Anda di halaman 1dari 119

HALAMAN COVER

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG


MEMPENGARUHI KESELAMATAN
PENGOPERASIAN ALAT ANGKAT BONGKAR
MUAT PETI KEMAS
(Studi Kasus di PT. Pelabuhan Tanjung Priok)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat


untuk mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
dengan Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Oleh:
PUTRI SARAH ALVERNIA
NIM: 25010114130223

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2018
HALAMAN HAK CIPTA

© 2018

Hak cipta ada pada penulis

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : PUTRI SARAH ALVERNIA


NIM : 25010114130223

Judul Skripsi:
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESELAMATAN
PENGOPERASIAN ALAT ANGKAT BONGKAR MUAT PETI KEMAS
(Studi Kasus di PT. Pelabuhan Tanjung Priok)

Skripsi mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro ini


telah selesai dibuat pada tanggal 1 Juli 2018 dan dinyatakan sah karena telah
dipertahankan di hadapan penguji pada tanggal 6 Juli 2018

Pembimbing Pendamping Pembimbing Utama

Dr. dr. Daru Lestantyo, M.Si Bina Kurrniawan, SKM, M.Kes


NIP.197110071999031001 NIP. 197210231998021001

Penguji

dr. Baju Widjasena, M.Erg


NIP. 197006281997021001

Semarang, 6 Juli 2018

Dekan
Fakultas Kesehatan Masyarakat

Hanifa Maher Denny, SKM, MPH, Ph.D


NIP.196901021994032001

iii
HALAMAN PERSETUJUAN

Nama : PUTRI SARAH ALVERNIA


NIM : 25010114130223

Judul Skripsi
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESELAMATAN
PENGOPERASIAN ALAT ANGKAT BONGKAR MUAT PETI KEMAS
(Studi Kasus di PT. Pelabuhan Tanjung Priok)

Skripsi mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro ini


telah selesai dibuat pada tanggal 1 Juli 2018 dan pada tanggal 6 Juli 2018
disetujui Pembimbing Utaman dan Pembimbing Pendamping untuk diujikan.

Pembimbing Utama
Bina Kurrniawan, SKM, M.Kes
NIP. 197210231998021001

Pembimbing Pendamping
Dr. dr. Daru Lestantyo, M.Si
NIP.197110071999031001

iv
HALAMAN PERSEMBAHAN

“Barang siapa yang bertakwa kepada Allah maka Dia akan menjadikan jalan
keluar baginya, dan memberinya rizki dari jalan yang tidak ia sangka, dan barang
siapa yang bertawakal kepada Allah maka cukuplah Allah baginya.
Sesungguhnya Allah melaksanakan kehendak-Nya, Dia telah menjadikan untuk
setiap sesuatu kadarnya”
(Q.S. Ath-Thalaq:2-3)

“Without knowledge, action is useless and knowledge without action is futile.”


(Abu Bakr Ash-Shiddiq)

“You’ll never change your life until you change something you do daily. The
secret of your success is found in your daily routine.”
(John C.Maxwell)

“Strenght does not come from physical capacity. It comes from an indomitable
will.”
(Mahatma Gandhi)

“Effort and courage are not enough without purpose and direction.”
(John F Kennedy)

v
HALAMAN RIWAYAT HIDUP

Nama : Putri Sarah Alvernia

Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 30 Juli 1996

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. Jingga Mas VII Blok R3/16, Perum


: Pondok Timur Mas, Galaxy, Bekasi, Jawa
: Barat
Riwayat Pendidikan :

1. 2000-2002TK Tunas Mekar


2. 2002-2005 SD Negeri 04 Pagi Klender
3. 2005-2008 SD Negeri Jatimulya 11
4. 2008-2011 SMP Negeri 2 Bekasi
5. 2011-2014 SMA Negeri 1 Tambun Selatan
6. 2014-2018 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Diponegoro

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukurpenulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat


dan karunia-Nya sehingga penelitian skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Keselamatan Pengoperasian Alat Angkat Bongkar Muat
Peti Kemas (Studi Kasus Di PT. Pelabuhan Tanjung Priok)” dapat terselesaikan.
Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Kesehatan
Masyarakat Universitas Diponegoro Semarang.
Skripsi ini dapat terselesaikan karena adanya dukungan, semangat serta
bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati, penulis
menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Hanifa M. Denny, SKM, MPH, Ph.D selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Diponegoro Semarang
2. Bina Kurniawan, SKM, M.Kes selaku Ketua Bagian Peminatan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Faklutas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro Semarang sekaligus selaku Dosen Pembimbing
Utama, yang telah memberikan ilmu, bimbingan, arahan serta nasihat
selama penyusunan skripsi ini.
3. Dr. dr. Daru Lestantyo, M.Si selaku Dosen Pembimbing Pendamping,
yang telah memberikan ilmu serta bimbingan selama penyusunan skripsi
ini.
4. dr. Baju Widjasena, M.Erg selaku Dosen Penguji yang telah memberikan
kritik dan masukan untuk penyelesaian skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu dosen bagian K3 atas bimbingan dan ilmu selama
perkuliahan.
6. PT. Pelabuhan Tanjung Priok atas kesempatan yang diberikan selama
penelitian berlangsung.
7. Departemen SSE, supervisor dan seluruh koordinator dan operator PT.
Pelabuhan Tanjung Priok atas kerjasama dan partisipasinya saat
penelitian
8. Orang tua (Syailendra dan Elza Yonara) serta adik (M. Al Fajri R) atas
doa, cinta kasih dan dukungan semangat yang diberikan selama proses
menyelesaikan skripsi ini.

vii
9. Rina Widya Astuti selaku sahabat dan teman peneltian, atas dukungan
dan masukan terhadap penyelesaian skripsi ini.
10. Sahabat terbaik Rina Widya A, Novena Claudya dan Aprillia Rosa atas
dukungan, motivasi dan semangat yang diberikan.
11. Teman-teman OSH Forum 2017 atas dukungan, pengalaman dan
kenangan selama ini.
12. Teman-teman BPH OSH Forum 2017 atas kerjasamanya.
13. Sahabat-sahabat kelas C (Ratu Aam, Annissa, Dyah Ayu, Iinaas Adzkiya,
Nabilah Nurhidayanti, Nafiah Yusi, Nugraheni, Sifa F dan Tantika Bella)
atas segala bantuan, dukungan dan kenangan dari sejak menjadi
mahasiswa baru.
14. Teman-teman Bhinneka Project AIESEC Undip (Giusty Asmara, Afifah
Cahya, Carla Ferrina, Adi Nugroho, Regita Masliani, Nanda Bayu,
Zolanda A dan Averosa S) atas segala bantuan, semangat pengalaman,
kenangan dan arti kekeluargaan.
15. Teman-teman Antasena-Global Volunteer Marketing AIESEC Undip
(Dony Silalahi, Adi Wibowo, Ega Octa dan Ardra Alizar) atas dukungan
dan kenangan selama ini.
16. Staff sekaligus adik-adik di Audience Engagement GVM AIESEC Undip
(Vivianisa Nurulita dan M.Rynaldi) atas dukungannya.
17. Putri Nauragesti, Sabilla Iksaningtyas dan Theresia Kartika, teman
seperjuangan skripsi yang selalu memberikan semangat, dukungan, kritik
dan saran selama ini.
18. Semua rekan dan pihak yang terlibat dan membantu proses pengerjaan
skripsi ini.
Demikian penulisan skripsi ini dibuat, semoga bermanfaat bagi penulis
dan semua pihak terutama dalam bidang keselamatan dan kesehatan kerja.
Terima kasih.

Semarang, 6 Juli 2018

Penulis

viii
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
2018

ABSTRAK

PUTRI SARAH ALVERNIA


ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESELAMATAN
PENGOPERASIAN ALAT ANGKAT BONGKAR MUAT PETI KEMAS
(Studi Kasus Di PT. Pelabuhan Tanjung Priok)
xiii+ 88 halaman + 21 tabel + 4 gambar + 6 lampiran

Pelabuhan merupakan tempat kerja yang memiliki risiko kecelakaan yang tinggi.
Kegiatan tersebut diantaranya kegiatan bongkar muat dengan menggunakan alat
angkat. PT.Pelabuhan Tanjung Priok merupakan perusahaan yang bergerak
dibidang jasa pelayanan kepelabuhan untuk kegiatan bongkar muat peti kemas
dan curah kering. Kegiatan tersebut menggunakan alat angkat yaitu Gantry
Luffing Crane (GLC) dan Overhead Crane (OHC) yang dioperasikan oleh
operator. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi keselamatan pengoperasian alat angkat bongkar muat peti
kemas tersebut. Dalam penelitian ini desain yang digunakan adalah deskriptif
dengan pendekatan analisis kualitatif. Subjek penelitian berjumlah 13 orang yang
terdiri dari 8 informan utama dan 5 informan triangulasi. Hasil penelitian ini
menunjukkan tingkat pendidikan, masa kerja dan usia telah sesuai dengan
peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah, tingkat pendidikan, masa kerja dan
usia yang semakin tinggi tidak menjamin operator akan berperilaku aman, namun
pengetahuan operator terkait perilaku kerja aman cukup baik, sikap operator alat
angkat menunjukkan masih ada operator yang tidak berperilaku aman, keadaan
mesin alat angkat sudah baik karena sudah terdapat pemeriksaan setiap harinya,
seluruh operator telah mengikuti pelatihan untuk mendapatkan SIO/lisensi K3,
safety briefing dilakukan setiap pergantian shift namun hanya berupa
pengarahan, SOP pengoperasian sudah ada namun sosialisasinya belum
menyeluruh keseluruh operator, adanya asisten operator sangat membantu
operator dalam pengoperasian alat, dan adanya punishment memotivasi
operator untuk berperilaku aman, namun apabila ada reward akan lebih
memotivasi operator untuk berperilaku aman. Perusahaan sebaiknya
mensosialisasikan kembali SOP pegoperasian alat kepada seluruh operator,
melakukan safety briefing yang bersifat dua arah dan memberikan reward
sebagai bentuk apresiasi kepada operator.

Kata kunci : Pelabuhan, Operator, Pengoperasian dan Alat Angkat


Kepustakaan : 57 (1970-2017

ix
FACULTY OF PUBLIC HEALTH
DIPONEGORO UNIVERSITY
SEMARANG
MAJORING IN OCCUPATIONAL SAFETY AND HEALTH
2018

ABSTRACT

PUTRI SARAH ALVERNIA


ANALYSIS OF FACTORS AFFECTING OPERATION SAFETY LIFTING
EQUIPMENT ON LOADING-UNLOADING CONTAINER
(Case Study at PT. Pelabuhan Tanjung Priok)
xiii+ 88 pages + 21 tables + 4 pictures + 6 attachments

Port is a workplace that has a high accident risk, one of them for loading and
unloading activities by using lifting equipment. PT.Pelabuhan Tanjung Priok is a
company engaged in the service of port services for container loading and
unloading activities. These activities use lifting equipment that is Gantry Luffing
Crane (GLC) and Overhead Crane (OHC) operated by the operator. This study
aimed to analyze the factors that affected the safety of the operation of container
loading and unloading equipment. In this research, the design used descriptive
with qualitative analysis approach. The subject of research was 13 people consist
of 8 main informants and 5 informant triangulation. The results of this study
indicated that the level of education, working period and age had been in
accordance with the rules set by the government, the level of education,
employment and the higher age did not guarantee the operator would behave
safely, but the operator's knowledge of safe working behavior was good enough,
the attitude of the lift operator indicated that there were still operators who were
not behaving safely, the state of the lifting machine was good because there has
been checking every day, all operators have attended the training to get the SIO /
K3 license, safety briefing done every shift change but only in the direction, the
operating SOP already exists but the socialization has not been comprehensive
throughout the operator, the assistant operators were very helpful operators in
the operation of the tool, and the existence of punishment motivated operators to
behave safely, but if there was a reward would be more motivate the operator to
behave safely. The company should re-socialize the Operating Procedure SOP
to all operators, conducted a two-way safety briefing and gave rewards as a form
of appreciation to the operator.

Keywords : Port, Operator, Operation and Lifting Equipment


Literature : 57(1970-2017)

x
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER ............................................................................................... i


HALAMAN HAK CIPTA........................................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. iii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................... v
HALAMAN RIWAYAT HIDUP ............................................................................. vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
ABSTRAK ........................................................................................................... ix
ABSTRACT ......................................................................................................... x
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 5
D.Manfaat Penelitian........................................................................................ 6
E. Ruang Lingkup Penelitian ......................................................................... 6
F. Keaslian Penelitian .................................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 12
A. Peralatan Pengangkatan (Lifting Equipment) .......................................... 12
B. Peralatan Bongkar Muat.......................................................................... 13
C. Perilaku ................................................................................................... 16
D.Teori PRECEDE-PROCEED Lawrence Green ........................................... 17
E. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Operator ............................ 19
F. Kerangka Teori ....................................................................................... 26
BAB III METODE PENELITIAN.......................................................................... 27
A. Kerangka Konsep.................................................................................... 27
B. Jenis dan Rancangan Penelitian ............................................................. 28
C. Subjek Penelitian .................................................................................... 28
D.Definisi Istilah ............................................................................................. 29
E. Instrumen Penelitian ............................................................................... 30
F. Prosedur Penelitian ................................................................................. 30
G.Sumber Data Penelitian ............................................................................. 31
H.Pengolahan dan Analisis Data.................................................................... 32

xi
I. Validitas Data dan Reliabilitas Data......................................................... 32
BAB IV HASIL PENELITAN ............................................................................... 34
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................................ 34
B. Karakteristik Informan ............................................................................. 35
C. Hasil Observasi ....................................................................................... 36
D.Hasil Wawancara Mendalam ...................................................................... 39
BAB V PEMBAHASAN ...................................................................................... 62
A. Karakteristik Informan ............................................................................. 62
B. Analisis Hasil Observasi .......................................................................... 67
C. Analisis Hasil Wawancara Mendalam ...................................................... 70
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................. 84
A. Kesimpulan ............................................................................................. 84
B. Saran ...................................................................................................... 84
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 86

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Keaslian Penelitian ....................................................................................... 8


Tabel 4. 1 Karakteristik Informan UtamA….........................................................35
Tabel 4. 2 Karakteristik Informan Triangulasi..................................................... 36
Tabel 4. 3 Hasil Observasi ................................................................................ 37
Tabel 4. 4 Hasil Wawancara Mendalam Informan Utama tentang Pengetahuan 39
Tabel 4. 5 Hasil Wawancara Mendalam Informan Utama tentang Sikap ........... 41
Tabel 4. 6 Hasil Wawancara Mendalam Informan Utama tentang Keadaan
Mesin ............................................................................................... 42
Tabel 4.7 Hasil Wawancara Mendalam Informan Utama tentang Pelatihan
Operator .......................................................................................... 43
Tabel 4. 8 Hasil Wawancara Mendalam Informan Utama tentang Safety
Briefing ............................................................................................ 45
Tabel 4. 9 Hasil Wawancara Mendalam Informan Utama tentang Tersedianya
SOP Pengoperasian Alat ................................................................. 46
Tabel 4. 10 Hasil Wawancara Mendalam Informan Utama tentang Peran Asisten
Operator .......................................................................................... 47
Tabel 4. 11 Hasil Wawancara Mendalam Informan Utama tentang Reward and
Punishment ..................................................................................... 48
Tabel 4. 12 Hasil Wawancara Mendalam Informan Triangulasi tentang
Pengetahuan ................................................................................... 50
Tabel 4. 13 Hasil Wawancara Mendalam Informan Triangulasi tentang Sikap ... 52
Tabel 4. 14 Hasil Wawancara Mendalam Informan Triangulasi tentang Keadaan
Mesin ............................................................................................... 54
Tabel 4. 15 Hasil Wawancara Mendalam Informan Triangulasi tentang Pelatihan
Operator .......................................................................................... 56
Tabel 4. 16 Hasil Wawancara Mendalam Informan Triangulasi tentang Safety
Briefing ............................................................................................ 57
Tabel 4. 17 Hasil Wawancara Mendalam Informan Triangulasi tentang SOP
Pengoperasian Alat ......................................................................... 59
Tabel 4. 18 Hasil Wawancara Mendalam Informan Triangulasi tentang Peran
Asisten Operator.............................................................................. 60
Tabel 4. 19 Hasil Wawancara Mendalam Informan Triangulasi tentang Reward
and Punishment............................................................................... 60

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Gantry Luffing Crane (GLC) .......................................................... 16


Gambar 2. 2 Overhead Crane............................................................................ 16
Gambar 2. 3 Kerangka Teori ............................................................................. 26
Gambar 3. 1 Kerangka Konsep.......................................................................... 27

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan suatu
program wajib yang ada di setiap tempat kerja. Implementasinya telah
menyebar secara menyeluruh hampir disetiap sektor industri yang
ada.1Hal ini juga selaras dengan telah ditetapkannya UU No.1 tahun 1970
mengenai Keselamatan Kerja dimana dalam undang-undang tersebut
telah diatur mengenai keselamatan kerja di dalam seluruh tempat kerja,
baik di darat, di dalam tanah, dipermukaan air, di dalam air maupun di
udara.2Selain itu, syarat-syarat mengenai keselamatan kerja yang harus
dipenuhi oleh setiap orang atau badan usaha, baik formal maupun
informal untuk memberikan perlindungan kesehatan dan keselamatan di
lingkungan tempat kerja dengan upaya promosi kesehatan dan
menciptakan sistem kerja yang aman tanpa terjadinya kecelakaan
kerja.1,3
Kecelakaan kerja merupakan suatu kejadian yang tidak diinginkan
dan tanpa adanya unsur kesengajaan yang dapat merugikan harta benda
dan korban jiwa.4 Menurut Heinrich, terjadinya kecelakaan kerja
disebabkan oleh 88% perilaku tidak aman, 10% karena kondisi
lingkungan yang tidak aman dan 2% merupakan takdir.4
Berdasarkanfdata dan riset mengenai kesehatan dan kecelakaan
kerja yang dilakukan oleh International Labor Organization (ILO) tahun
2013, setiap tahunnya lebih dari 250 juta kecelakaan kerja terjadi dan
lebih dari 160 juta pekerja mengalamiisakit akibat pekerjaan mereka.
Selainiituisekitar 1,2 jutaipekerja meninggal duniaiakibat Penyakit Akibat
Kerja (PAK) dan kecelakaanikerja pekerja di tempat kerja mereka. Hal ini
dapat diartikanibahwa setiap 15 detik, ada satu orang pekerja meninggal
dunia akibat kecelakaan kerja.5,4
Di Indonesia, angka kecelakaan kerja saat ini masih cukup tinggi.
Kecelakaan tersebut terdiri dari kasus kecelakaan ringan, sedang
maupun berat yang menyababkan kerugian materi, kecacatan maupun

1
kematian pada pekerja. Berdasarkan data statistik Kecelakaan Kerja dan
Penyakit

2
2

Akibat Kerja (PAK) Direktoral Jendral Binwasker & K3 yang


diolahiPusdatinIKementrianITenagaIKerjaItahuni2017,isebanyaki10.588i
kasusikecelakaanikerjaiterjadidiiIndonesia.6
Saat ini perkembangan perdagangan di dunia sangat berkembang
pesat. Hal ini dikarenakan banyak dan mudahnya pengiriman barang
perdagangan dari dan ke seluruh dunia. Menurut data Global Industry
Analysts tahun 2017, lebih dari 90% perdagangan dunia dibawa melalui
laut dengan menggunakan peti kemas.7 Hal ini dianggap paling ekonomis
untuk perpindahan peti kemas ke berbagai negara. Selain menggunakan
peti kemas beberapa pengiriman barang melalui laut dapat pula
berbentuk curah kering.
Peti kemas atau biasa disebut dengan container adalah sebuah
kotak yang dirancang secara khusus untuk memfasilitasi pengangkutan
barang dengan satu atau lebih moda transportasi.Sedangkan curah
kering merupakan suatu komoditas yang ditangani, ditransportasikan dan
didistribusikan dalam jumlah banyak dan tidak terkemas.8Dalam proses
kegiatan bongkar muat peti kemas atau curah kering di pelabuhan,
kegiatan pengangangkatan (lifting) sangat dibutuhkan. Alat berat untuk
pengangkat seperti Container Crane, Rubber Tyred Gantry Crane, Gantry
Luffing Crane, Stacker dan lainnya biasa digunakan untuk kegiatan
tersebut. Berdasarkan Permenaker RI No. PER.05/MEN/1985, peralatan
angkat adalah alat yang dikonstruksi atau dibuat khusus untuk
mengangkat naik dan menurunkan muatan.9 Kegiatan pengangkatan ini
dapat dijumpai pada pengiriman muatan melalui laut yang akan disimpan
pada di pelabuhan.
Pelabuhan merupakan salah satu tempat kerja yang memiliki
risiko kecelakaan kerja yang cukup tinggi. Setiap tahunnya kecelakaan
yang diakibatkan oleh pengangkatan di pelabuhan terjadi. Berdasarkan
data statistik Marine Industrial Accident, Departemen Kelautan
Hongkongtahun 2016 telah terjadi sebanyak 76 kasus kecelakaan kerja
pada bagian pengangkatan bongkar muat pelabuhan. Kecelakaan kerja
tersebut terdiri dari 60 kasus kecelakaan minor, 15 kasus kecelakaan
serius dan 1 kasus kecelkaan fatal.10
3

Di Indonesia, kecelakaan kerja pada saat kegiatan bongkar muat


dengan menggunakan alat angkat sering terjadi. Salah satu kejadian
kecelakaan kerja yang terjadi pada bongkar muat yaitu putusnya tali
wayer trolly RTG saat melakukan bongkar muat peti kemas dari kapal
yang menyebabkan tewasnya asisten operator RTG pada 21 Oktober
2017.11 Selain itu, dalam kurun waktu dua tahun terakhir telah terjadi
kecelakaan kerja di JICT Jakarta terkait bongkar muat peti kemas seperti
rusaknya alat spreader dan jatuh menimpa mobil perawatan dan peti
kemas yang merosot saat proses pengangkatan.12 Beberapa kejadian
kecelakaan pada bongkar muat peti kemas terjadi akibat gagalnya
pengoperasian alat angkat oleh operator alat dan juga keadaan alat
tersebut.
PT. Pelabuhan Tanjung Priok (PT. PTP) merupakan anak
perusahaan PT. Pelabuhan Indonesia II yang bergerak dibidang jasa
pelayanan kepelabuhan. Terdiri atas tiga terminal, PT.PTP melakukan
kegiatan bongkar muat peti kemas dan curah kering. Pada kegiatan
bongkar muat tersebut, digunakan alat berat yaitu pesawat angkat angkut
berupa Gantry Luffing Crane (GLC) dan Overhead Crane (OHC). Hal ini
dikarenakan penggunaan alat angkat angkut tersebut dapat
mempermudah pengangkatan dan lebih efisien tanpa menggunakan
tenaga manusia. Walaupun efisien, namun penggunaan angkat tersebut
memiliki risiko bahaya dan kecelakaan kerja yang besar.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan di PT.PTP, laporan
kecelakaan kerja yang terjadi sepanjang 2017banyak terdapat di Terminal
Operasi 2 dan 3. Empat kasus kecelakaan kerja terjadi pada tahun 2017
diakibatkan pada saat pengoperasian alat angkat bongkar muat.
Kejadiaan tersebut diantaranya alat angkat yang akan melakukan muatan
peti kemas, jatuh dan menimpa peti kemas lainnya, kampas kopling
Gantry Luffing Crane pada saat pengangkatan peti kemas jatuh dan
menimpa railing lambung kiri kapal serta jatuhnya dua buah peti kemas
yang diangkat bersamaan oleh alat angkat. Kejadian tersebut tidak
memakan korban jiwa, namun menimbulkan kerugian akibat rusaknya
alat, container ataupun fasilitas disekitar tempat bongkar muat peti
kemas. Hal tersebut diakibatkan oleh kelalaian operator atau human error
4

seperti operator mengoperasikan alat kasar, gagal dalam mengangkat,


posisi pengangkatan yang tidak benar serta tidak mengoperasikan sesuai
prosedur yang ada.
Berdasarkan observasi yang dilakukan di awal pada dua operator
Gantry Luffing Crane (GLC) ditemukan pekerja tidak memakai APD yaitu
rompi, helmet dan safety shoes karena merasa tidak nyaman. Selain itu,
ditemukan operator yang masih membawa alat secara terburu-buru serta
mengoperasikan alat kasar, seperti menggerakkan tuas penggerak
dengan cepat dan meletakkan spreader terburu-buru hingga menabrak
peti kemas yang akan dibongkar. Berdasarkan hasil wawancara dengan
beberapa operator alat berat seperti operator Gantry Luffing Crane
(GLC), paling tidak dalam pengoperasian alat angkat saat bongkar muat,
kecelakaan kerja seperti saling bertabraknya container saat diangkat, alat
menabrak badankapal pernah dialami pada kegiatan tersebut akibat
kelalaian operator.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti bermaksud untuk
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
keselamatanpengoperasian alat angkat bongkar muat peti kemas di PT.
Pelabuhan Tanjung Priok.

B. Rumusan Masalah
Kegiatan pengangkatan (lifting) merupakan salah satu pekerjaan
yang memiliki risiko tinggi terhadap kecelakaan kerja. Adanya kesalahan
prosedur, gagalnya pengangkatan, rusaknya alat dan kelebihan beban
material pengangkatan dapat menyebabkan kecelakaan kerja hingga
kematian.
Salah satu kegiatan pengangkatan yang dilakukan yaitu kegiatan
pengangkatan yang dilakukan pada bongkar muat di Pelabuhan.
Kegiatan bongkar muat ini biasanya menggunakan alat berat terutama
pesawat angkat angkut yang memiliki risiko tinggi kecelakaan kerja dan
berakibat fatal seperti kematian. Berdasarkan kejadiaan kecelakaan kerja
yang terjadi pada proses bongkar muat peti kemas seperti jatuhnya peti
kemas, saling bertabrakannya peti kemas ataupun putusnya tali
5

pengangkat peti kemas, beberapa kejadian tersebut terjadi akibat adanya


human error dan prosedur kerja yang kurang memadai kegiatan tersebut.
PT. Pelabuhan Tanjung Priok merupakan anak perusahaan PT.
Pelabuhan Indonesia II yang bergerak dibidang jasa pelayanan
kepelabuhan salah satunya yaitu kegiatan bongkar muat peti kemas dan
curah kering. Pada kegiatan tersebut dilakukan kegiatan dengan
menggunakan alat angkat angkut. Berdasarkan studi pendahuluan
beberapa kejadian kecelakaan kerja di PT.PTP sepanjang tahun 2017
akibat pengoperasiaan alat angkat bongkar muat peti kemas tersebut.
Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi
keselamatan pengoperasian alat angkat bongkar muat peti kemas PT.
Pelabuhan Tanjung Priok.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keselamatan
pengoperasian alat angkat bongkar muat peti kemas PT. Pelabuhan
Tanjung Priok.
2. Tujuan Khusus
a. Menganalisis karakteristik individu (umur, tingkat pendidikan dan
masa kerja) terhadap keselamatan pengoperasian alat angkat
yang aman.
b. Menganalisis pengetahuan terhadap keselamatan
pengoperasian alat angkat yang aman.
c. Menganalisis sikap terhadap keselamatan pengoperasian alat
angkat yang aman.
d. Menganalisis keadaan mesin terhadap keselamatan
pengoperasian alat angkat yang aman.
e. Menganalisis pelatihan operator terhadap keselamatan
pengoperasian alat angkat yang aman.
f. Menganalisis safety briefingterhadap keselamatan
pengoperasian alat angkat yang aman.
6

g. Menganalisis tersedianya SOP terkait pengoperasian alat


angkatterhadap keselamatan pengoperasian alat angkat yang
aman.
h. Menganalisis peran asisten operator terhadap keselamatan
pengoperasian alat angkat yang aman.
i. Menganalisis reward and punishmentterhadap keselamatan
pengoperasian alat angkat yang aman.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Sebagai sarana untuk mengembangkan wawasan dan
pengalaman serta menerapkan teori yang telah dipelajari dibidang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi keselamatan pengoperasian alat angkat bongkar
muat peti kemas.
2. Bagi Pembaca
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk studi kepustakaan
dan sebagai dasar pertimbangan apabila akan dibuat peneliatian
berikutnya.
3. Bagi Pihak Terkait
Sebagai masukan yang dapat digunakan untuk evaluasi
perbaikan sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam
menganalisa faktor yang mempengaruhi keselamatan pengoperasian
alat angkat bongkar muat peti kemas.
4. Bagi Perguruan Tinggi
Menambah referensi kepustakaan dan informasi yang
bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan
meningkatkan program belajar mengajar di Fakultas Kesehatan
Masyarakat.

E. Ruang Lingkup Penelitian


1. Ruang Lingkup Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini dibatasi pada faktor-faktor
yang mempengaruhi keselamatan pengoperasian alat angkat
bongkar muat peti kemas
7

2. Ruang Lingkup Keilmuan


Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah lingkup
Ilmu Kesehatan Masyarakat terutama dalam bidang Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3).
3. Ruang Lingkup Tempat
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di PT Pelabuhan Tanjung
Priok, Jakarta.
4. Ruang Lingkup Waktu
Peneliti merencanakan penelitian dari bulan Meihingga Juni
2018. Waktu ini meliputi kegiatan persiapan sampai penyusunan
laporan penelitian.

5. Ruang Lingkup Sasaran


Sasaran penelitian ini adalah operator alatangkat, supervisor
peralatan dan operator serta koordinator peralatan dan operator
setiap group.
8

F. Keaslian Penelitian
Tabel 1. 1 Keaslian Penelitian
No Peneliti Judul Penelitian Metode Variabel Penelitian Hasil
dan Tahun Penelitian
Penelitian
1 Aprian Een Faktor-Faktor yang Deskriptif Variabel Independen: Tidak ada hubungan
Saputra, Berhubungan dengan analitik, Umur,pendidikan, lama kerja, pelatihan antara umur,
2008 Perilaku Aman pendekatan K3,motivasi keselamatan, iklim pendidikan, lama kerja,
Pengemudi Dump Truck cross K3,beban kerja,peranan kerja, beban kerja,
PT.X District MTBU sectional pengembangan karir dan peran atasan pengembangan karir
Tanjung Enim, Sumatera dengan perilaku aman.
Selatan Tahun 2008 Variabel Dependen: perilaku aman
Ada hubungan antara
pelatihan K3,motivasi
K3, iklim K3, peranan
kerja dan peran atasan
dengan perilaku aman

2 Kevin Analisis Pengoperasian Kualitatif 1. Faktor Predisposing : Pengetahuan, Hasil yang didapatkan
Yudhistira Pada Operator deskriptif kepatuhan, persepsi dan sikap dari penelitian ini yaitu
Pribadi, RubberTyred Gantry operator operator RTG sudah
2016 (RTG) di Terminal Peti 2. Faktor Enabling : Fasilitas memiliki pengetahuan
Kemas Semarang penunjuang, peraturan terakit perilaku aman sesuai
pengoperasian RTG dan pelatihan SOP dalam
operator mengoperasikan RTG,
3. Faktor Reinforcing : reward and persepsi mengenai
punishment, peran supervisi shift, pengoperasian RTG
peran tally. sudah baik, sudah
memiliki SIO dan
pelatihan ,berkoordinasi
9

No Peneliti Judul Penelitian Metode Variabel Penelitian Hasil


dan Tahun Penelitian
Penelitian
dengan supervisi shift
dan tally, adanya
fasilitas penunjang dan
operator setuju dengan
adanya reward and
punishment

3 Syifa Awalia Perilaku Aman Metode Variabel terikat : pengetahuan, sikap, Hal yang mempengaruhi
Rahma, Berkendara Pengemudi kualitatif pelatihan mengemudi, ketersedian perilaku aman
2017 Truck Tangki BBM (Studi deskriptif SOP safety driving,peran pengawasan berkendara yaitu
Kualitatif di Perusahaan atasan, peran rekan kerja dan peran pengetahuan, sikap,
Distribusi BBM PT X keluarga. pelatihan mengemudi,
Kota Semarang) ketersediaan SOP,
Variabel bebas: Perilaku aman peran rekan kerja dan
berkendara keluarga. Hal yang tidak
mempengaruhi yaitu
pengawasan atasan.

4 Kalit Analisis Faktor-Faktor Metode 1. Karakterisitik responden yang terdiri Pengetahuan responden
Hidayat yang Mempengaruhi deskriptif dari masa kerja dan usia sudah baik, sikap
Budi Safety Driving pada kualitatifden 2. Pengetahuan,sikap, kondisi responden masih ada
Nugroho, Operator Forklift di Area gan kendaraan, pelatihan safety yang melanggar
2017 Kerja Warehouse PT X pendekatan driving,prosedur kerja, pengawasan prosedur saat
Jakarta cross- dan peran teman kerja mengoperasikan forklift,
sectional kondisi forklift dalam
keadaan baik karena
diperiksa secararutin,
ressponden telah
10

No Peneliti Judul Penelitian Metode Variabel Penelitian Hasil


dan Tahun Penelitian
Penelitian
mengikuti pelatihan
safety driving, prosedur
telah dibuat oleh
perusahaan namun
responden belum terlalu
paham, peran teman
kerja dan pengawasan
atasan berpengaruh
terhadap pengoperasian
forklift

5 Putri Sarah Analisis Faktor-Faktor Metode Karakteristik individu (tingkat Tingkat pendidikan,
Alvernia, yang Mempengaruhi kualitatif pendidikan, masa kerja, usia), masa kerja dan usia
2018 Keselamatan deskriptif pengetahuan, sikap, keadaan yang semakin tinggi
Pengoperasian Alat dengan mesin, pelatihan operator, safety tidak menjamin operator
Angkat Bongkar Muat pendekatan briefing, tersedianya SOP akan berperilaku aman,
Peti Kemas cross pengoperasian alat, peran asisten namun pengetahuan
(Studi Kasus Di PT. sectional operator, reward dan punishment operator terkait perilaku
Pelabuhan Tanjung kerja aman sudah baik,
Priok) sikap operator alat
angkat menunjukkan
masih ada operator
yang tidak berperilaku
aman, keadaan mesin
alat angkat sudah baik
karena sudah terdapat
pemeriksaan setiap
harinya, seluruh
11

No Peneliti Judul Penelitian Metode Variabel Penelitian Hasil


dan Tahun Penelitian
Penelitian
operator telah mengikuti
pelatihan untuk
mendapatkan
SIO/lisensi K3, safety
briefing dilakukan setiap
pergantian shift namun
hanya berupa
pengarahan, belum
melibatkan operator
untuk berdiskusi, SOP
pengoperasian sudah
ada namun sosialisasi
belum menyeluruh
kepada semua operator,
adanya asisten operator
sangat membantu
operator dalam
pengoperasian alat, dan
adanya punishment
memotivasi operator
untuk berperilaku aman,
namun apabila ada
reward akan lebih
memotivasi operator
untuk berperilaku aman.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Peralatan Pengangkatan (Lifting Equipment)


1. Definisi Peralatan Pengangkatan (Lifting Equipment)
Peralatan pengangkatan(lifting equipment) merupakan salah
satu bagian dari pesawat angkat dan angkut. Berdasarkan Peraturan
Menteri Tenaga Kerja RI No: PER.05/MEN/1985 mengenai Pesawat
Angkat Angkut atau disingkat PAA, definisi Pesawat Angkat dan
Angkut adalah suatu pesawat atau alat yang digunakan untuk
memindahkan, mengangkat muatan baik bahan atau barang atau
orang secara vertikal dan atau horizontal dalam jarak yang
ditentukan.9
Istilah peralatan angkat telah dijelaskan pula dalam Peraturan
Menteri Tenaga Kerja RI No: PER.05/MEN/1985 pada BAB I, pasal 1
ayat 10. Dalam peraturan tersebut didefinisikan, peralatan angkat
yaitu alat yang dikonstruksi atau dibuat khusus untuk mengangkat
naik dan menurunkan muatan.9 Peralatan angkat ini biasanya
digunakan sebagai alat untuk memindahkan suatu muatan dengan
jarak yang sangat pendek.13
2. Jenis Alat Pengangkatan
Pada dasarnya alat pengangkatan yang ada cukup banyak,
namun berdasarkan ciri khas desainnya, alat pengangkatan
dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu:13
a. Mesin Pengangkatadalah gabungan mesin yang bergerak secara
periodic yang dirancang untuk mengangkat serta memindahkan
muatan.
b. Crane adalah suatu alat yang merupakan gabungan sistem
pengangkatan secara terpisah dengan rangka yang digunakan
untuk memindahkan muatan secara menggantung atau diikat
pada crane.
c. Elevatoradalah gabungan mesin yang kerjanya secara terus
menerus dengan jalur tertentu untuk melakukan pengangkatan.

12
13

3. Operator Alat Pengangkatan


BerdasarkanPeraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
PER.09/MEN/VII/2010 mengenai Operator dan Petugas
PesawatAngkat dan Angkut pasal 6 poin 1, Operator peralatan
angkat meliputi operator dongkrak mekanik (lier), takal, alat angkat
listrik/lift barang/passenger hoist, pesawat hidrolik, pesawat
pneumatik, gondola, keran mobil, keran kelabang, keran pedestal,
keran menara, keran gantry, keran overhead, keran portal, keran
magnet, keran lokomotif, keran dinding, keran sumbu putar, dan
mesin pancang.14
Operator alat pengangkatan dibagi menjadi 3 jenis dan
diklasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria yang telah diatur
dalam Permenakertrans PER.09/MEN/VII/2010. Adapun klasifikasi
tersebut yaitu:14
a. Operator kelas I: pendidikan minimal SMA/sederajat,
pengalamanan minimal 5 tahun membantu pelayanan di
bidangnya, berbadan sehat menurut keterangan dokter, umur
minimal 23 tahun dan memiliki Lisensi K3 dan buku kerja.
b. Operator kelas II: pendidikan minimal SMA/sederajat, pengalaman
minimal 3 tahun membantu pelayanan di bidangnya, berbadan
sehat menurut keterangan dokter, umur minimal 21 tahun dan
memiliki Lisensi K3 dan buku kerja
c. Operator kelas III: pendidikan minimal SMP/sederajat,
berpengalaman minimal 1 tahun membantu pelayanan di
bidangnya, berbadan sehat menurut keterangan dokter, umur
minimal 19 tahun dan memiliki Lisensi K3 dan buku kerja.

B. Peralatan Bongkar Muat


Alat-alatbongkar muat pada peti kemas terdiri dari beberapa alat
angkat- angkut. Dimulai dari proses operasi kapal, haulage, lift on lift off,
pengiriman dan penerimaan. Adapun beberapa jenis alat angkat-angkut
pada proses bongkar muat yaitu:
1. Quayside Gantry Crane (QGC)
14

Quayside Gantry Crane (QCC) merupakan jenis container


crane yang bergerak di atas rel di dermaga dengan sumber tenaga
listrik pembangkit di darat atau mesin diesel pembangkit tenaga listrik
sendiri. QCC memiliki suatu second trolley system yang masing-
masingnya memiliki fungsi untuk menghubungkan kapal dengan
sebuahplatform dan fungsi trolley kedua untuk menghubungkan
platform dengan bakchassis di dermaga. QCC memiliki beban angkat
maksimal sekitar 35-40 ton.8
2. Rubber Tyred Yard Gantry Crane (RTG Crane)
Sebuah crane pada lapangan terberat untuk kegiatan operasi
pengiriman dermaga maupun penereimaan dan pengiriman peti
kemas yang berjalan di atas roda. RTG memiliki tinggi rata-rata 17-19
meter. Pergerakan RTG mencapai 5,5-9 km/jam dengan jumlah
pengangkatan 18-23 box/jam. RTG lebih mudah digunakan karena
dapat bergerak keseluruh wilayah terminal. RTG dapat menumpuk
peti kemas sampai dengan lima tingkat peti kemas dengan 5-6 baris
pada tiap bloknya.8
3. Straddle Carrier
Straddle carrier adalah crane dilapangan untuk kegiatan angkat
dan angkut peti kemas. Alat ini dapat digunakan untuk membantu
menumpuk peti kemas mencapai 1-3 tingkat. Memiliki kecepatan
untuk berjalan sekitar 20-30 km/jam tanpa muatan dan 17-25 km/jam
dengan muatan peti kemas.8
4. Top Loader
Alat angkat ini memiliki bagian menyerupai forklift truck namun
memiliki alat pelengkap berupa spreader dengan daya angkat 35-40
ton. Digerakkan dengan motor diesel dan sistem hidrolik. Top loader
dapat digunakan untuk mengangkat muatan sampai dengan
ketiggian 3-5 tumpukan peti kemas berisi dan 8-10 tumpukan pada
peti kemas tanpa isi.8
5. Reach Stacker
Reach stacker merupakan alat angkat seperti top loader
dengan daya mobilitas melebihi top loader. Alat angkat ini dilengkapi
dengan boom yang terdapat speader yang dapat berputar 90o.
15

Tenaga penggerak alat ini berupa mesin diesel dengan sistem


hidrolik yang digunakan untuk mengontrol sudut pengangkatan
sehingga dapat diataur posisi pengangkatan baik vertikal maupun
horizontal.8
6. Head Truck and Chassis
Dalam kegiatan-kegiatan untuk menghubungkan berbagai
tempat di terminal head truck-chassis merupakan alat berat yang
diperlukan. Penggerak alat ini yaitu mesin diesel yang dilengkapi
dengan sistem elektrikal. Head truck berfungsi sebagai penarik
beban dan dapat mengangkut chassis bermuatan maupun tidak.8
7. Fork Lift Truck
Fork lift truck merupakan jenis truk pengangkat yang paling
sering digunakan. Memiliki garpu yang digunakan untuk mengangkat
muatan dengan kapasitas 12-50 ton pada terminal peti kemas.8
8. Rai – Mounted Yard Gantry Crane
Alat angkat ini memiliki fungsi yang sama dengan RTG Crane.
Perbedaannya yaitu Rai-Mounted Yard Gantry Crane ini berjalan
diatas roda baja dan difungsikan dengan menggunakan sistem
komputerisasi dan dapat menumpuk peti kemas hingga 5 tumpukkan.
Karena menggunakan sistem komputerisasi,operator pada alat ini
berfungsi sebagai tenaga pembantu dalam monitoring komputerisasi
tersebut. Alat angkat ini juga sudah dilengkapi sistem peringatan
keselamatan. Alat ini biasanya terdapat di container yard dan pada
bagian pengiriman dan penerimaan untuk dipindahkan ke kereta api.
Alat angkat ini memiliki jangkauan sejauh 16 meter.8
9. Harbour MobileCrane
Harbour Mobile Crane (HMC) biasa digunakan pada bongkar
muat dengan tipe kapal semi-kontainer. Memiliki fungsi sama dengan
mobile crane namun memiliki kapasitas pengangkatan dan
jangkauan yang besar dan jauh. Lattice boom diletakkan diatas tower
dengan penopang berupa outriggers hidrolik. Alat- alat pada kegiatan
bongkar muat peti kemas dengan HMC digerakkan dengan sistem
elektro-mekanik-hidrolik.8
10. Gantry Luffing Crane
16

Gantry Luffing Crane (GLC) adalah salah satu alat bongkar


muat di dermaga yang digerakan menggunakan rel atau roda dan
dapat bergerak memutar 360 derajat. Alat bongkar muat ii disebut
sebagai alat multipurpose karena dapat digunakan untuk
mengangkut berbagai jenis muatan seperti container, bag carge
maupun curah.8

Gambar 2. 1Gantry Luffing Crane (GLC)


11. Overhead Crane
Overhead Crane (OHC) merupakan jenis keran seperti
jembatan melitang, gabungan dari sistem pengangkatan secara
terpisah dengan rangka untuk mengangkat sekaligus memindahkan
muatan di dalam ruangan.8

Gambar 2. 2Overhead Crane

C. Perilaku
Perilaku merupakan cara seseorang untuk merespon suatu
rangsangan. Namun respon diberikan tergantung dari faktor-faktor yang
mempengaruhi orang tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi
tersebut disebut dengan determiinan perilaku, yang terdiri dari dua, yaitu
:15
17

1. Determinan internal
Determinan internal terdiri atas karakteristik dari orang yang
bersangkutan dan merupakaan bawaan, seperti tingkat emosional,
tingkat kecerdasan, jenis kelamin dan lainnya.
2. Determinan eksternal
Determinan eksternal terdiri atas keseluruhan lingkungan yang
mempengaruhi baik lingkungan fisik, ekonomi, sosial, budaya, politik
dan lainnya.
Adapun macam perilaku yang ada, dibagi menjadi dua macam
yaitu:16
1. Perilaku tertutup (convert behavior)
Perilaku tertutup yang dimaksud adalah dimana perilaku
tersebut masih menjadi respon tertutup pada setiap individu serta
belum dapat diamati secara langsung oleh orang lain. Perilaku ini
terdiri dari pengetahuan dan sikap.
2. Perilaku terbuka (overt behavior)
Perilaku terbuka berarti adanya sebuah tindakan nyata dari
seseorang yang dapat diamati secara langsung oleh orang lain.
Perilaku terbuka ini adalah adanya praktik.

D. Teori PRECEDE-PROCEED Lawrence Green


TeoriPRECEDE-PROCEEDmerupakan model teori yang
digunakan untuk mengidentifikasi strategi intervensi faktor-faktor perilaku.
PRECEDE-PROCEED dirancang untuk program promosi kesehatan dan
pendidikan kesehatan yang dimulai dari hasil yang diinginkan kemudian
ditarik mundur sampai mencapai tujuannya. Teori ini memandang
perilaku yang dipenngaruhi oleh kekuatan individu dan lingkungan. Terdiri
dari dua bagian yaitu PRECEDEdan PROCEED.
PRECEDE merupakan singkatan dari Predisposing,Reinforcing,
Enabling,Constructs in, Educational/Ecological, Diagnosis,Evaluation.
Sedangkan PROCEEDmerupakan singkatan dari Policy, Regulatory,
Organizational, Constructs in, Educational, Enviromental, Development).
Teori ini terdiri dari sembilan fase. Lima fase pertama merupakan
diagnose mengatasi masalah pendidikan dan lingkungan. Lima fase ini
18

terdiri dari penilaian sosial, penilaian epidemiologi,penilaian perilaku dan


lingkungan,penilaian pendidikan dan ekologi serta penilaian administratif
dan kebijakan. Sedangkan empat fase terakhir merupakan implementasi
dan evaluasi intervensi promosi kesehatan. Fase ini terdiri atas
implementasi, evaluasi proses, evaluasi dampak dan evaluasi hasil.
Pada fase 1 saat fase penilaian sosial, praktisi dapat melakukan
aktivitas pengumpulan data seperti melakukan wawancara, Focus Group
Discusion(FGD), observasi dan survey yang bertujuan untuk memahami
kebutuhan masyarakat. Pada penilaian epidemiologi, hal tersebut dapat
mencakup analisis data sekunder atau pengumpulan data primer dengan
tujuan untuk memprioritaskan kebutuhan dan menetapkan tujuan dan
sasaran program. Pada saat penilaian perilaku dan lingkungan,
mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi
masalah kesehatan.
Setelah dilakukan penilaian terhadap perilaku dan lingkungan,
selanjutnya dilakukan perancangan program untuk mengidentifikasi faktor
pendahulu dan pemungkin. Green menyatakan bahwa perilaku manusia
akan dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor diluar perilaku dan perilaku
itu sendiri dan perilaku itu ditentukan oleh tiga faktor sebagai berikut:17,18
1. Faktor Predisposing
Faktor predisposing adalah faktor yang mempermudah atau
memberikan alasan untuk berperilaku. Faktor ini terdiri pengetahuan,
sikap, keyakinan, nilai, persepsi serta faktor demografi yang terdiri
dari jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan dan lainnya.
2. FaktorEnabling
Faktorenabling merupakan faktor yang memungkinkan
seseorang untuk berperilaku. Faktor ini terdiri dari sumber daya yang
tersedia dan segala sesuatu mengenai keterampilan untutk
melaksanakan suatu perilaku di dalam sebuah lingkungan.
3. Faktor Reinforcing
Faktor reinforcing adalah faktor yang memperkuat seseorang
untuk berperilaku. Faktor ini muncul setelah perilaku telah dimulai.
Faktor ini mendorong pengulangan perilaku terjadi pada individu.
19

Faktor penguat ini seperti penghargaan,dukungan sosial baik teman


maupun keluarga, pujian, jaminan, peraturan serta pengawasan.
Pada fase penilaian administrasi dan kebijakan dan intervensi,
dilakukan pembuatan program untuk mencerminkan informasi yang
dikumpulkan sebelumnya, mengetahui ketersediaan sumber daya yang
dibutuhkan; dan kebijakan dan peraturan organisasi yang dapat
mempengaruhi pelaksanaan program tersebut.
Pada empat faseterakhir, sebelum implementasi (fase ke-6)
dilakukan,praktisi harus mempersiapkan rencana evaluasi proses,
dampak dan hasil (fase7-9) dari intervensi tersebut. Pengukuran evaluasi
proses bertujuan untuk mengetahui sejauh mana suatu program sedang
dijalankan sesuai dengan rencana. Evaluasi dampak melihat perubahan
faktor (yaitu, faktor predisposisi, memungkinkan, dan memperkuat) yang
mempengaruhi kemungkinan bahwa perubahan perilaku dan lingkungan
akan terjadi. Terakhir, evaluasi hasil melihat apakah intervensi telah
mempengaruhi indikator kesehatan dan kualitas hidup sasaran.

E. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Operator


1. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan salah satu dampak dari adanya hasil
pengindraan terhadap suatu hal. Pengetahuan dapat mempengaruhi
dalam pemebentukan karakter dan tindakan dari seseorang. Adapun
tingkatan pengetahuan dalam domain kognitif yang terdiri dari tahu
(know), memahami (comprehension), aplikasi (aplication), analisis
(analysis), sintesis (synthesis) dan evaluasi (evaluation).15
Menurut Notoatmodjo, perilaku yang didasari oleh pengetahuan
akan lebih baik daripada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan. Walaupun pengetahuan tidak selalu memberikan
perubahan perilaku, namun pengetahuan penting diberikan kepada
seseorang sebelum bertindak. Tindakan tersebut akan sama dengan
pengetahuan bila sesorang menerima kode yang kuat untuk
bertindak sesuai pengetahuan.19
2. Sikap
20

Sikap merupakan reaksi tidak terbuka seseorang dalam


menanggapi suatu rangsangan. Definisi lain menyebutkan bahwa
sikap merupakan kesiapan untuk melakukan tindakan ketika
berinteraksi dengan semua hal yang ada di lingkungan tersebut.
Sikap belum merupakan suatu tindakan, namun merupakan
predisposisi tindakan suatu perilaku. Menurut Allport (1954)
menjelaskan bahwa sikap mempunyai 3 komponen pokok
diantaranya:
a. Kepercayaan, ide dan konsep terhadap suatu objek.
b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.
c. Kecenderungan untuk bertindak
Dalam penentuan sikap yang utuh ketiga komponen tersebut
harus dilakukan secara bersamaan. Selain itu untuk menentukan
sikap yang utuh pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi juga
memiliki peranan penting.15
3. Usia
Menurut Simanjuntak, usia secara tidak sadar akan
mempengaruhi keadaan fisik seseorang, dimana pada usia tertentu
seseorang akan berprestasi secara maksimal tetapi akan terjadi
penurunan prestasi. Tingkat prestasi tersebut akan meningkat
bersamaan dengan meningkatnya usia, kemudian menurun
menjelang tua.20Semakin bertambah usia seseorang, maka semakin
mampu menunjukkan kematangan diri seperti semakin mampu
berfikir rasional, mampu mengendalikan emosi, semakin toleran pada
pandangan dan perilaku yang beda dari diri sendiri serta sifat lainnya
yang menunjukkan kematangan intelektual dan psikologis.21
4. Tingkat Pendidikan
Tingkatpendidikanmerupakan suatu tolak ukur mengenai
pengetahuan dasar yang dimiliki oleh seseorang, sehingga mereka
dapat lebih mudah menyerap informasi yang diberikan. Menurut
Notoatmodjo, pendidikan merupakan pengaruh suatu lingkungan
kepada seseorang untuk menghasilkan perubahan yang tetap pada
perilaku, pikiran dan sikap.Pendidikan juga diartikan sebagai suatu
21

usaha sendiri untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan


di dalam maupun di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.22
Tingkat pendidikan juga merupakan langkah berkelanjutan
berdasarkan tingkat perkembangan seseorang yang mempengaruhi
pola pikir dalam menerima informasi. Selain itu, tingkat pendidikan
secara langsung maupun tidak akan mempengaruhi peningkatan
pengetahuan seseorang.23
Pendidikan akan mempengaruhi cara berfikir seseorang untuk
melakukan pekerjaannya. Selain itu, tingkat penyerapan seseorang
terhadap pelatihan terkait pekerjaan dan keselamatan kerja juga
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan seseorang.
5. Masa Kerja
Masa kerja merupakan akumulasi waktu yang dilakukan dan
didapatkan seseorang tersebut terhadap suatu pekerjaanya selama
berada di tempat kerja dan menambah pengetahuan seseorang
mengenai pekerjaannya.24Menurut Suma’mur dalam bukunya
menyatakan bahwa pengalaman akan mempengaruhi perilaku
perkerja dalam melakukan pekerjaannya, sehingga dapat
mengurangi risiko kecelakaan kerja.25 Seseorang yang masa
kerjanya lebih lama akan memiliki banyak pengalaman bekerja
dibandikan dengan seseorang dengan masa kerja baru. Hal tersebut
memungkinkan pekerja dengan masa kerja lebih lama dapat bekerja
lebih aman. Dalam suatu perusahaan pekerja baru dianggap kurang
berpengalaman dan sering mengalami kecelakaan kerja
26
dibandingkan dengan pekerja dengan masa kerja lebih lama.
6. Keadaan Mesin
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mesin
merupakan peralatan untuk menggerakkan sesuatu yang dijalankan
dengan roda, digerakkan oleh tenaga manusia atau motor
penggerak. Keadaan mesin yang dimaksud adalah rancangan dari
seluruh mesin yang digunakan untuk beroperasi yang dapat sesuai
maupun tidak dengan standar yang ada. Misalnya dalam safety
driving, sebelum menjalankan kendaraan, harus dilakukan
pengecekan pada mesin kendaraan untuk mencegah terjadinya
22

gangguan komponen kendaraan yang dibawa yang dapat


memperbesar risiko kecelakaan.27 Menurut teori yang dikemukan
oleh L.Green, keadaan mesin juga menjadi salah satu faktor
pemungkin berubahnya perilaku seseorang.
7. Safety Briefing
Safety briefing atausafety talk adalah pertemuan dan bentuk
komunikasi yang dilakukan secara rutin antara pekerja, supervisor
dan orang berkaitan untuk membahas mengenai K3. Sebagai suatu
bentuk komunikasi, safety briefing sangat penting dalam K3. Banyak
penyebab kecelakaan kerja terjadi akibat kurangnya komunikasi yang
kemudian mempengaruhi kinerja K3 dalam suatu organiasi. Di dalam
OHSAS 18001 elemen mengenai komunikasi juga diatur pada
klausul 4.4.3.1 dimana untuk memperhatikan bahaya K3 dan SMK3,
organisasi harus menetapkan, menjalankan dan memelihara
prosedur untuk komunikasi internal berbagai tingkatan dan fungsi,
komunikasi dengan kontraktor dan pengunjung lainnya serta
penerimaan, pendokumentasian dan tanggapan terhadap
komunikasu yang relevan dari pihak terkait eksternal.28
Dalam aspek K3, komunikasi dapat dibedakan menjadi tiga
macam yaitu:
a. Komunikasi antar manusia secara langsung
Komunikasi yang dilakukan antar personal ataupun kelompok
dimana komunikasi ini banyak dilakukan melalui kegiatan
observasi, safety briefing atau safety talk, penyuluhan K3 dan
pelatihan K3.
b. Komunikasi antar manusia melalui alat
Komunikasi yang dilakukan biasanya menggunakan telpon,
poster, situs internet, safety letter dan lainnya.
c. Komunikasi manusia dengan alat kerja
Komunikasi ini dilakukan oleh manusia melalui indikator yang
terdapat di alat tersebut.
Seluruh bentuk komunikasi tersebut sangat berperan dalam
keselamatan di tempat kerja. Namun pada dasarnya bentuk
komunikasi organisasi yang dikenal terdiri dari 3 arah komunikasi
23

yaitu dari atasan ke bawahan, dari bawahan ke atasan dan


komunikasi antarkaryawan. Bentuk komunikasi ini sangat penting
dilakukan sejalan untuk memberikan informasi terkait organisasi dari
seluruh pihak.
Menurut Frederic dalam tulisannya menyatakan bahwa pola
komunikasi atasan ke bawahan maupun bawahan ke atasan harus
ada keterbukaan dalam berkomunikasi. Keterbukaan ini akan
menghasilkan kinerja organisasi yang baik. Bawahan cenderung
lebih puas dengan pekerjaannya apabila adanya keterbukaan
komunikasi antara atasan dan bawahan. Bila adanya keterbukaan
tersebut, keyakinanan dan kepercayaan bawahan kepada atasan
akan sangat tinggi. Sehingga bawahan akan beranggapan bahwa
informasi yang diberikan atasan memiliki kebenaran dan kecermatan
yang tinggi serta cenderung lebih didengarkan. Dari hal tersebut,
atasan juga dapat memperoleh umpan balik yang positif seperti
informasi yang lebih detail terkait suatu pekerjaan tersebut.29
Dalam setiap komunikasi selalu ada perubahan perilaku
sebagai efeknya. Menurut Notoatmodjo perubahan itu terbagi
menjadi tiga macam yaitu perubahan pengetahuan, perubahan sikap
dan tindakan berupa perilaku. Perubahan perilaku tersebut akan
berurutan.18
8. Pelatihan
Menurut Heinrich, kecelakaan kerja terjadi akibat 88% perilaku
tidak aman, 10% karena kondisi lingkungan yang tidak aman dan 2%
merupakan takdir. Dilihat dari hal tersebut, sebagian besar
kecelakaan diakibatkan oleh faktor manusia yang tidak berperilaku
aman.4 Dalam aspek K3 perilaku tidak aman tersebut timbul
dikarenakan oleh 3 faktor, yaitu:28
a. Ketidaktahuan seseorang tersebut terhadap bahaya, peraturan
dan cara kerja yang aman.
b. Ketidakmampuan yang berkaitan dengan kapasitas dan
kompetensi mengenai pekerjaannya seperti keadaan fisik, teknis
dan non teknis yangkurang mendukung.
24

c. Ketidakmauan seseorang melakukan pekerjaannya sesuai


prosedur yang ada dan faktor ini yang berkaitan dengan perilaku
terhadap K3
Ketiga faktor tersebut berkaitan dengan pengetahuan, skill dan
perilaku yang merupakan syarat utama untuk bekerja dengan aman
dan selamat. Untuk mencapai hal tersebut, di dalam OHSAS 18001
telah menetapkan elemen pelatihan dalam klausal 4.4.2.
Pelatihanmerupakan hal penting adanya pada suatu organisasi
bagi orang-orang atau pekerja yang ada di dalamnya. Pelatihan
tersebut bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, skill dan sikap
pekerja. Maka dari itu pelatihan harus dibuat sesuai dengan
kebutuhan masing-masing pekerja seperti seberapa sering pelatihan
tersebut dibutuhkan dan jenis pelatihannya.28
Menurut filosofi K3 dan International Association of Safety
Proffesional (IASP), seorang pekerja harus diberikan pelatihan
terutama mengenai K3 karena pemahaman dan perubahan perilaku
harus dibentuk melalui pelatihan dan pembinaan.28 Pelatihan berupa
keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan untuk menanamkan
kesadaran dan pemahaman pekerja terhadap perilaku kerja aman,
sehat serta selamat.
9. Standart Operational Procedure (SOP)
Standard Operational Procedure (SOP) merupakan suatu
prosedur khusus yang menjelaskan suatu kegiatan, cara ataupun
langkah untuk menyelesaikan suatu tugas yang sesuai dengan
peraturan, undang-undang ataupun standar yang dibuat oleh
organisasi itu sendiri. SOP memiliki peranan penting dalam suatu
perusahaan atau tempat kerja. Hal ini dikarenakan SOP merupakan
kebijakan, prosedur dan standar yang dibutuhkan dalam segala
kegiatan untuk memastikan keberhasilan suatu kegiatan.30
Menurut Level, berdasarkan hasil survei yang dilakukan kepada
penyelia terkait keefektikan metode komunikasi dalam suatu tempat
kerja, pada situasi penyampaian informasi terkait kebijakan atau
peraturan serta promosi mengenai keselamatan akan lebih efektif
dilakukan dengan lisan yang kemudian diikuti oleh tulisan.31
25

Menurut Notoatmodjo mengenai perubahan perilaku, prosedur


merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu menggunakan
kekuatan atau kekerasan berupa peraturan yang harus dipatuhi.
Peraturan tersebut dalam suatu tempat kerja diantaranya adalah
tersedianya standar prosedur pada setiap pekerjaan. Cara ini dapat
menghasilkan perubahan perilaku dengan cepatnamun tidak
berlangsung lama karena suatu perubahan perilaku tidak terjadi oleh
kesadaran diri sendiri.22
Secara umum, pihak manajemen memiliki kewajib untuk
menerapkan prosedur kerja. Kewajiban tersebut yaitu:
a. Manajemen harus mempunyai peraturan mengenai K3 di tempat
kerjanya.
b. Manajemen harus menjamin semua pekerja memahami prosedur
kerja tersebut.
c. Manajemen menjamin semua prosedur tersebut dilaksanakan
secara objektif serta konsisten.
Prosedur kerja yang telah ada di dalam suatu tempat kerja
wajib dikomunikasikan dan disosialisasikan secara menyeluruh
kepada setiap pekerja oleh pihak manajemen. Selain itu, pihak
manajemen wajib menegakkan segala peraturan di tempat kerja
tersebut.32
10. Peran Rekan Kerja (Asisten Operator)
Pada hakikatnya manusia merupakan makhluk sosial yang
saling membutuhkan. Pada saat memasuki kerja, secara langsung
kita akan menjadi bagian anggota di dalamnya yang memiliki tugas
dan tanggungjawab masing-masing. Dalam suatu kelompok kerja,
perkerja akan mendapatkan tidak hanya dipengaruh lingkngan kerja
namun juga mendapatkan pengaruh dari kelompok kerja atau rekan
kerja. Dalam hal ini, kerja sangat berpengaruh terhadap perilaku
suatu individu.33
11. Reward and Punishment
Reward adalah suatu wujud penguatan positif yang diberikan
kepada tenaga kerja atau kelompoknya sebagai suatu bentuk
konsekuensi baik yang diterima akibat perilaku mereka. Sedangkan
26

punishment identik dengan mendapatkan suatu hal yang tidak


diinginkan sebagai bentuk konsekuensi buruk yang diterima tenaga
kerja akibat perilaku mereka.34
Menurut Groenweg, meskipun reward dan punishment memiliki
pengaruh kuat untuk mengendalikan perilaku, tetapi hal tersebut
belum tentu. Terkadang reward berarti apabila yang mendapatkan
menganggap bahwa reward tersebut bernilai saat diterima.
Begitupula dengan punishment, dimana hal tersebut dinilai kurang
efektif untuk mengubah perilaku pekerja. Hal ini dikarenakan
kemungkinan adanya kesempatan untuk melakukan pelanggaran
yang tidak tercatat. Pemberian punishment ini efektif dalam jangka
waktu yang singkat saja. Pemberian punishment yang diikuti dengan
pemberian reward yang berarti bagi seseorang tersebut, dinilai lebih
efektif untuk mengendalikan suatu perilaku. Menurut Wilde,
pemberian punishment tidak diketahui efektifitasnya dalam merubah
perilaku keselamatan pekerja tersebut.35

F. Kerangka Teori

Faktor Predisposing:
1. Pengetahuan
2. Sikap Lingkungan
3. Kepercayaan
4. Nilai
5. Persepsi
6. Karakteristik individu
(Usia, jenis
kelamin,tingkat
pendidikan, masa kerja)

Faktor Enabling:
1. Peningkatan keahlian Perilaku
2. Ketersediaan sarana pengoperasian alat
dan prasarana angkat yang Aman

Faktor Reinforcing:
1. Dukungan teman
2. Penghargaan
3. Kebijakan dan prosedur
kerja

Gambar 2. 3 Kerangka Teori17,18


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka teori, maka didapatkan kerangka konsep
sebagai berikut :

Faktor Predisposing:
1. Karakteristik
individu (Usia,
,tingkat
pendidikan,
masa kerja
2. Pengetahuan
3. Sikap

Faktor Enabling:
1. Keadaan mesin Perilaku
2. Pelatihan pengoperasian
operator alat angkat yang
3. Safety briefing aman

Faktor Reinforcing:
1. Peran asisten
operator
2. Reward and
Punishment
3. Tersedianya
SOP
pengoperasian
alat angkat

Gambar 3. 1 Kerangka Konsep

Variabel nilai, persepsi dan kepercayaan tidak diambil karena


variabel-variabel tersebut merupakan sifat dasar yang dimiliki oleh
individu sehingga akan sulit mengubahnya. Variabel jenis kelamin pada
faktor demografi tidak diambil dikarenakan semua operator alat angkat
bongkar muat peti kemas di PT. Pelabuhan Tanjung Priok berjenis
kelamin laki-laki dan data yang didapatkan akan bersifat homogen
sehingga jeinis kelamin tidak diteliti.

27
28

B. Jenis dan Rancangan Penelitian


Penelitiankualitatif adalah penelitian yang hasilnya tidak diperoleh
dalam bentuk angka namun menghasilkan data deskriptif yang berupa
kata-kata tertulis, lisan dan pengamatan serta merangkum secara
mendalam perilaku subjek yang diteliti. Penelitian kualitatif
mengutamakan jumlah subyek yang sedikit untuk diteliti untuk
36,37,38
mendapatkanhasilyangdetail.
Penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang
mendeskripsikan objek dan subjek dengan sebenarnya sesuai dengan
keadaan nyata.39Pada penelitian ini desain yang digunakan adalah
deskriptif dengan pendekatan analisis kualitatif untuk menggambarkan
serta menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keselamatan
pengoperasian alat angkat peti kemas.

C. Subjek Penelitian
Pada penelitian kualitatif, jumlah sampel yang digunakan tidak
dipilih dari suatu populasi yang mewakilinya. Tujuan sampling penelitian
ini untuk merinci secara khusus serta menggali informasi yang menjadi
dasar peneltian, sehingga sampel yang dipilih tidak diambil secara acak
namun bertujuan.38
Jumlah total operator alat angkat yang ada di Terminal 2 PT
Pelabuhan Tanjung Priok sebanyak 83 orang. Teknik pengambilan
sampel yang digunakan yaitu teknik purposive sampling. Subjek
penelitian ini adalah informan yang diperlukan informasinya terkait
dengan penelitian ini. Informan terdiri atas dua kategori yaitu Informan
Utama (IU) dan Informan Triangulasi (IT) dan dijabarkan sebagai berikut:
1. Informan Utama (IU) yang terdiri dari : operator alat angkat yang
berkerja dibagian bongkar muat peti kemas degan kriteria inkslusi
sebagai berikut:
a. Operator alat angkat bongkar muat peti kemas PT. Pelabuhan
Tanjung Priok
b. Memiliki pengalaman kerja sekurang-kurangnya 1 tahun
dibidangnya
c. Telah mengikuti pelatihan sebagai operator dibidangnya
29

d. Bersedia menjadi responden


2. Informan Triangulasi (IT) terdiri dari : 1 orang supervisor peralatan
dan operator dan 4 koordinator peralatan dan operator setiap group.

D. Definisi Istilah
1. Perilaku Aman
Suatu langkah ataupun tindakan seseorang yang tidak menimbulkan
dan meminimalisir terjadinya kecelakaan.25
2. Pengetahuan
Dampak dari adanya hasil pengindraan terhadap suatu hal Hasil tahu
pekerja mengenai pekerjaanya.15
3. Sikap
Respon tertutup yang diberikan seseorang (pekerja) tentang
pekerjaannya dan faktor bahaya yang menyebabkan kecelakaan
kerja.15
4. Usia
Suatu hitungan yang dimulai sejak individu lahir hingga waktu dimana
individu akan berulangtahun.15
5. Tingkat Pendidikan
Aspek yang berpengaruh terhadap terhadap pola pikir seseorang dan
penyesuaian diri pada perubahan di lingkungannya.24
6. Masa kerja
Akumulasi waktu yang dilakukan dan didapatkan tenaga kerja
tersebut terhadap suatu pekerjaanya selama berada di tempat kerja
dan menambah pengetahuan pekerja mengenai pekerjaannya.24
7. Keadaan Mesin
Kondisi dimana mesin pada alat yang akan dioperasikan sesuai
dengan persyaratan teknis, layak dan aman untuk digunakan.
8. Safety Briefing
Safety talk yang dilakukan secara singkat yang dilakukan oleh
Supervisor, Safety Officer atau orang yang mengerti mengenai
pekerjaan dan keselamatan dalam bekerja sebelum melakukan
pekerjaan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran pekerja
mengenai keselamatan dalam bekerja.40
30

9. Pelatihan Operator
Pelatihan operator adalah kegiatan yang bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan, skill dan sikap operator dalam
mengoperasikan alat angkat secara aman.28
10. Standart Operational Procedure (SOP)
SOP adalah standar yang digunakan oleh pekerja mengenai
pengimplementasian K3 di tempat kerja yang dibuat oleh perusahaan
untuk meminimalkan kegagalan dalam bekerja.41
11. Peran Asisten Operator
Tugas dan fungsi asisten operator dalam kegiatan pengoperasian alat
angkat.
12. Reward and Punishment
Reward merupakan bentuk apresiasi yang diberikan kepada pekerja
yang mematuhi semua kebijakan yangada. Sedangkan punishment
merupakan bentuk hukuman apabila pekerja melakukan kesalahan
dalam bekerja.

E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Lembar panduan wawancara yang berisi pertanyaan mengenai
penelitian yang dimodifikasi dari penelitian sebelumnya.42,43
b. Lembar Observasi
c. Kamera yang digunakan untuk dokumentasi.
d. Recordersebagai alat perekam suara
e. Alat tulis
f. Laptop yang digunakan untuk menyusun laporan penelitian.

F. Prosedur Penelitian
1. Tahap Persiapan
a. Melakukan studi literatur dengan menggunakan buku, jurnal ,
artikel dan sumber lainnya untuk menentukan permasalahan dan
variabel yang akan diteliti.
b. Menyusun rancangan penelitian.
c. Konsultasi dengan dosen pembimbing mengenai permasalahan
dan variabel yang akan diteliti.
31

d. Melakukan studi pendahuluan ke perusahaan untuk mendapatkan


gambaran mengenai perusahaan dan masalah yang ada.
e. Memilih dan menentukan responden yang akan dijadikan informan
f. Membuat surat perizinan penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Melakukan observasi secara menyeluruh terhadap segala aspek
yang sesuai dengan penilaian yang ada dalam lembar obseravasi.
b. Wawancara secara mendalam (indepth-interview) dengan
infroman yang akan diteliti.
3. Tahap Analisis Data
a. Mengumpulkan hasil pengamatan di lokasi secara langsung dan
hasil wawancara.
b. Mengolah data hasil pengamatan dan wawancara mendalam.
c. Reduksi data dengan memilah dan merangkum data yang ada.
d. Penyajian data dalam bentuk tabel dan uraian secara deskriptif
kemudian dilakukan penarikan kesimpulan mengenai penyajian
data tersebut.
4. Tahap Pelaporan
a. Melakukan penyusunan dan penyuntingan hasil laporan penelitian
b. Melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing terkait hasil
laporan penelitian.
c. Memberikan laporan kepada pihak yang berkepentingan terhadap
penelitian.

G. Sumber Data Penelitian


1. Data Primer
Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil dari
wawancara secara mendalam (indepth-interview) dengan informan
yang dilakukan secara langsung dan lembar observasi.
2. Data Sekunder
Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
kecelakaan kerja, buku, jurnal, artikel dan sumber-sumber lainnya
yang sesuai dengan penelitian ini.
32

H. Pengolahan dan Analisis Data


Setelah dilakukan pengumpulan data, maka hasil data yang ada
diolah dan dianalisis menggunakan metode deskriptif kualitatif. Metode
deskriptif kualitatif dilakukan dengan menggambarkan keseluruhan data
yang diperoleh dalam kegiatan penelitian. Adapun pengolahan data
kualitatif yaitu dengan melakukan tahapan reduksi data, penyajian data
serta penarikan kesimpulan.36,38
1. Reduksi Data
Reduksi data dilakukan dengan memilah, menyederhanakan dan
merangkum data yang didapatkan dari lapangan untuk memberikan
gambaran yang lebih spesifik mengenai objek penelitian.
2. Penyajian Data
Data yang telah direduksi kemudian disajikan dengan penjabaran
singkat dan tabel sesuai dengan variabel yang diteliti.
3. Penarikan Kesimpulan
Menyimpulkan hasil dari penyajian data mengenai objek yang diteliti
sehingga memperoleh gambaran mengenai hasil yang diteliti.

I. Validitas Data dan Reliabilitas Data


Penentuan validitas data dilakukan suatu teknik pemeriksaan
dengan kriteria-kriteria tertentu. Validatas suatu data memiliki konsep
yaitu penyemarataan suatu temuan dapat digunakan untuk semua hal
dalam populasi yang sama atas dasar penemuan yang didapatkan pada
sampel yang menggambarkan terwakilinya populasi tersebut.38
Validitas data dalam penelitian ini dilakukan dengan triangulasi
sumber. Triangulasi sumberdilakukan untuk membandingkan dan
memeriksa ulang informasi yang didapatkan melalui sumber yang
berbeda dengan cara melakukan wawancara mendalammengenai
keselamatan pengoperasian alat angkat bongkar muat peti kemas di PT.
Pelabuhan Tanjung Priok.
Reliabilitas merupakan konsistensi sebuah hasil pengikuran yang
dapat dipercaya atau diandalkan. Pada penelitian ini reliabilitas diperoleh
melalui auditing data. Auditing data adalah proses pemeriksaan terhadap
33

alur analisis data untuk mengetahui dan membandingkan catatan


wawancara dan kesimpulan yang dihasilkan.44
BAB IV
HASIL PENELITAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian


PT. Pelabuhan Tanjung Priok sebelumnya merupakan cabang
pelabuhan PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero) yang terletak di Tanjung
Priok, Jakarta.Pada tahun 2014, sesuai surat Keputusan Bersama Direksi
Pelabuhan Indonesia II (Persero) dan Direksi Multi Terminal Indonesia
Nomor HK.56/28/5/4/PI.II-14 dan Nomor HK.476/1/18/MTI-2014 tentang
Organisasi PT. Pelabuhan Tanjung Priok tanggal 28 Mei 2014 dan Surat
Keputusan Menteri Perhubungan RI No. KP 818 Tahun 2014 Tanggal
29/09/14 tentang pembentukan Badan Usaha Pelabuhan PT. Pelabuhan
Tanjung Priok, Cabang Pelabuhan Tanjung Priok berubah menjadi
sebuah entitas perseroan yang mandiri dan berubah nama menjadi PT.
Pelabuhan Tanjung Priok.
PT. Pelabuhan Tanjung Priok merupakan suatu terminal
multipurpose yang memberikan pelayanan bongkar muat barang baik peti
kemas maupun non peti kemas. Terbagi menjadi 3 terminal operasi yakni
Terminal Operasi 1, Terminal Operasi 2, Terminal Operasi 3, luas wilayah
setiap terminal yaitu:
a. Terminal Operasi 1 : 453.047,1807 m2

b. Terminal Operasi 2 : 490.246,7229 m2

c. Terminal Operasi 3 : 335.369,7125 m2

Dalam proses pelayanan bongkar muat barang tersebut untuk


mempermudah kegiatan, PT. Pelabuhan Tanjung Priok menggunakan
berbagai macam alat angkat yang dimulai dari proses bongkar, trucking
dan muat ke kapal. Alat angkat yang terdapat di PT.Pelabuhan Tanjung
Priok tidak hanya milik perusahaan namun ada beberapa milik vendor.
PT. Pelabuhan Tanjung Priok memiliki dua alat untuk melakukan proses
bongkar muat yaitu Gantry Luffing Crane (GLC) yang berjumlah 13 unit
dan Overhead Crane (OHC) yang berjumlah 12 unit. Operator alat angkat
bongkar muat tersebut masing-masing berjumlah 61 orang untuk
mengoperasikan Gantry Luffing Crane (GLC) dan 22 orang untuk

34
35

mengoperasikan Overhead Crane (OHC) dengan pembagian kerja yaitu 3


shift kerja yang terdiri dari 4 grup.

B. Karakteristik Informan
1. Informan Utama
Informan utama berjumlah delapan orang yang merupakan
operator alat angkat bongkar muat di PT. Pelabuhan Tanjung Priok.
Informan utama berjenis kelamin laki-laki dan merupakan operator
dari alat angkat bongkar muat PT. Pelabuhan Tanjung Priok yaitu
operator Gantry Luffing Crane (GLC) dan Overhead Crane (OHC).
Berikut adalah karakteristik informan utama:
Tabel 4. 1 Karakteristik Informan Utama
Masa
Informan Usia Pendidikan Lisensi Alat
No Kerja
Utama (tahun) Terakhir K3 Angkat
(tahun)
1 IU1 33 SMA 5 Ada GLC
2 IU2 50 SMA 4 Ada GLC
3 IU3 30 SMK 3 Ada GLC
4 IU4 36 SMK 5 Ada OHC
5 IU5 30 D3 5 Ada GLC
6 IU6 22 SMK 3 Ada GLC
7 IU7 27 STM 8 Ada OHC
8 IU8 35 SMA 5 Ada OHC

Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi


Republik Indonesia Nomor PER.09/MEN/VII/2010 tentang Operator
dan Petugas Pesawat Angkat dan Angkut, operator Gantry Luffing
Crane (GLC) termasuk operator alat angkat kelas II. Hal ini
dikarenakan beban maksimal muatan yang dapat diangkat yaitu 40
ton. Sedangkan operator Overhead Crane (OHC) termasuk dalam
operator alat angkat kelas III. Adapun persyaratan yang harus
dipenuhi operator kelas II yaitu sebagai berikut:
a. sekurang-kurangnya berpendidikan SLTA/sederajat,
b. berpengalaman sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun membantu
pelayanan di bidangnya,
c. berbadan sehat menurut keterangan dokter,
d. umur sekurang-kurangnya 21 tahun, dan
e. memiliki Lisensi K3 dan buku kerja.
36

Sedangkan persyaratan yang harus dipenuhi oleh operator


kelas III yaitu sebagai berikut:
a. sekurang-kurangnya berpendidikan SLTP/sederajat,
b. berpengalaman sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun membantu
pelayanan di bidangnya,
c. berbadan sehat menurut keterangan dokter,
d. umur sekurang-kurangnya 19 tahun, dan
e. memiliki Lisensi K3 dan buku kerja.14
Berdasarkan persyaratan operator tersebutseluruh operator
GLC dan OHCtelah memenuhi persyaratan usia, masa kerja, tingkat
pendidikan dan kepemilikan lisensi K3 sesuai dengan
Permenakertrans RI Nomor PER.09/MEN/VII/2010 tentang Operator
dan Petugas Pesawat Angkat dan Angkut.
2. Informan Triangulasi
Informan tirangulasi pada penelitian ini berjumlah lima orang
yang berkaitan terhadap operator dalam pengoperasian alat angkat
bongkar muat. Informan triangulasi ini terdiri dari 1 orang supervisor
peralatan dan operator dan 4 koordinator peralatan dan operator.
Berikut adalah karakteristik informan triangulasi:
Tabel 4. 2 Karakteristik Informan Triangulasi
Masa
Informan Usia Pendidikan
No Kerja Jabatan
Triangulasi (tahun) Terakhir
(tahun)
1 IT1 50 S1 9 Supervisor
2 IT2 25 S1 3 Koordinator
3 IT3 46 STM 7 Koordinator
4 IT4 34 D4 2 Koordinator
5 IT5 46 S1 6 Koordinator
Berdasarkan tabel 4.2, semua informan triangulasi tersebut
merupakan informan yang berkaitan langsung serta
bertanggungjawab pada operator dan pengoperasian alat angkat
bongkar muat di PT. Pelabuhan Tanjung Priok.

C. Hasil Observasi
Hasil observasi ini digunakan untuk mengetahui kondisi ditempat
penelitian saat penelitian dilakukan untuk mengetahui apa saja yang
37

mempengaruhi perilaku operator alat angkat. Berikut adalah hasil


observasi pada saat penelitian:
Tabel 4. 3 Hasil Observasi
No Komponen Ya Tidak Keterangan
1 Terdapat peraturan √ Terdapat di kantor
mengenai K3 di
tempat kerja
2 Terdapat SOP tertulis √ Di container office,
mengenai ukurannya kecil dan
pengoperasian alat usang
angkat
3 Terdapat instruksi √ Di container office
kerja yang jelas, rinci
dan menggunakan
bahasa yang mudah
dipahami
4 Adanya izin kerja √ Izin kerja yang
untuk pengoperasian digunakan berupa SIO
alat angkat dan SIA
5 Dilakukannya safety √ Dilakukunan dalam
briefing sebelum bentuk apel setiap shift,
melakukan namun dari K3 jarang
pengoperasian alat memberikan
angkat
6 Terdapat safety sign √ Terdapat di setiap
dilokasi kerja tempat kerja dan kabin
alat
7 Tersedianya APD bagi √ APD berupa sarung
pekerja sesuai dengan tangan, rompi, helmet
jenis pekerjaannya dan safety shoes
8 Operator selalu √ Pada saat belum
menggunakan APD menaiki alat APD
digunakan, tetapi saat
di kabin tidak pernah
digunakan
9 Operator memeriksa √ Operator selalu
alat sebelum bekerja melakukan pengecekan
10 Operator bekerja √ Operator mengikuti
sesuai SOP yang ada langkah
11 Operator tidak √ Mengangkat sesuai
mengangkat beban Safe Working Load
melebihi beban angkat (SWL) alat
maksimum
12 Cara kerja dan posisi √ Operator selalu
kerja ergonomis membungkuk saat
38

No Komponen Ya Tidak Keterangan


mengoperasikan alat
13 Pemeriksaan alat √ Ada checklist dilakukan
angkat secara berkala pemeriksaan
14 Adanya alat √ Dilengkapi dengan
pengaman mesin indikator maksimum
muatan yang diangkat
pada kabin dan lampu
tanda alat berfungsi
pada hook
15 Adanya pengaturan √ Terdapat 3 shift kerja
shift kerja yang sesuai masing-masing 8 jam
16 Bekerja di ketinggian √ Setiap 4 jam,
tidak lebih dari 4 jam diharuskan turun dari
alat selama 30 menit
17 Waktu istirahat yang √ Istirahat dilakukan
cukup bagi operator selama 30menit setiap
4 jam bekerja
18 Prosedur kerja telah √ Sudah ada dokumen
didokumentasikan tertulis di admin
terminal operasi dan
ditempelkan pada
container office
19 Prosedur kerja telah √ Belum ada sosialiasasi
disosialisasikan ataupun dokumentasi
kepada pekerja terkait pelaksanaan
sosialisasi
Berdasarkan tabel 4.3, hasil observasi menunjukkan bahwa
terdapat peraturan mengenai K3 yang diletakkan di kantor. Prosedur
diletakkan di container office mengenai tahapan yang harus dimulai
operator dari sebelum mengoperasikan hingga selesai mengoperasikan
alat, namun prosedur tersebut ukurannya terlalu kecil dan sudah terlihat
usang. Izin kerja yang digunakan dalam setiap kegiatan pengoperasian
alat angkat tersebut menggunakan Surat Izin Operasi (SIO) bagi operator
dan Surat Izin Alat (SIA) untuk alat yang sudah layak dioperasikan.Safety
briefing selalu dilakukan tiap pergantian shift yaitu sebanyak 3 kali per
hari. Safety sign mengenai APD, tanda larangan-larangan seperti dilarang
merokok pada kabin alat, petunjuk jalur evakuasi dan APAR ada di setiap
alat dan di lapangan tempat bekerja. APD yang disediakan oleh
perusahaan yaitu safety shoes¸ helmet, rompi dan sarung tangan. Namun
39

operator jarang menggunakannya ketika di dalam cabin. Operator selalu


melakukan pengecekan alat sebelum memulai. Beban muatan yang
diangkat tidak tidak pernah melebihi beban maksimum. Posisi kerja
operator cenderung membungkuk untuk melihat ke bawah melalui kaca
depan. Terdapat 3 shift kerja dengan masing-masing 8 jam kerja dimana
setiap 4 jam sekali operator diharuskan untuk istirahat selama 30 menit.
Prosedur kerja sudah didokumentasikan namun dokumentasi terkait
sosialisasi prosedur kerja tidak ada.

D. Hasil Wawancara Mendalam


1. Informan Utama
Di bawah ini merupakan hasil wawancara dengan informan
utama yaitu sebagai berikut:
a. Pengetahuan
Tabel 4. 4 Hasil Wawancara Mendalam Informan Utama tentang
Pengetahuan

No Pertanyaan Jawaban
1 Apa yang Anda Perilaku kerjanya yang sesuai SOP,
ketahui mengenai terus ikutin instruksi asisten operator,
perilaku kerja menggunakan APD(IU1)(IU5)(IU6)
aman?
Perilaku aman yaitu yang hati-hati,
menggunakan APD, sesuai K3 dan
kondisi sehat(IU2)(IU3)(IU4)
Yang menjaga keamanan untuk diri
sendiri, orang lain dan lingkungan
kerja(IU7)(IU8)

2 Apa yang Anda Tidak pakai APD, yang tidak melihat


ketahui mengenai sekeliling alat yang harusnya steril
perilaku kerja tidak dari yang tidak berkepentingan,
aman? kondisi badan kurang baik,
mengoperasikan alat terburu-
buru(IU1)(IU3)(IU5)(IU6)(IU7)(IU8)
Mengoperasikan alat tidak sesuai
SOP, tidak sesuai K3 dan
mengindahkan peringatan yang
ada(IU2)(IU4)

3 Apakah Anda Pagar tangga rusak serta ceceran oli,


40

No Pertanyaan Jawaban
mengetahui muatan menyangkut, bahaya muatan
bahaya yang jatuh saat diangkat, spreader jatuh,
dapat sling yang
menyebabkan rusak(IU1)(IU3)(IU5)(IU7)(IU8)
kecelakan saat
Mengoperasikan alat saat membawa
mengoperasikan
alat tapi tidak sesuai prosedur, misal
alat angkat
operator dalam keadaan tidak sehat,
bongkar muat peti
alat dan barangnya itu
kemas?
bahaya(IU2)(IU4)
Miss komunikasi sama asisten
operator, operator tidak konsentrasi,
dari slingbisa putus, barang jatuh dan
sensor limityang tidak aktif(IU6)
4 Apakah Anda Kecelakaan kerja dan barang
mengetahui rusak(IU1)(IU2)(IU3)(IU6)(IU7)
dampak dari
Kerugian material,korban
berperilaku tidak
jiwa,pekerjaan tertunda, terjadinya
aman saat
insiden(IU4)(IU5)(IU8)
mengoperasikan
alat angkat
bongkar muat peti
kemas?

5 Apakah Anda Untuk keselamatan diri sendiri, orang


mengetahui lain dan barang yang diangkat,
manfaat dari menekan terjadinya insiden, prestasi
berperilaku aman untuk
saat perusahaan(IU1)(IU4)(IU5)(IU6)(IU7)
mengoperasikan
Terhindar dari kecelakaan
alat angkat
kerja(IU2)(IU3)(IU8)
bongkar muat peti
kemas?

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan infroman


utama terkait pengetahuan tentang perilaku kerja aman
didapatkan kata kunci yaitu perilaku kerja sesuai SOP,sesuai K3,
mengoperasikan dengan hati-hati, memakai Alat Pelindung Diri
(APD), dalam kondisi sehat serta menjaga keamanan diri sendiri
dan orang lain di sekitar lingkungan kerja. Kata kunci mengenai
pengertian perilaku tidak aman didapatkan yaitu perilaku kerja
tidak sesuai SOP, tidak melihat sekeliling alat sebelum
dioperasikan, kurang sehat, mengoperasikan alat terburu-buru,
tidak mengindahkan peringatan dan K3.Bahaya yang dapat terjadi
41

saat mengoperasikan alat didapatkan kata kunci yaitu pagar


tangga rusak, ceceran oli, sling dan muatan jatuh, tidak sesuai
prosedur, kondisi tidak sehat, kurang konsentrasi dan miss
komunikasi dengan asisten operator. Dampak dari berperilaku
tidak aman didapatkan kata kunci yaitu kecelakaan kerja,
kerusakan barang, kerugian material, adanya korban jiwa dan
pekerjaan tertunda. Sedangkan manfaat dari berperilaku aman
didapatkan kata kunci yaitu untuk keselamatan diri sendiri,
oranglain dan barang, terhindar dari kecelakaan kerja dan prestasi
untuk perusahaan.
b. Sikap
Tabel 4. 5 Hasil Wawancara Mendalam Informan Utama tentang
Sikap

No Pertanyaan Jawaban
1 Bagaimana cara Periksa sekitar alat, memeriksa alat,
Anda dalam berhati-hati, mengikuti instruksi dari
mengoperasikan asisten operator di bawah,konsentrasi
alat angkat dan mengoperasikan sesuai
tersebut? SOP(IU1)(IU2)(IU3)(IU4)(IU6)(IU7)(IU8)
Periksa sekitar alat, start engine,
control home di ruang elektrik, naik ke
kabin, siap operasi (IU5)
2 Menurut Anda, Dengan hati-hati, tidak buru-buru, yang
bagaimana cara tidak berkepentingan dilarang
Anda untuk mendekat,lihat sekitar alat, beban yang
mencegah diangkat tidak melebihi SWL alat ,
terjadinya sesuai instruksi asisten operator, pakai
kecelakaan APD(IU1)(IU2)(IU4)(IU5)(IU4)(IU6)(IU7)
kerja?
Fokus yang penting(IU3)(IU8)

Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang dilakukan


dengan informan utama terkait sikap mereka dalam
mengoperasikan alat bongkar muat, didapatkan kata kunci yaitu
informan akan memeriksa alat dan sekeliling alat sebelum
mengoperasikan alat, berkomunikasi dengan asisten operator dan
mengoperasikan alat sesuai SOP. Untuk mencegah terjadinya
kecelakaan kerja, didapatkan kata kunci yaitu melakukannya
dengan cara berhati-hati, tidak terburu-buru dan konsentrasi
42

dalam mengoperasikan alat, berkordinasi, menggunakan APD dan


mengikuti instruksi dari asisten operator serta memastikan alat
dan sekeliling alat aman.
c. Keadaan Mesin
Tabel 4. 6 Hasil Wawancara Mendalam Informan Utama tentang
Keadaan Mesin

No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah Anda Iya, di bagian yang terlihat saja, kalau
melakukan mesin biasanya dari JPPI
pemeriksaan (IU1)(IU2)(IU5)(IU6)(IU7)(IU8)
keadaan mesin
Pasti. Yang utama dari sekeliling alat,
sebelum
lalu ke ruang engine, ruang elektrik lalu
mengoperasikan
ke cabin untuk cek fungsi, gantry-nya,
alat angkat
hoist up-down nya(IU3)(IU4)
tersebut?
2 Menurut Anda, Yang sudah di cek oleh BKI dan surat
Bagaimana kelayakannya sudah keluar
keadaan alat (IU1)(IU2)(IU5)(IU4)(IU7)(IU8)
angkat yang layak
Alat yang kondisinya sehat, tidak ada
dioperasikan?
kerusakan(IU3)
Yang mampu mengangkat beban
sesuai beban yang telah ditentukan
alat itu dan fungsi alat baik(IU6)

3 Apakah alat Sudah layak, karena sudah ada


angkat di tempat sertifikasi dan pengujian dari BKI (IU1)
anda sudah (IU2) (IU4) (IU7) (IU8)
sesuai standar
Sudah sesuai. Karena belum ada
kelayakan untuk
keluhan alat(IU3)
dioperasikan?
Mohon Sudah sesuai, masih dapat digunakan,
dijelaskan? tapi alat sudah lama beberapa kadang
terjadi kerusakan(IU5)(IU6)

4 Apakah alat Jarang. Biasanya nge-trip


angkat sering mesinnya(IU1)(IU4)(IU5)(IU6)(IU7)(IU8)
mengalami
Kalau alat pasti. Contohnya alat tidak
trouble? Jika iya,
dapat bergerak saat gantry, hoist up
bagaimana
atau down(IU2)(IU3)
contohnya?

5 Apakah ada Setiap hari, mingguan, bulanan. Setiap


pemeriksaan hari pengecekan fungsi, mingguan
berkala terhadap biasanya accu
43

No Pertanyaan Jawaban
alat angkat? Jika (IU1)(IU2)(IU3)(IU5)(IU6(IU7)(IU8)
iya, setiap berapa
Ada. Tapi untuk waktunya kurang
kali?
paham yang tahu mekanik atau
JPPI(IU4)

Dari hasil wawancara mendalam yang dilakukan kepada


informan utama diketahui bahwa seluruh informan melakukan
pemeriksaan keadaan mesin sebelum melakukan pengoperasian
namun hanya tombol dan fungsi yang terlihat saja. Untuk
pemeriksaan lebih detail, pemeriksaan dilakukan oleh Jasa
Peralatan Pelabuhan Indonesia (JPPI). Alat angkat yang layak
untuk dioperasikan didapatkan kata kunci yaitu alat yang sudah
disertifikasi dan diperiksa oleh Biro Klasifikasi Indonesia (BKI),
tidak ada kerusakan dan mampu mengangkat beban sesuai
alat.Seluruh informan utama menyatakan bahwa alat angkat di
tempat kerja mereka sudah sesuai dengan standar kelayakan
untuk dioperasikan. Trouble yang terjadi pada alat angkat di
tempat kerja tersebut didapatkan kata kunci yaitu nge-trip atau alat
mati tiba-tiba dan tidak bisa bergerak saat hoist-up dan down serta
gantry. Waktu pemeriksaan alat didapatkan kata kunci yaitu
harian, mingguan dan bulanan.
d. Pelatihan Operator
Tabel 4.7 Hasil Wawancara Mendalam Informan Utama tentang
Pelatihan Operator

No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah terdapat Ada, sebelum dapat SIO dan
pelatihan refreshment setiap perpanjangan SIO
mengenai (IU1)(IU2)(IU3)(IU4)(IU6)(IU7)(IU8)
pengoperasian alat
Sebelum jadi operator, latihan dulu
angkat bagi
dengan operator senior. Setelahnya
operator?Jika ada,
diikuti pelatihan untuk dapat SIO (IU5)
jelaskan?
2 Apakah anda Sudah. Untuk dapatkan
sudah mengikuti SIO(IU1)(IU2)(IU3)(IU4)(IU5)(IU6)(IU7)
pelatihan (IU8)
pengoperasian alat
angkat bagi
operator? Jika
44

No Pertanyaan Jawaban
sudah mohon
dijelaskan?

3 Bagaimana bentuk Teorikemudian praktik tes fungsi dan


pelatihannya? cara bawa alat di lapangan
(IU1)(IU2)(U3)(IU4)(IU5)(IU7)(IU8)
Materi di kelas, praktik di lapangan
dan ujian tertulis(IU6)

4 Siapa yang Dari Disnaker(IU1)(IU2)(IU4)


memberikan
Dari orang K3(IU3)
pelatihan tersebut?
Dari Kementerian Tenaga
Kerja(IU5)(IU6)
Dari Depnaker(IU7) (IU8)

5 Materi apa yang Tentang container,peraturan-


diberikan dalam peraturan,safety,K3,pesawat angkat-
pelatihan tersebut? angkut (IU1)(IU2)(IU5)(IU7)(IU8)
Cara mengoperasikan alat yang safety
seperti apa dan keselamatan
kerja(IU3)(IU4)
Mengenai K3, APD, APAR,
Pertolongan Pertama, bagaimana cara
mengoperasikan alat(IU6)

6 Apakah pelatihan Cukup tidak cukup. Karena selama


tersebut cukup pelatihan teori mengenai alatnya
untuk Anda keseluruhan yang ada di pelabuhan
sebelum (IU1)
mengoperasikan
Cukup. Karena beritahu semua
alat angkat
tentang pengoperasian alat dan
tersebut?
keselamatan kerja
(IU3)(IU2)(IU4)(IU6)(IU8)
Cukup. Tapi lebih sering, lebih
bagus(IU5)(IU7)

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan


utama mengenai pelatihan bagi operator didapatkan kata kunci
ada pelatihan untuk operator sebelum dapat mengoperasikan alat
angkat dan seluruh operator sudah mengikuti pelatihan tersebut
untuk mendapatkan dan perpanjangan Surat Izin Operasi
(SIO).Kata kunci dari bentuk pelatihannya yaitu pemberian materi
45

di kelas dan praktik dilapangan dan ujian tertulis. Materi yang


diberikan didapatkan kata kunci yaitu peraturan-peraturan,
pesawat angkat-angkut, keselamatan kerja, cara mengoperasikan
alat angkut, APAR, APD, pertolongan pertama. Pelatihan tersebut
diberikan dari Kementerian Tenaga Kerja, baik dari Disnaker,
Depnaker maupun Kemenaker dan bagian K3. Pelatihan operator
tersebut cukup sebelum operator mengoperasikan alat angkat
bongkar muat tersebut.
e. Safety Briefing
Tabel 4. 8 Hasil Wawancara Mendalam Informan Utama tentang
Safety Briefing

No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah terdapat Di apel dan dari koordinator briefing
safety briefing sebelum naik ke alat(IU1)(IU2)(IU3)
sebelum
melakukan Ada briefing, biasanya sekaligus
pekerjaan?Jika laporan dari shift sebelumnya pada
iya, jelaskan? saat apel(IU4)(IU5)(IU6)(IU7)(IU8)
2 Bagaimana Apel sama diingatkan sama
bentuk safety koordinator sebelum mulai
briefing operasi(IU1)(IU2)
tersebut?
Apel dan secara lisan. Ada
penyampaian laporan dari shift
sebelumnya,peringatan mengenai
penerapan K3, penggunaan
APD(IU3)(IU4)(IU5)(IU6)(IU7) (IU8)
3 Apakah safety Sangat efisien. Jadi selalu diingatkan
briefing tersebut mengenai keselamatan
efisien untuk kerja(IU1)(IU2)(IU3)(IU5)(IU4)(IU7)
Anda sebelum (IU8)
mengoperasikan
Iya. Operator jadi tahu apa saja yang
alat angkat?
sudah dilakukan di shift sebelumnya,
kondisi alat seperti ada, agar menjaga
keselamatan juga(IU6)
4 Seberapa sering Setiap perganti
safety briefing shift(IU1)(IU2)(IU3)(IU4)(IU5)(IU6)
dilakukan (IU7)(IU8)
sebelum Anda
mengoperasikan
alat angkat?
46

No Pertanyaan Jawaban
5 Siapakah yang Dari manajemen, supervisor
menyampaikan koordinator shift sebelumnya, kadang
safety briefing dari K3
sebelum Anda (IU1)(IU2)(IU3)(IU4)(IU5)(IU6)(IU7)
mengoperasikan (IU8)
alat angkat?

Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang dilakukan


dengan informan utama, didapatkan kata kunci yaitu ada safety
briefing yang dilakukan dalam bentuk apel yang berisi
penyampaian atau laporan kerja dari shift sebelumnya. Seluruh
inforrman utama berpendapat bahwa safety briefing ini efisien
sebelum informan mengoperasikan alat angkat.Kata kunci dari
pihak yang menyampaikan safety briefing didapatkan yaitu
manajemen, supervisor, koordinator dan terkadang dari bagian
K3.
f. Tersedianya SOP Pengoperasian Alat
Tabel 4. 9 Hasil Wawancara Mendalam Informan Utama tentang
Tersedianya SOP Pengoperasian Alat

No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah di tempat Ada(IU1)
kerja anda terdapat
Ada. Ditempel di cabin bersamaan
SOP pengoperasian
dengan lisensi alat. Tapi kalau
alat angkat?
belum copot(IU4)
Ada di kantor dipasang(IU3)
Ada.Ditempel di white board di
container
office(IU2)(IU5)(IU6)(IU7)(IU8)

2 Bagaimana cara Waktu pelatihan untuk dapat SIO


sosialisasi yang dari Depnaker, K3 dan
diberikan kepada manajemen, selanjutnya tidak
pekerja terkait SOP (IU1)(IU2)(IU3)(IU7)(IU8)
pengoperasian alat
angkat?
Ada. Biasanya melewati
peringatan-peringatan saat briefing
(IU4)(IU5)
Tidak pernah disosialisasikan.
47

No Pertanyaan Jawaban
Hanya ditempel saja(IU6)

3 Apakah SOP Iya sangat membantu(IU1)


tersebut membantu
Pasti.Karena untuk keselamatan
Anda dalam
kita juga(IU2)(IU3)(IU5)(IU7)
pengoperasian alat
angkat yang benar? Iya. Kalau tidak sesuai SOP dan
hanya mengikuti feeling, pasti nanti
alatnya trouble(IU4)(IU8)
Sebenarnya membantu. Tapi
operator juga sudah tau dari
pelatihan kemarin, sama saja(IU6)

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan


utama mengenai tersedianya SOP pengoperasian alat, didapatkan
kata kunci yaitu terdapat SOP pengoperasian alat tersebut yang
diterdapat di alat, kantor dan container office. Sosialisasi terkait
SOP didapatkan kata kunci yaitu dilakukan diawal ketika pelatihan,
saat briefing dan tidak pernah ada sosialisasi terkait SOP tersebut.
Seluruh informan utama menyatakan dengan adanya SOP
tersebut membantu operator dalam mengoperasikan alat.
g. Peran Asisten Operator
Tabel 4. 10 Hasil Wawancara Mendalam Informan Utama
tentang Peran Asisten Operator

No Pertanyaan Jawaban
1 Apa yang Anda Memberikan kode kepada operator
ketahui mengenai barang mana yang harus diambil
tugas asisten dan gerakan alat yang harus
operator? dilakukan operator bila sudah
aman(IU1)(IU2)(IU4)(IU6)(IU8)
Terima informasi dari operator
kalau ada keluhan dan mencatat
laporan kerja seperti timesheet
(IU3)
Tugasnya membantu operator dan
sebagai mata kedua operator pada
saat akan mengangkat barang
yang tidak terlihat
operator(IU5)(IU7)

2 Menurut Anda, Sangat. Karena membantu


48

No Pertanyaan Jawaban
apakah asisten mengarahkan saat gantry dan
operator sangat melihat keadaan di
membantu dalam bawah(IU1)(IU5)
pengoperasian alat
Sangat membantu. Karena
angkat?
pandangan operator terbatas.
Membantu untuk meminimalisir
kecelakaan kerja Tapi operator
harus punya feeling
juga(IU2)(IU4)(IU6)(IU7)(IU8)
Pasti. Karena kalau ada keluhan
alat, operator tidak perlu turun ke
bawah dulu, dikomunikasikan ke
asisten operator nanti dia yang
menghubungi JPPI(IU3)

3 Bagaimana cara Pakai HT(IU1)(IU2)(IU3)(IU6)


Anda berkomunikasi (IU7)(IU8)
dengan asisten
Pakai HT, isyarat tangan(IU4) (IU5)
operator?

Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan informan utama


mengenai tugas asisten operator didapatkan kata kunci yaitu
mengarahkan, memberikan informasi, memberikan kode kepada
operator barang mana yang akan diambil, sebagai mata kedua
operator dan membuat laporan kerja. Peran asisten operator
sangat membantu operator dalam pengoperasian alat angkat
karena pandangan operator yang terbatas dari atas alat. Cara
berkomunikasi dengan asisten operator didapatkan kata kunci
yaitu dengan menggunakan HT dan isyarat tangan.

h. Reward and Punishment


Tabel 4. 11 Hasil Wawancara Mendalam Informan Utama tentang
Reward and Punishment
No Pertanyaan Jawaban
49

No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah ada Tidak ada, hanya ucapan terimakasih
reward yang dari manajemen(IU1) (IU4)
diberikan jika
anda melakukan Tidak ada. Kalau ada kan lebih
pekerjaan dengan memotivasi bekerja yang
baik dan benar? baik(IU2)(IU3)(IU5)(IU7)
Jika
ada,jelaskan? Belum ada(IU6)(IU8)

2 Apakah anda Tidak pernah


pernah mendapat (IU1)(IU2)(IU3)(IU4)(IU5)(IU6)(IU7)(IU8)
reward? Jika iya,
jelaskan?

3 Apakah ada Ada. Bentuknya nasihat, dan kalau


punishment yang sudah fatal biasanya diturunkan dari
diberikan jika operator jadi mekanik, skorsing,
anda melakukan s(IU1)(IU2)(IU3)
kesalahan dalam
Ada. Tergantung kesalahan. Biasanya
bekerja? Jika
tidak boleh bawa alat dulu atau dapat
ada,jelaskan?
Surat Peringatan(SP) 1,2 atau
3(IU4)(IU5)(IU6)(IU7)(IU8)
4 Apakah anda Tidak pernah, jangan sampai terjadi
pernah mendapat (IU1)(IU4)(IU5)(IU6)(IU7)(IU8)
punishment?Jika
Pernah. Waktu itu kesalahan informasi
iya, jelaskan?
dari buruh ikat dibawah. Untungnya
tidak jatuh, tapi bergeser. Waktu itu
ditegur dan dinasihati saja(IU2)
Pernah.Waktu itu sedang hoist tiba-tiba
gerak ke kiri kemudian membentur
kapal. Waktu itu kena SP1(IU3)

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan


utama mengenai pemberian reward didapatkan kata kunci tidak
ada rewardyang diberikan dan apabila ada reward akan lebih
memotivasi untuk bekerja. Sedangkan pemberian punishment,
didapatkan kata kunci yaitu adanya punishment apabila
melakukan kesalahan dalam bekerja. Kata kunci bentuk
punishment yang diberikan diantaranya dinasihati, skorsing tidak
boleh membawa alat untuk sementara, surat peringatan 1-3 dan
diturunkan menjadi mekanik. Dari delapan informan utama, dua
50

diantaranya pernah mendapat punishment yaitu berupa teguran


dan nasihat serta pemberian Surat Peringatan (SP1).
2. Informan Triangulasi
Informantriangulasi pada penlitian ini berjumlah 5 orang yang
terdiri dari supervisorperalatan dan operatorserta koordinator tiap
group yang berjumlah 4 orang,Seluruh informan triangulasi ini
berperan untuk mencocokan hasil data yang didapatkan dari
informan utama agar mencapai kesesuaian dengan tujuan dari
penelitian mengenai faktor apa saja yang memperngaruhi
keselamatan pengoperasian alat angkat bongkar muat tersebut.
Alasansupervisor peralatan dan operator dipilih sebagai
informan triangulasi karena supervisor merupakan orang yang
bertanggungjawab memberikan keputusan segala hal yang ada di
lapangan dan bertanggungjawab terhadap segala kegiatan yang ada
dilapangan. Koordiantor peralatan dan operator tiap group dipilih
sebagai informan triangulasi karena koordinator merupakan orang
yang berkaitan langsung terhadap pengoperasian alat dan operator
dan menjadi leader pada setiap group operator di lapangan. Di
bawah ini merupakan hasil wawancara dengan informan triangulasi
yaitu sebagai berikut:
a. Pengetahuan
Tabel 4. 12 Hasil Wawancara Mendalam Informan Triangulasi
tentang Pengetahuan

No Pertanyaan Jawaban
1 Menurut Anda, Sudah mencukupi sebenarnya,
bagaimanakah Ketika dapat SIO berarti operator
pengetahuan sudah paham bagaimana
operator dalam mengoperasikan alat
mengoperasikan alat (IT1)(IT3)(IT4)
angkat bongkar
Semua operator paham dari mulai
muat peti kemas?
menyalakan sampai kalau ada
yang rusak dari alat juga tahu dan
operator juga aware tentang
keselamatan(IT2)
51

No Pertanyaan Jawaban
Cukup baik. Karena sebelumnya
sudah diberi pelatihan dan dapat
serifikat. Setelah dapat sertifikat,
operator mengoperasikan tetap
diawasi operator senior sampai
terlihat mahir(IT5)

2 Bagaimana cara Mengingatkan setiap mereka akan


Anda memberikan memulai pekerjaan atau ketika
pengetahuan istirahat ngobrol-ngobrol dengan
kepada operator operator sekaligus
mengenai memberitahukan mereka harus
berperilaku aman berperilaku aman dan
dalam mengingatkan bagaimana cara
pengoperasian alat menjalankan alat secara benar
angkat bongkar dari awal sampai akhir,
muat peti kemas? menggunakan
APD(IT1)(IT2)(IT3)(IT5)
Sharing ilmu saja secara informal
(IT4)

3 Apakah operator Seharusnya operator tau apa


mengetahui bahaya disekelilingnya kondisi sudah
yang dapat aman, apakah ada kondisi yang
menyebabkan tidak benar saat gantry yang
kecelakan saat dapat menimbulkan bahaya.
mengoperasikan alat Namun beberapa sering
angkat bongkar mengabaikan(IT1)(IT2)
muat peti kemas?
Tahu harusnya. Seperti dijalur
tangga licin akibat ceceran oli.
Barang yang diangkat saat
gantry(IT3)
Pasti tahu. Alat yang dioperasikan
tidak enak dibawa, orang-orang
yang ada di bawah alat dan
barang yang diangkat bertabrakan
atau jatuh(IT4)(IT5)

4 Apakah operator Tahu, dampaknya pasti


mengetahui dampak kecelakaan kerja,kerusakan
dari berperilaku tidak barang(IT1)(IT3)
aman saat
Iya, pasti terjadi accident dan
mengoperasikan alat
mendapatkan punishment karena
angkat bongkar
kesalahan operator(IT2)(IT4)
muat peti kemas?
Dampaknya incident, karena fisik
52

No Pertanyaan Jawaban
manusia tidak bias dibiarkan
berjam-jam kerja(IT5)

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan


triangulasi mengenai pengetahuan operator terhadap perilaku
kerja aman dan tidak aman, seluruh informan menyatakan bahwa
pengetahuan operator sudah baik dan semua operator
mengetahui tentang hal tersebut. Bahaya yang ada pada saat
pengoperasian alat didapatkan kata kunci yaitubarang yang
diangkat, alat yang dibawa tidak enak dioperasikan dan hal-hal
yang berada disekeliling alat, operator telah mengetahuinya. Kata
kunci yang didapatkan mengenai dampak akibat berperilaku tidak
aman yaitu kecelakaan kerja, incident, accident dan kerusakan
barang.
b. Sikap
Tabel 4. 13 Hasil Wawancara Mendalam Informan Triangulasi
tentang Sikap

No Pertanyaan Jawaban
1 Menurut Anda, Tiap operator caranya berbeda,
bagaimana cara kalau situasi tidak aman seperti
operator dalam sling rusak pasti akan sama, tapi
mengoperasikan alat kalau kondisi tidak aman tiap
angkat tersebut? operator akan berbeda, ada yang
tenang, adapula yang tergesa-
gesa tapi seharusnya sesuai
SOP(IT1)
Operator sesuai SOP, kondisi
sehat. Kalau ada masalah
langsung koordinasi dengan
koordinator dan maintenance.
Tapi beberapa ada yang terburu-
buru dan kurang tenang
membawa alat(IT2)(IT4)(IT3)
Sudah sesuai prosedur,
memeriksa kondisi alat lalu
memeriksa area kerja apakah ada
barang atau orang yang
mengganggu kemudian
berkordinasi dengan asisten
53

No Pertanyaan Jawaban
operator(IT5)

2 Menurut Anda, Kalau situasi tidak aman misal di


bagaimana cara bawah alat terlalu banyak orang,
operator untuk operator biasanya koordinasi
mencegah terjadinya dengan koordinator dan asisten
kecelakaan kerja? operator. Kalau kondisi tidak
aman misal sling putus biasanya
koordinasi dengan JPPI bila tidak
dibolehkan alat tidak akan
dioperasikan. Selain itu
menggunakan APD (IT1)
Dari self-awareness operator
sendiri. Saat memulai
mengoperasikan melihat
sekeliling alat dulu. Kalau ada
barang yang sulit diangkat
dikoordinasikan ke koordinator
dulu (IT2)(IT4)
Operator hati-hati dan sesuai
SOP saat mengoperasikan alat
serta memakai APD(IT3)
Biasanya kalau dalam keadaan
sakit, tidak akan mengoperasikan
alat. Berkoordinasi dengan JPPI
tentang kondisi alat,
menggunakan APD(IT5)

Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang dilakukan


dengan informan triangulasi mengenai cara operator dalam
mengoperasikan alat angkat, didapatkan kata kunci yaitu cara
operator dalam mengoperasikan berbeda-beda, sesuai prosedur,
kondisi sehat dan tenang tetapi ada yang juga yang
mengoperasikan terburu-buru, memeriksa kondisi alat dan tempat
kerja serta berkordinasi dengan asisten operator. Operator dalam
mencegah terjadinya kecelakaan kerja didapatkan kata kunci
yaituberkordinasi dengan JPPI mengenai kondisi alat, memeriksa
sekeliling alat dan berkordinasi dengan asisten operator dan juga
54

koordinator,mengoperasikan dengan hati-hati, sesuai SOP serta


menggunakan APD.
c. Keadaan Mesin
Tabel 4. 14 Hasil Wawancara Mendalam Informan Triangulasi
tentang Keadaan Mesin

No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah dilakukan Iya. Untuk preventif maintenance
pemeriksaan itu oleh JPPI. Kalau operator
keadaan mesin memeriksa biasanya bagian yang
sebelum terlihat saja misal lampu indikator,
mengoperasikan alat
tuas berfungsi dengan baik
angkat tersebut?
(IT1)(IT2)(IT4)
Ada tim mekanik untuk
pemeriksaan namanya JPPI
(IT3)(IT5)

2 Menurut Anda, Alat angkat yang layak


Bagaimana keadaan dioperasikan yang sudah melalui
alat angkat yang pemeriksaan Badan Klasifikasi
layak dioperasikan? Indonesia (BKI) dan sudah ada
sertfikasinya (IT1)(IT3)(IT5)
Yang safety nya bagus,kondisi
fisik bagus,wire bagus dan daya
angkutnya sesuai misal Safe
Working Load (SWL)40 ton, bisa
mengangkat beban segitu dan
sudah ada sertifikasi dari BKI(IT2)
Alat yang bisa dioperasikan, yang
tidak sering terjadi trouble dan
aman serta sudah disertifikasi BKI
(IT4)

3 Apakah alat angkat Sudah sesuai standar. Karena


di tempat anda sudah ada pemeriksaan,
sudah sesuai standarisasi, sertifikasi dan tes
standar kelayakan beban dari BKI. Setiap 5 tahun
untuk dioperasikan? sekali juga diuji kelayakan lagi
Mohon dijelaskan? oleh BKI(IT1)(IT2)(IT3)(IT4)
Sudah.Karena alatnya multifungsi
dan dari pabrik sudah ada
sertifikasi alatnya dan dilakukan
pemeriksaan oleh perusahaan
dan BKI. Koordinator juga
memeriksa lagi sesuai buku yang
55

No Pertanyaan Jawaban
diberikan oleh pabrik (IT5)
4 Apakah alat angkat Kalau trouble pasti, tapi tidak
sering mengalami sering biasanya nge-trip atau mati
trouble? Jika iya, tiba-tiba ketika sedang hoist atau
bagaimana slewing yang sering terjadi pada
contohnya? saat kegiatan (IT1)(IT2)(IT4)(IT5)
Trouble sering. Misalnya tidak
bisa gantry, hoist tidak bisa naik
turun(IT3)
5 Apakah ada Ada dari JPPI yaitu pemeriksaan
pemeriksaan berkala harian, mingguan, bulanan sesuai
terhadap alat dengan runhours alat(IT1)
angkat? Jika iya,
Ada setiap hari dari JPPI(IT2)(IT4)
setiap berapa kali?
Ada pemeriksaan daily dan
weekly oleh JPPI(IT3)
Ada. Kita ada subcon namanya
JPPI dan pemeriksaan dilakukan
setiap hari dan bulanan(IT5)

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan


informan triangulasi terkait pemeriksaan keadaan mesin
didapatkan kata kunci yaitu pemeriksaan mesin alat angkat selalu
dilakukan setiap hari, mingguan dan bulanan yang dilakukan oleh
Jasa Peralatan Pelabuhan Indonesia (JPPI). Alat angkat yang
layak untuk dioperasikan, didapatkan kata kunci yaitu alat angkat
yang sudah diperiksa dan disertifikasi oleh Biro Klasifikasi
Indonesia (BKI), kondisi fisik alat bagus, wire bagus, dapat
mengangkat beban sesuai SWL yang ada, alat yang tidak sering
terjadi trouble. Seluruh alat angkat di sana sudah sesuai standar
kelayakan untuk dioperasikan karena sudah ada pemeriksaan dan
sertifikasi dari BKI tersebut. Trouble yang terjadi pada alat angkat
di tempat kerja tersebut didapatkan kata kunci yaitu nge-trip atau
alat mati tiba-tiba dan tidak dapat hoistserta gantry.

d. Pelatihan Operator
56

Tabel 4. 15 Hasil Wawancara Mendalam Informan Triangulasi


tentang Pelatihan Operator

No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah terdapat Ada, saat akan mendapatkan SIO
pelatihan mengenai dan refreshment setiap 5 tahun
pengoperasian alat saat pergantian SIO. Ada juga
angkat bagi diklat untuk operator dan dipilih
operator?Jika ada, secara random (IT1)(IT2)
jelaskan?
Ada sebelum mengoperasikan alat
untuk dapat SIO(IT3)(IT4)(IT5)

2 Apakah semua Sudah. Untuk dapat SIO ada


operator sudah pelatihannya. Kalau mau
mengikuti pelatihan memperpanjang SIO juga ada
pengoperasian alat pelatihan
angkat bagi refreshment(IT1)(IT2)(IT3)(IT4)(IT5)
operator? Jika sudah
mohon dijelaskan?
3 Bagaimana bentuk Bentuknya materi dan praktik di
pelatihannya? lapangan sesuai dengan alat yang
akan dibawa(IT1)(IT3)(IT4)(IT5)
Bentuk pelatihannya in-class, teori,
ujian dan praktik di lapangan (IT2)
4 Siapa yang Kalau diklat biasanya dari Badan
memberikan diklat. Kalau untuk pelatihan
pelatihan tersebut? refreshment dan dapatkan SIO itu
dari Badan Tenaga Kerja bagian
dari Kementrian Tenaga
Kerja(IT1)(IT2)
Dari Depnaker, Kementerian
Tenaga Kerja(IT3)(IT4)(IT5)
5 Materi apa yang Banyak.Biasanya pengenalan
diberikan dalam bagaimana menjalankan alat
pelatihan tersebut? sesuai SOP, tentang K3 dan fungsi
alat-alat(IT1)(IT3)(IT4)(IT5)
Kalau pelatihan refreshment
bagaimana cara operator
menjalankan alat. Tapi kalau
pelatihan operator baru mulai dari
undang-undang yang berlaku,
safety(IT2)

6 Apakah pelatihan Cukup. Karena dari pertama dapat


tersebut cukup untuk SIO diberikan pelatihan dan saat
operator sebelum refreshment juga dapat pelatihan
57

No Pertanyaan Jawaban
mengoperasikan alat lagi(IT1)(IT2)(IT3)
angkat tersebut?
Sudah cukup, tetapi tergantung
operator(IT4)
Sudah cukup, karena operator rata-
rata dari orang lapangan yang
biasa lihat alat, misalnya dulu
mekanik(IT5)

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan


triangulasi mengenai pelatihan bagi operator, didapatkan kata
kunci ada pelatihan bagi operator untuk mendapatkan Surat Izin
Operasi (SIO) dan pelatihan refreshment setiap operator
melakukan perpanjangan SIO yaitu 5 tahun sekali. Semua
operator telah mengikuti pelatihan tersebut. Bentuk pelatihan ini
diadakan didapatkan kata kunci yaitu pelatihan dalam bentuk
materi di kelas, praktik di lapangan dan ujian. Materi yang
diberikan didapatkan kata kunci yaitu peraturan-peraturan, cara
mengoperasikan alat angkat, fungsi alat dan K3. Pelatihan ini
dianggap cukup sebelum operator mulai mengoperasikan alat
angkat tersebut.
e. Safety Briefing
Tabel 4. 16 Hasil Wawancara Mendalam Informan Triangulasi
tentang Safety Briefing

No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah terdapat Safety briefing biasanya dilakukan
safety briefing saat apel dan setelah
sebelum melakukan apel(IT1)(IT2)(IT4)(IT5)
pekerjaan?Jika iya,
jelaskan? Saat apel dan diskusi secara non
formal(IT3)

2 Bagaimana bentuk Lebih kepengarahan saja dan


safety briefing laporan dari shift sebelumnya ke
tersebut? shift berikutnya(IT1)(IT2)(IT3)(IT5)
Lebih kepada penyampaian
tentang keselamatan(IT4)

3 Apakah safety Efisien. Paling tidak untuk


briefing tersebut mengingatkan
58

No Pertanyaan Jawaban
efisien untuk operator(IT1)(IT3)(IT4)
operator sebelum
Kalau dilihat dari kecelakaan
mengoperasikan alat
kerjanya menjadi rendah dan
angkat?
produktivitasnya tinggi, jadi
menurut saya efisien(IT2)
Efisien, karena kalau tidak ada
safety briefing pasti banyak
kendala dan dapat menimbulkan
accident karena tidak tahu
keadaan lapangan pada shift
sebelumnya(IT5)

4 Seberapa sering Rutin, setiap pergantian shift


safety briefing (IT1)(IT2)(IT4)(IT5)
dilakukan sebelum
Setiap shift sama kalau ada
operator
momen tertentu misalnya setelah
mengoperasikan alat
terjadi kecelakaan kerja(IT3)
angkat?

5 Siapakah yang Kalau di apel biasanya


menyampaikan koordinator, supervisor,
safety briefing manajemen, kadang dari
kepada operator K3(IT1)(IT2)(IT3)(IT4)(IT5)
sebelum
mengoperasikan alat
angkat?

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan


triangulasi terkait safety briefing, didapatkan kata kunci yaitu ada
safety briefing setiap akan melakukan pekerjaan dalam bentuk
apel dan diskusi non formal. Bentuk safety briefing yang dilakukan
yaitu penyampaian laporan dari shift sebelumnya dan
penyampaian tentang keselamatan.Safety briefing ini dilakukan
tiap pergantian shift dan dianggap efisien sebelum operator
mengoperasikan alat. Kata kunci dari pihak yang menyampaikan
safety briefing didapatkan yaitu koordinator, supervisor,
manajemen dan terkadang dari bagian K3.

f. Tersedianya SOP Pengoperasian Alat


59

Tabel 4. 17 Hasil Wawancara Mendalam Informan Triangulasi


tentang SOP Pengoperasian Alat

No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah di tempat Ada. Di container office dipasang
kerja anda terdapat urutan-urutannya dan untuk
SOP pengoperasian dokumen ada diadmin (di
alat angkat? kantor)(IT1)(IT2)(IT3)
Ada di container office tapi secara
general saja, hal-hal apa saja
yang harus dilakukan sebelum
memulai mengoperasikan(IT4)
2 Bagaimana cara Sosialisasi SOP sering diberikan,
sosialisasi yang terutama dalam pelatihan
diberikan kepada perpanjangan SIO. Refreshment
pekerja terkait SOP dengan memberitahukan pada
pengoperasian alat operator juga dilakukan walaupun
angkat? operator sudah tahu tentang SOP
tersebut(IT1)(IT2)(IT3)(IT4)(IT5)
3 Apakah SOP Membantu sudah pasti, tetapi
tersebut membantu SOP membantu meminimalisir
Anda dalam terjadinya suatu
pengoperasian alat accident(IT1)(IT3)(IT5)
angkat yang benar?
Membantu, jadi operator tidak
asal-asalan saat mengoperasikan
alat(IT2)(IT4)

Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang dilakukan


dengan infroman triangulasi mengenai tersedianya SOP
pengoperasian alat, seluruh informan triangulasi menyatakan ada
dan di letakkan di container office. Tiga informan triangulasi
menyatakan bahwa sosialisasi terkait SOP tersebut dilakukan saat
pelatihan pembuatan SIO dan dua informan menyatakan
sosialisasi tersebut diberikan saat pelatihan awal menjadi operator
dan refreshment pelatihan. Seluruh informan triangulasi
menyatakan bahwa dengan adanya SOP tersebut akan membantu
operator dalam mengoperasikan alat angkat tersebut.

g. Peran Asisten Operator


60

Tabel 4. 18 Hasil Wawancara Mendalam Informan Triangulasi


tentang Peran Asisten Operator
No Pertanyaan Jawaban
1 Apa yang Anda Mengarahkan operator pada
ketahui mengenai kegiatan operasi, barang mana
tugas asisten yang mau diangkat dan diletakan
operator? dimana sekaligus memberikan
perintah untuk mengangkat
barang ketika sudah aman
(IT1)(IT2)(IT4)(IT5)
Mengarahkan operator, mencatat
data seperti time sheet juga(IT3)
2 Menurut Anda, Sangat membantu karena
apakah asisten operator tidak dapat melihat ke
operator sangat bawah yang kecil-kecil(IT1)
membantu dalam
Sangat membantu. Adanya
pengoperasian alat
asisten operator bisa
angkat?
meminimalisir kecelakaan kerja.
Karena jarak pandang operator
terbatas hanya bisa dari depan
(IT2)(IT3)(IT4)(IT5)

Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang dilakukan


dengan informan triangulasi mengenai tugas asisten operator
didapatkan kata kunci yaitu mengarahkan operator dalam setiap
kegiatan operasi dan mencatat data. Seluruh informan
menyatakan bahwa dengan adanya asisten operator membantu
operator dalam setiap kegiatan bongkar muat.
h. Reward and Punishment
Tabel 4. 19 Hasil Wawancara Mendalam Informan Triangulasi
tentang Reward and Punishment

No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah ada reward yang Kalau reward belum ada.
diberikan jika operator (IT1)(IT2)(IT3)(IT4)(IT5)
melakukan pekerjaan
dengan baik dan benar?
Jika ada, jelaskan?

2 Apakah ada punishment Kalau punishment tidak


yang diberikan jika boleh melaksanakan
operator melakukan kegiatan sebagai operator
kesalahan dalam bekerja? untuk waktu tertentu
(IT1)(IT4)
61

No Pertanyaan Jawaban
Jika ada, jelaskan? Ada. Biasanya dikasih SP
sama larangan
mengoperasikan alat
(IT2)(IT3)(IT5)
3 Bagaimana tindaklanjut Biasanya di grounded,
yang diberikan kepada dilarang bawa alat. Kalau
operator yang melakukan fatal diberhentikan(IT1)
kesalahan/pelanggaran
Misal ada barang rusak lalu
berulang?
dikasih SP1, kalau dalam 3
bulan melakukan kesalahan
lagi meningkat lagi
(IT2)(IT4)(IT5)

Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang dilakukan


dengan informan triangulasi terkait reward didapatkan kata kunci
yaitu tidak ada reward yang diberikan. Sedangkan terkait
punishmentyang diberikan didapatkan kata kunci yaitu dilarang
membawa alat dan surat peringatan, di-grounded dan
diberhentikan bila melakukan kesalahan berulang.
BAB V
PEMBAHASAN

A. Karakteristik Informan
Wawancara mendalam pada penelitian ini difokuskan kepada
informan utama yaitu operator alat angkat bongkar muat peti kemas yang
berjumlah delapan orang. Informan utama tersebut merupakan orang
yang mengoperasikan alat angkat bongkar muat peti kemas di PT.
Pelabuhan Tanjung Priok. Seluruh informan utama berjenis kelamin laki-
laki dan telah memiliki lisensi K3 atau Surat Izin Operasi (SIO) sesuai
persyaratan bagi operator dalam Permenakertrans RI NOMOR
PER.09/MEN/VII/2010 tentang operator dan petugas pesawat angkat dan
angkut.14 Alat angkat bongkar muat peti kemas di sana terdiri dari Gantry
Luffing Crane (GLC) dan Overhead Crane (OHC). Informan utama dalam
penelitian ini terdiri dari lima operator GLC dan tiga operator OHC yang
merupakan operator pada perusahaan tersebut.
Berdasarkan Permenakertrans RI NOMOR PER.09/MEN/VII/2010
tentang operator dan petugas pesawat angkat dan angkut, operator GLC
termasuk ke dalam operator kelas II. Hal ini dikarenakan GLC merupakan
alat angkat berupa keran gantry dengan beban maksimal barang yang
diangkat yaitu 40 ton. Sedangkan operator OHC termasuk ke dalam
operator kelas III karena beban maksimal barang yang diangkat yaitu 15
ton, tidak lebih dari 25 ton. Berdasarkan karakteristik usia operator
GLC,operator termuda berusia 22 tahun, telah berpengalaman membantu
dibidangnya sekurangnya tiga tahun dan telah memiliki lisensi K3. Oleh
karena ituseluruh operator GLC telah memenuhi syarat sebagai operator
kelas II yaitu berpendidikan sekurangnya SLTA/sederajat,
berpengalaman sekurang-kurangnya tiga tahun membantu pelayanan di
bidangnya, berusia sekurang-kurangnya 21 tahun dan memiliki Lisensi
K3. Sedangkan pada operator OHC, usia termuda operator tersebut
adalah 27 tahun, telah berpengalaman membantu dibidangnya
sekurangnya satu tahun dan telah memiliki lisensi K3. Oleh karena itu
seluruh operator OHC telah memenuhi syarat sebagai operator kelas III

62
yaitu berpendidikan sekurangnya SLTP/sederajat, berpengalaman
sekurang-kurangnya satu tahun

63
64

membantu pelayanan di bidangnya, berusia sekurang-kurangnya 19


tahun dan memiliki Lisensi K3.14
Dari hasil penelitian tersebut didapatkan karakteristik informan
utama yang dapat sekiranya dapat mempengaruhi perilaku dalam
pengoperasian alat angkat yaitu tingkat pendidikan, masa kerja dan usia.
1. Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan merupakan suatu tolak ukur mengenai
pengetahuan dasar yang dimiliki oleh seseorang, sehingga mereka
dapat lebih mudah menyerap informasi yang diberikan. Menurut
Notoatmodjo, pendidikan merupakan pengaruh suatu lingkungan
kepada seseorang untuk menghasilkan perubahan yang tetap pada
perilaku, pikiran dan sikap.Pendidikan juga diartikan sebagai suatu
usaha sendiri untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan
di dalam maupun di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.22
Dilihat dari tingkat pendidikan, tujuh informan utama telah
menyelesaikan pendidikan pada tingkat SMA dan sederajatnya,
sedangkan satu informan telah menyelesaikan pendidikan D-3 nya.
Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa semua informan telah
memiliki tingkat pendidikan yang memadai sesuai dengan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2008 tentang Wajib
Belajar selama12 tahun.45 Namun tidak ada perbedaan pemahaman,
pengetahuan dan perilaku mengenai pengoperasian alat yang aman
antara informan yang tingkat pendidikan sekolah menengah ataupun
perguruan tinggi. Sehingga pendidikan yang dibutuhkan oleh
informan utama lebih kepada upaya promosi untuk menekankan
perbaikan pada perilaku.
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan
terkait perilaku aman mengemudi pada pengendara ojek sepeda
motor di Kecamatan Banyumanik, didapatkan bahwa adanya
hubungan antara tingkat pendidikan dengan perilaku aman
berkendara.46Hal ini sejalan dengan teori L.Green yang menyebutkan
bahwa pendidikan menjadi faktor yang dapat mempengaruhi
perilaku.26
65

2. Masa Kerja
Berdasarkan penelitian ini, yang dimaksud masa kerja adalah
lamanya informan utama bekerja sebagai operator. Empat orang
informan utama telah bekerja selama 5 tahun, 2 orang selama 3
tahun, dan 2 orang lainnya masing-masing telah bekerja selama 4
tahun dan 5 tahun. Untuk dapat mengoperasikan alat angkat sesuai
Permenakertrans RI NOMOR PER.09/MEN/VII/2010 tentang
operator dan petugas pesawat angkat dan angkut telah sesuai
dengan syarat yang ditentukan.
Pada penelitian ini, dilihat dari observasi yang dilakukan,
pekerja yang masa kerjanya baru ataupun lama selalu melakukan
pemeriksaan alat serta mengoperasikan alat sesuai dengan SOP
yang ada. Terkait penggunaan APD pada saat pengoperasian yang
harusnya selalu dipakai seperti rompi, safety shoes dan helmet,
setelah dilakukan observasi, beberapa operator baik dengan masa
kerja baru atau lama tidak menggunakan APD lengkap saat
mengoperasikan alat karena merasa risih dan sudah terbiasa dengan
hal tersebut.
Dari hal tersebut dapat disimpulkan, meskipun beberapa
operator telah memiliki masa kerja yang cukup lama tidak
mempengaruhi operator tersebut akan berperilaku aman. Terkadang
seseorang dengan masa kerja yang cukup lama memberikan efek
negatif karena timbulnya rasa bosan dan merasa terbiasa dengan hal
tersebut serta tidak pernah mengalami kecelakaan kerja. Hal ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan pada perawat di instalasi
rawat inap sebuah rumah sakit swasta di Kota Semarang yang
menunjukkan bahwa perawat dengan masa kerja lama cenderung
malas untuk berperilaku aman karena tidak pernah mengalami
gangguan kesehatan maupun kecelakaan kerja.47
Namun hasil penelitian tersebut tidak sejalan menurut
Suma’mur dalam bukunya, dimana pengalaman akan mempengaruhi
perilaku perkerja dalam melakukan pekerjaannya, sehingga dapat
mengurangi risiko kecelakaan kerja. Selain itu, pekerja yang
66

berpengalaman lebih mengetahui secara mendalam mengenai


pekerjaannya dan keselamatannya. Berbeda dengan pekerja yang
belum berpengalaman, mereka cenderung belum mengetahui secara
mendalam pekerjaannya serta keselamatannya. Pekerja yang masa
kerjanya baru cenderung sering mengalami kecelakaan kerja
dibandingkan dengan pekerja yang masa kerjanya sudah lama25
3. Usia
Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui usia informan utama
yaitu operator untuk yang paling muda adalah 22 tahun dan yang
paling tua 50 tahun. Untuk dapat mengoperasikan alat angkat sesuai
Permenakertrans RI NOMOR PER.09/MEN/VII/2010 tentang
operator dan petugas pesawat angkat dan angkut, usia operator telah
sesuai dengan syarat yang ditentukan.
Menurut Simanjuntak, usia secara tidak sadar akan
mempengaruhi keadaan fisik seseorang, dimana pada usia tertentu
seseorang akan berprestasi secara maksimal tetapi akan terjadi
penurunan prestasi. Tingkat prestasi tersebut akan meningkat
bersamaan dengan meningkatnya usia, kemudian menurun
menjelang tua.20
Dari hasil observasi yang dilakukan pada operator sebagai
informan utamadidapatkan bahwa semua operator baik diusia muda
ataupun tua melakukan pengoperasian alat sesuai SOP yang ada.
Hanya saja pada saat mengoperasikan alat, seluruh operator tidak
memakaiAPD secara lengkap.
Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa usia operator tidak
mempengaruhi operator untuk bertindak aman maupun tidak.
Padahal seharusnya semakin bertambah usia seseorang, maka
semakin mampu menunjukkan kematangan diri seperti semakin
mampu berfikir rasional, mampu mengendalikan emosi, semakin
toleran pada pandangan dan perilaku yang berbeda.24
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan pada
karyawan pada suatu perusahaan di Tambun yang menyatakan tidak
ada hubungan antara usia terhadap perilaku tidak aman.48 Penelitian
lain yang dilakukan pada perawat di instalasi rawat inap suatu rumah
67

sakit swasta di Semarang menyatakan tidak ada hubungan antara


usia dengan perawat dalam bertindak aman.47 Namun hal tersebut
tidak sejalan dengan teori L.Green yang menyatakan bahwa
karakteristik individu seperti usia dapat mempengaruhi seseorang
berperilaku aman.26
Informan triangulasi terdiri dari lima informan yang terdiri atas satu
orang supervisor peralatan dan operator serta empat orang koordinator
peralatan dan operator dari tiap group yang ada. Informan triangulasi
tersebut tiga diantaranya berpendidikan S1 dan dua lainnya
berpendidikan D4 dan SLTA/sederajat. Supervisor peralatan dan operator
berpendidikan S1 dengan masa kerja selama 9 tahun dipilih sebagai
informan triangulasi karena bertanggungjawab memberikan keputusan
segala hal yang ada di lapangan dan bertanggungjawab terhadap segala
kegiatan yang ada dilapangan termasuk kepada operator. Sedangkan
koordinator peralatan dan operator tiap group dipilih sebagai informan
triangulasi karena koordinator merupakan orang yang bertaggungjawab
dan berkaitan langsung terhadap pengoperasian alat dan operator serta
menjadi leader pada setiap group operator di lapangan. Selain itu
koordinator merupakan operator senior yang telah memiliki lisensi K3 dan
berpengalaman menjadi seorang operator.

B. Analisis Hasil Observasi


Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan saat penelitian
didapatkan bahwa sudah terdapat peraturan mengenai K3 di kantor yang
sudah ditandatangani oleh direktur utama sebagai bentuk komitmen
perusahaan dalam menerapkan K3 di lingkungan kerjanya. Selain itu
sudah terdapat SOP mengenai pengoperasian alat angkat dimulai dari
sebelum mengoperasikan, saat mengoperasikan hingga setelah
mengoperasikan. SOP tersebut telah didokumentasikan, disimpan dan
ditempelkan di container office, tempat operator beristirahat. Namun
sayangnya SOP tersebut sudah terlihat usang dan terlalu kecil ukurannya
serta desain yang kurang menarik. Selain itu, sosialisasi terkait SOP
hanya dilakukan ketika pelatihan awal operator dan tidak ada
dokumentasi terkait sosialisasi tersebut. Seharusnya menurut Undang-
68

Undang No.1 tahun 1970 pasal 14, menyatakan bahwa salah satu
kewajiban pengurus yaitu secara tertulis menempatkan semua syarat
keselamatan kerja jang diwajibkan, sehelai undang-undang dan semua
peraturan pelaksanaan yang berlaku bagi tempat kerja pada tempat-
tempat yang mudah dilihat dan terbaca dan menurut petunjuk pegawai
pengawas atau ahli keselamatan kerja.2 Sosialisasi terkait prosedur
diwajibkan agar pekerja bekerja sesuai prosedur dan terhindar dari
kecelakaan kerja.32
Perusahaan menggunakan izin kerja untuk setiap pengoperasian
alat karena kegiatan tersebut merupakan kegiatan utama di pelabuhan.
Agar pengoperasian alat dapat dilakukan, operator yang menjalankan
harus memiliki Surat Izin Operasi (SIO) atau dikenal dengan lisensi K3.
Hal ini sesuai dengan Permenakertrans RI Nomor PER.09/MEN/VII/2010
tentang operator dan petugas pesawat angkat dan angkut pasal 5,
dimana menyatakan bahwa setiap alat angkat angkut dioperasikan oleh
operator pesawat angkat dan angkut yang mempunyai Lisensi K3 dan
buku kerja sesuai jenis dan kualifikasinya.14 Selain itu, untuk
pengoperasian alat, perusahaan memiliki sertifikasi alat, pengesahan
atau Surat Izin Alat (SIA) yang menyatakan bahwa alat tersebut siap
dioperasikan yang sesuai dengan Permenaker RI Nomor
9
PER.05/MEN/1985 tentang pesawat angkat angkut.
Perusahaan telah menyediakan APD bagi pekerja yaitu rompi,
safety shoes, helmet dan sarung tangan. Namun kacamata untuk
menghindari sinar yang tidak diinginkan belum tersedia. Seharusnya
dalam Permenakertrans RI Nomor PER.08/MEN/VII/2010 tentang alat
pelindung diri pasal 7 ayat 2 menyatakan bahwa perusahaan harus
mengidentifikasi kebutuhan APD dan syaratnya.49Hasil observasi yang
dilakukan, beberapa operator ada yang tidak menggunakan safety shoes
saat memasuki area kerja. Pada saat dikabin, operator biasanya tidak
pernah menggunakan APD apapun karena merasa tidak nyaman dan
sudah terbiasa. Padahal seharusnya APD tersebut tetap digunakan
sesuai dengan SOP perusahaan. Selain itu, berdasarkan
Permenakertrans RI Nomor PER.08/MEN/VII/2010 pasal 6 ayat 1
menyatakan bahwa pekerja/buruh dan orang lain yang memasuki tempat
69

kerja wajib memakai atau menggunakan APD sesuai dengan potensi


bahaya dan risiko.49
Semua operator selalu mengangkat beban sesuai dengan Safe
Working Load (SWL) yang tertera pada alat karena di dalam kabin
operator sudah terdapat alat pengaman berupa alat indikator yang
menunujukkan jumlah beban muatan yang diangkat. Apabila mendekati
SWL akan berbunyi. Selain itu, terdapat lampu indikator pada hook yang
dapat dilihat operator sebagai pengaman alat apabila muatan yang
diangkat siap dinaikan. Hal ini sudah sesuai dengan Permenaker RI No.
PER.05/MEN/1985 pasal 3 poin 1 dan 2 yang menyatakan bahwa beban
maksimun yang dijinkan pesawat angkat angkut harus ditulis pada bagian
yang mudah dilihat dan dibaca jelas serta tidak boleh dibebani melebihi
beban maksimum yang diijinkan.9
Pemeriksaan alat selalu dilakukan oleh operator sebelum
mengoperasikan alat. Apabila terjadi kerusakan, operator akan
memberitahukan kepada asisten operator atau koordinator agar segera
diperiksa oleh Jasa Peralatan Pelabuhan Indonesia (JPPI). JPPI juga
biasanya akan memeriksa alat setiap hari, setiap minggu dan juga setiap
bulan.
Posisi kerja operator pada saat mengoperasikan alat di dalam
kabin terlihat tidak ergonomis karena operator cenderung membungkuk
untuk melihat ke bawah. Posisi bangku masih kurang mendukung untuk
bekerja dengan nyaman. Selain itu pada alat angkat OHC, kabin operator
sangat sempit untuk ruang gerak operator. Dibeberapa kabin operator
masih banyak yang kotor dan tidak dibersihkan. Namun pada setiap kabin
operator sudah terdapat AC, APAR dan tanda larangan seperti dilarang
merokok. Tapi masih banyak ditemukan beberapa operator yang
membawa rokok ke dalam kabin.
Operator bekerja setiap hari selama 8 jam. Setiap 4 jam, operator
diwajibkan turun dari alat dan beristirahat selama 30 menit. Hal ini sudah
sesuai dengan Undang-Undang RI No 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan pada pasal 79 ayat 2 poin a yang menayatakan istirahat
antara jam kerja, sekurang kurangnya setengah jam setelah bekerja
70

selama 4 jam terus menerus dan waktu istirahat tersebut tidak termasuk
jam kerja.50

C. Analisis Hasil Wawancara Mendalam


1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu seseorang setelah
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan
merupakan domain yang sangat penting dalam pembentukkan
tindakan seseorang.15
Pada penelitian iniAfokus yang diambil untuk pengetahuan
informan utama yaitu apa yang diketahui mengenai perilaku kerja
aman, perilaku kerja tidak aman, bahaya yang ada, manfaat
berperilaku aman dan dampak dari berperilaku kerja tidak aman.
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan infroman utama
terkait pengetahuan tentang perilaku kerja aman didapatkan kata
kunci yaitu perilaku kerja sesuai SOP,sesuai K3, mengoperasikan
dengan hati-hati, memakai Alat Pelindung Diri (APD), dalam kondisi
sehat serta menjaga keamanan diri sendiri dan orang lain di sekitar
lingkungan kerja. Kata kunci mengenai pengertian perilaku tidak
aman didapatkan yaitu perilaku kerja yang tidak sesuai SOP, tidak
melihat sekeliling alat sebelum dioperasikan, kurang sehat,
mengoperasikan alat terburu-buru, tidak mengindahkan peringatan
dan K3.Bahaya yang dapat terjadi saat mengoperasikan alat
didapatkan kata kunci yaitu pagar tangga rusak, ceceran oli, sling
dan muatan jatuh, tidak sesuai prosedur, kondisi tidak sehat, kurang
konsentrasi dan miss komunikasi dengan asisten operator. Dampak
dari berperilaku tidak aman didapatkan kata kunci yaitu kecelakaan
kerja, kerusakan barang, kerugian material, adanya korban jiwa dan
pekerjaan tertunda. Sedangkan manfaat dari berperilaku aman
didapatkan kata kunci yaitu untuk keselamatan diri sendiri, oranglain
dan barang, terhindar dari kecelakaan kerja dan prestasi untuk
perusahaan.
Menurut informan triangulasi, seluruh operator telah
mengetahui apa itu perilaku kerja aman dan tidak aman, bahaya
71

yang dapat terjadi, dampak dari berperilaku tidak aman dan manfaat
dari berperilaku aman. Hal ini dikarenakan seluruh operator telah
melakukan pelatihan saat pembuatan lisensi K3/SIO dan telah
disampaikan saat pelatihan tersebut. Selain itu setiap safety briefing
operator selalu diingatkan terkait hal tersebut.
Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa pengetahuan
informan utama terhadap perilaku kerja aman dan tidakaman, bahaya
yang dapat terjadi, dampak dari berperilaku tidak aman dan maanfaat
dari perilaku aman cukup baik. Pengetahuan tersebut seharusnya
dapat menjadikan dasar terbentuknya kesadaran dan keyakinan
untuk melakukan perilaku aman.
Beberapa penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa
pengetahuan pekerja berhubungan terhadap perilaku aman pekerja.
Penelitian pada perawat instalasi rawat inap di rumah sakit swasta
Kota Semarang menunjukkan bahwa adanya hubungan yang
bermakna antara pengetahuan dengan perilaku aman perawat
tersebut. Perawat yang memiliki pengetahuan tinggi cenderung
berperilaku aman dibandingkan dengan perawat yang memiliki
pengetahuan rendah.47 Penelitian lain yang dilakukan pada pekerja
proyek konstruksi Tiffany Apartemen menunjukkan pekerja dinilai
sudah memiliki pengetahuan mengenai perilaku aman yang cukup,
namun masih saja ditemukan pekerja yang berperilaku tidak aman
saat bekerja.51
Menurut Notoatmodjo, perilaku yang didasari oleh pengetahuan
akan lebih baik daripada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan. Walaupun pengetahuan tidak selalu memberikan
perubahan perilaku, namun pengetahuan penting diberikan kepada
seseorang sebelum bertindak. Tindakan tersebut akan sama dengan
pengetahuan bila sesorang menerima kode yang kuat untuk
bertindak sesuai pengetahuan.19Kurangnya pengetahuan menurut
teori domino sequence juga merupakan salah satu faktor personal
yang menjadi penyebab dasar terjadinya kecelakaan kerja yang
dapat menimbulkan kerugian bagi diri sendiri, orang lain dan
perusahaan.1
72

2. Sikap
Sikap merupakansuatu respon tertutup sesorang terhadap
suatu rangsangan yang ada. Sikap belum merupakan suatu tindakan
namun merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku.Sikap belum
dapat dilihat secara langsung, tetapi hanya ditafsirkan terlebih dahulu
dari perilaku yang tertutup.15 Sikap secara umum juga dirumuskan
sebagai kecenderungan untuk merespon secara positif ataupun
negatif terhadap orang, objek atau situasi tertentu. Sikap belum tentu
mencerminkan perilaku begitupula sebaliknya. Hal ini seringkali
terjadi bahwa seseorang berperilaku bertentangan dengan
sikapnya.52
Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang dilakukan
dengan informan utama terkait sikap mereka dalam mengoperasikan
alat bongkar muat, didapatkan kata kunci yaitu informan akan
memeriksa alat dan sekeliling alat sebelum mengoperasikan alat,
berkomunikasi dengan asisten operator dan mengoperasikan alat
sesuai SOP. Untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja,
didapatkan kata kunci yaitu melakukannya dengan cara berhati-hati,
tidak terburu-buru dan konsentrasi dalam mengoperasikan alat,
berkordinasi, menggunakan APD dan mengikuti instruksi dari asisten
operator serta memastikan alat dan sekeliling alat aman.
Menurut informan triangulasi setuju bahwa cara operator
mengoperasikan alat angkat sesuai dengan prosedur. Namun
beberapa informan triangulasi menjelaskan cara operator
mengoperasikan alat berbeda-beda. Informan triangulasi juga
berpendapat bahwa operator akan berkordinasi kepada JPPI
mengenai kondisi alat, memeriksa sekeliling alat, menggunakan APD
dan berkordinasi dengan asisten operator dan juga koordinator untuk
mencegah terjadinya kecelakaan kerja.
Berdasarkan hasil observasi di lapangan, sejalan dengan apa
yang diungkapkan informan triangulasi bahwa operator telah
melakukan pemeriksaan sekeliling alat, berkordinasi dengan asisten
operator dan koordinator dalam setiap kegiatannya serta sesuai
dengan SOP yang ada saat pengoperasian alat. Namunbeberapa
73

operator tidak menggunakan APD lengkap pada saat pengoperasian


alat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat operator yang
bersikap positif yang dibuktikan dengan mengikuti langkah-langkah
yang harus dilakukan untuk mengoperasikan alat angkat. Namun
terdapat pula operator yang masih bersikap negatif dengan tidak
menggunakan APD lengkap pada saat pengoperasian alat yang
seharusnya digunakan ketika memasuki area kerja.
Menurut Allport dalam buku Notoatmodjo menjelaskan pada
dasarnya sikap memiliki tiga komponen yang secara bersamaan
dapat membentuk sikap yang utuh. Jadi dalam penetuan sikap,
pengetahuan, keyakinan dan emosi memengang peranan penting
hingga terjadinya reaksi dan perubahan perilaku.15
Sejalan dengan hal tersebut berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Kamarul kepada perawat instalasi rawat inap di rumah
sakit swasta Kota Semarang mengenai sikap terhadap perilaku aman
didapatkan adanya hubungan yang bermakna diantara keduanya.
Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap.
Pada saat terbentuknya sikap tersebut, maka terdapat perawat yang
memiliki sikap positif dan ada yang memiliki sifat negatif.47
3. Keadaan Mesin
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mesin
merupakan peralatan untuk menggerakkan sesuatu yang dijalankan
dengan roda, digerakkan oleh tenaga manusia atau motor
penggerak. Mesin dalam penelitian ini adalah seluruh perangkat atau
item yang menunjang beroperasinya alat angkat bongkar muat peti
kemas. Keadaan mesin yang dimaksud adalah rancangan dari
seluruh mesin yang digunakan untuk beroperasi yang dapat sesuai
maupun tidak dengan standar yang ada.
Dari hasil wawancara mendalam yang dilakukan kepada
informan utama diketahui bahwa seluruh informan melakukan
pemeriksaan keadaan mesin sebelum melakukan pengoperasian
namun hanya tombol dan fungsi yang terlihat saja. Untuk
pemeriksaan lebih detail, pemeriksaan dilakukan oleh Jasa Peralatan
Pelabuhan Indonesia (JPPI). Alat angkat yang layak untuk
74

dioperasikan didapatkan kata kunci yaitu alat yang sudah disertifikasi


dan diperiksa oleh Biro Klasifikasi Indonesia (BKI), tidak ada
kerusakan dan mampu mengangkat beban sesuai alat.Seluruh
informan utama menyatakan bahwa alat angkat di tempat kerja
mereka sudah sesuai dengan standar kelayakan untuk dioperasikan.
Trouble yang terjadi pada alat angkat di tempat kerja tersebut
didapatkan kata kunci yaitu nge-trip atau alat mati tiba-tiba dan tidak
bisa bergerak saat hoist-up dan down serta gantry. Waktu
pemeriksaan alat didapatkan kata kunci yaitu harian, mingguan dan
bulanan.
Sejalan dengan itu, informan triangulasi menyatakan bahwa
pemeriksaan mesin alat angkat selalu dilakukan setiap hari,
mingguan dan bulanan yang dilakukan oleh Jasa Peralatan
Pelabuhan Indonesia (JPPI). Informan triangulasi juga menyatakan
bahwa alat angkat yang layak untuk dioperasikan adalah alat angkat
yang sudah disertifikasi oleh Biro Klasifikasi Indonesia (BKI) dan
menyatakan bahwa seluruh alat angkat di sana sudah sesuai standar
kelayakan untuk dioperasikan karena sudah ada pemeriksaan dan
sertifikasi dari BKI tersebut. Trouble yang sering terjadi pada alat
yaitu nge-trip atau alat mati tiba-tiba (sendiri).
Hal ini sejalan dengan hasil observasi yang menunjukkan
bahwa operator selalu memeriksa keadaan mesin sebelum naik ke
alat dan juga dari pihak JPPI selalu memeriksa sebelum alat
dioperasikan setiap harinya. Pemeriksaan keadaan mesin selalu
dilakukan karena alat angkat di sana sudah termasuk alat angkat
lama. Apabila tidak ada pemeriksaan tersebut dan terjadi gangguan,
maka proses bongkar muat tersebut akan terganggu akibat perbaikan
yang dilakukan. Alat angkat di lokasi penelitian sudah sesuai standar
kelayakan untuk dioperasikan karena sudah ada sertifikasi oleh BKI
dan ditempelkan pada setiap kabin alat angkat tersebut.
Berdasarkan hal tersebut, diketahui bahwa operator akan selalu
memeriksakan keadaan mesin dari alat angkat tersebut. Apabila
terjadi trouble operator dapat merasakannya dan akan merasa
terganggu, sehingga operator cenderung membawa alat secara hati-
75

hati dan akan melaporkannya kepada pihak JPPI untuk perbaikan.


Sehingga dapat disimpulkan bahwa keadaan mesin akan
mempengaruhi operator dalam mengoperasikan alat angkat tersebut.
Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukan oleh L.Green
dimana keadaan mesin menjadi salah satu faktor pemungkin
berubahnya perilaku seseorang.
Sejalan dengan hal tersebut, berdasarkan penelitian yang
dilakukan pada supir truk yang melintasi Jalan Perintis Kemerdekaan,
Semarangmenyatakan bahwa kondisi kendaraan yang kurang baik
mempengaruhi kualitas mengemudi. Apabila kondisi mesin sudah
rusak dan ban dalam keadaan tidak baik, maka supir truk akan lebih
waspada dan hati-hati dalam mengemudikan truk.53
4. Pelatihan Operator
Pelatihan merupakan hal penting adanya pada suatu organsasi
bagi orang-orang atau pekerja yang ada di dalamnya. Pelatihan
tersebut bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, skill dan sikap
pekerja. Maka dari itu pelatihan harus dibuat sesuai dengan
kebutuhan masing-masing pekerja.28
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan
utama mengenai pelatihan bagi operator didapatkan kata kunci ada
pelatihan untuk operator sebelum dapat mengoperasikan alat angkat
dan seluruh operator sudah mengikuti pelatihan tersebut untuk
mendapatkan dan perpanjangan Surat Izin Operasi (SIO). Kata kunci
dari bentuk pelatihannya yaitu pemberian materi di kelas dan praktik
dilapangan dan ujian tertulis. Materi yang diberikan didapatkan kata
kunci yaitu peraturan-peraturan, pesawat angkat-angkut,
keselamatan kerja, cara mengoperasikan alat angkut, APAR, APD,
pertolongan pertama. Pelatihan tersebut diberikan dari Kementerian
Tenaga Kerja, baik dari Disnaker, Depnaker maupun Kemenaker dan
bagian K3. Pelatihan operator tersebut cukup sebelum operator
mengoperasikan alat angkat bongkar muat tersebut.
Informan triangulasi dalam wawancara mendalam menyatakan
bahwa seluruh operator telah mengikuti pelatihan sebagai operator.
Karena merupakan syarat wajib untuk mendapatkan dan
76

memperpanjang SIO/lisensi K3 setiap 5 tahun sekali. Semua


operator juga telah memiliki SIO/lisensi K3. Pelatihan ini diadakan
oleh Kementrian Tenaga Kerja dalam bentuk materi di kelas, praktik
di lapangan dan ujian. Materi yang diberikan berupaperaturan-
peraturan, cara mengoperasikan alat angkat, fungsi alat dan K3.
Pelatihan ini dianggap cukup bagi operator untuk berperilaku aman
dalam mengoperasikan alat angkat bongkar muat tersebut.
Hasil observasi menunjukkan bahwa masih terdapat operator
yang berperilaku tidak aman seperti membawa alat secara kasar dan
tidak menggunakan APD. Sehingga penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa pelatihan bagi operator sudah dilaksanakan bagi setiap
operator baru dan refreshment yang dilakukan setiap 5 tahun sekali
pada saat perpanjangan lisensi K3/SIO. Seluruh operator juga telah
mengikuti pelatihan sebelum mengoperasikan alat angkat tersebut
dan setuju bahwa pelatihan operator tersebut cukup bagi operator
untuk berperilaku aman, namun masih terdapat operator yang
bertindak tindak aman.
Penelitian yang dilakukan pada perawat instalasi rawat inap di
rumah sakit swasta Kota Semarang menunjukkan bahwa adanya
hubungan bermakna pelatihan dengan perilaku kerja aman perawat.
Pada penelitian ini menunjukkan bahwa adanya pelatihan
mendukung lebih banyak perawat untuk berperilaku aman
dibandingkan tidak adanya pelatihan47 Penlitian yang dilakukan pada
pekerja galangan kapal di Palembang menyatakan bahwa ada
hubungan antara pelatihan dengan perilaku aman.54
Berdasarkan filosofi K3 dan International Association of Safety
Profesional (IASP), yang menyatakan bahwa seorang pekerja harus
diberikan pelatihan terutama mengenai K3 karena pemahaman dan
perubahan perilaku harus dibentuk melalui pelatihan dan pembinaan.
Pelatihan berupa keselamatan dan kesehatan kerja tersebut juga
bertujuan untuk menanamkan kesadaran dan pemahaman pekerja
terhadap perilaku kerja aman, sehat serta selamat.27
Pelatihan yang dilakukan secara rutin maupun tidak, pada
dasarnya tidak secara keseluruhan mempengaruhi perilaku. Terdapat
77

faktor lain yang mempengaruhi terjadinya perubahan perilaku


menurut Notoatmodjo, diantaranya sikap, pengetahuan,
minat,keinginan, pengetahuan,emosi, motivasi, pengalaman,
keyakinan, sarana, sosial dan budaya.19

5. Safety Briefing
Safety briefing atau safety talk adalah pertemuan dan bentuk
komunikasi yang dilakukan secara rutin antara pekerja,supervisor
dan orang berkaitan untuk membahas mengenai K3. Sebagai suatu
bentuk komunikasi K3, safety briefing sangat penting dalam K3.
Komunikasi merupakan elemen implementasi Sistem Manajemen K3
(SMK3) yang diatur dalam OHSAS 18001 klausul 4.4.3.1. Selain itu,
komunikasi juga merupakan aspek K3 yang sangat penting untuk
berperilaku aman dan mencegah terjadinya kecelakaan kerja
tersebut.28
Hasil wawancara mendalam yang dilakukan dengan informan
utama, didapatkan bahwa terdapat safety briefing yang dilakukan dan
dalam bentuk apel yang berisi penyampaian atau laporan kerja dari
shift sebelumnya serta dilaksanakan setiap pergantian shift yang
diberikan oleh manajemen, koordinator shift sebelumnya, supervisor
dan terkadang dari bagian K3. Safety briefing ini dianggap efisien
oleh informan utama agar untuk melakukan pengoperasian alat
secara aman.
Sejalan dengan hasil wawancara mendalam dengan informan
triangulasi, seluruh informan triangulasi menyatakan bahwa terdapat
safety briefing setiap akan melakukan pekerjaan yaitu saat apel yang
berisi penyampaian laporan dari shift sebelumnya dan penyampaian
tentang keselamatan dan dilakukan tiap pergantian shift. Informan
triangulasi menyatakan bahwa safety briefing ini disampaikan oleh
supervisor, koordinator, manajemen dan terkadang bagian K3.
Informan triangulasi setuju bahwa safety briefing ini efisien sebelum
operator mengoperasikan alat secara aman.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, safety briefing
dilakukan setiap pergantian shift dan disampaikan oleh manajemen,
78

supervisor dan koordinator tiap shift. Namun disayangkan, dari


bagian K3 jarang mengikuti kegiatan tersebut. Hal yang disampaikan
biasanya terkait laporan tiap shift dan peringatan-peringatan tentang
keselamatan dari manajemen, supervisor ataupun koordinator.
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa safety briefing
yang merupakan salah satu elemen dari sistem manajemen K3 dan
suatu program untuk mencegah kecelakaan kerja sudah dilakukan
dan dianggap efisien sebelum mengoperasikan alat.Safety briefing
bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan operator mengenai
perilaku kerja aman. Namun dalam penyampaiannya hanya
disampaikan dari atasan ke bawahan, tanpa melibatkan bawahan
untuk ikut berdiskusi dan berkomunikasi dalam safety briefing
tersebut.
Menurut Frederic mengenai pola hubungan komunikasi atasan
ke bawahan maupun bawahan ke atasan harus ada keterbukaan
dalam berkomunikasi. Keterbukaan ini akan menghasilkan suatu
kinerja organisasi yang baik. Bawahan cenderung lebih puas dengan
pekerjaannya apabila adanya keterbukaan komunikasi antara atasan
dan bawahan. Bila adanya keterbukaan tersebut, keyakinanan dan
kepercayaan bawahan kepada atasan akan sangat tinggi. Sehingga
bawahan akan beranggapan bahwa informasi yang diberikan atasan
memiliki kebenaran dan kecermatan yang tinggi serta cenderung
lebih didengarkan. Dari hal tersebut, atasan juga dapat memperoleh
umpan balik yang positif seperti informasi yang lebih detail terkait
suatu pekerjaan tersebut.29 Maka dari itu, melakukan komunikasi dua
arah dengan melibatkan bawahan yaitu operator akan lebih baik.
Dalam setiap komunikasi selalu ada perubahan perilaku
sebagai efeknya. Menurut Notoatmodjo perubahan itu terbagi
menjadi tiga macam yaitu perubahan pengetahuan, perubahan sikap
dan tindakan berupa perilaku. Perubahan perilaku tersebut akan
berurutan. Apabila hal tersebut diterima dengan baik maka
perubahan perilaku aman pada seseorang akan terjadi dan berarti
komunikasi yang disampaikan tercapai.18 Hal ini sejalan dengan
penelitian pada karyawan PT.Multikon yang menunjukkan program
79

safety talk yang dilakukan sebelum bekerja sangat efektif dalam


memenuhi kebutuhan karyawan terkait K3 untuk membangun
kesadaran para karyawan untuk mengutamakan safety.55
6. Tersedianya SOP Pengoperasian Alat Angkat
Standard Operational Procedure (SOP) merupakan suatu
prosedur khusus yang menjelaskan suatu kegiatan, cara ataupun
langkah untuk menyelesaikan suatu tugas yang sesuai dengan
peraturan, undang-undang ataupun standar yang dibuat oleh
organisasi itu sendiri.30Dalam penelitian ini, SOP yang dimaksud
adalah standar prosedur yang digunakan sebagai petunjuk operator
dalam mengoperasikan alat angkat. Tersedianya SOP ini merupakan
salah satu faktor pemungkin yang memungkinkan operator untuk
berperilaku aman sesuai dengan yang tertulis dalam SOP tersebut.
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan
utama mengenai tersedianya SOP pengoperasian alat, didapatkan
kata kunci yaitu terdapat SOP pengoperasian alat tersebut yang
diterdapat di alat, kantor dan container office. Sosialisasi terkait SOP
didapatkan kata kunci yaitu dilakukan diawal ketika pelatihan, saat
briefing dan tidak pernah ada sosialisasi terkait SOP tersebut.
Seluruh informan utama menyatakan dengan adanya SOP tersebut
membantu operator dalam mengoperasikan alat.Informan triangulasi
menyatakan bahwa sosialisasi terkait SOP tersebut dilakukan saat
pelatihan pembuatan SIO. Seluruh informan menyatakan bahwa
dengan adanya SOP tersebut akan membantu operator dalam
mengoperasikan alat angkat tersebut.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan saat penelitian,
bahwa SOP pengoperasian alat telah didokumentasikan dan
diletakkan di container office. Namun untuk sosialisasi tidak dilakukan
ketika safety briefing dan dokumentasi terkait sosialisasi tersebut
pernah dilakukan tidak ada. Selain itu SOP yang ditempelkan
ukurannya sangat kecil dan tidak mudah terbaca serta kertas yang
digunakan sudah terlihat usang.
Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa sudah
tersedianya SOP pengoperasian alat angkat pada perusahaan.
80

Selain itu, seluruh informan setuju apabila dengan adanya SOP


tersebut akan membantu operator dalam mengoperasikan alat
angkat dengan secara aman. Namun sosialisasi terkait SOP
pengoperasian alat angkat masih kurang dan belum menyeluruh
kepada semua operator. SOP yang ditempelkan juga sudah terlihat
usang dan tidak mudah dibaca. Padahal menurut Undang-Undang
No.1 tahun 1970 pasal 14, dinyatakan bahwa salah satu kewajiban
pengurus yaitu secara tertulis menempatkan semua syarat
keselamatan kerja jang diwajibkan, sehelai undang-undang dan
semua peraturan pelaksanaan yang berlaku bagi tempat kerja pada
tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca dan menurut petunjuk
pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja.2
Menurut Notoatmodjo mengenai perubahan perilaku, prosedur
merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu menggunakan
kekuatan atau kekerasan berupa peraturan yang harus dipatuhi.22
Maka dari itu, menurut Goetsch dalam bukunya Occupational Safety
and Health in The Age of High Technology menyatakan bahwa suatu
prosedur kerja yang telah ada di dalam suatu tempat kerja wajib
dikomunikasikan dan disosialisasikan secara menyeluruh kepada
setiap pekerja oleh pihak manajemen agar pekerja bekerja sesuai
prosedur dan terhindar dari kecelakaan kerja.32 Bentuk komunikasi
tersebut menurut Level berdasarkan hasil survei yang dilakukan
kepada penyelia terkait keefektikan metode komunikasi dalam suatu
tempat kerja, pada situasi penyampaian informasi terkait kebijakan
atau peraturan akan lebih efektif dilakukan dengan lisan yang
kemudian diikuti oleh tulisan.31 Maka dari itu, sosialisasi kembali
terkait SOP tersebut harus dilakukan. Kemudian dilakukan
perbesaran dan perbaruan pada SOP yang ditempelkan agar mudah
dilihat dan dibaca.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan pada bidan
yang melakukan asuhan persalinan normal pada suaturumah sakit di
Banda Aceh menyatakan bahwa kebijakan(SOP) berhubungan
dengan perilaku aman menggunakan APD.56
7. Peran Asisten Operator
81

Pada hakikatnya manusia merupakan makhluk sosial yang


saling membutuhkan. Pada saat memasuki kerja, secara langsung
kita akan menjadi bagian anggota di dalamnya yang memiliki tugas
dan tanggungjawab masing-masing. Dalam suatu kelompok kerja,
perkerja akan mendapatkan tidak hanya dipengaruh lingkungan kerja
namun juga mendapatkan pengaruh dari kelompok kerja atau rekan
kerja.Dalam hal ini, rekan kerja sangat berpengaruh terhadap
perilaku suatu individu.33Dalam hal ini asisten operator merupakan
rekan kerja operator yang membantu operator serta mengawasi dari
bawah dalam setiap kegiatan pengoperasian bongkar muat tersebut.
Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan informan utama
mengenai tugas asisten operator didapatkan kata kunci yaitu
mengarahkan, memberikan informasi, memberikan kode kepada
operator barang mana yang akan diambil, sebagai mata kedua
operator dan membuat laporan kerja. Peran asisten operator sangat
membantu operator dalam pengoperasian alat angkat karena
pandangan operator yang terbatas dari atas alat. Cara berkomunikasi
dengan asisten operator didapatkan kata kunci yaitu dengan
menggunakan HT dan isyarat tangan.
Seluruh informan triangulasi menyatakan setuju bahwa dengan
adanya asisten operator membantu operator dalam setiap kegiatan
bongkar muat karena asisten operator bertugas mengarahkan
operator dalam setiap kegiatan operasi dan sebagai mata kedua bagi
operator di bawah.
Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa peran
asisten operator sangat mempengaruhi operator dalam bertindak.
Apabila asisten operator memberikan perintah salah dan
mengabaikan keselamatan, maka operator akan cenderung
berperilaku tidak aman.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan pada pekerja
galangan Palembang menyatakan adanya hubungan antara peran
rekan kerja dengan perilaku aman pekerja tersebut.54 Penelitian lain
yang dinyatakan adanya hubungan bermakna antara peran rekan
kerja dengan perilaku aman karyawan pada sebuah perusahaan di
82

Tambun.48 Dalam penilitian yang dilakukan pada operator Rubber


Tyred Gantry (RTG) di Terminal Peti Kemas Semarang menyatakan
bahwa peran tally (rekan kerja) sangat membantu operator dalam
mengoperasikan alat secara aman. 42
8. Reward and Punishment
Reward adalah suatu wujud penguatan positif yang diberikan
kepada tenaga kerja atau kelompoknya sebagai suatu bentuk
konsekuensi baik yang diterima akibat perilaku mereka. Sedangkan
punishment identik dengan mendapatkan suatu hal yang tidak
diinginkan sebagai bentuk konsekuensi buruk yang diterima tenaga
kerja akibat perilaku mereka.34
Berdasarkan hasil wawancara mendalam informan utama
menyatakan bahwa tidak ada reward yang diberikan kepada operator
apabila melakukan pekerjaan dengan baik dan benar. Beberapa
informan menyatakan apabila ada reward yang diberikan akan
memotivasi lebih untuk bekerja. Sedangkan informan utama
menyatakan adanya punishment apabila melakukan kesalahan
dalam bekerja. Punishment yang ada diantaranya dinasihati, skorsing
tidak boleh membawa alat untuk sementara, surat peringatan 1-3 dan
diturunkan menjadi mekanik. Dari delapan informan utama, dua
diantaranya pernah mendapat punishment yaitu berupa teguran dan
nasihat serta pemberian Surat Peringatan (SP1).
Informan triangulasi juga menyatakan bahwa tidak adanya
reward yang diberikan kepada operator apabila melakukan pekerjaan
dengan baik dan benar. Informan triangulasi juga berpendapat bahwa
ada punishment yang diberikan kepada operator melakukan
kesalahan dalam bekerja. Punishment itu berupa skorsing tidak boleh
membawa alat dan surat peringatan. Apabila dilakukan berulang-
ulang maka operator akan di-grounded dan diberhentikan.
Berdasarkan hal tersebut, didapatkan disimpulkan bahwa
reward belum ada dan belum diberikan kepada operator, sedangkan
punishment telah dibuat apabila operator mengalami kesalahan
dalam bekerja. Beberapa informan utama menyatakan apabila ada
reward akan lebih memotivasi mereka untuk bekerja aman.
83

Menurut Groenweg, meskipun reward dan punishment memiliki


pengaruh kuat untuk mengendalikan perilaku, tetapi belum tentu.
Terkadang reward berarti apabila yang mendapatkan menganggap
bahwa reward tersebut bernilai saat diterima. Begitupula dengan
punishment, dimana hal tersebut dinilai kurang efektif untuk
mengubah perilaku pekerja. Hal ini dikarenakan kemungkinan
adanya kesempatan untuk melakukan pelanggaran yang tidak
tercatat. Oleh karenanya, menurut Groenweg, pemberian punishment
yang diikuti dengan pemberian reward yang berarti dan memimiliki
nilai bagi seseorang yang menerimanya tersebut, dinilai lebih efektif
untuk mengendalikan suatu perilaku.35
Sejalan dengan hal tersebut, peneilitian yang dilakukan pada
pekerja maintenance sebuah perusahaan minyak dan gas di Sidoarjo
menyatakan bahwa adanya reward dan punishment sebagai
konsekuensi bagi pekerja sangat memotivasi untuk berperilaku
aman. Namun, pekerja berpendapat apabila dengan adanya
penghargaan lebih memotivasi untuk berperilaku aman daripada
adanya hukuman.57 Selain itu penelitian yang dilakukan pada pekerja
konstruksi pembangunan apaetemen Tiffany tahun 2011 menyatakan
bahwa adanya reward dan punishment untuk perilaku aman dan
perilaku tidak aman, memotivasi pekerja untuk berperilaku.51
84

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Tingkat pendidikan tinggi, masa kerja yang lama dan usia yang lebih
tua tidak menjadikan operator berperilaku aman, begitupula
sebaliknya.
2. Pengetahuan yang dimiliki operator mengenai pengoperasian alat
secara aman cukup baik.
3. Terdapat operator yang bersikap positif dan bersikap negatif pada
saat pengoperasian alat.
4. Keadaan mesin pada setiap alatsudah baik karena adanya
pemeriksaan setiap hari oleh operator dan pihak Jasa Peralatan
Pelabuhan Indonesia (JPPI).
5. Seluruh operator telah mengikuti pelatihan sebelum menjadi operator
untuk mendapatkan SIO/lisensi K3.
6. Safety briefing telah dilakukan pada setiap pergantian shift dan cukup
baik namun belum melibatkan operator untuk ikut berdiskusi.
7. Standard Operational Procedure (SOP) pengoperasian alat angkat
sudah ada, namun sosialiasi belum menyeluruh.
8. Peran asisten operator sangat membantu operator dalam
mengoperasikan alat angkat secara aman.
9. Pemberian reward untuk operator belum ada dari perusahaan
sedangkan punishment sudah ada dan diterapkan.

B. Saran
1. Bagi Perusahaan
a. Perusahaan perlu mensosialisasikan kembali SOP dalam
mengoperasikan alat angkat secara menyeluruh kepada semua
operator.
b. Melakukan komunikasi dua arah pada saat safety briefing dengan
melibatkan operator untuk berdiskusi dan berpendapat.
c. Memberikan rewardkepada operator sebagai bentuk
penghargaan berupa uang agar operator lebih termotivasi lagi
untuk mengoperasikan alat secara aman

84
85

2. Bagi Operator
a. Operator diharapkan untuk mematuhi SOP seperti menggunakan
APD secara lengkap pada saat mengoperasikan alat angkat.
3. Bagi Peneliti Lain
a. Peneliti lain diharapkan dapat meneliti lebih mendalam faktor-
faktor lain yang mungkin dapat mempengaruhi perilaku aman
dalam pengoperasian alat angkat-angkut, misalnya terkait
ergonomi, beban kerja fisik, motivasi dan juga stress kerja.
86

DAFTAR PUSTAKA

1. Tarwaka. Keselamatan dan Kesehatan Kerja-Manajemen dan


Implementasi K3 di Tempat Kerja. Surakarta: Harapan Offset; 2008.

2. Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. 1970.

3. Undang-Undang Republik Indonesia No 40 tahun 2004 tentang Jaminan


Sosial Tenaga Kerja. 2004.

4. Tarwaka. Dasar-Dasar Keselamatan Kerja Serta Pencegahan Kecelakaan


Kerja di Tempat Kerja. Surakarta: Harapan Press; 2016.

5. International Labour Organization. Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Keselamatan dan Kesehatan Sarana untuk Produktivitas [Internet]. 2013.
1 p. Available from: www.ilo.org

6. Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja Tahun 2017 [Internet]. 2017.
Available from:
http://pusdatin.kemnaker.go.id/adminpusdatin/ebook/55234400_15190159
36.pdf

7. Abdolshah M, Teimouri M, Rahmani R. Classification of X-Ray images of


shipping containers. Expert Syst Appl [Internet]. 2017;77:57–65. Available
from: http://dx.doi.org/10.1016/j.eswa.2017.01.030

8. Lasse. Manajemen Muatan Aktivitas Rantai Pasok di Area Pelabuhan.


Jakarta: RajaGrafindo Persada; 2012.

9. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.5 Tahun 1985 tentang Pesawat


Angkat dan Angkut. 1985.

10. Casualties in Cargo Handling Accidents in 2016 - Marine Industrial


Accident Statistic [Internet]. 2016. Available from:
https://www.mardep.gov.hk/en/publication/pdf/mias_c1_2016.pdf

11. Arifin C. Kecelakaan Kerja, Ferry Andrianto Tewas Mengenaskan di


Dermaga Kontainer Tanjung Priok Kecelakaan Kerja, Ferry Andrianto
Tewas Mengenaskan di Dermaga Kontainer Tanjung Priok [Internet]. 2017
[cited 2017 Mar 15]. Available from:
http://www.tribunnews.com/metropolitan/2017/10/22/kecelakaan-kerja-
ferry-andrianto-tewas-mengenaskan-di-dermaga-kontainer-tanjung-priok

12. Anonim. Duh! Tingkat Kecelakaan Kerja di Pelabuhan Peti Kemas Tinggi
[Internet]. 2018 [cited 2018 Mar 15]. Available from:
https://economy.okezone.com/read/2017/10/26/320/1802606/duh-tingkat-
kecelakaan-kerja-di-pelabuhan-peti-kemas-tinggi

13. Rudenko N. Mesin Pengangkat. Indarto PW, editor. Jakarta: Penerbit


Erlangga; 1996.
87

14. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republlik Indonesia No.
9 Tahun 2010 Tentang Operator dan Petugas Pesawat Angkat dan
Angkut. 2010.

15. Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:


Rineka Cipta; 2012.

16. Cahyo K. Perencanaan & Evaluasi Promosi Kesehatan Masyarakat dan


Petunjuk Pembuatan Tugas. 8th ed. Semarang: Bagian Promosi
Kesehatan dan Ilmu Perilaku FKM Undiop; 2016.

17. Glanz K, Rimer BK. Theory at a Glance: A Guide for Health Promotion
Practice. Heal (San Fr. 2005;52.

18. Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka


Cipta; 2010.

19. Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta;


2003.

20. Simanjuntak. Produktivitas dan Tenaga Kerja Indonesia. Jakarta: FEUI;


1985.

21. Siagian SP. Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta: Bina Aksara; 1987.

22. Notoatmodjo S. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku


Kesehatan. Yogyakarta: Andi offset; 2003.

23. Tirtarahardja U. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta; 2005.

24. Siagan SP. Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja. Jakarta; 2009.

25. Su’mamur. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: PT.


Gunung Agung; 1996.

26. Green L. Health Promotion Planning: An Educational and Environmental


Approach. Second. Mountain View Mayfield Publishing Company; 2000.

27. Fajri H. Analisis Tingkat Pengetahuan Safety Driving Pada Sopir Mobil
PT.X. Universitas Indonesia; 2008.

28. Ramli S. Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja


OHSAS18001. Jakarta: Dian Rakyat; 2010.

29. Pace RW. Komunikasi Organisasi: Strategi Meningkatkan Kinerja


Perusahaan. 8th ed. Mulyana D, editor. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Offset; 2013.

30. SBEC. What is a Standard Operating Procedure (SOP). 2016;1–3.


Available from:
https://www.brampton.ca/EN/Business/BEC/resources/Documents/What is
88

a Standard Operating Procedure(SOP).pdf

31. Level DL. Communication Effectiveness: Method and Situation. J Bus


Commun. 1972;19–25.

32. Goetsch DL. Occupational Safety and Health in The Age of High
Technology. 2nd ed. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall Inc;
1996.

33. Munandar AS. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: Universitas


Indonesia; 2001.

34. Geller ES. The Psychology of Safety Handbook. USA: Lewis Publisher;
2001.

35. Syafaat. Analisis Perilaku Berisiko (At-Risk Behavior) pada Pekerja Unit
Usaha Las ektor Informal di Kota X Tahun 2008. Universitas Indonesia;
2008.

36. Sastroasmoro dan Sofyan Ismel S. Dasar- Dasar Metodologi Penelitian


Klinis. 4th ed. Jakarta: Sagung Seto; 2011.

37. Dajan A. Pengantar Metode Statistik Jilid I. 20th ed. Jakarta: Pustaka
LP3ES; 1984.

38. Moleong LJ. Metodologi Penelitian Kualitatif. 13th ed. Bandung: PT Rmaja
Rosdakarya; 2000.

39. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&B. Bandung:


Alfabeta; 2012.

40. Week QS. Tool Box Talks. Available from:


http://www.hsa.ie/eng/Your_Industry/Quarrying/Promotional_Activity/HSA_
toolbox_talks.pdf

41. Kurniawati. Hubungan Praktik Penerapan Standart Operating Procedure


(SOP) dan Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) dengan Kejadian
Kecelakaan Kerja Pada Perawat Unit Perinatologi di RSUD Tugurejo
Semarang. Universitas Dian Nuswantoro; 2013.

42. Pribadi KY. Analisis Pengoperasian Pada Operator Rubber Tyred Gantry
(RTG) di Terminal Peti Kemas Semarang. Universitas Diponegoro.
Semarang; 2016.

43. Nugroho KHB. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Safety Driving


pada Operator Forklift di Area Kerja Warehouse PT X Jakarta. Universitas
Diponegoro. Semarang; 2017.

44. Bachri BS. Meyakinkan Validitas Data Melalui Triangulasi Pada Penelitian
Kualitatif. Teknol Pendidik. 2010;10(1):46–62.
89

45. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2008 Tentang


Wajib Belajar. 2008.

46. Raditya Ariwibowo. Hubungan Antara Umur, Tingkat Pendidikan,


Pengetahuan, Sikap Terhadap Praktik Safety Riding Awareness Pada
Pengendara Ojek Sepeda Motor di Kecamatan Banyumanik. J Kesehat
Masy FKM Undip. 2013;2:1.

47. Widyawati K. Analisis Perilaku Aman Para Perawat di Instalasi Rawat Inap
pada Sebuah Rumah Sakit Swasta Kota Semarang. Universitas
Diponegoro; 2015.

48. Halimah S. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Aman Karyawan


Di PT. SIM Plant Tambun II Tahun 2010. Jurnal Kesehatan Masyarakat.
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta; 2010.

49. Kemennakertrans. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi


Republik Indonesia No. 8 Tahun 2010 tentang Alat Pelindung Diri.
Peraturan Menteri 2010 p. 1–69.

50. Undang-Undang Republik Indonesia No.13 Tahun 2003 tentang


Ketenagakerjaan. 2003.

51. Annishia FB. Analisis Perilaku Tidak Aman Pekerja Konstruksi PT.PP
(Persero) di Proyek Pembangunan Tiffany Apartemen Jakarta Selatan.
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta; 2011.

52. Sarwono SW. Teori-Teori Psikologi Sosial. Jakarta: CV Rajawali; 1997.

53. Kurniawan A. Faktor yang Berhubungan dengan Safety Driving Pada Sopir
Truk Pasir yang Melintasi Jalan Perintis Kemerdekaan Kota Semarang
Tahun 2010. Universitas Diponegoro; 2010.

54. Listianti AN, Faisya AF, Camelia A. Analisis Perilaku Aman Pada Pekerja
Galangan Kapal di PT Dok & Perkapalan Kodja Bahari ( Persero ) Cabang
Palembang Periode Oktober Tahun 2012. 2013;4:99–107.

55. Anggia N. Efektivitas Komunikasi Safety Talk Sebagai Pemenuhan


Informasi K3 Bagi Karyawan PT.Multikon. Universitas Mercubuana; 2011.

56. Musthafa WU. Pemakaian APD Pada Proses Pertolongan Persalinan di


Ruang Bersalin Rumah Sakit Kota Banda Aceh. 2016;1–6.

57. Irlianti A, Dwiyanti E. Analisis Perilaku Aman Tenaga Kerja Menggunakan


Model Perilaku ABC (Antecedent Behaviour Consequence). Indones J
Occup Saf Heal. 2014;3:94–106.
90
LAMPIRAN
L-1

INFORM CONSENT
(LEMBAR PERSETUJUAN MENGIKUTI PENELITIAN)

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama :
Alamat :
Menyatakan bahwa saya bersedia menjadi informan pada penelitian skripsi yang
dilakukan oleh mahasiswa peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro:
Nama : Putri Sarah Alvernia
NIM : 25010114130223
Dengan judul skripsi “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Keselamatan Pengoperasian Alat Angkat Bongkar Muat Peti Kemas (Studi
Kasus Di PT. Pelabuhan Tanjung Priok)”. Saya setuju untuk menjawab
seluruh pertanyaan yang diajukan oleh peneliti tanpa paksaan dari pihak
manapun. Saya mengetahui bahwa informasi yang saya berikan akan dijamin
kerahasiaanya dan data yang digunakan adalah data yang seperlunya untuk
pengolahan data.

Jakarta, 2018
Informan
L-2

PEDOMAN IN-DEPTH INTERVIEW


(INFORMAN UTAMA)

Hari/Tanggal Wawancara :
A. IDENTITAS INFORMAN
1. Nama Responden :
2. Usia :
3. Pendidikan Terakhir :
4. Masa Kerja :
5. Kepemilikan Lisensi K3 :
6. Tahun Pengeluaran Lisensi K3 :
B. PENGETAHUAN
1. Apa yang Anda ketahui mengenai perilaku kerja aman?
2. Apa yang Anda ketahui mengenai perilaku kerja tidak aman?
3. Apakah Anda mengetahui bahaya yang dapat menyebabkan kecelakan
saat mengoperasikan alat angkat bongkar muat peti kemas?
4. Apakah Anda mengetahui dampak dari berperilaku tidak aman saat
mengoperasikan alat angkat bongkar muat peti kemas?
5. Apakah Anda mengetahui manfaat dari berperilaku aman saat
mengoperasikan alat angkat bongkar muat peti kemas?
6. Apa saja hal yang harus diperiksa sebelum Anda mengoperasikan alat
angkat bongkar muat peti kemas?
C. SIKAP
1. Bagaimana cara Anda dalam mengoperasikan alat angkat tersebut?
2. Menurut Anda, bagaimana cara Anda untuk mencegah terjadinya
kecelakaan kerja?
D. KEADAAN MESIN
1. Apakah Anda melakukan pemeriksaan keadaan mesin sebelum
mengoperasikan alat angkat tersebut?
2. Menurut Anda, Bagaimana keadaan alat angkat yang layak
dioperasikan?
3. Apakah alat angkat di tempat anda sudah sesuai standar kelayakan
untuk dioperasikan? Mohon dijelaskan?
L-2

4. Apakah alat angkat sering mengalami trouble? Jika iya, bagaimana


contohnya?
5. Apakah ada pemeriksaan berkala terhadap alat angkat? Jika iya, setiap
berapa kali?
E. PELATIHAN OPERATOR
1. Apakah terdapat pelatihan mengenai pengoperasian alat angkat bagi
operator?Jika ada, jelaskan?
2. Apakah anda sudah mengikuti pelatihan pengoperasian alat angkat bagi
operator? Jika sudah mohon dijelaskan?
3. Bagaimana bentuk pelatihannya?
4. Siapa yang memberikan pelatihan tersebut?
5. Materi apa yang diberikan dalam pelatihan tersebut?
6. Apakah pelatihan tersebut cukup untuk Anda sebelum mengoperasikan
alat angkat tersebut?
F. SAFETY BRIEFING
1. Apakah terdapat safety briefing sebelum melakukan pekerjaan?Jika iya,
jelaskan?
2. Bagaimana bentuk safety briefing tersebut?
3. Apakah safety briefing tersebut efisien untuk Anda sebelum
mengoperasikan alat angkat?
4. Seberapa sering safety briefing dilakukan sebelum Anda
mengoperasikan alat angkat?
5. Siapakah yang menyampaikan safety briefing sebelum Anda
mengoperasikan alat angkat?
G. TERSEDIANYA SOP PENGOPERASIAN ALAT ANGKAT
1. Apakah di tempat kerja anda terdapat SOP pengoperasian alat angkat?
2. Bagaimana cara sosialisasi yang diberikan kepada pekerja terkait SOP
pengoperasian alat angkat?
3. Apakah SOP tersebut membantu Anda dalam pengoperasian alat angkat
yang benar?
H. PERAN ASISTEN OPERATOR
1. Apa yang Anda ketahui mengenai tugas asisten operator?
2. Menurut Anda, apakah asisten operator sangat membantu dalam
pengoperasian alat angkat?
3. Bagaimana cara Anda berkomunikasi dengan asisten operator?
L-2

I. REWARD AND PUNISHMENT


1. Apakah ada reward yang diberikan jika anda melakukan pekerjaan
dengan baik dan benar? Jika ada,jelaskan?
2. Apakah anda pernah mendapat reward? Jika iya, jelaskan?
3. Apakah ada punishment yang diberikan jika anda melakukan kesalahan
dalam bekerja? Jika ada,jelaskan?
4. Apakah anda pernah mendapat punishment? Jika iya, jelaskan?
L-3

PEDOMAN IN-DEPTH INTERVIEW


(INFORMAN TRIANGULASI)

Hari/Tanggal Wawancara :
A. IDENTITAS INFORMAN
1. Nama Responden :
2. Usia :
3. Jabatan :
4. Pendidikan Terakhir :
5. Masa Kerja :
B. PENGETAHUAN
1. Menurut Anda, bagaimanakah pengetahuan operator dalam
mengoperasikan alat angkat bongkar muat peti kemas?
2. Bagaimana cara Anda memberikan pengetahuan kepada operator
mengenai berperilaku aman dalam pengoperasian alat angkat bongkar
muat peti kemas?
3. Apakah operator mengetahui bahaya yang dapat menyebabkan
kecelakan saat mengoperasikan alat angkat bongkar muat peti kemas?
4. Apakah operator mengetahui dampak dari berperilaku tidak aman saat
mengoperasikan alat angkat bongkar muat peti kemas?
C. SIKAP
1. Menurut Anda, bagaimana cara operator dalam mengoperasikan alat
angkat tersebut?
2. Menurut Anda, bagaimana cara operator untuk mencegah terjadinya
kecelakaan kerja?
D. KEADAAN MESIN
1. Apakah dilakukan pemeriksaan keadaan mesin sebelum
mengoperasikan alat angkat tersebut?
2. Menurut Anda, Bagaimana keadaan alat angkat yang layak
dioperasikan?
3. Apakah alat angkat di tempat anda sudah sesuai standar kelayakan
untuk dioperasikan? Mohon dijelaskan?
4. Apakah alat angkat sering mengalami trouble? Jika iya, bagaimana
contohnya?
L-3

5. Apakah ada pemeriksaan berkala terhadap alat angkat? Jika iya, setiap
berapa kali?
E. PELATIHAN OPERATOR
1. Apakah terdapat pelatihan mengenai pengoperasian alat angkat bagi
operator?Jika ada, jelaskan?
2. Apakah semua operator sudah mengikuti pelatihan pengoperasian alat
angkat bagi operator? Jika sudah mohon dijelaskan?
3. Bagaimana bentuk pelatihannya?
4. Siapa yang memberikan pelatihan tersebut?
5. Materi apa yang diberikan dalam pelatihan tersebut?
6. Apakah pelatihan tersebut cukup untuk operator sebelum
mengoperasikan alat angkat tersebut?
F. SAFETY BRIEFING
1. Apakah terdapat safety briefing sebelum melakukan pekerjaan?Jika iya,
jelaskan?
2. Bagaimana bentuk safety briefing tersebut?
3. Apakah safety briefing tersebut efisien untuk operator sebelum
mengoperasikan alat angkat?
4. Seberapa sering safety briefing dilakukan sebelum operator
mengoperasikan alat angkat?
5. Siapakah yang menyampaikan safety briefing kepada operator sebelum
mengoperasikan alat angkat?
G. TERSEDIANYA SOP PENGOPERASIAN ALAT ANGKAT
1. Apakah di tempat kerja anda terdapat SOP pengoperasian alat angkat?
2. Bagaimana cara sosialisasi yang diberikan kepada pekerja terkait SOP
pengoperasian alat angkat?
3. Apakah SOP tersebut membantu operator dalam pengoperasian alat
angkat yang benar?
H. PERAN ASISTEN OPERATOR
1. Apa yang Anda ketahui mengenai tugas asisten operator?
2. Menurut Anda, apakah asisten operator sangat membantu dalam
pengoperasian alat angkat?
I. REWARD AND PUNISHMENT
1. Apakah ada reward yang diberikan jika operator melakukan pekerjaan
dengan baik dan benar? Jika ada,jelaskan?
L-3

2. Apakah ada punishment yang diberikan jika anda melakukan kesalahan


dalam bekerja? Jika ada,jelaskan?
3. Bagaimana tindaklanjut yang diberikan kepada operator yang
melakukankesalahan/pelanggaran?
L-4

LEMBAR OBSERVASI

NO KOMPONEN ADA TIDAK KETERANGAN


ADA
1 Terdapat peraturan
mengenai K3 di tempat
kerja
2 Terdapat SOP tertulis
mengenai pegoperasian
alat angkat
3 Terdapat instruksi kerja
yang jelas, rinci dan
menggunakan bahasa
yang mudah dipahami
4 Adanya izin kerja
(workpermit) untuk
pengoperasian alat angkat
5 Dilakukannya safety
briefing sebelum
melakukan pengoperasian
alat angkat
6 Terdapat safety sign
dilokasi kerja
7 Tersedianya APD bagi
pekerja sesuai dengan
jenis pekerjaannya
8 Operator selalu
menggunakan APD
9 Tenaga kerja memeriksa
alat sebelum bekerja
10 Operator bekerja sesuai
SOP yang ada
11 Operator tidak mengangkat
beban melebihi beban
angkat maksimum
12 Cara kerja dan posisi kerja
L-4

ergonomis
13 Pemeriksaan alat angkat
secara berkala
14 Adanya alat pengaman
mesin
15 Adanya pengaturan shift
kerja yang sesuai
16 Bekerja di ketinggian tidak
lebih dari 4 jam
17 Waktu istirahat yang cukup
bagi operator
18 Prosedur kerja telah
didokumentasikan
19 Prosedur kerja telah
disosialisasikan kepada
pekerja

Referensi:
1. Undang-Undang No 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
2. Permenaker RI No 5 tahun 1985 tentang Pesawat Angkat Angkut
3. Permenakertrans RI No tahun 2010 tentang Operator dan Petugas
Pesawat Angkat Angkut
4. Undang-Undang No 13 tahun 2003 tentang Keenagakerjaan
5. Permenaker No 9 tahun 2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
dalam Pekerjaan pada Ketinggian
L-5

Dokumentasi Penelitian

Wawancara mendalam dengan informan utama

Wawancara mendalam dengan informan triangulasi


L-5

Kegiatan apel/ safety briefing

Sign pada alat dan kabin operator

Posisi kerja operator GLC dan OHC


L-5

SOP pengoperasian alat

SOP pengoperasian alat


L-6

Surat Pernyataan

Surat pernyataan selesai melakukan penelitian

Anda mungkin juga menyukai