Anda di halaman 1dari 27

RINGKASAN PERATURAN PEMERINTAH

REPUBLIK INDONESIA NO 50 TAHUN 2012


TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN K3

1. K3 adalah upaya menjamin dan melindungi tenaga kerja melalui pencegahan kecelakaan kerja
dan penyakit akibat kerja (P1)
2. SMK3 adalah bagian dari SM perusahaan dalam rangka pengendalian resiko yang bertujuan
untuk terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. (P1)
 Penerapan SMK3 bertujuan untuk meningkatkan efektifitas perlindungan K3 yang terencana
dan terukur, terstruktur, dan terintegrasi, mengurangi kecelakaan kerja dan menciptakan TK
yang aman, nyaman, dan efisien untuk mendorong produktivitas (P2)
 Penerapan SMK3 dilakukan berdasarkan kebijakan nasional tentang SMK3 (P3) yaitu
pedoman perusahaan dalam menerapkan SMK3 (P4).
 Pengembangan pedoman penerapan SMK3 sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan (di bidang kesehatan minyak dan gas bumi / pertambangan)
 Setiap perusahaan wajib menerapkan SMK3 diperusahaannya dengan ketentuan pekerja
minimal 100 orang dan mempunyai tingkat potensi bahaya yang tinggi (P5) (perusahaan
yang mengakibatkan kecelakaan yang merugikan jiwa manusia, terganggunya proses
produksi dan pencemaran lingkungan kerja)
3. SMK3 meliputi:
a. Penetapan kebijakan K3
Penyusunan kebijakan K3 dilakukan melalui:
- Tinjauan awal kondisi K3
- Proses konsultasi antara pengurus dan wakil pekerja/buruh
Kebijakan K3 meliputi Visi, tujuan perusahaan, komitmen, tekad melaksanakan
kebijakan, kerangka dan program kerja yang bersifat umum/operasional (P7)
Pengusaha harus menyebarluaskan kebijakan K3 (P8) yang dapat dilakukan melalui
media papan pengumuman, brosur, verbal dalam briefing/ media elektronik lainnya.

b. Perencanaan K3 (P9)
Pengusaha harus mempertimbangkan:
1. Hasil penelaah awal yaitu untuk mengetahui posisi/kondisi/tingkat pelaksanaan K3 di
perusahaan terhadap penerapan peraturan UU K3.
2. Identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko yaitu terhadap mesin-
mesin, pesawat-pesawat, alat kerja, peralatan, bahan-bahan, lingkungan, sifat
pekerjaan, cara kerja, proses produksi dan sebagainya.
3. Peraturan perundang-undangan dan persyaratan lainnya (mencakup standar, pedoman,
dan peraturan perusahaan)
4. Sumber daya yang dimiliki yaitu personil yang memiliki kualifikasi dan kompetensi K3,
sarana K3 dan anggaran untuk program K3
Rencana K3 yang disusun oleh perusahaan berupa:
1. Tujuan dan sasaran, pengusaha harus berkonsultasi dengan wakil pekerja/buruh, ahli
K3, P2K3 dan pihak lain yang terkait
2. Skala prioritas, pekerjaan yang mempunyai tingkat risiko yang tinggi diprioritaskan
dalam perencanaan
3. Upaya pengendalian bahaya, dilakukan berdasarkan hasil penilaian risiko melalui
pengendalian teknis, administrasi, dan APD
4. Penetapan sumber daya, yaitu SDM yang kompeten, sarana & prasarana dan dana yang
memadai
5. Jangka waktu pelaksanaan,
6. Indikator pencapaian, ditentukan dengan parameter yang dapat diukur sebagai dasar
penilaian kinerja K3
7. Sistem pertanggung jawaban

c. Pelaksanaan K3
Dilakukan pengusaha dalam melaksanakan rencana K3 yang didukung oleh: (P10)
1. SDM di bidang K3 (memiliki kompetensi kerja dibuktikan sertifikat, dan kewenangan di
bidang K3 dibuktikan dengan surat izin kerja/operasi atau surat penunjukkan dari
instansi yang berwenang, eg: kementrian kesehatan),
2. Prasarana dan sarana yang terdiri dari:
a. Unit yang bertanggung jawab di bidang K3 (Perusahaan wajib membentuk P2K3,
keanggotaan terdiri dari ketua, sekretaris, dan anggota)
b. Anggaran yang memadai, (untuk keberlangsungan organisasi K3, pelatihan K3 dan
pengadaan alat K3 eg: APD)
c. Prosedur operasi/kerja, informasi, dan pelaporan serta pendokumentasian (dibuat
melalui analisa pekerjaan/ JSA oleh personil K3 yang kompeten)
d. Instruktur kerja (perintah tertulis maupun tidak tertulis untuk melaksanakan
pekejaan dengan tujuan memastikan pekerjaan sesuai persyaratan K3)

Kegiatan dalam merencanakan K3 untuk memenuhi persyaratan K3 yaitu (P11):


1. Tindakan pengendalian yaitu pengendalian terhadap kegiatan, produk/jasa yang dapat
menimbulkan risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
2. Perancangan dan rekayasa meliputi pengembangan, verifikasi tinjauan ulang, validasi
dan penyesuaian berdasarkan identifikasi sumber bahaya, penilaian dan pengendalian
risiko kecelakaan & penyakit akibat kerja
3. Prosedur dan Instruksi Kerja, harus dilaksanakan dan ditinjau ulang secara berkala
terutama jika terjadi perubahan peralatan, proses atau bahan baku
4. Penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan, perusahaan yang akan menyerahkan
sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain harus menjamin perusahaan
tersebut memenuhi persyaratan K3 dan di verifikasi oleh personal yang kompeten
5. Pembelian/pengadaan barang dan jasa perlu memperhatikan spesifikasi teknis dan aspek
K3 serta kelengkapan lembar data keselamatan bahan. Perusahaan harus menjelaskan
kepada semua pihak yang akan menggunakan barang tersebut mengenai identifikasi dan
pengendalian kecelakaan/PAK
6. Produk akhir dilengkapi dengan petunjuk pengoperasian, spesifikasi teknis, lembar data
keselamatan bahan, label dan/ informasi K3 lainnya.
7. Upaya menghadapi keadaan darurat kecelakaan dan bencana industry, perusahaan harus
memiliki prosedur terkait darurat kecelakaan/bencana industry seperti penyedia
personil, P3K dan proses perawatan lanjutan
8. Rencana dan pemulihan keadaan darurat, perusahaan harus memiliki prosedur rencana
pemulihan keadaan darurat secara cepat untuk mengembalikan kondisi yang normal
dan TK yang mengalami trauma

d. Pemantauan dan Evaluasi Kinerja K3 (P14)


Wajib bagi pengusaha (P14.1), melalui pemeriksaan, pengujian, pengukuran, dan audit
internal (P14.2), dapat menggunakan jasa pihak lain (P14.3), dilaporkan kepada pengusaha
(P14.4), Hasil pemantauan dan evaluasi digunakan untuk melakukan tindakan perbaikan
(P14.5) dan dilakukan sesuai peraturan perundang-undangan (P14.6)

e. Peninjauan dan Peningkatan Kinerja SMK3 (P15)


Perusahaan wajib melakukan peninjauan (1), peninjauan terhadap kebijakan,
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi (2), Hasil peninjauan digunakan untuk
melakukan perbaikan dan peningkatan kinerja (3).
Tinjauan ulang penerapan SMK3 meliputi:
1. Evaluasi terhadap kebijakan K3
2. Tujuan, sasaran dan kinerja K3
3. Hasil temuan audit SMK3
4. Evaluasi efektifitas penerapan SMK3 dan kebutuhan pengembangan SMK3
Perbaikan dan peningkatan kinerja berdasarkan pertimbangan:
1. Perubahan peraturan UU
2. Tuntutan dari pihak yang terkait dan pasar
3. Perubahan produk dan kegiatan perusahaan
4. Perubahan struktur organisasi perusahaan
5. Perkembangan IPTEK, termasuk epidemologi
6. Hasil kajian kecelakaan kerja dan PAK
7. Adanya pelaporan
8. Adanya saran dari pekerja/buruh

4. Penilaian SMK3 (P16) – Permen No 26 Tahun 2016


Penilaian penerapan SMK3 dilakukan oleh lembaga independen yang ditunjuk oleh
menteri atas permohonan perusahaan, yang mana penilaian ini wajib bagi perusahaan yang
memiliki potensi tingkat bahaya yang tinggi (perusahaan yang bergerak dibidang pertambangan,
minyak dan gas bumi) sesuai peraturan UU.

Penilaian yang dilakukan melalui audit SMK3 meliputi:


1. Pembangunan dan terjaminnya pelaksanaan komitmen
2. Pembuatan dan pendokumentasian rencana K3
3. Pengendalian perancangan dan peninjauan kontrak
4. Pengendalian dokumen
5. Pembelian dan pengendalian produk
6. Keamanan bekerja berdasarkan SMK3
7. Standar pemantauan
8. Pelaporan dan perbaikan kekurangan
9. Pengelolaan material dan perpindahannya
10. Pengumpulan dan penggunaan data
11. Pemeriksaan SMK3 dan
12. Pengembangan keterampilan dan kemampuan

Audit SMK3 adalah pemeriksaan secara sistematis dan independen terhadap pemenuhan
kriteria yang telah ditetapkan untuk menguur hasil suatu kegiatan yang telah direncanakan dan
dilaksanakan dalam penerapan SMK3 di perusahaan (P1).
Hasil audit dilaporan kepada Menteri dengan tembusan disampaikan kepada menteri Pembina
sector usaha, gubernur, dan bupati/walikota sebagai bahan pertimbangan dalam upaya
peningkatan SMK3 (P17)

Penilaian hasil audit SMK3 terdiri dari 3 kategori yaitu:


1. Kategori Tingkat awal  Perusahaan memenuhi 64 kriteria
2. Kategori Tingkat transisi  Perusahaan memenuhi 122 kriteria
3. Kategori Tingkat Lanjutan  Perusahaan memenuhi 166 kriteria

Tingkat penilaian penerapan SMK3 ditetapkan sebagai berikut:


1. 0-59 % termasuk tingkat penilaian penerapan kurang
2. 60-84% termasuk tingkat penilaian penerapan baik
3. 85-100% termasuk tingkat penilaian penerapan memuaskan

Kategori menurut sifatnya:


1. Kategori kritikal  mengakibatkan fatality/kematian
2. Kategori mayor  tidak memenuhi peraturan UU, tidak melaksanakan salah satu prinsip
SMK3 dan terdapat temuan minor untuk 1 kriteria audit di beberapa lokasi
3. Kategori minor  ketidakonsistenan dalam pemenuhan persyaratan peraturan UU, standar,
pedoman, dan acuan lainnya.
Dalam hal penilaian perusahaan termasuk kategori kritikal atau minor, maka dinilai belum
berhasil menerapkan SMK3

5. Pengawasan SMK3
Pengawasan dilakukan oleh pengawas ketenagakerjaan pusat, provinsi dan/ kabupaten sesuai
dengan kewenangannya (P18).
Instansi Pembina sector usaha dapat melakukan pengawasan SMK3 terhadap pelaksanaan
penerapan SMK3 sesuai peraturan UU (P19)
Hasil pengawasan yang dimaksud dari P18 dan P19 digunakan sebagai dasar dalam melakukan
pembinaan. (P20)

6. Perusahaan yang telah menerapkan SMK3, wajib menyesuaikan dengan ketentuan PP paling
lama 1 tahun (P21)

Kriteria Audit SMK3


1. Pembangunan dan Pemeliharaan Komitmen
1.1 Kebijakan K3
1.1.1 Terdapat kebijakan K3 yang tertulis, Perusahaan membuat kebijakan K3 yang
bertanggal, ditandatangani oleh pengusaha tertulis, bertanggal dan mencakup tujuan K3 dan
atau pengurus, secara jelas komitmen perusahaan mengenai pelaksanaan K3,
menyatakan tujuan dan sasaran K3 Kebijakan ditandatangani oleh pengusaha atau
serta komitmen terhadap peningkatan K3. pengurus bisa pemilik atau jabatan tertinggi ditempat
kerja.
Kebijakan minimal ada pernyataan : (pasal 2 batang
tubuh)
- Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja &
PAK
- Menciptakan tempat kerja yang aman,
nyaman dan efisien untuk mendorong
produktivitas
1.1.2 Kebijakan disusun oleh pengusaha dan/atau Harus ada proses konsultasi dengan wakil
pengurus setelah melalui proses pekerja yang bisa diwakili oleh P2K3, Serikat
konsultasi dengan wakil tenaga kerja. Pekerja, AK3 dapat dilihat pada notulensi rapat
pembahasan K3.
Pada saat review kebijakan K3 harus melibatkan
perwakilan tenaga kerja
1.1.3 Perusahaan mengkomunikasikan kebijakan K3 Bentuk komunikasi kebijakan K3 dapat melalui
kepada seluruh tenaga kerja, tamu, kontraktor, : penempelan dilokasi strategis, briefing pagi,
pelanggan, dan pemasok dengan tata cara kartu visitor, lampiran kontrak kerja, HSE bulletin
yang tepat. board, pintu masuk, induction training,dll.
1.1.4 Kebijakan khusus dibuat untuk masalah K3 Tidak wajib ada, jika diperlukan terkait tingkat resiko
yang bersifat khusus. yang ada contoh : bahan peledak, radiasi, alcohol and
drugs.

1.1.5 Kebijakan K3 dan kebijakan khusus lainnya Ada mekanisme untuk meninjau ulang kebijakan
ditinjau ulang secara berkala untuk secara berkala misal melalui manajement review
menjamin bahwa kebijakan tersebut meeting tahunan, rapat P2K3 atau rapat lainnya. Bila
sesuai dengan perubahan yang terjadi dalam ada perubahan nama perusahaan, manajemen,
perusahaan dan dalam peraturan perundang- visi, dll maka kebijakan juga harus direview.
undangan.
1.2 Tanggung Jawab dan Wewenang Untuk Bertindak
1.2.1 Tanggung jawab dan wewenang untuk Ada dokumen yang menjelaskan tanggung jawab dan
mengambil tindakan dan melaporkan kepada wewenang seseorang yang disahkan oleh
semua pihak yang terkait dalam perusahaan di manajemen perusahaan, seperti dalam hal ini
bidang K3 telah ditetapkan, diinformasikan dan penunjukan management representative (MR) untuk
didokumentasikan. mengambil tindakan dan melapor mengenai K3, salah
satu bentuk dokumen yaitu job
description/tanggung jawab K3 dalam manual K3,
dll. Harus dipastikan personil yang terkait mengetahui
hal ini.
1.2.2 Penunjukan penanggung jawab K3 harus Ada beberapa penanggung jabab K3 yang sesuai
sesuai peraturan perundang-undangan. peraturan perundangan seperti : Dokter
perusahaan (Permenaker 01/MEN/1976),
Parameids (01/MEN/1979), Sekretaris P2K3 (2/MEN
1992), Regu tanggap darurat (186/1999).

1.2.3 Pimpinan unit kerja dalam suatu Bisa dilihat dalam job descriptionnya, bukti
perusahaan bertanggung jawab atas kinerja keterlibatan misalnya turut andil dalam penilaian
K3 pada unit kerjanya. kinerja K3 unit, ikut serta dalam inspeksi K3, ikut serta
rapat K3 unit dan memantau pencapaian kinerja unit
K3.

1.2.4 Pengusaha atau pengurus bertanggung jawab Lihat tanggung jawab manajemen baik pada
secara penuh untuk menjamin pelaksanaan kebijakan K3,manual SMK3 atau job descnya.
SMK3. Bukti pelaksanaannya dapat dilihat pada kriteria
1.3.1 sampai 1.3.3 apakah sudah melaksanakan
tinjauan manajemen terkait dengan SMK3.

1.2.5 Petugas yang bertanggung jawab untuk Bisa dilihat dari sertifikat pelatihan, dokumentasi
penanganan keadaan darurat telah ditetapkan latihan darurat, absensi latihan. (note : kepmen
dan mendapatkan pelatihan. 186/men/1999)

1.2.6 Perusahaan mendapatkan saran-saran dari Bisa berupa laporan kinerja K3 dari
para ahli di bidang K3 yang berasal dari dalam konsultan/pegawai
dan/atau luar perusahaan. pengawas (luar) dan laporan audit internal K3,
inspeksi K3, laporan study banding/bench marking, dll
dari dalam perusahaan.

1.2.7 Kinerja K3 termuat dalam laporan tahunan Jelas. Kinerja K3 misal meliputi angka kecelakaan
perusahaan atau laporan lain yang setingkat. (FR & SR), jumlah klaim kecelakaan,
prestasi/penghargaan K3, % pencapaian target, dll.

1.3 Tinjauan dan Evaluasi


1.3.1 Tinjauan terhadap penerapan SMK3 meliputi Kegiatan tinjauan ulang ini dalam bentuk rapat
kebijakan, perencanaan, pelaksanaan, tinjauan manajemen yang agendanya sesuai dengan
pemantauan dan evaluasi telah dilakukan, lampiran I Permenaker PP 50 dimana didalam
dicatat dan didokumentasikan. program kerja memasukan unsur PDCA, Rapat
tinjauan manajemen ini dihadiri oleh top manajemen,
dan tidak dapat disamakan dengan rapat bulanan
P2K3.

1.3.2 Hasil tinjauan dimasukkan dalam perencanaan Lihat pada notulensi rapat tinjauan manajemen
tindakan manajemen. bentuk tindakan perbaikan atau corrective action yang
akan dilakukan apakah masuk didalam program kerja
tahun berikutnya.

1.3.3 Pengurus harus meninjau ulang Adanya ketetapan dalam prosedur yang menyatakan
pelaksanaan SMK3 secara berkala pelaksanaan RTM secara berkala. Minimal tinjauan
untuk menilai kesesuaian dan efektivitas manajemen dilaksanakan setahun sekali
SMK3.
1.4 Keterlibatan dan Konsultasi dengan Tenaga Kerja
1.4.1 Keterlibatan dan penjadwalan konsultasi Ada dokumen tentang kegiatan konsultasi
tenaga kerja dengan wakil perusahaan antara tenaga kerja dan wakil perusahaan
didokumentasikan dan disebarluaskan ke contohnya bisa forum serikat pekerja yang salah
seluruh tenaga kerja. satu agendanya mengenai K3 atau tenaga
kerja dengan kepengurusan P2K3 yang
mewakili perusahaan. Dokumentasi bisa dalam
bentuk notulensi kegiatan, jadwal atau time table
kegiatan. Wakil perusahaan adalah personil yang
ditunjuk oleh manajemen perusahaan.

1.4.2 Terdapat prosedur yang Prosedur tersebut dapat berupa pedoman atau tata
memudahkan konsultasi mengenai cara atau tahapan penyampaian masalah/issue K3
perubahan-perubahan yang mempunyai akibat perubahan di tempat kerja. Perubahan
implikasi terhadap K3. yg dimaksud bisa tempat kerja, cara kerja, alat &
bahan yang dirasa pekerja membahayakan dirinya.
Dapat dilihat dalam rekaman-rekaman terkait,
misalnya rekaman notulensi rapat P2K3,
wawancara dengan auditee mengenai tata cara
konsultasi
1.4.3 Perusahaan telah membentuk P2K3 Sesuai Buktinya dapat berupa dokumen surat
dengan peraturan perundang-undangan. penunjukan/pengesahan P2K3 dari Dinas tenaga
kerja setempat sesuai (Per-04/MEN/1987)

1.4.4 Ketua P2K3 adalah pimpinan puncak Lihat pada dokumen 1.4.3 siapa yang menjabat
atau pengurus. sebagai ketua P2K3, Seharusnya pengurus atau
pimpinan puncak perusahaan.

1.4.5 Sekretaris P2K3 adalah ahli K3 sesuai dengan Sekretaris P2K3 harus ahli K3 sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Permenaker 02/MEN/1992. Lihat pada sertifikat dan
surat penunjukan AK3.
Semua AK3 boleh (umum, konstruksi, kimia, listrik,
boiler, angkat, angkut, kebakaran)
1.4.6 P2K3 menitikberatkan kegiatan pada Lihat pada program-program K3 yang direncanakan
pengembangan kebijakan dan prosedur atau sedang dilaksanakan selama ini, Apakah ada
mengendalikan risiko. program mengenai pengembangan atau peninjauan
kebijakan dan perbaikan/pengembangan prosedur
terkait dengan pengendalian risiko terkait temuan dari
hasil penilaian risiko.

1.4.7 Susunan pengurus P2K3 Adanya dokumentasi struktur organisasi P2K3 yang
didokumentasikan dan diinformasikan kepada disosialisasikan.
tenaga kerja.
1.4.8 P2K3 mengadakan pertemuan secara Minimal dilakukan 1 kali dalam satu bulan atau sesuai
teratur dan hasilnya disebarluaskan di tempat ketentuan dalam prosedur mengenai P2K3. (kepmen
kerja. 155/MEN/1984)

1.4.9 P2K3 melaporkan kegiatannya secara Kegiatan P2K3 harus dilaporkan ke Dinas
teratur sesuai dengan peraturan setempat minimal per triwulan menggunakan format
perundang- undangan. pelaporan yang disediakan sesuai dengan
peraturan perundangan,

1.4.10 Dibentuk kelompok-kelompok kerja dan P2K3 yang dibentuk mewakili seluruh bagian
dipilih dari wakil-wakil tenaga kerja yang perusahaan
ditunjuk sebagai penanggung jawab K3 di Untuk perusahaan konstruksi harus dibentuk P2K3
tempat kerjanya dan kepadanya diberikan project (pelaporan, tidak perlu ada pengesahan)
pelatihan sesuai dengan peraturan Didiskusikan dengan Kementerian
perundang- undangan.

1.4.11 Susunan kelompok-kelompok kerja yang telah Adanya dokumentasi struktur kelompok kerja yang
terbentuk didokumentasikan disosialisasikan.
dan
diinformasikan kepada tenaga kerja.
2. Pembuatan dan Pendokumentasian Rencana K3
2.1 Rencana Strategi K3
2.1.1 Terdapat prosedur terdokumentasi untuk SOP manajemen risiko.
identifikasi potensi bahaya, penilaian, dan Tidak ada IBPR mayor pada 2.1.1; implementasi tidak
pengendalian risiko K3 lengkap minor pada 6.1.1 & 9.1.1

2.1.2 Identifikasi potensi bahaya, penilaian, dan Ada petugas/personil/tim yang melakukan
pengendalian risiko K3 sebagai manajemen risiko di tempat kerja. Kompetensi dilihat
rencana strategi K3 dilakukan oleh dari trainingnya (sertifikat pelatihan baik
petugas yang berkompeten. internal/eksternal) dan pengalaman kerjanya dan kita
lihat hasil kerjanya yaitu dokumen risk
management yang sudah ada sudah sesuai dengan
tata cara yang telah ditetapkan melalui prosedur atau
acuan terkait.
2.1.3 Rencana strategi K3 sekurang- Terdapat rencana atau program kegiatan untuk
kurangya berdasarkan tinjauan awal, mengendalikan risiko yang diidentifikasi di 2.1.1.
identifikasi potensi bahaya, penilaian, Perhatikan detil rencana tersebut. Bentuk dokumen
pengendalian risiko, dan peraturan dapat berupa program/rencana K3 atu manajemen
perundang-undangan serta informasi K3 program. Untuk melihat penerapannya dapat dilihat
lain baik dari dalam maupun luar perusahaan. dari pemantauan/monitoring program kerja yang
berkaitan dengan pengendalian risiko tersebut.
2.1.4 Rencana strategi K3 yang telah ditetapkan Dilihat pada detil dari tiap rencana/program K3
digunakan untuk mengendalikan risiko K3 mencakup tujuan/sasaran, siapa pelaksananya,
dengan menetapkan tujuan dan sasaran yang jangka waktu pelaksanaan, sumberdaya (termasuk
dapat diukur dan menjadi prioritas serta fasilitas) serta prioritas (dilihat dari hasil penilaian
menyediakan sumber daya. manajemen risiko)
Jika perusahaan tidak memiliki tujuan dan sasaran K3
masuk ke dalam temuan 2.1.4 (mayor), tidak lengkap
(minor)
2.1.5 Rencana kerja dan rencana khusus yang Rencana K3 yang disusun dan diterapkan selain dari
berkaitan dengan produk, proses, proyek atau hasil manajemen risiko dimana potensi bahaya dan
tempat kerja tertentu telah dibuat dengan insiden sudah tercakup di dalam manajemen risiko,
menetapkan tujuan dan sasaran yang dapat juga dilihat apakah catatan K3 sebelumnya seperti
diukur, menetapkan waktu pencapaian dari hasil rapat tinjauan manajemen atau hasil – hasil
dan menyediakan sumber daya. pengukuran yang menyimpang dan membutuhkan
tindak lanjut dimasukkan sebagai dasar.

2.1.6 Rencana K3 diselaraskan dengan Agar dipastikan rencana K3 merupakan bagian yang
rencana sistem manajemen perusahaan. melekat dalam proses bisnis perusahaan.
Evidence : program kerja perusahaan salah
satunya berisi program kerja K3
Diskusi Kementrian : definisi selararas?
2.2 Manual SMK3
2.2.1 Manual SMK3 meliputi kebijakan, Dokumen berupa manual SMK3 atau dokumen level I,
tujuan, rencana, prosedur K3, instruksi kerja, yang mencakup kebijakan, tujuan, rencana kerja
formulir, catatan dan tanggung jawab serta (rencana terkini bisa dalam bentuk terlampir),
wewenang tanggung jawab K3 untuk semua prosedur K3 bisa dalam bentuk matrik korelasi
tingkatan dalam perusahaan. prosedur serta job desc sesuai struktur organisasi
yang tercantum.
Menceritakan uraian 5 prinsip penerapan SMK3

2.2.2 Terdapat manual khusus yang Dokumen berupa manual khusus (misal manual untuk
berkaitan dengan produk, proses, atau pengelolaan Bahan Kimia, Limbah, Manual
tempat kerja tertentu. untuk Ergonomi, manual penanganan bahan peledak
dll)
2.2.3 Manual SMK3 mudah didapat oleh Manual disimpan pada lokasi yang mudah diakses
semua personil dalam perusahaan sesuai oleh personil perusahaan, untuk membuktikannya
kebutuhan. dapat dilihat dari lembar distribusi manual.
2.3 Peraturan perundangan dan persyaratan lain dibidang
K3
2.3.1 Terdapat prosedur yang terdokumentasi untuk Adanya prosedur yang terdokumentasi untuk
mengidentifikasi, memperoleh, memelihara melakukan identifikasi program K3 yang relefan
dan memahami peraturan perundang- dengan proses bisnis perusahaan dan evaluasi
undangan, standar, pedoman teknis, dan pemenuhannya
persyaratan lain yang relevan dibidang
K3 untuk seluruh tenaga kerja di perusahaan.
2.3.2 Penanggung jawab untuk memelihara dan Adanya PIC yang memelihara dan up date peraturan
mendistribusikan informasi terbaru mengenai perundangan K3.
peraturan perundangan, standar, pedoman
teknis, dan persyaratan lain telah ditetapkan
2.3.3 Persyaratan pada peraturan Prosedur dan IK memasukan persyaratan
perundang- undangan, standar, pedoman peraturan perundangan yang berlaku.
teknis, dan persyaratan lain yang relevan di
bidang K3 dimasukkan pada prosedur-
prosedur dan
petunjuk-petunjuk kerja.
2.3.4 Perubahan pada peraturan perundang- Jika ada perundangan K3 yang berubah untuk
undangan, standar, pedoman teknis, dan dilakukan up date dari SOP dan WI.
persyaratan lain yang relevan di bidang K3
digunakan untuk peninjauan
prosedur-
prosedur dan petunjuk-petunjuk kerja.
2.4 Informasi K3
2.4.1 Informasi yang dibutuhkan mengenai kegiatan Adaya mekanisme dalam menyebarluaskan informasi
K3 disebarluaskan secara sistematis kepada K3 dengan mengunakan papan informasi, email,
seluruh tenaga kerja, tamu, kontraktor, toolbox meeting,dll.
pelanggan, dan pemasok.
3. Pengendalian Perancangan dan Peninjauan Kontrak
3.1 Pengendalian Perancangan
3.1.1 Prosedur yang terdokumentasi Terdapat dokumen tertulis berupa prosedur
mempertimbangkan identifikasi potensi perancangan yang didalamnya ada identifikasi
bahaya, penilaian, dan pengendalian bahaya dan penilaian risiko (manajemen risiko). Lihat
risiko yang dilakukan pada tahap detil isi prosedurnya, bagaimana tahapan majemen
perancangan dan modifikasi. risiko tersebut dimasukan pada tahap perancangan?
3.1.2 Prosedur, instruksi kerja dalam penggunaan Saat perancangan dilakukan apakah juga telah dibuat
produk, pengoperasian mesin dan peralatan, WI/prosedur khusus untuk produk/sarana/proses yang
instalasi, pesawat atau proses serta informasi dirancang atau dirancang ulang berdasarkan
lainnya yang berkaitan dengan K3 telah rekomendasi dari pengendalian risiko yang telah
dikembangkan selama perancangan ditetapkan.
dan/atau
modifikasi.
3.1.3 Petugas yang berkompeten melakukan Ada personil yang ditunjuk untuk melakukan verifikasi
verifikasi bahwa perancangan dan/atau aspek K3 telah dipenuhi dalam rancangan
modifikasi memenuhi persyaratan K3 (lihat dalam tahapan prosedur perancangan
yang ditetapkan sebelum penggunaan prasyarat personil yang melakukan perancangan).
hasil rancangan. Personil ini bisa internal (misal Ahli K3) atau
eksternal (misal petugas pengawas K3, konsultan
atau Perusahaan Jasa K3 yang ditunjuk)

3.1.4 Semua perubahan dan modifikasi Lihat pada rekaman hasil modifikasi/perancangan
perancangan yang mempunyai berupa catatan atau notulensi review perancangan,
implikasi terhadap K3 checklist kesesuaian desain dengan aspek K3, tanda
diidentifikasikan, didokumentasikan, ditinjau tangan pengesahan rancangan oleh petugas di 3.1.3.
ulang dan disetujui oleh petugas yang
berwenang sebelum pelaksanaan.
3.2 Peninjauan Kontrak Auditee sebagai pemasok (memberikan pelayanan)
3.2.1 Prosedur yang terdokumentasi harus terdapat prosedur tertulis yang mencakup
mampu mengidentifikasi bahaya dan menilai proses identifikasi potensi bahaya dan
risiko K3 bagi tenaga kerja, penilaian risiko dilakukan pada kegiatan memasok
lingkungan, dan masyarakat, dimana barang dan jasa dalam suatu kontrak.Bentuk
prosedur tersebut digunakan pada saat rekamannya bisa hasil manajemen risiko pada
memasok barang dan jasa dalam suatu aktifitas pemasokan barang dan jasa serta muatan
kontrak. tentang kegiatan tersebut tercakup dalam kontrak.

3.2.2 Identifikasi bahaya dan penilaian risiko Persyaratan personil yang melakukan kegiatan
dilakukan pada tinjauan kontrak oleh tersebut tercakup diatur didalam prosedur tersebut,
petugas yang berkompeten. minimal telah mendapat pelatihan manajemen resiko
dan berpengalaman di bidangnya.
3.2.3 Kontrak ditinjau ulang untuk menjamin Bila 3.2.1 sudah ada dan diterapkan maka kriteria ini
bahwa pemasok dapat memenuhi tentunya otomatis akan dipenuhi. Disini kita melihat
persyaratan K3 bagi pelanggan. apakah prasyaratan K3 dari pelanggan telah
terpenuhi. Rekamannya adalah isi kontrak tersebut
telah memuat aspek K3 didalamnya secara jelas
sesuai dengan spesifikasi pekerjaannya,
seperti penyediaan perlengkapan alat
pelindung diri, tanggung jawab dan gugat
terhadap kecelakaan kerja, asuransi kecelakaan dll.

3.2.4 Catatan tinjauan kontrak dipelihara dan .Dokumennya berupa catatan review kontrak/checklist
didokumentasikan pemenuhan persyaratan K3 dalam suatu kontrak.
4. Pengendalian Dokumen
4.1 Persetujuan, Pengeluaran dan Pengendalian Dokumen
4.1.1 Dokumen K3 mempunyai identifikasi status, Disini kita melihat dari acuan prosedur pengendalian
wewenang, tanggal pengeluaran dan tanggal dokumen yang telah ditetapkan. Dimana status
modifikasi. dokumen bisa berupa tata cara penomoran,
wewenang bisa berupa siapa personil yang
menyetujui dokumen, terdapat tgl pengeluaran dan
modifikasi bila terjadi perubahan.
Tidak harus ada prosedur pengendalian dokumen,
tetapi jika implentasinya tidak efektif menjadi
ketidaksesuaian

4.1.2 Penerima distribusi dokumen tercantum dalam Dalam dokumen tercantum kepemilikan dokumen
dokumen tersebut. tersebut dengan mengacu pada daftar distribusi
penerima dokumen.
4.1.3 Dokumen K3 edisi terbaru disimpan secara Dokumen K3 disimpan pada lokasi tertentu yang
sistematis pada tempat yang ditentukan. memudahkan untuk diakses.
4.1.4 Dokumen usang segera disingkirkan Perusahaan harus memastikan bahwa dokumen K3
dari penggunaannya sedangkan dokumen yang sedang beredar adalah dokumen
usang yang disimpan untuk keperluan tertentu terbaru/revisi terakhir. Bila disimpan maka diberi
diberi tanda khusus. tanda misalkan “obsolete”
4.2 Perubahan dan Modifikasi Dokumen
4.2.1 Terdapat sistem untuk membuat, menyetujui Terdapat prosedur pengendalian dokumen yang
perubahan terhadap dokumen K3. mencakup tahapan proses pembuatan dan
persetujuan perubahan dokumen.
4.2.2 Dalam hal terjadi perubahan diberikan Pada dokumen yang telah berubah biasanya
alasan terjadinya perubahan dan tertera ilampirkan keterangan/alasan perubahan yang
dalam dokumen atau lampirannya dilakukan, tgl modifikasi dan siapa yang menyetujui
dan menginformasikan kepada pihak terkait. perubahan tsb atau daftar riwayat perubahan
biasanya terletak didepan atau dibelakang
dokumen terkait.
4.2.3 Terdapat prosedur pengendalian dokumen Terdapat prosedur pengendalian dokumen dimana
atau daftar seluruh dokumen yang didalamnya mempersyaratkan pembuatan masterlist
mencantumkan status dari setiap dokumen atau suatu daftar yang berisi semua
dokumen tersebut, dalam upaya mencegah judul dokumen K3 yang dipergunakan termasuk
penggunaan dokumen yang usang. statusnya (misalkan revisi terakhir beserta tanggal
revisinya)
5. Pembelian dan Pengendalian Produk
5.1 Spesifikasi Pembelian Barang dan Jasa
5.1.1 Terdapat prosedur yang terdokumentasi Terdapat prosedur tertulis mengenai prosedur
yang dapat menjamin bahwa spesifikasi pembelian barang atau jasa dimana ada spesifik
teknik dan informasi lain yang relevan K3 dan informasi lain yang terkait dicantumkan
dengan K3 telah diperiksa sebelum keputusan dalam salah satu clausul prosedur tersebut secara
untuk membeli. jelas, misalnya MSDS untuk pembelian bahan
kimia, informasi yang relevan untuk pembelian
alat pelindung
diri dll.

5.1.2 Spesifikasi pembelian untuk setiap sarana Kriteria ini merupakan aplikasi dari kriteria 5.1.1
produksi, zat kimia atau jasa harus dilengkapi dimana perusahaan dapat menunjukkan
spesifikasi yang sesuai dengan persyaratan contoh catatan purchase order yang memasukkan
peraturan perundang-undangan dan standar item K3 saat pembeliannnya secara jelas.
K3.
5.1.3 Konsultasi dengan tenaga kerja yang Kegiatan konsultasi ini dapat disebutkan dalam isi
kompeten pada saat keputusan prosedur 5.1.1 dan ditunjukkan bukti berupa notulensi
pembelian, dilakukan untuk menetapkan meeting/input dari pihak user kepada pembelian dan
persyaratan K3 yang dicantumkan dalam atau pengesahan dalam Purchasing order.
spesifikasi pembelian dan diinformasikan
kepada tenaga kerja yang
menggunakannya.
5.1.4 Kebutuhan pelatihan, pasokan alat Kebutuhan pelatihan, APD, dll ini bisa disebutkan
pelindung diri dan perubahan terhadap dalam prosedur pembelian dan dapat dibuktikan
prosedur kerja harus dipertimbangkan berupa catatan purchase order yang telah lengkap
sebelum pembelian dan penggunaannya. item K3-nya. Bentuk peninjauan ulang dapat dalam
bentuk pengesahan dalam purchasing order
atau hasil penilaian produk atau jasa yang baru
sebelum pembelian, misalnya penilaian dalam
pembelian alat pelindung diri dan lain-lain.

5.1.5 Persyaratan K3 dievaluasi dan menjadi Adanya evaluasi terhadap persyaratan K3 sebelum
pertimbangan dalam seleksi pembelian. proses pembelian dan seleksi pembelian.
5.2 Sistem Verifikasi Barang dan Jasa Yang Telah Dibeli
5.2.1 Barang dan jasa yang dibeli diperiksa Setiap barang dan jasa yang masuk harus diperiksa
kesesuaiannya dengan spesifikasi pembelian. sesuai dengan spesifikasi yang telah disetujui e
belumnya. Misal dokumen persetujuan penerimaan
barang oleh pihak gudang.
5.3 Pengendalian Barang dan Jasa Yang Dipasok
Pelanggan
5.3.1 Barang dan jasa yang dipasok Barang dan jasa yang dipasok pelanggan maksudnya
pelanggan, sebelum digunakan terlebih barang/jasa yang dipergunakan/diproses di tempat
dahulu diidentifikasi potensi bahaya dan kerja kita untuk kemudian setelah selesai
dinilai risikonya dan catatan tersebut dipelihara dikembalikan lagi kepada pelanggan. Bukti penerapan
untuk memeriksa prosedur. kegiatan ini bisa dicantumkan dalam
prosedur tersendiri atau melalui rekaman kegiatan
manajemen risiko seperti yang dilakukan pada
2.1.1 - Buktinya berupa label, penomoran atau tanda
pada barang dari pihak pelanggan

5.4 Kemampuan Telusur Produk


5.4.1 Semua produk yang digunakan dalam Jika perusahaan sudah memiliki IBPR
proses produksi dapat diidentifikasi di seluruh dengan memasukkan aspek K3 terhadap bahan
tahapan produksi dan instalasi, jika terdapat dianggap sesuai (untuk industri kimia)
potensi masalah K3.
5.4.2 Terdapat prosedur yang terdokumentasi untuk Adanya SOP mampu telusur produk yang mencakup
penelusuran produk yang telah terjual, jika antisipasi dari potensi masalah K3.
terdapat potensi masalah K3 di dalam Contoh : Pembangkit menjadi NA
penggunaannya. Diskusi Kementrian : bahan diskusi dengan
kementerian
6. Keamanan Bekerja Berdasarkan SMK3
6.1 Sistem Kerja
6.1.1 Petugas yang kompeten telah mengidentifikasi Perusahaan telah menunjuk personil
bahaya, menilai dan mengendalikan risiko untuk melakukan
yang timbul dari suatu proses kerja. manajemen risiko. Bukti penerapannya dapat dilihat
dari catatan manajemen risiko untuk setiap
tahapan proses kerja. Kompetensi petugas ini
dilihat dari sertifikat atau catatan pelatihan
manajemen risiko, job desc atau wewenangnya
atau dari track record pengalaman serta catatan
manajemen risiko sesuai dengan tata cara
perhitungan yang telah ditetapkan.

6.1.2 Apabila upaya pengendalian risiko diperlukan, Pengendalian risiko dapat dilihat dari catatan
maka upaya tersebut ditetapkan melalui tingkat manajemen risiko yang telah dibuat/diusulkan,
pengendalian. apakah pengendalian risiko yang diambil
telah mengikuti tahapan pengendalian seperti:
eliminasi, substitusi, rekayasa teknik (termasuk
Isolasi), administrasi control dan APD. Tidak
selalu administrasi control dan APD.

6.1.3 Terdapat prosedur atau petunjuk kerja yang Terdapat dokumen tertulis prosedur/WI di
terdokumentasi untuk mengendalikan risiko tempat kerja. Untuk ijin kerja misalnya hot work
yang teridentifikasi dan dibuat atas dasar permit, confined space permit,
masukan dari personil yang kompeten serta ketinggian, penggalian/kedalaman, radiasi dll,
tenaga kerja yang terkait dan disahkan oleh tergantung dari proses yang ada di tempat kerja.
orang yang berwenang di perusahaan.
6.1.4 Kepatuhan terhadap peraturan perundang- Bila ada pengembangan dan atau perubahan
undangan, standar serta pedoman teknis yang terhadap prosedur/WI maka mengacu pada
relevan diperhatikan pada peraturan, standar atau ketentuan lainnya yang
saat mengembangkan atau melakukan terkait. Biasanya pada prosedur/WI dapat kita
modifikasi atau petunjuk kerja. temukan pada kolom referensi, dimana
dalam referensi tersebut dicantumkan
section standar/acuan/peraturan yg diacu.

6.1.5 Terdapat sistem izin kerja untuk tugas berisiko Terdapat dokumen tertulis prosedur/WI di
tinggi. tempat kerja. Untuk ijin kerja misalnya hot work
permit, confined space permit,
ketinggian, penggalian/kedalaman, radiasi dll,
tergantung dari proses yang ada di tempat kerja.
6.1.6 Alat pelindung diri disediakan sesuai Lihat penerapannya di lapangan, apakah
kebutuhan dan digunakan secara benar APD disediakan sesuai dengan matriks kebutuhan
serta selalu dipelihara dalam kondisi layak APD atau yang tercantum dalam prosedur/WI
pakai. berdasarkan job safety analysisnya ? APD yang
disediakan dipakai dengan benar ? Bagaimana
kondisinya ? Ambil sampel saja. Lihat Permenaker
08 tahun 2010
6.1.7 Alat pelindung diri yang digunakan Kesesuaian APD dengan standar/Per-UU dilihat pada
dipastikan telah dinyatakan layak pakai spesifikasi teknis dari pihak supplier
sesuai dengan standar dan/atau berdasarkan informasi brosur maupun sertifikat uji
peraturan perundang- undangan yang kelayakan yang supplier kirimkan. Mereka mengacu ke
berlaku. standar mana
? Atau mungkin lihat sertifikasi produk misal SNI, BS,
ISO, dll dari APD tersebut. Lihat Permenaker 08
tahun 2010
6.1.8 Upaya pengendalian risiko dievaluasi secara Terkait dengan 6.1.1 dimana pengendalian risiko
berkala apabila terjadi ketidaksesuaian atau yang telah dilaksanakan ditinjau kembali apabila
perubahan pada proses kerja. terjadi perubahan pada proses kerja.
6.2 Pengawasan
6.2.1 Dilakukan pengawasan untuk menjamin bahwa Ada kegiatan pengawasan terhadap pelaksanaan
setiap pekerjaan dilaksanakan dengan aman pekerjaan di tempat kerja. Biasanya menjadi
dan mengikuti prosedur dan petunjuk kerja tanggung jawab supervisor atau yang setingkat.
yang telah ditentukan.
6.2.2 Setiap orang diawasi sesuai dengan tingkat Lihat kembali pada uraian tanggung jawab pada
kemampuan dan tingkat risiko tugas. 6.2.1 atau adanya kegiatan pemantauan bagi
karyawan baru atau program on the job training -
Idem dengan 6.2.1.
6.2.3 Pengawas/penyelia ikut serta dalam Lihat pada job desc-nya dan bukti penerapan berupa
identifikasi bahaya dan membuat upaya laporan inspeksi/laporan sumber bahaya atau
pengendalian. lainnya.
6.2.4 Pengawas/penyelia diikutsertakan dalam - Pengawas terlibat dalam kegiatan pelaporan dan
melakukan penyelidikan dan penyelidikan kecelakaan dan penyakit akibat
pembuatan laporan terhadap terjadinya kerja.
kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta - Lihat pada prosedur pelaporan & penyelidikan
wajib menyerahkan laporan dan saran-saran kecelakaan kerja (elemen 8) dan item pada 6.2.1
kepada pengusaha atau pengurus. (uraian job desc).
- Lihat juga pada dokumen pelaporan dan hasil
penyelidikan kecelakaan yang pernah terjadi.
6.2.5 Pengawas/penyelia ikut serta dalam proses Proses konsultasi disini bisa berupa keterlibatan
konsultasi. pengawas dalam rapat yang membahas masalah-
masalah K3 dalam area pengawasannya.
6.3 Seleksi dan Penempatan Personil
6.3.1 Persyaratan tugas tertentu Perusahaan menetapkan syarat kesehatan dalam
termasuk persyaratan kesehatan penerimaan pegawai. Lihat pada prosedur
diidentifikasi dan dipakai untuk menyeleksi penerimaan pegawai dan data-data aktifitas
dan menempatkan tenaga kerja. pemeriksaan kesehatan karyawan selama ini.
6.3.2 Penugasan pekerjaan harus berdasarkan Idem dengan 6.3.1 dan terdapat job
kemampuan dan keterampilan serta qualification untuk setiap jabatan yang
kewenangan yang dimiliki. mencakup minimal pelatihan dan latarbelakang
pendidikan serta pengalaman.
6.4 Area Terbatas
6.4.1 Pengusaha atau pengurus melakukan Adanya dokumen atau daftar daerah-daerah di
penilaian risiko lingkungan kerja tempat kerja yang memerlukan ijin masuk. Atau cek
untuk mengetahui daerah-daerah yang langsung ke lapangan atau dapat juga dilihat dari
memerlukan pembatasan izin masuk. catatan manajemen risiko yang telah dilakukan.
6.4.2 Terdapat pengendalian atas daerah/tempat Pada daerah-daerah tsb dilakukan pengendalian yang
dengan pembatasan izin masuk. dapat berupa ijin tertulis, penguncian, rambu-
rambu, dll.
6.4.3 Tersedianya fasilitas dan layanan di tempat Fasilitas disini yaitu kamar mandi, wastafel,
kerja sesuai dengan standar dan pedoman loker/ruang ganti, musholla, ruang makan, kantin,
teknis. sarana olahraga, poliklinik, alat bantu kerja seperti
tangga, lantai ruang, transportasi dll. Layanan yaitu
penyediaan air minum bersih, layanan
makan, kesehatan dll.
6.4.4 Rambu-rambu K3 harus dipasang sesuai Rambu K3 (safety sign, warning sign, poster, rambu
dengan standar dan pedoman teknis. APD, dll) dan tanda pintu dipasang sesuai standar
berdasarkan pedoman teknis/SNI, mempunyai sinyal
penerangan min 10 Lux dan berwarna hijau serta
tulisan putih serta mempunyai tanda bertulis “Keluar’
atau “Exit” di atasnya dan menghadap koridor.
6.5 Pemeliharaan, Perbaikan, dan Perubahan
Sarana
Produksi
6.5.1 Penjadualan pemeriksaan dan pemeliharaan Perusahaan mempunyai dokumen berupa jadwal
sarana produksi serta peralatan pemeliharaan sarana produksi yang dipergunakan
mencakup verifikasi alat-alat pengaman serta di tempat kerja mencakup safety device atau alat-
persyaratan yang ditetapkan oleh peraturan alat pengaman. Verifikasi mencakup alat pengaman
perundang- undangan, standar dan pedoman dapat dilihat dari checklist pemeriksaan masing-
teknis yang relevan. masing sarana produksi.
6.5.2 Semua catatan yang memuat data secara rinci Perusahaan menyimpan catatan-catatan
dari kegiatan pemeriksaan, pemeliharaan yang dilakukan, berbentuk daftar
pemeliharaan, perbaikan dan perubahan yang riwayat pemeriksaan alat baik dalam bentuk soft copy
dilakukan atas atau hard copy.
sarana dan peralatan produksi harus disimpan
dan dipelihara.
6.5.3 Sarana dan peralatan produksi memiliki Perusahaan memiliki sertifikat sarana produksi
sertifikat yang masih berlaku sesuai dengan yang masih berlaku. Beberapa sarana produksi tsb
persyaratan peraturan perundang-undangan antara lain bejana tekan (Permenaker
dan standar. 01/MEN/1082), pesawat angkat dan angkut
(Permanker 05/MEN/1985), Lift (Permenaker
03/MEN/1999), Pesawat Uap (Peraturan Uap tahun
1930). Untuk tepatnya mengacu pada lembar obyek
pengawasan dan terdapat jadwal monitoring
penjadwalan terhadap peralatan perusahaan yang
masuk dalam obyek pengawasan termasuk jadwal
kadaluarsa sertfikasi tsb beserta jadwal resertifikasi.

6.5.4 Pemeriksaan, pemeliharaan, perawatan, Lihat kompetensi personil yang melakukan kegiatan
perbaikan dan setiap perubahan harus perawatan sarana produksi tsb. (sertifikat,
dilakukan petugas yang kompeten dan lisensi, pengalamannya), jika dilakukan oleh pihak ke 3
berwenang. dapat menunjukkan CV beserta sertifikat
pelaksana berdasarkan proposal yang dikirimkan
kemudian dibandingkan dengan laporan/berita
acara penyelesaian pekerjaan apakah sama?

6.5.5 Terdapat prosedur untuk menjamin bahwa Jika Idem dengan 6.5.3. Untuk detilnya dapat dilihat pada
terjadi perubahan terhadap sarana dan isi peraturan perundangannya. Atau tanyakan apakah
peralatan produksi, perubahan tersebut pernah ada perubahan yang dilakukan?
harus sesuai dengan persyaratan
peraturan perundang-undangan, standar dan
pedoman
teknis yang relevan.
6.5.6 Terdapat prosedur permintaan pemeliharaan Terdapat tahapan prosedur mengenai kegiatan
sarana dan peralatan produksi dengan kondisi pemeliharaan dan perbaikan sarana produksi. Contoh
K3 yang tidak memenuhi persyaratan rekaman misalnya Work Order Form.
dan perlu segera diperbaiki.
6.5.7 Terdapat sistem untuk penandaan bagi Penandaan pada mesin/sarana produksi yang sedang
peralatan yang sudah tidak aman lagi untuk diperbaiki atau rusak ini dapat dituangkan dalam
digunakan atau sudah tidak digunakan. prosedur pemeliharaan yang mencakup Tag Out (TO)
bila terpisah. Lihat rekaman penandaan yang ada
bandingkan dengan prosedurnya.
6.5.8 Apabila diperlukan dilakukan Terdapat mekanisme penguncian (lihat bentuk/sistem
penerapan sistem penguncian penguncian yang digunakan) terkait dengan prosedur
pengoperasian (lock out system) untuk pemeliharaan/perbaikan atau prosedur Lock Out dan.
mencegah agar sarana produksi tidak Rekamannya dapat dilihat pada daftar pelaksanaan
dihidupkan sebelum saatnya. Lock Out dan bandingkan dengan prosedurnya.
6.5.9 Terdapat prosedur yang dapat Adanya penetapan selama proses pemeriksaan,
menjamin keselamatan dan kesehatan tenaga pemeliharaan, perbaikan, dan perubahan menjamin
kerja atau orang lain yang berada didekat K3 orang lain yang berada didekatnya, ini dapat
sarana dan peralatan produksi pada ditetapkan dalam prosedur maintenence, misalnya
saat proses berbentuk safety line, safety net dlsb (tergantung
pemeriksaan, pemeliharaan, perbaikan dan resiko)
perubahan.
6.5.10 Terdapat penanggung jawab untuk menyetujui Mengacu pada prosedur permintaan
bahwa sarana dan peralatan produksi telah pemeliharaan/perbaikan untuk menjamin sarana yang
aman digunakan setelah proses pemeliharaan, diperbaiki sudah aman untuk digunakan
perawatan, perbaikan atau perubahan. kembali. Bukti rekamannya adalah work order form
yang telah ditanda tangani oleh user setelah proses
perbaikan selesai dan bentuk pencabutan LO TO dari
personil yang berhak.
Implementasinya bisa berbentuk electronic
approval, tidak harus terdokumentasi
Diskusi Kementrian : usulan ke kementerian agar
dalam juknis hal ini terdokumentasi

6.6 Pelayanan
6.6.1 Apabila perusahaan dikontrak untuk Pelayanan atau jasa disini termasuk dalam PJK3
menyediakan pelayanan yang tunduk (perusahaan jasa K3) sesuai dengan Permenaker
pada standar dan peraturan perundang- 04/MEN/1995 yang meliputi jasa konsultan K3,
undangan mengenai K3, maka perlu disusun jasa pabrikasi ,pemeliharaan, reparasi dan instalasi
prosedur untuk menjamin bahwa pelayanan teknik K3, jasa pemeriksaan dan pengujian teknik,
memenuhi persyaratan. jasa pemeriksaan dan atau pelayanan kesehatan
kerja, jasa audit K3 dan jasa pembinaan K3.

6.6.2 Apabila perusahaan diberi pelayanan melalui Bila kita sebagai penyedia jasa tsb maka persyaratan
kontrak, dan pelayanan tunduk pada harus dipenuhi. Namun bila kita sebagai pelanggan
standar dan peraturan perundang-undangan (6.6.2) maka dapat dilihat pada elemen 5 (pada
K3, maka perlu disusun prosedur untuk prosedur pembelian) dimana sudah didetilkan
menjamin bahwa pelayanan memenuhi spesifikasi K3 ini dalam pembelian barang dan
persyaratan. jasa. Spesifikasi ini bisa berupa surat penunjukan
PJK3 dari Depnaker RI. Pada 6.6.2 perusahaan
diminta memiliki prosedur seleksi (lihat 5.1.5) dan
evaluasi subkontraktor dimana aspek K3 menjadi
prasyarat didalamnya. Bukti rekaman dapat dilihat dari
rekaman
kegiatan seleksi dan evaluasi.
6.7 Kesiapan Untuk Menangani Keadaan Darurat
6.7.1 Keadaan darurat yang potensial di dalam Perusahaan telah mengidentifikasi keadaan darurat
dan/atau di luar tempat kerja telah diidentifikasi yg
dan prosedur keadaan darurat mungkin terjadi (fire, spill, ledakan, banjir, huru
telah didokumentasikan dan diinformasikan hara,dll). Hal ini dibuktikan dengan adanya dokumen
agar diketahui oleh seluruh orang yang tertulis berupa prosedur keadaan darurat perusahaan.
ada di tempat kerja. Lihat potensi keadaan darurat di dalam prosedur KD
bandingkan dengan kondisi yang ada mengacu
kepada catatan manajemen risiko.
6.7.2 Penyediaan alat/sarana dan prosedur keadaan Prosedur tsb harus dilakukan simulasi untuk
darurat berdasarkan hasil identifikasi dan diuji mengetahui sesuai atau efektif diterapkan. Jadwal
serta ditinjau secara rutin oleh petugas simulasi paling tidak dilakukan 1 x dalam setahun
yang berkompeten dan berwenang. atau mengacu pada frekuensi pelaksanaan dalam
prosedur KD itu sendiri. Prosedur KD
dievaluasi/ditinjau ulang oleh petugas yang kompeten
(bisa bagian K3 atau pihak luar misal kerja sama dng
dinas kebakaran jika berhubungan
dengan kebakaran). Evaluasi mencakup kesesuaian
terhadap skenario prosedur, kesiapan peralatan
dan target kecepatan dan ketepatan untuk setiap
prosedur KD.
Medivac : medical evacuation, bagiamana
mengevakuasi orang hingga sampai ke RS terdekat
Simulasi untuk masing-masing keadaan darurat telah
diuji dalam waktu 3 tahun
6.7.3 Tenaga kerja mendapat instruksi dan pelatihan Perusahaan telah membuat instruksi keadaan darurat
mengenai prosedur keadaan darurat yang dan telah diinformasikan kepada seluruh karyawan
sesuai dengan tingkat risiko. dan memberikan pelatihan dalam bentuk evakuasi
Drill. Bukti rekaman adalah catatan evakuasi Drill
untuk setiap tenaga kerja mengacu kepda
prosedur KD yang sesuai dengan tingkat risiko
6.7.4 Petugas penanganan keadaan Khusus petugas darurat telah diberi pelatihan spesifik
darurat ditetapkan dan diberikan pelatihan darurat sesuai dengan peran dan tugasnya. Rekaman
khusus serta diinformasikan kepada dapat berupa daftar hadir dan atau sertifikat pelatihan
seluruh orang yang ada di tempat kerja. serta catatan pelatihan terkait. Untuk tim
kebakaran dapat mengacu ke Kepmenaker
186/MEN/1999.
Untuk migas mengacu peraturan migas
6.7.5 Instruksi/prosedur keadaan darurat dan Jelas. Verifikasi dilakukan dng melihat kondisi
hubungan keadaan darurat di lapangan bukti rekaman yaitu IK, peta
diperlihatkan secara jelas dan menyolok serta evakuasi, terdapat arah panah menuju pintu keluar
diketahui oleh seluruh tenaga kerja di terdekat & aman menuju titik berkumpul terlihat jelas
perusahaan. dan terang pada jarak 20 M mempunyai penerangan
min 10 lux. Dimana instruksi tsb jelas, singkat, terlihat
pada jarak 20 M dan semua tenaga kerja
memahaminya. Dan hubungan KD (nomor kontak
KD terpampang jelas) dan diketahui oleh seluruh
tenaga kerja.

6.7.6 Peralatan, dan sistem tanda bahaya Lihat pada catatan-catatan inspeksi, pengujian dan
keadaan darurat disediakan, diperiksa, sertifikat hasil pengujian, dan laporan
diuji dan dipelihara secara berkala maintenancenya beserta penjadwalannya. Seperti
sesuai dengan peraturan perundang- peralatan Hydran, sprinkle, detector, fire alarm,
undangan, standar dan pedoman teknis yang APAR, pompa hydran, emergency lamp, emergency
relevan. shower, breathing Apparatus dll.
Ch: Instalasi proteksi kebakaran 02/MEN/1983

6.7.7 Jenis, jumlah, penempatan dan kemudahan Posisi alat darurat (APAR, Hidran, Spill Kit, Shower,
untuk mendapatkan alat keadaan darurat telah kotak P3K,dll) jelas dilihat, tidak terhalang dan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan bertanda jelas oleh karyawan. Termasuk ketepatan
atau standar dan dinilai oleh petugas yang dalam spesifikasi alat KD yang disediakan
berkompeten dan berwenang. berdasarkan potensi bahayanya.
Ch: APAR PERMEN 04/MEN/1980
6.8 Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
6.8.1 Perusahaan telah mengevaluasi alat P3K dan Ada kegiatan pengecekan terhadap kondisi isi dari
menjamin bahwa sistem P3K yang kotak P3K, biasanya berupa checklist tentang
ada memenuhi peraturan perundang- kelengkapan obat, jumlah pemakaian, penggantian,
undangan, standar dan pedoman teknis. dll. Sesuai dengan Permenaker N0 15 tahun 2008
Jika ada ruang P3K dengan isi lengkap, maka dalam
radius 500 m tidak perlu disediakan kotak P3K

6.8.2 Petugas P3K telah dilatih dan ditunjuk Ada petugas P3K yang ditunjuk. Petugas ini bisa dari
sesuai dengan peraturan perundangan- karyawan atau orang medis diklinik yang ditunjuk
undangan. sebagai petugas P3K. Pelatihan P3K bagi petugas
yang ditunjuk sesuai dengan Permenaker N0
15 tahun 2008.
6.9 Rencana dan Pemulihan Keadaan Darurat
6.9.1 Prosedur untuk pemulihan kondisi tenaga kerja Adanya penetapan prosedur rencana pemulihan
maupun sarana dan peralatan produksi setelah terjadinya keadaaan darurat, program
yang mengalami kerusakan telah penyembuhan fisik dan trauma pasca terjadinya
ditetapkan dan dapat diterapkan sesegera bencana.
mungkin setelah terjadinya kecelakaan dan
penyakit akibat kerja.
7. Standar Pemantauan
7.1 Pemeriksaan Bahaya
7.1.1 Pemeriksaan/inspeksi terhadap tempat kerja Ada jadwal reguler kegiatan inspeksi ini. Bisa
dan cara kerja dilaksanakan secara teratur. dilihat pada tabel jadwal atau prosedur inspeksi
atau dari hasil laporan inspeksi yang telah dilakukan
beberapa waktu sebelumnya. Inspeksi cara
kerja dapat mengacu kepada job safety analysis
dan inspeksi tempat kerja dapat mengacu kepada
housekeeping.

7.1.2 Pemeriksaan/inspeksi dilaksanakan oleh Inspeksi dilakukan secara bersama oleh


petugas yang berkompeten dan berwenang wakil pengurus dan wakil karyawan dengan syarat
yang telah memperoleh pelatihan mengenai telah mengikuti pelatihan identifikasi potensi bahaya.
identifikasi bahaya. Bukti dapat dilihat dari rekaman hasil inspeksi
siapa yang melakukan dan posisinya.
7.1.3 Pemeriksaan/inspeksi mencari masukan dari Jelas. Inspeksi bukan saja hanya mengacu pada
tenaga kerja yang melakukan tugas di tempat checklist tapi juga memberi ruang masukan diluar
yang diperiksa. checklist. Lihat dari catatan inspeksi apakah terdapat
masukan dari petugas yang melakukan tugas
di tempat yang diperiksa.
7.1.4 Daftar periksa (check list) tempat kerja Jelas, Dokumen berupa checklist inspeksi tempat
telah kerja sesuai dengan kondisi tempat kerjanya.
disusun untuk digunakan pada saat
pemeriksaan/inspeksi.
7.1.5 Laporan pemeriksaan/inspeksi berisi Lihat cc laporan inspeksi dengan mengacu pada
rekomendasi untuk tindakan perbaikan prosedur inspeksi.
dan diajukan kepada pengurus dan P2K3
sesuai
dengan kebutuhan.
7.1.6 Pengusaha atau pengurus telah menetapkan Penetapan penanggungjawab perbaikan.
penanggung jawab untuk
pelaksanaan tindakan perbaikan dari
hasil laporan
pemeriksaan/inspeksi.
7.1.7 Tindakan perbaikan dari hasil Terdapat catatan monitoring status penyelesaian
laporan pemeriksaan/inspeksi dipantau terhadap tindakan koreksi dari temuan-temuan
untuk menentukan efektifitasnya. inspeksi dan kemudian tindakan perbaikan yang telah
dilakukan telah dinilai keefektifannya dalam arti tidak
menimbulkan bahaya baru.
7.2 Pemantauan/Pengukuran Lingkungan Kerja
7.2.1 Pemantauan/pengukuran lingkungan kerja Adanya dokumentasi/laporan hasil pemantauan
dilaksanakan secara teratur dan hasilnya lingkungan kerja. Interval waktu pelaksanaannya
didokumentasikan, dipelihara dan digunakan disesuaikan dengan ketentuan/standar yang berlaku
untuk penilaian dan pengendalian risiko. dapat melihat pada UKL dan UPL.
7.2.2 Pemantauan/pengukuran lingkungan kerja Lihat pada Kepmenaker NOMOR ER.13/MEN/X/2011
meliputi faktor fisik, kimia, biologi, ergonomi TAHUN 2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor
dan psikologi. Fisika dan Kimia.
- Lihat pada Kepmenaker 187/MEN/1999 tentang
pengendalian bahan kimia berbahaya di tempat
kerja.
- Faktor biologis misalnya nilai baku mutu air
minum, pengawasan terhadap kualitas makanan
karyawan,dll.
- Faktor radiasi dapat mengacu pada ketentuan
dari BAPETEN (Badan Pengawas Tenaga Nuklir)
Indonesia.

7.2.3 Pemantauan/pengukuran lingkungan kerja Pengukuran dan penilaian faktor fisika dan faktor
dilakukan oleh petugas atau pihak yang kimia di tempat kerja dilaksanakan oleh Pusat
berkompeten dan berwenang dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Balai
dalam dan/atau luar perusahaan. Keselamatan dan Kesehatan Kerja, serta Balai
Hiperkes dan Keselamatan Kerja atau pihak-pihak
lain yang ditunjuk Menteri.
Diskusi Kementrian : kompetensi pihak yang
berwenang untuk melakukan pengukuran lingkungan
kerja (lihat pasal 13 kepmen 13/men/x/2011), boleh
gak dilakukan secara internal oleh pihak perusahaan?
(lihat penjelasan di halaman 19 PP 50)
Jika belum dilakukan oleh petugas yang mendapat
pelatihan/berkompeten masuk ke dalam temuan
minor

7.3 Peralatan Pemeriksaan/Inspeksi, Pengukuran dan


Pengujian
7.3.1 Terdapat prosedur yang Ada prosedur tertulis mengenai hal tersebut. Alat ukur
terdokumentasi mengenai identifikasi, disini misalnya noisemeter (kebisingan), luxmeter
kalibrasi, pemeliharaan dan penyimpanan (pencahayaan), gas detector (gas-gas kimia),dll. Bila
untuk alat pemeriksaan, ukur dan uji alat-alat disediakan dari pihak luar maka
mengenai K3. mereka/suplier/kontraktor harus dapat menunjukkan
hasil pengujiannya. Hal ini bisa diidentifikasi pada
saat tahap kontrak dan pembelian jasa mereka.
Ref : untuk klinik permenkes no.
363/menkes/per/iv/1998 tentang pengujian dan
kalibrasi alat kesehatan

7.3.2 Alat dipelihara dan dikalibrasi oleh petugas Jelas. Lihat kualifikasi petugas yang melakukan
atau pihak yang berkompeten dan berwenang kalibrasi alat tersebut atau catatan pelatihannya.
dari dalam dan/atau luar perusahaan.
7.4 Pemantauan Kesehatan Tenaga Kerja
7.4.1 Dilakukan pemantauan kesehatan tenaga kerja Ada kegiatan serta dokumentasi mengenai kegiatan
yang bekerja pada tempat kerja yang pemantauan kesehatan tenaga kerja. Terutama
mengandung potensi bahaya tinggi sesuai pemeriksaan kesehatan khusus seperti misalnya
dengan peraturan perundang-undangan. pengecekan darah untuk melihat kontaminasi
bahan kimia, audiometri untuk fungsi pendengaran
7.4.2 Pengusaha atau pengurus telah melaksanakan kebisingan, rontgen untuk penyakit
identifikasi keadaan dimana pemeriksaan saluran pernafasan,dll. Hasil identifikasi dalam
kesehatan tenaga kerja perlu dilakukan dan bentuk daftar program pemeriksaan kesehatan
telah melaksanakan sistem untuk membantu karyawan yang dilakukan dan tata cara atau
pemeriksaan ini. prosedur untuk pemeriksaan kesehatan tenaga kerja
ini.
7.4.3 Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja Dokter perusahaan yang sesuai dengan Permenaker
dilakukan oleh dokter pemeriksa yang ditunjuk 01/MEN/1976 tentang kewajiban latihan hyperkes
sesuai peraturan perundang-undangan. bagi dokter perusahaan dan mendapat surat
penunjukkan sesuai permen 02/MEN/1980
7.4.4 Perusahaan menyediakan pelayanan Detil pelayanan kesehatan yang diberikan mengacu
kesehatan kerja sesuai peraturan pada Permenaker 03/MEN/1982 tentang pelayanan
perundang- undangan. kesehatan TK
7.4.5 Catatan mengenai pemantauan kesehatan Jelas. Diwajib untuk memberikan pelaporan setiap
tenaga kerja dibuat sesuai dengan aktifitas pemeriksaan kesehatan mengacu
peraturan perundang-undangan. kepada Per.02/MEN/1980
8. Pelaporan dan Perbaikan Kekurangan
8.1 Pelaporan Bahaya
8.1.1 Terdapat prosedur pelaporan bahaya Perusahaan mempunyai prosedur pelaporan
yang berhubungan dengan K3 dan sumber bahaya dan tenaga kerja tahu cara
prosedur ini diketahui oleh tenaga kerja. pelaporan tersebut. Dokumen berupa prosedur
pelaporan, formulir pelaporan bahaya/ketidaksesuaian.
8.2 Pelaporan Kecelakaan
8.2.1 Terdapat prosedur terdokumentasi Dokumen berupa prosedur tata cara pelaporan
yang menjamin bahwa semua kecelakaan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
kerja, penyakit akibat kerja, kebakaran Ada dokumen pelaporan kecelakaan dan atau
atau peledakan serta kejadian berbahaya penyakit akibat kerja kepada pihak Disnaker
lainnya di tempat kerja dicatat dan setempat atau dalam laporan triwulan P2K3
dilaporkan sesuai dengan peraturan perusahaan ke Disnaker. Ketentuan ini diatur
perundang-undangan. dalam Permenaker No.03/MEN/1998 tentang Tata
Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan.
Near miss tetap dilaporkan

8.3 Pemeriksaan dan pengkajian Kecelakaan


8.3.1 Tempat kerja/perusahaan mempunyai Dokumennya sama dengan 8.2.1 dimana
prosedur pemeriksaan dan bisa dijadikan satu prosedur yaitu pelaporan
pengkajian kecelakaan kerja dan penyakit dan penyelidikannya.
akibat kerja.
8.3.2 Pemeriksaan dan pengkajian kecelakaan kerja - Perusahaan telah menetapkan personil
dilakukan oleh petugas atau Ahli K3 yang perusahaan yang akan melakukan penyelidikan.
ditunjuk sesuai peraturan perundang- Kompetensinya bisa dilihat pada pelatihan atau
undangan atau pihak lain yang sertifikat pelatihan yang telah dimilikinya.
berkompeten
dan berwenang.
8.3.3 Laporan pemeriksaan dan pengkajian berisi - Lihat dan cek pada dokumen laporan kecelakaan
tentang sebab dan akibat serta selama ini, apakah sudah tertera saran dan
rekomendasi/saran dan jadwal waktu jadwal perbaikannya.
pelaksanaan usaha perbaikan.
8.3.4 Penanggung jawab untuk melaksanakan - Lihat pada dokumen laporan kecelakaan siapa
tindakan perbaikan atas laporan penanggung jawab tindakan perbaikan tsb?
pemeriksaan dan pengkajian telah ditetapkan. Apakah beliau sudah diinformasikan mengenai
tanggung jawabnya ini ?
8.3.5 Tindakan perbaikan diinformasikan kepada - Verifikasi dilakukan dengan melihat proses saat
tenaga kerja yang bekerja di tempat terjadinya penyelidikan dilakukan. Apakah melibatkan
kecelakaan. tenaga kerja saat mengumpulkan informasi atau saat
mendiskusikan tindakan perbaikan yang akan
dilakukan ? Cross check dengan pekerja yang
terkait ! Atau sertakan tandatangan pekerja.
8.3.6 Pelaksanaan tindakan perbaikan dipantau, - Perusahaan melakukan verifikasi terhadap
didokumentasikan dan diinformasikan ke tindakan perbaikan yang diusulkan dalam
seluruh tenaga kerja. laporan kecelakaan.
8.4 Penanganan Masalah
8.4.1 Terdapat prosedur untuk menangani Ada prosedur penyampaian masalah-masalah K3 di
masalah keselamatan dan kesehatan yang tempat kerja. Masalah ini bisa berupa hal-hal seperti;
timbul dan sesuai dengan peraturan lingkungan kerja yang kurang nyaman dan aman,
perundang-undangan yang berlaku. cara kerja, kesehatan dalam bekerja, atau keluhan-
keluhan lainnya. Tenaga kerja sudah mengetahui tata
cara pelaporan masalah ini. Sebenarnya prosedur ini
bisa disatukan dengan prosedur pelaporan bahaya
pada 8.4.1. Penyampaian kemajuan bisa dalam
bentuk rapat K3 operasional/toolbox meeting.

9. Pengelolaan Material dan Perpindahannya


9.1 Penanganan Secara Manual dan Mekanis
9.1.1 Terdapat prosedur untuk mengidentifikasi Prosedur yang dimaksud yaitu prosedur
potensi bahaya dan menilai risiko manajemen risiko seperti pada 2.11 dan 6.1.1
yang berhubungan dengan penanganan tetapi kriteria ini lebih fokus pada kegiatan
secara manual dan mekanis. penanganan bahan secara manual dan mekanis.
Bukti penerapan lihat hasil laporan risk
assessment pada kegiatan yang dimaksud ini.
9.1.2 Identifikasi bahaya dan penilaian risiko Verifikasi petugas yang melakukan risk assessment
dilaksanakan oleh petugas yang berkompeten ini.
dan berwenang.
9.1.3 Pengusaha atau pengurus menerapkan dan Verifikasi ke lapangan apakah rekomendasi tindakan
meninjau cara pengendalian risiko yang pengendalian risiko dari laporan risk assessment
berhubungan dengan penanganan diterapkan di tempat kerja. Bukti rekaman yaitu
secara manual atau mekanis. terdapat monitoring dari program kerja
dari pengendalian risiko yang diambil.
9.1.4 Terdapat prosedur untuk penanganan bahan Terdapat prosedur tertulis untuk penanganan
meliputi metode pencegahan terhadap kemungkinan kerusakan, tumpahan dan
terhadap kerusakan, tumpahan dan/atau kebocoran.
kebocoran.
9.2 Sistem Pengangkutan, Penyimpanan dan Pembuangan
9.2.1 Terdapat prosedur yang menjamin bahwa Semua kriteria ini dapat ditunjukkan dengan suatu
bahan disimpan dan dipindahkan dengan cara prosedur dan penerapannya mengenai penanganan
yang aman sesuai dengan peraturan bahan agar teratur dan rapi dalam
perundang-undangan. penyimpanan (housekeeping), prosedur tersebut
mencakup penanganan terhadap sifat bahan
khususnya kadaluarsa bahan seperti pengaturan
pengeluaran dan pencatatan masa kode bahan,
penempatan bahan sesuai dengan sifat bahan,
bahan dalam kondisi siap pakai.

9.2.2 Terdapat prosedur yang menjelaskan Bila tidak dipakai akan dibuang dengan cara yang
persyaratan pengendalian bahan yang dapat aman bagi lingkungan berikut juga limbahnya dibuang
rusak atau kadaluarsa. dengan cara yang aman seperti untuk
pembuangan limbah oli dipersyaratkan ke
penampung yang mempunyai ijin dan limbah cair ke
PPLI dan lain-lain.
Bukti pelaksanaan pembuangan dalam dilihat dari
manifestnya.

9.2.3 Terdapat prosedur yang menjamin bahwa Bahan-bahan yang ditangani sesuai dengan
bahan dibuang dengan cara yang aman sesuai peraturan perundangan seperti penyimpanan bahan
dengan peraturan perundang-undangan. peledak, penyimpanan gas-gas dengan tabung
atau bejana
9.3 Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya (BKB)
9.3.1 Perusahaan telah mendokumentasikan dan Ada prosedur tertulis mengenai kegiatan-kegiatan
menerapkan prosedur tersebut untuk bahan berbahaya. Bisa
mengenai penyimpanan, penanganan dan berupa prosedur atau instruksi kerja terkait
pemindahan BKB sesuai dengan dengan penggunaan bahan kimia tsb. Peraturan yg
persyaratan peraturan perundang-undangan, mengatur tentang B3 yaitu PP no.74 tahun
standar dan pedoman teknis yang relevan. 2001 tentang Pengendalian Bahan Kimia di tempat
kerja.
9.3.2 Terdapat Lembar Data Keselamatan BKB Lembar data ini dikenal juga dengan nama
(Material Safety Data Sheets) MSDS(material Safety Data Sheet). Seharusnya
meliputi keterangan mengenai keselamatan tempat kerja mempunyainya dan bisa didapatkan dari
bahan sebagaimana diatur pada pihak suplier bahan kimia. (Dipersyaratkan pada
peraturan perundang-undangan dan elemen 5 dalam pembelian bahan). Rekaman MSDS
dengan mudah dapat diperoleh. ini ditemukan baik ditempat yang menyimpan maupun
yang menggunakan. MSDS ini sebaiknya
bersifat komunikatif artinya dimegerti oleh yang
membacanya.

9.3.3 Terdapat sistem untuk mengidentifikasi Ada pelabelan pada wadah bahan kimia. Yang
dan pemberian label secara jelas pada bahan penting label ini diketahui oleh para user bahan kimia
kimia berbahaya. maksudnya. Buktinya semua wadah bahan
kimia mempunyai label yang jelas yaitu nama zat,
sifat bahaya/rambu bahaya dan tindakan bila
Keadaan darurat.
9.3.4 Rambu peringatan bahaya terpasang sesuai Rambu peringatan ini menjelaskan bahaya dari bahan
dengan persyaratan peraturan kimia yang ada ditempat kerja. Misalnya: rambu sifat
perundang- undangan dan/atau standar yang bahan tsb, rambu peringatan seperti flammable,
relevan. explosive, poison dll.
Permen LH 03 Th 2008.
9.3.5 Penanganan BKB dilakukan oleh petugas yang Pihak user telah mendapatkan pelatihan mengenai
berkompeten dan berwenang. bahaya bahan kimia serta tata cara pemakaian yang
aman dari bahan tersebut. Lihat pada catatan
pelatihan atau sertifikat pelatihan.
10. Pengumpulan Dan Penggunaan Data
10.1 Catatan K3
10.1.1 Pengusaha atau pengurus telah Perusahaan telah menetapkan prosedur yang
mendokumentasikan dan menerapkan mengatur pengelolaan terhadap catatan-catatan K3
prosedur pelaksanaan identifikasi, tersebut. Bukti rekamannya yaitu prosedur
pengumpulan, pengarsipan, pemeliharaan, pengendalian catatan dimana aplikasinya adalah
penyimpanan dan penggantian catatan K3. terdapat masterlist catatan K3 yang minimal
mencakup masa simpan dan lokasi penyimpanan.
Dimana definisi catatan K3 ini berupa formulir K3
yang sudah terisi misal form kecelakaan, inspeksi,
NCR audit, dll.

10.1.2 Peraturan perundang-undangan, standar dan Tercakup didalam prosedur pengendalian dokumen
pedoman teknis K3 yang relevan dipelihara yaitu mengenai pengendalian dokumen eksternal,
pada tempat yang mudah didapat. dimana aplikasinya terdapat daftar Undang-undang,
peraturan, standar dan pedoman teknis yang relevan
dimana selalu, diupdate untuk mengetahuinya
dapat dilihat dari tanggal penerbitan dan juga pada
daftar tersebut dicantumkan lokasi penyimpanannya.

10.1.3 Terdapat prosedur yang menentukan Buktinya dapat kita lihat pada prosedur pengendalian
persyaratan untuk menjaga catatan apakah terdapat klausul yang
kerahasiaan catatan. mempersyaratkan kerahasian catata, seperti
bagaimana prosedur mengaksesnya, menyimpan dan
memusnakannya. Contoh catatan yang bersifat
rahasia yaitu: medical check up.
10.1.4 Catatan kompensasi kecelakaan dan Catatan kompensasi kecelakaan seperti asuransi dan
rehabilitasi kesehatan tenaga kerja dipelihara. rehabilitasi kesehatan yaitu catatan berupa catatan
proses penyebuhan dari sakit baik akibat kecelakaan
kerja maupun penyakit akibat kerja termasuk
rekomendasi pemindahan ketempat kerja lain untuk
sementara waktu atau tetap bila disarankan oleh
personalia.

10.2 Data dan Laporan K3


10.2.1 Data K3 yang terbaru dikumpulkan Data-data K3 perusahaan dapat berupa; data-data
dan dianalisa. kecelakaan kerja minimal FR dan SR, Medical
cost, laporan penyakit kerja, data % hasil inspeksi,
data pencapaian kinerja program K3, data
pemantauan lingkungan kerja(misal kebisingan,
NAB, dll) yang mana kesemua data itu dianalisa.
tabel, matriks, atau grafik atau yang lainnya adalah
bentuk pengolahan data sedangkan analisa data
mencakup terhadap analisa untuk mencari akar
permasalahan dari pengolahan data yang
dilakukan dan mencakup sampai pada tindakan
koreksi maupun pencegahan.

10.2.2 Laporan rutin kinerja K3 dibuat Laporan rutin K3 misalnya; laporan yang
dan disebarluaskan di dalam tempat kerja. berhubungan dengan kinerja K3 termasuknya didalam
monitoring terhadap program K3.
11. Pemeriksaan SMK3
11.1 Audit Internal SMK3
11.1.1 Audit internal SMK3 yang Perusahaan memiliki jadwal kegiatan audit internal
terjadwal dilaksanakan untuk memeriksa SMK3 dan telah dilaksanakan sesuai jadwal
kesesuaian kegiatan perencanaan dan untuk tsb mengacu kepada prosedur audit internal. Lihat
menentukan efektifitas kegiatan tersebut. pada laporan audit internal yang ada. Buktinya harus
dapat dipastikan 166 dari kriteria ini telah di audit
dalam setahun, untuk melihat efektifitasnya dapat
dilihat dari presentasinya secara kuantitatif.

11.1.2 Audit internal SMK3 dilakukan oleh petugas - Petugas atau auditor internal SMK3 harus
yang independen, berkompeten dan kompeten yakni telah dibekali dengan
berwenang. pemahaman mengenai isi SMK3 dan standar audit
SMK3 ini. Lihat pada catatan
latihan/sertifikat pelatihan audit internal atau pada
contoh hasil laporannya selama ini. Independen
yakni ia tidak mengaudit bagiannya sendiri.
- Sesuai dengan Permenaker No 18 Tahun
2008. Dan sesuai dengan SK DIRJEN
Pembinaan Pengawasanan Ketenagakerjaan Nomor
: KEP. 24/PPK/V/2006 Tentang Pedoman dan
Pelatihan dan Penunjukan Auditor SMK3.
- Diperkuat oleh Surat Edaran kepada
Direktur Sucofindo B:66/DJPPK-P2K/V/2007.
11.1.3 Laporan audit didistribusikan - Tiap laporan hasil audit ada daftar distribusi
kepada pengusaha atau pengurus dan penerima dokumen laporan tsb.
petugas lain yang berkepentingan dan
dipantau untuk
menjamin dilakukannya tindakan perbaikan.
12. Pengembangan Keterampilan dan Kemampuan
12.1 Strategi Pelatihan
12.1.1 Analisis kebutuhan pelatihan K3 sesuai Terdapat TNA (training need analysis) yang
persyaratan peraturan perundang-undangan mencakup mengenai kebutuhan pelatihan K3. Lihat
telah dilakukan. pada matriks training
12.1.2 Rencana pelatihan K3 bagi semua tingkatan Lihat pada program pelatihan tahunan perusahaan
telah disusun. kemudian komposisi peserta pelatihannya.
12.1.3 Jenis pelatihan K3 yang dilakukan harus Lihat kembali pada matriks pelatihan K3
disesuaikan dengan kebutuhan untuk dengan disuaikan dengan job qualifikasinya. Perhatian
pengendalian potensi bahaya. khusus untuk pelatihan yang dipersyaratkan oleh
per-UU seperti; operator forklift, crane, regu
kebakaran, ahli K3.
12.1.4 Pelatihan dilakukan oleh orang atau badan Kriteria ini terkait dengan pihak ketiga yang digunakan
yang berkompeten dan berwenang sesuai jasanya untuk mengadakan pelatihan. Hal ini diatur
peraturan perundang-undangan. dalam Permenaker No.04/MEN/1994 tentang
Perusahaan Jasa K3. Kesesuaian ini bisa dipastikan
dalam kontrak pembelian jasa.
12.1.5 Terdapat fasilitas dan sumber daya Perusahaan menyediakan fasilitas (kelas, board,
memadai untuk pelaksanaan pelatihan yang OHP, LCD,dll) dan sumber daya (trainer, dana) untuk
efektif. kegiatan pelatihan (khususnya bila pelatihan
bersifat internal).
12.1.6 Pengusaha atau Catatan pelatihan seperti daftar hadir, jadwal,
pengurus mendokumentasikan dan dll disimpan dan di file termasuk daftar riwayat
menyimpan catatan seluruh pelatihan. pelatihan per karyawan.
12.1.7 Program pelatihan ditinjau secara teratur untuk Setiap selesai program pelatihan sebaiknya dibuat
menjamin agar tetap relevan dan efektif. lembar evaluasi terhadap pelaksanaan pelatihan.
Pada prosedur pelatihan ada tahapan dimana semua
program pelatihan selama setahun dievaluasi untuk
menentukan apakah masih relevan atau
perlu peningkatan lebih lanjut. Termasuk
prosentasi keberhasilan pelatihan yang telah diikuti.

12.2 Pelatihan Bagi Manajemen dan Penyelia


12.2.1 Anggota manajemen eksekutif dan pengurus Manajemen senior terlibat dalam kegiatan pelatihan
berperan serta dalam pelatihan yang K3. Terlibat disini termasuk ikut serta dalam pelatihan,
mencakup penjelasan tentang kewajiban minimal pelatihan penjelasan tentang
hukum dan prinsip-prinsip serta pelaksanaan kewajiban hukum dan prinsipprinsip serta
K3. pelaksanaan K3 Dokumen yang dilihat yaitu
catatan pelatihan, sertifikat (jika ada) atau
kegiatan yang diikuti seperti seminar, dll.
12.2.2 Manajer dan pengawas/penyelia menerima Pelatihan disini bukan hanya pelatihan K3 yang
pelatihan yang sesuai dengan peran dan sesuai
tanggung jawab mereka. dengan peran dan tugasnya namun juga yang
berhubungan dengan kompetensi pekerjaannya.
Kesesuaiannya dapat dilihat pada job qualifikasinya
dan atau matrik pelatihan mereka. Buktinya lihat
rekaman pelatihan dari sertifikat atau daftar riwayat
pelatihan mereka.

12.3 Pelatihan Bagi Tenaga Kerja


12.3.1 Pelatihan diberikan kepada semua tenaga Setiap tenaga kerja baru mendapatkan pelatihan
kerja termasuk tenaga kerja baru dan yang bagaimana bekerja dengan aman termasuk
dipindahkan agar mereka dapat melaksanakan pengenalan mengenai K3. begitu pula dengan tenaga
tugasnya secara aman. kerja yang dipindahkan ke bagian yang baru. Lihat
pada prosedur pelatihan, catatan pelatihan.
12.3.2 Pelatihan diberikan kepada tenaga Perubahan sarana produksi atau proses dapat
kerja apabila di tempat kerjanya terjadi menimbulkan bahaya baru maka tenaga kerja
perubahan sarana produksi atau proses. harus diinformasikan mengenai bahaya ini.
12.3.3 Pengusaha atau pengurus memberikan Pelatihan penyegaran ini tergantung
pelatihan penyegaran kepada semua tenaga kebutuhan/persyaratan yang ada. Misal pelatihan
kerja. darurat 1 tahun sekali, pelatihan P3K, pelatihan
B3 dll.
12.4 Pelatihan Pengenalan dan Pelatihan Untuk
Pengunjung
dan Kontraktor
12.4.1 Terdapat prosedur yang menetapkan Ada program pelatihan pengenalan K3 bagi tenaga
persyaratan untuk memberikan taklimat kerja.Lihat pada materi pelatihan, jadwal pelatihan
(briefing) kepada pengunjung dan mitra dan absensi pelatihan pengenalan K3. - Ada prosedur
kerja guna menjamin K3. safety induction bagi tamu atau mitra kerja. Bisa
dalam bentuk pembagian selebaran, training khusus,
lampiran kontrak, dll.
12.5 Pelatihan Keahlian Khusus
12.5.1 Perusahaan mempunyai sistem yang Perusahaan melakukan identifikasi terhadap
menjamin kepatuhan terhadap persyaratan kebutuhan pelatihan yang memang dipersyaratkan
lisensi atau kualifikasi sesuai dengan dalam peraturan perundangan. Lihat pada TNA atau
peraturan perundangan untuk melaksanakan matriks pelatihan yang ada. Beberapa pelatihan
tugas khusus, melaksanakan pekerjaan atau tsb yaitu;
mengoperasikan peralatan. - Ahli K3 : Permenaker 02/MEN/1992
- Operator Uap : Permenaker 01/MEN/1988
- Operator angkat angkut : Permenaker 09/MEN/2010
- Regu Kebakaran : Kepmenaker 186/MEN/1999
- Ahli K3 kimia
- Juru las
- Operator alat angkat-angkut
- Paramedis
- dll

Anda mungkin juga menyukai