Departemen Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, Depok, 16140
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis upaya yang dilakukan oleh sektor pemerintahan
yang terkait dengan program Pemberantasan Sarang Nyamuk di Kelurahan Kota Bambu
Selatan dalam mencegah penyakit Demam Berdarah Dengue. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kualitatif. Upaya yang dilakukan sektor pemerintahan yang terkait
dengan program Pemberantasan Sarang Nyamuk di Kelurahan Kota Bambu Selatan sudah
cukup baik di antaranya dengan membuat produk hukum yang masih terkait dengan program
tersebut, kerjasama dengan pihak swasta, mengadakan sosialisasi masal, mengadakan lomba
bebas jentik, inovasi adanya reward dan punishment untuk warga, dan pengadaan anggaran
untuk program pemberantasan sarang nyamuk. Selain itu juga dilihat dari adanya upaya sektor
pemerintahan yang terkait dengan progam ini membuat partisipasi masyarakat Kelurahan
Kota Bambu Selatan cukup tinggi dengan pemahaman dan kesadaran yang dimiliki.
Abstract
Penyakit DBD adalah penyakit menular yang sampai saat ini masih menjadi salah satu
masalah kesehatan masyarakat yang menimbulkan dampak sosial dan ekonomi. Indonesia
menempati urutan nomor tiga terbanyak di dunia untuk jumlah angka penderita DBD, dengan
Brazil sebagai jumlah penderita terbanyak sedunia (Bekti, 2013). Sepanjang 2012,
Kementrian Kesehatan RI mencatat 90.245 penderita. Hingga pertengahan tahun 2013, kasus
demam berdarah terjadi di tiga puluh satu provinsi dengan penderita 48.905 orang, 376 di
antaranya meninggal dunia (Kurniati, 2013). Dengan demikian, tentu merupakan langkah
tepat jika pemerintah merumuskan suatu kebijakan untuk menanggulangi penyakit DBD di
Indonesia mengingat kasus yang terjadi. Kasus DBD di Indonesia paling banyak terjadi di
kota besar (Anna, 2011) dan
persebarannya dari tahun ke tahun meningkat tajam, namun
sampai pada tahun 2013, terdapat lima provinsi yang memiliki angka insiden DBD tertinggi,
yaitu Bali, DKI Jakarta, Kalimantan 1
Timur, Sulawesi Tengah, dan DI Yogyakarta
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014)
Pemerintah berupaya menghasilkan kebijakan mengenai penanggulangan penyakit
demam berdarah, termasuk Pemprov DKI Jakarta. Pada tahun 2007, Pemprov DKI Jakarta
mengeluarkan kebijakan Peraturan Daerah Nomor 6 tentang Pengendalian Penyakit Demam
Berdarah. Pasal 3 dari Perda tersebut menyebutkan bahwa pencegahan penyakit DBD
merupakan tanggung jawab pemerintah daerah dan masyarakat yang dapat dilakukan melalui
penggalakkan upaya dalam program PSN melingkupi PSN-3M PLUS, PJB, Surveilans, dan
Sosialisasi. Salah satu program pemerintah untuk menanggulangi dan memperkecil angka
pengidap penyakit DBD adalah program PSN yang memerlukan partisipasi masyarakat untuk
menciptakan lingkungan yang bersih dan bebas dari jentik nyamuk. Program PSN
didefinisikan sebagai kegiatan untuk memberantas tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes
aegypti dan Aedes aibopictus. Selain itu terdapat pula Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB)
yakni pemeriksaan tempat penampungan air dan tempat perkembangbiakan nyamuk dan
jentik nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus oleh Petugas Kesehatan untuk mengetahui
ada atau tidaknya jentik nyamuk pada tatanan masyarakat. Dalam pelaksanaannya, terdapat
beberapa warga atau masyarakat yang dilatih dan dididik sebagai Juru Pemantau Jentik untuk
melakukan proses edukasi dan memantau pelaksanaan PSN oleh masyarakat. Dapat dikatakan
bahwa program ini memang tidak lepas dari partisipasi masyarakat dalam mencapai
keberhasilannya, dan kader Jumantik dalam me-monitoring program ini.
Program PSN sendiri dilakukan oleh warga yang disosialisasikan oleh kelurahan
Tinjauan Teoritis
Terdapat beberapa konsep dalam penelitian ini, di antaranya adalah partisipasi, partisipasi
masyarakat, dan pencegahan penyakit menular. Jalal dan Supradi (2001: 19) mendefinisikan
partisipasi sebagai suatu keadaan yang mana pembuat keputusan menyarankan kelompok atau
masyarakat terlibat dalam bentuk penyampaian saran dan pendapat, barang, keterampilan,
bahan, dan jasa. Partisipasi sebagai proses dimana pemangku kepentingan mempengaruhi dan
berbagai pengawasan atas inisiatif dan keputusan pembangunan serta sumber daya yang
berdampak pada mereka. Dari sudut pandang ini partisipasi dilihat pada tataran konsultasi
Berkaitan dengan partisipasi masyarakat, nilai publik harus diciptakan agar masyarakat
berperan aktif dalam sebuah program maupun instrument kebijakan. Bozeman (2007: 18)
menyebutkan bahwa nilai publik merupakan konsensus normatif tentang (1) hak-hak dan
manfaat dan prerogatif yang dimiliki publik terhadap kebijakan dan program; (2) kewajiban
akan adanya hubungan masyarakat dan negara satu sama lain; dan (3) prinsip-prinsip yang
harus dijadikan pegangan oleh dalam membuat kebijakan. Moore (2005: 26) mengatakan
bahwa penciptaan nilai publik terdiri dari 3 (tiga) isu utama, yaitu: peran pemerintah dalam
masyarakat, peran manajer pemerintah, dan teknik yang dibutuhkan oleh manajer publik.
Nilai publik pada dasarnya merupakan sebuah pemikiran dan tindakan strategis oleh para
pembuat kebijakan publik dan manajer, dalam menghadapi kompleksitas dan penghematan.
Nilai publik dapat diartikan sebagai sebuah pemikiran dan tindakan strategis oleh
para pembuat kebijakan publik dan manajer, dalam menghadapi kompleksitas dan
penghematan atau sebuah sarana populer untuk mengevaluasi efektivitas dan efisiensi
pelayanan publik (Moore, 2005: 27).
Metode Penelitian
Bagian ini akan menjelaskan mengenai manfaat program PSN, upaya yang dilakukan sektor
terkait untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam program PSN, serta partisipasi
masyarakat Kelurahan Kota Bambu Selatan.
Manfaat Program
Status gawat penyakit DBD dalam suatu wilayah dilihat dari angka prevalensi. Secara umum
prevalensi adalah bagian dari studi epidemiologi yang membawa pengertian jumlah orang
dalam populasi yang mengalami penyakit, gangguan atau kondisi tertentu pada suatu tempo
waktu dihubungkan dengan besar populasi dari mana kasus itu berasal. Pada tahun 2013,
Kecamatan Palmerah menjadi kecamatan dengan angka prevalensi tertinggi di DKI Jakarta.
Dengan status tersebut, Kecamatan Palmerah sudah sepantasnya melakukan pencegahan dan
penanggulangan di wilayahnya dan melakukan penyuluhan program PSN. Pada tahun yang
sama Kelurahan Kota Bambu Selatan mendapat juara ketiga lomba RW bebas jentik se-
Jakarta Barat mewakili Kecamatan Palmerah. Adanya kontradiktif penghargaan dan jumlah
Dari analisis yang telah peneliti uraikan, dapat dilihat bahwa upaya meningkatkan
partisipasi masyarakat dalam program Pemberantasan Sarang Nyamuk direspons dengan baik
oleh masyarakat Kelurahan Kota Bambu Selatan. Dalam hal ini, pemerintah dan instansi
terkait dalam program memiliki keinginan yang kuat dalam meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam program tersebut meski terdapat berbagai hambatan. Upaya yang dilakukan
dapat meningkatkan partisipasi masyarakat di Kelurahan Kota Bambu Selatan, dan hal ini
diperkuat oleh pihak Kelurahan Kota Bambu Selatan dalam merespons instruksi dari
atasannya terkait program PSN. Peningkatan partisipasi masyarakat dalam program PSN
dilakukan melalui berbagai jalur (multichannel), dengan mengutamakan peran Kepala Lurah
Kota Bambu Selatan yang mencakup upaya yang ada dalam berbagai tataran pemerintah dan
dijewantahkan dalam program-program turunan dari program PSN itu sendiri.
Kesimpulan
Saran
1. Perlu diberlakukannya Gebyar Jumantik yang dijalankan secara gradual di Kelurahan
Kota Bambu Selatan sehingga masyarakat semakin aware dan berpartisipasi aktif
dalam program Pemberantasan Sarang Nyamuk. Hal ini dapat diadaptasi oleh
kelurahan lain sebagai upaya meningkatkan partisipasi masyarakat dalam program
PSN.
2. Perlu adanya pelatihan khusus mengenai pengembangan dan pemberdayaan Kader
Jumantik dalam monitoring program PSN, bukan hanya di Kelurahan Kota Bambu
Selatan, tetapi juga di kelurahan yang lain. Hal ini dikarenakan tidak meratanya
informasi yang diberikan pada Kader Jumantik. Hal ini juga terkait pada adanya
program turunan Jumantik Cilik.
3. Aparatur kelurahan mempertegas sanksi jika ditemukan adanya jentik di dalam
rumah warga. Sanksi yang diterapkan juga harus sesuai dengan Peraturan Daerah
Nomor 6 Tahun 2007 tentang Pencegahan Penyakit Demam Berdarah dan dilakukan
berjenjang sampai pada tahap denda.
4. Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta selalu update dalam memperbaharui data
angka penyakitan maupun angka bebas jentik yang ada di kelurahan-kelurahan DKI
Jakarta agar publik dapat mengetahui dan merespons informasi ini dengan mudah.
5. Pengoptimalan peran kelurahan dan puskesmas dalam program PSN.
1. Anna, Lusia Kus (Ed). (2011). “Kasus DBD di Indonesia Tertinggi di ASEAN”,
Kompas. Diunduh di http://internasional.kompas.com/read/2011/02/
19/07163187/Kasus.DBD.di.Indonesia.Tertinggi.di.ASEAN pada 17 September
2013, pukul 12.27 WIB.
2. Bekti. (2013). “Angka Kejadian DBD Masih Tinggi di Indonesia”, Medica Store.
Diunduh di http://medicastore.com/berita/211/Angka_Kejadian_
DBD_Masih_Tinggi_di_Indonesia.html pada 14 September 2013 pukul 12.40 WIB.
3. Bozeman, B. (2007). Public Values and Public Interest: Counterbalancing Economic
Individualism. Washington, D.C.: Georgetown University Press
4. Burns, Danny, Robin Hambleton, dan Paul Hoggett. (1994). The Politics of
Decentralisation: Revitalising Local Democracy. London: The McMillan.
5. Chapman, M., dan Kirk, K. (2001). Lesson for Community Capacity Building: A
Summary of Research Evidence. Edinburgh: Scottish Homes.
6. Dwiningrum, Siti Irene Astuti. (2011). Desentralisasi dan Partisipasi Masyarakat
dalam Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
7. Herdiansyah, Haris. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial.
Jakarta: Salemba Humanika.
8. Jalal, Fasli dan Dedi, Supriadi. (2001). Reformasi Pendidikan dalam Konteks
Otonomi Daerah. Yogyakarta: Penerbit Adicita.
9. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2013). “Pemberantasan Demam
Berdarah Membutuhkan Komitmen Semua Pihak”, Kemenkes RI. Diunduh di
http://www.depkes.go.id/index.php?vw=2&id=1547 pada 26 September 2013 pukul
12.01 WIB.
10. Kurniati, Dian. (2013). “Kemenkes: Indonesia MasihEndemisDemamBerdarah”,
Tempo. Diunduh di http://www.tempo.co/read/news/2013/07/26/
173500085/Kemenkes-Indonesia-Masih-Endemis-Demam-Berdarah pada 14
September 2013 pukul 15.38 WIB.
11. Moore, M. (1995). Creating Public Value - Strategic Management in Government.
Cambridge: Harvard University Press.
12. Muluk, M.R. Khairul. (2009). Peta Konsep Desentralisasi dan Pemerintahan
Daerah. Surabaya: ITS Press.