SKRIPSI
Oleh:
PUTRI SARAH ALVERNIA
NIM: 25010114130223
© 2018
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Skripsi:
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESELAMATAN
PENGOPERASIAN ALAT ANGKAT BONGKAR MUAT PETI KEMAS
(Studi Kasus di PT. Pelabuhan Tanjung Priok)
Penguji
Dekan
Fakultas Kesehatan Masyarakat
iii
HALAMAN PERSETUJUAN
Judul Skripsi
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESELAMATAN
PENGOPERASIAN ALAT ANGKAT BONGKAR MUAT PETI KEMAS
(Studi Kasus di PT. Pelabuhan Tanjung Priok)
Pembimbing Utama
Bina Kurrniawan, SKM, M.Kes
NIP. 197210231998021001
Pembimbing Pendamping
Dr. dr. Daru Lestantyo, M.Si
NIP.197110071999031001
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
“Barang siapa yang bertakwa kepada Allah maka Dia akan menjadikan jalan
keluar baginya, dan memberinya rizki dari jalan yang tidak ia sangka, dan barang
siapa yang bertawakal kepada Allah maka cukuplah Allah baginya.
Sesungguhnya Allah melaksanakan kehendak-Nya, Dia telah menjadikan untuk
setiap sesuatu kadarnya”
(Q.S. Ath-Thalaq:2-3)
“You’ll never change your life until you change something you do daily. The
secret of your success is found in your daily routine.”
(John C.Maxwell)
“Strenght does not come from physical capacity. It comes from an indomitable
will.”
(Mahatma Gandhi)
“Effort and courage are not enough without purpose and direction.”
(John F Kennedy)
v
HALAMAN RIWAYAT HIDUP
Agama : Islam
vi
KATA PENGANTAR
vii
9. Rina Widya Astuti selaku sahabat dan teman peneltian, atas dukungan
dan masukan terhadap penyelesaian skripsi ini.
10. Sahabat terbaik Rina Widya A, Novena Claudya dan Aprillia Rosa atas
dukungan, motivasi dan semangat yang diberikan.
11. Teman-teman OSH Forum 2017 atas dukungan, pengalaman dan
kenangan selama ini.
12. Teman-teman BPH OSH Forum 2017 atas kerjasamanya.
13. Sahabat-sahabat kelas C (Ratu Aam, Annissa, Dyah Ayu, Iinaas Adzkiya,
Nabilah Nurhidayanti, Nafiah Yusi, Nugraheni, Sifa F dan Tantika Bella)
atas segala bantuan, dukungan dan kenangan dari sejak menjadi
mahasiswa baru.
14. Teman-teman Bhinneka Project AIESEC Undip (Giusty Asmara, Afifah
Cahya, Carla Ferrina, Adi Nugroho, Regita Masliani, Nanda Bayu,
Zolanda A dan Averosa S) atas segala bantuan, semangat pengalaman,
kenangan dan arti kekeluargaan.
15. Teman-teman Antasena-Global Volunteer Marketing AIESEC Undip
(Dony Silalahi, Adi Wibowo, Ega Octa dan Ardra Alizar) atas dukungan
dan kenangan selama ini.
16. Staff sekaligus adik-adik di Audience Engagement GVM AIESEC Undip
(Vivianisa Nurulita dan M.Rynaldi) atas dukungannya.
17. Putri Nauragesti, Sabilla Iksaningtyas dan Theresia Kartika, teman
seperjuangan skripsi yang selalu memberikan semangat, dukungan, kritik
dan saran selama ini.
18. Semua rekan dan pihak yang terlibat dan membantu proses pengerjaan
skripsi ini.
Demikian penulisan skripsi ini dibuat, semoga bermanfaat bagi penulis
dan semua pihak terutama dalam bidang keselamatan dan kesehatan kerja.
Terima kasih.
Penulis
viii
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
2018
ABSTRAK
Pelabuhan merupakan tempat kerja yang memiliki risiko kecelakaan yang tinggi.
Kegiatan tersebut diantaranya kegiatan bongkar muat dengan menggunakan alat
angkat. PT.Pelabuhan Tanjung Priok merupakan perusahaan yang bergerak
dibidang jasa pelayanan kepelabuhan untuk kegiatan bongkar muat peti kemas
dan curah kering. Kegiatan tersebut menggunakan alat angkat yaitu Gantry
Luffing Crane (GLC) dan Overhead Crane (OHC) yang dioperasikan oleh
operator. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi keselamatan pengoperasian alat angkat bongkar muat peti
kemas tersebut. Dalam penelitian ini desain yang digunakan adalah deskriptif
dengan pendekatan analisis kualitatif. Subjek penelitian berjumlah 13 orang yang
terdiri dari 8 informan utama dan 5 informan triangulasi. Hasil penelitian ini
menunjukkan tingkat pendidikan, masa kerja dan usia telah sesuai dengan
peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah, tingkat pendidikan, masa kerja dan
usia yang semakin tinggi tidak menjamin operator akan berperilaku aman, namun
pengetahuan operator terkait perilaku kerja aman cukup baik, sikap operator alat
angkat menunjukkan masih ada operator yang tidak berperilaku aman, keadaan
mesin alat angkat sudah baik karena sudah terdapat pemeriksaan setiap harinya,
seluruh operator telah mengikuti pelatihan untuk mendapatkan SIO/lisensi K3,
safety briefing dilakukan setiap pergantian shift namun hanya berupa
pengarahan, SOP pengoperasian sudah ada namun sosialisasinya belum
menyeluruh keseluruh operator, adanya asisten operator sangat membantu
operator dalam pengoperasian alat, dan adanya punishment memotivasi
operator untuk berperilaku aman, namun apabila ada reward akan lebih
memotivasi operator untuk berperilaku aman. Perusahaan sebaiknya
mensosialisasikan kembali SOP pegoperasian alat kepada seluruh operator,
melakukan safety briefing yang bersifat dua arah dan memberikan reward
sebagai bentuk apresiasi kepada operator.
ix
FACULTY OF PUBLIC HEALTH
DIPONEGORO UNIVERSITY
SEMARANG
MAJORING IN OCCUPATIONAL SAFETY AND HEALTH
2018
ABSTRACT
Port is a workplace that has a high accident risk, one of them for loading and
unloading activities by using lifting equipment. PT.Pelabuhan Tanjung Priok is a
company engaged in the service of port services for container loading and
unloading activities. These activities use lifting equipment that is Gantry Luffing
Crane (GLC) and Overhead Crane (OHC) operated by the operator. This study
aimed to analyze the factors that affected the safety of the operation of container
loading and unloading equipment. In this research, the design used descriptive
with qualitative analysis approach. The subject of research was 13 people consist
of 8 main informants and 5 informant triangulation. The results of this study
indicated that the level of education, working period and age had been in
accordance with the rules set by the government, the level of education,
employment and the higher age did not guarantee the operator would behave
safely, but the operator's knowledge of safe working behavior was good enough,
the attitude of the lift operator indicated that there were still operators who were
not behaving safely, the state of the lifting machine was good because there has
been checking every day, all operators have attended the training to get the SIO /
K3 license, safety briefing done every shift change but only in the direction, the
operating SOP already exists but the socialization has not been comprehensive
throughout the operator, the assistant operators were very helpful operators in
the operation of the tool, and the existence of punishment motivated operators to
behave safely, but if there was a reward would be more motivate the operator to
behave safely. The company should re-socialize the Operating Procedure SOP
to all operators, conducted a two-way safety briefing and gave rewards as a form
of appreciation to the operator.
x
DAFTAR ISI
xi
I. Validitas Data dan Reliabilitas Data......................................................... 32
BAB IV HASIL PENELITAN ............................................................................... 34
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................................ 34
B. Karakteristik Informan ............................................................................. 35
C. Hasil Observasi ....................................................................................... 36
D.Hasil Wawancara Mendalam ...................................................................... 39
BAB V PEMBAHASAN ...................................................................................... 62
A. Karakteristik Informan ............................................................................. 62
B. Analisis Hasil Observasi .......................................................................... 67
C. Analisis Hasil Wawancara Mendalam ...................................................... 70
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................. 84
A. Kesimpulan ............................................................................................. 84
B. Saran ...................................................................................................... 84
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 86
xii
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR GAMBAR
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan suatu
program wajib yang ada di setiap tempat kerja. Implementasinya telah
menyebar secara menyeluruh hampir disetiap sektor industri yang
ada.1Hal ini juga selaras dengan telah ditetapkannya UU No.1 tahun 1970
mengenai Keselamatan Kerja dimana dalam undang-undang tersebut
telah diatur mengenai keselamatan kerja di dalam seluruh tempat kerja,
baik di darat, di dalam tanah, dipermukaan air, di dalam air maupun di
udara.2Selain itu, syarat-syarat mengenai keselamatan kerja yang harus
dipenuhi oleh setiap orang atau badan usaha, baik formal maupun
informal untuk memberikan perlindungan kesehatan dan keselamatan di
lingkungan tempat kerja dengan upaya promosi kesehatan dan
menciptakan sistem kerja yang aman tanpa terjadinya kecelakaan
kerja.1,3
Kecelakaan kerja merupakan suatu kejadian yang tidak diinginkan
dan tanpa adanya unsur kesengajaan yang dapat merugikan harta benda
dan korban jiwa.4 Menurut Heinrich, terjadinya kecelakaan kerja
disebabkan oleh 88% perilaku tidak aman, 10% karena kondisi
lingkungan yang tidak aman dan 2% merupakan takdir.4
Berdasarkanfdata dan riset mengenai kesehatan dan kecelakaan
kerja yang dilakukan oleh International Labor Organization (ILO) tahun
2013, setiap tahunnya lebih dari 250 juta kecelakaan kerja terjadi dan
lebih dari 160 juta pekerja mengalamiisakit akibat pekerjaan mereka.
Selainiituisekitar 1,2 jutaipekerja meninggal duniaiakibat Penyakit Akibat
Kerja (PAK) dan kecelakaanikerja pekerja di tempat kerja mereka. Hal ini
dapat diartikanibahwa setiap 15 detik, ada satu orang pekerja meninggal
dunia akibat kecelakaan kerja.5,4
Di Indonesia, angka kecelakaan kerja saat ini masih cukup tinggi.
Kecelakaan tersebut terdiri dari kasus kecelakaan ringan, sedang
maupun berat yang menyababkan kerugian materi, kecacatan maupun
1
kematian pada pekerja. Berdasarkan data statistik Kecelakaan Kerja dan
Penyakit
2
2
B. Rumusan Masalah
Kegiatan pengangkatan (lifting) merupakan salah satu pekerjaan
yang memiliki risiko tinggi terhadap kecelakaan kerja. Adanya kesalahan
prosedur, gagalnya pengangkatan, rusaknya alat dan kelebihan beban
material pengangkatan dapat menyebabkan kecelakaan kerja hingga
kematian.
Salah satu kegiatan pengangkatan yang dilakukan yaitu kegiatan
pengangkatan yang dilakukan pada bongkar muat di Pelabuhan.
Kegiatan bongkar muat ini biasanya menggunakan alat berat terutama
pesawat angkat angkut yang memiliki risiko tinggi kecelakaan kerja dan
berakibat fatal seperti kematian. Berdasarkan kejadiaan kecelakaan kerja
yang terjadi pada proses bongkar muat peti kemas seperti jatuhnya peti
kemas, saling bertabrakannya peti kemas ataupun putusnya tali
5
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keselamatan
pengoperasian alat angkat bongkar muat peti kemas PT. Pelabuhan
Tanjung Priok.
2. Tujuan Khusus
a. Menganalisis karakteristik individu (umur, tingkat pendidikan dan
masa kerja) terhadap keselamatan pengoperasian alat angkat
yang aman.
b. Menganalisis pengetahuan terhadap keselamatan
pengoperasian alat angkat yang aman.
c. Menganalisis sikap terhadap keselamatan pengoperasian alat
angkat yang aman.
d. Menganalisis keadaan mesin terhadap keselamatan
pengoperasian alat angkat yang aman.
e. Menganalisis pelatihan operator terhadap keselamatan
pengoperasian alat angkat yang aman.
f. Menganalisis safety briefingterhadap keselamatan
pengoperasian alat angkat yang aman.
6
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Sebagai sarana untuk mengembangkan wawasan dan
pengalaman serta menerapkan teori yang telah dipelajari dibidang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi keselamatan pengoperasian alat angkat bongkar
muat peti kemas.
2. Bagi Pembaca
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk studi kepustakaan
dan sebagai dasar pertimbangan apabila akan dibuat peneliatian
berikutnya.
3. Bagi Pihak Terkait
Sebagai masukan yang dapat digunakan untuk evaluasi
perbaikan sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam
menganalisa faktor yang mempengaruhi keselamatan pengoperasian
alat angkat bongkar muat peti kemas.
4. Bagi Perguruan Tinggi
Menambah referensi kepustakaan dan informasi yang
bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan
meningkatkan program belajar mengajar di Fakultas Kesehatan
Masyarakat.
F. Keaslian Penelitian
Tabel 1. 1 Keaslian Penelitian
No Peneliti Judul Penelitian Metode Variabel Penelitian Hasil
dan Tahun Penelitian
Penelitian
1 Aprian Een Faktor-Faktor yang Deskriptif Variabel Independen: Tidak ada hubungan
Saputra, Berhubungan dengan analitik, Umur,pendidikan, lama kerja, pelatihan antara umur,
2008 Perilaku Aman pendekatan K3,motivasi keselamatan, iklim pendidikan, lama kerja,
Pengemudi Dump Truck cross K3,beban kerja,peranan kerja, beban kerja,
PT.X District MTBU sectional pengembangan karir dan peran atasan pengembangan karir
Tanjung Enim, Sumatera dengan perilaku aman.
Selatan Tahun 2008 Variabel Dependen: perilaku aman
Ada hubungan antara
pelatihan K3,motivasi
K3, iklim K3, peranan
kerja dan peran atasan
dengan perilaku aman
2 Kevin Analisis Pengoperasian Kualitatif 1. Faktor Predisposing : Pengetahuan, Hasil yang didapatkan
Yudhistira Pada Operator deskriptif kepatuhan, persepsi dan sikap dari penelitian ini yaitu
Pribadi, RubberTyred Gantry operator operator RTG sudah
2016 (RTG) di Terminal Peti 2. Faktor Enabling : Fasilitas memiliki pengetahuan
Kemas Semarang penunjuang, peraturan terakit perilaku aman sesuai
pengoperasian RTG dan pelatihan SOP dalam
operator mengoperasikan RTG,
3. Faktor Reinforcing : reward and persepsi mengenai
punishment, peran supervisi shift, pengoperasian RTG
peran tally. sudah baik, sudah
memiliki SIO dan
pelatihan ,berkoordinasi
9
3 Syifa Awalia Perilaku Aman Metode Variabel terikat : pengetahuan, sikap, Hal yang mempengaruhi
Rahma, Berkendara Pengemudi kualitatif pelatihan mengemudi, ketersedian perilaku aman
2017 Truck Tangki BBM (Studi deskriptif SOP safety driving,peran pengawasan berkendara yaitu
Kualitatif di Perusahaan atasan, peran rekan kerja dan peran pengetahuan, sikap,
Distribusi BBM PT X keluarga. pelatihan mengemudi,
Kota Semarang) ketersediaan SOP,
Variabel bebas: Perilaku aman peran rekan kerja dan
berkendara keluarga. Hal yang tidak
mempengaruhi yaitu
pengawasan atasan.
4 Kalit Analisis Faktor-Faktor Metode 1. Karakterisitik responden yang terdiri Pengetahuan responden
Hidayat yang Mempengaruhi deskriptif dari masa kerja dan usia sudah baik, sikap
Budi Safety Driving pada kualitatifden 2. Pengetahuan,sikap, kondisi responden masih ada
Nugroho, Operator Forklift di Area gan kendaraan, pelatihan safety yang melanggar
2017 Kerja Warehouse PT X pendekatan driving,prosedur kerja, pengawasan prosedur saat
Jakarta cross- dan peran teman kerja mengoperasikan forklift,
sectional kondisi forklift dalam
keadaan baik karena
diperiksa secararutin,
ressponden telah
10
5 Putri Sarah Analisis Faktor-Faktor Metode Karakteristik individu (tingkat Tingkat pendidikan,
Alvernia, yang Mempengaruhi kualitatif pendidikan, masa kerja, usia), masa kerja dan usia
2018 Keselamatan deskriptif pengetahuan, sikap, keadaan yang semakin tinggi
Pengoperasian Alat dengan mesin, pelatihan operator, safety tidak menjamin operator
Angkat Bongkar Muat pendekatan briefing, tersedianya SOP akan berperilaku aman,
Peti Kemas cross pengoperasian alat, peran asisten namun pengetahuan
(Studi Kasus Di PT. sectional operator, reward dan punishment operator terkait perilaku
Pelabuhan Tanjung kerja aman sudah baik,
Priok) sikap operator alat
angkat menunjukkan
masih ada operator
yang tidak berperilaku
aman, keadaan mesin
alat angkat sudah baik
karena sudah terdapat
pemeriksaan setiap
harinya, seluruh
11
12
13
C. Perilaku
Perilaku merupakan cara seseorang untuk merespon suatu
rangsangan. Namun respon diberikan tergantung dari faktor-faktor yang
mempengaruhi orang tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi
tersebut disebut dengan determiinan perilaku, yang terdiri dari dua, yaitu
:15
17
1. Determinan internal
Determinan internal terdiri atas karakteristik dari orang yang
bersangkutan dan merupakaan bawaan, seperti tingkat emosional,
tingkat kecerdasan, jenis kelamin dan lainnya.
2. Determinan eksternal
Determinan eksternal terdiri atas keseluruhan lingkungan yang
mempengaruhi baik lingkungan fisik, ekonomi, sosial, budaya, politik
dan lainnya.
Adapun macam perilaku yang ada, dibagi menjadi dua macam
yaitu:16
1. Perilaku tertutup (convert behavior)
Perilaku tertutup yang dimaksud adalah dimana perilaku
tersebut masih menjadi respon tertutup pada setiap individu serta
belum dapat diamati secara langsung oleh orang lain. Perilaku ini
terdiri dari pengetahuan dan sikap.
2. Perilaku terbuka (overt behavior)
Perilaku terbuka berarti adanya sebuah tindakan nyata dari
seseorang yang dapat diamati secara langsung oleh orang lain.
Perilaku terbuka ini adalah adanya praktik.
F. Kerangka Teori
Faktor Predisposing:
1. Pengetahuan
2. Sikap Lingkungan
3. Kepercayaan
4. Nilai
5. Persepsi
6. Karakteristik individu
(Usia, jenis
kelamin,tingkat
pendidikan, masa kerja)
Faktor Enabling:
1. Peningkatan keahlian Perilaku
2. Ketersediaan sarana pengoperasian alat
dan prasarana angkat yang Aman
Faktor Reinforcing:
1. Dukungan teman
2. Penghargaan
3. Kebijakan dan prosedur
kerja
A. Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka teori, maka didapatkan kerangka konsep
sebagai berikut :
Faktor Predisposing:
1. Karakteristik
individu (Usia,
,tingkat
pendidikan,
masa kerja
2. Pengetahuan
3. Sikap
Faktor Enabling:
1. Keadaan mesin Perilaku
2. Pelatihan pengoperasian
operator alat angkat yang
3. Safety briefing aman
Faktor Reinforcing:
1. Peran asisten
operator
2. Reward and
Punishment
3. Tersedianya
SOP
pengoperasian
alat angkat
27
28
C. Subjek Penelitian
Pada penelitian kualitatif, jumlah sampel yang digunakan tidak
dipilih dari suatu populasi yang mewakilinya. Tujuan sampling penelitian
ini untuk merinci secara khusus serta menggali informasi yang menjadi
dasar peneltian, sehingga sampel yang dipilih tidak diambil secara acak
namun bertujuan.38
Jumlah total operator alat angkat yang ada di Terminal 2 PT
Pelabuhan Tanjung Priok sebanyak 83 orang. Teknik pengambilan
sampel yang digunakan yaitu teknik purposive sampling. Subjek
penelitian ini adalah informan yang diperlukan informasinya terkait
dengan penelitian ini. Informan terdiri atas dua kategori yaitu Informan
Utama (IU) dan Informan Triangulasi (IT) dan dijabarkan sebagai berikut:
1. Informan Utama (IU) yang terdiri dari : operator alat angkat yang
berkerja dibagian bongkar muat peti kemas degan kriteria inkslusi
sebagai berikut:
a. Operator alat angkat bongkar muat peti kemas PT. Pelabuhan
Tanjung Priok
b. Memiliki pengalaman kerja sekurang-kurangnya 1 tahun
dibidangnya
c. Telah mengikuti pelatihan sebagai operator dibidangnya
29
D. Definisi Istilah
1. Perilaku Aman
Suatu langkah ataupun tindakan seseorang yang tidak menimbulkan
dan meminimalisir terjadinya kecelakaan.25
2. Pengetahuan
Dampak dari adanya hasil pengindraan terhadap suatu hal Hasil tahu
pekerja mengenai pekerjaanya.15
3. Sikap
Respon tertutup yang diberikan seseorang (pekerja) tentang
pekerjaannya dan faktor bahaya yang menyebabkan kecelakaan
kerja.15
4. Usia
Suatu hitungan yang dimulai sejak individu lahir hingga waktu dimana
individu akan berulangtahun.15
5. Tingkat Pendidikan
Aspek yang berpengaruh terhadap terhadap pola pikir seseorang dan
penyesuaian diri pada perubahan di lingkungannya.24
6. Masa kerja
Akumulasi waktu yang dilakukan dan didapatkan tenaga kerja
tersebut terhadap suatu pekerjaanya selama berada di tempat kerja
dan menambah pengetahuan pekerja mengenai pekerjaannya.24
7. Keadaan Mesin
Kondisi dimana mesin pada alat yang akan dioperasikan sesuai
dengan persyaratan teknis, layak dan aman untuk digunakan.
8. Safety Briefing
Safety talk yang dilakukan secara singkat yang dilakukan oleh
Supervisor, Safety Officer atau orang yang mengerti mengenai
pekerjaan dan keselamatan dalam bekerja sebelum melakukan
pekerjaan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran pekerja
mengenai keselamatan dalam bekerja.40
30
9. Pelatihan Operator
Pelatihan operator adalah kegiatan yang bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan, skill dan sikap operator dalam
mengoperasikan alat angkat secara aman.28
10. Standart Operational Procedure (SOP)
SOP adalah standar yang digunakan oleh pekerja mengenai
pengimplementasian K3 di tempat kerja yang dibuat oleh perusahaan
untuk meminimalkan kegagalan dalam bekerja.41
11. Peran Asisten Operator
Tugas dan fungsi asisten operator dalam kegiatan pengoperasian alat
angkat.
12. Reward and Punishment
Reward merupakan bentuk apresiasi yang diberikan kepada pekerja
yang mematuhi semua kebijakan yangada. Sedangkan punishment
merupakan bentuk hukuman apabila pekerja melakukan kesalahan
dalam bekerja.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Lembar panduan wawancara yang berisi pertanyaan mengenai
penelitian yang dimodifikasi dari penelitian sebelumnya.42,43
b. Lembar Observasi
c. Kamera yang digunakan untuk dokumentasi.
d. Recordersebagai alat perekam suara
e. Alat tulis
f. Laptop yang digunakan untuk menyusun laporan penelitian.
F. Prosedur Penelitian
1. Tahap Persiapan
a. Melakukan studi literatur dengan menggunakan buku, jurnal ,
artikel dan sumber lainnya untuk menentukan permasalahan dan
variabel yang akan diteliti.
b. Menyusun rancangan penelitian.
c. Konsultasi dengan dosen pembimbing mengenai permasalahan
dan variabel yang akan diteliti.
31
34
35
B. Karakteristik Informan
1. Informan Utama
Informan utama berjumlah delapan orang yang merupakan
operator alat angkat bongkar muat di PT. Pelabuhan Tanjung Priok.
Informan utama berjenis kelamin laki-laki dan merupakan operator
dari alat angkat bongkar muat PT. Pelabuhan Tanjung Priok yaitu
operator Gantry Luffing Crane (GLC) dan Overhead Crane (OHC).
Berikut adalah karakteristik informan utama:
Tabel 4. 1 Karakteristik Informan Utama
Masa
Informan Usia Pendidikan Lisensi Alat
No Kerja
Utama (tahun) Terakhir K3 Angkat
(tahun)
1 IU1 33 SMA 5 Ada GLC
2 IU2 50 SMA 4 Ada GLC
3 IU3 30 SMK 3 Ada GLC
4 IU4 36 SMK 5 Ada OHC
5 IU5 30 D3 5 Ada GLC
6 IU6 22 SMK 3 Ada GLC
7 IU7 27 STM 8 Ada OHC
8 IU8 35 SMA 5 Ada OHC
C. Hasil Observasi
Hasil observasi ini digunakan untuk mengetahui kondisi ditempat
penelitian saat penelitian dilakukan untuk mengetahui apa saja yang
37
No Pertanyaan Jawaban
1 Apa yang Anda Perilaku kerjanya yang sesuai SOP,
ketahui mengenai terus ikutin instruksi asisten operator,
perilaku kerja menggunakan APD(IU1)(IU5)(IU6)
aman?
Perilaku aman yaitu yang hati-hati,
menggunakan APD, sesuai K3 dan
kondisi sehat(IU2)(IU3)(IU4)
Yang menjaga keamanan untuk diri
sendiri, orang lain dan lingkungan
kerja(IU7)(IU8)
No Pertanyaan Jawaban
mengetahui muatan menyangkut, bahaya muatan
bahaya yang jatuh saat diangkat, spreader jatuh,
dapat sling yang
menyebabkan rusak(IU1)(IU3)(IU5)(IU7)(IU8)
kecelakan saat
Mengoperasikan alat saat membawa
mengoperasikan
alat tapi tidak sesuai prosedur, misal
alat angkat
operator dalam keadaan tidak sehat,
bongkar muat peti
alat dan barangnya itu
kemas?
bahaya(IU2)(IU4)
Miss komunikasi sama asisten
operator, operator tidak konsentrasi,
dari slingbisa putus, barang jatuh dan
sensor limityang tidak aktif(IU6)
4 Apakah Anda Kecelakaan kerja dan barang
mengetahui rusak(IU1)(IU2)(IU3)(IU6)(IU7)
dampak dari
Kerugian material,korban
berperilaku tidak
jiwa,pekerjaan tertunda, terjadinya
aman saat
insiden(IU4)(IU5)(IU8)
mengoperasikan
alat angkat
bongkar muat peti
kemas?
No Pertanyaan Jawaban
1 Bagaimana cara Periksa sekitar alat, memeriksa alat,
Anda dalam berhati-hati, mengikuti instruksi dari
mengoperasikan asisten operator di bawah,konsentrasi
alat angkat dan mengoperasikan sesuai
tersebut? SOP(IU1)(IU2)(IU3)(IU4)(IU6)(IU7)(IU8)
Periksa sekitar alat, start engine,
control home di ruang elektrik, naik ke
kabin, siap operasi (IU5)
2 Menurut Anda, Dengan hati-hati, tidak buru-buru, yang
bagaimana cara tidak berkepentingan dilarang
Anda untuk mendekat,lihat sekitar alat, beban yang
mencegah diangkat tidak melebihi SWL alat ,
terjadinya sesuai instruksi asisten operator, pakai
kecelakaan APD(IU1)(IU2)(IU4)(IU5)(IU4)(IU6)(IU7)
kerja?
Fokus yang penting(IU3)(IU8)
No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah Anda Iya, di bagian yang terlihat saja, kalau
melakukan mesin biasanya dari JPPI
pemeriksaan (IU1)(IU2)(IU5)(IU6)(IU7)(IU8)
keadaan mesin
Pasti. Yang utama dari sekeliling alat,
sebelum
lalu ke ruang engine, ruang elektrik lalu
mengoperasikan
ke cabin untuk cek fungsi, gantry-nya,
alat angkat
hoist up-down nya(IU3)(IU4)
tersebut?
2 Menurut Anda, Yang sudah di cek oleh BKI dan surat
Bagaimana kelayakannya sudah keluar
keadaan alat (IU1)(IU2)(IU5)(IU4)(IU7)(IU8)
angkat yang layak
Alat yang kondisinya sehat, tidak ada
dioperasikan?
kerusakan(IU3)
Yang mampu mengangkat beban
sesuai beban yang telah ditentukan
alat itu dan fungsi alat baik(IU6)
No Pertanyaan Jawaban
alat angkat? Jika (IU1)(IU2)(IU3)(IU5)(IU6(IU7)(IU8)
iya, setiap berapa
Ada. Tapi untuk waktunya kurang
kali?
paham yang tahu mekanik atau
JPPI(IU4)
No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah terdapat Ada, sebelum dapat SIO dan
pelatihan refreshment setiap perpanjangan SIO
mengenai (IU1)(IU2)(IU3)(IU4)(IU6)(IU7)(IU8)
pengoperasian alat
Sebelum jadi operator, latihan dulu
angkat bagi
dengan operator senior. Setelahnya
operator?Jika ada,
diikuti pelatihan untuk dapat SIO (IU5)
jelaskan?
2 Apakah anda Sudah. Untuk dapatkan
sudah mengikuti SIO(IU1)(IU2)(IU3)(IU4)(IU5)(IU6)(IU7)
pelatihan (IU8)
pengoperasian alat
angkat bagi
operator? Jika
44
No Pertanyaan Jawaban
sudah mohon
dijelaskan?
No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah terdapat Di apel dan dari koordinator briefing
safety briefing sebelum naik ke alat(IU1)(IU2)(IU3)
sebelum
melakukan Ada briefing, biasanya sekaligus
pekerjaan?Jika laporan dari shift sebelumnya pada
iya, jelaskan? saat apel(IU4)(IU5)(IU6)(IU7)(IU8)
2 Bagaimana Apel sama diingatkan sama
bentuk safety koordinator sebelum mulai
briefing operasi(IU1)(IU2)
tersebut?
Apel dan secara lisan. Ada
penyampaian laporan dari shift
sebelumnya,peringatan mengenai
penerapan K3, penggunaan
APD(IU3)(IU4)(IU5)(IU6)(IU7) (IU8)
3 Apakah safety Sangat efisien. Jadi selalu diingatkan
briefing tersebut mengenai keselamatan
efisien untuk kerja(IU1)(IU2)(IU3)(IU5)(IU4)(IU7)
Anda sebelum (IU8)
mengoperasikan
Iya. Operator jadi tahu apa saja yang
alat angkat?
sudah dilakukan di shift sebelumnya,
kondisi alat seperti ada, agar menjaga
keselamatan juga(IU6)
4 Seberapa sering Setiap perganti
safety briefing shift(IU1)(IU2)(IU3)(IU4)(IU5)(IU6)
dilakukan (IU7)(IU8)
sebelum Anda
mengoperasikan
alat angkat?
46
No Pertanyaan Jawaban
5 Siapakah yang Dari manajemen, supervisor
menyampaikan koordinator shift sebelumnya, kadang
safety briefing dari K3
sebelum Anda (IU1)(IU2)(IU3)(IU4)(IU5)(IU6)(IU7)
mengoperasikan (IU8)
alat angkat?
No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah di tempat Ada(IU1)
kerja anda terdapat
Ada. Ditempel di cabin bersamaan
SOP pengoperasian
dengan lisensi alat. Tapi kalau
alat angkat?
belum copot(IU4)
Ada di kantor dipasang(IU3)
Ada.Ditempel di white board di
container
office(IU2)(IU5)(IU6)(IU7)(IU8)
No Pertanyaan Jawaban
Hanya ditempel saja(IU6)
No Pertanyaan Jawaban
1 Apa yang Anda Memberikan kode kepada operator
ketahui mengenai barang mana yang harus diambil
tugas asisten dan gerakan alat yang harus
operator? dilakukan operator bila sudah
aman(IU1)(IU2)(IU4)(IU6)(IU8)
Terima informasi dari operator
kalau ada keluhan dan mencatat
laporan kerja seperti timesheet
(IU3)
Tugasnya membantu operator dan
sebagai mata kedua operator pada
saat akan mengangkat barang
yang tidak terlihat
operator(IU5)(IU7)
No Pertanyaan Jawaban
apakah asisten mengarahkan saat gantry dan
operator sangat melihat keadaan di
membantu dalam bawah(IU1)(IU5)
pengoperasian alat
Sangat membantu. Karena
angkat?
pandangan operator terbatas.
Membantu untuk meminimalisir
kecelakaan kerja Tapi operator
harus punya feeling
juga(IU2)(IU4)(IU6)(IU7)(IU8)
Pasti. Karena kalau ada keluhan
alat, operator tidak perlu turun ke
bawah dulu, dikomunikasikan ke
asisten operator nanti dia yang
menghubungi JPPI(IU3)
No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah ada Tidak ada, hanya ucapan terimakasih
reward yang dari manajemen(IU1) (IU4)
diberikan jika
anda melakukan Tidak ada. Kalau ada kan lebih
pekerjaan dengan memotivasi bekerja yang
baik dan benar? baik(IU2)(IU3)(IU5)(IU7)
Jika
ada,jelaskan? Belum ada(IU6)(IU8)
No Pertanyaan Jawaban
1 Menurut Anda, Sudah mencukupi sebenarnya,
bagaimanakah Ketika dapat SIO berarti operator
pengetahuan sudah paham bagaimana
operator dalam mengoperasikan alat
mengoperasikan alat (IT1)(IT3)(IT4)
angkat bongkar
Semua operator paham dari mulai
muat peti kemas?
menyalakan sampai kalau ada
yang rusak dari alat juga tahu dan
operator juga aware tentang
keselamatan(IT2)
51
No Pertanyaan Jawaban
Cukup baik. Karena sebelumnya
sudah diberi pelatihan dan dapat
serifikat. Setelah dapat sertifikat,
operator mengoperasikan tetap
diawasi operator senior sampai
terlihat mahir(IT5)
No Pertanyaan Jawaban
manusia tidak bias dibiarkan
berjam-jam kerja(IT5)
No Pertanyaan Jawaban
1 Menurut Anda, Tiap operator caranya berbeda,
bagaimana cara kalau situasi tidak aman seperti
operator dalam sling rusak pasti akan sama, tapi
mengoperasikan alat kalau kondisi tidak aman tiap
angkat tersebut? operator akan berbeda, ada yang
tenang, adapula yang tergesa-
gesa tapi seharusnya sesuai
SOP(IT1)
Operator sesuai SOP, kondisi
sehat. Kalau ada masalah
langsung koordinasi dengan
koordinator dan maintenance.
Tapi beberapa ada yang terburu-
buru dan kurang tenang
membawa alat(IT2)(IT4)(IT3)
Sudah sesuai prosedur,
memeriksa kondisi alat lalu
memeriksa area kerja apakah ada
barang atau orang yang
mengganggu kemudian
berkordinasi dengan asisten
53
No Pertanyaan Jawaban
operator(IT5)
No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah dilakukan Iya. Untuk preventif maintenance
pemeriksaan itu oleh JPPI. Kalau operator
keadaan mesin memeriksa biasanya bagian yang
sebelum terlihat saja misal lampu indikator,
mengoperasikan alat
tuas berfungsi dengan baik
angkat tersebut?
(IT1)(IT2)(IT4)
Ada tim mekanik untuk
pemeriksaan namanya JPPI
(IT3)(IT5)
No Pertanyaan Jawaban
diberikan oleh pabrik (IT5)
4 Apakah alat angkat Kalau trouble pasti, tapi tidak
sering mengalami sering biasanya nge-trip atau mati
trouble? Jika iya, tiba-tiba ketika sedang hoist atau
bagaimana slewing yang sering terjadi pada
contohnya? saat kegiatan (IT1)(IT2)(IT4)(IT5)
Trouble sering. Misalnya tidak
bisa gantry, hoist tidak bisa naik
turun(IT3)
5 Apakah ada Ada dari JPPI yaitu pemeriksaan
pemeriksaan berkala harian, mingguan, bulanan sesuai
terhadap alat dengan runhours alat(IT1)
angkat? Jika iya,
Ada setiap hari dari JPPI(IT2)(IT4)
setiap berapa kali?
Ada pemeriksaan daily dan
weekly oleh JPPI(IT3)
Ada. Kita ada subcon namanya
JPPI dan pemeriksaan dilakukan
setiap hari dan bulanan(IT5)
d. Pelatihan Operator
56
No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah terdapat Ada, saat akan mendapatkan SIO
pelatihan mengenai dan refreshment setiap 5 tahun
pengoperasian alat saat pergantian SIO. Ada juga
angkat bagi diklat untuk operator dan dipilih
operator?Jika ada, secara random (IT1)(IT2)
jelaskan?
Ada sebelum mengoperasikan alat
untuk dapat SIO(IT3)(IT4)(IT5)
No Pertanyaan Jawaban
mengoperasikan alat lagi(IT1)(IT2)(IT3)
angkat tersebut?
Sudah cukup, tetapi tergantung
operator(IT4)
Sudah cukup, karena operator rata-
rata dari orang lapangan yang
biasa lihat alat, misalnya dulu
mekanik(IT5)
No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah terdapat Safety briefing biasanya dilakukan
safety briefing saat apel dan setelah
sebelum melakukan apel(IT1)(IT2)(IT4)(IT5)
pekerjaan?Jika iya,
jelaskan? Saat apel dan diskusi secara non
formal(IT3)
No Pertanyaan Jawaban
efisien untuk operator(IT1)(IT3)(IT4)
operator sebelum
Kalau dilihat dari kecelakaan
mengoperasikan alat
kerjanya menjadi rendah dan
angkat?
produktivitasnya tinggi, jadi
menurut saya efisien(IT2)
Efisien, karena kalau tidak ada
safety briefing pasti banyak
kendala dan dapat menimbulkan
accident karena tidak tahu
keadaan lapangan pada shift
sebelumnya(IT5)
No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah di tempat Ada. Di container office dipasang
kerja anda terdapat urutan-urutannya dan untuk
SOP pengoperasian dokumen ada diadmin (di
alat angkat? kantor)(IT1)(IT2)(IT3)
Ada di container office tapi secara
general saja, hal-hal apa saja
yang harus dilakukan sebelum
memulai mengoperasikan(IT4)
2 Bagaimana cara Sosialisasi SOP sering diberikan,
sosialisasi yang terutama dalam pelatihan
diberikan kepada perpanjangan SIO. Refreshment
pekerja terkait SOP dengan memberitahukan pada
pengoperasian alat operator juga dilakukan walaupun
angkat? operator sudah tahu tentang SOP
tersebut(IT1)(IT2)(IT3)(IT4)(IT5)
3 Apakah SOP Membantu sudah pasti, tetapi
tersebut membantu SOP membantu meminimalisir
Anda dalam terjadinya suatu
pengoperasian alat accident(IT1)(IT3)(IT5)
angkat yang benar?
Membantu, jadi operator tidak
asal-asalan saat mengoperasikan
alat(IT2)(IT4)
No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah ada reward yang Kalau reward belum ada.
diberikan jika operator (IT1)(IT2)(IT3)(IT4)(IT5)
melakukan pekerjaan
dengan baik dan benar?
Jika ada, jelaskan?
No Pertanyaan Jawaban
Jika ada, jelaskan? Ada. Biasanya dikasih SP
sama larangan
mengoperasikan alat
(IT2)(IT3)(IT5)
3 Bagaimana tindaklanjut Biasanya di grounded,
yang diberikan kepada dilarang bawa alat. Kalau
operator yang melakukan fatal diberhentikan(IT1)
kesalahan/pelanggaran
Misal ada barang rusak lalu
berulang?
dikasih SP1, kalau dalam 3
bulan melakukan kesalahan
lagi meningkat lagi
(IT2)(IT4)(IT5)
A. Karakteristik Informan
Wawancara mendalam pada penelitian ini difokuskan kepada
informan utama yaitu operator alat angkat bongkar muat peti kemas yang
berjumlah delapan orang. Informan utama tersebut merupakan orang
yang mengoperasikan alat angkat bongkar muat peti kemas di PT.
Pelabuhan Tanjung Priok. Seluruh informan utama berjenis kelamin laki-
laki dan telah memiliki lisensi K3 atau Surat Izin Operasi (SIO) sesuai
persyaratan bagi operator dalam Permenakertrans RI NOMOR
PER.09/MEN/VII/2010 tentang operator dan petugas pesawat angkat dan
angkut.14 Alat angkat bongkar muat peti kemas di sana terdiri dari Gantry
Luffing Crane (GLC) dan Overhead Crane (OHC). Informan utama dalam
penelitian ini terdiri dari lima operator GLC dan tiga operator OHC yang
merupakan operator pada perusahaan tersebut.
Berdasarkan Permenakertrans RI NOMOR PER.09/MEN/VII/2010
tentang operator dan petugas pesawat angkat dan angkut, operator GLC
termasuk ke dalam operator kelas II. Hal ini dikarenakan GLC merupakan
alat angkat berupa keran gantry dengan beban maksimal barang yang
diangkat yaitu 40 ton. Sedangkan operator OHC termasuk ke dalam
operator kelas III karena beban maksimal barang yang diangkat yaitu 15
ton, tidak lebih dari 25 ton. Berdasarkan karakteristik usia operator
GLC,operator termuda berusia 22 tahun, telah berpengalaman membantu
dibidangnya sekurangnya tiga tahun dan telah memiliki lisensi K3. Oleh
karena ituseluruh operator GLC telah memenuhi syarat sebagai operator
kelas II yaitu berpendidikan sekurangnya SLTA/sederajat,
berpengalaman sekurang-kurangnya tiga tahun membantu pelayanan di
bidangnya, berusia sekurang-kurangnya 21 tahun dan memiliki Lisensi
K3. Sedangkan pada operator OHC, usia termuda operator tersebut
adalah 27 tahun, telah berpengalaman membantu dibidangnya
sekurangnya satu tahun dan telah memiliki lisensi K3. Oleh karena itu
seluruh operator OHC telah memenuhi syarat sebagai operator kelas III
62
yaitu berpendidikan sekurangnya SLTP/sederajat, berpengalaman
sekurang-kurangnya satu tahun
63
64
2. Masa Kerja
Berdasarkan penelitian ini, yang dimaksud masa kerja adalah
lamanya informan utama bekerja sebagai operator. Empat orang
informan utama telah bekerja selama 5 tahun, 2 orang selama 3
tahun, dan 2 orang lainnya masing-masing telah bekerja selama 4
tahun dan 5 tahun. Untuk dapat mengoperasikan alat angkat sesuai
Permenakertrans RI NOMOR PER.09/MEN/VII/2010 tentang
operator dan petugas pesawat angkat dan angkut telah sesuai
dengan syarat yang ditentukan.
Pada penelitian ini, dilihat dari observasi yang dilakukan,
pekerja yang masa kerjanya baru ataupun lama selalu melakukan
pemeriksaan alat serta mengoperasikan alat sesuai dengan SOP
yang ada. Terkait penggunaan APD pada saat pengoperasian yang
harusnya selalu dipakai seperti rompi, safety shoes dan helmet,
setelah dilakukan observasi, beberapa operator baik dengan masa
kerja baru atau lama tidak menggunakan APD lengkap saat
mengoperasikan alat karena merasa risih dan sudah terbiasa dengan
hal tersebut.
Dari hal tersebut dapat disimpulkan, meskipun beberapa
operator telah memiliki masa kerja yang cukup lama tidak
mempengaruhi operator tersebut akan berperilaku aman. Terkadang
seseorang dengan masa kerja yang cukup lama memberikan efek
negatif karena timbulnya rasa bosan dan merasa terbiasa dengan hal
tersebut serta tidak pernah mengalami kecelakaan kerja. Hal ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan pada perawat di instalasi
rawat inap sebuah rumah sakit swasta di Kota Semarang yang
menunjukkan bahwa perawat dengan masa kerja lama cenderung
malas untuk berperilaku aman karena tidak pernah mengalami
gangguan kesehatan maupun kecelakaan kerja.47
Namun hasil penelitian tersebut tidak sejalan menurut
Suma’mur dalam bukunya, dimana pengalaman akan mempengaruhi
perilaku perkerja dalam melakukan pekerjaannya, sehingga dapat
mengurangi risiko kecelakaan kerja. Selain itu, pekerja yang
66
Undang No.1 tahun 1970 pasal 14, menyatakan bahwa salah satu
kewajiban pengurus yaitu secara tertulis menempatkan semua syarat
keselamatan kerja jang diwajibkan, sehelai undang-undang dan semua
peraturan pelaksanaan yang berlaku bagi tempat kerja pada tempat-
tempat yang mudah dilihat dan terbaca dan menurut petunjuk pegawai
pengawas atau ahli keselamatan kerja.2 Sosialisasi terkait prosedur
diwajibkan agar pekerja bekerja sesuai prosedur dan terhindar dari
kecelakaan kerja.32
Perusahaan menggunakan izin kerja untuk setiap pengoperasian
alat karena kegiatan tersebut merupakan kegiatan utama di pelabuhan.
Agar pengoperasian alat dapat dilakukan, operator yang menjalankan
harus memiliki Surat Izin Operasi (SIO) atau dikenal dengan lisensi K3.
Hal ini sesuai dengan Permenakertrans RI Nomor PER.09/MEN/VII/2010
tentang operator dan petugas pesawat angkat dan angkut pasal 5,
dimana menyatakan bahwa setiap alat angkat angkut dioperasikan oleh
operator pesawat angkat dan angkut yang mempunyai Lisensi K3 dan
buku kerja sesuai jenis dan kualifikasinya.14 Selain itu, untuk
pengoperasian alat, perusahaan memiliki sertifikasi alat, pengesahan
atau Surat Izin Alat (SIA) yang menyatakan bahwa alat tersebut siap
dioperasikan yang sesuai dengan Permenaker RI Nomor
9
PER.05/MEN/1985 tentang pesawat angkat angkut.
Perusahaan telah menyediakan APD bagi pekerja yaitu rompi,
safety shoes, helmet dan sarung tangan. Namun kacamata untuk
menghindari sinar yang tidak diinginkan belum tersedia. Seharusnya
dalam Permenakertrans RI Nomor PER.08/MEN/VII/2010 tentang alat
pelindung diri pasal 7 ayat 2 menyatakan bahwa perusahaan harus
mengidentifikasi kebutuhan APD dan syaratnya.49Hasil observasi yang
dilakukan, beberapa operator ada yang tidak menggunakan safety shoes
saat memasuki area kerja. Pada saat dikabin, operator biasanya tidak
pernah menggunakan APD apapun karena merasa tidak nyaman dan
sudah terbiasa. Padahal seharusnya APD tersebut tetap digunakan
sesuai dengan SOP perusahaan. Selain itu, berdasarkan
Permenakertrans RI Nomor PER.08/MEN/VII/2010 pasal 6 ayat 1
menyatakan bahwa pekerja/buruh dan orang lain yang memasuki tempat
69
selama 4 jam terus menerus dan waktu istirahat tersebut tidak termasuk
jam kerja.50
yang dapat terjadi, dampak dari berperilaku tidak aman dan manfaat
dari berperilaku aman. Hal ini dikarenakan seluruh operator telah
melakukan pelatihan saat pembuatan lisensi K3/SIO dan telah
disampaikan saat pelatihan tersebut. Selain itu setiap safety briefing
operator selalu diingatkan terkait hal tersebut.
Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa pengetahuan
informan utama terhadap perilaku kerja aman dan tidakaman, bahaya
yang dapat terjadi, dampak dari berperilaku tidak aman dan maanfaat
dari perilaku aman cukup baik. Pengetahuan tersebut seharusnya
dapat menjadikan dasar terbentuknya kesadaran dan keyakinan
untuk melakukan perilaku aman.
Beberapa penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa
pengetahuan pekerja berhubungan terhadap perilaku aman pekerja.
Penelitian pada perawat instalasi rawat inap di rumah sakit swasta
Kota Semarang menunjukkan bahwa adanya hubungan yang
bermakna antara pengetahuan dengan perilaku aman perawat
tersebut. Perawat yang memiliki pengetahuan tinggi cenderung
berperilaku aman dibandingkan dengan perawat yang memiliki
pengetahuan rendah.47 Penelitian lain yang dilakukan pada pekerja
proyek konstruksi Tiffany Apartemen menunjukkan pekerja dinilai
sudah memiliki pengetahuan mengenai perilaku aman yang cukup,
namun masih saja ditemukan pekerja yang berperilaku tidak aman
saat bekerja.51
Menurut Notoatmodjo, perilaku yang didasari oleh pengetahuan
akan lebih baik daripada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan. Walaupun pengetahuan tidak selalu memberikan
perubahan perilaku, namun pengetahuan penting diberikan kepada
seseorang sebelum bertindak. Tindakan tersebut akan sama dengan
pengetahuan bila sesorang menerima kode yang kuat untuk
bertindak sesuai pengetahuan.19Kurangnya pengetahuan menurut
teori domino sequence juga merupakan salah satu faktor personal
yang menjadi penyebab dasar terjadinya kecelakaan kerja yang
dapat menimbulkan kerugian bagi diri sendiri, orang lain dan
perusahaan.1
72
2. Sikap
Sikap merupakansuatu respon tertutup sesorang terhadap
suatu rangsangan yang ada. Sikap belum merupakan suatu tindakan
namun merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku.Sikap belum
dapat dilihat secara langsung, tetapi hanya ditafsirkan terlebih dahulu
dari perilaku yang tertutup.15 Sikap secara umum juga dirumuskan
sebagai kecenderungan untuk merespon secara positif ataupun
negatif terhadap orang, objek atau situasi tertentu. Sikap belum tentu
mencerminkan perilaku begitupula sebaliknya. Hal ini seringkali
terjadi bahwa seseorang berperilaku bertentangan dengan
sikapnya.52
Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang dilakukan
dengan informan utama terkait sikap mereka dalam mengoperasikan
alat bongkar muat, didapatkan kata kunci yaitu informan akan
memeriksa alat dan sekeliling alat sebelum mengoperasikan alat,
berkomunikasi dengan asisten operator dan mengoperasikan alat
sesuai SOP. Untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja,
didapatkan kata kunci yaitu melakukannya dengan cara berhati-hati,
tidak terburu-buru dan konsentrasi dalam mengoperasikan alat,
berkordinasi, menggunakan APD dan mengikuti instruksi dari asisten
operator serta memastikan alat dan sekeliling alat aman.
Menurut informan triangulasi setuju bahwa cara operator
mengoperasikan alat angkat sesuai dengan prosedur. Namun
beberapa informan triangulasi menjelaskan cara operator
mengoperasikan alat berbeda-beda. Informan triangulasi juga
berpendapat bahwa operator akan berkordinasi kepada JPPI
mengenai kondisi alat, memeriksa sekeliling alat, menggunakan APD
dan berkordinasi dengan asisten operator dan juga koordinator untuk
mencegah terjadinya kecelakaan kerja.
Berdasarkan hasil observasi di lapangan, sejalan dengan apa
yang diungkapkan informan triangulasi bahwa operator telah
melakukan pemeriksaan sekeliling alat, berkordinasi dengan asisten
operator dan koordinator dalam setiap kegiatannya serta sesuai
dengan SOP yang ada saat pengoperasian alat. Namunbeberapa
73
5. Safety Briefing
Safety briefing atau safety talk adalah pertemuan dan bentuk
komunikasi yang dilakukan secara rutin antara pekerja,supervisor
dan orang berkaitan untuk membahas mengenai K3. Sebagai suatu
bentuk komunikasi K3, safety briefing sangat penting dalam K3.
Komunikasi merupakan elemen implementasi Sistem Manajemen K3
(SMK3) yang diatur dalam OHSAS 18001 klausul 4.4.3.1. Selain itu,
komunikasi juga merupakan aspek K3 yang sangat penting untuk
berperilaku aman dan mencegah terjadinya kecelakaan kerja
tersebut.28
Hasil wawancara mendalam yang dilakukan dengan informan
utama, didapatkan bahwa terdapat safety briefing yang dilakukan dan
dalam bentuk apel yang berisi penyampaian atau laporan kerja dari
shift sebelumnya serta dilaksanakan setiap pergantian shift yang
diberikan oleh manajemen, koordinator shift sebelumnya, supervisor
dan terkadang dari bagian K3. Safety briefing ini dianggap efisien
oleh informan utama agar untuk melakukan pengoperasian alat
secara aman.
Sejalan dengan hasil wawancara mendalam dengan informan
triangulasi, seluruh informan triangulasi menyatakan bahwa terdapat
safety briefing setiap akan melakukan pekerjaan yaitu saat apel yang
berisi penyampaian laporan dari shift sebelumnya dan penyampaian
tentang keselamatan dan dilakukan tiap pergantian shift. Informan
triangulasi menyatakan bahwa safety briefing ini disampaikan oleh
supervisor, koordinator, manajemen dan terkadang bagian K3.
Informan triangulasi setuju bahwa safety briefing ini efisien sebelum
operator mengoperasikan alat secara aman.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, safety briefing
dilakukan setiap pergantian shift dan disampaikan oleh manajemen,
78
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Tingkat pendidikan tinggi, masa kerja yang lama dan usia yang lebih
tua tidak menjadikan operator berperilaku aman, begitupula
sebaliknya.
2. Pengetahuan yang dimiliki operator mengenai pengoperasian alat
secara aman cukup baik.
3. Terdapat operator yang bersikap positif dan bersikap negatif pada
saat pengoperasian alat.
4. Keadaan mesin pada setiap alatsudah baik karena adanya
pemeriksaan setiap hari oleh operator dan pihak Jasa Peralatan
Pelabuhan Indonesia (JPPI).
5. Seluruh operator telah mengikuti pelatihan sebelum menjadi operator
untuk mendapatkan SIO/lisensi K3.
6. Safety briefing telah dilakukan pada setiap pergantian shift dan cukup
baik namun belum melibatkan operator untuk ikut berdiskusi.
7. Standard Operational Procedure (SOP) pengoperasian alat angkat
sudah ada, namun sosialiasi belum menyeluruh.
8. Peran asisten operator sangat membantu operator dalam
mengoperasikan alat angkat secara aman.
9. Pemberian reward untuk operator belum ada dari perusahaan
sedangkan punishment sudah ada dan diterapkan.
B. Saran
1. Bagi Perusahaan
a. Perusahaan perlu mensosialisasikan kembali SOP dalam
mengoperasikan alat angkat secara menyeluruh kepada semua
operator.
b. Melakukan komunikasi dua arah pada saat safety briefing dengan
melibatkan operator untuk berdiskusi dan berpendapat.
c. Memberikan rewardkepada operator sebagai bentuk
penghargaan berupa uang agar operator lebih termotivasi lagi
untuk mengoperasikan alat secara aman
84
85
2. Bagi Operator
a. Operator diharapkan untuk mematuhi SOP seperti menggunakan
APD secara lengkap pada saat mengoperasikan alat angkat.
3. Bagi Peneliti Lain
a. Peneliti lain diharapkan dapat meneliti lebih mendalam faktor-
faktor lain yang mungkin dapat mempengaruhi perilaku aman
dalam pengoperasian alat angkat-angkut, misalnya terkait
ergonomi, beban kerja fisik, motivasi dan juga stress kerja.
86
DAFTAR PUSTAKA
6. Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja Tahun 2017 [Internet]. 2017.
Available from:
http://pusdatin.kemnaker.go.id/adminpusdatin/ebook/55234400_15190159
36.pdf
12. Anonim. Duh! Tingkat Kecelakaan Kerja di Pelabuhan Peti Kemas Tinggi
[Internet]. 2018 [cited 2018 Mar 15]. Available from:
https://economy.okezone.com/read/2017/10/26/320/1802606/duh-tingkat-
kecelakaan-kerja-di-pelabuhan-peti-kemas-tinggi
14. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republlik Indonesia No.
9 Tahun 2010 Tentang Operator dan Petugas Pesawat Angkat dan
Angkut. 2010.
17. Glanz K, Rimer BK. Theory at a Glance: A Guide for Health Promotion
Practice. Heal (San Fr. 2005;52.
21. Siagian SP. Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta: Bina Aksara; 1987.
27. Fajri H. Analisis Tingkat Pengetahuan Safety Driving Pada Sopir Mobil
PT.X. Universitas Indonesia; 2008.
32. Goetsch DL. Occupational Safety and Health in The Age of High
Technology. 2nd ed. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall Inc;
1996.
34. Geller ES. The Psychology of Safety Handbook. USA: Lewis Publisher;
2001.
35. Syafaat. Analisis Perilaku Berisiko (At-Risk Behavior) pada Pekerja Unit
Usaha Las ektor Informal di Kota X Tahun 2008. Universitas Indonesia;
2008.
37. Dajan A. Pengantar Metode Statistik Jilid I. 20th ed. Jakarta: Pustaka
LP3ES; 1984.
38. Moleong LJ. Metodologi Penelitian Kualitatif. 13th ed. Bandung: PT Rmaja
Rosdakarya; 2000.
42. Pribadi KY. Analisis Pengoperasian Pada Operator Rubber Tyred Gantry
(RTG) di Terminal Peti Kemas Semarang. Universitas Diponegoro.
Semarang; 2016.
44. Bachri BS. Meyakinkan Validitas Data Melalui Triangulasi Pada Penelitian
Kualitatif. Teknol Pendidik. 2010;10(1):46–62.
89
47. Widyawati K. Analisis Perilaku Aman Para Perawat di Instalasi Rawat Inap
pada Sebuah Rumah Sakit Swasta Kota Semarang. Universitas
Diponegoro; 2015.
51. Annishia FB. Analisis Perilaku Tidak Aman Pekerja Konstruksi PT.PP
(Persero) di Proyek Pembangunan Tiffany Apartemen Jakarta Selatan.
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta; 2011.
53. Kurniawan A. Faktor yang Berhubungan dengan Safety Driving Pada Sopir
Truk Pasir yang Melintasi Jalan Perintis Kemerdekaan Kota Semarang
Tahun 2010. Universitas Diponegoro; 2010.
54. Listianti AN, Faisya AF, Camelia A. Analisis Perilaku Aman Pada Pekerja
Galangan Kapal di PT Dok & Perkapalan Kodja Bahari ( Persero ) Cabang
Palembang Periode Oktober Tahun 2012. 2013;4:99–107.
INFORM CONSENT
(LEMBAR PERSETUJUAN MENGIKUTI PENELITIAN)
Jakarta, 2018
Informan
L-2
Hari/Tanggal Wawancara :
A. IDENTITAS INFORMAN
1. Nama Responden :
2. Usia :
3. Pendidikan Terakhir :
4. Masa Kerja :
5. Kepemilikan Lisensi K3 :
6. Tahun Pengeluaran Lisensi K3 :
B. PENGETAHUAN
1. Apa yang Anda ketahui mengenai perilaku kerja aman?
2. Apa yang Anda ketahui mengenai perilaku kerja tidak aman?
3. Apakah Anda mengetahui bahaya yang dapat menyebabkan kecelakan
saat mengoperasikan alat angkat bongkar muat peti kemas?
4. Apakah Anda mengetahui dampak dari berperilaku tidak aman saat
mengoperasikan alat angkat bongkar muat peti kemas?
5. Apakah Anda mengetahui manfaat dari berperilaku aman saat
mengoperasikan alat angkat bongkar muat peti kemas?
6. Apa saja hal yang harus diperiksa sebelum Anda mengoperasikan alat
angkat bongkar muat peti kemas?
C. SIKAP
1. Bagaimana cara Anda dalam mengoperasikan alat angkat tersebut?
2. Menurut Anda, bagaimana cara Anda untuk mencegah terjadinya
kecelakaan kerja?
D. KEADAAN MESIN
1. Apakah Anda melakukan pemeriksaan keadaan mesin sebelum
mengoperasikan alat angkat tersebut?
2. Menurut Anda, Bagaimana keadaan alat angkat yang layak
dioperasikan?
3. Apakah alat angkat di tempat anda sudah sesuai standar kelayakan
untuk dioperasikan? Mohon dijelaskan?
L-2
Hari/Tanggal Wawancara :
A. IDENTITAS INFORMAN
1. Nama Responden :
2. Usia :
3. Jabatan :
4. Pendidikan Terakhir :
5. Masa Kerja :
B. PENGETAHUAN
1. Menurut Anda, bagaimanakah pengetahuan operator dalam
mengoperasikan alat angkat bongkar muat peti kemas?
2. Bagaimana cara Anda memberikan pengetahuan kepada operator
mengenai berperilaku aman dalam pengoperasian alat angkat bongkar
muat peti kemas?
3. Apakah operator mengetahui bahaya yang dapat menyebabkan
kecelakan saat mengoperasikan alat angkat bongkar muat peti kemas?
4. Apakah operator mengetahui dampak dari berperilaku tidak aman saat
mengoperasikan alat angkat bongkar muat peti kemas?
C. SIKAP
1. Menurut Anda, bagaimana cara operator dalam mengoperasikan alat
angkat tersebut?
2. Menurut Anda, bagaimana cara operator untuk mencegah terjadinya
kecelakaan kerja?
D. KEADAAN MESIN
1. Apakah dilakukan pemeriksaan keadaan mesin sebelum
mengoperasikan alat angkat tersebut?
2. Menurut Anda, Bagaimana keadaan alat angkat yang layak
dioperasikan?
3. Apakah alat angkat di tempat anda sudah sesuai standar kelayakan
untuk dioperasikan? Mohon dijelaskan?
4. Apakah alat angkat sering mengalami trouble? Jika iya, bagaimana
contohnya?
L-3
5. Apakah ada pemeriksaan berkala terhadap alat angkat? Jika iya, setiap
berapa kali?
E. PELATIHAN OPERATOR
1. Apakah terdapat pelatihan mengenai pengoperasian alat angkat bagi
operator?Jika ada, jelaskan?
2. Apakah semua operator sudah mengikuti pelatihan pengoperasian alat
angkat bagi operator? Jika sudah mohon dijelaskan?
3. Bagaimana bentuk pelatihannya?
4. Siapa yang memberikan pelatihan tersebut?
5. Materi apa yang diberikan dalam pelatihan tersebut?
6. Apakah pelatihan tersebut cukup untuk operator sebelum
mengoperasikan alat angkat tersebut?
F. SAFETY BRIEFING
1. Apakah terdapat safety briefing sebelum melakukan pekerjaan?Jika iya,
jelaskan?
2. Bagaimana bentuk safety briefing tersebut?
3. Apakah safety briefing tersebut efisien untuk operator sebelum
mengoperasikan alat angkat?
4. Seberapa sering safety briefing dilakukan sebelum operator
mengoperasikan alat angkat?
5. Siapakah yang menyampaikan safety briefing kepada operator sebelum
mengoperasikan alat angkat?
G. TERSEDIANYA SOP PENGOPERASIAN ALAT ANGKAT
1. Apakah di tempat kerja anda terdapat SOP pengoperasian alat angkat?
2. Bagaimana cara sosialisasi yang diberikan kepada pekerja terkait SOP
pengoperasian alat angkat?
3. Apakah SOP tersebut membantu operator dalam pengoperasian alat
angkat yang benar?
H. PERAN ASISTEN OPERATOR
1. Apa yang Anda ketahui mengenai tugas asisten operator?
2. Menurut Anda, apakah asisten operator sangat membantu dalam
pengoperasian alat angkat?
I. REWARD AND PUNISHMENT
1. Apakah ada reward yang diberikan jika operator melakukan pekerjaan
dengan baik dan benar? Jika ada,jelaskan?
L-3
LEMBAR OBSERVASI
ergonomis
13 Pemeriksaan alat angkat
secara berkala
14 Adanya alat pengaman
mesin
15 Adanya pengaturan shift
kerja yang sesuai
16 Bekerja di ketinggian tidak
lebih dari 4 jam
17 Waktu istirahat yang cukup
bagi operator
18 Prosedur kerja telah
didokumentasikan
19 Prosedur kerja telah
disosialisasikan kepada
pekerja
Referensi:
1. Undang-Undang No 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
2. Permenaker RI No 5 tahun 1985 tentang Pesawat Angkat Angkut
3. Permenakertrans RI No tahun 2010 tentang Operator dan Petugas
Pesawat Angkat Angkut
4. Undang-Undang No 13 tahun 2003 tentang Keenagakerjaan
5. Permenaker No 9 tahun 2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
dalam Pekerjaan pada Ketinggian
L-5
Dokumentasi Penelitian
Surat Pernyataan