Anda di halaman 1dari 7

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN PERILAKU 3M PLUS DENGAN KEJADIAN DBD DI DESA NANGA


LABANG KECAMATAN BORONG MANGGARAI TIMUR

DISUSUN OLEH

NAMA: SESILIA GRATIA HAMBUR


NPM: 19201059
KELAS: 2019 B

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIKA SANTU PAULUS RUTENG
2022
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu masalah
kesehatan masyarakat yang penting di Indonesia dan sering menimbulkan suatu kejadian
luar biasa dengan kematian yang besar. Di Indonesia nyamuk penular penyakit DBD
yang penting adalah Aedes aegypti. (Balqis, 2021)
World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa terjadi peningkatan
jumlah kasus DBD dari 2,2 juta pada tahun 2010 menjadi 3,2 juta kasus pada tahun 2015.
Daerah yang paling parah terkena dampak DBD yaitu Amerika, Asia Tenggara dan
Pasifik Barat. (Husna et al., 2020)
Laporan kasus di Indonesia pertama kali diketahui di kota Surabaya pada tahun
1968 dengan total terinfeksi 58 orang dan 24 orang diantaranya meninggal. Kasus DBD
di Indonesia menunjukkan peningkatan setiap tahun, seperti pada tahun 2016 terjadi
peningkatan jika dibandingkan dengan kasus tahun 2015 dari 204.171 kasus menjadi
129.650 kasus (Husna et al., 2020).
Menurut Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Timur, kasus DBD di
NTT pada tahun 2018 sebanyak 1599 kasus.
Khusus di kabupaten Manggarai Timur pada tahun 2018 tercatat sebanyak 42
kasus di mana terjadi peningkatan dari tahun 2016 sebanyak 30 kasus (BPS Provinsi
NTT).
Kasus khas DBD ditandai oleh empat manifestasi klinis mayor: demam tinggi,
fenomena hemoragis dan sering, hepatomegaly dan kegagalan sirkulasi. Perubahan
patofisiologis utama yang menentukan keparahan penyakit pada DBD dan
membedakannya dari DF (Dengue Fever) adalah rembesan plasma, seperti
dimanifestasikan oleh peningkatan hematocrit (mis., hemokonsentrasi), efusi serosa atau
hipoproteinemia. pada kasus yang lebih berat, bila kehilangan plasma sangat banyak
terjadi syok dan dapat berkembang dengan cepat menjadi syok hebat dan kematian bila
tidak ditangani dengan cepat. (WHO, 1999).
Berdasarkan hasil penelitian di lingkungan wilayah kerja Puskesmas Way Kandis
Bandar Lampung, faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian DBD yaitu tingkat
pengetahuan dan jumlah container di rumah responden. (Husna et al., 2020)
Penelitian yang dilakukan oleh Febriani, dkk menyimpulkan bahwa faktor
lingkungan fisik seperti seperti pencahayaan, suhu, kelembaban dan keberadaan jentik
berpengaruh terhadap penyakit DBD. Serta perilaku 3M plus dari masyarakat dan tingkat
pendapatan juga berpengaruh terhadap penyakit DBD. (Febriani et al., 2018)
Pemerintah di Indonesia mencanangkan pembudidayaan PSN secara
berkelanjutan oleh masyarakat dengan pesan inti 3M plus dan mewujudkan terlaksananya
gerakan 1 rumah 1 Juru Pemantau Jentik (Jumantik). Keberhasilan kegiatan PSN dapat
diukur dengan Angka Bebas Jentik (ABJ). Apabila ABJ ≥ 95% diharapkan dapat
mencegah atau mengurangi kasus penularan DBD. (Kemenkes RI, 2016a)
Upaya dalam pengendalian demam berdarah dengue (DBD) pada masyarakat
dapat dilakukan dengan gerakan 3 M (menguras, menutup dan men-gubur). Upaya
pencegahan dan pengendalian ini merupakan salah satu bentuk tindakan untuk memutus
rantai penularannya dengan cara mem-berantas jentik nyamuk penularannya. Salah satu
pengendalian DBD yang dilakukan di Indonesia dan dapat dilakukan oleh semua umur
dan dari seluruh jenjang pendidikan adalah kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk
(PSN). (Kemenkes RI, 2016a)
Salah satu yang dapat mempengaruhi peningkatan angka kesakitan serta kematian
akibat penyakit ini adalah perilaku masyarakat dalam melaksanakan dan menjaga
kebersihan lingkungan. Hal ini terjadi karena kurangnya pengetahuan masyarakat tentang
DBD dan kurangnya praktik atau peran masyarakat dalam menjaga kebersihan
lingkungan sekitar. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Manalu dan Munif di
provinsi Jawa Barat Dan Kalimantan Barat, disimpulkan bahwa pengetahuan, dan
perilaku responden berkaitan dengan pencegahan demam berdarah dengue (DBD) secara
keseluruhan belum begitu menggembirakan. Rasa kekhawatiran tentang demam berdarah
dengue dengan melihat hasil pengetahuan pada daerah penelitian masih rendah, selain itu
perilaku terhadap tindakan pengendalian penyakit DBD masih kurang, karena masih
ditemukan jentik pada pemeriksaan kondisi lingkungan di dalam rumah dan di luar
rumah. (Parulian Manalu & Munif, 2016)
Perilaku 3M Plus penting dilakukan untuk mengupayakan pemberantasan sarang
nyamuk dalam upaya pemberantasan DBD di Indonesia. Hal ini sejalan dengan
penelitian dari Suryani dan Sari (2018) tentang hubungan perilaku 3M dengan kejadian
DBD di Wilayah Kerja Puskesmas Lingkar Barat Kota Bengkulu yang menunjukkan ada
hubungan yang signifikan antara perilaku 3M dengan kejadian DBD di Wilayah Kerja
Puskesmas Lingkar Barat Kota Bengkulu. (Suryani & Sari, 2013)
Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai Timur dalam penanggulangan kasus DBD
ini diantaranya,melakukan sosialisasi dan KIE ke masyarakat di beberapa lokasi endemik
DBD, melakukan kegiatan survey jentik oleh tenaga kesehatan di lokasi rawan
peningkatan kasus DBD, melakukan pembekalan berupa pelatihan kader Jumantik dalam
rangka penanggulangan DBD dengan program 1 rumah 1 Jumantik, pembentukan Tim
Gugus tugas tingkat kabupaten dalam rangka penanggulangan DBD dan penyediaan
logistik dan perlengkapan lainnya dalam pencegahan dan penanggulangan DBD serta
melakukan fogging, abatesasi dan PSN. (Sepanjang-Tahun-2021-Tercatat-156-Kasus-
Dbd-Di-Manggarai-Timur @ Rri.Co.Id, n.d.)
Tingginya angka kasus DBD di beberapa wilayah di Manggarai Timur
disebabkan karena musim penghujan yang berlangsung lama sehingga memicu
banyaknya genangan air sebagai tempat perindukan nyamuk Aedes Aegypti untuk
bertelur, perilaku masyarakat yang mengabaikan kebiasaan 3M, menurunnya daya tahan
tubuh/imunitas sehingga berpotensi terinfeksi virus Dengue dan tingginya mobilisasi
warga yang bepergian atau datang dari daerah endemis DBD. (Sepanjang-Tahun-2021-
Tercatat-156-Kasus-Dbd-Di-Manggarai-Timur @ Rri.Co.Id, n.d.).

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis merumuskan pertanyaan
“Apakah ada hubungan perilaku 3M plus dengan kejadian DBD di Desa Nanga Labang
Kecamatan Borong Manggarai Timur”.

3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas maka tujuan penelitian ini
adalah:
a. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan Perilaku 3M plus dengan kejadian demam berdarah dengue
di Desa Nanga Labang Kecamatan Borong Manggarai Timur”
b. Tujuan khusus
1) Mengetahui hubungan Perilaku 3 M (menutup,menguras,mengubur) Plus
menabur larvasida, menggunakan kelambu pada waktu tidur, tidak
mengantung pakaian dalam waktu yang lama) dengan kejadian demam
berdarah dengue di Desa Nanga Labang Kecamatan Borong Manggarai
Timur.
2) Mengetahui hubungan faktor predisposing (pendidikan,pekerjaan,
pengetahuan, kepercayaan dan sikap) dengan perilaku 3M Plus di Desa Nanga
Labang Kecamatan Borong Manggarai Timur.

4. Manfaat Penelitian
1) Bagi Instansi Puskesmas dan Dinas Kesehatan
Sebagai informasi dan bahan pertimbangan dalam pemecahan masalah pada program
kesehatan bidang penyakit menular, khususnya masalah pencegah penyakit DBD agar
dapat dijadikan sebagai monitoring dan evaluasi program pemberantasan penyakit
menular (P2M).
2) Bagi Masyarakat
Sebagai dasar pengetahuan dan pemikiran serta menjadi informasi dalam upaya
pencegahan DBD dan pemberantasan larva Aedes aegypti melalui 3 M Plus.
3) Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan dan pengalaman khusus dalam melakukan penelitian ilmiah
terhadap hubungan 3 M Plus dengan kejadian demam berdarah dengue.
DAFTAR PUSTAKA

Balqis, R. R. F. (2021). Hubungan Faktor Lingkungan Dan Perilaku Masyarakat Dengan


Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD). 11(01), 54–60.
https://repository.unair.ac.id/110000/

BPS NTT. 2018. Jumlah Kasus HIV/AIDS, DBD, Diare, TB, dan Malaria 2016-2018. [Diakses

pada 30 Mei 2020]. https://ntt.bps.go.id/indicator/30/226/1/jumlah-kasus-hiv-aids-dbd

diare-tb-dan-malaria.html

Febriani, D., Ikhwan Siregar, Y., & Zahtamal. (2018). Effect of Home Environment and
Community Behavior Towards the Incident of Dengue Fever in Pekanbaru City. Jurnal
Ilmu Lingkungan, 12(2), 112–126.

Husna, I., Putri, D. F., Triwahyuni, T., & Kencana, G. B. (2020). Analisis Faktor yang
Mempengaruhi Kejadian Demam Berdarah Dengue di Wilayah Kerja Puskesmas Way
Kandis Bandar Lampung Tahun 2020 Analysis of Factors Which Affecting The Incidence
of Dengue Hemorraghic Fever at Puskesmas Way Kandis Bandar Lampung in 2020. Jurnal
Analisis Kesehatan, 9(1), 9–16.

Kemenkes RI. (2016a). Infodatin: situasi DBD di Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Jakarta.

Parulian Manalu, H. S., & Munif, A. (2016). Pengetahuan dan Perilaku Masyarakat dalam
Pencegahan Demam Berdarah Dengue di Provinsi Jawa Barat dan Kalimantan Barat.
ASPIRATOR - Journal of Vector-Borne Disease Studies, 8(2), 69–76.
https://doi.org/10.22435/aspirator.v8i2.4159.69-76

sepanjang-tahun-2021-tercatat-156-kasus-dbd-di-manggarai-timur @ rri.co.id. (n.d.).


https://rri.co.id/ende/matim/1312222/sepanjang-tahun-2021-tercatat-156-kasus-dbd-di-
manggarai-timur

Suryani, & Sari, D. O. (2013). Hubungan Perilaku 3M Dengan Kejadian Demam Berdarah
Dengue di Wilayah Kerja Puskesmas Lingkar Barat Kota Bengkulu.

WHO.(1999). Panduan Lengkap Pencegahan dan Pengendalian Demam Berdarah Dengue 2nd
Edition. Edited by Yasmin Asih. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai