Demam Berdarah Dengue banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis. Data
dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita
DBD setiap tahunnya. Sementara itu, terhitung sejak tahun 1968 hingga tahun 2015,
World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai negara dengan
Indonesia adalah daerah endemis dengue dan mengalami epidemi sekali dalam 4-5
tahun dengan puncak epidemi berulang setiap 9-10 tahun. Dengue menyebar ke seluruh
Indonesia dengan jumlah 158.912 kasus pada tahun 2015. Jumlah kasus DBD pada tahun
2010 sebanyak 156.086 kasus dengan jumlah kematian akibat DBD sebesar 1.358 orang.
Dengan demikian, IR DBD pada tahun adalah 65,7 per 100.000 penduduk dan CFR
sebesar 68,22 per 100.000 penduduk. Demikian pula dengan CFR yang sedikit
mengalami penurunan, pada tahun 2009 CFR DBD sebesar 0,89% (Kemenkes RI, 2017).
Provinsi Banten merupakan daerah endemis DBD, tahun 2016 kasus DBD di
Banten mencapai 8.889 penderita dengan korban meninggal sebanyak 87 jiwa (Dinkes
Provinsi Banten, 2018). Tahun 2016 Provinsi Banten menempati peringkat nomor 10 di
Indonesia untuk kasus DBD dengan jumlah kasus sebesar 2.066 dan Insidens Rate (IR)
yaitu persentase jumlah penderita baru dalam suatu populasi pada periode waktu tertentu
terhadap jumlah individu yang berisiko untuk mendapat penyakit tersebut dalam periode
DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan
oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus, ditandai dengan demam 2-7 hari
adanya kebocoran plasma ditandai peningkatan hematokrit ≥ 20% dari nilai normal.
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah
kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia. Jumlah penderita dan luas daerah
kepadatan penduduk. Penyakit ini tidak hanya sering menimbulkan KLB tetapi juga
menimbulkan dampak buruk sosial maupun ekonomi. Kerugian sosial yang terjadi antara
lain karena menimbulkan kepanikan dalam keluarga, kematian anggota keluarga, dan
Epidemi dengue dipengaruhi oleh lingkungan dengan banyaknya genangan air atau
kontainer yang menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk Aedes aegypti dan Aedes
albopictus yang merupakan vektor penular dengue. Karena itu kasus dengue meningkat
di musim penghujan dan musim kemarau, nyamuk Aedes dapat ditemukan diseluruh
Indonesia dengan daerah sebaran geografis sampai ketinggian 1000 meter diatas
lebih cepat dari pada daerah pedesaan, karena kepadatan penduduk lebih tinggi, sehingga
jarak antara satu rumah dengan rumah lainnya sangat dekat dan nyamuk Aedes
berkembang biak di genangan air yang terdapat di wadah (container) yang di dalam
rumah dan di sekitar rumah (nyamuk Aedes aegypti) atau di sekitar pemukiman yang
banyak tanamannya (nyamuk Aedes albopictus). Nyamuk Aedes aegypti yang bersifat
domestik, yang memiliki jarak terbang sejauh 100 meter, lebih mudah menyebarkan
virus dengue dari satu penderita ke orang lainnya. Mobilitas penduduk yang sangat tinggi
Kecamatan Saketi adalah salah satu Kecamatan yang ada di Kabupaten Pandeglang
merupakan daerah yang endemis DBD. Dari 9 Desa yang ada di Kecamatan Saketi
sebanyak 7 desa berstatus daerah endemis DBD dan dua desa berstatus sporadis. Kurang
lebih 32% dari seluruh kasus DBD yang berada di Kabupaten Pandeglang terdapat di
Kecamatan Saketi. Data kasus DBD di Kecamatan Saketi dari tahun 2016 sebanyak 49
kasus, tahun 2017 sebanyak 58 kasus, tahun 2018 sebanyak 30 kasus, dan pada tahun
2019 terhitung dari bulan Januari sampai dengan bulan Maret sebanyak 46 kasus
kasus DBD di wilayah kerja Puskesmas Saketi meningkat pada awal tahun 2019, hal ini
disebabkan karena lokasi rumah yang berdekatan, kondisi fisik perumahan yang kurang
baik, masyarakat masih membuang sampah sembarangan dan kurangnya peran serta
fisik, lingkungan biologis dan sosial budaya masyarakat merupakan faktor yang
lingkungan di daerah wilayah kerja Puskesmas Saketi yang berpotensial untuk tempat
perindukan nyamuk Aedes sp. Demikian juga dengan kondisi fisik perumahan penduduk
yang masih kurang baik dan juga kurangnya peran serta masyarakat melalui perubahan
dengan judul “faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian demam berdarah dengue
2. Rumusan Masalah
permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini yaitu “Faktor-faktor apa saja yang
3. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
dengue (DBD) di wilayah kerja Puskesmas Saketi Kabupaten Pandeglang tahun 2019.
b. Tujuan Khusus
1) Diketahuinya distribusi frekuensi kejadian DBD, pengetahuan, kawat kasa
jentik, pencahayaan dan perilaku PSN dengan kejadian DBD di wilayah kerja
konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan.
beberapa variabel yang akan diteliti digambarkan dalam kerangka sebagai berikut:
dengan pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika
korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan observasi, atau
pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). Artinya, tiap objek
penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran terhadap status karakter atau
variabel subjek pada saat pemeriksaan. Hal ini tidak berarti bahwa semua subjek
Populasi adalah wilayah yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas
dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2014). Populasi dalam penelitian ini adalah semua
penderita Demam Berdarah Dengue yang berkunjung ke Puskesmas Saketi yang tercatat
pada data rekam medik sampai bulan Maret tahun 2019 yaitu sebanyak 46 orang.
dalam penelitian ini yaitu pengetahuan, kawat kasa ventilasi, keberadaan jentik,
pencahayaan dan perilaku PSN. Sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah
kejadian DBD.
5.5. Rencana Analisis Data
Analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu:
a. Analisis Univariat
Analisa data dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dan presentasi tiap
variabel yang diteliti. Data yang bersifat kategorik dicari frekuensi dan proporsinya.
setiap variabel penelitian. Pada umumnya dalam analisa ini hanya menghasilkan
b. Analisis Bivariat
Analisa ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel bebas
dan variabel terikat dengan menggunakan chi square (X2). Apabila didapatkan nilai p ≤ α
(p ≤ 0,05) artinya, ada hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat, apabila nilai p
> α ( p > 0,05) berarti tidak ada hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
(Ns. Dayan Hisni, S.Kep,.MNS) (Dr. Retno Widowati, M.Si)