Anda di halaman 1dari 6

“HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT YANG MINIM

TERHADAP PENYAKIT DEMAM BERDARAH


KELURAHAN JATI TAHUN 2020

PROPOSAL
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Pendidikan
Starta I keperawatan

DI SUSUN OLEH :

NAMA :MELATI ANANDA


NIM : 1710105051
PRODI : KEPERAWATAN 7B

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG
TAHUN AJARAN 2020

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang


menjadipermasalahan global disebagian besar wilayah tropis dan subtropis. dan
daerah geografis distribusi penyakit Tingkat insiden DBD selama 50 tahun terakhir
mengalami peningkatan 30 kali lipat dengan ekspansi geografis yang meningkat ke
negara-negara baru (WHO, 2009). Sebuah penelitian olehBhatt et al., (2013)
melaporkan bahwa kasus demam berdarah jauh lebih banyak dari pada perkiraan
WHO dan menunjukkan bahwa 390 juta infeksi DBD virus bisa

terjadi setiap tahun. Menurut WHO (2016) sebelum tahun 1970, hanya 9 negara
mengalami epidemi parah kasus demam berdarah dengue tetapi saat ini menjadi kasus
endemi di lebih dari 100 negara di wilayah WHO yaitu Afrika, Amerika, Mediterania
Timur, Asia Tenggara dan Pasifik Barat. Wilayah Amerika, Asia Tenggara dan
Pasifik Barat merupakan wilayah dengan tingkat kejadian yang paling serius. Di tahun
2008 kasus DBD di seluruh Amerika,Asia Tenggara dan Pasifik Barat melebihi 1.2
juta dan lebih dari 3.2 juta pada tahun 2015. Pada tahun 2015 terjadi 2.35 juta kasus
DBD yang dilaporkan masyarakat di Amerika. Dari jumlah 10,200 kasus, yang
didiagnosis menyebabkan kematian ada 1,181 kasus (WHO, 2016).

Sebagaimana dijelaskan dalam permenkes no. 374/MENKES/PER/III/2010 tentang


Pengendalian Vektor, dimana dijelaskan bahwa pengendalian vektor harus
mempertimbangkan kaidah ekologi dan prinsip ekonomi berwawasan lingkungan Dan
berkelanjutan Sebagai contoh, penggunaan ekstrak tananam Serai Wangi dan daun
legundi sebagai repellent nyamuk.Kampanye 3M (menguras, menutupdan menimbun)
harus terus digalakkankepada seluruh masyarakat. Bahkan pemberian inovasi baru
terkaitpenanggulangan DBD harus dilakukan secara masif. Sebagai contoh,
pembuatanlarvasida dengan bahan alamiah seperti jamur Metharrizium sehingga
masyarakat

tidak harus menunggu progra pembagian abate dari puskesmas (19). Selain itu,
pemberian pemahaman terkait penyebab dan cara pencegahan penyakit DBD kepada

2
masyarakat, khusus ibu rumahtangga, harus terus dimaksimalkan. Masih banyak ibu
rumah tangga yang memiliki persepsi bahwa nyamuk Aedes aegyti hanya sebagai
binatang pengganggu saja,tidak dimaknai sebagai vektor penyakit

Dalam Penilitian Endah Tri Suryani Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih
menjadi permasalahan kesehatan yang ada di Indonesia dimana jumlah kasus yang
dilaporkan pada tahun 2015 sebanyak 129.650kasus dengan jumlah kematian
sebanyak 1.071 orang. Kota Blitar merupakan daerah dengan kasus demam berdarah
tertinggi ke-13 di Provinsi Jawa Timur.

Hasil penelitian Endah Penilitian Tri Suryani menunjukkan pada tahun 2015 dan
2017, mayoritas kasus demam berdarahterjadi pada laki-laki, sedangkan pada tahun
2016 mayoritas kasus terjadi pada perempuan. Pola sebaran kasus demam berdarah
tahun 2015 hingga tahun 2017, paling banyak diderita oleh kelompok umur 5-14
tahun. Pola kejadian demam berdarah dibanding jenis kelamin yang menunjukkan
kenaikan setiap tahunnya adalah pada usia 15- 44 tahun. Pola kejadian demam
berdarah akan menurun pada usia ≥ 45 tahun.(Endah ,2017)

Hasil penelitian ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Pangemanan dan
Nelwan (2012) yang berjudul perilaku masyarakat tentang program pemberantasan
penyakit DBD. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Minahasa Utara dengan
mewawancarai 345 anggota keluarga sebagai responden. Hasil dari penelitian ini
memperlihatkan perilaku keluarga dalam tindakan Pemberantasan Sarang Nyamuk
(PSN) sebagian besar menunjukkan perilaku yang baik yaitu sebanyak 216 (62,61%),
namun masih diperlukan kegiatan-kegiatan penyuluhan oleh petugas kesehatan secara
langsung karena yang dilakukan selama ini hanya melalui media cetak dan elektronik.
Nelwan (2012)

Penelitian lain oleh Pantouw, Siagian dan Lampus (2016) dengan judul hubungan
pengetahuan dan sikap masyarakat dengn tindakan pencegahan penyakit demam
berdarah dengue. Penelitian ini dilakukan pada 95 kepala keluarga di Kelurahan
Tuminting Kota Manado. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa sebagian besar
responden (69,5%) sudah memiliki tindakan yang baik tentang pencegahan demam
berdarah dengue, namun masyarakat masih mengeluhkan pembagian bubuk abate
yang tidak merata mempengaruhi tindakan pencegahan DHF oleh masyarakat,

3
sehingga perlu adanya perhatian dari petugas kesehatan.Penelitian yang dilakukan di
Blora oleh Nuryanti (2013) tentang perilaku pemberantasan sarang nyamuk di
masyarakat dengan jumlah sampel 92 orang menunjukkan peran petugas kesehatan
yang aktif seperti memberikan penyuluhan kepada masyarakat cara pemberantasan
sarang nyamuk yaitu dengan melakukan menguras, menutup, mengubur (3M) plus,
hal tersebut 5 kali kemungkinan masyarakat akan berperilaku baik dalam
pemberantasan sarang nyamuk bila dibandingkan dengan peranpetugas kesehatan
yang kurang aktif. Hasil penelitian menunjukkan variabel yang terbukti berhubungan
dengan perilaku pemberantasan sarang nyamuk adalah pengetahuan, sikap,
ketersediaan informasi dan peran petugas kesehatan (Pantaw, dkk, 2016)

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada petugas Puskesmas Makroman,


program pengendalian DBD yang dilakukan pada tahun 2015-2017 yaitu penyuluhan,
pemberian abate, dan program fogging. Program penyuluhankepada masyarakat
terkait cara mencegah penularan DBD hanya dilakukan saat kegiatan posyandu di
Pinang Sari, Makroman, dan Sindan Sari. Dari rentang tahun 2015-2017, program
fogging dilaksanakan pada bulan Februari dan Mei 2016. Adapun program fogging
yang dilaksanakan pada BulanFebruari di Sindang Sari RT 3, Pinang Sari RT 4, serta
Makroman RT 5 dan RT 3. Sedangkan pada Bulan Mei 2016, dilaksanakan di
Makroman RT 5, 7, 9, dan 27. Kasus DBD hampir tersebar di seluruh wilayah kerja
Puskesmas Makroman dan sebagian wilayah kerja Puskesmas Sungai Kapih
(berwarna putih)Berdasarkan wawancara dengan petugas puskesmas, radius asap
fogging sekitar 200 meter dari tempat pelaksanaanfogging. .

Dari data diatas berdasarkan latar belakang dan fenomena di atas maka
peneliti tertarik melakukan penelitian tentang Banyaknya masyarakat yang minim
pengetahuan tentang penyakit demam berdarah.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka perumusan masalah penelitian
ini adalah “Bagaimana memberikan informasi yang akurat tentang masyarakat
yang minim pengetahuan demam berdarah”

4
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Dihaarapkan masyarakat sadar akan pengetahuan penyakit demam berdarah dan
pencegahan dan penularanya.
2. Tujuan Khusus
1) Mengetahuigejala demam berdarah dengan baik dan benar.
2) Mengetahui distribusi frekuensi cara penularann demam berdaarah dan
mengetahui ciri-ciri nyamuk tersebut..
3) Mengetahui hubungan cara pencegahan dan penularan nya agar tidak tertular
dan mengetahui bagaimana penanggulangan.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Sebagai pengembang kemampuan peneliti sehingga dapat mengaplikasikan ilmu
yang telah didapatkan dibangku kuliah dan dapat menambah wawasan ilmu
pengetahuan dalam hal penelitian ilmiah.
2. Institusi Pendidikan
Sebagai penambahan referensi yang dapat digunakan untuk penelitian
berikutnya, sebagai wacana ilmiah dan acuan untuk melaksanakan penelitian-
penelitian lebih lanjut, khususnya yang menyangkut tentang minimya
pengetahuan tentang penyakit demam berdarah.

5
6

Anda mungkin juga menyukai