BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
oleh nyamuk Aedes aegypti yang memiliki gejala pendarahan pada bagian
hidung, gusi, mulut, sakit pada ulu hati terus-menerus dan memar dikulit.
begitu cepat dan menjadikan 390 juta orang yang terinfeksi setiap
yang begitu cepat. Penyakit DBD dapat ditularkan pada anak-anak yang
RI,2017) .
kejadian luar biasa (KLB) penularan DBD tidak terjadi secara langsung
yaitu dengan kontak antar manusia, tetapi penularan terjadi melalui vector
selama 2-7 hari, fase pertama: 1-3 hari ini penderita akan merasakan
demam yang cukup tinggi 400C, kemudian pada fase ke-dua penderita
mengalami fase kritis pada hari ke 4-5, pada fase ini penderita akan
2
mengalami turunnya demam hingga 370C dan penderita akan merasa dapat
melakukan aktivitas kembali (merasa sembuh kembali) pada fase ini jika
pembuluh darah (pendarahan). Di fase yang ketiga ini akan terjadi pada
hari ke 6-7 ini, penderita akan merasakan demam kembali, fase ini
lain.
kesakitan DBD menurut provinsi tahun 2018 yaitu Pada tahun 2017
sebesar 33,74 per 100.000 penduduk menjadi 84,39 per 100.000 penduduk
kenaikan 2 kali lipat dibandingkan tahun 2017 yaitu 31,95 penduduk 72,28
ketahui bahwa untuk tahun 2016 IR= 55.04 per 100.000 penduduk, tahun
2017 IR= 35.08 per 100.000 penduduk, dan tahun 2018 IR= 34.31 per
kasus, tahun 2018 terdapat 42 kasus dan pada tahun 2019 35 kasus yang
Selatan terdapat di Desa Way Napal sebanyak 21 kasus pada tahun 2019
Barat. Lokasi sekitar rumah yang dekat dengan kebun, Keadaan rumah
Napal terlihat kumuh karena rumah yang padat, kurang bersih, dinding
dekat dengan tempat tinggal dengan jarak sekitar 2 meter dari rumah
terdapat banyak rumput yang tinggi sehingga dapat menjadi tempat sarang
nyamuk DBD.
B. Rumusan Masalah
kabupaten Pesisir Barat tahun 2019 di atas, maka penulis rumusan masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti
Berdarah Dengue.
risiko apa saja yang berhubungan dengan kejadian DBD dan bermanfaat
Penelitian ini mungkin dapat berguna bagi peneliti lain sebagai referensi
pustaka penelitian.
5. Bagi pemerintah
7
rumah dan obyeknya adalah masyarakat. Jenis penelitian ini adalah penelitian
Kecamatan Krui Selatan Kabupaten Pesisir Barat dan akan dilaksanakan pada
dan wawancara dan dianalisis dengan analisis univariat dan analisis bivariat.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
yang disebabkan oleh salah satu dari empat serotipe virus lagi dengan
genus Flavivirus yang dikenal dengan Virus Dengue yang ditandai dengan
demam berdarah 2 sampai 7 hari tanpa sebab yang jelas lemas, lesu,
gelisah, nyeri ulu hati disertai tanda perdarahan di kulit berupa bintik
genus Aedes terutama Aedes Agypti atau Aedes Albopictus dapat muncul
infeksi virus Dengue yang memiliki 4 serotipe yaitu Den-1, Den-2, Den-
Aedes Aegypti makan virus Dengue akan masuk ke dalam tubuh, setelah
masa inkubasi sekitar 3-15 hari penderita bisa mengalami demam tinggi 3
demam berdarah dengue adalah pada saat nyamuk Aedes agypti yang
atau dalam keadaan viremia (masa virus bereplikasi cepat dalam tubuh
darah yang akan dihisap tidak membeku. Bersama sekresi saliva inilah
52).
masa laten (penyakit kronis). Pada fase ini penyakit belum menampakkan
tanda dan gejala klinis atau disebut dengan fase subklinis (asismtomatis).
Masa inkubasi ini dapat berlangsung dalam hitungan detik pada reaksi
10
dengue masuk bersama air liur nyamuk kedalam tubuh, virus tersebut
darah. Virus ini berada didalam darah hanya selama 3 hari sejak
ditularkan oleh nyamuk. Pada fase subklinis ini, jumlah trombosit masih
zat yang merusak sel sel pembuluh darah, yang disebut dengan proses
sel darah, antara lain: trombosit dan eritrosit. Jika hal ini terjadi maka
penyakit DBD akan memasuki fase klinis dimana sudah mulai ditemukan
gejala dan tanda secara klinis adanya suatu penyakit. (Purnama, 2016:
53).
ekspresi dari nyakit tersebut. Pada saat ini mulai timbul tanda (sign) dan
mengalir ke luar. Penurunan trombosit ini mulai bisa dideteksi pada hati
hari keempat dan kelima. Pada Fase ini suhu badan turun dan biasanya
tulang dan perut (antara pusar dan ulu hati). Tidak jarang diikuti dengan
muntah yang berkelanjut dan suhu dingin dan lembab pada ujung jari
terus menerus selama kurang dari seminggu, tidak disertai infeksi saluran
pernapasan bagian atas, dan badan lemah dan lesu. Jika ada kedaruratan
muntah darah, dan batuk darah sehingga penderita harus segera menjalani
rawat inap. Sedanglan jika tidak terjadi kedaruratan, maka perlu uji
positif
4. Derajat IV :Syok berat ( profound shock), nadi tidak dapat diraba dan
sebagai (selama 6 bulan) terhadap virus dengue lain (serotype 2,3 dan 4).
pada hari keenam dan ketujuh penderita akan berangsur membaik dan
tergantung usia pasien. Gejala yang umum terjadi pada bayi dan anak-anak
adalah demam dan munculnya ruam. Sedangkan pada pasien usia remaja
dan dewasa, gejala yang tampak adalah demam tinggi, sakit kepala parah,
nyeri di belakang mata, nyeri pada sendi dan tulang, mual dan muntah,
serta munculnya ruam pada kulit. Penurunan jumlah sel darah putih
dengan empat gejala utama, yaitu demam tinggi, fenomena hemoragik atau
juga sering ditemukan pada pasien DBD. Salah satu karakteristik untuk
demam berdarah klasik adalah adanya kebocoran plasma darah. Fase kritis
DBD adalah seteah 2-7 hari demam tinggi, pasien mengalami penurunan
suhu tubuh yang drastis. Pasien akan terus berkeringat, sulit tidur, dan
dilakukan dengan cepat dan tepat, pasien dapat sembuh dengan cepat
mana pasien akan mengalami sebagian besar atau seluruh gejala yang
terjadi pada penderita demam berdarah klasik dan demam berdarah dengue
setelah 2-7 hari demam. Tubuh yang dingin, sulit tidur, dan sakit di bagian
orang dewasa) yang mengalami infeksi dengue untuk kedua kalinya. Hal
ini umumnya sangat fatal dan dapat berakibat pada kematian, terutama
pada anak-anak, bila tidak ditangani dengan tepat dan cepat. Durasi syok
itu sendiri sangat cepat. Pasien dapat meninggal pada kurun waktu 12-24
15
jam setelah syok terjadi atau dapat sembuh dengan cepat bila usaha terapi
2-3 hari, pasien yang telah berhasil melewati masa syok akan sembuh,
(masa inkubasi eksentrik). Virus akan tetap berada di dalam tubuh nyamuk
berdarah. Virus ini akan terbawa dalam kelenjar ludah nyamuk. Virus
dengue berada dalam darah selama 4-7 hari mulai 1-2 hari sebelum
penular, maka virus dalam darah akan ikut terhisap masuk ke dalam
liurnya. Virus ini akan berada dalam tubuh nyamuk sepanjang hidupnya.
Oleh karena itu, nyamuk Aedes Aegypti yang telah menghisap virus
mengeluarkan air liur melalui alat tusuknya agar darah yang dihisap tidak
Bersamaan dengan terhisapnya darah dari orang yang sehat, virus demam
a. Agent Penyakit
serotipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Virus ini termasuk ke
dan merupakan serotipe yang paling luas distribusinya disusul oleh DEN-2,
b. Host
1) Umur
2) Jenis Kelamin
3) Nutrisi
4) Populasi
5) Mobilitas penduduk
c. Lingkungan (Enviroment)
1) Letak geografis
2) Musim
(Ariani, 2016:35).
7. Upaya pencegahan
terjadinya fase suseptibel dan fase subklinis atau yang sering disebut
a. Health Promotion
pemerintah.
18
b. Specific protection
1) Abatisasi
nyamuknya mati dan tidak sampai terlanjur menjadi nyamuk dewasa yang
Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan cara random atau atau metode
zig-zag. Dengan kegiatan ini akan didapatkan angka kepadatan jentik atau
4) Penggerakan PSN
mandi atau WC, drum seminggu sekali, menutup rapat-rapat TPA seperti
bekas yang dapat menampung air hujan serta mengganti air vas bunga,
PSN DBD.
19
oles), dan tidak melakukan kebiasaan beresiko seperti tidur siang, dan
menggantung baju. Pencegahan yang dilakukan pada fase klinis dan fase
penyembuhan atau yang sering disebut dengan tahap patogenesis ada tiga,
yaitu:
secara dini dengan metode antigen capture (NS1 atau non-structural protein
antiviral yang efektif membunuh virus DBD (Pusat Data dan Surveilans
lain. Jika terdapat tersangka kasus DBD maka harus segera dilakukan
20
3) Pemeriksaan laboratorium
kurang lebih 24 jam penderita akan bebas demam dan memasuki fase
kritis.
b. Disability Limitation
1) Paru-paru basah. Hal ini bisa terjadi karena cairan plasma merembes
2) Komplikasi pada mata, otak, dan buah zakar. Pada mata dapat terjadi
kejulingan atau bisa juga terjadi peradangan pada tirai mata (iris) kalau
21
demam, obat mual, dan vitamin tak begitu besar peranannya untuk
c. Rehabilitation
yang dianjurkan. Disamping itu orang yang cacat setelah sembuh dari
bukan saja untuk orang yang cacat tersebut, tetapi juga perlu pendidikan
atas:
kelainan atau gangguan mental. Untuk hal ini bekas penderita perlu
mampuannya.
(Ariani, 2016:61).
B. Faktor Risiko
Dengue antara lain factor host, lingkungan dan faktor virusnya sendiri
(pejamu) baik benda mati, benda hidup, nyata atau abstrak, seperti
antara lain :
a. Curah hujan
nyamuk saat musim kemarau yang tidak terisi air, ketika tiba musim hujan
menetas akan menetas dalam waktu yang singkat. Oleh karena iru,
(Christine,2018).
b. Suhu
24
menurun atau bahkan terhenti bila suhunya turun sampai di bawah 10 0C.
Pada suhu yang lebih tinggi dari 350C, nyamuk juga akan mengalami
nyamuk akan terhenti sama sekali bila suhu kurang dari 10 0C atau lebih
Ruang Rumah yaitu suhu yang baik untuk pertumbuhan nyamuk berkisar
antara 180C-300C.
c. Kelembaban Udara
udara yang dinyatakan dalam persen (%). Kelembaban udara yang terlalu
tersebut tidak dapat menjadi vektor karena tidak cukup waktu untuk
Ae.aegypti, maka semakin tinggi pula resiko terinfeksi virus DBD dengan
2017).
nyamuk tidak dapat masuk untuk melatakkan telurnya. Cara lain yang
Keberadaan jentik pada TPA dapat dilihat dari letak, macam, bahan,
warna, bentuk volume dan penutup container serta asal air yang
dengue (PSN DBD) dan perlu dekungan luas dari masyarakat dalam
a. Umur
umur 5-14 tahun sebanyak 74 orang. Hal ini sejalan dengan hasil
2017)
Aktivitas anak-anak lebih banyak berada diluar rumah pada siang hari
dan sore hari baik untuk main maupun sekolah, dimana penulran DBD
dan sekolah karena pada kedua lokasi inilah sering terdapat media
terkena DBD. Semua orang dari berbagai kalangan usia dapat terkena
penyakit ini, namun sebagian besar terjadi pada anak-anak. Pada orang
dewasa gejala penyakit ini sering tidak ditanggapi dengan serius sehingga
b. Status Imunitas
penyakit da nada pula yang kebal terhadap penyakit. Jika kondisi badan
dikarenakan tubuh memiliki daya tahan tubuh cukup kuat dari infeksi
baik yang disebabkan oleh bakteri, parasite atau virus seperti penyakit
DBD. Oleh karena itu sangat penting untuk meningkatkan daya tahan
tubuh pada musim hujan dan pancaroba. Pada musim itu terjadi
virus dengue penyebab DBD. Hal ini menjadi kesempatan jentik nyamuk
c. Pendidikan
yang lebih dewasa, lebih baik, dan lebih matang pada diri individu,
30
yang memiliki tingkat pendidikan tinggi tetapi praktik PSN DBD yang
2017)
d. Pengetahuan
bertingkah laku yang benar dan sesuai dengan apa yang didapatkannya.
Dari hasil studi yang dilakukan oleh organisasi kesehatan dunia (WHO)
kesehatan sudah tinggi, tetapi praktek mereka masih rendah . hal ini berati
e. Perilaku
(mengetahui, bersikap, dan mempersepsi penyakit dan rasa sakit yang ada
pada dirinya dan diluar pada dirinya, maupun secara aktif (tindakan)
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Usman tahun 2002 ang
terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehat dan sakit,
kesehatan.
seseorang baik yang dapat diamati (observable) maupun yang tidak dapat
1) Perilaku orang yang sehat agar selalu sehat dan meningkat. Perilaku
2) Perilaku orang yang sakit atau yang telah terkena masalah kesehatan
profesional.
f. Kepadatan penduduk
penderita atau tersangka dan rumah atau bangunan yang ada di sekitarnya
random. Kegiatan ini dilaksanakan dalam empat siklus yaitu tiga bulan
kelompok kerja (POKJA) DBD yang diasa disebut juru pemantau jentik
c. Fogging Fokus
Sasaran wilayah atau lokasi dari kegiatan ini adalah rumah penderita
atau petugas harian lepas yang telah mendapatkan pelatihan dari Dinas
tiga atau lebih penderita panas tanpa sebab yang jelas dan ditemukan
jumlah fokus yang akan ditanggulangi (1 fokus = 300 rumah atau 15 Ha)
36
pengendalian vektor DBD yang paling efektif dan efisien yaitu dengan
pengendalian jentik nyamuk. Tujuan dari program PSN DBD ini adalah
Aegypti sebagai vektor utama DBD, sehingga penularan penyakit ini dapat
keberhasilan program PSN DBD adalah Angka Bebas Jentik (ABJ) yaitu
D. Kerangka Teori
Faktor Risiko:
1.Umur
2.Tingkat pendidikan
3.Pengetahuan
4.Kondisi tempat penampungan
air (TPA)
-Ketersediaan tutup pada TPA
-Frekuensi pengurasan TPA
-Keberaan jentik pada TPA
5. kebersihan halaman rumah
Demografi :
Curah hujan
Status imunitas
Pengetahuan
Perilaku Kejadian Demam
Kepadatan penduduk Berdarah Dengue (DBD)
Faktor Lingkungan :
Penyelidikan epidemiologi
Pemantauan jentik berkala
Abatisasi selektif
Fogging
Penyuluhan
Gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN)
E. Kerangka konsep
Tidak semua variable yang ada dalam kerangka teori diambil dan diikuti
yang ada baik dari segi biaya, tenaga dan waktu yang tersedia dalam penelitian.
Oleh karena itu, hanya beberapa variable saja yang diambil dalam penelitian ini,
disamping telah banyak variable yang telah diteliti orang lain. Adapun variable-
Umur
Frekuensi pengurasan
TPA
Kebersihan halaman
Gambar 2.
Kerangka Konsep Penelitian.
39
F. Hipotesis
a. Ada hubungan umur dengan kejadian DBD di wilayah kerja
BAB III
METODE PENELITIAN
Jenis penellitian yang digunakan adalah case control (kasus control) yaitu
penelitian ini akan mencari faktor risiko apa saja yang berhubungan dengan
kejadian DBD di Wilayah Kerja Puskesmas Krui Selatan Kecamatan Krui Selatan
yang menderita DBD dengan kelompok control meliputi orang yang tidak
menderita DBD.
Penelitian ini di lakukan di pada bulan April Tahun 2020 dengan lokasi
C. Subjek Penelitian
rumah tangga atau warga yang pernah diperiksa yang dinyatakan menderita DBD
Inklusi kasus dalam penelitian ini adalah orang yang datang ke Puskesmas
Krui Selatan dan di nyatakan menderita DBD oleh Dokter atau petugas medis
Ekslusi kasus dalam penelitian ini adalah orang yang datang ke puskesmas
Krui Selatan dan di nyatakan menderita DBD oleh Dokter atau petugas medis
Inklusi kontrol dalam penelitian ini adalah orang yang tidak di nyatakan
menderita DBD oleh Dokter atau petugas medis puskesmas, dan bertempat tinggal
Pesisir Barat.
Ekslusi kontrol dalam penelitian ini adalah orang yang tidak di nyatakan
menderita DBD oleh Dokter atau petugas medis puskesmas, tetapi tidak bertempat
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh keluarga yang ada di wilayah
Barat.
2. Sampel
Sampel adalah objek yang diteliti dan di anggap mewakili seluruh populasi.
42
a. Sampel Kasus
Sampel kasus adalah sampel yang dipilih dengan kriteria tertentu inklusi
dan ekslusi.
penelitian terdahulu.
Variabel Peneliti Po OR
frekuensi Mustazahid
pengurasan A.W
tempat 0,332 2,4
penampungan air
PI = Po . R
¿¿
1
Ṕ = ( P 1+ Po) q = 1 - Ṕ
2
2. ṕ . q ( Z α + Z β )2
n =
( P 1−Po)2
Keterangan :
OR =2,4
P0 = 0,282
P 0. R
P1 =
[1+ P 0 ( R−1 ) ]
0,282. 2,4
=
¿¿
0,68
=
1,40
= 0,49
1
Ṕ = (P1 + P0) q = 1 – Ṕ
2
1
= ( 0,49 + 0,282) = 1 – 0,386
2
= 0,386 = 0,614
2. Ṕ . q ( Za+ ZB )2
n =
( p 1−P 0 )
2. 0,386 . 0,614(7,6176)
=
(0,386−0,282) ²
3,61
=
0,104
= 34,71 = 35 Sampel
44
b. Sampel Kontrol
dengan jumlah sampel kasus yaitu 35 responden kasus sama dengan 35 responden
kontrol.
3. Teknik Pengambilan
a. Sampel kasus
Sampel pada kelompok kasus pada penelitian ini adalah rumah tangga atau
warga yang anggota keluarganya pernah menderita DBD pada tahun 2020.
sampling yaitu jumlah sampel sama dengan jumlah populasi. Jumlah populasi
b. sampel kontrol
Sampel kontrol pada penelitian ini adalah rumah tangga atau warga yang
anggota keluarganya tidak pernah menderita DBD pada tahun 2020. Teknik
random sampling yaitu metode mencuplik sampel secara acak dimana masing-
masing subjek atau unit dari populasi mempunyai peluang yang sama dan
45
E. Variabel Penelitian
kejadian DBD pada hal ini adalah ini yaitu umur, tingkat pendidikan,
halaman rumah.
46
F. Definisi Operasional
3 Tingkat Pendidikan formal terakhir yang wawancar kuisioer 1. Tidak sekolah, SD Ordinal
. pendidikan pernah diterima oleh responden saat a 2. SMP,SMA,PT
penelitian dilakukan.
4 Pengetahuan Kemampuan responden menjawab wawancara 1. Pengetahuan tidak baik (jika
. tentang pengetahuan DBD. Kuisoner nilai rata-rata kurang dari Ordinal
median) 2.
Pengetahuan baik (jika nilai
rata-rata ≥ median)
5 Tindakan Segala sesuatu yang telah dilakukan wawancara Kuisioner 1. Tindakan tidak baik (jika Ordinal
47
a. Sumber Data
1. Data primer
2. Data sekunder
a. Wawancara
(Notoadmojo,2018:139)
b. Pengamatan
Pengamatan adalah suatu hasil perbuatan jiwa secara aktif dan penuh
1. Pengolahan data
computer.
2. Analsisi data
Square.
50
a. Analisi Univariat
b. Analisi Bivariat
tersebut.
J. Instrumen Penelitian
BAB IV
1. Keadaan Geografi
tempuh10-20 menit.
B. Hasil Penelitian
1. Analisis Univariat
a. Umur
umur muda <15 tahun dan sebanyak 81,5% pada umur dewasa >15
tahun.
Tabel 4.1
Distribusi responden berdasarkan tingkat umur di wilayah kerja
Puskesmas Krui Selatan tahun 2020
Umur Kasus Kontrol
N % N %
1. Muda <15 tahun 5 7,1 8 11,4
2. Dewasa >15 tahun 30 42,9 27 38,6
b. Pendidikan
42,9% responden yang pendidikan rendah bila < SLTA, dan sebanyak
SLTA.
Tabel 4.2
Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan di wilayah kerja
Puskesmas Krui Selatan tahun 2020
Pendidikan terakhir Kasus Kontrol
N % N %
1. Rendah, bila < SLTA 13 18,6 17 24,3
2. Tinggi, bila > SLTA 22 31,4 18 25,7
53
c. Pengetahuan
Tabel 4.3
Distribusi responden berdasarkan tingkat pengetahuan di wilayah kerja
Puskesmas Krui Selatan tahun 2020
Pengetahuan Kasus Kontrol
N % N %
1. Kurang Baik 26 37,1 16 22,9
2. Baik 9 12,9 19 27.1
d. Tindakan
responden yang tindakan nya tidak baik dan sebanyak 20% responden
Tabel 4.4
Distribusi responden berdasarkan tingkat tindakan di wilayah kerja
Puskesmas Krui selatan tahun 2020
Tindakan Kasus Kontrol
N % N %
1. Tidak baik 27 38,6 29 42,4
2. Baik 8 11,4 6 8,6
Tabel 4.5
Distribusi rumah berdasarkan tingkat pengurasan TPA di wilayah kerja
Puskesmas Krui Selatan tahun 2020
Frekuensi pengurasan pada kontainer Kasus Kontrol
N % n %
1. TMS (< 1 kali dalam 1minggu) 9 12,9 5 7,1
2. MS (>1 kali dalam 1minggu) 26 37,1 30 42,9
Tabel 4.6
Distribusi rumah berdasarkan tingkat kebersihan halaman rumah di
wilayah kerja Puskesmas Krui selatan tahun 2020
Kebersihan halaman rumah Kasus Kontrol
N % N %
1. Ada sampah 23 32,9 15 21,4
2. Tidak ada sampah 12 17,1 20 28,6
2. Analisis Bivariat
a. Hubungan umur dengan kejadian DBD
Berdasarkan hasil gambaran mengenai umur, pada penelitian ini
terbanyak kategori dewasa >15 tahun, yaitu pada kelompok kasus DBD
dewasa >15 tahun dan pada kelompok kasus usia muda <15 tahun
sebanyak 7,1 % dan kelompol kontrol usia muda <15 tahun 11,4%.
dengan kontrol DBD, umur yang muda <15 tahun paling tinggi pada
kelompok kontrol DBD dan yang paling tinggi umur dewasa >15 tahun
Puskesmas Krui Selatan tahun 2020 dapat dilihat pada tabel 4.7,
dibawah ini :
Tabel 4.7
Distribusi responden berdasarkan umur dan kejadian DBD di wilayah
kerja Puskesmas Krui Selatan Tahun 2020
Umur Kasus Kontrol Total p– OR (CI
valu 95%)
e
N % N % n %
1. Remaja 12-25 tahun 5 7,1 8 11,4 13 18,6 0,539 0,563
2. Dewasa >25 tahun 30 42,9 27 38,6 57 81,4 (0,164-
1,929)
Jumlah 35 50 35 50 70 100
value 0,539 karena P-value > 0,05 maka Ho gagal ditolak, artinya tidak
kontrol DBD pendidikan terakhir >SLTA sebanyak 25,7% dan yang <
Tabel 4.8
0,469 karena P-value >0,05 maka Ho gagal ditolak, artinya tidak ada
Tabel 4.9
Distribusi responden berdasarkan pengetahuan dan kejadian DBD di
wilayah kerja Puskesmas Krui Selatan tahun 2020
Pengetahuan Kasus Kontrol Total p– OR (CI
n % n % N % valu 95%)
e
1. Tidak baik 26 37,1 16 22,9 42 60 0,028 3,431
2. Baik 9 12,9 19 27,1 28 40 (1,251-
58
dengan kejadian DBD. Nilai Odd Ratio (OR) = 3,431 (95% CI = 1,251-
baik mempunyai risiko 3,431 kali lebih besar menderita DBD daripada
DBD dengan kontrol DBD, tindakan yang baik paling tinggi pada
Puskesmas Krui selatan tahun 2020 dapat dilihat pada tabel 4.10,
dibawah ini:
Tabel 4.10
59
0,765 karena P-value > 0,05 maka Ho gagal ditolak, artinya tidak ada
TPA kelompok kasus dengan kondisi >1 kali dalam 1minggu sebanyak
37,1%, pada kondisi <1 kali dalam seminggu sebanyak 12,9% dan
kelompok kontrol >1 kali dalam 1minggu 42,9%, pada kondisi <1 kali
dengan kontrol DBD, frekuensi pada TPA yang memenuhi syarat >1
dan yang tidak memenuhi syarat <1 kali dalam seminggu paling tinggi
Puskesmas Krui Selatan tahun 2020 dapat dilihat pada tabel 4.11,
dibawah ini :
Tabel 4.11
Distribusi rumah berdasarkan frekuensi pengurasan pada kontainer
dan kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas Krui Selatan tahun 2020
Frekuensi Pengurasan Kasus Kontrol Total p OR (CI
pada TPA n % N % n % -valu 95%)
e
1. <1 kali dalam 9 12,9 5 7,1 14 20 0,37 2,077
seminggu 0 (0,618-
2. >1 kali dalam 26 37,1 30 42,9 56 80 6,985)
seminggu
Jumlah 35 50 35 50 70 100
0,370 karena P-value > 0,05 maka Ho gagal ditolak, artinya tidak ada
kejadian DBD.
kelompok kontrol kondisi halaman rumah tidak ada sampah lebih tinggi
halaman rumah yang tidak ada sampah tertinggi pada kelompok kontrol
DBD.
Selatan tahun 2020 dapat dilihat pada tabel 4.12, dibawah ini :
Tabel 4.12
0,093 karena P-value >0,05 maka Ho gagal ditolak, artinya tidak ada
C. PEMBAHASAN
a. Umur
proporsi penyebab kematian pada usia balita (1-4 tahun) yaitu 6,8%
responden, sebanyak 18,5% pada umur remaja 12-25 tahun dan sebanyak
0,539 karena P-value > 0,05 maka Ho gagal ditolak, artinya tidak ada
oleh Nur Purwono Widodo dalam tesis nya yang berjudul faktor-faktor
b. Tingkat Pendidikan
diperoleh P-value 0,334 karena P-value > 0,05 maka Ho gagal ditolak ,
64
tinggi akan cenderung memiliki wawasan yang luas serta mudah dalam
c. Pengetahuan
pendidikan.
kuesioner.
pengetahuan nya tidak baik mempunyai risiko 3,431 kali lebih besar
itu juga dapat diperoleh melalui pengalaman dan proses belajar dalam
(Notoatmodjo,2010).
sehat.
kesehatan.
d. Tindakan
sebanyak 80% responden yang tindakan nya tidak baik dan sebanyak
value >0,05 maka Ho gagal ditolak, artinya tidak ada hubungan yang
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Veronika tahun 2001 dan Sri
beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu. Pengukuran juga dapat dilakukan
dapat berkembangbiak di tempat itu. Pada saat ini telah dikenal pula
istilah ”3M” plus, yaitu kegiatan 3M yang diperluas. Bila PSN DBD
diperoleh P-value 0,370 karena P-value > 0,05 maka Ho gagal ditolak,
dipengaruhi oleh:
telurnya pada dinding tempat penampungan air, oleh karena itu pada
2005).
kejadian DBD, namun untuk responden yang menguras <1 kali dalam
Sampah ini ada yang mudah membusuk dan ada yang sulit membusuk.
efek yang langsung dan tidak langsung. Efek langsung adalah efek yang
responden yang ada sampah dan 45,7% halaman rumah responden yang
diperoleh P-value 0,093 karena P-value > 0,05 maka Ho gagal ditolak,
disarankan untuk:
BAB V
A. Simpulan
responden yang tidak baik memiliki 3,431 kali beresiko terkena DBD
0,370.
ada sampah.
B. Saran
1. Bagi Intansi Kesehatan
Diharapkan bagi instansi kesehatan yang terkait dalam hal ini
khususnya adalah Puskesmas Krui Selatan untuk dapat
melaksanakan penyuluhan tentang pencegahan penyakit DBD dan
hal apa yang harus dilakukan oleh resonden dalam penyuluhan
tentang 3M.