Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM HIGIENE INDUSTRI

PENGUKURAN GETARAN PADA SEPEDA MOTOR


“GEDUNG F FAKULTAS KEDOKTERAN UNS”
Dosen Pengampu :
Ratna Fajariani, S.ST, M.KKK

Disusun oleh :
Kelompok 4 Kelas B
1. Annisa Kurniasari (R0218014)
2. Darin Ayu Linda (R0218030)
3. Femy Rahmawati (R0218046)
4. Isna Tasya Salsabilla  (R0218060)
5. Marcellina Kamillia (R0218072)
6. Nur Aziza  (R0218084)
7. Rena Ayu Wulandari (R0218096)
8. Sindi Kurnia Fitri (R0218108)
9. Veronica Kirana N.P.W. (R0218120)

PROGRAM STUDI D4 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2019
PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIKUM HIGIENE INDUSTRI dengan judul :


PENGUKURAN GETARAN PADA SEPEDA MOTOR

Kelompok IV

Telah disahkan pada :

Hari……………….Tanggal………………20……

Dosen Pengampu, Pembimbing Praktikum

Ratna Fajariani, S.ST, M.KKK Ica Yuniar Sari, S.ST


NIK. 1990032020161001 NIK. 1988060120150401

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Tujuan....................................................................................................1
1.3 Manfaat..................................................................................................1
BAB II LANDASAN TEORI...............................................................................3
2.1 Tinjauan Pustaka....................................................................................3
2.2 Perundang-undangan..............................................................................6
BAB III HASIL.....................................................................................................10
3.1 Gambar Alat, Cara Kerja, Prosedur Pengukuran...................................10
3.2 Hasil Kegiatan Praktikum......................................................................11
BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................13
BAB V PENUTUP................................................................................................19
5.1 Kesimpulan............................................................................................19
5.2 Saran.......................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................20
LAMPIRAN……………………………………………………………………….

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Bekerja merupakan kebutuhan setiap manusia dalam memenuhi kebutuhan
hidup. Dalam melakukan suatu pekerjaan manusia pasti akan melakukan suatu
gerakan. Gerakan menimbulkan getaran pada tubuh pekerja. Getaran merupakan
gerak bolak-balik di sekitar kesetimbangan. Sebagai calon ahli K3 penulis harus
mampu memahami bahaya apa saja yang dapat ditimbulkan akibat getaran. Untuk
menunjang hal tersebut kami sebagai mahasiswa D4 Keselamatan dan Kesehatan
Kerja dibekali mata kuliah hygiene industri guna mempelajari cara megukur
getaran menggunakan vibration meter. Vibration meter merupakan alat yang
digunakan untuk mengukur getaran. Untuk lebih memahami cara mengukur
getaran maka kelompok kami memilih sepeda motor sebagai objek pengukuran
getaran.

1.2 TUJUAN
Adapun bebrapa tujuan penulisan yang ingin dicapai penulis dalam
Pengukuran Getaran, yakni sebagai berikut:
1. Mahasiswa mampu memahami efek yang dapat terjadi terhadap manusia
2. Mahasiswa mampu memberikan rekomendasi pengendalian untuk
meminimalisir efek yang dapat ditimbulkan dari paparan getaran tersebut

1.3 MANFAAT
Dengan disusunnya laporan ini, maka diharapkan mampu memberikan
beberapa manfaat bagi pihak-pihak antara lain sebagai berikut :
1. Mahasiswa
Mahasiswa mampu dan terampil dalam menguji dan melaksanakan
keadaan nyata yang diperoleh dari teori mata kuliah Higiene Industri
tentang getaran.
2. Program Studi
Mengetahui kemampuan dan ketrampilan mahasiswa dalam menguji dan
melaksanakan keadaan secara nyata tentang apa yang diperoleh dari teori
mata kuliah Higiene Industri tentang getaran.

iv
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 TINJAUAN PUSTAKA


A. Definisi Getaran
Getaran adalah gerakan yang teratur dari benda atau media dengan arah
bolak-balik dari kedudukan keseimbangannya (Permenaker No 13 Tahun
2011). Menteri Negara Lingkungan Hidup dalam surat keputusannya
mencantumkan bahwa getaran adalah gerakan bolak-balik suatu massa
melalui keadaan setimbang terhadap suatu titik acuan, sedangkan yang
dimaksud dengan getaran mekanik adalah getaran yang ditimbulkan oleh
sarana dan peralatan kegiatan manusia (Kep. MENLH No: KEP-
49/MENLH/11/1996).

B. Jenis Getaran dan Efeknya

Getaran menurut Suma’mur (2014) dibedakan menjadi :

a. Getaran Umum (Whole Body Vibration)

Getaran ini berpengaruh terhadap seluruh tubuh, dihantarkan melalui bagian


tubuh tenaga kerja yang menopang seluruh tubuh. Misal : Kaki saat berdiri,
pantat saat duduk, punggung saat bersandar, lengan saat bersandar. Getaran
ini mempunyai frekuensi 5-20 Hz. Getaran umum mengakibatkan :

1) Aspek Fisik

Getaran seluruh tubuh terutama pada operator alat-alat berat seperti


dump truck, traktor, buldoser, dan sebagainya. Selain getaran yang
berasal dari alat-alat berat, getaran seluruh tubuh juga dapat terjadi oleh
getaran mesin stasioner seperti generator, kompresor, dan mesin-mesin
produksi lainnya.

Getaran yang demikian di transmisikan ke tubuh melalui getaran lantai


ke kaki. Getaran mekanik yang berasal dari alat-alat pengangkutan, yang
biasanya dengan frekuensi 1-20 Hz, dapat meningkat sampai beberapa
ratus Hz dengan tenaga pada kisaran 0,1 – 0,3 g. Sedangkan tenaga yang
ditimbulkan oleh etaran pembangunan dan traktor pertanin dapat
melebihi 1 g (9,81 m/detik ).

v
2) Efek Fisiologis

Efek getaran terhadap suatu organ dan jaringan tergantung oleh organ
dan jaringannya itu sendiri. Efek getaran akan besar pada organ-organ
dan jaringan dengan frekuensi alami yang mengakibatkan resonansi
adalah 3-9 Hz untuk kesatuan-kesatuan bagian tubuh seperti dada dan
perut.

Frekuensi tinggi mempengaruhi organ-organ dan jaringan-jaringan tubuh


mempunyai frekuensi alami yang lebih tinggi pula, yaitu alat-alat periferi
dari tubuh. Leher dan kepala, pinggul dan perineum, serta kesatuan-
kesatuan otot dan tulang berdiri dari jaringan-jaringan lemah dan bagian
keras bersama dan beresonansi baik terhadap getaran dengan frekuensi
10 Hz.

3) Gangguan Melakukan Pekerjaan

Gangguan melakukan pekerjaan sebagai akibat getaran mekanik adalah


karena gangguan menggerakkan tangan dan menurunnya ketajaman
penglihatan. Oleh karena itu, cara mengendalikannya adalah dengan
mengurangi sampai sekecil-kecilnya getaran terhadap tangan dan kaki.

b. Getaran setempat
Getaran yang merambat dari tangan atau lengan dari operator alat yang
bergetar. Getaran ini memiliki frekuensi 20-500 Hz. Getaran dalam jangka
waktu lama menyebabkan kelainan persyarafan dan peredaran darah serta
kerusakan pada persendian tulang. Getaran setempat mengkibatkan :
1) Kelainan-kelainan pada peredaran darah dan susunan saraf
Gejala awalnya adalah pemucatan pada kekakuan ujung-ujung jari yang
timbul berulang, secara teratur dan sering akibat kedinginan. Gejala-gejala
ini timbul pada satu tangan, tetapi kemudian dapat meluas pada kedua
tangan secara asimetris. Serangan dapat berlangsung beberapa menit
sampai beberapa jam dengan tingkat rasa skiy yang berbeda , kehilangan
daya pegang dan pengendalian otot.
Masa laten terjadinya keluhan pertama sangat bervariasi, antara 1 minggu
sampai 20 tahun dengan rata-rata 3-4 tahun. Masa laten ini nampaknya
tidak tergantung dengan usia. Yang menarik bahwa tenaga kerja usia muda
yang terpapar getaran mekanis pada lengan sering memperlihatkan sinosis
daripada usia tua.

vi
2) Kerusakan-kerusakan pada persendian dan tulang
Kelainan persendian dan tulang pada tenaga kerja dengan tukulpneumatik dan
alat-alat frekuensi rendah adalah peristiwa lain dari fenomena Raynaund.
Kerusakan persendian dan tulang disebabkan oleh getaran mekanis dengan
frekuensi rendah dan amplitude besar, yang mengakibatkan kekerasan tulang-
tulang rawan pada persendian karena getaran.

C. Pengendalian Getaran

Secara garis besar, ada tiga pendekatan yang digunakan untuk mengendalikan
vibrasi atau getaran di antaranya :

a. Mencegah atau mengurangi pemaparan vibrasi (sesuai Nilai Ambang Batas


), misalnya dengan memperbaiki design dari sistem suspense
kendaraan/mesin/peralatan secara teratur.

b. Isolasi terhadap vibrasi, misalnya : menjauhkan tenaga kerja dari sumber


vibrasi, menggunakan penyekatan (bantalan peredam) pada tempat duduk
atau handel peralatan, menggunakan alat pelindung seperti sarung tangan.

c. Mengurangi waktu pemaparan, rotasi kerja (istirahat kerja 10-15 menit


setiap 1 jam kerja).

2.2 PERUNDANG UNDANGAN


1. Keputusan MENLH Nomor KEP-49/MENLH/11/1996 tentang Baku
Tingkat Getaran.
2. Permenkes Nomor 70 Tahun 2016 tentang Standar dan Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Kerja Industri.
3. Permenaker Nomor 5 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Lingkungan Kerja

vii
BAB III
HASIL

3.1 GAMBAR ALAT, CARA KERJA, DAN PROSEDUR PENGUKURAN


A. Alat

Vibration Meter

Keterangan:

1. Tombol power : menghidupkan dan mengukur getaran

2. Layar display : menampilkan hasil pengukuran

3. Switch selector : memilih satuan yang akan digunakan

4. Sensor : sensor yang ditempelkan pada objek pengukuran

B. Cara Kerja
1. Pastikan kondisi vibration meter dalam keadaan baik.
2. Hidupkan vibration meter dengan menekan tombol power “on/off”.
3. Setelah display berkedip pastikan alat sudah dalam satuan yang tepat.
Alat siap melakukan pengukuran.
4. Lakukan pengukuran dengan menempelkan sensor getaran vibration
meter ke objek dengan posisi jari terus menekan tombol power.
5. Lakukan pengukuran kurang lebih 2 menit.
6. Setelah pengukuran selesai, lepaskan jari dari tombol power vibration

viii
meter kemudian muncul angka hasil pengukuran.
7. Catat hasil pengukuran.

C. Prosedur Pengukuran

1. Mesin atau perlatan produksi dalam keadaan hidup.


2. Pengoperasian mesin dilakukan seperti saat sedang produksi normal.
3. Melakukan pengukuran dengan menempelkan sensor ke objek atau
mesin kerja.
4. Pengukuran dilakukan dalam beberapa menit.
5. Baca hasil pengukuran pada layar display setelah menunggu beberapa
menit.
6. Catat hasil pengukuran pada lembar hasil pengukuran yang sudah
disediakan.
7. Matikan vibration meter setelah selesai dilakukan pengukuran intensitas
getaran.

3.2 HASIL KEGIATAN PRAKTIKUM

No Titik Pengukuran m/s2


.
1. Setang motor 3,5
2. Pijakan kaki motor 3,0
3. Jok motor 2,8

ix
BAB IV
PEMBAHASAN

Pengukuran dilakukan di area parkir Gedung F Fakultas Kedokteran


Universitas Sebelas Maret, Program D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja,
Jebres, Surakarta. Sumber getaran diambil dari kendaraan bermotor yaitu
berasal dari sepeda motor. Dimana sepeda motor adalah salah satu mesin yang
dijalankan dengan tenaga motor sehingga menimbulkan getaran mekanis. Faktor
bahaya fisik tersebut dapat terpapar  kepada para pengendara motor
dan dapat mempercepat kerusakan pada sepeda motor bila nilai ambang getaran
mekanis melebihi ambang batas yang ditentukan. Untuk mengethui apakah
intensias getaran mekanis disuatu mesin atau alat mekanik tertentu melebihi
Nilai Ambang Batas (NAB) atau tidak, maka harus dilakukan pengukuran
dan perhitungan tingkat getaran mekanis rata-ratayang diterima oleh pekerja.
Dalam praktikum yang kami lakukan Kelompok  Empat mengukur Hand
and Arm Vibration (HAV) dan Getaran pada Mesin. Untuk Hand  Arm Vibration
(HAV) digunakan standar Nilai Ambang Batas (NAB) oleh Permenaker
No. 5 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja
Dalam kegiatan praktikum pertama kami menggunakan satu sepeda
motor untuk diukur getaran mekanis. Pengukuran getaran  menggunakan
alat Vibration Meter. Berdasarkan hasil pengukuran, maka nilai percepatan
untuk masing – masing titik pengukuran pada bagian

1. Getaran pada Stang


Berdasarkan pengukuran didapatkan getaran pada stang adalah 3,5 m/s2
dengan low frequency (10 – 1000 Hz). Stang adalah bagian motor yang
kontak langsung dengan lengan tangan. Menurut Permenaker No. 5 Tahun
2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja
menyebutkan bahwa NAB Faktor Fisika getaran adalah 10 m/s2 dalam durasi
paparan 1 jam dan kurang dari 2 jam. Sedangkan menurut (International
Organization for Standarization) IOS, frekuensi getaran pada lengan tangan
maksimal percepatan 85 m/s2 dengan frekuensi 1000Hz. Hal ini

x
menunjukkan bahwa berdasarkan hasil tersebut, getaran pada stang tidak
melebihi NAB getaran.

2. Getaran pada Pijakan Kaki


Getaran pada pijakan kaki berdasarkan pengukuran diketahui sebesar 3,0
m/s2. Sedangkan pada Permenaker No. 5 Tahun 2018 tentang Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja tidak mengatur NAB getaran untuk
anggota tubuh yang mana terpajan langsung dengan getaran dari pijakan
kaki motor. Pada Permenaker No. 5 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja disebutkan bahwa NAB getaran yang
kontak langsung maupun tidak langsung pada seluruh tubuh ditetapkan
sebesar 2,4497 m/s2 untuk durasi pemajanan selama 1 jam dan kurang dari 2
jam. Hal ini menunjukkan bahwa berdasarkan hasil tersebut, getaran pada
pijakan kaki melebihi NAB getaran.

3. Getaran pada Dudukan / Jok Motor


Getaran pada dudukan / jok motor berdasarkan pengukuran diketahui
sebesar 2,8 m/s2. Sedangkan pada Permenaker No. 5 Tahun 2018 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja tidak mengatur NAB
getaran untuk anggota tubuh yang mana terpajan langsung dengan getaran
dari dudukan / jok motor. Pada Permenaker No. 5 Tahun 2018 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja disebutkan bahwa
NAB getaran yang kontak langsung maupun tidak langsung pada seluruh
tubuh ditetapkan sebesar 2,4497 m/s2 untuk durasi pemajanan selama 1 jam
dan kurang dari 2 jam. Hal ini menunjukkan bahwa berdasarkan hasil
tersebut, getaran pada pijakan kaki melebihi NAB getaran.

Dari hasil pengukuran getaran di pijakan motor dan dudukan / jok motor
diperoleh hasil yang melebihi NAB sehingga perlu adanya pengendalian yang
dilakukan antara lain dengan :

1. Menambah bantalan pada dudukan / jok motor.

xi
2. Menambah karet pada pijakan kaki.
3. Mengisi lubang pada pijakan kaki dengan menggunakan kain atau busa
secara penuh dan padat untuk mengurangi getaran pada pijakan kaki.
4. Mengurangi getaran pada mesin dengan menggunakan Insulation.
5. Melakukan pengecekan pada mur dan baut yang ada di pijakan kaki karena
jika mur dan baut kendur akan menambah getaran yang terjadi di pijakan
kaki.
6. Melakukan perawatan atau service pada sepeda motor secara rutin.

Dalam pengukuran intensitas getaran dapat dipengaruhi oleh beberapa


faktor :

1. Pada saat pengegasan motor dilakukan kurang ritmis atau tidak konstan
sehingga getaran yang dihasilkan tidak tetap.
2. Kurang telitinya praktikan dalam membaca hasil pengukuran.
3. Praktikan yang kurang sungguh-sungguh pada saat melakukan
pengukuran.
4. Kemungkinan praktikan yang kutang tepat dalam penempatan alat,
misalnya alat yang ditempelkan pada tempat yang diukur kurang tegak
lurus dan terlalu ditekan sehingga mempengaruhi pengukuran.
5. Keterbatasan waktu saat pengukuran sehingg terkesan terburu-buru saat
pengukuran.

xii
BAB V
PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
Pengukuran getaran dilakukan di area parkiran gedung F Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret dengan sumber getaran yaitu sepeda motor.
Pengukuran getaran pada sepeda motor diambil dari 3 titik yaitu stang motor ,
pijakan kaki dan dudukan/jok. Berdasarkan hasil pengukuran, getaran pada Stang
Sepeda Motor sebesar 3,5 m/s2 dengan low frequency ( 10 – 1000 Hz) dan getaran
pada pijakan kaki sebesar 3,0 m/s2, Sedangkan getaran pada dudukan/jok sepeda
motor sebesar 2,8 m/s2. Menurut Permenaker No. 5 tahun 2018 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja Nilai Ambang Batas untuk
faktor fisik getaran yaitu sebesar 10 m/s2 untuk durasi paparan 1 jam dan kurang
dari 2 jam, sedangkan Nilai Ambang Batas untuk getaran yang kontak langsung
dan tidak langsung sebesar 2,4497 m/s2 untuk durasi kerja 1 jam dan kurang dari
2 jam. Sehingga dapat diambil kesimpulan dari 3 titik yang telah diukur, getaran
yang dihasilkan telah melebihi Nilai Ambang Batas sehingga perlu diadakannya
pengendalian.

5.2 SARAN
Berdasarkan hasil pengukuran, getaran yang dihasilkan sepeda motor telah
melebihi Nilai Ambang Batas sehingga perlu adanya pengendalian, beberapa
upaya pengendalian yang dapat dilakukan seperti penambahan bantalan pada jok
motor, penambahan karet pada pijakan kaki, mengurangi getaran pada mesin
dengan menggunakan Insulation dan melakukan perawatan atau service pada
sepeda motor secara rutin.

xiii
DAFTAR PUSTAKA

Sjarifah, Ipop., Ratna Fajarani., Tutug Bolet Atmojo., Haris Setyawan., Luci
Ismiyenti., Ica Yuniar Sari ., dan Ervansyah Wahyu Utomo. 2019. Buku Panduan
Praktikum Semester II Program D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Higiene
Industri. Surakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Rasjid, Rizeddin dan Haryati, Siswanto. Ergonomi dan Bahan Kimia. Surabaya :
Balai Hiperkes & KK Jawa Timur,1989

Siswanto . A. 1993. Penerangan. Jakarta: Balai Pelayanan Ergonomi KesKer

Suma’mur PK. 1998. Perlindungan Terhadap Cedera Mata. Jakarta: FKUI

xiv
LAMPIRAN

15

Anda mungkin juga menyukai