Anda di halaman 1dari 6

BAB II

ISI

A. Pengertian
Dengue merupakan penyakit tropis yang masih menjadi masalah internasional dalam
kesehatan masyarakat di beberapa dekade terakhir (Wang et al., 2020). Dengue adalah
infeksi virus yang disebabkan oleh virus dengue (DENV). Vektor utamanya adalah
nyamuk Ae. aegypti, tetapi spesies lain seperti Ae. albopictus dan yang lebih jarang Ae.
polynesiensis juga bisa mentransmisikan virus. Virus dengue termasuk ke dalam genus
flavivirus dalam keluarga Flaviviridae Virus dengue hingga saat ini terdapat 4 serotif,
yaitu DENV-1, DENV-2, DENV-3, dan DENV-4.

B. Perkembangan dan data kasus DBDB di Indonesia


Saat ini Kasus DBD tersebar di 472 kabupaten/kota di 34 Provinsi. Kematian Akibat
DBD terjadi di 219 kabupaten/kota.
Info terkini DBD tanggal 30 November 2020 ada 51 penambahan kasus DBD dan 1
penambahan kematian akibat DBD. sebanyak 73,35% atau 377 kabupaten/kota sudah
mencapai Incident Rate (IR) kurang dari 49/100.000 penduduk.
Proporsi DBD Per Golongan Umur antara lain < 1 tahun sebanyak 3,13 %, 1 4 tahun:
14,88 %, 5 14 tahun 33,97 %, 15 44 tahun 37,45 %, > 44 tahun 11,57 %. Adapun
proporsi Kematian DBD Per Golongan Umur antara lain < 1 tahun, 10,32 %, 1 4 tahun
28,57 %, 5 14 tahun 34,13 %, 15 44 tahun : 15,87 %. > 44 tahun 11,11 %. Saat ini
terdapat 5 Kabupaten/Kota dengan kasus DBD tertinggi, yakni Buleleng 3.313 orang,
Badung 2.547 orang, Kota Bandung 2.363, Sikka 1.786, Gianyar 1.717.

C. Pencegahan dengue
Pencegahan dengue pada saat ini masih bertumpu pada pengendalian vektor yang
memerlukan keterlibatan masyarakat secara aktif. Berbagai gerakan nasional telah
dimulai sejak tahun 1980-an dari larvasida, fogging fokus, kelambu dan 3M (menutup,
menguras, dan mendaur ulang barang bekas), juru pemantau jentik (jumantik),
pemberantasan sarang nyamuk (PSN), communication for behavioral impact (COMBI)
sampai dengan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik atau yang dikenal sebagai G1R1J
(Sulistyawati, 2020). Terlepas dari upaya-upaya pengendalian vektor yang sudah
digiatkan, angka dengue di Indonesia terus bertambah dengan dampak yang semakin
meningkat dari waktu ke waktu (Harapan et al., 2019).
1. Pengendalian vector
Dua kegiatan utama pengendalian vektor secara nasional meliputi surveilans dan
pengendalian vektor (Kementerian Kesehatan, 2017b). Surveilans vektor meliputi
pengamatan dan penyelidikan bioekologi, status kevektoran, status resistensi vektor
terhadap insektisida, efikasi insektisida. Sementara itu, pengendalian vektor meliputi
pengendalian vektor terpadu baik metode fisik, biologi, kimia dan pengelolaan
lingkungan. Informasi mengenai pengamatan dan penyelidikan bioekologi, status
kevektoran, status resistensi vektor terhadap insektisida, dan efikasi insektisida yang
rutin dari waktu ke waktu untuk vektor dengue di tingkat kabupaten/provinsi belum
tersedia.
Implementasi program pengendalian vektor melalui kegiatan PSN 3M plus melalui
G1R1J di masyarakat masih belum optimal. Partisipasi aktif masyarakat yang
merupakan kunci dalam program ini dirasakan masih kurang. Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2018
Riset-riset tentang pemberdayaan masyarakat untuk pengendalian vektor telah banyak
dilakukan. Terdapat variasi persepsi masyarakat terkait upaya pengendalian vektor
yang lebih disenangi dan dianggap cenderung lebih efektif. Beberapa penelitian
melaporkan bahwa masyarakat beranggapan fogging merupakan upaya pengendalian
vektor yang paling tepat dan efektif dibandingkan PSN 3M Plus dan G1R1J (Faizah
et al., 2018; Firdatullah et al., 2020). Persepsi dan kepercayaan masyarakat yang kuat
terhadap metode fogging mengakibatkan peningkatan permintaan fogging ke
puskesmas (Firdatullah et al., 2020). Apabila puskesmas tidak segera melakukan
fogging, masyarakat berinisiatif mengumpulkan dana untuk mendatangkan
perusahaan fogging swasta (Krianto, 2009). Riset intervensi jangka pendek yang
dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan meningkatkan motivasi dilaporkan
mampu meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengendalian vektor melalui PSN
3M Plus dan G1R1J, namun belum berkesinambungan.
Meskipun demikian, berbagai inovasi lokal telah banyak dilakukan di daerah-daerah
dari waktu ke waktu untuk pencegahan dengue antara lain, melakukan penanaman
tanaman pengusir nyamuk, pelibatan anak-anak dalam pemantauan jentik, penerapan
kebijakan lokal untuk mengurangi gigitan nyamuk dan pengelolaan tempat
perindukan seperti kebijakan penggunaan celana panjang dan lengan panjang untuk
ke sekolah, serta penggantian bak dengan ember agar mudah dibersihkan.
Keterlibatan masyarakat sejak awal kegiatan, partisipasi masyarakat untuk mengenali
dan mengatasi masalahnya sendiri perlu diapresiasi. Demikian pula, dorongan
terhadap inovasi-inovasi lokal dalam penguatan upaya pengendalian vektor.
2. Vaksinasi
Vaksinasi merupakan salah satu pilar strategi global penanggulangan dengue.
Pengembangan vaksin untuk pencegahan infeksi dengue memasuki tahap yang
menggembirakan dengan telah diproduksinya beberapa kandidat vaksin dengue yang
memasuki tahap uji klinis I-III. Saat ini sudah tersedia satu jenis vaksin dengue yang
telah mendapat izin untuk digunakan di negara-negara endemis dengue (WHO-
SAGE, 2018). Vaksin yang ada saat ini di Indonesia (Dengvaxia) diproduksi oleh
Sanofi Pasteur, merupakan vaksin hidup yang dilemahkan, telah mendapat izin edar
di 20 negara. Uji klinis fase III telah dilakukan di beberapa negara Amerika Latin dan
Asia termasuk Indonesia (Bharati and Jain 2019). Di Indonesia vaksin ini telah
mendapatkan izin edar dari BPOM pada tahun 2017 dan direkomendasikan pada anak
usia 9-16 tahun yang sudah pernah terpapar dengue. Ikatan Dokter Anak Indonesia
telah memasukkan rekomendasi pemberian vaksin dengue ke dalam jadwal imunisasi
anak pada tahun 2020. Vaksin dengue saat ini belum menjadi program imunisasi
nasional yang digunakan sebagai strategi pencegahan dengue.

D. Strategi yang dilakukan


Program penanggulangan dengue di Indonesia 2021-2015 dilaksanakan dengan enam
strategi yang seluruhnya memiliki daya ungkit yang tinggi dalam pencapaian target dan
indikator program. Enam strategi tersebut adalah:

1. Strategi 1. Penguatan manajemen vektor yang efektif, aman, dan berkesinambungan


2. Strategi 2. Peningkatan akses dan mutu tatalaksana dengue
3. Strategi 3. Penguatan surveilans dengue yang komprehensif serta manajemen KLB
yang responsif
4. Strategi 4. Peningkatan pelibatan masyarakat yang berkesinambungan
5. Strategi 5. Penguatan komitmen pemerintah, kebijakan- manajemen program, dan
kemitraan
6. Strategi 6. Pengembangan kajian, invensi, inovasi, dan riset sebagai dasar kebijakan
dan manajemen program berbasis bukti.

E. Anggaran dan Sumber Pembiayaan


Total kebutuhan anggaran untuk program penanggulangan dengue di Indonesia untuk
lima (5) tahun mendatang (2021-2025) adalah sebesar Rp 748.599.482.000,00.
Kebutuhan anggaran program penanggulangan dengue ini dihitung menggunakan
pendekatan penghitungan biaya per kegiatan dan strategi untuk setiap intervensi.
Penghitungan anggaran dalam proyeksi jangka menengah penganggaran program dengue
(2021-2025) ini memperhatikan rancangan jangka menengah program kesehatan secara
nasional.
Setiap strategi dalam program penanggulangan dengue ini mempunyai kontribusi yang
penting dalam pencapaian indikator program dengue. Estimasi kebutuhan anggaran
terbesar terdapat pada strategi yang berkaitan dengan pencegahan dengue melalui Strategi
1 (Penguatan manajemen vektor yang efektif, aman, dan berkesinambungan), sebesar Rp
258.641.800.000,00 diikuti dengan Strategi 2 (Penguatan surveilans dengue yang
komprehensif serta manajemen KLB yang responsif) yaitu sebesar Rp
202.783.882.000,00.

F. Tantangan dalam menangani dengue di Indonesia


Tantangan terbesar yang dihadapi oleh Indonesia dalam menghadapi DBD ada 3, yang
pertama adalah surveilans yang masih bersifat pasif, dimana laporan dibuat masih
berdasarkan laporan dari Rumah Sakit. Kita masih belum dapat mengestimasikan jumlah
kasus yang real. Sebaiknya semua lini harus dapat mengambil peran agar deteksi kasus
menjadi lebih mudah.

Hal yang kedua adalah manajemen kasus. Meskipun angka kematian dapat ditekan
hingga 1%, kita tentu masih berharap agar angka ini masih terus bisa diturunkan lagi.
Kita masih berharap jangan ada lagi kasus-kasus yang datang terlambat.

Hal yang terakhir dan paling penting adalah partisipasi masyarakat. Peran serta
masyarakat untuk ikut serta secara konsisten menjaga lingkungannya tidak terjangkit
dengue memang masih sulit. Berbagai terobosan oleh pemerintah seperti gerakan 3M
plus, jumantik dan sebagainya telah lama beredar. Namun masyarakat yang mudah lupa
dan bosan menjadi masalah. Sebagai contoh setelah beberapa waktu tidak ada kejadian
luar biasa, masyarakat menganggap aman dan menjadi lengah, akibatnya ketika terjadi
ledakan kasus, masyarakat hanya bersikap reaktif.

Anda mungkin juga menyukai