LAPORAN MAGANG
Oleh :
ROBBY RIDWAN RAMDAN
CMR0160024
NIM : CMR0160024
Menyetujui,
i
LEMBAR PENGESAHAN
TAHUN 2020
NIM : CMR0160024
Mengesahkan,
STIKes Kuningan
ii
NIK. 890125.201209.078.
ABSTRAK
Metode: Metode yang digunakan pada kegiatan ini dalah dengan mengukur
kepadatan lalat menggunakan flygril di 3 TPS sekitar Pelabuhan Cirebon.
iii
Kata Kunci: Pelabuhan Cirebon, Magang, Kepadatan lalat
ABSTRACT
Method: The method used in this activity is by measuring the density of flies using
Flygril at 3 TPS around the port of Cirebon.
Result: based on the results of the density of flies in the TPS, the TPS Muarajati 1
which has a density of flies with an average of 21.8 tails or very dense categories.
The result of problem identification was obtained that the lack of sorting of
organic and inorganic waste is the main one. After analysed the root cause of the
problem is the behavior of industrial personnel and government agencies
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena rahmatnya telah
Wilayah Kerja Cirebon. Maka laporan magang ini disusun sebagai bukti tertulis
semua pihak yang telah membantu, baik secara moril maupun materil selama
kegiatan magang dan penyusunan laporan ini. Terutama ucapan terima kasih
1. Ibu Prof. Dr. Hj. Dewi Laelatul Badriah M.Kes, AIFO selaku Ketua Yayasan
2. Bapak H. Abdal Rohim S.Kp., M.H selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
3. Ibu Fitri Kurnia Rahim, M.P.H.M selaku Ketua Prodi Kesehatan Masyarakat
v
4. Ibu Bibit Nasrokhatun D., SKM., M.Kes selaku Dosen Pembimbing Akademik
(KKP) Kelas II Bandung Wilayah Kerja Cirebon, yang telah memberikan izin
Kerja Cirebon.
8. Seluruh staf dan tenaga kerja di Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas II
Bandung Wilayah Kerja Cirebon, serta semua pihak yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu atas bimbingan dan arahan selam kegiatan Magang
pihak semoga menjadi manfaat bagi penulis dan menjadi ladang amal dihadapan
vi
Allah SWT. Penulis telah bersungguh-sungguh dalam menjalankan kegiatan
Cirebon. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan telah terjadi kesalahan dalam
menjalankan magang ataupun dalam penulisan laporan. Untuk itu segala kritik,
berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan, amin.
Kuningan,
Penulis
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
ABSTRAK..............................................................................................................iii
ABSTRACT..............................................................................................................iv
KATA PENGANTAR.............................................................................................v
DAFTAR ISI........................................................................................................viii
DAFTAR TABEL...................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xii
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.2 Tujuan............................................................................................................5
1.3 Manfaat..........................................................................................................5
2.1 Lalat...............................................................................................................7
viii
2.1.4 Bionomik Lalat...................................................................................11
2.2 Pelabuhan..................................................................................................17
3.3.1 Visi.......................................................................................................25
3.3.2 Misi......................................................................................................25
3.3.3 Tujuan..................................................................................................26
ix
4.2.2 Langkah-langkah Pelaksaan................................................................33
6.1 Kesimpulan..................................................................................................58
6.2 Saran............................................................................................................60
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................61
LAMPIRAN...........................................................................................................63
x
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Jenis dan Jumlah Barang Bergerak di KKP Bandung Per 31 Oktober
2017........................................................................................................................28
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
disadari bahwa ilmu kesehatan juga sangatlah penting dan perlu diperhatikan yang
lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik, kimia, biologi, maupun sosial.
kimia, dan biologi dari luar tubuh manusia dan segala faktor yang dapat
2014)
Pelabuhan laut dan udara merupakan pintu gerbang lalu-lintas barang, orang
dan alat transportasi, baik dari dalam maupun luar negeri. Seiring dengan
1
2
besar dan beragam. Hal ini merupakan ancaman global terhadap kesehatan
emerging diseases), maupun penyakit menular lama yang timbul kembali (re-
Pada keterangan di atas disebutkan bahwa lingkungan darat, laut dan udara
antara penduduk, meningkatkan jenis dan jumlah barang jadi dan jasa yang dapat
nasional yang dapat menghasilkan devisa serta mensuplai pasaran dalam negeri,
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. KKP dipimpin oleh seorang kepala dan
maka semakin memeperkuat posisi KKP sebagai salah satu instansi yang
rangka pencegahan penyakit karantina dan penyakit menular potensi wabah yang
semua kegiatan atau tindakan yang ditujukan untuk menurunkan populasi vektor
masyarakat dengan vektor sehingga penularan penyakit tular vektor dapat dicegah
(Permenkes, 2017)
Balongan dan BIJB Kertajati pada tahun 2019. Wilker Balongan merupakan
Pengolahan Sampah Terpadu. Terbukti pada tahun 2019 wilker Balongan dan
Sedangkan yang belum memenuhi syarat paling banyak di wilker Indramyu dan
Cirebon. hal ini di karenakan sanitasi yang belum sesuai persyaratan seperti
4
sampah belum terolah sesuai standar sehingga menjadi tempat perindukan lalat.
Cirebon pada bulan September 2019 di lakukan pengamatan kepadatan lalat yaitu
sebesar 7,8 ekor. Kemudian pada bulan maret 2020 mengalami peningkatan yaitu
sebesar 21,6 ekor. Pengamatan ini dilakukan di 3 TPS sekitar pelabuhan Cirebon
yaitu TPS Muarajati 1, Muarajati 2, dan TPS Samadikun. Lalat yang ditemukan
Lalat sering manusia jumpai pada tempat-tempat yang kering, lembab, kotor
penyakit manusia berlangsung dalam waktu yang singkat. Dalam satu siklus
hidup, perkembangan lalat berlangsung selama 10 hari (30ºC), 21 hari (21ºC) dan
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
Cirebon
b. Sebagai dasar atau acuan dalam membuat program untuk mengatasi masalah
magang.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lalat
Berbagai macam genus lalat yang penting antara lain adalah Musca (berbagaijenis
lalat rumah), Chrysomya (berbagai jenis lalat hijau) dan Sarcophaga (berbagai
jenis lalat daging). Lalat rumah atau Musca domestic abanyak dijumpai di
A. Genus Musca
Ciri-ciri morfologi lalat ini yaitu warna tubuh abu-abu kehitaman, pada
bagian abdomen atau perut berwarna kuning sampai orange dan ujungnya coklat
kehitaman, bagian dorsal dari toraks mempunyai 4 garis hitam. dengan panjang
ukuran tubuh 7 mm dan venasi sayap 5 mm. Ciri- ciri yang ditemukan sesuai
dengan pendapat Sigit dan Hadi (2006) yaitu lalat ini berukuran sedang 6-8 mm,
7
8
warna tubuh berwarna hitam keabu-abuan dengan empat garis memanjang gelap
B. Genus Chrysomya
Ciri-ciri morfologi lalat ini didapatkan adalah warna tubuh hijau metalik,
hijau metalik, panjang ukuran tubuh 10 mm dan venasi sayap 7 mm. Ciri-ciri
sama yang ditemukan Putri (2015), yaitu warna tubuh hijau kebiruan metalik,
torak berwarna hijau metalik kecokelatan dan abdomen berwarna hijau metalik.
menyukai daging ayam karena daging ayam memiliki daya dukung bagi
C. Genus Chalipora
dan dada bewarna abu-abu yang kusam, dan perut bewarna biru metalik cerah
dengan tanda hitam dan ukuran tubuh 8 mm dan venasi sayap 7 mm. Genus
Calliphora merupakan genus lalat yang paling sedikit ditemukan dengan jumlah
individu 17 ekor, karena pada lokasi penelitian tidak tersedia media tempat
peletakkan telur, media yang dimaksud adalah daging yang membusuk atau
bangkai, melainkan pada saat penelitian hanya ditemukan darah ayam, kotoran
ayam dan sampah pemotongan ayam. Menurut (Nadeak, Rwanda, & Iskandar,
2017) lalat ini biasanya membiak di bahan hewan yang membusuk, tetapi lalat ini
9
juga biasa bertelur di tumbuhan-tumbuhan yang segar dan membusuk dan siklus
D. Genus Lucilia
Panjang tubuh Lucilia 8 mm, panjang venasi sayap 5 mm, toraks dan
abdomen bewarna hijau metalik dan kaki berwarna hitam. Genus Lucilia termsuk
lalat yang bnayak ditemukan karena Lucillia diduga menyukai daging ayam dan
tempat yang kurang bersih. Menurut Puti (2015) genus Lucillia hanya ditemukan
tempat penjualan ikan segar dan daging,. Ini dikarenakan ikan segar dan daging
mendukung untuk hidup dan berkembangbiak lalat, disekitar lokasi penjualan ikan
segar juga terdapat genangan air, tumpukan limbah ikan, kondisi demikian dapat
menyebabkan lokasi penjualan ikan segar menjadi kotor dan lembab, yang
E Genus Sarcophaga
nampak lalat ini memiliki tubuh berwarna abu-abu, sering kali dengan bercak-
bercak hitam atau dengan garis-garis hitam memanjang pada torak, dan memiliki
sedang sampai besar, kira-kira 614 mm panjangnya. Lalat ini mempunyai tiga
garis gelap pada bagian toraks, dan perutnya corak seperti papan catur (Hadi,
penelitian diduga Sarcophaga juga menyukai kondisi lingkungan yang seperti itu..
terlindung dari matahari, lingkungan basah ataupun kering, di dalam ataupun luar
ruangan.
mulai dari telur, larva, kepompong, dan dewasa. Dengan rata-raeta waktu
perkembang biakan 7-22 hari tergantung factor dari lingkungan. Berikut siklus
kehidupan lalat:
1. Telur
sampah dan lain-lain) pada tempat yang secara langsung tidak terkena sinar
matahari. Ciri-cirinya telur berwarna putih dan biasanya menetas setelah 8-30
2. Larva
Larva berkembang biak pada suhu 30-35⁰C dengan tempat yang berpindah
yaitu larva instar 1, larva instar 2, dan larva instar 3. Tingkat 1 berukuran 2 mm
berwarna putih dan membutuhkan waktu 1-4 hari untuk menjadi larva instar 2.
Setelah menjadi larva instar 2, berukuran 2 kali dari larva instar 1 dan setelah
satusampai beberapa hari menjadi larva instar 3. Pada tingkat yang terakhir ini
berukuran 12 mm atau lebih dengan waktu 3-9 hari untuk menjadi pupa.
3. Pupa
Pada stadium ini perkembang biakan pada suhu kurang lebih 35⁰C dengan
4. Lalat Dewasa
15 jam, setelah itu siap untuk mengadakan perkawinan. Seluruh waktu yang
dan makanan yang tersedia. Umur lalat dewasa dapat mencapai 2-4 minggu.
1. Tempat perindukan
12
busuk, sampah basah, kotoran binatang, benda-benda organic dan kotoran yang
menumpuk secara kumulatif (dikandang hewan) sangat disenangi oleh larva lalat.
Tempat secara umum perindukan lalat adalah ditempat kotor dan basah.
2. Kebiasaan Makan
dalam sehari contohnya gula serta makanan lainnya. Bentuk makan cair ataupun
makanan yang basah, sedangkan makanan yang kering dibasahi oleh ludahnya
terlebih dahulu, baru dihisap. Kondisi makanan yang temperatur tingg lebih
3. Kebiasaan Hidup
Lalat rumah (M. domestica) bersifat tidak menggigit, tetapi mempunyai tipe
mulut menjilat. Lalat rumah sering ditemukan di tempat timbunan sampah dan
kandang ternak. Kebanyakan lalat hijau (C. Megacephala dan Lucilia sp)
didalam bangkai meletakkan telur pada tubuh hewan yang mati dan larva makan
4. Jarak Terbang
6 9 km kadang-kadang mencapai 19-20 km dari tempat berbiak atau 7-12 mil dari
5. Tempat Istirahat
13
Lalat memilih tempat istirahat yang kondisi sejuk/lembab, lalat juga lebih
menyukai tempat yang tidak berangun tetapi sejuk, dan kalau malam hari sering
lain serta sangat disukai tempat-tempat dengan tepi tajam yang permukaannya
vertikal. Tempat istirahat tersebut biasanya dekat dengan tempat makannya dan
tidak lebih dari 4,5 meter diatas permukaan tanah. Lalat istirahat di tempat dimana
6. Lama Hidup
Lama hidup lalat dipengaruhi adanya makanan, air serta temperature yang
mendukung. Saat musim panas lalat dapat hidup panas lalat dapat hidup berkisar
antara 2-4 minggu, sedangkan pada musim dingin lalat dapat hidup biasanya
mencapai 70 hari.
Lalat mulai terbang pada temperature 15⁰C dan aktifitas optimumnya pada
temperature 21⁰C. Pada tenperatur dibawah 7,5⁰C tidak aktif dan diatas 45⁰C
temperature setempat.
8. Sinar
Lalat adalah serangga yang memiliki sifat fototropik, dimana lalat menyukai
sinar. Saat malam hari lalat tidak aktif, tetapi dengan adanya bantuan sinar lalat
bisa aktif kembali, efek adanya sinar pada lalat tergantung sepenuhnya pada
kondisi temperature dan kelembaban disekitar. Melihat pola hidupnya, lalat tipe
14
makhluk hidup yang kompleks dan dapat berkembangbiak dengan pesat serta
mampu bertahan hidup dengan relatif lama pada temperature dan keadaan
tertentu.
1. Disentri , dengan gejala sakit pada bagian perut, lemas karena terhambat
2. Diare, dengan gejala sakit pada bagian perut, lemas dan pencernaan
terganggu. Disentri dan diare termasuk penyakit karena Shigella spp atau
cholera
4. Thypoid, gejala sakit pada bagian perut, lemas dan pencernaan terganggu,
5. Pada beberapa kasus, sebagai vektor penyakit lepra dan yaws (Frambusia
atau Patek).
6. Kasus kecacingan pada manusia dan hewan juga banyak ditularkan oleh lalat
rumah, lalat hijau dan Sarcophaga spp. Misalnya seperti cacing jarum atau
menyerang jaringan luka pada manusia dan hewan. Infestasi ini disebut
1. Flytrap
Flytrap adalah alat yang digunakan untuk menangkap lalat dalam jumalah
besar. Tempat menarik lalat untuk berkembang biak dan mncari makanan adalah
container yang gelap. Bila lalat mencoba makana dan terbang akan tertangkap
yang diletakan pada mulut container. Flytrap ini cocok digunakan diluar rumah
dan diletakan pada udara terbuka, dan tempat yang terang. (HAKLI, 2010)
2. Flrgril
Flygril adalah alat untuk mengukur kepadatan lalat yang terbuat dari
potongan kayu yang disusun secara rapih dan dibentuk berjajar yang berjarak 1-2
Pengendalian lalat bervariasi sesuai dengan jenis lalat dan penyakit yang
1. Sanitasi yang baik merupakan bagian yang sangat penting dalam program
pengendalian dan pengelolaan lalat rumah dan lalat sejenis. Sisa-sisa makanan
16
seharusnya dikeluarkan setiap dua atau tiga hari untuk memutus siklus hidup
lalat.
2. Penggunaan kawat kasa pada pintu dan jendela rumah mengurangi masuknya
dengan alat pembunuh lalat seperti sapu lidi kecil atau alat lainnya yang dapat
dengan mudah dipakai untuk membunuh lalat yang ada dalam rumah.
3. Penggunaan zat penarik lalat juga dapat mengurangi populasi lalat. Perangkap
lampu ultraviolet dapat dipergunakan dalam rumah untuk menarik lalat rumah
dan kemudian mereka jatuh ke bawah dan tertampung dalam suatu cairan yang
indeks populasi lalat dapat menggunakan lebih dari satu fly grill.
17
sebagai berikut: 2, 2, 4, 3, 2, 0, 1, 1, 2, 1.
2.2 Pelabuhan
bersandar, naik turun penumpang, dan/atau bongkar muat barang, berupa terminal
dan tempat berlabuh kapal yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan
1. Tempat Pertemuan
darat dan laut serta berbagai kepentingan yang saling terkait. Barang-barang yang
diangkut dengan kapal laut akan dibongkar dan dipindahkan ke angkutan darat
seperti truk dan kereta api. Dan sebaliknya barang-barang yang diangkut dengan
truk dan kereta api di pelabuhan dibongkar dan dimuat kedalam kapal.
2. Gapura Pelabuhan
negara. Warga negara dan barang-barang dari negara asing yang memiliki
Sebagi pintu gerbang negara, citra negara sangat ditentukan oleh baiknya
3. Entitas Industri
19
pelabuhan menjadi sangat penting. Dengan adanya pelabuhan, hal itu akan
Dengan demikian pelabuhan menjadi satu jenis industri sendiri yang menjadi
ajang bisnis berbagi usaha, mulai dari transportasi, perbankan, perusahaan leasing
4. Mata Rantai
merupakan salah satu titik dari mata rantai angkutan darat dan angkutan laut.
Orang dan barang yang diangkut dengan kereta api bisa diangkut mengikuti rantai
Organisasi dan Tata Kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan yang menyatakan bahwa
potensi wabah
Menurut (Sasono, 2012) tujuan kkp mempunyai dua tujuan yaitu tujuan
a. Tujuan Umum
2). Mendapat dukungan dari stake holder yang ada di pelabuhan atau bandara
b. Tujuan Khusus
2). Melindungi produk OMKA yang keluar masuk pelabuhan laut dan dampak
penyakit
BAB III
penular penyakit .
tahun 2005 maka semakin memperkuat posisi KKP sebagai salah satu
penyakit menular potensi wabah yang masuk dan keluar dari pelabuhan,
kerja pelabuhan atau bandara dan lintas batas dan pengendalian terhadap
21
22
Kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan Kantor Pusat KKP yang semula berada di
KKP menjadi Wilker. Secara resmi pada tanggal 09 April 2012, semua aktifitas
Sastranegara Bandung.
pelabuhan dan bandara yang ada di provinsi Jawa Barat yaitu meliputi Pelabuhan
Brebes.
Cirebon
KKP Kelas II Bandung Wilker Cirebon terletak di Pantai Utara Pulau Jawa
bagian timur laut dengan jarak antara timur sampai barat ± 8 Km, utara sampai
Cirebon berada di pusat Kota Cirebon yang terletak pada 6,42° - 55,6° lintang
selatan dan 10,34° - 13,9° bujur timur, dengan batas wilayah sebagai berikut :
:
1. Sebelah Utara Laut Jawa
:
2. Sebelah Selatan Jalan Sisingamangaraja
:
3. Sebelah Barat Kelurahan Panjunan
:
4. Sebelah Timur Taman Ade Irma
24
a. Penyusunan program
b. Pengendalian vektor
c. Kesehatan matra
3.3.1 Visi
3.3.2 Misi
26
sebagai berikut:
3.3.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Surveilans Epidemiologi.
27
Lingkungan.
Wilayah.
STRUKTUR ORGANISASI
Kelas II Bandung
KKP Kelas II Bandung yang terdiri dari barang bergerak dan tidak
Oktober 2017
1. Barang Bergerak
Kelas II Bandung per 31 Desember 2017 sebanyak 46 unit yang terdiri dari 24
Tabel 3.1 Jenis dan Jumlah Barang Bergerak di KKP Bandung Per 31
Oktober 2017
KUANTITAS PER
31 DES EMBER
NO URAIAN 2016 KET
1 oda 4 (Empat)
Minibus 10 unit
Pick up 4 unit
Ambulance 9 unit
Mobil Rontgen 1 unit
2 oda 2 (Dua)
Sepeda Motor 22 unit
KUANTITAS PER
31 OKTOBER
NO URAIAN 2017 KET
1 nah
yang muncul kembali, pengawasan alat angkut dan muatannya, lalu lintas
jejaring kerja, dan kemitraan di wilayah kerja bandara, pelabuhan, dan lintas
31
32
Bandung Wilker Cirebon, sudah beberapa kegiatan yang telah diikuti, diantaranya
ini akan menjadi data Kantor Kesehatan Pelabuhan Kleas II Bandung Wilker
lalat.
1. Sarana
A. Peralatan :
Flay grill
Counter
Hygrometer
Thermometer
33
Anemometer
Kendaraan
B. Bahan :
Formulir
Surat tugas
2. Prasarana
A. Peralatan
Mobil
Ember
pengaduk
Pakaian kerja
Lem lalat
B. Peralatan
Insektisida
Pelarut
1. Pengamatan
g. Hitung lalat yang hinggap pada Fly grill dengan menggunakan counter.
tindakan pengendalian.
2. Pemberantasan
Lingkungan
keadaan baik.
C. Larvasida
dengan baik.
penggunaan).
blower.
b. Pelindo/Angkasa Pura.
boga/makanan jajanan).
4.2.4 PELAPORAN
epidemiologi.
Bentuk laporan :
a. Laporan Kegiatan
b. Laporan Bulanan
c. Laporan Tahunan
tanggal 23 Maret 2020. Kegiatan ini dimulai dengan acara pembukaan magang
Sinkarkes adalah aplikasi yang dibuat oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan yang
terintegrasi antara induk dan wilker untuk pelaporan dan akses informasi.
menginitis, maka dari itu vaksinasi meningitis merupakan tindakan preventif yang
telah dilakukan.
dari foto copy KTP dan passport. Dimulai dari penyerahan persyaratan kepada
petugas, input data, tes kesehatan (tensi darah, berat badan dan tinggi badan)
vektor kecoa.
39
40
meminimalisir jumlah kecoa dan akan menjadi data yang dikirim ke pusat untuk
pengambilan tindakan selanjutnya yang akan dilakukan. Hari kedua, seperti biasa,
dari para calon jama’ah haji/umroh. Setelahnya, mem follow up perangkap kecoa
yang kemarin dipasang. Hasilnya, dari kelima kantin yang pasang perangkap
Muara Jati 2 dan TPS Samadikun. Mekanisme penghitungan lalat dimulai dengan
meletakan fly grill di tumpukan sampah, perhatikan lalat yang hinggap di alat
tersebut.
banyak dan dibagi 5, maka kita dapat mengetahui kepadatan lalat disesuaikan
Pengendaliannya.
air ke selokan menggunakan gayung, lalu mengecek air tersebut apakah terdapat
jentik atau tidak. Setelah melakukan pencidukan beberapa kali dengan bergantian,
sementara pihak KKP dan mahasiswa hanya melakukan koordinasi ke KSOP atau
pelayanan vaksinasi meningitis selama dua hari tersebut. Pada hari ke 8 tanggal 24
tetapi pada kegiatan ini yang menjadi sasaran adalah tikus. Kegiatan ini dibagi 2
sekitar pelabuhan. Pemasangan dilaksanakan mulai pada siang hari dari pukul
13.00 hingga 15.00 karena seperti biasa, di pagi hari harus membantu pelayanan
Besok harinya, perangkap diambil untuk melihat hasilnya (success trap) dan
diperiksa pinjal yang ada di dalam tikus. Hasil dari tangkapan tersebut adalah
sebanyak 7 tikus, 4 tikus berasal dari kantor PT Jasa Transportasi, 1 tikus dari
warung yang dekat dengan polsek pelabuhan, 1 tikus dari kantor PT Pelni dan 1
tikus terahir dari kantor Dok Kodja I. Hasil tangkapan itu langsung di identifikasi
mulai dari jenis tikus, panjang badan, panjang kepala, panjang total (kepala dan
badan), panjang telinga dan panjang kaki. Tikus yang tertangkap di masukan ke
dalam wadah plastik, lalu dimasukan juga cairan chlorofoam agar tikus-tikus itu
mati.
petugas KKP, diketahui bahwa jenis-jenis tikus dari hasil tangkapan semuanya
adalah 16 pinjal. Pinjal yang ditemukan akan dimasukkan ke dalam botol yang
berisi cairan alcohol untuk diawetkan dan tidak mudah busuk ketika akan diteliti
dinas dan 5 industri swasta. Pada kali ini pemasangan dilakukan pukul 10.00 dan
43
adalah 1 tikus dari KSOP dan 1 curut dari PT Gamatara, tetapi ketika akan
mematikan tikus, tikus lepas karena plastic tidak tertutup dengan rapat, pada hari
melaporkan hasil kegiatan dari awal yang disajikan dalam bentuk power point
mahasiswa menampilkan tujuan umum magang dan tujuan individu yang akan
Pada tanggal 6 Maret, pinjal yang tertangkap dari hasil pengendalian vektor
(tanggal 24-27 februari). Langkah yang pertama, mengambil pinjal yang ada di
dalam botol berisikan alcohol, taruh pinjal tersebut di kaca tipis, beri sedikit air
dan taruh di mikroskop untuk dilihat, hasilnya, semua pinjal yang diperiksa
penghitungan indeks pinjal dengan cara menghitung jumlah pinjal yang didapat
Tahun 2017 Tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan Dan Persyaratan
indeks pinjal. Indeks pinjal yang normal senilai kurang dari 1, sementara nilai
44
indeks pinjal yang didapat 2,28, maka dikatakan tidak memenuhi standar baku
mutu yang telah ditetapkan. Masih pada hari yang sama, setelah identifikasi pinjal
penangkapan jentik nyamuk di hari pertama, hanya mendapatkan satu ekor, tetapi
memberikan persediaan sampel jentik yang mereka punya. Jentik hasil tangkapan
Pada tanggal 13 Maret, pihak KKP menindak lanjuti dari data kepadatan lalat
yang telah dihimpun pada hari pertama, yaitu dengan melakukan spraying lalat.
Spraying lalat dilakukan untuk meminimalisir jumlah lalat yang ada di TPS
dengan menggunakan bahan insektisida agar lalat mati atau kabur. Penyemprot
dibekali APD berupa sarung tangan dan masker agar terhindar dari kontak
langsung dengan insektisida. Pada tindakan ini, mahasiswa langsung ikut andil
langsung diarahkan untuk langsung memeriksa sanitasi kapal dan untuk sasaran
yang pertama adalah jenis kapal motor pengangkut barang. Ketika masuk ke
dalam kapal, kami disambut oleh ABK yang sedang istirahat, tetapi kami pun
melakukan perkenalan, kapten kapal itu memberi akses untuk memeriksa seluruh
ruangan yang ada di kapal. Mahasiswa dibekali formulir sanitasi untuk mengukur
makan, dapur, anjungan, dan geladak kapal. Aspek fasilitas sanitasi meliputi,
binatang seperti tikus, kecoa, lalat dan nyamuk. Di kapal tersebut, ditemukannya
lalat di tempat tempat tertentu seperti dapur dan tempat makan. Berdasarkan
kondisi tersebut, pihak KKP mengingatkan kepada pihak kapal untuk lebih
sertifikat sanitasi kapal tersebut habis, tetapi di kapal itu masih terdapat lalat,
maka kapal itu tidak diizinkan untuk memperpanjang sertifikat sanitasi dan tidak
sanitasi kapal, tetapi pada hari itu ditambah dengan kegiatan memeriksa sanitasi
tempat makan. Kegiatan yang pertama dilakukan adalah memeriksa sanitasi kapal,
masih sama yaitu kapal pengangkut barang yang mana kapal itu akan berangkat
pada sore hari. Di kapal tersebut, telah memenuhi aspek sanitasi, terbukti tidak
untuk ABK dan kapten di kapal tersebut, artinya kapal itu lolos di pemeriksaan
tempat makan di pelabuhan masuk ke dalam ruang lingkup KKP yang harus di
urusi. Ada 2 tempat makan yang menjadi perhatian KKP yaitu tempat makan yang
beratas namakan Admiral Yala Ghita dan warung makan ibu sri. Pada formulir
pemeriksaan ini, ada 17 aspek yang harus dinilai, masing-masing aspek itu diberi
dan dilihat kriterianya, apakah memenuhi syarat sanitasi atau tidak. Untuk nilai
<18 sanitasinya kurang, 33-19 cukup, 48-34 sedang dan >49 baik. Setelah
melakukan pemeriksaan, diketahui nilai dari warung makan Admiral Yala Ghita
adalah 38 (sedang) dan Warung Ibu Sri mendapat nilai 47 dikatakan sedang,
kedua warung tersebut masih dalam kategori aman untuk aspek sanitasi. Setelah
melakukan 2 kegiatan itu, kami kembali ke kantor dan berpamitan kepada petugas
Seriousness, Growth (USG) adalah salah satu alat untuk menyusun urutan
atau 1 – 10. Isu yang memiliki total skor tertinggi merupakan isu prioritas. Untuk
waktu yang tersedia dan seberapa keras tekanan waktu tersebut untuk
47
lain kalau masalah penyebab isu tidak dipecahkan. Perlu dimengerti bahwa
dalam keadaan yang sama, suatu masalah yang dapat menimbulkan masalah
lain adalah lebih serius bila dibandingkan dengan suatu masalah lain yang
dibiarkan.
Keterangan:
1. 5: sangat tinggi
2. 4: Tinggi
3. 3: Cukup
4. 2: Kurang
5. 1: Sangat Kurang
populasi lalat. Dari aspek urgency nya diberi nilai 5 karena dari 3 TPS di sekitar
Pelabuhan Cirebon banyak sekali timbunan sampah. Dan dapat dikatakan banyak
sampah akan menimbulkan populasi lalat yang semakin tinggi. Seriuosnes, pad
aspek ini diberi nilai 4 karena setiap TPS banyak sekali ditemukan lalat dan
masalah ini sangat serius untuk di atasi. Growth, pada aspek ini diberi nilai 5
pertumbuhan masalah ini begitu signifikan jika dibiarkan. Tikus akan berkembang
biak di tempat itu, terbukti pada TPS Muarajati 1 dengan kategori padat.
Ishikawa, seorang ahli statistik kontrol kualitas Jepang, pria yang merintis
penggunaan bagan ini di tahun 1960-an (Juran, 1999). Diagram Fishbone adalah
49
alat analisis yang menyediakan cara sistematis untuk melihat efek dan
penyebabnya yang membuat atau berkontribusi pada efek tersebut. Karena fungsi
2004). Dari kedua teori yang telah disebutkan, diagram fishbone adalah alat untuk
Kurangnya pemilahan
terhadap sampah
Tidak ada sanksi
Aktivitas
bagi yang tidak
pelabuhan yang
menerapkan
mencemari
hygiene sanitasi
lingkungan
Kebijakan Lingkungan
daya, ada 3 pemicu masalah dari faktor sumber daya manusia, perilaku,
ditemukannya lalat hal itu disebabkan salah satu oleh perilaku pegawai kantor di
membuang sampah bekas makanan. Hal ini dapat menimbulkan populasi lalat
meningkat.
Faktor yang kedua adalah sarana dan prasarana fasilitas yang terbatas atau
tidak adanya tempat pemisahan sampah organik dan non organik yang memicu
untuk membuang sampah dibiarkan menyatu antara sampah organik dan non
Faktor yang ketiga adalah dana dari pihak PT Pelabuhan Indonesia kurang
disebutkan bahwa tindakan yang dilakukan KKP hanya melapor ke atasan, tidak
ada tindakan refresentatif kepada pihak institusi itu. Seharusnya KKP dan KSOP
bekerja sama dalam menangani hal ini karena KSOP yang memiliki otoritas di
57
52
Faktor yang kelima adalah lingkungan tempat pemantauan (dalam hal ini
TPS) sudah dibersihkan atau sampah yang terdapat di TPS sudah diangkat oleh
tim petugas kebersihan pada malam hari dikarenakan peraturan baru yang
kegiatan ini dilakukan siang hari pada saat suhu dan kelembapan dimana vektor
yang seharusnya dimiliki oleh para pelaku kesehatan (health providers). Dalam
menetapkan alternatif pemecahan masalah hal yang paling utama harus diketahui
adalah penyebab (risk faktor) timbulnya masalah. Menurut Blum, analisis masalah
masalah yang dapat berupa penyebab primer, sekunder dan tertier. Keluaran
adalah konsekuensi yang ditimbulkan oleh masalah yang juga dapat berupa
CARL.
prioritas masalah jika data yang tersedia adalah data kualitatif. Hal ini
dikarenakan tidak ada data pasti seberapa banyak kecacatan yang disebabkan oleh
sebuah masalah. Metode ini dilakukan dengan menentukan score dari kriteria
menunjukkan kesiapan dari tenaga kerja yang ada, seperti keahlian atau
prioritas permasalah ini dilakukan dan diatasi. Masalah yang ada lalu
diidentifikasi dan dibuat tabel kriteria CARL untuk diisi nilainya. Nilai yang diisi
memiliki angka minimum 1 hingga yang tertinggi adalah 10. Setelah seluruh
kriteria permasalahan diisi maka nilai akan dikalikan untuk menentukan prioritas
apa yang harus dilakukan terlebih dahulu. Semakin tinggi nilai yang didapatkan
menunjukkan prioritas yang harus dilakukan terlebih dahulu (Chang dan Oktavia,
2017).
atas, untuk menanggulangi masalah tersebut, ada beberapa alternative solusi yang
dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan (Susilawati, 2016). Dalam solusi
ini, pihak KKP melakukan penyuluhan ke instansi yang ada disekitar pelabuhan
kesehatan.
Dalam hal ini semua instansi yang ada di sekitar pelabuhan mengalokasikan
dana khusus terkait penyedian tong sampah yang sudah di pisahkan antara organik
dan anorganik agar sampah yang di hasilkan oleh instansi tersebut tidak langsung
di buang ke TPS yang berada di area pelabuhan tetapi di angkut langusng ke TPA
(Peraturan Pemerintah RI No 81, 2012). Solusi ini pihak KKP bekerja sama
Pelabuhan Cirebon.
sampah menjadi pilihan yang pertama. Dari segi kesiapan diberi nilai 8 karena
sumber daya yang ada, bisa dikatakan siap. Berdasarkan hasil kegiatan selama
berkualitas, walaupun hanya satu orang yang berada dibagian tersebut, ketika
(penyuluhan) program ini di KSOP kepada pihak perwakilan dari setiap instansi
program ini hanya memerlukan koordinasi antara pihak kkp dan instansi yang
pelaksanan adalah institusi itu sendiri, sementara pihak KKP koordinator dan
pengawas.
Pada aspek Readiness diberi nilai 8 karena dari segi kesiapan, pihak KKP
dikatakan siap untuk melaksanakan kegiatan ini. Bidang PRL setiap harinya
melakukan clrearence sertifikat SSC kapal yang akan berlabuh atau berangkat,
lingkungan, bidang PRL siap. Sedangkan untuk menjaga otoritas pelabuhan pihak
KKP berkoordinasi dengan KSOP agar bisa membantu dengan program KKP.
Pada aspek Leverage atau dampak yang ditimbulkan, program ini diberi
nilai 8. Program ini mengarah atau menstimulus pengetahuan para pelaku industry
kebijakan yang dikeluarkan KKP dan KSOP untuk merubah perilaku pelaku
1. Planning
tentang kepadatan lalat dan dampak lalat kepada kesehatan yaitu salah satunya
pelabuhan
untuk sosialisasi program, membentuk tim untuk sosialisasi dan tim monitoring
2. Organizing
3. Actuating
dipelabuhan meningkat.
4. Controlling
58
Pengawasan yaitu dilakukan dengan cara melihat tong sampah yang berada
sampah.
BAB VI
6.1 Kesimpulan
semua kegiatan atau tindakan yang ditujukan untuk menurunkan populasi vektor
dicegah.
makanan lain, untuk makan dan bertelur. Lalat dapat menyebarkan sejumlah
penyakit pada manusia melalui beberapa cara, yaitu melalui kaki, bulu-bulu halus
memiliki kepadatan lalat dengan rata-rata 21,8 ekor atau kategori sangat padat,
57
60
TPS Muarajati 2 memiliki kepadatan lalat dengan rata-rata 19,8 ekor atau
kategori padat, dan TPS Samadikun memiliki kepadatan lalat dengan rata-rata
12,8 ekor atau kategori padat. Maka dari ketiga TPS tersebut populasi lalat
yang paling tinggi yaitu TPS Muarajati 1 dan diketahui semua jenis yang ada di
TPS tersebut yaitu tidak adanya pemilahan sampah organik dan anorganik,
Pada langkah ini menggunakan metode USG dimana setiap faktor dinilai dari 3
aspek yaitu Urgency, Seriousness, dan Growth yang diberi nilai 1 sampai 5.
populasi lalat yaitu tidak adanya pemilahan sampah organik dan anorganik
merupakan prioritas masalah utama yang diberi nilai 14, kurang memadainya
tempat pembuangan sampah sementara di urutan kedua dengan diberi nilai 11,
Pada langkah ini menggunakan metode fish bone atau tulang ikan. Setelah
61
sampah dinilai dapat menjadi solusi dari permasalahan ini, opsi ini diberi nilai
4096 yang mana nilai tersebut lebih tinggi dari pada nilai opsi yang lain.
6.2 Saran
instansi atau pelaku industri yang berada dikawasan Pelabuhan Cirebon supaya
DAFTAR PUSTAKA
Andriansyah, D., & Si, M. (2015). Manajemen Transportasi Dalam Kajian Dan
Teori. Jakarta Pus. Fak. Ilmu Sos. dan Ilmu Polit. Univ. Prof. Dr.
Moestopo Beragama.
Burgess P., (2013), The biology and lifecycles of common flies on livestock
operations. IPM Coordinator. Perennia.
Hadi, U. K. (2012). Serangga pengganggu kesehatan (nyamuk, lalat, kecoa,
semut, labah-labah): Diakses dari: http://upikke. staff. ipb. ac.
id/files/2012/11/Serangga ….
IHR 2005
Indonesia, R. (2009). Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2009 tentang
Kepelabuhanan. no 4849. Sekretariat Negara, Jakarta.
Litbangkes, B., & Depkes, R. (2010). Riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2010.
Badan Litbangkes, Kementerian Kesehatan. Jakarta.
Nadeak, E. S. M., Rwanda, T., & Iskandar, I. (2017). Efektifitas Variasi Umpan
Dalam Penggunaan Fly Trap Di Tempat Pembuangan Akhir Ganet Kota
Tanjungpinang. Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas, 10(1), 82-86.
Permenkes 356 Tahun 2008 tentang Organisasi & Tata Kerja Kantor Kesehatan
Pelabuhan
Permenkes 2348 Tahun 2011 tentang sebagai penggati Permenkes 356 Tahun
2008 tentang Organisasi & Tata Kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan
Permenkes, R. (2014). No. 75 Tahun 2014. Pusat Kesehatan Masyarakat.
Permenkes, R. (2017). No. 50 Tahun 2017. Standar Baku Mutu Kesehatan
Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan untuk Vektor dan Binatang
Pembawa Penyakit serta Pengendaliannya.
63
Putri, Y. P. (2015). Keanekaragaman spesies lalat (diptera) dan bakteri pada tubuh
lalat di tempat pembuangan akhir sampah (TPA) dan pasar. Jurnal
Dampak, 12(2), 79-89.
Sasono, H. B. (2012). Manajemen Pelabuhan dan Realisasi Ekspor Impor:
Penerbit Andi.
Sembel, D. T. (2010). Pengendalian Hayati Hama-Hama Serangga Tropis dan
Gulma. Andi. Yogyakarta, 281.
Sucipto, C. D. (2011). Vektor penyakit tropis. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Susilowati, A. (2017). HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN
TINGKAT KEPADATAN LALAT DI PASAR TRADISIONAL
KECAMATAN TEMBALANG (Studi di Pasar Mrican dan Pasar
Kedungmundu Kecamatan Tembalang). Universitas Muhammadiyah
Semarang.
Suyono.R.P. “Shipping Pengangkutan Intermoda Export Import Melalui laut”,
PPM, Jakarta 2001
Wahyu, N. (2009). Perbedaan Genus Larva Lalat Pada Bangkai Tikus Wistar
Diletakan Di Darat, Air Tawar Dan Air Laut. Medical Faculty.
64
LAMPIRAN
65
66