Anda di halaman 1dari 24

TUGAS MINYAK & GAS BUMI

DR. Dr. Sajidi Hadipoetro, Sp.KL, MSc.

STRES FISIK &


PSIKOSOSIAL
MARET 2016

Dhita Octriani
1506805856

MAGISTER KEDOKTERAN KERJA


DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
INDONESIA
JAKARTA

BAB I
PENDAHULUAN
Industri minyak dan gas bumi merupakan industri berat. Dalam pengolahannya
menjadi sumber energi yang dapat dikonsumsi manusia, industri minyak dan gas bumi dibagi
menjadi dua tahap aktivitas, yaitu industri hulu dan industri hilir. Industri hulu meliputi
eksplorasi dan eksploitasi. Industri hulu sendiri bisa dilakukan di lepas laut (offshore) atau di
daratan (onshore). Sedangkan industri hilir meliputi tahap pengolahan, pengangkutan,
penyimpanan dan niaga. Eksport dan import minyak dan gas bumi juga termasuk dalam
industri hilir.1,2
Sebagai industri berat, industri minyak dan gas bumi memiliki berbagai potential
hazard yang dapat mengganggu kesehatan dan keselamatan pekerja. Oleh karena itu, perlu
diadakan berbagai upaya untuk mengatasi berbagai potential hazard di tempat kerja, supaya
keselamatan dan kesehatan pekerja dapat terus terjaga, dan produktivitas pekerja pun semakin
meningkat.
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai aspek stressor fisik maupun psikososial
yang berpengaruh terhadap kesehatan dan keselamatan para pekerja terutama di kegiatan hulu
baik onshore maupun offshore.

1
Tugas Minyak & Gas Bumi: Stresor Fisik dan Psikososial

BAB II
PEMBAHASAN

Undang-Undang No. 22 tahun 2001 mendefinisikan minyak bumi sebagai hasil proses
alami berupa hidrokarbon yang dalam kondisi tekanan dan temperatur atmosfer berupa fasa
cair atau padat, termasuk aspal, lilin, mineral atau ozokerit, dan bitumen yang diperoleh dari
proses penambangan, tetapi tidak termasuk batu bara atau endapan hidrokarbon lain yang
berbentuk padat yang diperoleh dari kegiatan yang tidak berkaitan dengan kegiatan usaha
minyak dan gas bumi. Sementara, gas bumi merupakan hasil proses alami berupa
hidrokarbon yang dalam kondisi tekanan dan temperatur atmosfer berupa fasa gas yang
diperoleh dari penambangan minyak dan gas bumi.
Proses Produksi Minyak dan Gas Bumi Minyak dan gas bumi saat ini dihasilkan di
hampir seluruh bagian dunia, dari sumur kecil milik pribadi dengan produksi 100 barrel per
hari sampai sumur dengan produksi 4000 barrel per hari. Dari kedalaman reservoir 20 meter
sampai dengan sumur berkedalaman 3000 meter dengan kedalaman laut lebih dari 2000
meter. Dari sumur onshore berilai 10.000 dollar sampai pengembangan offshore bernilai 10
milyar dollar. Meskipun sangat beragam, banyak bagian dari proses kurang lebih sama secara
prinsip.

BAHAYA
Hazard atau bahaya merupakan sumber potensi kerusakan atau kondisi yang
berpotensi menimbulkan kerugian. Sesuatu disebut sebagai sumber bahaya hanya jika
memiliki risiko menimbulkan hasil yang negatif. 3
Bahaya diartikan sebagai potensi dari rangkaian sebuah kejadian untuk muncul dan
menimbulkan kerusakan atau kerugian. Jika salah satu bagian dari rantai kejadian hilang,
maka suatu kejadian tidak akan terjadi. Bahaya terdapat dimana-mana baik di tempat kerja
atau di lingkungan, namun bahaya hanya akan menimbulkan efek jika terjadi sebuah kontak
atau eksposur.
Dalam terminologi kesehatan dan keselamatan kerja (K3), bahaya diklasifikasikan
menjadi dua, yaitu:
1. Bahaya Keselamatan Kerja (Safety Hazard)
2
Tugas Minyak & Gas Bumi: Stresor Fisik dan Psikososial

Merupakan jenis bahaya yang berdampak pada timbulnya kecelakaan yang dapat
menyebabkan luka (injury) hingga kematian, serta kerusakan property perusahaan.
Dampaknya bersifat akut. Jenis bahaya keselamatan antara lain:
a. Bahaya Mekanik, disebabkan oleh mesin atau alat kerja mekanik seperti tersayat,
terjatuh, tertindih, atau terpeleset.
b. Bahaya Elektrik, disebabkan peralatan yang mengandung arus listrik.
c. Bahya Kebakaran, disebabkan oleh substansi kimia yang bersifat mudah terbakar
(flammable).
d. Bahaya peledakan, disebabkan oleh substansi kimia yang sifatnya explosive.
2. Bahaya Kesehatan Kerja (Health Hazard)
Merupakan jenis bahaya yang berdampak pada kesehatan, menyebabkan gangguan
kesehatan dan penyakit akibat kerja. Dam[aknya bersifat kronis. Jenis bahaya
kesehatan antara lain:
a. Bahaya Fisik, antara lain kebisingan, getaran, radiasi ion dan non-pengion, suhu
ekstrim dan pencahayaan.
b. Bahaya Kimia, antara lain nerkaitan dengan material atau bahan seperti antiseptik,
aerosol, insektisida, debu, mist, fumes, gas, vapour.
c. Bahaya Biologi, antara lain yang berkaitan dengan makhluk hidup yang berada di
lingkungan kerja yaitu bakteri, virus, protozoa dan fungi (jamur) yang bersifat
patogen.
d. Bahaya Ergonomi, antara lain repetitive movement, static posture, manual
handling, dan postur janggal.
e. Bahaya Psikososial, antara lain beban kerja yang terlalu berat, hubungan dan
kondisi kerja yang tidak nyaman.
Dalam makalah ini khusus akan dibahas masalah potensi bahaya fisik dan
psikososial pada pekerja migas
POTENSI BAHAYA FISIK PADA PEKERJA MIGAS
Physical Hazards: sering dikatakan kurang penting dibandingkan dengan chemical
hazard namun sebenarnya tidaklah demikian. Karena physical hazard dapat menyebabkan
berbagai macam masalah kesehatan, kecelakaan, bahkan kematian. Sumber bahaya fisik
sangatlah luas dan tidak dapat diremehkan, namun yang dapat menyebabkan gangguan
kesehatan dan kecelakaan kerja adalah:
3
Tugas Minyak & Gas Bumi: Stresor Fisik dan Psikososial

1. Kebisingan4,5
Kebisingan atau noise adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan
dalam tingkat dan waktu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan
kenyamanan lingkungan.
Efek dari penggunaan mesin-mesin dan peralatan yang berkekuatan tinggi yang
digunakan di Industri Migas dapat menyebabkan timbulnya kebisingan di tempat kerja.
Sumber kebisingan di industri ini berasal dari mesin dan peralatan yang digunakan untuk
produksi minyak dan gas termasuk transformer (trafo), mesin, motor, generator, pompa, rig
pengeboran, dan pipa-pipa, termasuk juga alat-alat transportasi yang digunakan.
Secara teori, nilai ambang batas kebisingan adalah 85-90 dB dengan waktu
pemaparan selama 8 jam per hari secara terus menerus selama 3-10 tahun pada frekuensi
sedang adalah 1000-3000Hz dan frekuensi tinggi adalah 4000-8000Hz tanpa menggunakan
Alat pelindung diri (APD) dapat menyebabkan seseorang tenaga kerja mengalami kerusakan
organ pendengaran.
Ketulian akibat bising atau yang lazim disebut trauma bising atau Noise Induced
Hearing Loss (NILH), terjadi secara perlahan-lahan dan tidak dirasakan oleh tenaga kerja.
Pada saat tenaga kerja merasa ada gangguan pendengaran umumnya sudah ada dalam
keadaan permanen yang bersifat irreversible.
Efek lainnya bising dapat

menyebabkan seseorang mengalami kehilangan

pendengaran (perubahan ambang batas sementara akibat kebisingan dan perubahan ambang
batas akibat kebisingan); akibat fisiologis (rasa tidak nyaman dan stres meningkat, tekanan
darah meningkat, sakit kepala dan mudah lelah); gangguan emosional (cepat marah dan
kebingungan); gangguan gaya hidup (gangguan tidur atau istirahat dan hilangnya konsentrasi
bekerja); dan gangguan pendengaran (berkurang kemampuan

mendengarkan TV, radio,

komunikasi, telepon) yang semua ini akan berpengaruh terhadap produktivitas kerja.
Kejadian trauma bising dapat dilacak dengan melakukan wawancara dan pemeriksaan secara
audiometris.
Sayangnya, fakta menunjukan bahwa banyak efek kesehatan karena bising akibat
operasi minyak dan gas belum terdokumentasi secara ilmiah. Kurangnya studi ilmiah bukan
berarti bahwa masalah kebisingan yang berhubungan dengan minyak dan gas tidak penting.
Keluhan umum yang terkait dengan pengembangan minyak dan gas adalah bising keras terus
menerus selama fase pengeboran; bising keras jangka pendek dari pembakaran atau
kerusakan hidrolik; suara intermiten dari pompa pengangkat (pump jack) yang kurang
4
Tugas Minyak & Gas Bumi: Stresor Fisik dan Psikososial

terpelihara dan peralatan lainnya; dan suara keras atau suara frekuensi rendah dari kompresor.
Sejumlah pekerja telah melaporkan gangguan tidur dan peningkatan kecemasan yang
disebabkan oleh kebisingan dari pengembangan minyak dan gas
2. Getaran5
Getaran atau Vibrasi adalah faktor fisik yang ditimbulkan oleh subjek dengan gerakan
isolasi misalnya mesin, peralatan atau perkakas kerja yang bergetar dan memajani pekerja
melalui transmisi. Jenis getaran ada 2, yaitu: Hand Arm Vibration (HAV): Getaran yang
terjadi pada tangan, pada umumnya terjadi pada penggunaan peralatan kerja tangan seperti
mesin compactor, chain saw, scalling hammer, bor, gerinda, dll; dan Whole Body Vibration
(WBV): Getaran yang mengenai seluruh tubuh, seperti pada pengemudi alat berat, orang
yang bekerja pada lantai yang bergetar (platform), dll.
Salah satu detail penelitian yang dilakukan di industri minyak dan gas selama 19981999 terhadap pendekatan industri lepas pantai dalam menilai dan mengendalikan risiko
HAV telah terbit. Hal yang tidak terduga adalah bahwa penggunaan alat genggam yang
bergetar lebih banyak daripada yang diperkirakan sebelumnya. Di antara perusahaan yang
disurvei, termasuk kontraktor, kurang lebih 1800 pekerja dilaporkan menggunakan peralatan
genggam bergetar.
Berdasarkan hal tersebut diperkirakan terdapat 2000-3000 pekerja di seluruh sektor
minyak dan gas yang secara terus menerus terpapar risiko HAV. Peralatan yang diketahui
paling sering digunakan dan menghasilkan getaran tinggi yaitu penggiling (grinder), nail
gun, kunci pas, alat bor udara dan palu untuk menciping (chipping hammer). Juga dilaporkan,
tetapi kurang sering digunakan yaitu nibbler, scrabblers, bor udara (air drills), mesin potong,
mesin polish lantai dan pengikir.
Pajanan getaran pada tangan secara reguler dan sering dapat menimbulkan 2 efek
kesehatan permanen, yaitu Hand Arm Vibration dan Carpal Tunnel Syndrome. Hand-Arm
Vibration Syndrome (HAVS) atau white finger phenomenon adalah istilah yang digunakan
untuk menggambarkan cidera yang terjadi pada tangan dan lengan yang disebabkan oleh
paparan berlebihan terhadap alat getar. Jari jemari menjadi putih diakibatkan oleh sirkulasi
darah yang buruk yang merusak pembuluh darah dan jaringan. Carpal Tunnel Syndrome
(CTS) menimbulkan efek rasa geli, mati rasa, dan tangann lemah yang bisa mengurangi
kemampuan bekerja di kondisi dingin atau basah. Gejala dari dua efek kesehatan di atas bisa
datang dan pergi namun dengan pajanan HAV yang terus-menerus, efek tersebut bisa
5
Tugas Minyak & Gas Bumi: Stresor Fisik dan Psikososial

berlangsung lama dan permanen dan menyebabkan sakit, menyusahkan, dan gangguan tidur.
Hal ini bisa terjadi hanya dalam beberapa bulan pemajanan, namun kebanyakan kasus bisa
terjadi lebih dari beberapa tahun.
Paparan WBV, biasanya diawali dengan sakit pungguh bagian bawah dan mengalami
tidak nyaman di bagian punggung ketika perjalan. Pada sistem syaraf, yaitu kelainan syaraf
sensoris yang menimbulkan paraestesia/ kesemutan, menurunnya sensitivitas, gangguan
membedakan (deterionity) selanjutnya atrofi Gangguan penglihatan, mata paling banyak
dipengaruhi oleh getaran mekanis. Pada frekuensi sampai 4 Hz, mata masih dapat mengikuti
getaran-getaran antara kepala dan sasaran, sedangkan frekuensi selanjutnya mata sudah tidak
dapat mengikuti lagi. Maka pada frekuensi tinggi, penglihatan dapat terganggu. Gangguan
kerja oleh getaran adalah akibat gangguan menggerakkan tangan dan menurunnya ketajaman
penglihatan.
Pada akhir tahun 1999,

penggunaan sistem yang lebih baik untuk menilai risiko

(termasuk mengukur atau menilai tingkat getaran peralatan), pembelian dan kontrol alat
dengan getaran yang lebih rendah (seperti membatasi dan mencatat waktu penggunaan alat
getar), dan pengembangan training oleh industri minyak dan gas mulai berlangsung secara
luas.
3. Pencahayaan
Pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan
untuk melaksanakan kegiatan secara efektif. Pencahayaan merupakan salah satu faktor untuk
mendapatkan keadaan lingkungan yang aman dan nyaman dan berkaitan erat dengan
produktivitas manusia. Pencahayaan yang baik memungkinkan orang dapat melihat objekobjek yang dikerjakannya secara jelas dan cepat.
Pencahayaan yang tidak didesain dengan baik akan menimbulkan gangguan atau
kelelahan penglihatan selama kerja. Pengaruh pencahayaan yang kurang memenuhi syarat
akan mengakibatkan kelelahan mata sehingga berkurangnya daya dan efisiensi kerja,
kelelahan mental, keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala di sekitar mata dan
kerusakan indra mata. Selanjutnya pengaruh kelelahan pada mata tersebut akan bermuara
kepada penurunan performansi kerja, termasuk kehilangan produktivitas, kualitas kerja
rendah, banyak terjadi kesalahan dan kecelakan kerja meningkat.
4.

Radiasi6

6
Tugas Minyak & Gas Bumi: Stresor Fisik dan Psikososial

Radiasi adalah gelombang atau partikel berenergi tinggi yang berasal dari sumber alami
atau sumber yang sengaja dibuat oleh manusia.
Teknologi berbasis radiasi merupakan alat yang bernilai dan banyak digunakan oleh
industri minyak dan gas, di berbagai bidang seperti eksplorasi minyak dan gas, produksi,
inspeksi industri, kilang, analisis laboratorium, dan pemeriksaan keamanan. Semua
perlengkapan, peralatan dan mesin memiliki bahaya terkait dengan penggunaannya, begitu
pula dengan teknologi yang berbasis radiasi juga memiliki potensi bahaya. Hal terpenting
adalah mengikuti prosedur operasi dan perlindungan yang tepat untuk memaksimalkan
manfaat dan meminimalkan risiko teknologi tersebut.
Naturally occurring radioactive materials (NORM) merupakan elemen radioaktif yang
selalu hadir dalam kerak bumi dan ditemukan secara alami di lingkungan. Ini termasuk
uranium, thorium, radium, dan radon. Konsentrasi NORM biasanya rendah; namun
peningkatan dapat timbul sebagai akibat dari aktivitas manusia.
Dalam industri minyak dan gas, NORM dapat berbentuk cairan dan gas. Tindakan
pencegahan khusus yang diperlukan untuk menangani , mengangkut , dan membuang bahanbahan ini. Pekerja bisa terkena NORM melalui paparan dari sumber eksternal ( radiasi ) atau
ketika bahan radioaktif masuk ke dalam tubuh (contohnya melalui inhalasi, tertelan, atau
terserap). Efek kesehatan dari paparan tergantung pada intensitas radiasi, durasi paparan, dan
organ-organ yang target. Paparan NORM jangka panjang di atas ambang batas yang
diperbolehkan berhubungan dengan pembentukan kanker .
Radiasi menyebabkan terionisasinya molekul sel di dalam jaringan tubuh. Ionisasi
adalah terlepasnya elektron dari atom, yang menyebabkan suatu atom menjadi atom
bermuatan atau ion bebas. Ion yang terbentuk menjadi lebih reaktif dan dengan mudah
bereaksi atau mengoksidasi atom lain dalam suatu sel jaringan yang menyebabkan sel
menjadi rusak.
Sel jaringan juga bisa rusak karena dosis yang rendah, sebagaimana setiap hari
menerima radiasi pengion dari sumber radiasi alam, akan tetapi sel jaringan dapat
memperbaiki dirinya secara alamiah dan cepat. Setiap hari jutaan sel di tubuh mati, dan tubuh
kita dapat menggantinya dengan cepat atau terjadi regenerasi sel, tidak ada risiko karena
matinya sel-sel jaringan tubuh. Yang perlu mendapat perhatian adalah apabila terjadi
kerusaan sel yang menyebabkan pertumbuhan sel yang abnormal. Pada kondisi sel rusak
yang tumbuh secara abnormal dapat menjadi apa yang kita kenal sebagai kanker. Hal inilah
7
Tugas Minyak & Gas Bumi: Stresor Fisik dan Psikososial

yang menjadi dasar meningkatnya risiko kanker karena terpapar dengan radiasi pengion, baik
dari radiasi alam maupun buatan.
5.

Kondisi iklim mikro dalam kasus panas yang ekstrim dan dingin7
Iklim (cuaca) atau suhu kerja mempengaruhi daya kerja. Produktivitas, efisiensi dan

efektivitas kerja sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim (cuaca) kerja.


Banyak perusahaan minyak dan gas memiliki operasi di iklim yang ekstrim, dan
pekerjaan ini dapat menimbulkan sejumlah bahaya, termasuk temperatur yang ekstrem, angin
dan kelembaban. Ini dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius pada seorang
individu terpapar.
Iklim kerja yang termonetral (suhu netral), jadi tidak dingin sehingga tidak
menyebabkan tenaga kerja kedinginan atau tidak panas sehingga tenaga kerja tidak gerah
kepanasan biasanya kondusif tidak hanya untuk melaksanakan pekerjaan tetapi juga untuk
memperoleh hasil kerja yang baik. Pada kisaran suhu termonetral untuk bekerja, terdapat
suhu nyaman atau mendukung untuk bekerja.
Panas. Suhu panas terutama berakibat menurunkan prestasi kerja berfikir. Penurunan
kemampuan berfikir demikian sangat luar biasa terjadi sesudah suhu udara melampaui 32oC.
Suhu panas mengurangi kelincahan, memperpanjang waktu reaksi dan memperlambat waktu
pengambilan keputusan, mengganggu kecermatan kerja otak, mengganggu koordinasi syaraf
perasa dan motoris, serta memudahkan emosi untuk dirangsang.
Pekerja didalam lingkungan panas, seperti di sekitar boiler, oven, tungku atau bekerja
diluar ruangan seperti dibawah terik matahari dapat mengalami tekanan panas. Tekanan
panas memerlukan upaya tambahan pada anggota tubuh untuk memelihara keseimbangan
panas. Reaksi fisiologis tubuh (Heat Strain) oleh karena peningkatan temperature udara diluar
comfort zone adalah seperti, vasodilatasi, denyut jantung meningkat, temperatur kulit
meningkat dan suhu inti tubuh pada awalnya turun kemudian meningkat dan lain lain.
Selanjutnya apabila pemaparan tekanan panas terus berlanjut, maka risiko terjadi gangguan
kesehatan juga akan meningkat
Gangguan kesehatan akibat pemaparan suhu lingkungan panas yang berlebihan dapat
mengakibatkan:
a.

Gangguan perilaku dan performansi kerja seperti, terjadinya kelelahan, sering melakukan
istirahat curian, dan lain lain.

8
Tugas Minyak & Gas Bumi: Stresor Fisik dan Psikososial

b.

Dehidrasi, yaitu kehilangan cairan tubuh yang berlebihan yang disebabkan baik oleh
penggantian cairan yang tidak cukup maupun karena gangguan kesehatan.

c.

Heat cramps, yaitu kejang kejang otot tubuh (tangan dan kaki) akibat keluarnya
keringat yang menyebabkan kehilangan garam natrium dari tubuh yang kemungkinan
besar karena minum terlalu banyak dengan sedikit garam natrium.

d.

Heat Syncope atau Fainting disebabkan karena aliran darah ke otak tidak cukup karena
sebagian besar aliran darah dibawa ke permukaan kulit atau perifer yang disebabkan
karena pemaparan suhu tinggi.

e.

Heat Exhaustion, keadaan ini tejadi apabila tubuh kehilangan terlalu banyak cairan dan
atau kehilangan garam. Gejalanya mulut kering, sangat haus, lemah, dan sangat lelah.
Gangguan ini biasanya banyak dialami oleh pekerja yang belum terbiasa terhadap suhu
udara yang panas (Tarwaka, 2004)
Dingin. Pengeluaran panas akibat paparan terus-menerus terhadap dingin memengaruhi

kemampuan tubuh untuk memproduksi panas sehingga akan mengakibatakan hipotermia.


Hipotermia diklasifikasikan melalui pengukuran suhu inti: ringan: 33-36; Sedang: 30-33;
Berat: 27-30; dan sangat berat: <30. H
Hipotermia aksidental biasanya terjadi secara berangsur dan tidak diketahui selama
beberapa jam. Ketika suhu tubuh turun menjadi 35C, orang yang mengalami hipotermia
mengalami gemetar yang tidak terkontrol, hilang ingatan, depresi, dan tidak mampu menilai.
Jika suhu tubuh turun dibawah 34,4c, frekuensi jantung, pernapasan, dan tekanan
darah turun. Jika hipotermia terus berlangsung, disritmia jantung akan berlangsung,
kehilangan kesadaran, dan tidak responsif terhadap stimulus nyeri. Paparan terhadap dingin
dapat menyebabkan suhu tubuh menurun. Panas yang dibentuk tubuh atau diperoleh tidak
cukup untuk mengimbangi kehilangan panas sehingga suhu tubuh menjadi rendah <35
Celcius atau hipotermia. Tubuh akan berusaha untuk mengatasinya dengan cara gemetar,
suatu respons bawah sadar untuk meningkatkan suhu tubuh melalui aktivitas otot. Suhu
lingkungan tidak perlu sangat dingin untuk mencetuskan hipotermia.
Jangan berpendapat bahwa di daerah tropis tidak mungkin terjadi hipotermia.
Hipotermia dapat terjadi akibat penderita berada di alam terbuka untuk waktu yang cukup
lama. Ada beberapa keadaan yang memperburuk hipotermia yaitu suhu rendah, faktor angin,
air, usia penderita, kesehatan penderita, penyakit yang sudah diderita atau cedera yang terjadi,
alkohol dan penyalahgunaan obat dan kekurangan makanan
9
Tugas Minyak & Gas Bumi: Stresor Fisik dan Psikososial

6.

Ruangan Terbatas6

Ruang terbatas adalah daerah tertutup atau sebagian tertutup yang cukup besar bagi
seorang pekerja untuk masuk. Ruangan ini tidak dirancang untuk bekerja secara teratur, tetapi
pekerja mungkin perlu untuk memasuki ruang terbatas untuk tugas-tugas seperti inspeksi,
pembersihan, pemeliharaan, dan perbaikan. Pintu masuk yang kecil kecil, tinggi, atau tata
letak yang rusak dapat membuat proses masuk dan keluar sulit dan dapat mempersulit
prosedur penyelamatan.
Masuk ke ruang terbatas bisa sangat berbahaya. Pekerja tidak boleh masuk ruang
tersebut kecuali dengan pelatihan yang tepat, peralatan, dan prosedur di tempat. Pekerja dapat
meninggal karena mereka tidak tahu kondisi ruangan yang mereka masuki berbahaya dan
karena itu tidak mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan.
Ruang terbatas yang umum di industri minyak dan gas, terutama dalam operasi
pengolahan. ruang terbatas meliputi: tangki penyimpanan, tabung proses dan reaksi, boiler,
saluran ventilasi dan exhaust, terowongan dan lubang, dan pipa-pipa.
Penilaian bahaya harus dilakukan untuk setiap ruang terbatas di tempat kerja
sebelum pekerja memasuki ruang tertutup, pengusahan harus mempersiapkan dan
melaksanakan program ruang tertutup yang mencakup prosedur kerja tertulis untuk masuk ke
dalam dan bekerja di masing-masing ruang terbatas dengan aman.

POTENSI BAHAYA PSIKOSOSIAL PADA PEKERJA MIGAS


Bahaya Psikososial digunakan untuk menggambarkan faktor apapun yang dapat
menyebabkan tekanan atau bahaya psikologis , dan efek kesehatan utama yaitu stres. Bahaya
psikososial terdiri dari bahaya psikologis dan sosial.
Bahaya psikologis disebabkan karena tekanan waktu dan tekanan kerja semakin sering
umum pada beberapa dekade terakhir. Pekerjaan monoton, pekerjaan yang membutuhkan
konsentrasi konstan, jam kerja yang tidak teratur, kerja-shift, kerja terisolasi atau tanggung
jawab yang berlebihan untuk masalah manusia atau ekonomi, juga dapat memiliki efek
psikologis yang merugikan. Stres psikologis dan kelebihan kerja telah dikaitkan dengan
gangguan tidur, burn-out syndrome dan depresi. Bukti epidemiologi menunjukan peningkatan
risiko gangguan kardiovaskular, terutama penyakit jantung koroner dan hipertensi terkait
dengan stres kerja.

10
Tugas Minyak & Gas Bumi: Stresor Fisik dan Psikososial

Kondisi sosial kerja seperti distribusi gender dan pemisahan pekerjaan dan adanya (atau
kurangnya) kesetaraan di tempat kerja, dan hubungan antara manajer dan karyawan,
dmeningkatkan kekhawatiran mengenai adanya stres di tempat kerja. Banyak layanan dan
pegawai publik mengalami tekanan sosial dari pelanggan, klien atau masyarakat, yang dapat
meningkatkan beban kerja psikologis.
Bahaya psikososial pada pekerja minyak dan gas lepas pantai sebagai stressor
potensial dapat dikategorikan sebagai berikut:
ORGANISASI KERJA
Kerja shift / long hours8,39,40,34,12,30,23
Sejumlah penelitian telah dilakukan tentang dampak jam kerja, jadwal kerja dan
kerja shift, dan telah menemukan bahwa kerja shift berpotensi menimbulkan stres pada
pekerja. Akerstedt (1990) mendefinisikan kerja shift merupakan pengaturan jam kerja yang
mempekerjakan dua atau lebih tim (shift) pekerja untuk memperpanjang jam operasi di luar
dari jam kantor konvensional. Seperti diketahui, produksi berlangsung terus menerus dalam
industri minyak bumi, dan ini membutuhkan jadwal shift. Ini berarti bahwa para pekerja
minyak lepas pantai harus bekerja tugas shift saat di platform; baik itu siang atau malam hari.
Menurut penelitian, pola kerja lepas pantai pekerjaan minyak dan gas bisa memiliki pola 3-3
(yaitu tiga minggu lepas pantai bergantian dengan tiga minggu cuti) atau yang lebih sering
adalah pola 2-2 (yaitu dua minggu lepas pantai bergantian dengan dua minggu cuti di darat).
Parkes (2007) menyebutkan bahwa durasi standar shift adalah 12 jam untuk shift siang atau
shift malam. Ini berarti bahwa 2 minggu tugas meliputi minimal 168 jam kerja.
Beberapa efek dari kerja shift pada kesehatan adalah manifestasi dari efek
terganggunya irama sirkadian (circadian desynchrony) dari bekerja shift malam; gejala
berkurangnya kebugaran antara pekerja shift seperti sindrom kelelahan kronis, stres dan
mudah tersinggung, kualitas tidur berkurang, gangguan gastro-intestinal dan peningkatan
faktor risiko penyakit jantung.
Berbagai penelitian juga telah mengaitkan kerja shift dengan peningkatan kejadian
diabetes, hipertensi, resistensi insulin, gangguan metabolisme lipid dan kanker payudara.
Hubungan antara kerja shift dan kanker payudara mungkin benar dan mungkin tidak benar
karena faktor yang berperan seperti paparan poli hidrokarbon aromatik (PAH) lepas pantai,
gaya hidup dan faktor lain yang tidak diketahui mungkin juga bertanggung jawab untuk
kanker (yang dapat mucul pada setiap bagian tubuh).
Tugas malam 38,31
11
Tugas Minyak & Gas Bumi: Stresor Fisik dan Psikososial

Kerja shift malam menyebabkan desinkronisasi periode pekerjaan dan tidur dengan
irama sirkadian (jam biologis tubuh). Desinkroni ini menyebabkan penurunan kewaspadaan,
kelelahan, gangguan tidur dan respon metabolik normal makanan yang dikonsumsi di malam
hari, dan akibatnya dapat merugikan kesehatan dan keselamatan. Banyak karyawan yang
bekerja dengan shift 12 jam mengalami masalah terkait dengan perlunnya penyesuaian
sirkadian. Ada peningkatan risiko kecelakaan akibat berkurangnya kewaspadaan dan
akumulasi kelelahan selama shift malam dalam penelitian pada kerja shift pekerja minyak
yang bekerja di darat dan lepas pantai untuk perusahaan minyak dan gas Norwegia,
disebutkan bahwa di antara para pekerja lepas pantai, pengaturan shift yang paling
berhubungan dengan masalah sosial dan domestik /keluarga adalah satu periode lepas pantai
siang hari dan satu periode malam. Bekerja di malam hari membuat karyawan merubah ritme
harian mereka setelah 14 hari dengan shift malam 12 jam untuk beradaptasi dengan ritme
normal harian. Meskipun studi ini mengungkapkan beberapa temuan yang bermanfaat,
namun tidak dapat diterapkan untuk pengaturan lepas pantai lainnya karena pola kerja shift
Perusahaan Gas dan Minyak Norwegia adalah 2 - 4 (yaitu 2 minggu bekerja, dan 4 minggu
cuti) yang artinya tidak stres seperti pola kerja shift 2 2 atau 3 - 3.

LINGKUNGAN KERJA

Paparan Hazard 22,56


Beberapa bahaya yang berhubungan dengan pekerjaan lepas pantai yang sudah

teridentifikasi antara lain bepergian dengan helikopter, cuaca buruk, dekat dengan
hidrokarbon, risiko tabrakan dengan kapal yang lewat. Pekerja minyak dan gas lepas pantai
terpapar berbagai bahaya yang dapat menyebabkan kecemasan, seperti risiko ledakan api,
blow out, benda jatuh, jatuh ke laut dalam, bahan kimia beracun, suhu, ruang, kebisingan.
Kesadaran terhadap bahaya dan potensi kejadian tersebut dapat menyebabkan stres,
kecemasan pada pekerja. Pengalaman dari kejadian sebelumnya juga dapat menyebabkan
gangguan stres di pekerja.
Menurut studi tindak lanjut jangka panjang pada pekerja yang selamat dari bencana
platform Piper Alpha Oil (pengeboran minyak platform Laut Utara) pada 6 Juli 1988 di utaratimur pantai Skotlandia dimana167 orang meninggal, dan 59 pekerja selamat insiden tersebut.
36 dari 59 korban diwawancarai. Mayoritas korban (35 dari 36) merasa kehilangan teman;
(31 dari 36) berpikir mereka mungkin saja mati pada saat itu; (31 dari 36) melihat seseorang
yang telah terluka parah atau terbunuh; dan (21/36) melihat seseorang yang terbunuh atau
12
Tugas Minyak & Gas Bumi: Stresor Fisik dan Psikososial

terluka. Mayoritas korban (22/36) menyatakan bahwa efek jangka panjang terburuk dari
bencana itu adalah dampaknya pada kondisi emosional dan psikologis dan pada hubungan
mereka. 33 dari 36 pekerja yang diwawancarai dihubungi sepuluh tahun kemudian (1998).
73% (24/33) masih memiliki diagnosis post-traumatic stress disorder (PTSD), dan kriteria
diagnostik (PTSD) yang paling berat untuk ditemukan pada (7/33) yang selamat lebih dari 10
tahun setelah bencana. Lebih dari sepertiga (12/33) merasa bersalah karena selamat ( 'Aku
seharusnya tidak selamat') setelah 10 tahun, dan (23/33) melaporkan rasa bersalah yang akut.
Selanjutnya, sering disebutkan bahwa platform minyak diyakini potensial sasaran
teroris. Misalnya di Niger-Delta bagian dari Nigeria, pekerja minyak (pekerja lokal dan
asing) yang bekerja di perusahaan seperti Shell, Chevron, Exxon Mobil, Agip, Total dll
sering diserang dan diculik oleh militan di wilayah Niger Delta yang kaya minyak. Beberapa
mati dalam tahana, sementara mereka yang kemudian dibebaskan sering terganggu kondisi
psikologis.

Kebisingan 53,29
Kebisingan adalah elemen penting lain dari lingkungan kerja lepas pantai yang
dapat menyebabkan stres psikososial dalam pekerja. Suara menyebabkan menurunnya fokus
perhatian sehingga berefek merugikan pada kinerja tugas-tugas yang kompleks. Bising yang
tidak dapat diprediksi dan tak terkendali mengurangi keseluruhan persepsi seseorang untuk
mengontrol lingkungan, yang sering disertai dengan perasaan depresi dan penurunan motivasi
seseorang untuk memulai respon baru.
Beberapa bukti penelitian menunjukkan bahwa kinerja tetap terganggu setelah terpapar
kebisingan, yang menyebabkan seseorang sehari-hari frustrasi (mudah marah). Efek fisiologis
kebisingan meliputi tekanan darah meningkat dan hormon terkait stres lainnya (adrenalin dan
kortisol). Paparan bising dikaitkan dengan pelaporan kelelahan, sakit kepala, insomnia,
mudah marah dan ketidakmampuan untuk berkonsentrasi.
Perilaku sosial juga terpengaruh antara lain menurunnya perilaku saling membantu,
sikap ekstrim atau negatif yang berlebih kepada orang lain, permusuhan yang lebih terbuka
dan agresi terang-terangan dan minimnya hubungan dan kerjasama tim di lingkungan lepas
pantai yang bising.

13
Tugas Minyak & Gas Bumi: Stresor Fisik dan Psikososial

MASALAH KELUARGA
Kerja minyak dan gas lepas pantai kerja juga mempengaruhi kehidupan keluarga
dari para pekerja. Berbagai penelitian telah menunjukan hubungnnya dengan keretakkan
rumah tangga, stres pasangan pekerja, konflik/ketegangan perkawinan dan perceraian.

Intermittent Husband Syndrome 33,9,55,44

Digambarkan sebagai tiga serangkai gejala: kecemasan, depresi dan kesulitan seksual, yang
terjadi sebagai akibat dari berpisah antara istri dan suami. Ada kecemasan, kesedihan dan
depresi pada para istri ketika mereka akan berpisah dengan suami mereka, dan ada juga
kemarahan, kecemasan, ketegangan dan saling tuduh pasangan bertemu. Konflik keluarga
yang timbul karena pola hari dan jam kerja tidak standar meningkatkan kemungkinan
perceraian. Periode awal cuti pantai cenderung menimbulkan masalah tertentu penyesuaian,
terutama jika suami di shift malam sebelum cuti. Laporan-laporan menunjukkan bahwa suami
mengalami beberapa macam masalah psikologis.
Gangguan mood juga diidentifikasi sebagai masalah dari istri. Beberapa hari
sebelum suami kembali bekerja lepas pantai juga tampaknya menjadi masalah bagi istri.
Dalam mengantisipasi keberangkatan suami, istri secara psikologis mulai melepaskan diri
beberapa hari sebelum akhir cuti. Ini bisa menjadi masalah bagi pekerja laki-laki yang ingin
mendapatkan " terbaik dari istrinya " sebelum kembali lepas pantai. Terkadang ada
ketegangan sesaat sebelum kembali lepas pantai.
Commuting - transportasi Helicopter ke dan dari platform minyak 5,25,49
Hal ini terkait dengan keselamatan perjalanan helikopter, dan kegagalan mekanik pada
helikopter ke rig. Keamanan perjalanan helikopter diidentifikasi sebagai salah satu dari
sepuluh sumber stres di sektor Inggris Laut Utara. Beberapa individu lebih memilih pola
rotasi 14 on/14 off pola daripada 7 on/ 7 off, karena berarti menurunkan frekuensi bepergian
dengan helikopter.
Di sektor Norwegia pada Statjford Platform, dilaporkan bahwa pekerja lepas pantai merasa
tidak aman bepergian dengan helikopter, dan risiko serta stres perjalanan dengan helikopter
adalah alasan paling umum untuk mengunduran diri dari pekerjaan lepas pantai di Norwegia.

RUTINITAS PEKERJAAN
Kebosanan 52

14
Tugas Minyak & Gas Bumi: Stresor Fisik dan Psikososial

Pekerjaan minyak lepas pantai biasanya membosankan karena pekerjaan yang monoton dan
lingkungan kerja yang kurang menstimulasi. Ketika pekerja ditempatkan di lokasi rig yang
sama dalam jangka waktu yang panjang dan diharuskan bekerja selama 14 hari , atau lebih ,
tanpa istirahat, maka akan menimbulkan kebosanan. Lingkungan lepas pantai sangat
berpotensi menimbulkan stres karena tenaga kerja hidup dan bekerja di satu lokasi terbatas
untuk jangka waktu yang lama tanpa istirahat .
Rutinitas kerja dan stimulasi yang rendah juga dapat menyebabkan kebosanan yang
dapat menyebabkan ketidakpuasan kerja dan absensi. Pekerja lepas pantai cenderung
melaporkan stres karena underload dari sisi kualitatif daripada kuantitatif. Ini berarti bahwa
pekerja merasa bosan karena potensi mereka tidak digunakan seluruhnya dan pekerjaan itu
tidak lagi menjadi tantangan, bukan karena memiliki terlalu sedikit pekerjaan yang harus
dilakukan saat di lepas pantai.
ALKOHOLISME 38,50,26
Alkoholisme juga telah diakui sebagai salah satu efek psikososial dari lepas pantai kerja
minyak dan gas. Larangan total pada alkohol pada instalasi lepas pantai sangat ketat.
Penggunaan alkohol yang berlebihan oleh beberapa karyawan saat cuti, dapat menimbulkan
efek residual setelah mereka kembali ke instalasi dilaporkan pada 1980-an. Konsumsi alkohol
di kalangan tenaga kerja lepas pantai masih relatif tinggi. Alasan untuk konsumsi alkohol
berlebihan saat di darat mungkin karena pekerja ingin memiliki cukup alkohol sebelum
kembali bekerja di lepas pantai (di mana ada larangan ketat pada alkohol untuk mengurangi
kecelakaan).
MEROKOK BERLEBIHAN 38,39,27,14
Proporsi perokok di kalangan personel lepas pantai cenderung lebih tinggi daripada
di populasi umum laki-laki. Dalam beberapa studi dilaporkan 36,3 % dan 37,2 % dari
populasi laki-laki lepas pantai ditemukan perokok jika dibandingkan dengan 31 % pria di
Inggris, dan 34 % laki-laki di Skotlandia. Dari kelompok perokok kerja lepas pantai tersebut
ditemukan bahwa 25,3 % dari operator produksi dilaporkan merokok dibandingkan dengan
44,1 % dan 48,1 % masing-masing dari pekerja konstruksi dan pengeboran. Bekerja di
lingkungan stres merupakan alasan mengapa beberapa pekerja merokok . Lingkungan minyak
dan gas lepas pantai adalah pekerjaan yang sangat stres. Ketersediaan rokok pada saat cuti
juga dapat berkontribusi pada pola merokok.

15
Tugas Minyak & Gas Bumi: Stresor Fisik dan Psikososial

GANGGUAN MUSKULOSKELETAL 15,36,21,13, 15,16,41


Gangguan muskuloskeletal juga telah diidentifikasi sebagai reaksi terhadap stres.
menyatakan Gangguan muskuloskeletal adalah reaksi terhadap stres dan strain.

Hubungan stres kerja dan gangguan muskuloskeletal.

Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa faktor stres pekerjaan berhubungan juga dengan
nyeri muskuloskeletal. Kecenderungan stres atau khawatir dan ketegangan kerja yang tinggi
meningkatkan risiko gangguan pada leher atau bahu dalam industri pengolahan ikan. Stres
kerja mempengaruhi gangguan muskuloskeletal melalui 2 cara: ketegangan neuromuskuler
dan meningkatnya kepekaan terhadap rasa sakit di daerah setempat. Stres meningkatkan
ketegangan otot, yang jika terus berlanjut untuk jangka waktu yang lama, dapat
mengakibatkan nyeri muskuloskeletal. Stres yang dirasakan juga meningkatkan persepsi
gejala muskuloskeletal. Ini menyiratkan rasa tidak aman dari lingkungan tempat kerja yang
dirasakan dapat menyebabkan gangguan muskuloskeletal di pekerja. Dipercaya bahwa
"secara alami pekerjaan itu sulit tetapi jika Anda berada dalam kondisi fisik yang baik dan
bersedia bekerja, Anda tidak akan memiliki kesulitan menyesuaikan diri dengan beban kerja
yang meningkat" .
Ini berarti bahwa pekerjaan minyak lepas pantai adalah pekerjaan dengan beban kerja,
tekanan waktu, dan ketegangan (fisik, mental dan psikologis) yang sangat tinggi. Kecemasan,
ketegangan, kelelahan, insomnia telah diakui sebagai bagian dari efek psikologis dari kerja
lepas pantai minyak dan gas, semua efek ini juga telah diidentifikasi dapat menyebabkan
gangguan muskuloskeletal .
Bahaya psikososial lainnya yang teridentifikasi termasuk 52
Stres dalam industri eksplorasi dan produksi minyak dan gas lepas pantai yang teridentifikasi
menyebabkan stres psikososial adalah sebagain berikut
Kondisi hidup
fasilitas rekreasi yang tidak memadai untuk mengisi waktu luang
akomodasi hidup dan tidur yang harus berbagi
fasilitas yang tidak memadai untuk latihan fisik
Kurangnya privasi
Ketidakpastian pola kerja
perubahan pada menit terakhir di pengaturan jadwal shift
pemberitahuan mendadak untuk memanggil kembali kerig
Tinggal semalam agar dapat check -in lebih awal
16
Tugas Minyak & Gas Bumi: Stresor Fisik dan Psikososial

Keterlambatan pertukaran kru karena kondisi cuaca


Kelebihan beban kerja
Bekerja berlebihan pada saat di lepas pantai dengan waktu istirahat yang sedikit
tanggung jawab ekstra ketika pekerja lain tidak bekerja saat shift
Understimulation- permintaan rendah
Kurangnya variasi
Kurangnya kepuasan kerja
Kebosanan bekerja di salah satu instalasi untuk waktu yang lama

17
Tugas Minyak & Gas Bumi: Stresor Fisik dan Psikososial

BAB III
KESIMPULAN DENGAN REKOMENDASI / SOLUSI
BAHAYA FISIK DAN PSIKOSOSIAL
Pekerja lepas pantai terpapar oleh berbagai macam stresor fisik sepeti bising, kualitas
air yang buruk, getaran, bahan kimia berbahaya, suhu ekstrim, ruangan/area kerja yang
sempit, anak tangga yang curam dan beban kerja yang berat. Tingkat keparahan dari faktor
fisik ini tergantung dari rancangan / design instalasi dan konstruksi. Misalnya pekerja di
bagian pengeboran (drilling) terpapar oleh stressor fisik yang multipel serta beban kerja yang
berat. Kondisi angin dan laut juga memiliki peranan penting dalam hubungannya dengan
lingkungan lepas pantai, misalnya laut yang memiliki ombak besar akan mengakibatkan
ketidaknyamanan pada pekerja seperti mabuk laut.
Stressor fisik penting lainnya yang perlu diperhatikan yang berhubungan dengan
pekerja lepas pantai yaitu fatigue/ kelelahan dan penurunan performa kerja yang diakibatkan
karena shift kerja yang panjang. Shift kerja yang panjang telah menimbulkan gangguan
persendian. Temuan tersebut menjelaskan bahwa gabungan dari beberapa stressor dapat
bekerja berkesinambungan sehingga menimbulkan efek yang beragam terhadap kesehatan
dan keselamatan. Sebagai contoh adalah paparan terhadap stressor temporal yang beragam
(shift work dan long hours) serta stressor fisik (bising dan bahan berbahaya) memiliki efek
yang signifikan terhadap pengukuran kesehatan misalnya tekanan darah. Dalam studi baru
baru ini bising yang dikombinasi dengan shift kerja malam dapat meningkatkan risiko
peningkatan tekanan darah yang signifikan.
Berbagai potensi bahaya psikologis yang berhubungan dengan pekerjaan dan stres
di lingkungan lepas pantai seperti diungkapkan oleh banyak penelitian sebelumnya antara
lain pola shift yang menuntut, tugas malam, jam kerja yang panjang, pemisahan keluarga, dan
masalah keluarga yang terkait dengan "intermitten husband syndrome" untuk pasangan dan
anak-anak, banyak lokasi instalasi lepas pantai minyak dan gas letaknya terpencil dan
terisolasi (terisolasi dari dan dalam masyarakat), kondisi kehidupan dan kerja yang terbatas,
kurangnya privasi, bahaya yang dirasakan saat bekerja lepas pantai itu sendiri dan
lingkungannya, perjalanan helikopter, pekerjaan membosankan dan monoton di mana periode
kebosanan diselingi dengan periode kegiatan intens. Karyawan lepas pantai menderita banyak
dampak yang merugikan, termasuk kondisi psikologis, hubungan karyawan yang tidak
memuaskan, ketidakpuasan kerja, masalah alkohol, penyalahgunaan obat, ketidakharmonisan
18
Tugas Minyak & Gas Bumi: Stresor Fisik dan Psikososial

perkawinan dan perceraian dan trauma stres kumulatif. Kesehatan mental yang buruk
berkaitan positif secara bermakna dengan stres kerja yang dihadapi oleh para pekerja ini.

REKOMENDASI/SOLUSI
Faktor Fisik
Upaya menunjang keselamatan dan kesehatan pekerja yang dapat dilakukan untuk
menghindari timbulnya kecelakaan dan gangguan kesehatan antara lain:
- Dengan mengharuskan penggunaan alat pelindung diri antara lain : pelindung kepala (
helm yang keras dan lapisan pelindung dari cuaca), sarung tangan yang anti minyak,
yang tidak licin dan tahan api atau panas, pelindung lengan (baju berlengan panjang
atau sarung tangan panjang yang anti minyak) dan pelindung tungkai dan kaki (
sepatu boot yang aman yang tidak tembus minyak, yang kuat dan tidak licin),
pelindung mata dan muka (kaca mata pengaman, penutup wajah untuk yang berurusan
dengan asam dan sebagai pelindung dari cuaca) , pelindung kulit dari cuaca panas
atau dingin( lotion tabir surya, dan penutup muka untuk cuaca dingin), pakaian yang
sesuai dengan cuaca (jaket atau jas hujan dan juga pakaian anti api dan apron tahan
asam bila diperlukan). Kadang diperlukan pelindung saluran pernapasan.
- Tersedianya peralatan penanganan kedaruratan dan evakausi seperti alat pemadam
kebakaran, alat bantu napas, kapal atau helicopter untuk evakuasi serta prosedur
evakuasi yang baik.
- Higiene dan kenyamanan yang baik di tempat tinggal (misalnya penggunaan alat
pendingin/AC pada daerah yang panas dan lembab atau pemanas di daerah yang
dingin), makanan yang bergizi dan waktu istirahat yang mencukupi.
- Tersedianya fasilitas dan tenaga pelayanan medis yang kompeten setiap saat untuk
memastikan kesehatan pekerja dengan melakukan pemeriksaan awal untuk pemilihan
dan penempatan pekerja, pemeriksaan berkala dan memberikan preventif terhadap
kemungkinan terpajan penyakit epidemi setempat serta kegiatan kuratif dan
pertolongan saat darurat.
- Hanya menggunakan sumber daya manusia yang kompeten dan memenuhi
persyaratan kesehatan untuk bekerja sesuai dengan bidangnya.
- Dilakukan pelatihan tentang K3 secara berkala.
- Pengawasan dan pembinaan dari pemerintah.

19
Tugas Minyak & Gas Bumi: Stresor Fisik dan Psikososial

Faktor Psikososial
Pekerjaan offshore minyak dan gas yang sudah ada sejak minyak ditemukan, begitu
juga stresor psikososial yang terkait dengannya. Penelitian dan bukti-bukti ilmiah
menegaskan bahwa kerja minyak dan gas offshore memiliki dampak psikososial pada para
pekerja. Industri minyak dan gas masih merupakan industri yang penting pada ekonomi
dunia, dan industri yang sangat didambakan kebanyakan orang untuk bekerja karena imbalan
keuangan dan benefit yang besar. Ini menyiratkan bahwa pekerja akan terus bekerja dan
terkena stres tersebut. Namun tentu saja ada cara dimana bahaya psikososial ini dapat
dikurangi.
Berbagai rekomendasi dan saran untuk mengurangi dampak psikososial dari kerja
minyak dan gas lepas pantai pada pekerja yang telah dibuat oleh penulis dan ahli. Antara lain:
- Tata Cahaya : cahaya adalah faktor utama mengendalikan waktu sistem sirkadian.
Peningkatan cahaya di malam hari meningkatkan kewaspadaan dan kinerja dan
mungkin dapat meningkatkan respon metabolik untuk makan selama kondisi shift
malam.
- Merancang lingkungan tempat kerja dan skema penjadwalan shift yang menyebabkan
gangguan kesehatan mental , fisik , dan sosial paling minimal.
- Jadwal kerja lebih ramah seperti 2-3 ( yaitu 2 on 3 off ).
- Program-program dan dukungan keluarga, dan penyediaan layanan konseling industri.
- Penyediaan sarana komunikasi (email ,layanan telepon) bagi pekerja untuk
berkomunikasi dengan keluarga mereka saat bekerja lepas pantai.
- Menghilangkan perubahan jadwal roster pada menit terakhir.
- Memberikan keamanan yang memadai dan pengamanan bagi para pekerja lepas
pantai melalui eliminasi atau pengendalian dan perlindungan dari bahaya di tempat
kerja (lingkungan lepas pantai).
- Rotasi pekerjaan,

perluasan

pekerjaan,program

pengayaan

pekerjaan

untuk

mengurangi kebosanan dan ketidakpuasan kerja.


- Peningkatan fasilitas di rig : - penelitian telah juga menunjukkan bahwa pekerja pada
platform minyak tua sering stres karena sebagian besar platform minyak tua terbatas
(tidak luas), tidak memiliki fasilitas modern keselamatan dan rekreasi dan fasilitas
rekreasi seperti rig modern.

20
Tugas Minyak & Gas Bumi: Stresor Fisik dan Psikososial

DAFTAR PUSTAKA
1. Undang-Undang Republik Indonesia No 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas
Bumi
2. Oil and gas. From URL: http://www.unepfi.org. Cited 2006
3. Cross, Jean. 1998; Study Notes: Risk Management. Sydney: University of New South
Wales.
4. https://www.earthworksaction.org/issues/detail/oil_and_gas_noise#.Vvbw8VIZPDc
5. Gardner, Ron. 2002; Overview and Characteristics of Some Occupational Exposures
and Health Risks on Offshore Oil and Gas Installations. UK
6. WorkSafe Bulletin, 2013; Occupational disease hazards in the oil and gas industry.
Workers' Compensation Board of British Columbia
7. International Petroleum Industry Environmental Conservation Association. 2008
Health aspects of work in extreme climates; A guide for oil and gas industry managers
and supervisors
8. Akerstedt T. (1990). Physiological and psycophysiological effects of shift-work.
Scandinavian Journal of Work and Environmental Health 16(1 (Supplement)), 67-73.
9. Angrist J. & Johnson J. (2000). Effects of work-related absences on families:
Evidence from the Gulf War. Industrial and Labor Relations review, 54(1), 41-58.
10. Aw T.C, Gardiner K. & Harrington J.M (2008). Pocket Consultant. Occupational
Health. 1st Ed. Blackwell Publishing U.K.
11. BBC
NEWS
(2009):
Helicopter's
16
'heroes'
honoured.
http://news.bbc.co.uk/1/hi/scotland/north_east/7997950.stm Accessed on the 16th
January, 2010.
12. Boggild H. & Knutsson A. (1999). Shift work, risk factors and cardiovascular disease.
Scandinavian Journal of Work and Environmental Health 25(2), 85-99.
13. Bonger P.M., Winter C.R.V., Kompier M.A.J et al. (1993). Psychosocial factors at
work and musculoskeletal disease. Scand J Work Environ Health 19:297312.
14. Caplan R.D., Cobb S. & French J.R. (1975). Relationships of cessation of smoking
with job stress, personality, and social support. J Appl Psychol 60:211-19.
15. Carayon P., Smith M.J., Haims M.C. (1999). Work organization, job stress, and work
related musculoskeletal disorders. Hum Fact 41:64466.
16. Chen W.Q., Wong T.W & Yu T.S (2005). Impact of occupational stress and other
among Chinese offshore oil installation workers psychosocial factors on
musculoskeletal pain Occup Environ Med 62: 251-256
17. Chen W.Q, Wong T.W & Yu T.S (2009). Mental health issues in Chinese offshore
oil workers. Occupational Medicine Advance Access Occupational Medicine,
doi:10.1093/occmed/kqp118
18. Collinson D.L (1998). Shift Lives: Work-Home Pressures in the North Sea Oil
Industry. The Canadian Review of Sociology and Anthropology, Vol. 35.Concise
Oxford Dictionary, 2009. 11th Edition. Oxford Dictionaries.
19. Cox R. A. F. (1987). Offshore Medicine: Medical care of employees in the offshore
oil industry. 2nd Edition. London: Springer-Verlag.
20. Craig J. (2009). Stress Awareness and Management. Lecture Handout on
Occupational Mental Health. University of Birmingham, Edgbaston. 11th January,
2010.
21. Devereux J.J, Buckle P.W, Vlchonikolis I.G (1999). Interactions between physical
and psychosocial risk factors at work increase the risk of back disorders: An
Epidemiological approach. Occup Environ Med 56:34353.

21
Tugas Minyak & Gas Bumi: Stresor Fisik dan Psikososial

22. Gann M., Corpe U. & Wilson I. (1990). The application of a short anxiety and
depression questionnaire to oil industry staff. J Soc Occup Med 40:138-42.
23. Hampton S. M, Morgan L. M, Lawrence, N, Anastasiadou, T, Norris, F, Ribeiro & D,
Arendt, J. (1996). Postprandial hormone and metabolic responses in simulated shift
work. Journal of Endocrinology 151, 259-267.
24. Harrington J.M. (2001). Health effects of shift work and extended hours of work
Occup Environ Med 2001 58: 68-72.
25. Hellesoy et al. (1985). Work environment Statjford Field: Work environment, health
and safety on a North Sea oil platform (Bergen, Universitetsforlaget AS).
26. Horsley H.D (1997). Study of medical evacuations from offshore installations: Five
year report, 1987-1992. Sudbury: HSE Books.
27. Horsley H.D. & MacKenzie I.G (1996). Lifestyle survey amongst North Sea oil
workers. Paper presented at the HSEIUKOOA conference Occupational Health
Offshore, Aberdeen, Scotland.
28. Hull A.M, Alexander D.A & Susan K. (2002). Survivors of the Piper Alpha oil
platform disaster: long-term follow-up study. British journal of psychiatry 1 8 1: 4 3 3
- 4 3 8HSE Offshore Injury and Incident Statistics (2008/2009).
http://www.hse.gov.uk/offshore/statistics.htm Accessed on the 19th January, 2010.
29. Jones D.M (1985). "Noise": Stress and fatigue in human performance. London,
Wiley.
30. Karlsson B., Knutsson A. & Lindahl B. (2001). Is there an association between shiftwork and having a metabolic syndrome? Results from a population based study of
27485 people. Occupational and Environmental Medicine 58, 747-752.
31. Ljosa C.H. & Lau B. (2009). Shift-work in the Norwegian petroleum industry:
Overcoming difficulties with family and social life A cross-sectional study Journal
of Occupational Medicine and Toxicology 4:22
32. http://www.occup-med.com/content/4/1/22 Accessed on the 24th January, 2010.
33. Morrice J.K.W. & Taylor R.C. (1978). The intermittent husband syndrome. New
Society.12-13
34. Nicholson P. J & D'Auria D. A. P. (1999). Shift work, health, the working time
regulations and health assessments. Occupational Medicine 49(3), 127-137.
35. Niven K. & McLeod R. (2009). Offshore industry: management of health hazards in
the upstream petroleum industry Occupational Medicine 59(5):304-309
36. Ohlsson K., Hansson G.A, Balogh I. et al. (1994). Disorders of the neck and upper
limbs in women in the fish processing industry. Occup Environ Med 51:82683
37. Parkes K.R (1993). Human factors, shift work, and alertness in the offshore oil
industry. Health and Safety Executive - Offshore Technology Report. London:
HMSO
38. Parkes KR. (1998). Psychosocial aspects of stress, health and safety on North Sea
installations. Scand J Work Environ Health; 24(5):321-333.
39. Parkes K.R & Clark M.J (1997). Psychosocial aspects of work and health in the North
Sea Oil and Gas industry, part IV: the offshore environment in the mid-1990's: a
survey of psychosocial factors. Sudbury (England): HSE Books.
40. Parkes K.R & Clark M.J (1997). Psychosocial aspects of work and health in the
North Sea Oil and Gas industry. Part V. Offshore work/leave schedules: data analyses
and review. Contract research report: 97 012.
41. Ron E. (1998). Offshore jobs and Oil rigs. Beauforts Offshore Projects UK. www.
Offshore-jobs.co.uk Accessed on the 20th January, 2010

22
Tugas Minyak & Gas Bumi: Stresor Fisik dan Psikososial

42. Rundmo T. (1994). Associations between safety and contingency measures and
occupational accidents on offshore petroleum platforms. Scand J Work Enviroil
Health; 20: 128-31.
43. Scottish Home and Health Department (1991). Health in Scotland. London: Her
Majesty's Stationery Office.
44. Shen J., & Dicker B (2008). The impacts of shift work on employees. International
Journal of Human Resource Management, 19:392-405.
45. Shrimpton M. & Storey K. (1993). Work-related stress in the Newfoundland offshore
oil industry: Implications for health and safety. In: Storey, K. and
46. Shrimpton, M. (Eds.), Social, Psychosocial and Cultural Aspects of Health and Safety
in the Offshore Oil Industry (pp.1-20).
47. Shrimpton M. & Storey K. (2001). The effects of offshore employment in the
petroleum industry: A cross-national perspective. U.S. Dept. of the Interior, Minerals
Management Service, Environmental Studies Program, Herndon, VA. 86
48. Smedley J., Dick F. & Sadhra S. (2007). Oxford Handbook of Occupational Health.
1st Ed. Oxford University Press. USA.
49. Sunde (1983). "Psychological aspects of offshore work", International Symposium
Proceedings, Safety and Health in the Oil and Gas Extractive Industries,
Luxembourg).
50. Sutherland V.J. & Cooper C.L. (1986). Man and accidents offshore an examination
of the costs of stress among workers on oil and gas rigs. Lloyd's of Loudon Press
51. Sutherland V.J & Cooper C.L (1991). Stress and Accidents Offshore. Houston, Gulf
Publishing Co., USA
52. Sutherland V.J., Cooper C.L. (1996). Stress in the offshore oil and gas exploration
and production industries: An organizational approach to stress control. Stress Med;
12:61-78.
53. Sutherland V.J & Cooper C.L (1996). Stress prevention in the offshore oil and gas
exploration and production industry. Conditions of Work and Welfare Facilities
Branch Working paper CONDI/T/WP. International Labour
54. The Oil & Gas UK Demographics Report (2008). http://www.oil
andgas.org.uk/media/view- press.cfm/520 Accessed on the 19th January, 2010
55. White L. & Keith B. (1990). The Effect of Shift Work on the Quality and Stability of
Marital Relations. Journal of Marriage and the Family 52:453-462.
56. Wikipedia Website (2009). http://en.wikipedia.org

23
Tugas Minyak & Gas Bumi: Stresor Fisik dan Psikososial

Anda mungkin juga menyukai