dalam tahap perencanaannya pun
melibatkan partisipasi masyarakat. Dalam program PSN sendiri, perencanaan yang dimaksud
lebih mengarah pada bagaimana pihak kelurahan, Puskesmas Kelurahan, beserta kader
Jumantik dalam pelaksanaan PSN dan program tambahannya. Perencanaan teknis program
PSN pun sudah tercantum dalam Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Pencegahan
Penyakit Demam Berdarah Dengue, sehingga dalam perencanaan program yang dimaksud
lebih pada kegiatan tambahan yang memungkinkan terjadi dalam program PSN atau
perencanaan teknis untuk mendukung program tersebut.
Perencanaan program PSN diawali dengan pembuatan jadwal bulanan untuk RT dan
RW. Biasanya dalam tahap perencanaan ini, akan ditentukan di RW mana evaluasi akan
berlangsung dalam empat kali pertemuan dalam satu bulan tersebut. Setelah itu akan
diadakan rapat yang mengundang instansi terkait, seperti Puskesmas, Kasie Kesmas
Kelurahan, dan Bendahara. Setelah perencanaan jadwal, dilanjutkan dengan pendataan
kebutuhan selama pelaksanaan PSN di lapangan. Biasanya lebih pada tataran teknis, seperti
sarana dan prasarana apa saja yang dibutuhkan dalam pelaksanaan program tersebut seperti
kebutuhan senter dan baterai untuk pengecekan dan monitoring yang dilakukan pada warga.
Selanjutnya informasi akan diberikan melalui rapat yang diadakan dalam tingkat RW, yang
juga melibatkan tokoh masyarakat serta kader Jumantik yang bertugas. Masyarakat sendiri
tidak berpartisipasi aktif dalam mengemukakan pendapatnya dalam tahap perencanaan ini
karena suara dari masyarakat terangkum dalam pertemuan informal.

2. Partisipasi Masyaraka dalam Tahap Pelaksanaan


Sama halnya dengan kebijakan, program tanpa pelaksanaan juga hanya akan sekedar
menjadi dokumen dan arsip semata. Program sebagai turunan dari kebijakan publik yang telah
diformulasikan harus diimplementasikan. Dalam pelaksanaan program PSN, masyarakat
Kelurahan Kota Bambu Selatan dapat digolongkan cukup tinggi partisipasinya. Sesuai dengan
hasil observasi yang dilakukan peneliti di Kelurahan Kota Bambu Selatan, masyarakat
Kelurahan Kota Bambu Selatan mayoritas sudah melakukan apa yang harus dilakukan dalam
program PSN sehingga jarang ditemukan jentik nyamuk di rumah warga. Meski demikian

Upaya meningkatkan…, Tri Saputra Sakti, FISIP UI, 2014


masih ada masyarakat yang tidak mendukung program ini. Kebanyakan yang belum
mendukung program PSN adalah orang baru yang ada di wilayah Kelurahan Kota Bambu
Selatan. Hal ini dikarenakan orang baru tersebut belum mengenal secara baik kader Jumantik
sehingga masih menyisakan kecurigaan jika kader masuk ke dalam rumah. Hal ini menjadi
salah satu faktor penghambat akan partisipasi masyarakat dalam program PSN karena
pemahaman yang kurang dari warga. Hal ini dikarenakan sosialisasi yang tidak merata akan
pemahaman dari program PSN.
Partisipasi masyarakat dengan ketersediaan rumahnya dimasuki oleh kader Jumantik
dapat berefek pada monitoring program PSN yang lebih mudah. Tentunya setelah program
PSN akan ada program selanjutnya yang masih berkaitan dengan pencegahan penyakit DBD
yakni Penelitian Epidemiologi (PE) yang mana akan memberikan gambaran mengenai lokasi-
lokasi paling sering ditemukannya jentik, setelah itu dapat dibuat pemetaan untuk menentukan
bagian mana dari wilayah Kelurahan Kota Bambu Selatan yang perlu mendapatkan perhatian
khusus jika dilihat dari urgensi pengidap penyakit DBD. Tentunya hal ini menjadi sebuah aksi
responsif dari pihak Kelurahan Kota Bambu Selatan. kesiagaan peralatan serta perlengkapan
apabila terjadi banyak kasus DBD.

3. Partisipasi Masyarakat dalam Tahap Evaluasi


Pada tahapan evaluasi, masyarakat Kelurahan Kota Bambu Selatan tidak serta merta langsung
menyampaikan saran dan kritiknya secara lisan pada pihak Kelurahan Kota Bambu Selatan
ataupun Puskesmas Kelurahan. Ketika para kader Jumantik memonitor dan melakukan
pemeriksaan jentik, saat itu pula biasanya warga atau masyarakat memberikan masukan dan
kritik mengenai program PSN yang dilaksanakan. Selanjutnya kader Jumantik yang bertugas
akan langsung menyampaikan hal tersebut pada rapat evaluasi yang dilakukan bersama
dengan pihak Kelurahan Kota Bambu Selatan dan Puskesmas kelurahan. Dalam observasi
yang dilakukan oleh peneliti, masyarakat Kelurahan Kota Bambu Selatan tergolong aktif
dalam memberikan saran dan feedback terhadap program PSN. Evaluasi yang diadakan untuk
program PSN yang dilakukan oleh pihak kelurahan, Puskesmas, dan para kader Jumantik
dilaksanakan langsung setelah turun ke lapangan.
Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan, para kader dan koordinator begitu
mengerti tentang lapangan dan aktif bertanya pada pihak kelurahan maupun Puskesmas
mengenai evaluasi yang diberikan. Selain itu, kader maupun koordinator Jumantik juga
menyalurkan pendapat, saran, dan kritik yang biasanya diterima oleh masyarakat ketika
mereka melaksanakan monitoring program PSN. Inisiatif yang dilakukan oleh Kelurahan

Upaya meningkatkan…, Tri Saputra Sakti, FISIP UI, 2014


Kota Bambu Selatan membuktikan bahwa mereka menginginkan adanya feedback secara
langsung yang dikemukakan oleh masyarakat Kelurahan Kota Bambu Selatan melalui kader
dan koordinator Jumantik yang bertugas di lapangan. Meski demikian, dalam tahap evaluasi
program PSN ini tidak hanya pada rapat mingguan yang dilakukan dan terkesan formal, tetapi
dalam tahap informal juga bisa mengeluarkan opini mereka. Sayangnya dalam rapat evaluasi
yang dilakukan tiap minggu pada hari Jumat tersebut tidak hanya berfokus pada program
PSN. Sesuai dengan observasi yang dilakukan oleh peneliti, rapat evaluasi yang dilakukan
oleh aparatur Kelurahan Kota Bambu Selatan termasuk Kepala Lurah dan Kasie
Kesejahteraan Masyarakat, Puskesmas Kelurahan Kota Bambu Selatan, beberapa tokoh
masyarakat, serta kader dan koordinator Jumantik, mereka juga membagi rapat evaluasi
tersebut dengan berbagi informasi mengenai kesehatan.

Dari analisis yang telah peneliti uraikan, dapat dilihat bahwa upaya meningkatkan
partisipasi masyarakat dalam program Pemberantasan Sarang Nyamuk direspons dengan baik
oleh masyarakat Kelurahan Kota Bambu Selatan. Dalam hal ini, pemerintah dan instansi
terkait dalam program memiliki keinginan yang kuat dalam meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam program tersebut meski terdapat berbagai hambatan. Upaya yang dilakukan
dapat meningkatkan partisipasi masyarakat di Kelurahan Kota Bambu Selatan, dan hal ini
diperkuat oleh pihak Kelurahan Kota Bambu Selatan dalam merespons instruksi dari
atasannya terkait program PSN. Peningkatan partisipasi masyarakat dalam program PSN
dilakukan melalui berbagai jalur (multichannel), dengan mengutamakan peran Kepala Lurah
Kota Bambu Selatan yang mencakup upaya yang ada dalam berbagai tataran pemerintah dan
dijewantahkan dalam program-program turunan dari program PSN itu sendiri.

Kesimpulan

Hasil penelitian ini menunjukkan dua hal, yaitu:


1. Dari tiap level pemerintahan, mulai dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta,
Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Barat, Aparatur Kecamatan Palmerah, maupun
Kelurahan Kota Bambu Selatan memiliki cara tersendiri untuk mengupayakan
peningkatan partisipasi masyarakat dalam program PSN. Upaya-upaya tersebut juga
berpengaruh dalam peningkatan partisipasi masyarakat dalam program PSN.
Pengaruh tersebut dikarenakan kesigapan peran Kepala Lurah Kota Bambu Selatan

Upaya meningkatkan…, Tri Saputra Sakti, FISIP UI, 2014


yang sigap merespons instruksi atasan terkait program PSN. Meski demikian, upaya-
upaya meningkatkan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam program PSN
masih terdapat beberapa kendala yang berasal dari dalam pemerintah itu sendiri,
seperti kurang aktifnya kader Jumantik, tidak diberlakukannya sanksi sesuai dengan
perda, serta data hasil pemantauan program PSN yang tidak ter-update.
2. Partisipasi masyarakat dalam program PSN di Kelurahan Kota Bambu Selatan sudah
tergolong cukup tinggi dengan adanya kesadaran dan pemahaman akan manfaat dari
program tersebut. Hal ini berdampak pada tingginya angka bebas jentik dan turunnya
pengidap penyakit DBD di Kelurahan Kota Bambu Selatan. Hal ini dikarenakan
komunikasi antar sektor terkait program PSN terbina dengan baik. Selain itu,
komunikasi antara Kelurahan Kota Bambu Selatan dengan kader dan koordinator
Jumantik juga dapat dikatakan baik meski dalam pelaksanaannya belum semua
masyarakat di Kelurahan Kota Bambu Selatan berpartisipasi aktif.

Saran
1. Perlu diberlakukannya Gebyar Jumantik yang dijalankan secara gradual di Kelurahan
Kota Bambu Selatan sehingga masyarakat semakin aware dan berpartisipasi aktif
dalam program Pemberantasan Sarang Nyamuk. Hal ini dapat diadaptasi oleh
kelurahan lain sebagai upaya meningkatkan partisipasi masyarakat dalam program
PSN.
2. Perlu adanya pelatihan khusus mengenai pengembangan dan pemberdayaan Kader
Jumantik dalam monitoring program PSN, bukan hanya di Kelurahan Kota Bambu
Selatan, tetapi juga di kelurahan yang lain. Hal ini dikarenakan tidak meratanya
informasi yang diberikan pada Kader Jumantik. Hal ini juga terkait pada adanya
program turunan Jumantik Cilik.
3. Aparatur kelurahan mempertegas sanksi jika ditemukan adanya jentik di dalam
rumah warga. Sanksi yang diterapkan juga harus sesuai dengan Peraturan Daerah
Nomor 6 Tahun 2007 tentang Pencegahan Penyakit Demam Berdarah dan dilakukan
berjenjang sampai pada tahap denda.
4. Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta selalu update dalam memperbaharui data
angka penyakitan maupun angka bebas jentik yang ada di kelurahan-kelurahan DKI
Jakarta agar publik dapat mengetahui dan merespons informasi ini dengan mudah.
5. Pengoptimalan peran kelurahan dan puskesmas dalam program PSN.

Upaya meningkatkan…, Tri Saputra Sakti, FISIP UI, 2014


Daftar Referensi

1. Anna, Lusia Kus (Ed). (2011). “Kasus DBD di Indonesia Tertinggi di ASEAN”,
Kompas. Diunduh di http://internasional.kompas.com/read/2011/02/
19/07163187/Kasus.DBD.di.Indonesia.Tertinggi.di.ASEAN pada 17 September
2013, pukul 12.27 WIB.
2. Bekti. (2013). “Angka Kejadian DBD Masih Tinggi di Indonesia”, Medica Store.
Diunduh di http://medicastore.com/berita/211/Angka_Kejadian_
DBD_Masih_Tinggi_di_Indonesia.html pada 14 September 2013 pukul 12.40 WIB.
3. Bozeman, B. (2007). Public Values and Public Interest: Counterbalancing Economic
Individualism. Washington, D.C.: Georgetown University Press
4. Burns, Danny, Robin Hambleton, dan Paul Hoggett. (1994). The Politics of
Decentralisation: Revitalising Local Democracy. London: The McMillan.
5. Chapman, M., dan Kirk, K. (2001). Lesson for Community Capacity Building: A
Summary of Research Evidence. Edinburgh: Scottish Homes.
6. Dwiningrum, Siti Irene Astuti. (2011). Desentralisasi dan Partisipasi Masyarakat
dalam Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
7. Herdiansyah, Haris. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial.
Jakarta: Salemba Humanika.
8. Jalal, Fasli dan Dedi, Supriadi. (2001). Reformasi Pendidikan dalam Konteks
Otonomi Daerah. Yogyakarta: Penerbit Adicita.
9. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2013). “Pemberantasan Demam
Berdarah Membutuhkan Komitmen Semua Pihak”, Kemenkes RI. Diunduh di
http://www.depkes.go.id/index.php?vw=2&id=1547 pada 26 September 2013 pukul
12.01 WIB.
10. Kurniati, Dian. (2013). “Kemenkes: Indonesia MasihEndemisDemamBerdarah”,
Tempo. Diunduh di http://www.tempo.co/read/news/2013/07/26/
173500085/Kemenkes-Indonesia-Masih-Endemis-Demam-Berdarah pada 14
September 2013 pukul 15.38 WIB.
11. Moore, M. (1995). Creating Public Value - Strategic Management in Government.
Cambridge: Harvard University Press.
12. Muluk, M.R. Khairul. (2009). Peta Konsep Desentralisasi dan Pemerintahan
Daerah. Surabaya: ITS Press.

Upaya meningkatkan…, Tri Saputra Sakti, FISIP UI, 2014

Anda mungkin juga menyukai